2. Menurut D.Simons, unsur-
unsur strarfbaarfeit adalah:
a. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat
atau tidak berbuat atau membiarkan);
b. Diancam dengan pidana (stratbaar gesteld);
c. Melawan hukum (onrechmatig);
d. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in
verband stand);
e. Oleh orang yang mampu bertanggung jawab
(toerekeningsvatbaar persoon).
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
3. a. Perbuatan manusia
Berdasarkan hukum pidana positif yang berlaku di Indoensia,
yang dapat dijadikan subjek hukum hanyalah manusia. Hewan
tidak dapat dituduh melanggar hukum, demikian pula badan
hukum. Badan hukum dapat melakukan perbuatan hukum dan
dapat menjadi subjek hukum, akan tetapi badan hukum tidak
dapat dituntut hukum pidana. Hal ini sesuai dengan sifat
hukum pidana kita yang bersandar pada ajaran mengharuskan
adanya unsur “dosa” pada orang yang melakukan perbuatan
terlarang. Namun seiring perkembangan perundang-undangan
di Indonesia maka Badan Hukum dapat pula dituntut pidana,
misalnya dalam UU Korupsi dan UU Perikanan, dimana Badan
Hukum dikenakan pidana denda dan sanksi administrasi.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
4. b. Diancam dengan pidana
Tidak boleh suatu perbuatan dipidana kalau
sebelumnya dilakukan belum diatur oleh Undang-
undang. Undang-undang hanya berlaku untuk ke
depan dan tidak berlaku surut. Azas ini dikenal
dengan sebutan “NULLUM DELICTUM, NULLA
POENA SINE PRAEVIA LEGE POENALI”. Azas ini
telah diletakkan pada pasal 1 ayat 1 KUUHP: “Tiada
suatu perbuatan boleh dihukum, melainkan atas
kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang,
yang terdahulu daripda perbuatan itu”.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
5. c. Melawan hukum
Secara formal perbuatan yang terlarang itu berlawanan
perintah undang-undang itulah perbuatan melawan
hukum. Ada tiga penafsiran tentang istilah “melawan
hukum”. Simons mengatakan melawan hukum artinya
bertentang dengan hukum, bukan saja dengan hukum
subjektif juga hukum objektif. Pompe memperluas lagi
dengan hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Menurut
anggapan Noyon, melawan hukum artinya bertentangan
dengan hak orang lain. Sedang menurut Hoge Raad
(Belanda) bahwa melawan hukum berarti tanpa
wewenang atau tanpa hak.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
6. d. Dilakukan dengan kesalahan
Perbuatan harus dilakukan dengan kesalahan.
Kesalahan ini dapat berhubungan dengan akibat dari
perbuatan atau dengan keadaan-keadaan mana
perbuatan itu dilakukan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
7. e. Mampu bertanggung jawab
Untuk dapat dikatakan seseorang berdosa (tentu
dalam hukum pidana) diperlukan adanya kesadaran
pertanggungjawaban, adanya hubungan pengaruh
dari keadaan jiwa orang atas perbuatannya,
kehampaan alasan yang dapat melepaskan diri dari
pertanggungjawaban.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
8. Simons : adanya unsur objektif dan
unsur subjektif dari strafbaarfeit.
a. Unsur objektif antara lain :
1) Perbuatan orang;
2) Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;
3) Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai
perbuatan itu seperti dalam Pasal 281 KUHP sifat “di
muka umum”
b. Unsur subjektif yaitu :
1) Orang yang mampu bertanggung jawab;
2) Adanya kesalahan (dolus atau culpa);
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
9. PENDEKATAN KAJIAN KEJAHATAN
Pendekatan biogenik ; suatu pendekatan yang
mencoba menjelaskan sebab atau sumber kejahatan
berdasarkan faktor-faktor dan proses biologis,
Pendekatan Psikogenik ; yang menekankan bahwa
para pelanggar hukum memberi respons terhadap
berbagai macam tekanan psikologis serta masalah-
masalah kepribadian yang mendorong mereka untuk
melakukan kejahatan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
10. Pendekatan Sosiogenik ; yang menjelaskan kejahatan
dalam hubungannya dengan poses-proses dan
struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakat
atau yang secara khusus dikaitkan dengan unsur-
unsur didalam sistem budaya.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
11. Pendekatan Tipologis ; yang didasarkan pada
penyusunan tipologi penjahat dalamhubungannya
dengan peranan sosial pelanggar hukum, tingkat
identifikasi dengan kejahatan, konsepsi diri, pola
persekutuan dengan orang lain yang penjahat atau
yang bukan penjahat, kesinambungan dan
peningkatan kualitas kejahatan, cara melakukan dan
hubungan prilaku dengan unsur-unsur kepribadian
serta sejauh mana kejahatan merupakan bagian dari
kehidupan seseorang.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
12. Tipologi Kejahatan
Walter C. Recless membedakan karir
penjahat ke dalam :
1.penjahat biasa,
2.penjahat berorganisasi dan
3.penjahat profesional
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
13. Penjahat biasa adalah peringkat terendah dalam karir
kriminil, mereka melakukan kejahatan konvensional
mulai dari pencurian ringan sampai pencurian dengan
kekerasan yang membutuhkan keterampilan terbatas,
juga kurang mempunyai organisasi.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
14. Penjahat terorganisasi umumnya mempunyai
organisasi yang kuat dan dapat menghindari
penyelidikan, serta mengkhususkan diri dalam bisnis
ilegal berskala besar, Kekuatan, kekerasan, intimidasi
dan pemerasan digunakan untuk memperoleh dan
mempertahankan pengendalian atas kegiatan
ekonomi diluar hukum
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
15. Penjahat professional lebih mempunyai kemahiran
yang tinggi dan mampu menghasilkan kejahatan yang
besar dan yang sulit diungkapkan oleh penegak
hukum. Penjahat-penjahat jenis ini mengkhususkan
diri dalam kejahatan-kejahatan yang lebih
membutuhkan keterampilan daripada kekerasan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
16. Marshall B. Clinard dan Richard Quinney
8 tipe kejahatan yang didasarkan pada 4 karakteristik,
yaitu :
1. karir penjahat dari si pelanggar hukum
2. sejauh mana prilaku itu memperoleh dukungan
kelompok
3. hubungan timbal balik antara kejahatan pola-
pola prilaku yang sah
4. reaksi sosial terhadap kejahatan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
17. 8 Tipe Kejahatan
Menurut Marshall B. Clinard dan Richard Quinney
1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang
meliputi bentuk-bentuk perbuatan riminil seperti
pembunuhan dan perkosaan, Pelaku tidak
menganggap dirinya sebagai penjahat dan seringkali
belum pemah melakukan kejahatan tersebut
sebelumnya, melainkan karena keadan-keadaan
tertentu yang memaksa mereka melakukannya.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
18. 2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan
sewaktu-waktu, termasuk kedalamnya antara lain
pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu
memandang dirinya sebagai penjahat dan mampu
memberikan pembenaran atas perbuatannya.
3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan
kedudukan tertentu yang pada umumnya dilakukan
oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak
memandang dirinya sebagai penjahat dan
memberikan pembenaran bahwa kelakuannya
merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
19. 4. Kejahatan politik yang meliputi pengkhianatan
spionase, sabotase, dan sebagainya. Pelaku
melakukannya apabila mereka merasa perbuatan
ilegai itusangat penting dalam mencapai perubahan-
perubahan yang diinginkan dalam masyarakat.
5. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar
hukum memandang dirinya sebagai penjahat apabila
mereka terus menerus ditetapkan oleh orang lain
sebagai penjahat, misalnya pelacuran. Reaksi sosial
terhadap pelanggaran hukum ini bersifat informal
dan terbatas.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
20. 6. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain
perampokan dan bentuk-bentuk pencurian terutama
dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku
menggunakannya sebagai part time- Carreer dan
seringkali untuk menambah penghasilan dari
kejahatan. Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-
tujuan sukses ekonomi, akan tetapi dalam hal ini
terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai
pemilikan pribadi telah dilanggar.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
21. 7. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara
lain pemerasan, pelacuran, perjudian terorganisasi
serta pengedaran narkotika dan sebaigainya. Pelaku
yang berasal dari eselon bawah memandang dirinya
sebagai penjahat dan terutama mempunyai hubungan
dengan kelompok-kelompok penjahat, juga terasing
dari masyarakat luas, sedangkan para eselon atasnya
tidak berbeda dengan warga masyarakat lain dan
bahkan seringkali bertempat tinggal dilingkungan-
lingkungan pemukiman yang baik.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
22. 8. Kejahatan profesional yang dilakukan sebagai suatu
cara hidup seseorang. Mereka memandang diri
sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan
penjahat-penjahat lain serta mempunyai status tinggi
dalam dunia kejahatan. Mereka sering juga cenderung
terasing dari masyarakat luas serta menempuh suatu
karir penjahat. Reaksi masyarakat terhadap kejahatan
ini tidak selalu keras.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
23. Tipe Penjahat Menurut Bonger
The Cassual Offender; Tipe ini sebenarnya belum
dapat disebut penjahat, tetapi pelanggar kecil, seperti
tidak pakai lampu pada malam hari atau tidak
berjalan di sisi kiri jalan.
The Occasional Criminal ;Orang ini melakukan
kejahatan ringan seperti, orang yang menabrak
sehingga korban luka ringan.
The Episodic Criminal ;Perbuatannya disebabkan
karena emosi yang hebat, sehingga dia kehilangan
kontrol.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
24. The Habitat Criminal ;Mereka atau orang yang selalu
mengulangi perbuatannya, seperti pemabok,
pengemis. Dan dapat juga digolongkan sebagai
residivis.
The Professional Criminal ;Pelaku perbuatan ini
sebagai mata pencaharian, karena sifatnya mata
pencaharian tentunya banyak terjadi di lapangan
ekonomi seperti penyelundupan, korupsi, penjualan
narkotik.
Organized Crime ; Para pelaku mengadakan
organisasi yang rapi untuk operasi kejahatan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
25. Menurut Clinnard dan Quinney
ciri organized crime modern adalah
Mempunyai struktur hirarki dengan pola
hubungan yang bermutual dan previlese
Mengendalikan monopoli atau membangun
pengaruh terhadap kelompok/wilayah lain
Menggantungkan diri pada penggunaan
kekerasan dalam menegakkan disiplin dan
menghadapi pesaing
Memelihara kekebalan hukum
Memperoleh keuntungan yang luar biasa besar.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
26. The Mentally Abnormal Criminal ;Penjahat ini
menderita penyakit psikopatis dan psikotis, penjahat
yang mengalami gangguan jiwa.
The Nonmalicious Criminal ;Sesuatu perbuatan dinilai
sekolompok masyarakat sebagai kejahatan sedang
kelompok lain menyebut bukan kejahatan. Kejahatan
ini bersifat relatif. Ada orang yang menuduh seorang
laki’ menyerahkan isterinya pada tamunya sebagai
kejahatan. Hal ini dilakukan sebagai adat istiadat
mereka dalam menyambut tamunya.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
27. The White Collar Crime ; Kejahatan yang dilakukan
oleh seorang dari upper class didalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam jabatan, baik
di bidang ekonomi maupun sosial politik dan
terutama merupakan pelanggaran atas kepercayaan
dari masyarakat kepadanya. Kerugian yang
ditimbulkan bersifat materi dan immateril. Yang
dimaksud immateril timbulnya ketidakpercayaan dan
menurunnya kepercayaan masyarakat kepadanya.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
28. Kejahatan Kontemporer
Terorisme, yaitu dalam pendefinisiannya sangat sulit
dan banyak sekali orang yang mendefinisikannya,
namun dalam beberapa definisi ada yang serupa yaitu
tindak kekerasan oleh pemerintah maupun tindak
kekerasan anti pemerintah
terorisme tidak bisa disebut organized crime karena
tidak orientasi materi, dan terorisme kejahatan yang
mempunyai ideologi.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
29. Kejahatan Kebencian (Hate Crime), pengertian
paling dasar dari kejahatan kebencian menurut
Gerstenfeld, yaitu tindak pidana yang dilakukan
setidak-tidaknya atau sebagian dengan motivasi
adanya kelompok afiliasi korban
Contohnya di Indonesia adalah gerakan pemerintah
orde baru yang melakukan program “Ganjang PKI”
pada saat itu.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
30. Kejahatan Transnasional, yaitu kejahatan lintas negara,
bisa negara yang berbatasan langsung atau negara yang
tidak berbatasan langsung.
Cyber Crime, merupakan kejahatan yang telah
lama ada namun menggunakan teknologi baru
yaitu komputer.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
31. Kejahatan Narkotika, kejahatan narkotika terdiri
dari beberapa bentuk, diantaranya: memproduksi
narkotika atau psikotropika secara tidak sah,
mengedarkan narkotika atau psikotropika secara
tidak sah, menyimpan atau memiliki narkotika secara
tidak sah, dan mempergunakan narkotika atau
psikotropika secara tidak sah. Hal itu disebabkan
maraknya penyalahgunaan narkotika yang awalnya
dikhususkan untuk obat tetapi justru dipakai untuk
konsumsi sehari-hari dan berakibat merugikan
pemakai dan lingkungan.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
32. Seelig melihat kejahatan dari motifnya
Penjahat karena enggan bekerja
Penjahat kekayaan uang
Penjahat agresif
Penjahat nafsu seksual
Penjahat karena krisis
Penjahat yang bereaksi primitif
Penjahat karena keyakinan
Penjahat karena kurang disiplin
Penjahat bentuk campuran
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.
33. Kejahatan dalam Hukum
Pidana
Kejahatan terhadap Orang, meliputi penganiayaan,
perkosaan, pembunuhan,
Kejahatan terhadap Harta Benda, penipuan,
pencurian, penggelapan.dll,
Kejahatan terhadap ketertiban umum, seperti
pemabokan, perjudian. Dll,
Kejahatan terhadap negara, seperti Makar.
Taufikkurrahman, S.HI., M.H.