More Related Content Similar to Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar (20) Politik Hukum - Pertemuan Pertama - 1. politik hukum suatu pengantar1. POLITIKHUKUM
Oleh : HENDRA KASIM
Disadur dari Materi Kuliah PPS MH UII oleh Prof. DR.
Ni’Matul Huda, SH., M.Hum. yang telah dilakukan
penyesuaian oleh pemateri guna kepetingan perkuliaha
©2018
2. APA ITU HUKUM?
AJARAN ‘LEGISME atau POSITIVISME’ YANG
DIAJARKAN OLEH JOHN AUSTIN DAN HANS KELSEN
MENGATAKAN:
“HUKUM ITU SEMATA-MATA KEHENDAK DARI
PENGUASA (COMMAND OF THE SOVEREIGN) DALAM
BENTUK PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.”
©2018
3. MENURUT JOHN AUSTIN
‘COMMAND OF THE SOVEREIGN’ YANG MELAHIRKAN
HUKUM POSITIF SELAIN DARI PEMBENTUK UNDANG-
UNDANG (FORMAL), JUGA BADAN-BADAN PEMERINTAH
(ADMINISTRASI NEGARA) YANG MEMPEROLEH
DELEGASI DARI “SOVEREIGN” UNTUK MEMBENTUK
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN BADAN
PERADILAN YANG PUTUSAN-PUTUSANNYA (JUDGE
MADE LAW) MERUPAKAN KETENTUAN YANG
MENGIKAT BERDASARKAN WEWENANG YANG
DIBERIKAN NEGARA KEPADANYA.”
©2018
4. LANJUTAN
Hakikat dari hukum adalah ‘hukum positif’
Hukum positif merupakan perintah dari penguasa yang
berdaulat
Karakter hukum positif yang terpenting terletak pada sanksi.
Hukum positif harus memenuhi unsur perintah, sanksi,
kewajiban dan kedaulatan. Di luar itu, bukanlah hukum,
melainkan moral positif.
Hukum yang layak adalah suatu sistem yang logis, tetap dan
bersifat tertutup.
©2018
5. LANJUTAN
John Austin membedakan antara Laws Properly So Called
dengan Law Improperly So Called.
Laws Properly So Called adalah hukum yang dibuat penguasa
politik yang sedang memegang kekuasaan atas orang-orang
yang di bawah kekuasaannya.
Law Improperly So Called adalah aturan-aturan yang tidak
dibuat oleh seorang penguasa politik, baik secara langsung
maupun tidak langsung (misalnya ketentuan-ketentuan yang
dibuat perkumpulan atau ketentuan yang lazim disebut ‘hukum
internasional’).
©2018
6. MENURUT HANS KELSEN
‘COMMAND’ YANG MENCIPTAKAN HUKUM ITU TIDAK SEMATA-
MATA ADALAH PEMBUAT UNDANG-UNDANG ATAU
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
HUKUM DAPAT BERUPA ‘GENERAL NORM’ YANG BERLAKU
SECARA UMUM DAN ‘INDIVIDUAL NORM’ YANG BERLAKU
UNTUK ORANG TERTENTU YANG LAHIR DARI PUTUSAN
PENGADILAN.
©2018
7. LANJUTAN
2 teori penting dari Hans Kelsen:
1. Keharusan hukum yang bersifat murni. Hukum harus
dipisahkan dengan moral, sehingga tujuan hukum hanya
satu, kepastian hukum.
2. Kelsen menolak apabila validitas norma diuji dari sesuatu
yang bukan norma. Konsekuensi pemikiran Kelsen dalam
memaknai norma melahirkan teori jenjang (stufenbau des
recht) bahwa norma hukum tersusun secara berjenjang.
©2018
8. PARADIGMA HUKUM LIBERAL
(POSITIVIS)
Dalam teori maupun praktiknya hukum itu akan dapat
dikonstruksi dan dikelola sebagai suatu institusi yang netral
(neutrality of law) dan terlepas dari politik (law politics
distinction).
Mereka mengidealkan hukum sebagai hasil positivisasi norma-
norma yang telah disepakati, yang berdasarkan prinsip rule of
law, dipastikan akan mempunyai otoritas internal yang akan
mengikat siapapun dari pihak manapun, tidak peduli kelas
sosialnya.
Mereka merumuskan suatu kaidah hukum yang sangat
terkenal, yakni PERSAMAAN DI DEPAN HUKUM.
©2018
9. LANJUTAN
Jadi hukum yang dipositifkan itu, karena merupakan hasil
kesepakatan (baik yang terjadi di ruang publik sebagai
undang-undang maupun di ruang privat sebagai kontrak), akan
benar-benar bersifat netral dan akan dapat ditegakkan oleh
badan peradilan (yudisial) yang netral pula dalam posisinya
sebagai suatu badan yang mandiri.
©2018
10. PERKEMBANGAN RATIONALISASI HUKUM
MERNURUT PANDANGAN MAX WEBER
CARA
PEMBINAAN
KWALITAS FORMAL
KHARISMATIS FORMALISME MAGIS & IRRASIONAL
EMPIRIS
MENYADANDARKAN KEPADA
HONORATIONERES
TEOKRATIS RASIONAL SUBSTANTIF TEOKRATIS
PROFESSIONAL
SUBLIMASI LOGIS : BAIK BAHAN-BAHAN
HUKUM (SUBSTANTIF) MAUPUN
PROSEDUR ENGADAANNYA (FORMAL)
©2018
11. KEUNTUNGAN HUKUM TERTULIS
1. EFEKTIVITAS HUKUM
2. KEPASTIAN HUKUM LEBIH DAPAT
DIRAMALKAN: PERILAKU YANG AMAN DAN
PUTUSAN HAKIM YANG KONSISTEN.
3. NILAINYA TETAP; BAIK DARI SEGI NILAI-
NILAI MAUPUN SEGI PEMBUKTIAN
©2018
12. KRITIK TERHADAP POSITIVISME HUKUM
Kaum Critical Legal Studies (CLS) memandang hukum sebagai
negotiable, subjective and policy dependent politics.
Baik dalam pembentukan hukum positif (in abstracto) maupun
dalam penerapannya (in concreto), apa yang disebut sebagai
hukum positif itu selalu merupakan hasil proses yang sarat
dengan muatan politik serta kepentingan politik.
Sehingga tampak sangat sulit untuk membayangkan suatu
netralitas dan objektivitas hukum sebagaimana dibayangkan
oleh kaum legis liberal.
©2018
13. LANJUTAN
Jauh dapat diterima, memandang hukum sebagai suatu produk
yang tidak netral, karena senantiasa ada kepentingan-
kepentingan tersembunyi yang difasilitasi oleh hukum
CLS menyimpulkan:
Hukum itu in abstracto maupun in concreto adalah hasil
interpretasi-interpretasi yang tidak pernah selesai dan amat
berpotensi untuk mendistorsi prosesnya sebagai logika
formal.
©2018
14. APA ITU POLITIK HUKUM?
1. T.M.RADHIE :
Suratu Pernyataan Kehendak Penguasa Negara Mengenai
Hukum Yang Berlaku di Wilayahnya dan Mengenai Arah
Perkembangan Hukum Yang di Bangun.
2. SOEDARTO:
Kebijakan negara melalui badann-bada negara yang
berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang
dikehendaki yang diperkirakan akan dipergunakann untuk
mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat
dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.
©2018
15. APA ITU POLITIK HUKUM?
3. Padmo Wahjono:
Kebijakan dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi
dari hukum yang akan dibentuk.
4. Satjipto Rahardjo:
Aktivitas memilih dan cara yang hendak dipakai untuk
mencapai suatu tujuan sosial dan hukum tertentu dalam
masyarakat.
5. Sunaryati Hartono:
Alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh
sistem hukum nasional yang dapat dipergunakan untuk
mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara.
©2018
16. LANJUTAN
6. Abdul Hakim Garuda Nusantara:
Legal policy atau kebijakan hukum yang hendak
diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu
pemerintahan negara tertentu yang dapat meliputi:
a. Pelaksanaan secara konsisten ketentuan hukum yang ada
b. Pembangunan hukum yang berintikan pembaharuan atas
hukum yang telah ada dan pembuatan hukum-hukum baru
c. Penegasan fungsi lembaga penegak hukum serta
pembinaan para anggotanya
d. Penningkatan kesadaran hukum masyarakat mennurut
persepsi elite pengambil kebijakann
©2018
17. LANJUTAN
7. Moh. Mahfud MD:
Arahan atau garis resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara
untuk membuat danmelaksanakan hukum dalam rangka
mencapai tujuan bangsa dan negara.
Pijakan utama politik hukum nasional adalah tujuan negara
yang kemudian melahirkan sistem hukum nasional yang harus
dibangun dengan pilihan isi dan cara tertentu.
©2018
18. RUANG LINGKUP DAN TUJUAN POLITIK
HUKUM
PROSES PENGGALIAN NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI MASYARAKAT
PROSES ARTIKULASI NILAI-NILAI DAN
ASPIRASI
PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN
PROSES SOSIALISASI
PROSES PELAKSANAAN
PROSES EVALUASI
PROSES PERUBAHAN/PENYESUAIAN
©2018
20. Apa yang diharapkan dari Politik Hukum.
Politik hukum adalah Politik dari Hukum, yaitu suatu Kajian
hukum yang mencoba untuk memberikan gambaran yang
lebih luas eksistensi sistem hukum.
Melalui pendekatan politik hukum diharapkan hukum Berfungsi
secara efektif,dipatuhi dan diterapkan dalam tindakan aktual
sehari-hari.
Politik hukum merespons cita hukum dan meng-upayakan
hukum dapat diwujudkan sebagai kenyataan sehingga hukum
benar-benar memiliki sifat yang lebih adil.
Berbagai kritik yang diajukan kepada sistem hukum
Konvensional ”Ajaran Imperative dari Mazhab Hukum Positif”
dapat di carikan pemecahannya lewat pendekatan politik
hukum.
Politik hukum melihat faktor-faktor yang mempengaruhi
realisasi “Law in the books “ menjadi “ Law in the actions”.
©2018
21. TUJUAN NEGARA RI
Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa;
Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
©2018
22. HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA HUKUM &
POLITIK
Hukum determinan atas politik, dalam arti bahwa kegiatan-
kegiatan politik diatur oleh dan harus tunduk pada aturan
hukum.
Politik determinan atas hukum, karena hukum merupakan
hasil atau kristalisasi dari kehendak-kehendak politik yang
saling berintegraksi dan (bahkan) saling bersaingan.
Politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan berada
pada posisi yang derajat determinasinya seimbang, karena
meskipun hukum merupakan produk keputusan politik, namun
begitu hukum berlaku, maka semua kegiatan politik harus
tunduk pada hukum.
©2018
23. BAGAIMANA POLITIK MEMPENGARUHI HUKUM?
Dengan cara melihat konfigurasi kekuatan yang ada di
belakang pembuatan dan penegakan hukum itu.
Hukum bukan hanya berarti pasal-pasal yang bersifat
imperatif atau keharusan-keharusan yang bersifat das
sollen, melainkan harus dipandang sebagai subsistem
yang dalam kenyataannya (das sein) dapat ditentukan
oleh politik, baik dalam perumusan materi dan pasal-
pasalnya maupun dalam implementasi dan
penegakannya.
©2018
24. PEMIKIRAN POLITIK MENJADI DASAR NEGARA HUKUM
NEGARA
SUMBER HUKUM
• KEDAULATAN NEGARA, NEGARA MEMILIKI
KEKUASAAN DIATAS SEMUA GOLONGAN. HUKUM
NEGARA BERLAKU SECARA JURIDIS.
• EFEKTIVITAS HUKUM, PERILAKU NYATA ,
MEMAKSAKAN HUKUM KEPADA LENGGAR
HUKUM DAN
KEKUASAAN
HUKUM MODERN AD. HUKUM YG DICIPTAKAN NEGARA.
HKM MELINDUNGI HAM DAN MENEGAKKAN KEADILAN.
1. HUKUM TDK SAMA DG KEKUASAAN. PEMERINTAH
TUNDUK PADA HUKUM. ABDI HKM
2. HUKUM TDK BERTENTANGAN DG KEKUASAAN.
KEAMANAN HANYA TERJAMIN APABILA ADA
KEKUASAAN. HANYA PEMERINTAH BERKUASA
MENERTIBKAN ORG YG TDK TAAT PD HUKUM.
©2018
25. HUKUM DAN
MASYARAKAT
POLITIK HKM PEMERINTAH BERDASARKAN
KEPENTINGAN MASYARAKATSOSIO EKONOMI, BUDAYA
MASYARAKT.
VON SAVIGNY : HUKUM SESUAI DG VOLKGEIST SUATU
BANGSA.
PEMBUATAN HUKUM LEBIH RASIONAL DAN OBJEKTIF.
TUJUAN
POLITIK
HUKUM
MENJAMIN KEADILAN
PEMERINTAH MENGIMBANGI KEPENTINGAN UMUM DG
KEPENTINGAN LAINNYA.
KEADILAN SOSIAL TERWUJUD APABILA HAM
DIHORMATI, KEWAJIBAN DAN BEBAN DIBAGI SECARA
PANTAS TERUTAMA BERKAITAN DG ASSET NASIONAL.
POLITIK HUKUM YG NYATA DLM SUATU NEGARA.
POLITIK HUKUM LIBERALIS
POLITIK HUKUM KOMUNALISME
POLITIK HUKUM CAMPURAN. PERIMBANGAN
INDIVIDUALISME DAN KOMUNALISME.
©2018
26. HUKUM DAN
KONFIGURASI
POLITIK
HUKUM SYARAT MUATAN POLITIK BAIK DALAM
TAHAP PROSES PEMBENTUKAN DI PARLEMEN
MAUPUN PENERAPAN HUKUM DLM
MEMBUAT KEPUTUSAN KONKRIT.
PROSES PEMBUATANUU DI PARLEMEN SANGAT
TERGANTUNG PD KONFIGURASI POLITIK.
SANGAT TERGANTUNG PD POLITICAL WILL DARI
REGIM PEMERINTAH YG BERKUASA.
PERTENTANGAN KEPENTINGAN YG DIUTAMAKAN
AKAN SEMAKIN JELAS DARI HASIL PENELITIAN:
• SIAPA YG DILINDUNGI DAN DILAYANI OLEH HUKUM
• BERAPA BESAR CAMPUR TANGAN PEMERINTAH
UNTUK MEWUJUDKAN KEMAKMURAN RAKYAT
• DAPATKAH HUKUM DIGUNAKAN ALAT KONTROL PD
TINDAKAN PENGUASA.
©2018
27. ASPIRASI &
KEBUTUHAN RIIL
KENYATAAN ALAMIAH
DAN KEMASYARAKATAN
MOMEN IDIIL
PANDANGAN HIDUP
CITA HUKUM, NILAI-NILAI
ASAS HUKUM
ATURAN UMUM
PERUNDANG-UNDANGAN
KONPLIK
MASALAH HUKUM
PERISTIWA SOSIAL
MASALAH HUKUM
PENYELESAIAN/
KEPUTUSAN HAKIM
SISTEM TATA HUKUM,
MENCERMINKAN
TATANAN POLITIK,SOSIAL,
EKONOMI
BUDAYA, HUKUM
PENERAPAN &
PENEMUAN HUKUM
LIMITASI/
FASILITASI
PROSES POLITIK DAN PEMBUATAN
DAN PENERAPAN HUKUM
UMPAN BALIK/
JURISPRUDENSI
PROSES
INTERAKSI
PERISTIWA SOSIAL
MOMEN POLITICAL
KEPENTINGAN &
TUJUAN POLITIK
©2018
28. ORGANISASI POLITIK MASYARAKAT DAN
KEKUASAAN PEMBENTUKAN HUKUM
KEKUASAAN
KHARISMATIS
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PEWAHYUAN OLEH
“LAW PROPHETS”
KEKUASAAN
TRADISIONAL
PENGADAAN HUKUM SECARA EMPIRIS OLEH
“LEGAL HONORATIORES”
KEKUASAAN
RATIONAL
Pembentukan hukum melalui pembebanan
dari atas oleh
“kekuatan sekuler atau teokrasi”
DEMOKRASI
PENGADAAN HUKUM MELALUI
PENGGARAPAN HUKUM SECARA
SISTEMATIS DIJALANKAN SECARA
PROFESSIONAL
©2018
29. PHILIP SCHELZNIK & PHILIP NONET
EVOLUSI TIPE HUKUM
Di dalam suatu masyarakat yang terorganisasi secara politik mengalami
evolusi melalui 3 tahap, yaitu hukum repressif, hukum otonom dan
hukum responsif. (Law and Society :1978).
1. Tatanan hukum yang repressif diperlukan untuk memecahkan
berbagai masalah fundamental dalam mendidrikan tatanan politik
yang merupakan prasyarat bagi sistem hukum dan sistem politik
untuk mencapai sasaran yang lebih besar.
2. Tatanan hukum yang otonom dibangun di atas hasil-hasil tatanan
hukum repressif.
3. Sedangkan tatanan hukum responsif adalah perkembangan terakhir
yang bertumpu pada constitutional cornerstone rule of law, tahap
persamaan dihadapan hukum hasil dari tatanan hukum otonom.
©2018
30. Type hukum repressif memandang hukum sebagai abdi kekuasaan repressif
dan perintah dari yang lembaga-lembaga yang berdaulat dan memiliki
kekuasaan diskressi tanpa batas. Dalam type hukum repressif maka hukum
dan negara serta hukum dan politik tidak terpisah sehingga aspek
instrumental hukum sangat dominan daripada sifat ekspressinya.
Type hukum otonomous, hukum dipandang sebagai institusi mandiri yang
mampu mengendalikan repressi dan melindungi integritasnya sendiri.
Tatanan hukum otonom pada intinya pemerintahan ”rule of law” sub
ordinasi tindakan pejabat senantiasa berdasarkan hukum, bukan sebaliknya
“rule by men.” Integritas hukum, institusi hukum serta cara berpikir bebas
memiliki batas-batas yang jelas. Keadilan prosedural sangat ditonjolkan.
Type hukum responsif, memandang hukum dijadikan sebagai fasilitator
untuk merespon atau sarana menanggapi kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.
Hukum responsif harus mengaplikasikan dua hal :
1. hukum itu harus fungsional, pragmatis, memiliki tujuan tertentu dan
rasional.
2. hukum menetapkan ukuran-ukuran atau standard yang bertujuan untuk
melakukan kritik terhadap pelaksanaan hukum
©2018
31. Jadi perubahan pembinaan hukum dari suatu negara
sangat erat berkaitan dengan iklim politik. Sistem politik
demokrasi melahirkan hukum yang responsif dimana
partisipasi kelompok-kelompok dan individu mempunyai
peran besar di dalam menentukan substansi hukum
dan pengadilan memiliki kebebasan menerapkan
prosedur hukum yang berlaku.
Sedangkan pada iklim sitem politik yang otoriter akan
mengarahkan pembinaan yang bersifat hukum
repressif, dimana hukum dijadikan pemerintah sebagai
sarana instrumental mengendalikan potensi
masyarakat untuk mendukung program-program
pemerintah.
©2018
32. Ciri-ciri Hukum Repressif, Otonom dan Responsif
CIRI-CIRI REPRESSIF OTONOM RESPONSIF
Tujuan Hukum Ketertiban Keabsahan
Kegunaan
Legitimasi
Ketahanan sosial
dan Rasionalitas
Negara
Menegakkan
prosedur Substantif, keadilan
Sifat
Peraturan
Umum dan meluas
tetapi hanya
mengikat
pemerintah secara
lemah
Sangat terinci,
mengikat
pemerintah yang
mengatur dan
masyarakat yang
diatur
Subordinasi prinsip-
prinsip keadilan dan
kebijakan
Penalaran/
Reasoning
Ad hoc , sesuai
dengan keperluan
dan berlaku pada
hal-hal spesifik
Mengikatkan diri
secara ketat kepada
otoritas hukum,
peka terhadap
formalisme dan
legisme
Bertujuan utk
kepentingan
masyarakat,
perpaduan kemauan
politis dan otoritas
©2018
33. Ciri-Ciri Represif Otonom Responsif
Diskressi/Penyimpa
ngan Merata,
opportunistik
Dibatasi oleh
peraturan-peraturan
delegasi sangat
terbatas
Diperluas
namun tetap dapat
dipertanggung
jawabkan untuk
kepentiangan umum
Pemaksaan
Luas sekali
pengendalian lemah
Dikontrol melalui
kendali hukum
Temuan positip
sebagai alternatif,
misalnya insentif
atau pemenuhan
kepentingan
Moralitas
Moralitas: komunal,
hukum dan
pengendalian
Moralitas
kelembagaan,
memperhatikan
integrasi proses
hukum
Moralitas sivil,
moralitas kerjasama
Kaitan politik dan
hukum
Hukum berada
dibawah politik
kekuasaan
Hukum bebas dari
pengaruh politik,
terdapat pemisahan
kekuasaan.
Integrasi politik dan
hukum
©2018
34. CIRI-CIRI REPRESIF OTONOM RESPONSIF
Harapan terhadap
Kepatuhan
.
Tanpa syarat, setiap
pelanggaran harus
di- hukum sbg
pembangkang
Bertitik tolak dari
peraturan yang sah,
menguji keabsahan
UU atau peraturan
Kebutuhan
masyarakat
Partisipasi
masyarakat
Sebagai penurut
dan harus patuh,
kritik dianggap tidak
loyal
Dibatasi prosedur
yang ada,
penyimpangan jika
terjadi krisis hukum
Partisipasi lebih
luas, integrasi
bantuan hukum
masyarakat politis
dan otoritas.
©2018