3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
• Endophthalmitis didefinisikan sebagai suatu
peradangan pada struktur bagian dalam bola
mata,seperti uvea dan retina yang terkait
dengan adanya eksudat di vitreous humuor,
camera oculi anterior atau pada camera oculi
posterior.
4. • Endoftalmitis merupakan kejadian yang jarang, namun
merupakan komplikasi yang membahayakan.
• Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata
termasuk setelah dilakukannya operasi mata.
• Modalitas utama seorang dokter umum adalah dengan
anamnesis keluhan pasien dan dengan pemeriksaan fisik
mata secara umum.
• Hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis
awal, maka penting untuk melakukan diagnosis sedini
mungkin
5. 1.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana etiologi dan patofisiologi
endoftalmitis?
• Bagaimana diagnosis dan
penatalaksanaan endoftalmitis?
8. Uvea
• Terdiri dari 3 bagian : Iris,corpus siliaris dan koroid
• Iris berbentuk cakram seperti diafragma kamera
• Iris memisahkan kornea dan lensa menjadi bilik mata depan dan bilik
mata belakang
• Badan siliar adalah bagian depan dari koroid pada ora serrata
• Fungsi badan siliar adalah untuk memproduksi aqueous humor dan
untuk membantu proses akomodasi
• Koroid adalah bagian paling posterior dari lapisan vaskular dari bola
mata, dimulai dari diskus optikus kemudian memanjang sampai ora
serrata
Vitreous Humour
• Menempati daerah belakang lensa
• Merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%),
sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi
• Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa
9.
10. Definisi
Suatu peradangan pada struktur bagian
dalam bola mata,seperti uvea dan retina
yang terkait dengan adanya eksudat di
vitreous humuor, camera oculi anterior atau
pada camera oculi posterior .
12. Etiologi
Penyebab Infeksius :
Bakteri
Bakteri Gram Positif (+)
Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus
endoftalmitis akut bakterial
Penyebab lainya : Staphylococcus albus,
Staphylococcus aureus, proteus dan pseudomonas
dengan masa inkubasi 24-72 jam
Jika endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma,
mungkin disebabkan karena infeksi bakteri
13. Jamur
Jarang terjadi
Fungi yang sering membuat endoftalmitis diantaranya
adalah aspergillus, fusarium dan candida.
Penyebab non-Infeksius :
• Postoperative steril endoftalmitis.
• Post-traumatic sterile endophthalmitis.
• Tumor intraokuler.
• Phacoanaphylactic endophthalmitis.
14. Epidemiologi
1. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000
pasien yang dirawat
2. Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar
60%) terjadi setelah operasi intraokular
3. Di Amerika Serikat, endophthalmitis postcataract
merupakan bentuk yang paling umum, dengan sekitar 0,1-
0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini
4. Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari
semua cedera penetrasi okular
5. Kejadian endophthalmitis yang disebabkan oleh benda
asing intraokular adalah 7-31%.
16. Patofisiologi
Endoftalmitis non-Infeksi :
• Postoperative steril endoftalmitis.
Reaksi toksin dari zat kimia yang bereaksi dan
menempel ke lensa intraokuler
• Post-traumatic sterile endophthalmitis.
Reaksi toksis yang tersisa dari corpus alienum atau
benda asing yang tetap bertahan didalam
intraokuler.Cth : tembaga
17. Patofisiologi
• Tumor intraokuler.
Tumor intraokuler yang mengalami nekrosis dapat
mengakibatkan endoftalmitis steril
• Phacoanaphylactic endophthalmitis.
Hal ini dapat menginduksi terjadinya endoftalmitis steril
akibat protein lensa pada pasien dengan katarak Morgagni
18. Patofisiologi
Endoftalmitis Infeksi :
Endoftalmitis eksogen
Akibat infeksi eksogen
Diikuti oleh cedera yang membuat perforasi, ulkus
kornea yang terinfeksi
Infeksi luka post-op
Infeksi biasanya oleh flora normal [ >90% gram (+)]
pada sekitar bola mata
19. Patofisiologi
Endoftalmitis endogen
Mikroorganisme melalui darah, seperti pada
kondisi endokarditis / infeksi caries gigi
Menembs sawar-darah mata
Faktor resiko : Diabetes mellitus, CKD,
gangguan katup jantung, SLE, AIDS,
leukemia dan kondisi maligna lainya
Infeksi fungal dapat terjadi s/d 50% pada
kasus ini (C.albicans)
20. Patofisiologi
Infeksi sekunder dari jaringan sekitar
Sangat jarang terjadi
Dalam beberapa kasus, cth : inflamasi
purulent intraokuler, diikuti oleh selulitis
orbita, tromboflebitis dan ulkus kornea
yang terinfeksi
21. Manifestasi klinis
Endoftalmitis bakteri
1. Nyeri akut,
2. Kemerahan pada mata,
3. Pembengkakan
4. Penurunan visus
Endoftalmitis jamur
Gejala selama beberapa hari
sampai minggu.
1. Penglihatan kabur,
2. Rasa nyeri
3. Penurunan visus
4. Infeksi C.albicans
didahului demam tinggi
22. Pemeriksaan Fisik
Yang dapat ditemukan :
1. Kelopak mata bengkak & Eritema
2. Konjungtiva tampak chemosis
3. Kornea edema,keruh, tampak infiltrat
4. Hipopion
5. Iris edema & keruh
6. Pupil Yellow reflex
7. Eksudat pada vitreus humour
8. TIO meningkat pada fase awal
9. Tepi luka menjadi berwarna kuning / nekrosis
10. Demam
24. Diagnosis
• Anamnesis : mendapatkan riwayat
penyakit dan gejala subjektif.
• Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan visus
b. Inspeksi struktur luar
c. Funduskopi
26. • Pemeriksaan laboratorium :
1. Pewarnaan gram dan kultur dari aqueous
humour atau vitreous humour yang
dilakukan oleh spesialis mata
2. Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous
(vitreous tap)
Endoftalmitis endogen:
1. Cek darah lengkap dengan hitung jenis sel
darah putih
2. Laju Endap Darah ( Erythrocyte
Sedimentation Rate)
3. Kimia darah , seperti kreatinin dan kadar
ureum darah
29. Diagnosis Banding
Toxic Anterior Segment Syndrome (TASS)
• Disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun
selama operasi yang umumnya disebabkan oleh
instrumen, cairan, atau lensa intraokular
• Awitan dimulai pada 12-24 jam post-operasi
• Penglihatan kabur, edema kornea, peningkaan TIO
• Kultur bakteri (-)
30. Anne M.Menke. Endophthalmitis and TASS : Prevention, Diagnosis, Investigation,
Response. Ophtalmic Mutual Insurance Company : 2010
35. Antibiotik Intravitreal
• Diberikan sedini mungkin
• Prosedur dilakukan secara transkonjungtiva
dengan anastesi lokal dari area pars plana (4-
5mm dari limbus)
36. Antibiotik Intravitreal
• Penggunaan kombinasi dua obat [untuk gram (+) & gram
(-)]
Pilihan pertama
Vancomycin 1mg dalam 0.1ml + Ceftazidine 2.25 mg dalam
0.1ml
Pilihan kedua
Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam
0.1 ml
Pilihan ketiga
Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam
0.1 ml
38. Antibiotik sistemik
• Ciprofloxacin intravena 200 mg BD selama
2-3hari, diikuti 500 mg oral BD selama 6-7
hari, atau
• Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g
IV setiap 8 jam
39. Steroid
– Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1
ml
– Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 – 7
hari
– Steroid sistemik. Terapi harian dengan
prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40
mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.
41. Tindakan Operasi
• Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi
endophthalmitis
• Vitrectomy penting dalam pengelolaan
endoftalmitis yang tidak responsif terhadap
terapi medikamentosa
42. Pencegahan
1. Identifikasi keadaan pasien yang memiliki
faktor resiko sebelum operasi (blepharitis,
kelainan drainase lakrimal, adanya infeksi
yg aktif)
2. Persiapan operasi, termasuk :
• Pov. Iodine 5-10%
• Sarung tangan steril
• Profilaksis topikal / perikoular antibiotik
• Profilaksis intravitreal (pada kasus – kasus
trauma)
43. Prognosis
Prognosis tergantung :
• Durasi dari endoftalmitis, jangka waktu infeksi
sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri dan
keparahan dari trauma
• Bila sudah terlihat hipopion, dapat diambil
kesimpulan bahwa keadaan endoftalmitis sudah
lanjut sehingga prognosa lebih buruk
45. KESIMPULAN
• Endophthalmitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada
struktur bagian dalam bola mata,seperti uvea dan retina yang
terkait dengan adanya eksudat di vitreous humuor, camera
oculi anterior atau pada camera oculi posterior
• Endoftalmitis sendiri berdasarkan etiologinya dibagi menjadi
dua, dengan infeksi atau steril.
• Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi dari
endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan,
virulensi bakteri dan keparahan dari trauma
46. Daftar Pustaka
1. Benz MS, Scott IU, Flunn HW. Endophtalmits isolates and antibiotic sensitivites: A 6 years review of culture proven cases. Am J
Ophtalmol 2004; 137:1:38-42.
2. Callegan MC, Elenbert M, Parke DW. Bacterial endophthalmitis: Epidemiology, therapeutics, and bacterialhost interactions. Clin Microbiol
Rev 2002;15:1:111-24.
3. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral
and corneal wounds. Am J Ophtalmol 2003; 136: 300-5.
4. Gan IM, Ugahary LC, van Dissel JT, Feron E, PeperkampE, Veckeneer M et al. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment
of postoperative endophthalmitis:a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol.2005;243(12):1200-5.
5. Hanscom TA. Postoperative edophthalmitis. Clin Infect Dis 2004; 38:4:542-6.
6. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute endophthalmitis after cataract surgery: a population-based
study. Ophthalmology 2009;116(3):425-30.
7. Ilyas S. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta, FKUI: 2013;
8. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis following cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.
9. Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery: a nationwide prospective study avaluating incidence in relation
to incision type and location. Ophthalmology 2007;114: 1004-9.
10. Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-
300.
11. Miller JJ,Scott IU, Flynn HW. Endophthalmitis caused by Streptococcus pneumoniae. Am J Ophtalmol 2004; 138:2:231-6.
12. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
13. Prajna NV, Sathish S, Rajalakshmi PC, George C. Microbiological profile of anterior chamber aspirates following uncomplicated cataract
surgery. Indian J Ophthalmol 1998;46(4):229-32.
14. Scheidler V, Scott IU, Flun HW. Culture-proven endogenous endophtalmitis: Clinical features and visual acuity outcomes. Am J Ophtalmol
2004;137:4
15. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal endophthalmitis. Int OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.
16. Ojaimi Elvis and David T Wong. Endophthalmitis, Prevention and Treatment.University of Toronto.2013
17. Trofa D, Gácser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal pathogen. Clin Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.
18. Anne M.Menke. Endophthalmitis and TASS : Prevention, Diagnosis, Investigation, Response. Ophtalmic Mutual Insurance Company :
2010