Dokumen ini membahas tentang viktimologi, kriminologi, dan penanggulangan kejahatan. Secara singkat, viktimologi mempelajari korban kejahatan, kriminologi mempelajari kejahatan dan pelakunya, dan penanggulangan kejahatan dapat dilakukan melalui jalur hukum pidana maupun non-pidana.
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI
1. DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
VIKTIMOLOGI, KRIMINOLOGI,
PENANGGULANGAN KEJAHATAN
Annisa Mardiana (2021010025)
Chindy Putri Ayuni (2021010036)
Dahlika Rahma Caesarani
(2021010037)
Dewi Sinta Wati (2021010192)
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks dan dapat dipahami dari
berbagai sisi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam realitas sosial dapat ditangkap
berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan
yang lain. Salah satu persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam
kehidupan masyarakat ialah tentang kejahatan pada umumnya, terutama
mengenai kejahatan dengan kekerasan. Persoalan kejahatan merupakan masalah
abadi dalam kehidupan manusia, karena dia berkembang sejalan dengan
perkembangan tingkat peradaban umat manusia.
3. BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dari Viktimologi dan Kriminologi serta ruang lingkupnya
Nama Kriminlogi ditemukan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang ahli
antropologi Prancis, secara harfiah dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau
penjahat dan “Logos” yang berarti Ilmu pengetahuan. Bonger memberikan
definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala
kejahatan seluas-luasnya. Kemudian Viktimologi berasal dari bahasa latin
“Victima” yang berarti korban dan “Logos” yang berarti ilmu. Secara terminologi
Victimologi berarti suatu studi yang mempelajari tentang korban, penyebab
timbulnya korban dan akibat-akibat penimbulan korban yang merupakan masalah
manusia sebagai kenyataan sosial, korban dalam lingkup
4. Victimologi mempunyai arti yang luas sebab tidak hanya terbatas pada individu yang nyata
menderita kerugian, tapi juga kelompok, korporasi, swasta maupun pemerintah. Akibat
penimbulan korban adalah sikap atau tindakan terhadap korban dan/atau pihak pelaku serta
mereka yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam terjadinya suatu kejahatan.
Menurut Kamus Chrime Dictionary bahwa victim adalah “orang yang telah medapat
penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian harta benda atau mengakibatkan mati atas
perbuatan atau usaha pelanggaran ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainya.
Dalam kamus ilmu pengetahuan social disebutkan bahwa victimologi adalah studi tentang
tingkah laku victim sebagai salah satu penentu kejahatan. Pendapat Arif Gosita mengenai
pengertian victimologi ini sangat luas, yang dimaksud korban disini adalah mereka yang
menderita jmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan
diri sendiri dalam konteks kerakusan individu dalam memperoleh apa yang diingingkan secara
tidak baik dan sanggat melanggar ataupun bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi
yang menderita
5. 2. Menurut J. E. Sahetapy ruang lingkup viktimologi meliputi bagaimana
seseorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu victimity yang tidak
selalu berhubungan dengan masalah kejahatan, termasuk pola korban kecelakaan, dan
bencana alam selain dari korban kejahatan dan penyalahgunaan kekuasaan. Objek studi
atau ruang lingkup viktimologi menurut Arief Gosita adalah sebagai berikut :
1. Berbagai macam viktimisasi kriminal atau kriminalistik.
2. Teori-teori etiologi viktimisasi kriminal.
3. Para peserta terlibat dalam terjadinya atau eksistensi suatu viktimisasi kriminal
atau kriminalistik, seperti para korban, pelaku, pengamat, pembuat undang-
undang, polisi, jaksa, hakim, pengacara dan sebagainya.
4. Reaksi terhadap suatu viktimisasi kriminal.
6. 3. Korban dan Kejahatan
a. Korban Kejahatan
Secara luas, pengertian korban diartikan bukan hanya sekedar korban yang menderita
langsung, akan tetapi korban tidak langsung pun juga mengalami penderitaan yang
dapat diklarifikasikan sebagai korban. Yang dimaksud korban tidak langsung di sini
seperti, istri kehilangan suami, anak yang kehilangan bapak, orang tua yang
kehilangan anaknya, dan lainnya. Selanjutnya secara yuridis, pengertian korban
termaktub dalam UndangUndang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi
dan Korban, yang dinyatakan bahwa korban adalah “seseorang yang mengalami
penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu
tindak pidana.
7. Selanjutnya secara yuridis, pengertian korban termaktub dalam UndangUndang
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang dinyatakan
bahwa korban adalah “seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental,
dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana. Melihat
rumusan tersebut, yang disebut korban adalah :
a. Setiap orang;
b. Mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau;
c. Kerugian ekonomi;
d. Akibat tindak pidana.
8. B. Peran Korban
Dalam Terjadinya Kejahatan Dalam kajian viktimologi terdapat presfektif dimana korban
bukan saja bertanggung jawab dalam kejahatan itu sendiri tetapi juga memiliki keterlibatan
dalam terjadinya kejahatan. Menurut Stephen Schafer, ditinjau dari persfektif tanggung jawab
korban itu sendiri mengenal 7 (tujuh) bentuk, yakni sebagai berikut :
a. Unrelated victims adalah mereka yang tidak ada hubungan dengan si pelaku dan menjadi
korban karena memang potensial. Untuk itu, dari aspek tanggung jawab sepenuhnya berada
dipihak korban;
b. Provocative victims merupakan korban yang disebabkan peranan korban untuk memicu
terjadinya kejahatan. Karena itu, dari aspek tanggung jawab terletak pada diri korban dan
pelaku secara bersamasama;
9. c. Participating victims hakikatnya perbuatan korban tidak disadari dapat
mendorong pelaku melakukan kejahatan. Misalnya, mengambil uang di Bank
dalam jumlah besar yang tanpa pengawalan, kemudian di bungkus dengan tas
plastik sehingga mendorong orang untuk merampasnya. Aspek ini
pertanggungjawaban sepenuhnya ada pada pelaku;
d. Biologically weak victim adalah kejahatan disebabkan adanya keadaan fisik
korban seperti wanita, anak-anak, dan manusia lanjut usia (manula) merupakan
potensial korban kejahatan. Ditinjau dari aspek pertanggungjawabannya
terletak pada masyarakat atau pemerintah setempat karena tidak dapat memberi
perlindungan kepada korban yang tidak berdaya;
10. e. Social weak victims adalah korban yang tidak diperhatikan oleh masyarakat
bersangkutan seperti para gelandangan dengan kedudukan sosial yang lemah. Untuk
itu, pertanggungjawabannya secara penuh terletak pada penjahat atau masyarakat;
f. Selfvictimizing victims adalah korban kejahatan yang dilakukan sendiri (korban
semu) atau kejahatan tanpa korban. Pertanggung jawabannya sepenuhnya terletak pada
korban karena sekaligus sebagai pelaku kejahatan;
g. Political victims adalah korban karena lawan politiknya. Secara sosiologis, korban
ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kecuali adanya perubahan konstelasi politik.
11. 4. Manfaat Viktimologi
menurut Arief Gosita adalah sebagai berikut :
1. Viktimologi mempelajari hakikat siapa itu korban dan yang menimbulkan korban,
apa artinya viktimisasi dan proses viktimisasi bagi mereka yang terlibat dalam
proses viktimisasi;
2. Viktimologi memberikan sumbangan dalam mengerti lebih baik tentang korban
akibat tindakan manusia yang menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial.
Tujuannya tidaklah untuk menyanjung-nyanjung pihak korban, tetapi hanya untuk
memberikan beberapa penjelasan mengenai kedudukan dan peran korban serta
hubungannya dengan pihak pelaku serta pihak lain.
12. Manfaat viktimologi pada dasarnya berkenaan dengan tiga hal utama dalam
mempelajari manfaat studi korban yaitu :
a. Manfaat yang berkenaan dengan usaha membela hak-hak korban dan
perlindungan hukum;
b. Manfaat yang berkenaan dengan penjelasan peran korban dalam suatu tindak
pidana;
c. Manfaat yang berkenaan dengan usaha pencegahan terjadinya korban. Manfaat
viktimologi ini dapat memahami kedudukan korban sebagai sebab dasar
terjadinya kriminalitas dan mencari kebenaran. Dalam usaha mencari kebenaran
dan untuk mengerti akan permasalahan kejahatan, delikuensi dan deviasi sebagai
satu proporsi yang sebenarnya secara dimensional.
13. 5. Hubungan Kriminologi dan Viktimologi
Adanya hubungan antara kriminologi dan viktimologi sudah tidak dapat
diragukan lagi, karena dari satu sisi Kriminologi membahas secara luas mengenai
pelaku dari suatu kejahatan, sedangkan viktimologi disini merupakan ilmu yang
mempelajari tentang korban dari suatu kejahatan. Seperti yang dibahas dalam
buku Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan, karangan Dikdik M.Arief
Mansur. Jika ditelaah lebih dalam, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa
viktimologi merupakan bagian yang hilang dari kriminologi atau dengan kalimat
lain, viktimologi akan membahas bagian-bagian yang tidak tercakup dalam
kajian kriminologi. Banyak dikatakan bahwa viktimologi lahir karena munculnya
desakan perlunya masalah korban dibahas secara tersendiri.
14. 6. Hubungan Kriminologi dan Ilmu Hukum
Hubungan hukum pidana dengan kriminologi adalah keterkaitan yang saling
melengkapi. Di mana kriminologi mencari suatu alasan, atau faktor yang mendorong
timbulnya tindak kejahatan yang melahirkan akibat hukum, sedangkan hukum
pidana berusaha menghubungkan perbuatan jahat dengan hasil pembuktian. Dalam
kejahatan, teori pilihan rasional di gunakan sebagai jalan pintas apabila
keinginannya yang paling utama gagal untuk di capai dan teori pilihan rasional ini
menekankan pada dua hal yaitu aktor dan sumber daya. Sebagai aktor Heri
Kurniawan memiliki alasan untuk tetap memilih melakukan kejahatan sebagai tujuan
agar bisa melanjutkan kehidupannya.
15. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah disampaikan maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kajian kriminologi dapat dikelompokkan menjadi empat aspek
pembahasan meliputi kejahatan, pelaku kejahatan, korban kejahatan, serta reaksi
masyarakat terhadap kejahatan. Sedangkan Kajian Victimologi meliputi bagaimana
seseorang (dapat) menjadi korban yang ditentukan oleh suatu
victimity yang tidak selalu berhubungan dengan masalah kejahatan, termasuk
pola korban kecelakaan, dan bencana alam selain dari korban kejahatan dan
penyalahgunaan kekuasaan
16. 2. Kriminologi dan viktimologi memiliki hubungan dan keterikatan yang sangat
erat hal ini dapat dilihat bahwa Kriminologi membahas secara luas mengenai pelaku
dari suatu kejahatan, sedangkan viktimologi disini merupakan ilmu yang mempelajari
tentang korban dari suatu kejahatan.
3. upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yakni
jalur penal dan non penal.
a. Penanggulangan Kejahatan Dengan Hukum Pidana (Upaya Penal) Menurut Barda
Nawawi Arief bahwa upaya penanggulangan lewat jalur penal ini bisa juga disebut
sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur hukum pidana. Upaya ini merupakan
upaya penanggulangan yang lebih menitikberatkan pada sifat represif, yakni tindakan
yang dilakukan sesudah kejahatan terjadi dengan penegakan hukum dan penjatuhan
hukuman terhadap kejahatan yang telah dilakukan.
17. b. Penanggulangan Kejahatan Tanpa Hukum Pidana (Upaya Non Penal)
Menurut Barda Nawawi Arief, bahwa upaya penanggulangan lewat jalur non penal
ini bisa juga disebut sebagai upaya yang dilakukan melalui jalur di luar hukum pidana.
Upaya ini merupakan upaya penanggulangan yang lebih menitikberatkan pada sifat
preventif, yakni tindakan yang berupa pencegahan sebelum terjadinya kejahatan.