Dokumen tersebut membahas tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana kerah putih (white collar crime) di Indonesia. Secara garis besar dibahas mengenai orientasi sanksi pidana untuk white collar crime, penanganan white collar crime melalui reformasi manajemen perusahaan, dan kesulitan penegakan hukum untuk kasus white collar crime.
3. PENEGAKAN HUKUM DALAM FALSAFAH
HIDUP BANGSA INDONESIA
Penegakkan hukum di negara manapun tentu haruslah sesuai dengan cita
hukum bangsa yang bersangkutan. Artinya, penegakan hukum tersebut
haruslah disesuaikan dengan falsafah, pandangan hidup, kaidan dan prinsip
yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan, sehingga akan sesuai
dengan kesadaran hukum yang mereka miliki.
4. TINGKAT KESULITAN PENEGAKAN HUKUM DALAM
KASUS WHITE COLLAR CRIME
Keberhasilan terhadap penanggulangan suatu white collar crime, di samping bergantung
pada ketersediaan instrumen-instrumen hukum berupa ketersediaan aturan main yang
jelas, pperlu juga suatu komitmen yang jelas dan tegas terhadap law enforcement.
Adapun faktor penyebab sulitnya penegakan hukum white collar crime dibandingkan
kasus konvensional adalah:
Modus operandi
Pelaku jarang mempunyai riwayat kejahatan
Kerugian korban tidak jelas
Pelaku umumnya berpenampilan innocent
Pelaku umumnya orang terdidik, sehingga banyak relasi diberbagai bidang termasuk
pengacara
Pelaku umumnya orang terpandang, sehingga mudah mendekati penegak hukum.
5. PENANGKALAN WHITE COLLAR CRIME
LEWAT PEMBENAHAN MANAJEMEN
PERUSAHAAN
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam suatu manajemen yang
berorientasi pada pencegahan kejahatan kerah putih
Peranan kepemimpinan yang baik
Standar performance yang baik
Pendelegasian yang baik atas akuntabilitas, otoritas dan tanggung jawab.
6. ORIENTASI KEPADA SANKSI PIDANA
TERHADAPWHITE COLLAR CRIME
Faktor penggerak terjadinya white collar crime :
Faktor keahlian khusus
Faktor konsumtivisme
Faktor nonkontrolling
Faktor penampungan hasil kejahatan
Faktor nonapresiasi
Faktor permisif komunitas
Sanksi efektif bagi pelaku white collar
crime (Adrianus Meliala, 1993:91)
Pelaku diperlakukan di depan umum
Eksekutifnya dikucilkan
Denda diperberat
Pelayanan masyarakat
Intervensi pengadilan