SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2022
Chronic Unilateral Uveitis as a Manifestation of
Leprosy: A Case Report and Literature Review
Co-assistants:
Dion Pardameian Hutasoit 2118012098
Nyoman Mupu Murtane 2118012144
Assyiva Putri Amourisva 2118012096
Inna Rahmayanti Perwisa 2118012094
Sisy Rizkia Putri 2118012122
Devi Meidayanti 2118012123
Preceptor:
dr. M. Yusran, M.Sc, Sp.M
(K)
Contents
Abstrak
Latar Belakang
Laporan Kasus
Diskusi
Kesimpulan
Analisis PICO dan VIA
Abstrak
01
-
Abstrak
 Tujuan: Untuk mendeskripsikan kasus kusta dengan uveitis anterior
kronis yang berhubungan dengan lesi sistemik lainnya.
 Metode: Laporan kasus dan tinjauan pustaka sistematis.
 Hasil: Kasus pasien berusia 65 tahun dengan gambaran klinis uveitis
kronis dan respons yang buruk terhadap pengobatan steroid topikal dan
intravitreal. Pada pemeriksaan mata, didapatkan atrofi iris difus dan
edema makula dan hasil tes laboratorium untuk penyakit autoimun dan
infeksi berada dalam kisaran normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya lesi pada kulit tubuh dan ekstremitas, dari hasil biopsi diidentifikasi
sebagai positif kusta.
 Kesimpulan: Kasus ini menyajikan karakteristik atipikal uveitis dengan
keterlibatan segmen posterior mata. Diagnosis kusta bisa menjadi
tantangan  pendekatan yang sistematis dilakukan untuk mencapai
pengobatan yang tepat.
LATAR
BELAKANG
02
LATAR BELAKANG
Kusta (Hansen’s disease) : penyakit granulomatosa kronis yang menular melalui droplet
pernapasan dari individu yang terinfeksi, disebabkan oleh Mycobacterium leprae 
mempengaruhi system saraf perifer, sistem muskuloskeletal, dan berbagai organ seperti kulit,
mukosa , testis, dan mata.
Prevalensi global kusta pada tahun 2014  174.608 kasus, dengan tingkat kejadian 3 kasus
per 100.000 penduduk, salah satu negara yang paling terkena dampaknya  Bangladesh,
India, Indonesia, dan Brasil
WHO mengklasifikasikan kusta berdasarkan manifestasi klinis dan apusan kulit:
1. Kusta paucibasiler (PB, ≤ 5 lesi kulit dan smear negatif)
2. Kusta multibasiler (MB, ≥ 6 lesi kulit dan apusan positif)
LATAR BELAKANG
Kusta dapat menyebabkan kebutaan
pada 3,5% pasien, akibat lesi saraf
kranial kelima dan ketujuh karena
invasi bakteri langsung ke bola mata.
Kelainan mata manifestasi kusta:
lagophthalmos, madarosis, ulkus
kornea, katarak, dan uveitis pada 4%
kasus.
Juga bisa terdapat iridosiklitis akibat persistensi
mikobakterium dalam struktur okular, dalam bentuk
kronisnya dapat menyebabkan seclusion pupil dan
penipisan stroma iris
LAPORAN
KASUS
03
LAPORAN KASUS
Pria berusia 65 tahun, bekerja sebagai distributor
produk pertanian, dirujuk oleh seorang ahli
reumatologi karena didiagnosis dengan uveitis
anterior kronis pada mata kanannya.
Selama 3 tahun sebelumnya, pasien mendapat
pengobatan dari spesialis reumatologi, neurologi,
dermatologi, dan oftalmologi karena diagnosis
berikut:
• Polineuropati demielinasi pada ekstremitas atas dan bawah
• Vaskulitis urtikaria, diobati dengan azathioprine (50 mg bid) &
cyclosporine (50 mg qd), tanpa perbaikan.
• Uveitis kronis pada mata kanan, awalnya didiagnosis sebagai
Fuchs iridosiklitis heterokromik diobati dengan steroid, namun
tidak ada perbaikan. Selanjutnya didiagnosis sebagai cystoid
macular edema dan diobati dengan implan deksametason
intravitreal, namun tidak ada perbaikan juga  dirujuk untuk
evaluasi lebih lanjut.
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
 Visus  OD: 20/150 & OS: 20/20
 Biomikroskopi slit lamp  OD : presipitat keratik difus, sel
bilik mata depan grade 0,5+, atrofi iris difus (Gambar 1a),
dan lensa intraokular dalam kantong kapsuler. OS: dalam
batas normal
 Pemeriksaan fundus  OD: area atrofi lokal dan difus dari
epitel pigmen retina (RPE), tanpa bukti adanya koroiditis
aktif atau tanda-tanda vaskulitis perifer, terdapat
penebalan makula sentral dengan adanya membran
epiretinal (ERM 0). OS: dalam batas normal
 Tekanan intraokular (TIO)  OD: 18 mmHg, OS: 12 mmHg
PEMERIKSAAN FISIK
 lesi kulit eritematosa-violaceous
dengan batas yang tidak teratur
dan tidak jelas, dengan ukuran
bervariasi (1-2 cm), beberapa di
antaranya bergabung
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Optical coherence tomography (OCT) macula  ketebalan pusat
345 m, dengan distribusi anatomi yang abnormal dan kista
multiple yang melibatkan lapisan inti dalam dan luar,
mengkonfirmasi kemungkinan etiologi campuran dari edema
macula (uveitis dan ERM)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Biopsi kulit  Hansen’s disease  etiologic dari gejala
sistemik, dermatologis, dan uveitik yang dialami pasien
(Gambar 4a).
 Pemeriksaan apusan kulit  indeks bakteri 2+ dan keberadaan
globi (Gambar 4b)  diagnosis kusta multibasiler borderline
lepromatous  terapi: rifampicin, clofazimine, & dapsone.
DISKUSI
04
Kusta merupakan penyakit menular granulomatosa kronis dengan morbiditas yang tinggi.
Jenis kusta yang berkembang secara klinis pada setiap pasien tergantung pada respon imun
pejamu, yang dapat diklasifikasi menurut system Ridley-Jopling, berdasarkan jenis lesi kulit
dan jumlah bakteri:
 kusta tuberkuloid memiliki respon imun seluler yang baik, respon, lesi lebih sedikit dan
jumlah bakteri rendah
 kusta lepromatosa memiliki respon imun humoral dan lesi kulit multipel.
WHO mengklasifikasikan kusta berdasarkan manifestasi klinis dan apusan kulit:
1. Kusta paucibasiler (PB, ≤ 5 lesi kulit dan smear negatif)
2. Kusta multibasiler (MB, ≥ 6 lesi kulit dan apusan positif)
DISKUSI
Sehingga pasien ini diklasifikasikan sebagai
kusta lepromatosa multibasiler
Mycobacterium leprae adalah bakteri intraseluler obligat berbentuk batang, yang mempengaruhi
terutama saraf perifer karena tropisme untuk sel Schwann, makrofag, dan kulit. Umumnya ditemukan
di bagian tubuh yang lebih dingin seperti mukosa hidung dan bilik mata anterior.
Diagnosis histopatologi menggunakan pewarna Fite-Faraco atau hematoxylin-eosin  dapat
memperlihatkan bakteri tahan asam dan alkohol.
Kusta lepromatosa ditandai dengan adanya banyak basil yang membentuk kelompok yang disebut
globi, seperti pada kasus ini dari hasil apusan kulit  grade 2+ dan globi
 Kusta menyebabkan banyak keterlibatan okular, sebagian besar di bilik mata anterior karena
suhunya lebih rendah dibandingkan dengan bagian mata lainnya.
 M. leprae masuk melalui pembuluh darah dari badan siliaris, mencapai iris sebagai tempat
perlindungan imunitas melalui saraf otonom kecil dan mampu meluas sebagai degenerasi aksonal
retrograde.
Pada kusta, episode peradangan dapat dibagi menjadi dua jenis:
• Reaksi reversal  terdapat reaksi
hipersensitivitas tertunda yang berhubungan
dengan tuberkuloid dan kusta borderline, dimana
okular yang paling sering adalah lagophthalmos
Tipe I
• Eritema nodosum  respon imun yang kuat
yang berhubungan dengan kusta lepromatosa,
keterlibatan okular sebagian besar uveitic dan
kornea
Tipe II
Kerusakan okular pada kusta dicapai
melalui empat mekanisme:
Infeksi mikobakteri langsung
Keterlibatan saraf kranial kelima dan ketujuh
Reaksi reversal akibat peningkatan aktivitas
sistem kekebalan
Melalui eritema nodosum
Keterlibatan kelopak mata: madarosis atau
hilangnya alis karena infiltrasi langsung basil
ke dalam folikel rambut dan atrofi, yang dapat
diikuti oleh anomali lain seperti trikiasis,
ektropion, entropion, perubahan refleks
berkedip, dan ptosis.
Pada permukaan mata, konjungtivitis dapat
terjadi akibat infeksi primer. Keterlibatan
kornea yang luas terjadi pada pasien dengan
kusta lepromatosa, karena basil dapat secara
langsung menginfiltrasi saraf stroma kornea
yang tidak bermielin menghasilkan kalsifikasi
kecil, hipoestesia kornea yang signifikan,
terutama pada pasien dengan bentuk penyakit
multibasiler
 Uveitik pada pasien kusta sebagian besar mempengaruhi iris, karena basil lebih menyukai
tempat yang lebih dingin di dalam tubuh.
 Tiga mekanisme patogen untuk menyebabkan iridosiklitis: dengan bertahannya basil M.
leprae dalam struktur okular, melalui neuroparalisis dan respon autoimun.
 Bila penyebab inflamasi adalah invasi langsung dari patogen, gambaran klinis biasanya akut
dengan gejala kemerahan seperti fotofobia, nyeri, penurunan ketajaman penglihatan,
presipitat keratik  yang lebih sering terjadi pada jenis kusta lepromatosa dan borderline.
 Ketika proses inflamasi kronis dan tidak aktif, mekanisme patofisiologisnya adalah denervasi
simpatis iris yang mengarah ke atrofi dan juga dikenal sebagai uveitis neuro paralitik.
Manifestasi klinis  atrofi iris, sinekia, miosis (pupil punctiform) dan adanya iris pearls
(patognomonik iriditis akibat basil M. Leprae)
 Iridosiklitis yang dimediasi kompleks imun adalah hasil dari respon imun seluler, terutama oleh
sel T, dikaitkan dengan adanya granuloma di iris.
Pasien ini menunjukkan presipitat keratik dan atrofi iris difus sesuai
dengan literatur untuk pasien dengan kusta lepromatosa multibasiler.
 Atrofi iris terjadi sebagai akibat dari lesi pada otot atau serabut saraf.
 Iris pearls (military lepromas)  setelah invasi basiler, beberapa sel mononuklear bermigrasi ke
stroma iris membentuk sel busa yang mungkin tetap berada di iris untuk jangka waktu yang
lama tanpa menimbulkan respons inflamasi yang terlihat di bilik mata depan. Di dalam sel busa
ini, basil dapat bereplikasi dan membentuk koloni kecil yang seiring waktu dapat bertambah
besar dan bergabung, sehingga menjadi terlihat di bawah slit-lamp biomicroscopy. Ukuran iris
pearls biasanya 0,5-2 mm, sedangkan nodul Gilbert-Koeppe, terletak jauh di dalam stroma dan
berkembang secara independen dari tanda-tanda inflamasi akut.
 Pupil pinpoint pada pasien kusta  denervasi otonom segmen anterior.
 Diagnosis banding yang harus dipertimbangkan  iridosiklitis heterokromik Fuchs dan uveitis virus
 Sindrom uveitik Fuchs adalah ciri khas monokular terkait dengan presipitat keratik sentral dan
stellar. Pada iris dapat ditemukan atrofi stroma anterior, hal ini juga terlihat pada infeksi yang
disebabkan oleh leprae namun tampak lebih dalam. Jarang ditemukan edema makula cystoid,
pasien dengan Fuchs iridocyclitis tidak terlalu bergejala atau datang dengan penurunan
penglihatan yang signifikan, tetapi dengan gejala katarak atau glaukoma
Pasien ini, meskipun dengan gejala monokular, mengalami
penurunan penglihatan yang parah dan edema makula cystoid.
Pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO untuk kusta paucibaciler didasarkan pada
rejimen rifampisin dan dapsone; untuk pasien dengan kusta multibasiler klofazimin harus
ditambahkan. Durasi pengobatan minimal 6 bulan tetapi dapat diperpanjang hingga 12 bulan.
Tingkat kekambuhan dan resistensi terhadap rezim ini rendah, yaitu 3:100.000 per pasien
yang dirawat dan biasanya dikaitkan dengan penggunaan obat yang tidak tepat, misalnya, bila
digunakan sebagai monoterapi.
KESIMPULAN
05
Pada kusta, keterlibatan okular biasanya pada segmen anterior
 madarosis dan lagophthalmos pada jenis kusta lepromatosa.
Di kornea, basil dapat secara langsung menginfiltrasi saraf
stroma yang tidak bermielin kalsifikasi kecil dan hipoestesia,
dengan risiko ulserasi kornea.
KESIMPULAN
ANALISIS PICO
DAN VIA
07
PICO
Comparison Outcome
Problem Intervention
04
02
03
01
Uveitis unilateral kronik
pada pasien kusta
Tidak ada
Pemeriksaan diagnostic: pemeriksaan
oftalmologi, funduskopi, biomikroskopi slit
lamp, lab profil infeksi, OCT, dan biopsy lesi kulit
Gambaran klinis uveitis kronis pada pasien kusta:
Pada pemeriksaan mata, atrofi iris difus dan
edema Makula. Pemeriksaan fisik adanya lesi kulit
pada tubuh dan ekstremitas, yang dibiopsi dan
diidentifikasi sebagai positif kusta.
VIA
Ya, pasien seorang laki-laki berusia 65
tahun bekerja sebagai distributor
produk pertanian, dirujuk oleh
spesialis reumatologi dengan diagnosis
uveitis anterior pada mata kanan
Ya, dijelaskan bahwa selama 3 tahun
sebelumnya, pasien melakukan pengobatan
pada spesialis reumatologi, neurologi,
dermatologi, dan oftalmologi karena
diagnosis berikut: polineuropati demielinasi,
vasculitis urtikaria, dan uveitis kronis
VALIDITY
Ya, gejala sistemik pada pasien
dijelaskan oleh riwayat medis masa
lalunya dan keluhan penurunan
ketajaman visual.
Ya, pemeriksaan diagnostic dijelaskan
secara lengkap mulai dari pemeriksaan
oftalmologi, pemeriksaan fisik,
funduskopi, OCT, lab profil infeksi, dan
biopsy lesi kulit
Ya, Manajemen dan pengobatan yang
komprehensif dimulai dengan
rifampisin, clofazimine, dan dapson.
Ya, Uveitis pada pasien telah membaik secara
signifikan, saat ini sedang menjalani
perawatan untuk penyakit sistemiknya.
Ya, dari laporan kasus ini dapat
dipelajari manifestasi klinis uveitis
yang terjadi pada pasien kusta
Ya, telah dijelaskan pada riwayat
perjalanan penyakit pasien
IMPORTANCY
• Hasil laporan kasus ini
memberikan informasi yang
penting untuk menegakkan
diagnosis yang tepat mengenai
uveitis pada pasien kusta,
sehingga dapat melakukan
penatalaksanaan secara cepat
dan tepat
APPLICABILITY
• Hasil laporan kasus ini dapat
diterapkan di Indonesia terutama
di RS Abdul Moeloek karena
pasien kusta dengan keterlibatan
ocular terutama uveitis dapat
ditemui dan pemeriksaan
diagnostic yang telah dijelaskan
pada penelitian ini tersedia dan
dapat dilakukan.
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics &
images by Freepik.
Thank you!

More Related Content

Similar to UVEITIS KUSTA

Similar to UVEITIS KUSTA (20)

Mau diprin anja
Mau diprin anjaMau diprin anja
Mau diprin anja
 
Sindrom steven
Sindrom stevenSindrom steven
Sindrom steven
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1
 
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA  AKPER PEMKAB MUNA
Sindrom steven AKPER PEMKAB MUNA AKPER PEMKAB MUNA
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fixLaporan tutorial skenario 2 blok mata fix
Laporan tutorial skenario 2 blok mata fix
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNAKeratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
Keratitis anja AKPER PEMKAB MUNA
 
Refrat vogt
Refrat vogt Refrat vogt
Refrat vogt
 
Ulkus kornea
Ulkus korneaUlkus kornea
Ulkus kornea
 
uveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referatuveitis-anterior-referat
uveitis-anterior-referat
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitis
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Danu
DanuDanu
Danu
 
Refreshing
RefreshingRefreshing
Refreshing
 
Keratitis
KeratitisKeratitis
Keratitis
 
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptxPresentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
Presentasi Proposal Singkat Layanan Kesehatan Warna Serif Tradisional Hijau.pptx
 
Kulit
KulitKulit
Kulit
 

Recently uploaded

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 

Recently uploaded (20)

Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 

UVEITIS KUSTA

  • 1. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Fakultas Kedokteran Universitas Lampung 2022 Chronic Unilateral Uveitis as a Manifestation of Leprosy: A Case Report and Literature Review Co-assistants: Dion Pardameian Hutasoit 2118012098 Nyoman Mupu Murtane 2118012144 Assyiva Putri Amourisva 2118012096 Inna Rahmayanti Perwisa 2118012094 Sisy Rizkia Putri 2118012122 Devi Meidayanti 2118012123 Preceptor: dr. M. Yusran, M.Sc, Sp.M (K)
  • 3.
  • 5. - Abstrak  Tujuan: Untuk mendeskripsikan kasus kusta dengan uveitis anterior kronis yang berhubungan dengan lesi sistemik lainnya.  Metode: Laporan kasus dan tinjauan pustaka sistematis.  Hasil: Kasus pasien berusia 65 tahun dengan gambaran klinis uveitis kronis dan respons yang buruk terhadap pengobatan steroid topikal dan intravitreal. Pada pemeriksaan mata, didapatkan atrofi iris difus dan edema makula dan hasil tes laboratorium untuk penyakit autoimun dan infeksi berada dalam kisaran normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya lesi pada kulit tubuh dan ekstremitas, dari hasil biopsi diidentifikasi sebagai positif kusta.  Kesimpulan: Kasus ini menyajikan karakteristik atipikal uveitis dengan keterlibatan segmen posterior mata. Diagnosis kusta bisa menjadi tantangan  pendekatan yang sistematis dilakukan untuk mencapai pengobatan yang tepat.
  • 7. LATAR BELAKANG Kusta (Hansen’s disease) : penyakit granulomatosa kronis yang menular melalui droplet pernapasan dari individu yang terinfeksi, disebabkan oleh Mycobacterium leprae  mempengaruhi system saraf perifer, sistem muskuloskeletal, dan berbagai organ seperti kulit, mukosa , testis, dan mata. Prevalensi global kusta pada tahun 2014  174.608 kasus, dengan tingkat kejadian 3 kasus per 100.000 penduduk, salah satu negara yang paling terkena dampaknya  Bangladesh, India, Indonesia, dan Brasil WHO mengklasifikasikan kusta berdasarkan manifestasi klinis dan apusan kulit: 1. Kusta paucibasiler (PB, ≤ 5 lesi kulit dan smear negatif) 2. Kusta multibasiler (MB, ≥ 6 lesi kulit dan apusan positif)
  • 8. LATAR BELAKANG Kusta dapat menyebabkan kebutaan pada 3,5% pasien, akibat lesi saraf kranial kelima dan ketujuh karena invasi bakteri langsung ke bola mata. Kelainan mata manifestasi kusta: lagophthalmos, madarosis, ulkus kornea, katarak, dan uveitis pada 4% kasus. Juga bisa terdapat iridosiklitis akibat persistensi mikobakterium dalam struktur okular, dalam bentuk kronisnya dapat menyebabkan seclusion pupil dan penipisan stroma iris
  • 10. LAPORAN KASUS Pria berusia 65 tahun, bekerja sebagai distributor produk pertanian, dirujuk oleh seorang ahli reumatologi karena didiagnosis dengan uveitis anterior kronis pada mata kanannya. Selama 3 tahun sebelumnya, pasien mendapat pengobatan dari spesialis reumatologi, neurologi, dermatologi, dan oftalmologi karena diagnosis berikut: • Polineuropati demielinasi pada ekstremitas atas dan bawah • Vaskulitis urtikaria, diobati dengan azathioprine (50 mg bid) & cyclosporine (50 mg qd), tanpa perbaikan. • Uveitis kronis pada mata kanan, awalnya didiagnosis sebagai Fuchs iridosiklitis heterokromik diobati dengan steroid, namun tidak ada perbaikan. Selanjutnya didiagnosis sebagai cystoid macular edema dan diobati dengan implan deksametason intravitreal, namun tidak ada perbaikan juga  dirujuk untuk evaluasi lebih lanjut. ANAMNESIS
  • 11. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI  Visus  OD: 20/150 & OS: 20/20  Biomikroskopi slit lamp  OD : presipitat keratik difus, sel bilik mata depan grade 0,5+, atrofi iris difus (Gambar 1a), dan lensa intraokular dalam kantong kapsuler. OS: dalam batas normal  Pemeriksaan fundus  OD: area atrofi lokal dan difus dari epitel pigmen retina (RPE), tanpa bukti adanya koroiditis aktif atau tanda-tanda vaskulitis perifer, terdapat penebalan makula sentral dengan adanya membran epiretinal (ERM 0). OS: dalam batas normal  Tekanan intraokular (TIO)  OD: 18 mmHg, OS: 12 mmHg
  • 12. PEMERIKSAAN FISIK  lesi kulit eritematosa-violaceous dengan batas yang tidak teratur dan tidak jelas, dengan ukuran bervariasi (1-2 cm), beberapa di antaranya bergabung PEMERIKSAAN PENUNJANG Optical coherence tomography (OCT) macula  ketebalan pusat 345 m, dengan distribusi anatomi yang abnormal dan kista multiple yang melibatkan lapisan inti dalam dan luar, mengkonfirmasi kemungkinan etiologi campuran dari edema macula (uveitis dan ERM)
  • 13. PEMERIKSAAN PENUNJANG  Biopsi kulit  Hansen’s disease  etiologic dari gejala sistemik, dermatologis, dan uveitik yang dialami pasien (Gambar 4a).  Pemeriksaan apusan kulit  indeks bakteri 2+ dan keberadaan globi (Gambar 4b)  diagnosis kusta multibasiler borderline lepromatous  terapi: rifampicin, clofazimine, & dapsone.
  • 15. Kusta merupakan penyakit menular granulomatosa kronis dengan morbiditas yang tinggi. Jenis kusta yang berkembang secara klinis pada setiap pasien tergantung pada respon imun pejamu, yang dapat diklasifikasi menurut system Ridley-Jopling, berdasarkan jenis lesi kulit dan jumlah bakteri:  kusta tuberkuloid memiliki respon imun seluler yang baik, respon, lesi lebih sedikit dan jumlah bakteri rendah  kusta lepromatosa memiliki respon imun humoral dan lesi kulit multipel. WHO mengklasifikasikan kusta berdasarkan manifestasi klinis dan apusan kulit: 1. Kusta paucibasiler (PB, ≤ 5 lesi kulit dan smear negatif) 2. Kusta multibasiler (MB, ≥ 6 lesi kulit dan apusan positif) DISKUSI Sehingga pasien ini diklasifikasikan sebagai kusta lepromatosa multibasiler
  • 16. Mycobacterium leprae adalah bakteri intraseluler obligat berbentuk batang, yang mempengaruhi terutama saraf perifer karena tropisme untuk sel Schwann, makrofag, dan kulit. Umumnya ditemukan di bagian tubuh yang lebih dingin seperti mukosa hidung dan bilik mata anterior. Diagnosis histopatologi menggunakan pewarna Fite-Faraco atau hematoxylin-eosin  dapat memperlihatkan bakteri tahan asam dan alkohol. Kusta lepromatosa ditandai dengan adanya banyak basil yang membentuk kelompok yang disebut globi, seperti pada kasus ini dari hasil apusan kulit  grade 2+ dan globi  Kusta menyebabkan banyak keterlibatan okular, sebagian besar di bilik mata anterior karena suhunya lebih rendah dibandingkan dengan bagian mata lainnya.  M. leprae masuk melalui pembuluh darah dari badan siliaris, mencapai iris sebagai tempat perlindungan imunitas melalui saraf otonom kecil dan mampu meluas sebagai degenerasi aksonal retrograde.
  • 17. Pada kusta, episode peradangan dapat dibagi menjadi dua jenis: • Reaksi reversal  terdapat reaksi hipersensitivitas tertunda yang berhubungan dengan tuberkuloid dan kusta borderline, dimana okular yang paling sering adalah lagophthalmos Tipe I • Eritema nodosum  respon imun yang kuat yang berhubungan dengan kusta lepromatosa, keterlibatan okular sebagian besar uveitic dan kornea Tipe II
  • 18. Kerusakan okular pada kusta dicapai melalui empat mekanisme: Infeksi mikobakteri langsung Keterlibatan saraf kranial kelima dan ketujuh Reaksi reversal akibat peningkatan aktivitas sistem kekebalan Melalui eritema nodosum Keterlibatan kelopak mata: madarosis atau hilangnya alis karena infiltrasi langsung basil ke dalam folikel rambut dan atrofi, yang dapat diikuti oleh anomali lain seperti trikiasis, ektropion, entropion, perubahan refleks berkedip, dan ptosis. Pada permukaan mata, konjungtivitis dapat terjadi akibat infeksi primer. Keterlibatan kornea yang luas terjadi pada pasien dengan kusta lepromatosa, karena basil dapat secara langsung menginfiltrasi saraf stroma kornea yang tidak bermielin menghasilkan kalsifikasi kecil, hipoestesia kornea yang signifikan, terutama pada pasien dengan bentuk penyakit multibasiler
  • 19.  Uveitik pada pasien kusta sebagian besar mempengaruhi iris, karena basil lebih menyukai tempat yang lebih dingin di dalam tubuh.  Tiga mekanisme patogen untuk menyebabkan iridosiklitis: dengan bertahannya basil M. leprae dalam struktur okular, melalui neuroparalisis dan respon autoimun.  Bila penyebab inflamasi adalah invasi langsung dari patogen, gambaran klinis biasanya akut dengan gejala kemerahan seperti fotofobia, nyeri, penurunan ketajaman penglihatan, presipitat keratik  yang lebih sering terjadi pada jenis kusta lepromatosa dan borderline.  Ketika proses inflamasi kronis dan tidak aktif, mekanisme patofisiologisnya adalah denervasi simpatis iris yang mengarah ke atrofi dan juga dikenal sebagai uveitis neuro paralitik. Manifestasi klinis  atrofi iris, sinekia, miosis (pupil punctiform) dan adanya iris pearls (patognomonik iriditis akibat basil M. Leprae)  Iridosiklitis yang dimediasi kompleks imun adalah hasil dari respon imun seluler, terutama oleh sel T, dikaitkan dengan adanya granuloma di iris. Pasien ini menunjukkan presipitat keratik dan atrofi iris difus sesuai dengan literatur untuk pasien dengan kusta lepromatosa multibasiler.
  • 20.  Atrofi iris terjadi sebagai akibat dari lesi pada otot atau serabut saraf.  Iris pearls (military lepromas)  setelah invasi basiler, beberapa sel mononuklear bermigrasi ke stroma iris membentuk sel busa yang mungkin tetap berada di iris untuk jangka waktu yang lama tanpa menimbulkan respons inflamasi yang terlihat di bilik mata depan. Di dalam sel busa ini, basil dapat bereplikasi dan membentuk koloni kecil yang seiring waktu dapat bertambah besar dan bergabung, sehingga menjadi terlihat di bawah slit-lamp biomicroscopy. Ukuran iris pearls biasanya 0,5-2 mm, sedangkan nodul Gilbert-Koeppe, terletak jauh di dalam stroma dan berkembang secara independen dari tanda-tanda inflamasi akut.  Pupil pinpoint pada pasien kusta  denervasi otonom segmen anterior.  Diagnosis banding yang harus dipertimbangkan  iridosiklitis heterokromik Fuchs dan uveitis virus  Sindrom uveitik Fuchs adalah ciri khas monokular terkait dengan presipitat keratik sentral dan stellar. Pada iris dapat ditemukan atrofi stroma anterior, hal ini juga terlihat pada infeksi yang disebabkan oleh leprae namun tampak lebih dalam. Jarang ditemukan edema makula cystoid, pasien dengan Fuchs iridocyclitis tidak terlalu bergejala atau datang dengan penurunan penglihatan yang signifikan, tetapi dengan gejala katarak atau glaukoma Pasien ini, meskipun dengan gejala monokular, mengalami penurunan penglihatan yang parah dan edema makula cystoid.
  • 21. Pengobatan yang direkomendasikan oleh WHO untuk kusta paucibaciler didasarkan pada rejimen rifampisin dan dapsone; untuk pasien dengan kusta multibasiler klofazimin harus ditambahkan. Durasi pengobatan minimal 6 bulan tetapi dapat diperpanjang hingga 12 bulan. Tingkat kekambuhan dan resistensi terhadap rezim ini rendah, yaitu 3:100.000 per pasien yang dirawat dan biasanya dikaitkan dengan penggunaan obat yang tidak tepat, misalnya, bila digunakan sebagai monoterapi.
  • 23. Pada kusta, keterlibatan okular biasanya pada segmen anterior  madarosis dan lagophthalmos pada jenis kusta lepromatosa. Di kornea, basil dapat secara langsung menginfiltrasi saraf stroma yang tidak bermielin kalsifikasi kecil dan hipoestesia, dengan risiko ulserasi kornea. KESIMPULAN
  • 25. PICO Comparison Outcome Problem Intervention 04 02 03 01 Uveitis unilateral kronik pada pasien kusta Tidak ada Pemeriksaan diagnostic: pemeriksaan oftalmologi, funduskopi, biomikroskopi slit lamp, lab profil infeksi, OCT, dan biopsy lesi kulit Gambaran klinis uveitis kronis pada pasien kusta: Pada pemeriksaan mata, atrofi iris difus dan edema Makula. Pemeriksaan fisik adanya lesi kulit pada tubuh dan ekstremitas, yang dibiopsi dan diidentifikasi sebagai positif kusta.
  • 26. VIA
  • 27. Ya, pasien seorang laki-laki berusia 65 tahun bekerja sebagai distributor produk pertanian, dirujuk oleh spesialis reumatologi dengan diagnosis uveitis anterior pada mata kanan Ya, dijelaskan bahwa selama 3 tahun sebelumnya, pasien melakukan pengobatan pada spesialis reumatologi, neurologi, dermatologi, dan oftalmologi karena diagnosis berikut: polineuropati demielinasi, vasculitis urtikaria, dan uveitis kronis VALIDITY
  • 28. Ya, gejala sistemik pada pasien dijelaskan oleh riwayat medis masa lalunya dan keluhan penurunan ketajaman visual. Ya, pemeriksaan diagnostic dijelaskan secara lengkap mulai dari pemeriksaan oftalmologi, pemeriksaan fisik, funduskopi, OCT, lab profil infeksi, dan biopsy lesi kulit
  • 29. Ya, Manajemen dan pengobatan yang komprehensif dimulai dengan rifampisin, clofazimine, dan dapson. Ya, Uveitis pada pasien telah membaik secara signifikan, saat ini sedang menjalani perawatan untuk penyakit sistemiknya. Ya, dari laporan kasus ini dapat dipelajari manifestasi klinis uveitis yang terjadi pada pasien kusta Ya, telah dijelaskan pada riwayat perjalanan penyakit pasien
  • 30. IMPORTANCY • Hasil laporan kasus ini memberikan informasi yang penting untuk menegakkan diagnosis yang tepat mengenai uveitis pada pasien kusta, sehingga dapat melakukan penatalaksanaan secara cepat dan tepat APPLICABILITY • Hasil laporan kasus ini dapat diterapkan di Indonesia terutama di RS Abdul Moeloek karena pasien kusta dengan keterlibatan ocular terutama uveitis dapat ditemui dan pemeriksaan diagnostic yang telah dijelaskan pada penelitian ini tersedia dan dapat dilakukan.
  • 31. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik. Thank you!