1. Masalah dalam
Pembelajaran
Penyebab Masalah Kategorisasi Masalah Alternatif Solusi Kelebihan Kekurangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Rendahnya minat
belajar peserta didik
Kurangnya
pemahaman
guru terhadap
model
pembelajaran,
sehingga tidak
mendukung
minat belajar
siswa
Hasil kajian literature
1. Ni Wayan Juniati, dkk (2017) salah satu
solusi untuk mengatasi permasalahan
tersebut, yaitu dengan menerapkan salah satu
model pembelajaran yang mampu
memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui
interaksi anatara siswa dengan guru, siswa
dengan siswa, lingkungan, sumber belajar
lainnya dalam situasi yang menyenangkan
bagi siswa. Penggunaaan model inkruiri akan
menciptakan kegiatan pembelajaran yang
lebih menyeangkan dan akhirnya
berpengaruh pada pemahaman konsep yang
ditemukan.
2. Wahyu Bagja Sulfemil, dkk (2019). Untuk
mengatasi permasalahan di atas peneliti
mencoba menerapkan model pembelajaran
yang mengarah dan berpusat pada peserta
didik dengan memfasilitasi alat bantu, media
dan sumber belajar yang memadai. Untuk itu
dilakukan penggunaan model Discovery
Learning atau pembelajaran penemuan.
3. Lisenia Monika Saragih (2021:2624). Model
yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman dan kreativitas serta dapat
bersosialisasi dan berkomunikasi pada saat
pembelajaran. Dari hasil pengamatan dilihat
bahwa masih banyak siswa yang kurang
kreatif dan aktif pada saat pembelajaran.
Maka guru dan siswa perlu melakukan
pembenahan untuk mencari dan menemukan
Berdasarkan hasil eksplorasi alternative
solusi, alternative solusi yang sesuai atau
memungkinkan untuk diterapkan di kelas
saya adalah sebagai berikut:
1. Penerapan Model Inkruiki
Mengapa?
Karena dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri diharapkan dapat
membuat siswa dapat berpikir dalam
mencari atau menemukan informasi sendiri
karena siswa terlibat secara langsug dalam
proses pembelajaran artinya bahwa siswa
berperan aktif dalam menemukan
informasi sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar.
Langkah-langkah pembelajaran
dalam model inkuiri social sebagai
berikut:
1. Tahap pertama (orientasi) berisi
kegiatan menetapkan masalah sebagai
pokok bahasan yang akan dirumuskan
dalam bentuk pertanyaan.
2. Tahap kedua (hipotesis), membuat
jawaban sementara dari wawasan yang
telah dimiliki sebelumnya
3. Tahap ketiga (definisi) menjabarkan
hopotesis
4. Tahap keempat (eksploratif) berupa
menguji hipotesis dengan
menggunakan logika
Kelebihan model pembelajaran
inkuiri:
1. Menolong peserta didik agar
menumbuhkan dan memiliki
keahlian melalui cara
psikologis. Siswa bias
membangkitkan semangatnya
untuk kesekolah
2. Peserta didik mendapatkan
wawasan melewati individu
maka bisa mengerti serta bisa
memecahkan solusinya. Siswa
bisa meningkatkan daya
berpikirnya
3. Bisa membangun semangat
siswa untuk belajar semakin
rajin dan tekun kembali
4. Pendapat dari Hamruni (2012)
adalah mampu melayani
kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan ditas
rata-rata, aratinya siswa
mempunyai kapasitas dalam
pembelajaran yang baik, tidak
pernah membatasi dari
kemampuan siswa di
sekitarnya serta dapat
memunculkan sebuah ide
kreatif dari ide pemikiran siswa
sendiri.
Kelebihan discovery learning
yakni:
Menurut pendapat dari Mulyasa
dalam Susanti (2014) ada dua
kekurangan dari model
pembelajaran inkuiri:
1. Rumit dari merencanakan
pendidikan disebebkan oleh
terhambatnya melalui kebiasaan
peserta didik dalam
pembelajaran. siswa harus bisa
memiliki kemampuan untuk
semanagt belajar.
2. Susah mengendalikan aktivitas
serta tercapainya dari peserta
didik. Siswa harus bisa memiliki
kemampuan untuk belajar secara
aktif.
Kelemahan dari model discovery
learning adalah sebagai berikut:
(jurnal ilmiah mahasiswa
pendidikan Vol. 1, No. 1,
September 2020)
1. Model ini menimbulkan asumsi
bahwa ada kesiapan pikiran
untuk belajar bagi siswa yang
mempunyai hambatan akademik
akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir,
mengungkapkan hubungan
antara konsep-konsep yang
tertulis atau lisan, sehingga pada
gilirannya akan menimbulkan
frustasi.
2. solusi agar hasil belajar siswa dapat tercapai
secara optimal. Agar siswa belajar dengan
baik, maka model pembelajaran yang
digunakan harus tepat, efisien, dan efektif.
Model Open Ended adalah salah satu model
pembelajaran yang bisa digunakan guru
dalam membantu siswa untuk mencapai hasil
belajarnya.
5. Tahap kelima (pembuktian)
mengumpulkan fakta-fakta dan data
yang dibutuhkan
6. Tahap keenam (generalisasi) yakni
membuat kesimpulan dari informasi
yang telah didapatkan sebagai
pemecahan atau jawaban terhadap
permasalahan yang dapat diterima
kebenarannya (Ritiauw &Salmor
2016)
2. Penerapan Model Discovery Learning
Mengapa?
Karena model discovery learning ini
dalam prosesnya menggunakan
kegiatan dan pengalaman langsung
sehingga akan lebih menarik perhatian
anak didik dan memungkinkan
pembentukan konsep-konsep abstrak
yang mempunyai makna, serta
kegiatannya pun lebih realistis
(IIahi,2012)
Ada pun langkah kerja model
pembelajarna Discovery Learning
1. Pemberian rangsangan
(stimulation)
2. Pernyataan/identifikasi masalah
(Problem statement)
3. Pengumpulan data (data collection)
4. Pengelohan data (data processing)
5. Pembuktian (verification)
6. Menarik simpulan/generalisasi
(generalization)
3. Penerapan model Open Ended
Mengapa?
Karena open-ended adalah salah satu
model pembelajaran yang memberikan
keleluasaan berpikir siswa secara aktif
dalam menyelesaikan permasalahan.
Dikatakan keleluasaan berpikir karena
satu masalah yang disajikan dirancang
dengan multijawaban. Benar tidaknya
suatu jawaban mampu memberikan
pondasi yang kuat berupa fakta-fakta
1. Membantu siswa untuk
memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan –
keterampilan dan proses
kognitif
2. Pengetahuan yang diperoleh
melalui metode ini sangat
pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian,
ingatan dan transfer
3. Menimbulkan rasa senang pada
siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil.
4. Metode ini memungkinkan
siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri
5. Menyebabkan siswa
mengarahkan kegiatan
belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan
motivasi sendiri.
6. Metode ini dapat membantu
siswa memperkuat konsep
dirinya karena memperoleh
kepercayaaan bekerja sama
dengan yang lainnya
7. Berpusat pada siswa dan guru
berperan sama-sama aktif
megeluarkan gagasan
Kelebihan model Open-Ended:
1. Siswa berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran dan sering
mengkspresikan idenya
2. Siswa memiliki kesempatan
lebih banyak dalam
memanfaatkan pengetahuan
dan keterampilan secara
konferensif
3. Siswa yang kurang mampu
memecahkan suatu masalah
akan merespon permasalahan
tersebut dengan cara mereka
sendiri
2. Model ini tidak efisien untuk
mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk
membantu mereka menemukan
teori atau pemecahan masalah
lainnya.
3. Harapan-harapan yang
terkandung dalam model ini akan
kacau jika berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah
terbiasa dengan cara-cara belajar
yang lama
4. Lebih cocok untuk
mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan
aspek konsep, ketermapilan dan
emosi secara keseluruhan kurang
mendaptkan perhatian.
Kekurangan Model Open-Ended
Kekurangan model Open-Ended itu
sendiri adalah menyiapkan dan
mengemukakan masalah ynag
langsung dipahami oleh siswa sangat
sulit sehingga siswa sulit
memberikan respon. Adakalanya
siswa yang memiliki kamampuan
tinggi bisa ragu dengan jawabn
mereka (Suherman 2003:132).
Kekurangan model PjBL antara
lain:
Memerlukan banyak waktu untuk
menyelesaikan masalah,
membutuhkan biaya yang cukup
banyak, banyak pendidik yang
merasa nyaman dengan kelas
tradisional, di mana pendidik
memegang peran utama di dalam
kelas, banyaknya peralatan yang
harus disediakan, peserta didik yang
memiliki kelemahan dalam
percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan,
3. atau pengalaman-pengalaman yang
mendukung atau sesuai dengan
permasalahan.
Adapun langkah-langkah atau
sintak Open Ended meliputi:
1. Pemberian masalah
2. Memahami masalah
3. Pemecahan
masalah,membandingkan dan
mendiskusikan
4. Menyimpulkan dan opsinal
4. Penerapan model Project Based
Learning
Mengapa?
Model pembelajaran project based
learning merupakan pembelajaran
inovatif yang berpusat pada siswa
(Student centered) dan menempatkan
guru sebagai motivator dan fasilitator,
dimana siswa diberi peluang bekerja
secara otonom mengkonstrusikan
belajarnya (Trianto,2014:42).
Langkah-langkah pembelajaran
Project Based Learning, meliputi:
1. Menentukan pertanyaan dasar
2. Membuat desain proyek
3. Menyusun penjadwalan
4. Memonitor kemajuan proyek
5. Penilaian hasil
6. Evaluasi pengalaman
4. Siswa secara intriksik
termotivasi untuk memberikan
bukti atau penjelasan
5. Siswa memiliki pengalaman
banyak untuk menemukan
sesuatu dalam menjawab
permasalahan.
Kelebihan model PjBL antara
lain:
1. Memotivasi peserta didik
dengan melibatkannya di
dalam pembelajarannya,
2. Membiarkan sesuai minatnya,
menjawab pertanyaan dan
untuk membuat keputusan
dalam proses belajar.
3. Menyediakan kesempatan
pembelajaran berbagai disiplin
ilmu.
4. Membantu keterkaitan hidup di
luar sekolah, memperhatikan
dunia nyata, dan
mengembangkan ketrampilan
nyata.
5. Menyediakan peluang unik
karena pendidik membangun
hubungan dengan
peserta,didik, sebagai pelatih,
fasilitator, dan co-learner.
6. Menyediakan kesempatan
untuk membangun hubungan
dengan komunitas yang besar.
7. Membuat peserta didik lebih
aktif dan berhasil memecahkan
problem-problem yang
kompleks.
8. Mendorong peserta didik untuk
mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan
komunikasi.
9. Memberikan pengalaman pada
peserta didik pembelajaran dan
praktik dalam
mengorganisasikan proyek,
ada kemungkinan peserta didik ada
yang kurang aktif dalam kerja
kelompok, ketika topik yang
diberikan pada masing-masing
kelompok berbeda, dan
dikhawatirkan peserta didik tidak
bisa memahami topik secara
keseluruhan.
4. dan membuat alokasi waktu
dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.
10. Menyediakan pengalaman
belajar yang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan
dirancang untuk berkembang
sesuai dunia nyata.
Guru belum
sepenuhnya
mengajar
menggunakan TIK
sebagai pendukung
pembelajaran
Terbatasnya
kemampuan/keca
kapan guru dalam
menggunakan
TIk
Kajian Literatur
1. Suci Zakiah Dewi, (2018) pengunaan TIK
sebagai sumber dan media pembelajran dapat
melalui pemanfaatan perangkat computer
sebagai sumber dan media pembelajaran yang
inovatif. Diharapkan dengan pengunaan
sumber dan media ini dapat merangsang
pikiran, perasaaan, minat serta perhatian
peserta didik sedemikian rupa sehingga prose
pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
2. Menurut Mugara (2011:52) sebagai solusi
dalam meningkatkan kemampuan penguasaan
TIK bagi guru dapat dilakukan beberapa hal
seperti yang diungkapkan anatara lain: 1.
Mengirim guru untuk mengikuti kegiatan
pelatihan, penatara, seminar dan workshop
mengenai TIK. 2. Mengadakan kegiatan
pelatihan dan sosialisasi TIK bagi seluruh
guru dengan mendatangkan narasumber ahli.
3. Melengkapi berbagai sarana dan media
berbasis TIK yang dapat menunjang kegiatan
pembelajaran. 4. Melaksnakan dan melatih
pembelajaran dengan menggunakan berbagai
strategi dan metode berbasis TIK
3. Zen Munawar,dkk (2015:55). Penggunaan
TIk dalam bidang pendidikan tepatnya untuk
lebih kepada pengaturan proses pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Pengunaan TIK
yang efektif di bidang pendidikan, dalam
proses belajar mengajar seperti peningkatkan
kualitas pendidikan pendidikan,
meningkatkan motivasi dalam belajar serta
lingkungan pembelajaran.
Berdasarkan hasil eksplorasi alternatif solusi,
alternatif solusi yang sesuai atau
memungkinkan untuk diterapkan dikelas saya
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan kompetensi guru melalui
pelatihan dan pendampingan dibidang
TIK guru SD.
Mengapa?
Karena peran Teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam dunia pendidikan
sangatlah penting. Dengan demikian
peningkatan TIK bagi para pendidik
merupakan salah satu aspek mendasar
dalam menyiapkan guru yang mampu
mengusai TIK untuk meningkatkan proses
pendidikan di sekolah.
2. Implementasi model pendekatan tutor
sebaya sebagai upaya meningkatka
motivasi dan prestasi belajar teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) pada
siswa.
Mengapa?
Karena metode pembelajaran tutor sebaya
(peer teaching) adalah suatu strategi
pembelajaran yang kooperatif dimana rasa
saling menghargai dan mengerti dibina di
antara peserta didik yang bekerja bersama.
Tutor sebaya (peer teaching) ini
memudahkan belajar, siswa berpartisipasi
aktif, dan dapat memecahkan masalah
bersama-sama sehingga pemerataan
pemahaman terhadap materi pembelajaran
Kelebihan Peningkatan kompetensi
Guru Melaui pelatihan dan
pendampingan:
1. Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tentang manfaat
internet sebagai media untuk
menambah wawasan dan
pencarian sumber bahan ajar.
2. Mendukung peningkatan
kualitas pembelajaran, baik dari
peningkatan kemampuan guru
dalam menyiapkan media
pembelajaran
3. Meningkatnya kemampuan
dalam pembuatan bahan
presentasi sebagai salah satu cara
penyampaian materi ajar yang
lebih menarik disertai dengan
berbagai animasi, audio dan
video yang biasnya sangat
disukai oleh anak.
Kelebihan model pendekatan
tutor sebaya:
1.Peserta didik menjadi lebih aktif
dalam pembelajaran terutama
bagi beberapa anak yang
mempunyai perasaaan takut dan
enggan kepada gurunya, baik
bertanya maupun menjawab
dengan menerapkan model
pendekatan tutor sebaya ini
Kekurangan Peningkatan
kompetensi Guru Melaui pelatihan
dan pendampingan:
Dibutuhkan waktu yang lebih lama
untuk memhami seluruh rangkaian
materi pelatihan yang hanya
dilaksanakan dengan waktu yang
sukup singkat (biasanya hanya 1-3
hari).
Kekurangan model pendekatan
tutor sebaya:
1. Ada peserta didik yang terkadang
belajar kurang serius karena
beranggapan bahwa tutornya
adalah teman sendiri sehingga
hasilnya terkadang kurang
memuaskan
2. Ada beberapa siswa yang menjadi
malu ketika bertanya atau
menjawab karena takut
jawabanya akan salah dan
ketidaktahuannya akan diketahui
oelh temannya
3. Pada saat tertentu pekerjaan
tutoring ini sangat sulit
dilaksanakan karena perbedaan
kelamin dan social budaya antara
tutor dengan peserta didik lain.
4. Bagi guru juga menemukan
kesulitan untuk menmukan tutor
yang tepat bagi kelompok atau
beberap orang siswa yang harus
dibimbing.
5. yang diberikan dapat tercapai (Yopi Nisa,
2014,p.16)
peserta didik dilatih untuk berani
bertanya kepada tutor.
2.Sebagai siswa tutor, pekerjaan
tutoring akan memperkuat konsep
dan pengetahuannya secara lebih
baik dari apa yang telah dibahas.
3.Bagi tutor menjadi tempat
kesempatan untuk melatih didir,
melatuh rasa tanggung jawab
dalam menjalankan tugasnya
sebagai tutor, dan melatih
kesabaran turu bermacam-macam
karakter
4.Mempererat hubungan antara
siswa sehingga mempertebal
perasaan social dan rasa
solidaritas antar siswa. Dengan
berkelompok dan berdikusi
membuat peserta didik menjadi
lebih mengenal temannya.