2. NAMA KELOMPOK
NI WAYAN ARI SATYA
WIJAYANTI (2103010006)
DESAK MADE AYU ANTARI
(2103010007)
FREANY DOMINIQUE JACOB
(2103010015)
Halaman 02
3. APA ITU PENYAKIT KUSTA?
Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae
Merupakan penyakit kronis menular
Menyerang saraf tepi, kulit, dan organ tubuh lainnya
seperti mata, saluran napas atas, otot, tulang, dan
testis, kecuali sistem saraf pusat.
PENDAHULUAN
Halaman 03
4. EPIDEMOLOGI
01
• Dipengaruhi oleh etnik atau suku, sosial
ekonomi, usia, dan jenis kelamin.
• Kusta dapat menginfeksi setiap individu
berbagai usia, dengan rentang 3 minggu
sampai lebih dari 70 tahun. Namun yang
terbanyak adalah pada usia muda dan
produktif, terutama terlihat pada usia 20
hingga 30 tahun.
Halaman 04
secara geografi Faktor manusia
Terjadi di negara yang memiliki iklim tropis
serta negara berkembang termasuk indonesia
5. Kuman penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae. Menular pada
manusia melalui kontak langsung dengan penderita (Kemenkes, 2015).
Penularan disebabkan antara penderita dengan yang tertular memiliki:
ETIOLOGI
Halaman 05
Melalui pernapasan.
Adanya kontak yang lama
dan berulang-ulang.
Lesi (luka)
Baik mikroskopis / makroskopis.
Gambar bakteri M.leprae
• Ditemukan oleh G. A. Hansen pada tahun 1873 di Norwegia
• M. Leprae terlihat berbentuk basil mempertahankan warna merah
setelah diwarnai dengan Ziehl Neelsen dengan latar belakang biru
• merupakan kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk
batang dengan ukuran 1-8 µm x 0,5 µm, dikelilingi oleh membran
sel lilin, bersifat tahan asam dan alkohol
Di AS hewan yang menjadi
reservoir M.leprae adalah
hewan armadilo
6. PATOGENESIS
Bakteri penyebab kusta akan
masuk ke dalam ke dalam
tubuh melalui saluran
pernapasan dan selanjutnya
bakteri tersebut dapat
menyebar ke berbagai bagian
tubuh
01
Setelah infeksi, sistem imun
tubuh mencoba melawan
bakteri. M. leprae memiliki
kemampuan untuk menghindari
respons imun yang kuat,
sehingga bakteri dapat bertahan
dalam tubuh
02
Setelah masuk ke dalam
tubuh, M. leprae menyebar ke
dalam sel-sel tubuh, bakteri ini
berkembang biak secara
lambat dan menyebabkan
kerusakan pada jaringan
sekitarnya.
03
Halaman 06
Infeksi Awal
Bentuk tipe klinis berdasarkan
pada sistem imunitas selular (SIS)
penderita. Jika SIS baik maka
bentuk klinis ke arah tuberkuloid,
sebaliknya SIS rendah
memberikan bentuk klinis ke arah
lepramatosa
04
Seiring waktu, infeksi dapat
menyebabkan kerusakan jaringan
dan saraf, menghasilkan gejala
klinis seperti bercak kulit yang
kehilangan sensasi (anaestetik),
nodul subkutan, pembesaran
saraf, dan kerusakan struktur
hidung.
05
Pembentukan Kompleks
Imun
Proliferasi Bakteri:
Spektrum Klinis Kerusakan Jaringan
8. MAFESTASI KLINIS
Halaman 08
Klasifikasi kusta
(WHO,1987)
kusta di bagi
menjadi 2 tipe
yaitu :
Paucibasillary (PB)
kusta kering , gejala
bercak keputihan,
mati rasa, dengan
sedikit atau tidak
ditemukan bakteri
Multibacillary (MB)
kusta basah, gejala
bercak putih
kemerahan , terjadi
penebalan dan
pembengkakan pada
kulit dengan jumlah
bakteri yang banyak.
Paucibasillary (PB) :
• 1-5 bercak mati rasa
• 1 kerusakan sel saraf tepi
• tidak ditemukan bakteri
pada pemeriksaan kerokan
kulit (BTA Negatif)
Multibacillary (MB) :
• >5 bercak mati rasa
• >1 kerusakan sel saraf tepi
• Ditemukan bakteri pada
pemeriksaan kerokan kulit
(BTA Positif)
9. Klasifikasi menurut Ridley-Jopling dibagi menjadi 5 tipe sebagai berikut:
Halaman 09
Tuberculoid polar (TT)
Borderline tuberculoid (BT)
Mid-borderline
Borderline lepromatous
Lepromatous polar
ditandai dengan beberapa lesi yang tampak
datar di antaranya berukuran besar dan mati
rasa.
ditandai dengan beberapa lesi yang muncul
serupa seperti lesi pada tuberculoid leprosy,
namun berukuran lebih kecil dan lebih banyak
ditandai dengan adanya plak kemerahan, kadar mati
rasa dalam kadar sedang serta terjadi pembengkakan
kelenjar getah bening
ditandai dengan lesi yang mengandung bakteri
dan berjumlah banyak, rambut rontok, gangguan
saraf, anggota badan melemah serta tubuh yang
berubah bentuk (deformitas).
ditandai dengan lesi yang berjumlah banyak
(termasuk lesi datar), benjolan, plak, nodul, dan
terkadang mati rasa.
10. REAKSI KUSTA
Halaman 10
Reaksi kusta tipe 1 Reaksi kusta tipe 2
Disebabkan oleh peningkatan respon imun seluler terhadap
antigen M. leprae di saraf dan kulit.Gejala yang umum meliputi:
⚬ Peradangan pada kulit atau saraf, yang dapat
menyebabkan kemerahan, bengkak, dan nyeri.
⚬ Pembentukan lesi kulit yang mirip dengan lesi kusta
⚬ Pada saraf, menyebabkan kecacatan, seperti paralisis
dan deformitas.
⚬ Mengarah ke bentuk klinis tuberkuloid atau
lepromatosa, tergantung pada peningkatan atau
penurunan SIS
Disebabkan oleh peningkatan respon imun humoral terhadap
antigen M.leprae.Gejala yang umum meliputi:
⚬ Gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan
kebutuhan untuk minum lebih banyak.
⚬ Pembentukan lesi kulit yang mirip dengan lesi kusta,
seperti lesi datar atau nodul.
⚬ Pada saraf, reaksi ini dapat menyebabkan kecacatan,
seperti paralisis dan deformitas.
⚬ Reaksi kusta tipe 2 sering disertai dengan gejala sistemik
yang lebih parah dibandingkan dengan kusta tipe 1.
11. DIAGNOSIS DAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Kelainan kulit atau lesi yang khas kusta,
dapat berbentuk hipopigmentasi atau eritema
yang mati rasa (anestesi)
• Penebalan saraf perifer disertai dengan
gangguan fungsi saraf akibat peradangan
(neuritis) kronis.
• Adanya basil tahan asam (BTA) pada kerokan
jaringan kulit (slit skin smear).
Halaman 11
Kuantitatif Kualitatif
Diagnosis Pemeriksaan Penunjang
• Bakterioskopis
• Histopatologis
• Serologi
12. TANDA DAN GEJALA
Halaman 12
Gejala
Tanda-tanda
Lesi kulit Penebalan pada
wajah dan cuping
telinga
Adanya nodul
• Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
badan atau muka.
• Gangguan gerak pada anggota badan atau bagian muka
(kelopak mata).
• Adanya cacat (disabilitas ,deformitas).
• Luka (ulkus) yang tidak mau sembuh.
Tanda-tanda pada kulit :
Tanda-tanda pada saraf :
Pembesaran
saraf
gangguan pada
mata
Memudarnya warna
kulit dan lesi kulit,
bercak kulit kemerahan
atau keputihan yang
mati rasa
Kerusakan saraf yang
mengarah pada
hilangnya rasa di lengan
dan di kaki
permasalah pada
mata yang dapat
menyebabkan
kebutaan
lemah otot dan
kelumpuhan
terutama pada
tangan dan kaki
13. TATALAKSANA
Halaman 13
Multi drug therapy (MDT)
Tata Laksana Terapi
FARMAKOLOGI
NONFARMAKOLOGI
• Konseling dan Edukasi
• Okupasi
• Pemberian Ortosis, Prostesis, Sepatu khusus
• Perawatan rehabilitasi medik pada pasien kusta yang
mengalami luka
• Rehabilitasi Karya/Pelatihan
14. KESIMPULAN
Halaman 14
Penyakit kusta merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh Mycobacterium
Leprae. Kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah
yang sangat kompleks. Penyakit kusta menular melalui kontak yang intens. Droplet
kusta dapat berasal dari saluran napas dan juga kulit. Menurut WHO, kusta dibagi
menjadi 2 tipe sementara menurut ridley-jopping, kusta dibagi menjadi 5 tipe.
Diagnosis utama yaitu adanya kelainan kulit dan basil tahan asam (BTA). Gejala
muncul setelah 20 tahun bakteri berkembang biak. Pengobatan yang umum
diberikan adalah rifampisin, dapsone, lamprene, klofazimin serta vitamin seperti
penambah darah, vitamin A dan neurotropik.