2. Kriminolgi, (criminology dalam bahasa Inggris,
atau kriminologie dalam bahasa Jerman)
secara bahasa berasal dari bahasa latin, yaitu
kata ”crimen” dan ”logos”. Crimen berarti
kejahatan, dan logos berarti ilmu. Dengan
demikian kriminologi secara harafiah berarti
ilmu yang mempelajari tentang penjahat
3. kriminologi adalah ilmu pengetahuan
yang bertujuan menyelidiki kejahatan
seluas-luasnya
membagi kriminologi ke dalam dua
aspek yaitu kriminologi Praktis dan
Kriminologi Teoritik
4. Antropologi kriminologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang
manusia yang jahat dilihat dari segi biologisnya yang
merupakan bagian dari ilmu alam.
Sosiologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang
kejahatan sebagai gejala sosial. Pokok perhatiannya
adalah seberapa jauh pengaruh sosial bagi timbulnya
kejahatan (etiologi sosial)
Psikologi kriminal, yaitu ilmu pengetahuan tentang
kejahatn dipandang dari aspek psikologis. Penelitian
tentang aspek kejiwaan dari pelaku kejahatan antara
lain ditujukan pada aspek kepribadiannya.
5. Psi-patologi-kriminal dan neuro-patologi-kriminal, yaitu
ilmu pengetahuan tentang kejahatan yang sakit jiwa atau
sakit sarafnya, atau lebih dikenal dengan istilah psikiatri.
Penologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tumbuh
berkembangnya penghukuman, arti penghukuman, dan
manfaat penghukuman.
Kriminologi praktis, yaitu berbagai kebijakan yang
dilaksanakan oleh birokrasi dalam menanggulangi
kejahatan.
Kriminalistik, yaitu ilmu pengetahuan yang dipergunakan
untuk menyelidiki terjadinya suatu peristiwa kejahatan
6. Kumpulan pengetahuan yang meliputi
delinkuensi dan kejatahan sebagai gejala
sosial. Tercakup dalam ruang lingkup ini
adalah proses pembuatan hukum,
pelanggaran hukum, dan reaksi terhadap
pelanggaran hukum
7. 3 Cabang Ilmu Utama dalam Kriminologi
yaitu
1. Sosiologi Hukum : analisis ilmiah
terhadap kondisi-kondisi mempengaruhi
perkembangan hukum pidana
2. Etiologi Kejahatan : usaha secara ilmiah
untuk mencari sebab-sebab kejahatan
3. Penology : usaha secara ilmiah untuk
mencari sebab-sebab kejahatan
8. Kejahatan bukan hanya perbuatan yang
ditentang oleh masyarakat, tetapi adanya
dorongan dari pelaku untuk melakukan
perbuatan yang ditentang oleh
masyarakat tersebut
9. dalam pengertian sempit : kajian tentanga
kejahatan
dalam pengertian luas juga termasuk di
dalamnya adalah penologi, kajian tentang
penghukuman dan metode-metode seupa
dalam menanggulangi kejahatan, dan masalah
pencegahan kejahatan dengan cara-cara non-
penghukuman.
10. Pendekatan deskriptif: pengamatan dan
pengumpulan fakta tentang pelaku kejahatan.
Pendekatan kausal: penafsiran terhadap fakta
yang diamati yang dapat dipergunakan untuk
mengetahui penyebab kejahatan, baik secara
umum maupun yang terjadi pada seorang
individu.
Pendekatan normatif: bertujuan untuk mecapai
dalil-dalil ilmiah yang valid dan berlaku secara
umum maupun persamaan serta kecenderungan-
kecenderungan kejahatan.
11. Menurut asalnya tidak ada pembatasan
secara resmi dan juga tidak ada campur
tangan penguasa terhadap kejahatan,
melainkan kejahatan semata-mata
dipandang sebagai persoalan pribadi atau
keluarga. individu yang merasa dirinya
menjadi korban perbuatan orang lain,
akan mencari balas terhadap pelakunya
atau keluarganya
12. kemudian konsep ini bekembang untuk
pebuatan-perbuatan yang ditujukan kepada
raja seperti penghianatan, sedangkan
terhadap perbuatan-perbuatan yang ditujukan
kepada individu masih menjadi urusan pribadi.
Seiring berjalannya waktu maka kemudian
kejahatan menjadi urusan raja (sekarang
negara) yaitu dengan mulai berkembangnya
apa yang disebut sebagai parents patriae.
13. reaksi atas ketidakpastian hukum dan
ketidakadilan serta kesewenang-
wenangan penguasa pada waktu ancient
regime. Mahzab klasik ini mengartikan
kejahatan sebagai perbuatan yang
melanggar undang-undang
14. nullum crimen sine lege
bererti tidak ada kejahatan apabila undang-
undang tidak menyatakan perbuatan tersebut
sebagai perbuatan yang dilarang
Takut terhadap timbulnya ketidakpastian dan
timbulnya kesewenang-wenangan dari
penguasa (hakim), maka mahzab ini
berpendapat, hakim hanyalah sebagai
mulut/corong undang-undang saja (legisme)
15. aliran ini berusaha untuk mengatasi
relativitas dari hukum pidana dengan
mengajukan konsep kejahatan yang non
hukum, serta mengartikan kejahatan
sebagai perbuatan yang melanggar
hukum alam (natural law).
16. dalam mempelajari kejahatan harus dipelajari
dalam kerangka hukum pidana sebab dari
hukum pidana kita dapat mengetahui dengan
pasti dengan kondisi yang bagaimanakah
suatu tingkah laku dipandang sebagai kejahatn
dan bagaimana peraturan perundang-
undangan berinterksi dengan sistem norma
yang lain.
17. kejahatan selalu menunjuk pada perbuatan
manusia dan juga batasan-batasan atau
pandangan masyarakat tentang apa yang
diperbolehkan dan apa yang dilarang, apa yang
baik dan apa yang buruk, yang semuanya itu
terdapat dalam undang-undang, kebiasaan dan
adat istiadat
18. Kejahatan adalah normal, tidak ada
masyarakat tanpa kejahatan. Kejahatan
merupakan sesuatu yang diperlukan,
sebab ciri setiap masyarakat adalah
dinamis, dan perbuatan yang telah
menggerakkan masyarakat tersebut pada
mulanya disebut kejahatan.