2. NAMA : POLTAK P S ARUAN, S.H.
PANGKAT /NRP : AKP / 73100148
JABATAN : KASUBNIT III SUBDIT III DIT TIPIDTER BARESKRIM
POLRI
T T L : PEMATANG SIANTAR, 17 OKTOBER 1973
HP : 08129912972
EMAIL : aruan_73@yahoo.com
PENDIDIKAN KEPOLISIAN :
1. SEBA POLSUK 1993 S/D 1994. (LIDO 14)
2. SETUKPA POLRI TAHUN 2005 (REGADA 32)
3. SESPIMMA POLRI GEL I TAHUN 2013 (ANGKATAN 49)
PENDIDIKAN KEJURUAN :
1. LANPA IDIK TP. LH 2006
RIWAYAT PENUGASAN :
1. BA POLDA METRO JAYA
2. POLDA PAPUA
3. BAHARKAM POLRI
4. BARESKRIM POLRI
2
3. I.1 Pengertian Umum Kriminologi
Kata Kriminologi (criminology dlm bhs. Inggris; kriminologie dlm bhs.
Belanda)
Berasal dari dua kata Latin; “crimen” dan “logos”
Crimen = kejahatan
Logos = ilmu
Secara harfiah Kriminologi berarti ilmu pengetahuan ttg kejahatan (bukan
ilmu kejahatan/ilmu menjadi penjahat).
Kata Kriminologi pertama kali dipergunakan pada akhir abad ke-19 oleh
P.Topinard (sarjana antropologi berbangsa Perancis)
3
4. Kriminologi modern berkembang sbg ilmu pengetahuan ilmiah saat
ini scr terpisah-pisah melandaskan diri pada cabang ilmu
pengetahuan ilmiah atau disiplin ilmu pengetahuan ilmiah tertentu
yaitu; sosiologi, hukum, psikologi, psikiatri dan biologi.
Di Indonesia Kriminologi scr khusus telah diajarkan, dipelajari dan
dikembangkan di beberapa Universitas, pertama kali dipelopori di
Universitas Indonesia yg melandaskan diri pada disiplin sosiologi
(sosiologi praktis). Untuk mendalami kriminologi memerlukan
pengetahuan dasar sosiologi (khususnya teori² dan metode
penelitian yg baku dlm sosiologi).
4
5. Penelitian² Kriminologi modern dlm berbagai bidang,
meliputi berbagai faktor sesuai dgn tradisi keilmuan
masing² yg scr umum meliputi :
1. Penelitian ttg sifat, bentuk dan peristiwa tindak kejahatan
srt persebarannya mnrt faktor sosial, wkt dan geografis.
2. Ciri² fisik dan psikologi, riwayat hidup pelaku kejahatan
(yg menetap) dan hub nya dgn adanya kelainan
perilaku.
3. Perilaku menyimpang dr nilai dan norma dr masy spt;
perjudian, pelacuran, homoseksual, pemabukan dsb.
4. Ciri² korban kejahatan.
5. Peranan korban kejahatan dlm proses terjadinya
kejahatan.
5
6. 6. Kedudukan korban kejahatan dlm sistem peradilan pidana.
7. Sistem peradilan pidana yg meliputi bekerjanya lembaga
kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan penghukuman dlm
menangani pelaku gar hukum pidana sbg bentuk reaksi sosial
formal thd kejahatan.
8. Metode pembinaan pelaku pelanggaran hukum.
9. Struktur sosial dan organisasi penjara.
10.Metode dlm mencegah dan mengendalikan kejahatan.
11.Penelitian thd kebijakan birokrasi dlm mslh kriminalitas,
termasuk analisa sosiologis thd proses pembuatan dan
gakkum.
12.Bentuk² reaksi non-formal masy thd kejahatan,
penyimpangan perilaku.
6
7. Definisi Kriminologi yg dibahas mencerminkan perkembangan penelitian
ilmiah thd kejahatan atau sejarah perkembangan Kriminologi sbg disiplin
ilmu pengetahuan ilmiah.
(W.A Bonger, 1970) memberikan definisi : “Kriminologi adlh ilmu
pengetahuan yg bertujuan menyelidiki kejahatan seluas-luasnya”.
(gejala² lain dr patologi sosial spt; kemiskinan, pelacuran,alkoholisme dan
bunuh diri).
7
Aspek Kriminologi Teoritis
Ilmu pengetahuan yg mendasarkan
pengalamannya spt ilmu
pengetahuan lainnya yg sejenis,
memperhatikan gejala² kejahatan
dan mencoba menyelidiki sebab² dr
gejala tsb (etiologi) dg metode yg
berlaku pd Kriminologi.
Merupakan kumpulan dr banyak
ilmu pengetahuan, meliputi :
antropologi kriminal, sosiologi
kriminal, psikologi kriminal, psiko-
patologi-kriminal, neuro-patologi-
kriminal, penologi.
Aspek Kriminologi Praktis
Kriminologi yg berdasarkan hasil
penelitiannya disimpulkan manfaat
praktisnya.
Meliputi : hygiene kriminal
(pencegahan kejahatan) dan politik
kriminal (kebijakan kriminal).
8. (Sutherland dan Cressey, 1974)
Memberikan batasan Kriminologi sbg bagian dari sosiologi (kumpulan
pengetahuan ttg gejala sosial). Kumpulan pengetahuan yg meliputi
delikuensi dan kejahatan sbg gejala sosial.
Ruang lingkup : proses pembuatan hukum, gar hukum dan reaksi thd
gar hukum. Definisi tsb belum menyentuh aspek korban kejahatan
dlm lingkup kajian Kriminologi.
Kriminalistik
Ilmu pengetahuan yg digunakan u/menyelidiki terjadinya suatu
peristiwa kejahatan. Meliputi : kedokteran forensik (bedah
mayat/otopsi), kimia forensik (lit racun,narkotik dsb), balistik,
daktiloskopi, graphologi (ilmu ttg ciri²tulisan) dsb. Ilmu ini digunakan
POLISI u/ungkap suatu peristiwa kejahatan.
Kriminologi sbg ilmu yg mendasarkan pd BONGER hrs diartikan bhw
masalah kejahatan adlh masalah yg kompleks yg dpt dipelajari oleh
berbagai disiplin ilmu.
8
9. II.1. Perumusan Kejahatan Secara Sosiologis
Ruang lingkup objek studi Kriminologi dpt
dikategorikan dlm lit ttg pola kejahatan dan pola
kriminalitas, ciri dan pola yg berhub dg pelaku
kejahatan, pola viktimisasi, pola peranan dan
kedudukan korban dlm peristiwa kejahatan dan
hukum, serta pola reaksi masy thd kejahatan,
penjahat maupun korban kejahatan.
Kata “kejahatan” dan “penjahat”
hukum/hukum pidana.
9
DEFINISI
10. Ciri utama pengertian “kejahatan” adlh bhw tindakan² tsb
merupakan tindakan yg merugikan dan gar sentimen masy dan
sering tjd di msy hingga membentuk pola atau keteraturan.
10
Pengertian kejahatan yg sesuai dg Kriminologi yg sosiologis adlh :
a. Pola tingkah laku yg dilakukan seorang individu atau sekelompok
individu (terstruktur/tdk terstruktur) maupun organisasi
(formal/non formal) yg merugikan masy (scr materi,
fisik&psikologis). Kejahatan dg ciri utama terdpt korban.
b. Pola tingkah laku individu, pok individu maupun suatu
organisasi yg bertentangan dg perasaan moral masy,
dan kpd pelakunya masy memberikan reaksi non-
formal. (perilaku menyimpang; kemaksiatan,
pelacuran, pemabukan, pemadatan, perjudian,
homoseksual) tdk sesuai dg moralitas masy.
11. Masy modern dlm rumuskan makna kata “kejahatan” akan slalu
menghasilkan kontroversi.
Tindakan menyebabkan matinya orang lain atau membunuh, tdk akan slalu
disebut sbg kejahatan.
contoh :
perampok ciderai korbannya dg gun senpi dan korbannya mati TP. Pembunuhan
Polisi bertugas laksanakan eksekusi hukuman mati bukan sbg TP. Pembunuhan
seseorang menderita sakit jiwa (gila) melakukan pembunuhan dpt dinyatakan
11
bersalah tp hukum tdk dpt meminta pertanggungjwban atas
perbuatannya.
12. Euthanasia adlh praktek pencabutan kehidupan manusia atau
hewan melalui cara yang dianggap tdk menimbulkan rasa sakit /
minimal, biasanya dilakukan dgn suntikan yg mematikan
Tindakan medis oleh dokter scr etika dan moral kedokteran ditentang
pasien sudah tdk dpt disembuhkan/membiarkan pasien sekarat
penderitaan pasien luar biasa & beban biaya perawatan sangat besar.
Australia & Belanda berikan ijin Euthanasia.
Australia dilakukan oleh si pasien sendiri, di Belanda oleh dokter dg
suntikan mematikan scr langsung.
Kontroversi pendefinisian kejahatan dibandingkan perumusan
kejahatan tsb menurut wil.budaya
12
Euthanasia :
13. Terdiri dari 2
1. Euthanasia aktif
Misal : A. Menderita Tumor Ganas shg
sering pingsan tdk mungkin dpt
disembuhkan
2. Euthanasia fasif
Misal : A menderita kanker kritis dlm
keadaan koma
13
14. Contoh² tsb pd hakikatnya merupakan konsep kejahatan.
Konsep yg dirumuskan melalui proses sosial yg bersifat nisbi
(relative) yg berlaku hanya menurut keadaan tertentu saja.
Berlaku mnrt tempat, mnrt keadaan aktual pd saat pelaku
melakukan perbuatannya dan berbeda dari wkt yg satu ke wkt yg
lain.
Perumusan Kriminologis ttg kejahatan pola tingkah laku
(individu, pok individu,organisasi) seseorang yg relatif tetap, rugikan
masy (fisik, psi&materi).
14
15. Pelaku kejahatan masy beri reaksi (formal/non-formal)
Mjd lit Kriminologi adlh tingkah laku individual yg rugikan masy tsb
sering tjd, merupakan salah satu ciri dr masy bersangkutan.
Kunci utama definisi kejahatan sbg masalah sosial.
Bila ada tingkah laku org yg merugikan, namun bila bukan
merupakan tingkah laku yg sering tjd di masy bukan pola
kejahatan
15
16. Kejahatan scr Kriminologis merupakan konsep sosial
Pada akhirnya apabila tindakan tsb dianggap sangat merugikan oleh
masyarakat mjd pengertian kejahatan yg dicantumkan dlm hukum
pidana.
Hukum pidana tindakan yg dilarang, pelaku diancam sanksi hukuman.
Pencantuman suatu tindakan ke dlm hukum pidana melalui proses sosial &
proses politik.
Proses tsb bermuara pd kewenangan legislatif (badan pembuat UU).
17. Dibuat rumusan agar setiap warga negara bertindak selaras dg nilai² &
norma² yg diakui bersama.
Proses sosialisasi penanaman sejak kanak² hingga dewasa
Mekanisme pengendaliannya pengendali sosial (social control).
Pelanggaran ringan thd nilai² & norma² masy akan dibiarkan saja/dikecam
Pelanggaran yg serius akan dipandang sbg kejahatan & ada sanksi hukum
18. 18
Ketidakpuasan thdp hukum pidana, hukum acara pidana dan
sistem penghukuman hukum pidana pd abad ke-16 hingga
abad ke-18 dijalankan semata-mata utk menakut-nakuti dgn
penjatuhan hukuman yg berat-berat dan hukuman badan yg
sadis;
Munculnya penerapan metode statistic, Quetelet yg pertama
kali menerapkan statistic dlm pengamatannya ttg kejahatan.
Bahwa dlm kejahatan terdapat pola-pola yg sama setiap thn
nya, sehingga terdapat situasi-situasi yg bs diprediksi
berdasarkan tingkat tinggi rendahnya kejahatan tsb,
mengetahui apakah terjadi penurunan ataukah peningkatan
kejahatan
20. 20
• ANTROPOLOGI KRIMINAL adl mempelajari dan
meneliti mengenai manusia yg jahat dr tingkah laku,
karakter dr sifat dan ciri tubuhnya seperti apa, jg
meneliti apa ada hub antara suku bangsa dgn
kejahatan dan seterusnya.
• SOSIOLOGI KRIMINAL adl mempelajari dan meneliti
kejahatan sebagai suatu gejala masy utk mengetahui
sampai dmna sebab-sebab kejahatan dlm masy.
• PSIKOLOGI KRIMINAL adl mempelajari dan meneliti
kejahatan dr sudut kejiwaan. Apakah kejiwaan yg
melahirkan kejahatan atau karena lingkungan atau
sikap masy yg mempengaruhi.
21. 21
• PSIKOPATOLOGI adl mempelajari dan meneliti kejahatan
dan penjahat yg sakit jiwa atau urat syaraf.
• PENOLOGI adl mempelajari dan meneliti kejahatan dr
penjahat-penjahat yg tlh dijatuhi hukuman.
• HIGIENE KRIMINIL adl Usaha-usaha pemerintah utk
mencegah terjadinya kejahatan
• POLITIK KRIMINAL adl kebijakan-kebijakan politik utk
menanggulangi kejahatan.
22. • Dr berbagai definisi tsb di atas, maka objek studi kriminologi
mencangkup 3 hal:
Penjahat
/Pelaku
Kejahatan
Reaksi
Masy thdp
ke2nya
23. 23
Ilmu Pengetahuan
Hukum Pidana
I.P Hukum Pidana
Materiel
I.P Hukum Pidana
Formil
I.P Hukum Pidana
Empirik/Kriminologi
Mengapa
orang/kelompok
melakukan
kejahatan
Bagaimana
cara/prosedur utk
mempertahankan
pidana
Perbuatan yg dpt
dipidana, siapa yg
dpt dipidana,
hukuman/sanksi
apa yg bs
dijatuhkan
Artinya kriminologi digunakan sebagai kontrol sosial
thdp kebijakan dan pelaksanaan hukum pidana.
24. 24
Kaitan kriminologi dgn antropologi terllihat jelas dr konsep-konsep
yg mempelajari kejahatan dan penjahat dan dilihat dlm konteks
budaya dimana yg bersangkutan berada. Jd ada hub antara tindakan
seseorang (dan penilaian masy atas tindakan itu) budaya masy.
Kaitan kriminologi dgn psikolgi, bahwa psikologi memang mengkaji
kepribadian penjahat, artinya mengapa kejahatan itu dilakukan.
Kaitan kriminologi dgn sosiologi, bahwa kriminologi merupakan
upaya menjelaskan kejahatan sebagai suatu gejala sosial. Disini
sosiologi berperan membantu kriminologi dlm memahami berbagai
bentuk hub sos yg terjadi yg merup produk hub sos termasuk di
dlmnya tindak kejahatan.
Kaitan kriminologi dgn kriminalistik, bahwa kriminalistik itu
berkaitan dgn bukti-bukti fisik (physical evidence) dr suatu
peristiwa kejahatan dimana dgn alat bukti ini maka upaya
pembuktian atas perilaku kejahatan yg dilakukan seseorang
25. Pentahapan proses seseorang mjd dewasa berkaitan dg pelanggran
thd nilai² & norma² masy pengertian & perlakuan yg berbeda
mnrt pok usianya.
Anak balita bila lakukan pelanggaran hanya akan ditegur scr ringan,
ortu/walinya yg diminta pertanggungjwb dan diminta didik dg baik.
Blm dewasa/remaja tdk disebut kejahatan ttp disebut kenakalan
krn tindakan yg dilakukan tanpa kesadaran penuh bhw tindakan tsb
salah.
25
Di Indonesia tdk ada peraturan yg rumuskan
tindakan yg dilakukan orang dewasa bukan
pelanggaran, ttp bila dilakukan anak² atau
remaja disebut sbg kenakalan.
• Kebijakan sosial yg menyangkut proses
sosialisasi anak mjd dewasa diserahkan begitu
saja ke masy.
26. Perbedaan istilah ttg gar hukum, penyimpangan tingkah laku &
kejahatan, bagi orang awam tdk tahu&tdk dipedulikan.
Ahli hukum yg legalistik jg tdk begitu peduli
Perbedaan tsb merupakan istilah yg menunjukkan adanya perbedaan
tingkat keseriusannya.
Kalangan hukum, tindakan kejahatan hanya dikaitkan dg ada tdknya
aturan pidana yg dilanggar.
26
• Telaahan Kriminologi ttg kejahatan sbg
gejala sosial, tindakan yg tdk disukai oleh
masy terdpt urutan derajat keseriusannya
(seriusitas kejahatan).
• Paling ringan adlh penyimpangan tingkah
laku, diikuti dg gar hukum pidana.
• Paling serius adalah kejahatan.
27. Dalam menguraikan bbrp bentuk kejahatan, maka dipergunakan
metode tipologi yg lazim dipergunakan dlm ilmu pengetahuan
ilmiah.
Metode tipologi (Weber) dlm konsepnya ideal type, yaitu suatu
cara membuat kategori dr obyek lit atau gejala yg di lit ke dlm bbrp
tipe yg mempunyai ciri yg relatif amung (khas) ttp dlm ranah yg
sama.
Untuk mendptkan gbr an yg lengkap ttg kejahatan, perlu dilakukan
pengelompokan tipe² kejahatan sesuai dgn ciri khasnya masing².
Setiap gejala (Clinard dan Quinney,1972) pd dasarnya amung mnrt
tempat dan waktu, tdk berulang kejadiannya.
27
28. 28
Tipe-tipe Kejahatan:
1. The Casual Offender: Tipe ini sebenarnya blm dpt disebut penjahat, tetapi
pelanggar kecil, seperti tdk memakai lampu pd malam hari, tdk berjalan di
sisi kiri jln.
2. The Occasional Criminal: Org yg melakukan kejahatan ringan, seperti org
menabrak org sehingga luka ringan.
3. The Episodic Criminal: Perbuatan disebabkan emosi yg hebat, sehingga
dia kehilangan kontrol diri.
4. The Habitual Criminal: Mereka atau org yg selalu mengulangi
perbuatannya, seperti pemabuk, pengemis yg merupakan jg residive.
5. The Profesional Criminal: Pelaku melakukan perbuatan ini sebagai mata
pencaharian karena mata pencaharian banyak terjadi di lapangan
ekonomi.
29. 29
6. Organized Crime: Para pelaku mengadakan organisasi yg rapi utk
operasi kejahatan.
7. The Mentally Abnormal Criminal: Kejahatan yg dilakukan olh org
menderita penyakit kejiwaan.
8. The Non Malicious Criminal: Perbuatan yg olh sekelompok masy
menuduh perbuatan tsb sebagai kejahatan ttp bersifat relatif artinya
kelompok lain menyebut bkn kejahatan.
9. The White Collar Criminal: Kejahatan yg dilakukan olh seorang dlm
rangka melaks giat dlm jabatan, bidang ekonomi, sospol.
30. Krn kejahatan memungkinkan orang untuk kaitkannya dgn semata² sbg
gar hukum pidana, maka dlm buat tipologi kejahatan pengaruh hukum
sangat besar.
Scr yuridis, kejahatan atau T.P di pok kan mnrt sasaran kejahatannya.
Tipologi hukum dari kejahatan yang lazim dikenal adalah :
a. kejahatan terhadap orang, yang meliputi penganiayaan,
pemerkosaan, pembunuhan, pelecehan seksual.
b. kejahatan terhadap harta benda, seperti penipuan, pencurian,
perampokan, penggelapan, pengrusakan.
c. kejahtan terhadap ketertiban umum, seperti pemabukan,
pelacuran, perjudian.
d. kejahatan terhadap negara, seperti makar.
Kepolisian juga membuat tipologi kejahatan yag sering dipergunakan
untuk kepentingan administratif operasional kepolisian.
30
31. Tipologi kejahatan yang disusun kepolisian antara lain sebagai
berikut :
a. Kejahatan kekerasan, yang meliputi penganiayaan, pemerkosaan
dan pembunuhan.
b. Pencurian dengan kekerasan seperti perampokan, penjambretan
c. Pencurian dengan pemberatan, yaitu pencurian yang memenuhi
unsur pemberatan seperti dilakukan oleh lebih dari satu orang,
dilakukan pada malam hari, dilakukan ketika terjadi bencana, dan
sasarannya adalah ternak.
d. Pencurian kendaraan bermotor, yang sesungguhnya dapat masuk
ke dalam beberapa kategori pencurian. Hanya karena sasarannya
khas dan frekwensinya cukup tinggi, oleh polisi dijadikan kategori
tersendiri.
31
32. Membahas kejahatan kekerasan tidak bisa tidak maka harus
membahas kekerasan terlebih dahulu, namun membahas
kekerasan tidaklah mudah karena kekerasan adalah tindakan
agresi yang dapat dilakukan oleh setiap orang yang
diperlukan untuk bertahan hidup, misalnya memukul,
menendang, menusuk, menampar, meninju, menggigit itu
semua adalah tindakan kekerasan.
Tindakan² kekerasan tersebut dapat merupakan tindakan
yang normal namun dapat pula merupakan tindakan yang
menyimpang. Kenormalan atau penyimpangan dari tindakan²
kekerasan tersebut tergantung pada keadaan ketika tindakan
tersebut dilakukan. Seseorang yang menggigit ayam goreng
untuk dimakan merupakan tindakan agresi normal untuk
makan, tetapi seseorang yang menggigit tangan orang lain
dalam perselisihan merupakan kekerasan.
32
33. Dalam keadaan yg lain orang akan memandang bahwa
tindakan menekan sebuah tombol adalah tindakan normal
dan bukan tindakan kekerasan. Akan tetapi apabila tindakan
menekan tombol tadi berakibat pada melesatnya peluru
kendali dan berakibat menghancurkan bangunan dan
korban, maka menekan tombol dapat dikategorikan sebagai
kekerasan.
Mis : Tyson pukul KO Lenox Lewis... Bukan Kekerasan
Tindakan Agresif ( kerusuhan )
Batasan kekerasan dapat dirumuskan sebagai setiap tindakan
yang dilakukan dengan sengaja atau ancaman untuk
bertindak yang ditujukan untuk menyebabkan atau akan
menyebabkan orang lain merasa ketakutan, merasa
kesakitan, menderita perlukaan fisik, dan kematian.
33
34. Tindakan kekerasan dapat terjadi dalam suatu situasi yang
sangat khusus, misalnya karena gelap mata melakukan
tindakan yang mengakibatkan matinya orang lain. Tindakan
tersebut seringkali bukan merupakan tindakan yang sengaja
dilakukan, tetapi sebagai upaya pembelaan diri atau reaksi
seketika karena adanya provokasi dari korban.
Di Indonesia, UU No.23 Thn.2004 ttg Penghapusan Kekerasan
Dlm Rmh Tangga, jg diatur larangan melakukan hub seksual
scr paksa dlm rmh tangga (scr konsep disebut sbg marital
rape=perkosaan dlm pernikahan).
34
35. 35
Berikut tipologi kekerasan yang disajikan oleh sarjana bernama John
Conrad(1966) dan Mustofa(1996) serta Pierre Splitz (1981) dimana
terdapat beberapa bentuk kekerasan :
1. Kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor budaya. Dalam kategori ini
suatu subbudaya menganggap bahwa suatu tingkah laku kekerasan
adalah tingkah laku yang diharapkan untuk dilakukan dalam situasi
tertentu. Kekerasan adalah cara hidup bagi kebudayaan tersebut.
2. Kekerasan yang dilakukan dalam rangka kejahatan, kekerasan dalam
kategori ini adalah kekerasan yang dipergunakan untuk mencapai
tujuan kejahatan, misalnya perampokan, dan perkosaan.
3. Kekerasan patologis, seseorang melakukan kekerasan karena
mengalami gangguan jiwa atau kerusakan otak.
4. Kekerasan situasional, bertindak kekerasan karena pengaruh
provokasi dari luar yang tidak dapat ditanggungnya lagi.
36. 36
5. Kekerasan yang tidak disengaja.
6. Kekerasan institusional (jalani hukuman penjara).
7. Kekerasan birokrasi (pemberian ijin industri yang merusak
lingkungan).
8. Kekerasan teknologi (penggunaan mesin – mesin perang yang
bersifat merusak).
9. Kekerasan diam (kelaparan dan ketimpangan sosial) isu terakhir
tentang kekerasan adalah yang berhubungan dengan kekerasan
dalam rumah tangga. Dalam konteks ini para istri dan anak,
pembantu rumah tangga merupakan subyek yang rentan
menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Karena
kekerasan dalam rumah tangga sulit terungkap yang dipengaruhi
oleh faktor budaya dan dominasi laki – laki, maka banyak kasus
kekerasan dalam rumah tangga tidak pernah diproses secara
hukum.
37. UU No 35 thn 2009 Narkotik.
COCAIN, GANJA, CANDU, MORFIN, HEROIN.
KUHP Pelaku Utama, Pelaku Peserta, Pelaku Pembantu.
Kejahatan narkotika terdiri dari berbagai bentuk yang
meliputi memproduksi narkotika atau psikotropika secara
tidak sah, mengedarkan narkotika atau psikotropika secara
tidak sah, menyimpan atau memiliki narkotika atau
psikotropika secara tidak sah dan mempergunakan narkotika
atau psikotropika secara tidak sah.
37
38. Khusus untuk penggunaan narkotika dan
psikotropika, sesungguhnya lebih
merupakan perilaku menyimpang krn
ketika orang gun zat yg memabokkan tsb
tdk ada pihak lain yg dirugikan.
38
Tindakan memproduksi dan edarkan atau jual dpt
dikategorikan sbg kejahatan krn dpt merugikan
kesehatan orang lain.
39. Kejahatan yang dikategorikan sebagai white collar crime tidak
didasarkan pada bentuk tindakan yang merugikan tetapi lebih
diutamakan didasarkan pada ciri pelakunya.
Istilah white collar crime sbg konsep salah satu bentuk kejahatan
pertama kali dikemukakan oleh E.H Sutherland pd makalahnya yg
berjudul Crime of Corporation (1939).
Dg pengertian dasar; untuk menunjuk tipe pelaku dr suatu bentuk
kejahatan (white collar crime) yaitu “orang dari kelas sosial ekonomi
tinggi yg melakukan pelanggaran² thd hukum yg dibuat u/mengatur
pekerjaannya”.
Istilah HAZEL CROAL Yaitu Suatu tindakan kecurangan yg dilak
oleh seseorang yg bekerja pd sector Pemerintah/swasta yg memiliki
posisi/wewenang yg dpt Pengaruhi Kebijakan/ Keputusan.
Mis : Korupsi, Bohong Curang , Mencuri.
39
40. Tindakan kejahatan disamping dapat dilakukan secara individual
dapat juga dilakukan secara terorganisasi. Tindakan kejahatan yang
dilakukan oleh kelompok tersebut pada dasarnya merupakan
kegiatan usaha (bisnis).
Pengertian utama yg terkandung dlm konsep organized crime adlh
kegiatan bisnis dan bukan organisasi penjahat.
Organisasi yg lakukan giat usaha barang&jasa haram, bersifat
tertutup ttp mempunyai struktur spt organisasi bisnis biasa.
U/tegakkan aturan organisasi, kekerasan merupakan cara yg lajim
digunakan, tdk jarang dlm laksn giat organized crime dirikan badan
usaha legal u/tutupi giat ilegalnya.
Misalnya :
Kolombia, Pablo Emelio Escobar Gravia, Obat Bius thn 80
Jepang ; YAZUKA : ( Politik, Judi, Suap )
Surya ; ISIS ; ( Pemberontak )
40
41. UU No 15 th 2003 pendefinisian tentang kejahatan terorisme,
tetapi meskipun demikian terdapat ciri yang serupa tentang
tidak disebutkannya secara khusus pihak yang bertanggung
jawab dari tindakan terorisme tersebut. korban dari tindakan
terorisme pada umumnya bukanlah pesaing atau lawan
langsung dari kelompok teroris, tetapi merupakan simbul dari
lawan.
Peristiwa AS Work Trade Center (wtc) 3 pesawat AS dibajak
300 Korban tgl 11 sep 2001
Bom Bali
41
42. Tindakan kejahatan sekarang ini tidak hanya dilakukan dalam
wilayah lokal suatu negara saja, tetapi sudah banyak yang
dilakukan dalam wilayah internasional. Perubahan
kecenderungan kejahatan tersebut terjadi seiring dengan era
globalisasi yang tidak dapat dihindarkan.
Misalnya:
Pencucian Uang (money Londry)
Perdagangan Gelap Taman / Satwa
Perdagangan Manusia
Pasar Gelap ( sektor Ekonomi )
42
43. Sejak berkembang dengan pesatnya teknologi komputer dan
teknologi informasi, pelaksanaan kejahatan juga mengikuti
dan memanfaatkan teknologi komputer dan informasi
tersebut yang disebut dengan cyber crime. Bentuk – bentuk
kejahatan yang masuk kategori cyber crime antara lain,
carding yaitu penyalah gunaan nomor kartu kredit untuk
membeli barang melalui situs internet, hacking yakni
kejahatan dengan memasuki situs milik orang lain melalui
internet dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa teknik
pengamanan yang dibuat oleh pemilik situs dapat ditembus.
Misalnya :
Judi Online ( 303 ), Pemalsuan Cek, Kartu Kredit, Penipuan
Identitas ( 378 ), Pornografi Anak.
43
44. IV.1 Korban Kejahatan dalam Peristiwa Kejahatan
Setiap kali terjadi peristiwa kejahatan hampir tidak dapat
dipisahkan dari adanya korban kejahatan.
Bahwa korban kejahatan dapat juga berperan bagi terjadinya
kejahatan.
Oleh karena itu seorang penyidik atau anggota reserse dalam
usaha untuk memahami kejahatan secara objektif juga harus
meliputi penelitian yang optimal terhadap korban kejahatan
dalam penangan kasusnya, untuk mengetahui bagaimana pola
hubungan antara keduanya terjadi.
Dalam dunia keilmuan usaha untuk mempelajari korban
kejahatan secara sistematis dikenal dengan ilmu viktimologi.
yaitu ilmu pengetahuan ilmiah yang mempelajari kedudukan dan
peranan korban korban kejahatan dalam peristiwa kejahatan,
dalam hukum dan dalam masyarakat.
44
45. Peran tsb bervariasi tingkatannya yg dpt diket melalui
pengalamannya, dlm proses viktimisasi atau proses menjadi
korban kejahatan.
Kebangkitan viktimologi sbg bagian dr Kriminologi ditandai
sejak Von Hentig (1941) menerbitkan makalah (Remark on
the Interaction of Perpetrator and Victim) ttg peranan korban
kejahatan bagi timbulnya peristiwa kejahatan.
Istilah² khas viktimologi spt; pengalaman viktimisasi yaitu
pengalaman mjd korban kejahatan; viktimisasi yaitu faktor²
yg mempengaruhi timbulnya pengalaman viktimisasi.
Peristiwa pengulangan mjd korban kejahatan ini disebut sbg
viktimisasi berganda.
45
46. Dalam dunia hukum, yang sebelumnya tidak memberi tempat pada
korban kejahatan, dengan perkembangan penelitian viktimologi mulai
memberi perhatian terhadap korban kejahatan. Ini dipelopori oleh
Mergery Fry, seorang pembaharu hukum dari Inggris, yang pada tahun
1955 menuntut perlindungan kepentingan korban kejahatan yang lebih
baik.
Dan negara pertama yang membuat peraturan perundang-undangan
yang memberikan kompensasi keuangan terhadap korban kejahatan
atau terhadap ahli warisnya adalah New Zealand pada tahun 1963,
semenjak itu banyak negara yang mengikuti langkah negara tersebut.
Indonesia baru sampai pd gar lokakarya korban kejahatan pd thn 1990.
UU No.26 Th.2000 ttg Pengadilan HAM, 2 thn kemudian PP No.3 Thn
2002 ttg Kompensasi, Restitusi dan Rehabilitasi thd korban gar HAM yg
berat.
UU No.27 Thn 2004 ttg Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, tdk selaras
dg hukum pidana mell uji materi MK, UU tsb dinyatakan batal.
Baru pada munculnya Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban
tahun 2006 (UU No.13 Thn 2006) dapat memberikan ruang bagi korban
kejahatan meskipun itu masih terbatas pada tindak pidana tertentu saja.
46
47. Tipologi korban kejahatan ini dpt memperluas wawasan kita
karena ada saja org yg secara berulang mjd korban kejahatan
yg sama, tanpa pernah menjadikan pengalaman viktimisasi
tersebut utk memperbaiki nasibnya.
Misalnya ada org yg secara berulang-ulang menjadi korban
pencopetan dan tdk ada usaha atau tdk mampu utk
meningkatkan keamanan diri agar tdk lg mjd korban
pencopetan. Jg ada sekelompok masy yg mjd korban terus
menerus krn bentuk tindakan yg merugikan mereka terus
berlangsung, misalnya korban pencemaran lingkungan yg
lingk alamnya tdk direhabilitasi, merupakan korban terus
menerus (continuing victimization), tindakan represif
penguasa otoriter jg akan mengakibatkan viktimisasi terus
menerus.
47
48. Sejumlah penulis dan peneliti bidang victimologi merumuskan
beberapa tipologi korban sbb:
a. Tipologi korban yang dirumuskan secara bertingkat, oleh M.E.
WOLFGANG (1967), terdiri dari Primary Victimization, Secondary
Victimization, Tertary Victimization, Mutual Victimization dan No
Victimization.
b. Tipologi korban yang dirumuskan berdasarkan perannya, oleh E.A.
FATTAH (1967), sebagai berikut yang terdiri Laten or Predisposed
Victims, Provocative Victims, Participating Victims dan False Victims.
c. B. MENDELSOHN sebagai pelopor Victimologi juga merumuskan
tipologi korban sebagai berikut berdasarkan tingkat kesalahan
korban dalam peristiwa kajahtan yakni The Completely Innocent
Victim, The Victim With Minor Guilt, Due to His Ignorance, The
Victim More Guilty Than The Offender, The Most Quilty Victim, Guilty
Alone dan The Simulating Victim, Imaginary Victim.
48
50. 50
Utk mengatasi masalah kejahatan maka upaya-upaya
yg dpt dilak dpt dikelmpokkan mjd 2 segi, yaitu:
a. Sebelum terjadinya kejahatan atau upaya preventif dan;
b. Setelah terjadinya kejahatan atau upaya represif.
51. 51
Upaya ini merupakan setiap usaha yg bertujuan utk mencegah
jgn sampai kejahatan terjadi dlm masy.
Upaya ini meliputi pembinaan pendidikan dan penyadaran thdp
masy umum;
Menurut J. Bentham program umum dlm upaya preventif
meliputi pendidikan umum, pembinaan moral, hukum, dll.
Upaya pencegahan ini berhasil apabila kesadaran masy thdp
hukum tlh mencapai tingkat yg tinggi dan mendalam sehingga
mampu memahami hak dan kewajibannya.
52. 52
Memberikan pendidikan moral dgn tujuan menanamkan rasa
tanggung jwb dan memperluas wawasan sehingga
mempengaruhi cara berpikir.
Memberikan penyuluhan hukum melalui penerangan atau
media komunikasi dgn tujuan mempertinggi kesadaran hukum
bagi masy.
Meningkatkan pembinaan mental spiritual masy dan
memberikan penerangan hukum serta pendekatan budaya pd
masy
53. 53
Merupakan tindakan utk memperbaiki pelaku kejahatan dgn
memberikan hukuman yg tlh ditentukan olh hukum yg berlaku.
Upaya represif ini bersifat penindakan hukum dan demi
keamanan dlm masy agar keseimbangan masy yg tlh terganggu
dpt dipulihkan kembali.
Maksud dr upaya ini adl pembinaan pelaku kejahatan tindak
pidana dlm lembaga pemasyarakatan
54. 54
Upaya preventif memang lebih
diutamakan karena
menanggulangi kejahatan lebih
baik daripada menghukum
pelaku sebab dapat mengurangi
dan menghindari adanya korban
kejahatan.
55. 55
Teori lain yang dikemukakan oleh Kaiser
membagi strategi pencegahan kejahatan
dalam tiga kelompok model pencegahan
secara umum:
Pencegahan Primer
Pencegahan Sekunder
Pencegahan Tersier
v
56. 56
Pencegahan Primer
Pencegahan primer ini ditetapkan sebagai strategi pencegahan
kejahatan melalui bidang sosial, ekonomi, dan bidang2 lain dr
kebijakan umum khususnya sebagai usaha utk mempengaruhi
situasi2 kriminogenik dan sebab dasar dr kejahatan. Contoh dr
pencegahan primer ini melaui pendidikan, perumahan,
ketenagakerjaan, waktu luang, rekreasi. Target dr pencegahan ini
adl masy umum secara keseluruhan.
Pencegahan Sekunder
Dalam pengawasan ini merupakan peran preventif dr kepolisian,
begitu pula pengawasan dari mass media, perencanaan perkotaan,
desain dan konstruksi bangunan. Target dr pencegahan ini adl org
yg dimungkinkan melakukan pelanggaran.
Pencegahan Tersier
Pencegahan ini memberi perhatian pd pencegahan thdp residivis
melalui peran polisi dan agen2 yg lain dlm system peradilan pidana.
Target utama dr pencegahan ini adl org2 yg melanggar hukum.