2. Identitas pasien
Nama : Ny. ES
Usia : 52 tahun
Alamat : Dusun Badong
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2017
3. ANAMNESA
Keluhan utama: Pandangan buram
Anamnesa Umum :
Ny. ES datang ke RS Mata Ciciendo dengan keluhan
pandangan berkabut sejak 2 bulan yang lalu. Mula-mula pasien
merasakan pandangan berkabut mata kanan terlebih dahulu,
kemudian secara berangsur mata kiri mengalami keluhan yang
sama. Riwayat trauma (-), mata merah (-), mata nyeri (-), mata
merah berulang (-), mata berair (+), mata silau (+).
Pasien sudah berobat ke rumah sakit dan diberikan obat tetes
mata (tidak diketahui), dan didiagnosis sebagai katarak,
kemudian pasien dirujuk ke RS Mata Cicendo.
4. Anamnesis Khusus
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata.
Riwayat penggunaan obat-obatan (obat DM).
Riwayat operasi disangkal.
Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
Riwayat penyakit DM tipe 2.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
5. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Compos mentis, tidak tampak sakit.
Pemeriksaan Subjektif:
Visus:
VOD : 1/300 VOS : 1/300
PH : - PH : -
6. Pemeriksaan Objektif
OD OS
Muscle balance Orthotropia Orthotropia
Pergerakan Bola Mata
Duksi
Versi
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Sillia t.a.k t.a.k
Palpebra Tenang Tenang
Palpebra Inferior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis superior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis inferior Tenang Tenang
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Cembung, jernih Cembung, jernih
Pupil Hitam, bulat, d 6mm
RC(-)
Hitam, bulat, d 6mm
RC(-)
Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)
Lensa Keruh Keruh
10. Katarak penyebab kebutaan nomor 1 di dunia dan di
Indonesia
Depkes RI 1996: 1,5% penduduk mengalami kebutaan di
Indonesia. Prevalensi buta akibat katarak sebanyak 0,78%.3
Data terbaru tahun 2013, menunjukkan prevalensi katarak
untuk semua umur adalah 1,8%.4
11. • KATARAK : KEKERUHAN LENSA
• Yunani: cataracta yang berarti ‘air terjun’
• Akibat: hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa, atau kedua
• Biasa terjadi pada kedua mata dan berjalan progresif
DEFINISI
17. Stadium Maturasi
INSIPIEN
• ≠gangguan visus
• Korteks anterior,
aksis relatif masih
jernih
• Kekeruhan di
bagian perifer –
bercak seperti baji
(jari roda) –
Spokes of Wheel
IMATUR
• Belum seluruh
lapisan lensa
• Kekeruhan
posterior dan
belakang nukleus
lensa – refleks
pantulan cahaya
(+) – Shadow test
(+)
• Hidrasi korteks –
cembung
• Penyulit :
glaukoma
MATUR
• Keruh seluruhnya
• Terjadi
pengeluaran air,
ukuran normal
kembali
• Shadow test (-)
HIPERMATUR
• Korteks seperti
bubur telah
mencair
• Nukleus turun di
bawah karena
daya berat
• Katarak Morgagni:
kerusakan kapsul,
isi korteks keluar
dan lensa kempis,
nukleus terbenam
di bawahnya
22. Patofisiologi
Teori hidrasi:
<< [Glutation, as. Askorbat Kegagalan
pompa aktif di subkapsular anterior air
tidak keluar
menyebabkan retensi cairan dalam lensa,
air yang banyak ini akan
menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yang menyebabkan kekeruhan
lensa.
Teori sklerosis:
serabut kolagen terus bertambah
sehingga terjadi pemadatan serabut
kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah
banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.
23. Gejala
Mata tenang, visus turun perlahan
Silau
Di lingkungan yang terang (siang hari / melihat lampu mobil)
Biasanya pada tipe katarak posterior subkapsular
Diplopia monokular atau polypia
Perubahan nuklear pembiasan multipel di tengah lensa refraksi yang ireguler
indeks bias yang berbeda.
Halo
terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna karena meningkatnya kandungan
air
Penurunan tajam penglihatan
penurunan penglihatan progresif
K. kupuliform (opasitas sentral) lebih buruk ketika siang hari
K. kuneiform (opasitas perifer) lebih buruk ketika malam hari.
Myopic shift
Hipermetropia meningkatnya miopia ”second sight”
24. Diagnosis
Anamnesis
Tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi
Pemeriksaan segmen anterior dengan senter/slit lamp
> kekeruhan lensa
Shadow test
>shadow test (+) : katarak imatur
>shadow test (-) : katarak matur
Pemeriksaan refleks pupil langsung dan tidak
langsung (+)
25. Tatalaksana
Non - Bedah:
Pengobatan dari penyebab katarak: Kontrol gula darah pada
pasien DM
Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium,
vitamin E dan aspirin dihubungkan dengan perlambatan dari
kataraktogenesis.
Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
Refraksi
Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang
terang. Pada opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit
redup.
Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas di luar ruangan pada
pasien dengan opasitas sentral
Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
27. Kontraindikasi bedah
Penurunan fungsi penglihatan yang masih dapat
ditoleransi oleh pasien
Tindakan bedah diperkirakan tidak akan memperbaiki
tajam penglihatan
Pasien tidak dapat menjalani bedah dengan aman
karena keadaan medis/kelainan okular lainnya
Perawatan pascabedah yang sesuai tidak bisa
didapatkan oleh pasien
28. Evaluasi Preoperatif
Pemeriksaan umum: TTV? Riwayat: DM? HT? Jantung?
Biometri : pemilihan ukuran lensa intraokuler
Pemeriksaan Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT : menilai fungsi
hemostasis
Pemeriksaan Ureum, Creatinine, SGOT dan SGPT : menilai fungsi ginjal dan
hati
Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS < 200 mg/dL), TD < 160 / 100
mmHg
Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan fungsi retina: Retinometri
RAPD: kemungkinan ada lesi nervus optikus
Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas
pengobatan sebelum ekstraksi katarak
Pemeriksaan USG mata
29. Bedah
• Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Kapsula lensa ditinggalkan
ECCE
• Ekstraksi Katarak Intrakapsuler: Lensa
dikeluarkan bersama kapsulnya
ICCE
• Nukleus lensa difragmentasikan di
dalam kapsul dan dikeluarkan dengan
tip fako-emulsifikator
FAKO-
EMULSIFIKASI
30. Teknik Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah Resiko katarak sekunder
tidak ada
Hilangnya vitreous +20%
Astigmatisma
Rehabilitasi visus sangat
lama
Anterior chamber / fiksasi
sclera IOL
ECCE Lensa sangat
keras
Kelainan endotel
kornea
Aman untuk kelainan
endotel (lebar insisi
mencapai 1700
membutuhkan 5-7 jahitan)
Astigmatisma
Rehabilitasi visus lama
Phaco-
emulsification
Bermacam – macam
tipe katarak
Rehabilitasi visus cepat
(lebar insisi 2-2,8 mm)
Alat mahal
Ultrasound dapat
merusak endotel kornea
Femto Laser Bermacam – macam
tipe katarak
Capsulotomi lebih
presisi
Rehabilitasi visus lebih
cepat
Alat sangat mahal
31. Extracapsular cataract extraction
1. Anterior
capsulotomy
2. Completion of
incision
3. Expression of
nucleus
4. Cortical cleanup
6. Polishing of posterior
capsule, if appropriate
5. Care not to aspirate
posterior capsule
accidentally
32. 8. Grasping of IOL and
coating with viscoelas
substance
Extracapsular cataract extraction ( cont. )
7. Injection
of
viscoelastic
substance
9. Insertion of inferior
haptic and optic
11. Placement of haptics
into capsular bag
10. Insertion of superior
haptic
12. Dialling of IOL into
horizontal position
and not into ciliary
sulcus
33. Phacoemulsification
1. Capsulorrhexis 2. Hydrodissection
3. Sculpting of nucleus 4. Cracking of nucleus
5. Emulsification of
each quadrant
6. Cortical cleanup and
insertion of IOL
34. Lensa tanam (IOL)
IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh
sudut dari COA
Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris,
memiliki tingkat komplikasi yang tinggi
Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di
belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris atau
kapsula posterior lensa
36. Komplikasi operasi
Komplikasi saat operasi:
Ruptur kapsula posterior
Kehilangan fragmen lensa ke posterior
Komplikasi Paska operasi:
Komplikasi dini:
Terbentuknya descemet fold
Prolaps iris
Endolftalmitis bakterial akut:
Inkubasi S. Aureus : antara hari 1 sampai ke-3 paska operasi
Inkubasi S. epidermidis antara hari ke-4 hingga ke-10 paska
Komplikasi lanjutan:
Malposisi IOL
Opasifikasi dari kapsul posterior
Retinal detachment
37. DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
2. WHO. Priority of Blindness and Visual Impairment. Available
http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html
3. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Gangguan Peng
Kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta. 2003.
4. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS).
5. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke – 6. Jakarta. 1993.
6. Artini WA, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Badan Penerbit Fakultas K
Universitas Indonesia. Jakarta. 2011.
7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi keempat. Badan Penerbit Fakultas K
Universitas Indonesia. 2012.
8. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed. M
Professional. 2011.
9. Farida N. Bedah Katarak : Dulu dan Kini. Dalam: Syam AF, Yulherina, Sari NK. Masalah
pada Usia Lanjut – Antisipasi dan Penanganannya. Interna Publishing. Jakarta. 2014.
Editor's Notes
Contoh: seorang petani tidak memerlukan penglihatan yang baik dimana visus dengan koreksi 6/30 tidak menganggu pekerjaannya. Akan berbeda apabila dengan seseorang yang bekerja sebagai akuntan, dimana dengan visus 6/30 sudah sangat menganggu kehidupan sehari-hari.
Ambilopia umur 3 -7 bulan terbaik perkembangan fovea sentralis