Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan menyertakan kasus dalam bentuk bacaan atau video untuk meningkatkan kemampuan literasi siswa. Model ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi siswa dan kemampuan pemecahan masalahnya.
1. LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi
No.
Masalah terpilih
yang akan
diselesaikan
Akar Penyebab
masalah
Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
1 Kurangnya
pengembangan
pembelajaran
berdiferensiasi
dalam di kelas
Guru kurang
memahami
merancang
pembelajaran
berdiferensiasi di
dalam kelas
Alternatif solusi dari literatur:
1. Merancang pembelajaran berdiferensiasi di kelas
2. Merancang pembelajaran diferensiasi bermuatan
pemikiran kritis.
Sumber literatur:
1. Menurut Nurzaki Alhafiz (2022), Menurut Bobby De
Potter ada 3 jenis kecenderungan gaya belajar, yaitu
visual, audiotori, dan kinestetik. Berdasarkan
pada hasil penelitian menunjukkan tak ada siswa
yang secara mutlak hanya mengandalkan satu gaya
belajar. Gaya belajar siswa menunjukkan kombinasi
dari ketiga gaya belajar ini. Pembelajaran
berdiferensiasi dimaksudkan untuk memfasilitasi
kebutuhan siswa yang beragam.
https://bajangjournal.com/index.php/J-
ABDI/article/view/946
2. Menurut Wisman Hadi, dkk (2022), Strategi
pembelajaran diferensiasi bermuatan critical thinking
skill bertujuan untuk memciptakan peseta didik agar
memiliki pola belajar dan pola berpikir serta
mengembangkan inovasi kreatif dan inovatif.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/basastr
a/article/view/33852
Sumber Wawancara (Teman sejawat, Kepala Sekolah,
Pengawas, dan Pakar):
1. Pembelajaran diferensiasi dikelas dapat dilakukan
oleh guru dengan memberikan diagnostik untuk
Merancang model pembelajaran
berdiferensiasi di kelas.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah
pembelajaran yang mengakomodir
kebutuhan belajar murid. Guru
memfasilitasi murid sesuai dengan
kebutuhannya, karena setiap murid
mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda, sehingga tidak bisa diberi
perlakuan yang sama.
Kelebihan:
1. Memberikan pilihan kepada anak-
anak bahwa mereka mengambil lebih
banyak tanggung jawab untuk belajar
sendiri.
2. Membuat siswa semakin giat dalam
pembelajaran karena mereka
mengalami sekaligus terjun langsung
terhadap proses pembelajaran yang
sedang mereka pelajari.
Kelemahan:
1. Pembelajaran yang dibedakan
membutuhkan lebih banyak waktu
perencanaan pelajaran bagi guru
yang mungkin sudah kekurangan
waktu
2. mengetahui gaya pembelajaran siswa terlebih dahulu
karena gaya belajar siswa pada umumnya berbeda-
beda.
2. Pembelajaran diferensiasi juga dapat dilakukan
dengan penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah, guru dapat memberikan masalah berbeda ke
siswa berdasarkan tingkat kemampuannya karena
siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda.
2. Guru harus mampu menyiapkan
beragam materi pembelajaran
sekaligus instrumen penilaiannya.
2 Pemahaman siswa
mengenai
pertanyaan yang
membutuhkan
pemikiran kritis
(HOTS) yang
masih rendah
Kurangnya siswa
berlatih dalam
menyelesaikan
soal HOTS
Alternatif solusi dari literatur:
1. Memberlakukan model pembelajaran Problem Based
Learning di kelas.
2. Menggunakan model pembelajaran inquiry learning
3. Memberikan pendampingan dan pedoman dalam
membuat instrumen tes HOTS.
4. Guru menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) berbasis Blended Learning
Sumber literatur:
1. Menurut Suratno, Kamid, dkk (2020) Hasil penelitian
ini menyimpulkan: 1) Terdapat pengaruh penerapan
model problem based learning (PBL) terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa; 2)
Terdapat pengaruh motivasi belajar terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa; dan
3) Terdapat pengaruh penerapan model problem based
learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOTS) ditinjau dari motivasi belajar siswa.
https://dinastirev.org/JMPIS/article/view/249
2. Menurut Maharani Izzatin (2018) Berdasarkan hasil
analisis data diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata
kemampuan Higher Order Thinking Skills
mahasiswa setelah diberikan pembelajaran dengan
model pembelajaran inquiry lebih baik dibanding
sebelum diberikan perlakuan. Adapun
Guru menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) berbasis
Blended Learning.
Kelebihan:
Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) merupakan pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata
(autentik) yang tidak terstruktur (ill-
structured) dan bersifat terbuka sebagai
konteks bagi para peserta didik untuk
mengembakan keterampilan jawab dan
akuntabilitas pada masing-masing
mahasiswa.
Kelemahan:
PBL ini mempunyai keterbatasan dalam
pembelajaran yang hanya dilakukan
tatap muka dalam kelas.
Solusi yang ditawarkan adalah
mengkombinasikan PBL dengan blended
learning. Blended learning adalah
sebuah kemudahan pembelaiaran yang
menggabungkan berbagai pembelajaran.
Blended learning juga sebagai sebuah
3. peningkatannya termasuk dalam kategori cukup.
http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/edukasia/article
/view/1007
3. Menurut Reviandari dan Agung (2018), selama ini
belum ada pendampingan dan pedoman dalam
membuat instrumen tes HOTS. Target luaran
kegiatan pendampingan dan pembimbingan
pembuatan instrumen tas HOTS adalah: (1)
Pemahaman guru-guru dalam pembuatan soal tes
HOTS; (2) Peningkatan kemampuan guru-guru dalam
mengidentifikasi indikator soal tes HOTS; (3) Guru-
guru dapat membuat sendiri instrumen tes HOTS; (3)
hasil karya guru berupa instrumen tes HOTS dapat
diuji cobakan kepada peserta didik; dan (5) Artiker
jurnal ber ISSN.
http://jurnal.fkip.unla.ac.id/index.php/educare/articl
e/view/226?articlesBySameAuthorPage=2
4. Menurut Febry Royantoro, dkk (2018) Salah satu cara
untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi adalah ketika peserta didik dihadapkan dengan
suatu masalah yang belum pernah ditemui
sebelumnya, disinilah proses berpikir tingkat tinggi
peserta didik akan terlatih (Rofiah, Aminah, &
Ekawati, 2013). HOTS sangat cocok diajarkan dengan
model PBL (Suriazdin, Zainuddin, & Mahardika, 2015).
Model PBL adalah cara membangun dan mengajar
kursus menggunakan masalah sebagai stimulus dan
fokus untuk kegiatan peserta didik (Boud & Feletti,
2013).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/bipf/article
/view/5436/0
5. Menurut Royan dkk (2022) Karakteristik pedekatan
Blended Learning adalah (1) Pembelajaran yang
kombinasi antara strategi pembelajaran
dan metode pembelajaran.
4. menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media
berbasis teknologi yang beragam; (2) Sebagai sebuah
kombinasi pengajaran langsung dan tatao muka (face
to face); (3) belajar mandiri dan belajar via online; (4).
Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif
dan cara penyampaian, cara mengajar dan gaya
pembelajaran; (5) Pengajar dan orangtua belajar
memiliki peran yang sama penting, pengajar sebagai
fasilitator dan orang tua sebagai pendukung. Menurut
Yustina et al., (2020) Blended Learning dan Project
Based Learning dapat mempengaruhi peningkatan
kemampuan berpikir kreatif calon guru.
https://jom.uin-
suska.ac.id/index.php/JNSL/article/download/14/8
Sumber Wawancara (Teman sejawat, Kepala Sekolah,
Pengawas, dan Pakar):
1. Guru harus memahami terlebih dahulu konten/materi
pembelajaran dan konteks peserta didik, apabila
peserta didik belum siap berpikir tingkat tinggi, guru
harus terlebih dahulu menerapkan LOTS dan MOTS.
2. Memberikan contoh-contoh soal HOTS ke siswa agar
siswa dapat berlatih dalam menyelesaikannya tetapi
tetap dengan bimbingan guru apabila siswa mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal HOTS tersebut.
3. Mengkolaborasi model pembelajaran berbasis masalah
dengan metode pengajaran yang inovatif seperti
diskusi, kolaborasi, dan lain lain serta guru dapat
mengkombinasikannya dengan media seperti
penggunaan video penyelesaian soal HOTS dari
youtube.
5. 3 Peserta didik
sering mengalami
kesulitan dalam
memahami
bacaan isi teks
Tidak terbiasanya
siswa membaca
buku dan gaya
belajar masing-
masing siswa
berbeda (auditori,
visual, dan
kinestetik)
Alternatif solusi dari literatur:
1. Pengembangan dan penerapan model pembelajaran
berbasis Balanced Literacy Approach
2. Menerapkan model pembelajaran literasi
3. Penerapan model problem based learning untuk
meningkatkan literasi siswa
4. Menerapkan model pembelajaran Project Based
Learning
Sumber literatur:
1. Menurut Supartinah dkk (2018) Balanced literacy
approach atau dapat diartikan sebagai pendekatan
literasi berimbang merupakan pendekatan
pembelajaran yang mendasarkan pada tinjauan
literasi secara luas dengan mengkombinasikan praktik
terbimbing, pembelajaran kolabaratif, sampai dengan
aktivitas membaca dan menulis secara mandiri
(Tompkins, 2010). Pendekatan literasi berimbang
merupakan konsep pembelajaran yang memadukan
pendekatan phonic dan whole language untuk
menerapkan pembelajaran terbaik dalam
pengembangan kemampuan membaca dan menulis.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpip/article/dow
nload/23793/13743
2. Menurut Fitri Hasanah (2018) dalam aktifitas model
pembelajaran Literasi, guru memberikan fasilitas yang
nyaman pada peserta didik dengan menciptakan
suasana kelas yang kondusif untuk kegiatan membaca
dan menyiapkan pojok baca yang terdiri dari buku
bacaan yang menyenangkan dan dapat meningkatkan
kreativitas belajar serta kemampuan peserta didik
dalam menghafal materi pembelajaran tematik. Pada
umumnya model pembelajaran Literasi sama halnya
dengan model pembelajaran lainnya yang
Menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning dengan
menyertakan kasus dalam bentuk
bacaan atau video.
Kelebihan PBL:
1. Meningkatkan motivasi siswa
2. Meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa
3. meningkatkan kecakapan kolaboratif
4. Meningkatkan keterampilan
mengelola sumber
Kekurangan:
1. Perlu waktu yang banyak untuk
menyelesaikan masalah
2. Membutuhkan biaya dalam
pembuatan projek dan produk
6. menginginkan peserta didik menjadi lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar, sehingga wali kelas dapat
menilai pehaman peserta didiknya dengan baik.
http://eprints.umsida.ac.id/3195/1/Fitri%20Hasana
h%20148620600001.pdf
3. Menurut Dwi Pratiwi dan Sendi Ramdhani (2017)
Menurut Ibrahim dan Nur (Nurhadi et al, 2004:57-59),
tujuan PBL adalah untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir dan
pemecahan masalah, belajar tentang berbagai peran
orang dewasa malalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi
pembelajar yang otonom dan mandiri. Berdasarkan
pengertian yang dikemukakan tersebut, maka
pembelajaran dengan menggunakan model problem
based learning (PBL) akan mempunyai kontribusi
yang sangat tinggi terhadap kemampuan literasi
matematis siswa. Hal ini juga mendukung
pernyataan bahwa model ini cocok untuk
meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa
yang dilihat dari hasil.
http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JPM/arti
cle/view/777
4. Menurut Siti Maemunah dan Suwarno (2022)
Pengembangan literasi pembelajaran ekonomi berbasis
Project Based Learning di kelas menunjukkan
instrumen validasi pencapaian dari ahli materi, media,
dan bahasa yaitu sangat valid.
http://journal.unirow.ac.id/index.php/oportunitas/ar
ticle/view/424
5. Menurut Anggraini, Putri Dewi (2021) model
pembelajaran project based learning mampu
memberikan pengaruh terhadap peningkatan
7. keaktifan siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini
juga sangat mendukung siswa untuk memahami
lebih dalam lagi perihal materi yang disampaikan.
Keaktifan siswa juga dapat mempengaruhi hasil
belajar pada akhirnya.
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpap/article/vi
ew/9902/4332
Sumber Wawancara (Teman sejawat, Kepala Sekolah,
Pengawas, dan Pakar):
1. Membiasakan siswa untuk membaca topik atau
contoh masalah terlebih dahulu yang berhubungan
dengan materi yang akan dibahas untuk pertemuan
berikutnya.
2. Menerapkan pembelajaran yang inovatif di kelas
3. Dalam pembelajaran, guru harus lebih kreatif
menggunakan media, jangan hanya dari buku yang
lebih ke arah membaca, guru diharapkan dapat
membuat pembelajaran lebih menarik seperti
menunjukkan video atau audivisual.