1. MAKALAH
KONTRAK SOSIAL
(JEAN-JACQUES ROUSSEAU)
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok
Mata kuliah Filsafat Sosial
Dosen : Ilim Abdul Halim, M. A. M. Ag
Disusun Oleh :
NO NAMA NIM SEMESTER
1 Sulastri 1138030201 II
2 Tito Herlambang 1138030214 II
3 Upi Safaatun N 1138030217 II
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITA SISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
2. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
C. Tujuan .............................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN
A. Timbulnya pemikiran kontrak sosial (J J Rousseau) ....................................................... 5
B. Inti Pemikiran kontrak sosial (J J Rousseau) ................................................................... 6
C. Dampak Pemikiran kontrak sosial (J J Rousseau) ........................................................... 9
D. Tanggapan Penulis terhadap pemikiran kontrak sosial (J J Rousseau)............................. 13
PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
3. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
J.J. Rousseau atau nama aslinya Jean Jacques Rousseau lahir pada tanggal 28 Juni 1712, di
Jenewa, Swiss pada masa Rennaissance. Ayahnya bernama Isaac Rousseau. seorang tokoh
filosofi besar, penulis dan komposer pada abad pencerahan. Ibunya telah meninggal saat ia
masih bayi. Hidup Rousseau sangat aneh, sehingga terbawa kepada kepribadiannya. J.J.
Rousseau merupakan seorang yang penuh perasaan, semangat, dan blak-blakan mengenai
dirinya (http://www.slideshare.net, diakses pada 04 Maret 2014).
Pemikiran filosofinya dipengaruhi oleh revolusi Prancis, perkembangan politika modern dan
dasar pemikiran edukasi. J.J. Rousseau dikenal pada golongan romantik, yaitu kecenderungan
melakukan emosi dari pada pemikiran atau kegunaan. Pada periode revolusi Prancis, Rousseau
adalah filsafat terpopuler. Kecintaannya terhadap budaya Romawi Romantisme : Perasaan dan
subjektivitas (non-rasional). Disebutnya sebagai aliran romantisme politik karena pilitik yang
membedakan kebaikan masa lalu dihidupkan kembali atau dibawa kembali ke masa sekarang
atau masa depan. Kemudian hingga menacapai dimana pada masa ia meninggal pada usia 66
tahun pada tahun 1778 di desa Ermenoville, Oise, Perancis (http://www.slideshare.net, diakses
pada 04 Maret 2014).
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan makalah ini adalah
untuk memberikan penjelasan mengenai “Kontrak Sosial J.J. Rousseau”. Untuk memberi
kejelasan serta menghindari meluasnya pembahasan maka dalam makalah ini masalahnya
dibatasi pada:
1. Bagaimana timbulnya kontrak sosial J.J. Rousseau ?
2. Apa Inti dari Pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau ?
3. Apa Dampak dari Pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau ?
4. Apa tanggapan penulis terhadap teori kontrak sosial J.J. Rousseau ?
4. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 3
C. Tujuan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum
dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Filsafat Sosial, dan adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana timbulnya kontrak sosial J.J. Rousseau
2. Untuk mengetahui apa saja inti dari pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau
3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan dari pemikiran kontrak sosial
J.J. Rousseau
4. Untuk mengetahui tanggapan dari penulis tentang kontrak sosial J.J. Rousseau
5. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 4
PEMBAHASAN
A. Timbulnya pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau
Bentuk tertua masyarakat dan satu-satunya yang alami ialah keluarga. Anak-anak
terikat pada ayahnya hanya selama mereka perlu kepadanya untuk mempertahankan diri.
Bila keperluan itu tidak ada lagi, ikatan alami itu putus.
Begitu seseorang mencapai usia dewasa (berakal) ia menjadi tuan bagi dirinya, sebab
ia sendiri yang dapat menilai apa yang sebaiknya terus menjamin keberadaannya.
Kita bisa melihat keluarga sebagai model dasar bagi semua persekutuan politik.
Penguasa (lurer) merupakan ayah dalam bentuk besar : orang-orang (rakyat), secara
analogi, merupakan anak-anaknya, dan semuanya, baik ia penguasa maupun rakyat,
melepaskan kemerdekaannya sejauh memberi manfaat kepadanya. Bedanya hanya, bila
dalam keluarga cinta ayah kepada anak-anaknya cukup merupakan perawatan yang ia
berikan kepada mereka; dalam negara, kesukaan untuk memerintah menjadi ganti cinta tadi,
karena penguasa tidak puya hubungan cinta dengan rakyatnya. (Deliar Noer, 1996 :160)
Manusia alamiah, yaitu manusia yang dilahirkan dari kandungan alam, adalah manusia
yang baik, yang senantiasa berbuat sesuai dengan asas-asas yang tetap, yang tidak berubah.
Tetapi manuisa yang telah dihasilkan oleh hidup bermasyarakat adalah jahat. Di dalam
keadaan alamiah manusia hidup atas dasar dirinya sendiri, kesepian, sendiri di tengah-
tengah hutan yang lebat, dengan memiliki bagi dirinya segala kekuatan rohaniah dan
badaniah. (Harun Hadiwijoyono, 2011 :59)
Teori kontrak sosial merupakan salah satu teori dari terbentuknya negara. Teori
kontrak sosial merupakan teori yang menyatakan bahwa terbentuknya negara itu
disebabkan oleh adanya keinginan masyarakat untuk membuat kontrak sosial (perjanjian
sosial). Jadi, sumber kewenangan berasal dari masyarakat itu sendiri.
(http://dedetzelth.blogspot.com diakses pada 18 Februari 2014)
J.J. Rousseau menginginkan sebuah susunan masyarakat yang bebas, bahagia dan
manusiawi, berdasarkan asas-asas kodrati manusia, yakni bukan rasionya melainkan
kehendak dan perasaannya. Hubunga-hubungan sosial yang masing-masing anggota masih
menjadi tuan bagi dirinya sendiri dan bebas seperti keadaan aslinya.
(F. Budi Hardiman, 2011 : 101)
6. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 5
J.J. Rousseau memandang pada dasarnya manusia itu sama. Pada kondisi alamiah
antara manusia yang satu dengan manusia lainnya tidaklah terjadinya perkelahian. Manusia
hidup aman, damai dan tentram. Namun seiring waktu, menurut J.J. Rousseau semua itu
akan berubah, karena faktor alam, fisik dan moral menciptakan ketidaksamaan.
(http://dedetzelth.blogspot.com diakses pada 18 Februari 2014)
Menurut J.J. Rousseau, keadaan asli itu baik dan membahagiakan, tetapi sayang
bahwa jumlah masalah yang dihadapi manusia lebih banyak dari pada jumlah sumber untuk
mempertahankan diri. Dengan kata lain keadaan asli itu cendrung merosot juga.
(F. Budi Hardiman, 2011 : 102)
Untuk menghadapi masalah yang semakin nyata (kongkrit) dan perbedaan (disparitas)
antara manusia yang satu dengan manusia lainnya, maka manusia harus membentuk
persekutuan untuk melestarikan keadaan aslinya. (F. Budi Hardiman, 2011 : 102)
Dengan semua itu lahirlah “Du Contract Social”. Kontrak sosial adalah kesepakatan
yang rasional untuk menentukan seberapa luas kebebasan warga (yang pada asasnya tidak
terbatas) dan dilain pihak seberapa besar kewenangan pejabat negara (pada asasnya
terbatas). Kontrak sosial yang dibentuk atas kehendak bebas dari semua (the free will all),
untuk mamantapkan keadilan dan pemenuhan moralitas yang tinggi.
(http://dedetzelth.blogspot.com diakses pada 18 Februari 2014)
Menurut J.J. Rousseau hidup bermasyarakat adalah perlu sekali. Karena dengan
bermasyarakat orang tidak mungkin lagi hidup tanpa pertolongan orang lain.
(Harun Hadiwijono, 2011 : 60)
B. Inti Pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau
J.J. Rousseau mengedepankan konsep tentang kehendak umum (volonte general)
untuk dibedakan dari kehendak semua orang. J.J. Rousseau mengatakan bahwa kehendak
umum dari keinginan semua masyarakat tidak harus tercipta oleh jumlah orang yang
berkehendak (mempunyai keinginan) (the quantity of the subjects), akan tetapi harus
tercipta oleh kualitas kehendaknya (the quality of the object sought).
(http://dedetzelth.blogspot.com diakses pada 18 Februari 2014)
Lain halnya yang dimaksud dengan kehendak semua orang, yaitu kehendak sebagai
hasil dari keputusan suara terbanyak, yang belum tentu mencerminkan kehendak umum.
Kehendak umum ditujukan kepada kepentingan umum, yang tidak dapat tersesat, karena
7. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 6
senantiasa mengikuti hal-hal yang benar. Kehendak umum ini dapat menjadi kekuatan yang
memaksa, jikalau terjadi suatu perjanjian, yaitu perjanjian sosial (Contract Social).
(Harun Hadiwijono, 2011 : 61)
Perbedaan antara perjanjian sosial dan perjanjian-perjanjian yang biasa ialah bahwa
didalam perjanjian sosial itu orang menanggalkan kehendak sendiri, kepentingan sendiri,
dan hak-hak khususnya, sedangkan di dalam perjanjian-perjanjian yang biasa hak-hak
perorangan justru ditetapkan, diteguhkan. (Harun Hadiwijono, 2011 : 61)
Di dalam perjanjian sosial orang-orang yang membuat perjanjian menyerahkan hak-
hak mereka sepenuhnya kepada masayarakat, yang dilahirkan karena perjanjian itu mereka
tanpa syarat menundukan diri kepada kuasa bersama yang adil.
(Harun Hadiwijoyono, 2011 : 61)
Kekuasaan yang menetapkan undang-undang di dalam negara dibentuk dari penguasa
dan rakyat, yang semua bersama-sama mewakili “kehendak umum” J.J. Rousseau tidak
menghendaki adanya badan perwakilan rakyat atau parlemen, karena kehendak parlemen
tidak mengungkapkan “kehendak umum” mungkin mendekati pengungkapan “kehendak
semua orang”, sebab kehendak itu adalah keputusan suara yang terbanyak.
(Harun Hadiwijoyono, 2011 : 61)
Disamping kekuasaan yang menetapkan undang-undang ada kekuasaan yang
melaksanakan undang-undang, yaitu pemerintah, yang mewujudkan mata rantai yang
menghubungkan kehendak umum dan kehendak perorangan yang menerapkan undang-
undang kepada perorangan. Kekuasaan ini tidak lepas dari kekuasaan yang menetapkan
undang-undang. (Harun Hadiwijoyono, 2011 : 61)
Demokrasi
Pembuat undang-undang mengetahui lebih baik daripada siapa pun juga bagaimana
undang-undang itu harus dilaksanakan dan ditafsirkan. Maka, tampaknya tidak ada yang
lebih baik daripada undang-undang yang menggabungkan kekuasaan eksekutif dan
legisaltif. Namun, hal itu jugalah yang menjadikan pemerintah menunjukan kekurangan
dalam bebrapa hal: butir-butir yang seharusnya dibedakan tidak terpisahkan dan Karena
dapat dikatakan bahwa priagung dan berdaulat, yang tergabung dalam diri seseorang saja,
merupakan pemerintah tanpa pemerintah.
Tidak baik jika pembuat undang-undang juga menerapkannya. Demikian juga jika
korps rakyat memalingkan perhatiannya dari sudut pandangan umum agar dapat lebih
8. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 7
memperhatikan objek pribadi. Tak ada yang lebih berbahaya daripada pengaruh
kepentingan pribadi dalam urusan umum, dan penyalahgunaan undang-undang oleh
pemerintah tidak seberapa jika dibandingkan kebobrokan legislator yang merupakan akibat
dari pandangan pribadi. Oleh karena substansi Negara menjadi lemah, reformasi apapun
tidak mungkin. Rakyat yang tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan pemerintahan tidak
akan pernah menyalahgunakan kebebasan. Rakyat yang selalu memerintah dengan baik
tidak perlu diperintah.
Apabila istilah itu diterima secara ketat, sampai sekarang demokrasi yang
sesungguhnya belum pernah ada, dan tidak akan pernah ada. Suatu hal bertentangan dengan
tatanan alami apabila sejumlah besar orang memerintah dan sejumlah kecil diperintah. Tak
dapat dibayangkan bahwa rakyat terus-menerus berkumpul untuk menyelesaikan urusan
umum. Dengan mudah dapat dipahami bahwa, untuk keperluan itu, perlu dibentuk komisi
tanpa mengubah bentuk administrasi. Tambahan lagi begitu banyak maslah yang sulit
digabungkan, yang tak dapat dituntut pemerintah ini! Pertama-tama, suatu Negara sangat
kecil yang rakyatnya mudah dikumpulkan dan setiap warganya dengan mudah mengenal
yang lain. Kedua, adat-istiadat sangat sederhana yang menghindari sejumlah besar urusan
dan diskusi yang sulit. Kemudian, tingkat kesetaraan yang sangat baik dalam hierarki
masyarakat dan kekayaaan. Kalu tidak demikian, kesetaraan hukum dan otoritas tidak dapat
berlangsung lama. Akhirnya, sedikit atau sama sekali tidak ada kemewahan karena
kemewahan itu akibat kekayaan, atau demi kemewahan, kekayaan menjadi hal yang
diperlukan. Kemewahan merusak baik si kaya maupun si miskin, yang pertama dengan
nafsu memiliki, yang lain dengan kerakusan. Demi kemewahan, tanah air dikorbankan
untuk hura-hura dan hal yang sia-sia. Kemewahan menyebabkan Negara kehilangan semua
warga terbaiknya karena mereka saling memperbudak, dan karena tak ada yang mereka
pikirkan selain pendapat orang tentang gengsi mereka.
Rakyat sama dengan membangun gedung, arsitek terlebih dahulu meneliti keadaan
tanah untuk melihat apakah mampu menahan beban, legislator yang bijaksana tidak mulai
dengan menyusun undang-undang yang baik untuk undang-undang itu sendiri, namun ia
menguji dahulu apakah rakyat yang akan menerimanya memang sanggup menanggungnya.
Sebagian besar rakyat, dan manusia pada umumnya, hanya patuh ketika masih muda,
begitu menjadi tua mereka tak dapat diperbaiki lagi. Sekali adat istiadat mapan dan
berbagai prasangka berakar, sangat berbahaya dan sia-sia kalau kita berusaha
9. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 8
mengubahnya. Rakyat bahkan menolak sama sekali ketika penyakitnya dirawat untuk
disembuhkan, sama dengan orang sakit yang bodoh dan tidak tabah, yang gemetar melihat
dokter.
Seperti beberapa penyakit yang mengacaukan ingatan manusia dan membuatnya
lupa pada masa lalu, kadangkala di dalam kehidupan berbagai Negara terjadi revolusi yang
menimbulkan krisis dalam diri rakyat, seperti juga krisis yang dialami para individu, yang
kekejamannya demikian rupa sehingga rakyat lebih suka melupakannya, dan yang membuat
Negara yang pernah diamuk perang saudara seperti terlahir kembali dari abunya dan
menjadi muda kembali ketika keluar dari pelukan maut.
Namun, kejadian semacam itu langka dan merupakan kekecualian yang
penjelasannya terdapat dalam pembentukan khas Negara tersebut. Kekecualian itu bahkan
tak mungkin terjadi dua kali pada rakyat yang sama karena rakyat dapat menjadi bebas
selama mereka hanya makhluk bar-bar, namun tidak mungkin kembali bebas manakala
semangat politisnya usang. Dalam hal itu, kekacauan dapat menghancurkannya, namu
revolusi tidak mungkin membangunnya kembali, dan begitu besi-besi pengikat patah,
rakyat cerai-berai dan sirna. Maka, diperlukan seorang majikan dan bukan seorang
pembebas. Rakyat bebas, ingatlah selalu pada prinsip ini: “kita dapat memperoleh
kebebasan, namun sekali hilang, tidak akan pernah memperolehnya kembali”.
Masa muda bukanlah masa kanak-kanak. Bangsa sama dengan manusia, ada masa
muda atau masa dewasa yang harus ditunggu sebelum mereka dikenai undang-undang.
Namun, masa dewasa rakyat tidak selamanya mudah untuk diketahui dan, jika kita
mendahuluinya, undang-undang menjadi sia-sia. Rakyat yang satu berdisiplin sejak lahir,
sementara yang lain tidak mampu walaupun umurnya sudah berabad-abad.
C. Dampak Pemikiran kontrak sosial J.J. Rousseau
“manusia harus memilih antara tetap bebas, tidak saling bergantung namun mati, dan
bersatu untuk bertahan hidup dengan membangun masyarakat politis”
Apa yang akan hilang dari manusia sebagai akibat dari perjanjian sosial adalah
kemerdekaan alamiahnya dan haknya yang tidak jelas untuk memiliki apa saja yang
menariknya, apa yang ia peroleh sesunguhnya ialah kemerdekaan sipil dan pemilikan apa
yang menjadi miliknya. Agar kita tidak punya ilusi yang tidak-tidak mengenai perubahan
ini.
10. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 9
J.J. Rousseau mengakui adanya perubahan kondisi lewat kontrak sosial, perubahannya
seperti :
Jika dalam keadaan asli ada “kebebasan kodarati” , sesudah kontrak sosial ada
“kebebasan sipil”
Jika dalam keadaan asli kebebasan alamiah dibatasi oleh kekuatan fisik individu,
dalam negara kebebasan sipil dibatasi oleh kehendak umum.
Meski ada perubahan ini J.J. Rousseau tetap berkeyakinan bahwa kalau negara diatur
denga baik kebebasan warganya bisa lebih tinggi daripada kebebasan dalam keadaan
aslinya. (F. Budi Hardiman, 2011 : 102)
Negara yang dianggap baik adalah negara yang mencerminkan kedaulatan rakyat.
Artinya, di negara itu hukum tidak kurang mencerminkan kehendak rakyat. Bagi J.J.
Rousseau, kedaulatan tak lain dari pada pelaksanaan kehendak umum. Dalam negara
kedaulatan rakyat individu dapat mempertahankan kebebasannya, sebab dia adalah sumber
kedaulatan dan dengan menyesuaikan diri, dengan kehendak umum kepentingan riilnya
terpenuhi. Dengan demikian menurut J.J. Rousseau, kedaulatan rakyat adalah mutlak.
Dalam hal ini dia tidak mendukung adanya lembaga penengah, misalnya : lembaga
perwakilan, sebab perwakilan akan mengurangi kedaulatan rakyat. Kedaulatan tidak bisa
dibagi menjadi pemerintah (eksekutif) dan parlemen (legislatif) ; baginya kedaulatan
bersifat legislatif dan identik dengan rakyat. (F. Budi Hardiamn, 2011 : 103)
Akibat pertama dan sangat utama dari dasar-dasar yang telah diletakan bahwa hanya
kemauan yang dapat mengarahkan kekuasaan negara sedemikian rupa sehingga dapat
mendirikan kebaikan bagi semua. Oleh Karena itu, bahwa kedaulatan yang hanya
merupakan pelaksanaan kemauan umum, tidak pernah bisa dihapuskan, dan bahwa
penguasa berdaulat yang semata-mata merupakan suatu badan kolektif, tidak dapat
diwakili kecuali oleh dirinya sendiri. Kekuasaan dapat diserahkan, tetapi tidak kemauan.
Dan walaupun dalam kenyataan, mungkin kemauan individu dalam hal tertentu dapat
sesaui dengan kemauan umum, apa yang tidak mungkin ialah bahwa operjanjian yang
seperti itu bisa langgeng dan tetap. Sebab kemauan individu cenderung secara alami pada
keistimewaan, kemauan bersama pada persamaan. Lebih tidak mungkin lagi bila mesti ada
jaminan bagi harmoni kepentingan-kepentingan itu, dan kalau pun ada, namun hanya
karena kebetulan, dan bukan kesengajaan sebagai fondasi tempat ia bersandar. Tentu
seorang penguasa berdaulat dapat berkata, “apa yang asaya inginkan saat ini sesaui denagn
11. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 10
apa yang diinginkan individu ini atau itu”. Tetapi tidak bisa ia berkata : apa yang mungkin
aia inginkan esok akan sesaui dengan keinginan saya dalam semua segi” oleh sebab itu ,
akalu rakyat semata-mata hanya patuh, dengan demikian mereka membatalkan kembali
ikatan sossial, dan dengan begitu menghilangkan sifat mereka sebagai rakyat. Begitu si
tuan muncul dipermukaan, sang penguasa berdaulat lengyap, dan badan politik pun hancur.
Dengan alasan yang sama bahwa kedaulatan tidak dapat di bagi-bagi, sebab keamuan
itu bersifat umum atau tidak sama sekali. (bahwa kemauan itu umum, tidak selamanya
berarti bahwa ia serupa semua-unanimous- walaupun perlu tiap suara dihitung. Bila ada
suara yang tidak dihitung, amka ini sengaja melanggar sifat umum dari suatu keputusan).
Sesautu itu bisa merupakan kemauan dari keseluruhan badan rakyat, atau ia hanya dari
suatu bagian. Dalam hal pertama, kemauan itu adalah perbuatan dari kedaulatan, dan upaya
kekuatan hukum. Dalam hal kedua, ini hanya sebagian, atau dengan kata lain, suatu
perbuatan yang dipaksakan pemerintah; dan sebab itu, sebanyak-banyaknya yang dapat
dikatakan tentang itu ialah bahwa ia merupakan dekrit.
Kemauan umum itu selamanya benar dan tetap cenderung pada manfaat umum. Tetapi
tidak berti bahwa musyawarah yang dilakukan rakyat selamanya akan tidak perlu
dipertanyakan. Selamanya seseorang itu ingin agar ia mendapatkan yang baik saja baginya,
tetapi tidak selamanya ia melihat di mana atau apa yang baik itu. Rakyat tidak pernah jahat
tetapi ia sering di tipu, dan hanay karena dikibuli mereka kelihatan cederung pada kemauan
yang bersifat jahat.
Seringkali dijumpai perbedaan besar antara kemauan semua (will of all) dengan
kemauan umum (general will). Kemauna umum hanya mengenai kepentingan umum,
kemauan semua megenai kepentingan yang bersifat sebagian; ia merupakan jumlah dari
kemauan-kemauan individu. Tetapi ambillah dari kamuan-kemauna yang terpisah ini segi
kelebihan dan kekuranganya yang menghapuskan jumlah dari perbedaan-perbedaan yang
tinggal, maka itulah kemauan umum itu.
Apabila rakyat, yang bermusyawarah, memperoleh keterangan secukupnya, dan
apabila tidak ada jalan bagi para warga negarauntuk berkomunikasi sesamanya, dari
jumlah besar perbedaan-perbedaan kecil akan timbul kemauan umum, dan keputusan-
keputusan yang dicapai akan senantiasa baik. Tetapi apabila kelompok-kelompok yang
melakukan intrik dan kumpulan-kumpulan yang bersifat sebagaian (partial) dibentuk
dengan merugikan keseluruhan, maka kemauan tiap kelompok hanya bersifat umum kalau
12. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 11
mengenai para anggotanya sendiri, tetapi bersifat sebagian dalam hubungan dengan negara.
Apabila keadaan ini timbul, dapat diaktakan bahwa tidak ada lagi jumlah suara dengan
jumlah orang, melainkan jumlah suara itu sebanyak jumlah golongan saja. Perbedaan
kepentingan lebih sedikit dan hasilnya kurang bersifat umum. Akhirnya apabila salah satu
dari golongan ini menjadi terlampau besar sehingga menguasai yang lain-lain, hasilnya
bukan jumlah segala perbedaan-perbedaan kecil, melainkan satu perbedaan saja. Kemauna
umum jadinya tidak ada sama sekali, dan pendapat yang ada tidak mempunyaikesahan,
kecuali dari seorang individu.
Jadi kalu kemaun umum benar-benar akan dilahirkan, perlulah agar tidak ada
kelompok-kelompok tamabhan dalam negara, dan agar tiap warga negara mengeluarkan
pendapatnya sendiri dan benar-benar hnaya pendapatnya sendiri.
Apabila negara atau kota merupakan pribadi moral semata-mata, yang kehidupannya
timbul karena persatuan para anggotanya, dan apabila hal yang sangat diperhatikan adalah
menjaga keberadaannya, maka akibatnya ia harus mempunyai kekuasaan memaksa yang
meliputi seluruh bidang kerjanya, agar ia dapat mengusahakan dan menyesuaikan tiap
bagian dengan craa yang akan sangat berguna bagi keseluruhan. Sebagaimana alam
memberi kepada tiap manusia kekuasaan komplet atas dirinya, demikian pula kepada
perjanjian sosial memberi kepada politik itu kekuasaan menyeluruh atas para anggotanya.
Disetujui bahwa apa-apa, sebagai akibat perjanjian sosial, yang diserahkan seseorang
tentang kekuasaan, milik dan kebebasannya hanya sebesar yang berkaitan dengan
kesejahteraan masyarakat. Tetapi disamping itu, mestilah diakui bahwa hanya penguasa
berdaulat yang bisa menetapkan betapa tepatnya penyerahan ini.
Layanan-layanan yang harus dilakukan warga negara kepada negara mesti dilakukan
olehnya bila dikehendaki penguasa berdaulat. Tetapi penguasa ini tidak boleh mewajibkan
para warganya memikul suatu beban apa pun yang tidak diperlukan untuk kesejahteraan
masyarakat. Malah ia tidak bisa mempunyai harapan seperti itu, oleh sebab dalam rangka
akal budi (reason), seperti pada alam, tidak ada yang dikerjakan tanpa maksud.
Dengan ajaran itu J.J. Rousseau dipandang sebagai pendukung demokrasi yang paling
penting karena mendukung kedaulatan oleh rakyat. J.J. Rousseau adalah pengkritik yang
rajin, atas monarki Inggris, yang justru di puja-puja oleh Montesquieu, dengan alasan
bahwa monarki kerap jatuh pada perbudakan atas rakyat. Ironisnya, ajarannya juga kerap
dinilai sebagai dukungan atas totalitarianisme (atau pemerintahan totaliter). Mengapa ?
13. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 12
teori kehendak umum itu ternyata tidak hanya menjadi asas demokrasi tetapi juga asas
totalitarianisme. Dengan anggapannya bahwa kehendak umum selalu benar dan selalu
mencerminkan kepentingan umum, ajaran ini membenarkan “tirani mayoritas”.
“penindasan atas minoritas” dan “absolutism negara demi kedaulatan rakyat”
(F. Budi Hardiman, 2011 : 103)
D. Tanggapan Penulis terhadap pemikiran kontrak sosial J J Rousseau
Menurut kami, dengan adanya teori kontrak sosial yang diusung oleh J.J. Rousseau
semakin memperjelas kedaulatan yang harus dilakukan oleh rakyat. Pemikiran J.J.
Rousseau ini sangat memiliki kedudukan yang penting dalam sejarah filsafat modern yang
diakui sebagai pencerahan dan kemajuan. Kami sangat sependapat dengan teori kontrak
sosial J.J. Rousseau, karena J.J. Rousseau menarik simpati rakyat dengan pendekatan per
individu bukan dengan kekerasan, teori perjanjian yang dapat membawa perubahan yang
lebih baik di mana orang-orang yang ada di dalamnya saling terikat satu sama lain yang
mengedepankan kesatuan bersama.
Jika kita melihat bahwa ajaran J.J. Rousseau ini dianggap sebagai dukungan atas
totalitarianisme (pemerintahan totaliter) yang dimaksud totaliatarianisme di sini adalah
sebuah sistem politik di mana negara berada di bawah kendali orang politik tunggal,
golongan atau kelas, tidak megenal batas otoritas dan berusaha untuk mengatur setiap aspek
kehidupan politik. Setelah kita mengetahui toitalitarianisme itu apa, kita hubungkan apakah
di negara kita menggunakan totalitarianisme? memang di negara kita menggunakan
totalitarianisme selain itu sebagaimana yang terdapat pada kelemahan J.J. Rousseau bahwa
J.J Rousseau juga mendukung akan pilihan suara terbanyak, dan cara seperti itu pun ada di
negara kita. Jadi, dapat dikatakan mungkin saja negara kita ini terbentuk salah satunya
dengan kontrak sosial yang di kemukakan oleh J.J. Rousseau.
14. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 13
PENUTUP
A. Kesimpulan
Untuk menghadapi masalah yang semakin nyata (kongkrit) dan perbedaan (disparitas)
antara manusia yang satu dengan manusia lainnya. lahirlah “Du Contract Social”. untuk
menentukan seberapa luas kebebasan warga (yang pada asasnya tidak terbatas) dan dilain
pihak seberapa besar kewenangan pejabat negara (pada asasnya terbatas). Kontrak sosial
yang dibentuk atas kehendak bebas dari semua (the free will all), untuk mamantapkan
keadilan dan pemenuhan moralitas yang tinggi.
J.J. Rousseau mengedepankan konsep tentang kehendak umum (volonte general)
untuk dibedakan dari kehendak semua orang. J.J. Rousseau mengatakan bahwa kehendak
umum dari keinginan semua masyarakat tidak harus tercipta oleh jumlah orang yang
berkehendak (mempunyai keinginan) (the quantity of the subjects), akan tetapi harus tercipta
oleh kualitas kehendaknya (the quality of the object sought).
Dampak dari kontrak sosial J.J Rousseau ini adanya perubahannya seperti :
Jika dalam keadaan asli ada “kebebasan kodarati” , sesudah kontrak sosial ada
“kebebasan sipil”.
Jika dalam keadaan asli kebebasan alamiah dibatasi oleh kekuatan fisik individu, dalam
negara kebebasan sipil dibatasi oleh kehendak umum.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang.
Karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
15. Jean Jacques Rousseau Kontrak Sosial | 14
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono Haru, 2011. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta. Kanisius
Hardiman Budi, 2011. Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern (Dari
Machiavelli sampai Nietzsche). Jakarta. Erlangga
Noer Deliar, 1996. Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta. Media Utama
http://seedhieqz.wordpress.com/2012/06/13/pemikiran-politik-zaman-pencerahan-dan
reformasi-antara-hobbes-dan-locke [diakses pada 04 Maret 2014].