SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Presentasi BST
KATARAK
OLEH :
NIKEN AMALIA GANDINI 130112160599
MOH. SYARIEF HIDAYATULLAH 130112160601
MOH. SYAHRUL RAMADHANI 130112160608
PRESEPTOR :
EMMY DWI SUGIARTI, DR., SP.M, M.KES
ELSA GUSTIANTY, DR., SP.M(K), M.KES
Identitas pasien
Nama : Ny. ES
Usia : 52 tahun
Alamat : Dusun Badong
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
 Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2017
ANAMNESA
 Keluhan utama: Pandangan buram
 Anamnesa Umum :
 Ny. ES datang ke RS Mata Ciciendo dengan keluhan
pandangan berkabut sejak 2 bulan yang lalu. Mula-mula pasien
merasakan pandangan berkabut mata kanan terlebih dahulu,
kemudian secara berangsur mata kiri mengalami keluhan yang
sama. Riwayat trauma (-), mata merah (-), mata nyeri (-), mata
merah berulang (-), mata berair (+), mata silau (+).
 Pasien sudah berobat ke rumah sakit dan diberikan obat tetes
mata (tidak diketahui), dan didiagnosis sebagai katarak,
kemudian pasien dirujuk ke RS Mata Cicendo.
Anamnesis Khusus
Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata.
Riwayat penggunaan obat-obatan (obat DM).
Riwayat operasi disangkal.
Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya disangkal.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
Riwayat penyakit DM tipe 2.
Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum: Compos mentis, tidak tampak sakit.
 Pemeriksaan Subjektif:
Visus:
VOD : 1/300 VOS : 1/300
PH : - PH : -
Pemeriksaan Objektif
OD OS
Muscle balance Orthotropia Orthotropia
Pergerakan Bola Mata
 Duksi
 Versi
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Baik ke segala arah
Sillia t.a.k t.a.k
Palpebra Tenang Tenang
Palpebra Inferior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis superior Tenang Tenang
Konjungtiva tarsalis inferior Tenang Tenang
Konjungtiva bulbi Tenang Tenang
Kornea Cembung, jernih Cembung, jernih
Pupil Hitam, bulat, d 6mm
RC(-)
Hitam, bulat, d 6mm
RC(-)
Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-)
Lensa Keruh Keruh
Pemeriksaan Objektif
 Pemeriksaan TIO Palpasi
 OD: N
 OS: N
 Pemeriksaan shadow test
 OD : shadow test (-)
 OS : shadow test (-)
 Diagnosis banding :
OD-OS :
 Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2
 Katarak senilis matur e.c tetes mata steroid
 Diagnosis Kerja:
 OD : Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2
 OS : Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2
 PENATALAKSANAAN
 ECCE (Extra Capsular cataract extraction )
 Fakoemulsi
 SICS (Small Incision Cataract Surgery)
 PROGNOSA
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
 Katarak  penyebab kebutaan nomor 1 di dunia dan di
Indonesia
 Depkes RI 1996: 1,5% penduduk mengalami kebutaan di
Indonesia. Prevalensi buta akibat katarak sebanyak 0,78%.3
 Data terbaru tahun 2013, menunjukkan prevalensi katarak
untuk semua umur adalah 1,8%.4
• KATARAK : KEKERUHAN LENSA
• Yunani: cataracta yang berarti ‘air terjun’
• Akibat: hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
protein lensa, atau kedua
• Biasa terjadi pada kedua mata dan berjalan progresif
DEFINISI
KLASIFIKASI
WAKTU PERKEMBANGAN
1. Kongenital
2. Juvenil
3. Presenil
4. Senilis
LOKASI
1. Korteks
2. Nuklear
3. Subkapsular posterior
ETIOLOGI
1. Kongenital
2. Akuisita
STADIUM
1. Insipien
2. Imatur
3. Matur
4. Hipermatur
Etiologi
 Kongenital:
 Ar. Hialoidea persisten
 Polaris Anterior
 Polaris posterior
 Zonularis
 Stelata
 Kongenital membranasea
 Kongenital total
 Akuisita:
 Primer:
 Juvenilis
 Presenilis
 Senilis
 Sekunder / Komplikata:
 Penyakit mata : Uveitis, Glaukoma, Miopia
maligna, Ablasio retina
 Penyakit sistemik : DM, galaktosemia
 Trauma
 Obat – obatan : kortikosteroid topikal dan
CPZ
 Morfologi:
 Kapsular
 Anterior
 Posterior
 Subkapsular
 Anterior
 Posterior
 Kortikal
 Supranuklear
 Nuklear
 Polaris
 Anterior
 Posterior
 Stadium kematangannya:
Katarak Insipien
Katarak Imatur
Katarak Matur
Katarak Hipermatur
Stadium Maturasi
INSIPIEN
• ≠gangguan visus
• Korteks anterior,
aksis relatif masih
jernih
• Kekeruhan di
bagian perifer –
bercak seperti baji
(jari roda) –
Spokes of Wheel
IMATUR
• Belum seluruh
lapisan lensa
• Kekeruhan
posterior dan
belakang nukleus
lensa – refleks
pantulan cahaya
(+) – Shadow test
(+)
• Hidrasi korteks –
cembung
• Penyulit :
glaukoma
MATUR
• Keruh seluruhnya
• Terjadi
pengeluaran air,
ukuran normal
kembali
• Shadow test (-)
HIPERMATUR
• Korteks seperti
bubur telah
mencair
• Nukleus turun di
bawah karena
daya berat
• Katarak Morgagni:
kerusakan kapsul,
isi korteks keluar
dan lensa kempis,
nukleus terbenam
di bawahnya
KATARAK INSIPIEN
KATARAK IMATUR
KATARAK MATUR
KATARAK
HIPERMATUR
Shadow’s test
FAKTOR RiSIKO
1. Keturunan
2. Radiasi Ultraviolet
3. Faktor diet
4. Merokok
GEJALA KLINIS
1. Penurunan ketajaman
visus perlahan
2. Silau
3. Pergeseran miopia
Patofisiologi
Teori hidrasi:
<< [Glutation, as. Askorbat  Kegagalan
pompa aktif di subkapsular anterior  air
tidak keluar
menyebabkan retensi cairan dalam lensa,
air yang banyak ini akan
menimbulkan bertambahnya tekanan
osmotik yang menyebabkan kekeruhan
lensa.
Teori sklerosis:
serabut kolagen terus bertambah
sehingga terjadi pemadatan serabut
kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah
banyak sehingga terjadilah sklerosis
nukleus lensa.
Gejala
 Mata tenang, visus turun perlahan
 Silau
 Di lingkungan yang terang (siang hari / melihat lampu mobil)
 Biasanya pada tipe katarak posterior subkapsular
 Diplopia monokular atau polypia
 Perubahan nuklear  pembiasan multipel di tengah lensa  refraksi yang ireguler 
indeks bias yang berbeda.
 Halo
 terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna karena meningkatnya kandungan
air
 Penurunan tajam penglihatan
 penurunan penglihatan progresif
 K. kupuliform (opasitas sentral) lebih buruk ketika siang hari
 K. kuneiform (opasitas perifer) lebih buruk ketika malam hari.
 Myopic shift
 Hipermetropia  meningkatnya miopia  ”second sight”
Diagnosis
 Anamnesis
 Tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi
 Pemeriksaan segmen anterior dengan senter/slit lamp
> kekeruhan lensa
 Shadow test
>shadow test (+) : katarak imatur
>shadow test (-) : katarak matur
 Pemeriksaan refleks pupil langsung dan tidak
langsung (+)
Tatalaksana
Non - Bedah:
 Pengobatan dari penyebab katarak:  Kontrol gula darah pada
pasien DM
 Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid
 Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi
 Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium,
vitamin E dan aspirin dihubungkan dengan perlambatan dari
kataraktogenesis.
 Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:
 Refraksi
 Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang
terang. Pada opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit
redup.
 Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas di luar ruangan pada
pasien dengan opasitas sentral
 Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
Indikasi melakukan bedah
katarak:
 Meningkatkan fungsi penglihatan
 Indikasi medik (e.g lens induced glaucoma)
 Indikasi kosmetika
Kontraindikasi bedah
 Penurunan fungsi penglihatan yang masih dapat
ditoleransi oleh pasien
 Tindakan bedah diperkirakan tidak akan memperbaiki
tajam penglihatan
 Pasien tidak dapat menjalani bedah dengan aman
karena keadaan medis/kelainan okular lainnya
 Perawatan pascabedah yang sesuai tidak bisa
didapatkan oleh pasien
Evaluasi Preoperatif
 Pemeriksaan umum: TTV? Riwayat: DM? HT? Jantung?
 Biometri : pemilihan ukuran lensa intraokuler
 Pemeriksaan Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT : menilai fungsi
hemostasis
 Pemeriksaan Ureum, Creatinine, SGOT dan SGPT : menilai fungsi ginjal dan
hati
 Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS < 200 mg/dL), TD < 160 / 100
mmHg
 Pemeriksaan Visus
 Pemeriksaan fungsi retina: Retinometri
 RAPD: kemungkinan ada lesi nervus optikus
 Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas
pengobatan sebelum ekstraksi katarak
 Pemeriksaan USG mata
Bedah
• Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler :
Kapsula lensa ditinggalkan
ECCE
• Ekstraksi Katarak Intrakapsuler: Lensa
dikeluarkan bersama kapsulnya
ICCE
• Nukleus lensa difragmentasikan di
dalam kapsul dan dikeluarkan dengan
tip fako-emulsifikator
FAKO-
EMULSIFIKASI
Teknik Indikasi Keuntungan Kerugian
ICCE Zonula lemah Resiko katarak sekunder
tidak ada
 Hilangnya vitreous +20%
 Astigmatisma
 Rehabilitasi visus sangat
lama
 Anterior chamber / fiksasi
sclera IOL
ECCE  Lensa sangat
keras
 Kelainan endotel
kornea
Aman untuk kelainan
endotel (lebar insisi
mencapai 1700
membutuhkan 5-7 jahitan)
 Astigmatisma
 Rehabilitasi visus lama
Phaco-
emulsification
Bermacam – macam
tipe katarak
Rehabilitasi visus cepat
(lebar insisi 2-2,8 mm)
 Alat mahal
 Ultrasound dapat
merusak endotel kornea
Femto Laser Bermacam – macam
tipe katarak
 Capsulotomi lebih
presisi
 Rehabilitasi visus lebih
cepat
Alat sangat mahal
Extracapsular cataract extraction
1. Anterior
capsulotomy
2. Completion of
incision
3. Expression of
nucleus
4. Cortical cleanup
6. Polishing of posterior
capsule, if appropriate
5. Care not to aspirate
posterior capsule
accidentally
8. Grasping of IOL and
coating with viscoelas
substance
Extracapsular cataract extraction ( cont. )
7. Injection
of
viscoelastic
substance
9. Insertion of inferior
haptic and optic
11. Placement of haptics
into capsular bag
10. Insertion of superior
haptic
12. Dialling of IOL into
horizontal position
and not into ciliary
sulcus
Phacoemulsification
1. Capsulorrhexis 2. Hydrodissection
3. Sculpting of nucleus 4. Cracking of nucleus
5. Emulsification of
each quadrant
6. Cortical cleanup and
insertion of IOL
Lensa tanam (IOL)
 IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh
sudut dari COA
 Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris,
memiliki tingkat komplikasi yang tinggi
 Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di
belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris atau
kapsula posterior lensa
Komplikasi katarak
Ambilopia
sensoris
Nystagmus
Strabismus
Uveitis
Glaukoma
Komplikasi operasi
 Komplikasi saat operasi:
 Ruptur kapsula posterior
 Kehilangan fragmen lensa ke posterior
 Komplikasi Paska operasi:
 Komplikasi dini:
 Terbentuknya descemet fold
 Prolaps iris
 Endolftalmitis bakterial akut:
 Inkubasi S. Aureus : antara hari 1 sampai ke-3 paska operasi
 Inkubasi S. epidermidis antara hari ke-4 hingga ke-10 paska
 Komplikasi lanjutan:
 Malposisi IOL
 Opasifikasi dari kapsul posterior
 Retinal detachment
DAFTAR PUSTAKA
1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
2. WHO. Priority of Blindness and Visual Impairment. Available
http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html
3. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Gangguan Peng
Kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta. 2003.
4. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS).
5. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke – 6. Jakarta. 1993.
6. Artini WA, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Badan Penerbit Fakultas K
Universitas Indonesia. Jakarta. 2011.
7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi keempat. Badan Penerbit Fakultas K
Universitas Indonesia. 2012.
8. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed. M
Professional. 2011.
9. Farida N. Bedah Katarak : Dulu dan Kini. Dalam: Syam AF, Yulherina, Sari NK. Masalah
pada Usia Lanjut – Antisipasi dan Penanganannya. Interna Publishing. Jakarta. 2014.

More Related Content

What's hot

Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Peter Obrian
 
Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisAris Rahmanda
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinprastika1
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 
89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervix89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervixhomeworkping4
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakSkrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakPerdudikes
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminensMuhammad Abu Dzar
 

What's hot (20)

Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)Laporan kasus tetanus (slide)
Laporan kasus tetanus (slide)
 
Referat Endophtalmitis
Referat EndophtalmitisReferat Endophtalmitis
Referat Endophtalmitis
 
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoreseinPemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
Pemeriksaan sensibilitas kornea dan inspeksi kornea fluoresein
 
Keratitis mata
Keratitis mataKeratitis mata
Keratitis mata
 
Otitis Media Akut
Otitis Media AkutOtitis Media Akut
Otitis Media Akut
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Glaukoma
Glaukoma Glaukoma
Glaukoma
 
89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervix89502392 case-report-ca-cervix
89502392 case-report-ca-cervix
 
Laporan kasus
Laporan kasusLaporan kasus
Laporan kasus
 
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter IndonesiaStandar Kompetensi Dokter Indonesia
Standar Kompetensi Dokter Indonesia
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Konjungtivitis
KonjungtivitisKonjungtivitis
Konjungtivitis
 
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi KatarakSkrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
Skrinning & Penatalaksanaan Paska Operasi Katarak
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Case OMSK
Case OMSKCase OMSK
Case OMSK
 
Dermatomikosis
DermatomikosisDermatomikosis
Dermatomikosis
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
266199956 laporan-kasus-abortus-imminens
 

Similar to KATARAK: Diagnosis dan Tatalaksana

Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retinamateri-x2
 
Klara-Katarak Matur.pptx
Klara-Katarak Matur.pptxKlara-Katarak Matur.pptx
Klara-Katarak Matur.pptxRizkyKlara
 
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulPresentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulDhila Fadhila
 
Kelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan LasikKelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan LasikPerdudikes
 
Presentasi kasus z
Presentasi kasus zPresentasi kasus z
Presentasi kasus zDaniel Denny
 
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptx
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptxmata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptx
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptxCahyaRizal1
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 
lapsus agnes.pptx
lapsus agnes.pptxlapsus agnes.pptx
lapsus agnes.pptxprestique
 
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...Aliza Puspita
 

Similar to KATARAK: Diagnosis dan Tatalaksana (20)

Kasus 4 dhila
Kasus 4 dhilaKasus 4 dhila
Kasus 4 dhila
 
Ablatio retina
Ablatio retinaAblatio retina
Ablatio retina
 
Klara-Katarak Matur.pptx
Klara-Katarak Matur.pptxKlara-Katarak Matur.pptx
Klara-Katarak Matur.pptx
 
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpulPresentasi lapkas2 4 trauma tumpul
Presentasi lapkas2 4 trauma tumpul
 
Kelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan LasikKelainan Refraksi dan Lasik
Kelainan Refraksi dan Lasik
 
Cataract presus
Cataract presusCataract presus
Cataract presus
 
Presentasi kasus z
Presentasi kasus zPresentasi kasus z
Presentasi kasus z
 
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptx
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptxmata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptx
mata tenang visus turunnnnnnn pelan.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 
lapsus agnes.pptx
lapsus agnes.pptxlapsus agnes.pptx
lapsus agnes.pptx
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)Makalah diabetes (3)
Makalah diabetes (3)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 
Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)Makalah diabetes (2)
Makalah diabetes (2)
 
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
Makalah diabetes AKPER PEMKAB MUNA
 
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...
OFTALMOLOGI - Katarak Senilis Imatur (Status, Pemeriksaan, dan Tinjauan Pusta...
 
Kasus 3 dhila
Kasus 3 dhilaKasus 3 dhila
Kasus 3 dhila
 
Makalah diabetes
Makalah diabetesMakalah diabetes
Makalah diabetes
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 

Recently uploaded (20)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 

KATARAK: Diagnosis dan Tatalaksana

  • 1. Presentasi BST KATARAK OLEH : NIKEN AMALIA GANDINI 130112160599 MOH. SYARIEF HIDAYATULLAH 130112160601 MOH. SYAHRUL RAMADHANI 130112160608 PRESEPTOR : EMMY DWI SUGIARTI, DR., SP.M, M.KES ELSA GUSTIANTY, DR., SP.M(K), M.KES
  • 2. Identitas pasien Nama : Ny. ES Usia : 52 tahun Alamat : Dusun Badong Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status : Menikah  Tanggal Pemeriksaan : 30 Mei 2017
  • 3. ANAMNESA  Keluhan utama: Pandangan buram  Anamnesa Umum :  Ny. ES datang ke RS Mata Ciciendo dengan keluhan pandangan berkabut sejak 2 bulan yang lalu. Mula-mula pasien merasakan pandangan berkabut mata kanan terlebih dahulu, kemudian secara berangsur mata kiri mengalami keluhan yang sama. Riwayat trauma (-), mata merah (-), mata nyeri (-), mata merah berulang (-), mata berair (+), mata silau (+).  Pasien sudah berobat ke rumah sakit dan diberikan obat tetes mata (tidak diketahui), dan didiagnosis sebagai katarak, kemudian pasien dirujuk ke RS Mata Cicendo.
  • 4. Anamnesis Khusus Pasien tidak memiliki riwayat trauma pada mata. Riwayat penggunaan obat-obatan (obat DM). Riwayat operasi disangkal. Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi. Riwayat penyakit DM tipe 2. Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
  • 5. PEMERIKSAAN FISIK  Keadaan Umum: Compos mentis, tidak tampak sakit.  Pemeriksaan Subjektif: Visus: VOD : 1/300 VOS : 1/300 PH : - PH : -
  • 6. Pemeriksaan Objektif OD OS Muscle balance Orthotropia Orthotropia Pergerakan Bola Mata  Duksi  Versi Baik ke segala arah Baik ke segala arah Baik ke segala arah Baik ke segala arah Sillia t.a.k t.a.k Palpebra Tenang Tenang Palpebra Inferior Tenang Tenang Konjungtiva tarsalis superior Tenang Tenang Konjungtiva tarsalis inferior Tenang Tenang Konjungtiva bulbi Tenang Tenang Kornea Cembung, jernih Cembung, jernih Pupil Hitam, bulat, d 6mm RC(-) Hitam, bulat, d 6mm RC(-) Iris Coklat, sinekia (-) Coklat, sinekia (-) Lensa Keruh Keruh
  • 7. Pemeriksaan Objektif  Pemeriksaan TIO Palpasi  OD: N  OS: N  Pemeriksaan shadow test  OD : shadow test (-)  OS : shadow test (-)
  • 8.  Diagnosis banding : OD-OS :  Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2  Katarak senilis matur e.c tetes mata steroid  Diagnosis Kerja:  OD : Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2  OS : Katarak senilis matur e.c diabetes tipe 2  PENATALAKSANAAN  ECCE (Extra Capsular cataract extraction )  Fakoemulsi  SICS (Small Incision Cataract Surgery)  PROGNOSA  Quo ad vitam : ad bonam  Quo ad functionam : dubia ad bonam
  • 10.  Katarak  penyebab kebutaan nomor 1 di dunia dan di Indonesia  Depkes RI 1996: 1,5% penduduk mengalami kebutaan di Indonesia. Prevalensi buta akibat katarak sebanyak 0,78%.3  Data terbaru tahun 2013, menunjukkan prevalensi katarak untuk semua umur adalah 1,8%.4
  • 11. • KATARAK : KEKERUHAN LENSA • Yunani: cataracta yang berarti ‘air terjun’ • Akibat: hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau kedua • Biasa terjadi pada kedua mata dan berjalan progresif DEFINISI
  • 12. KLASIFIKASI WAKTU PERKEMBANGAN 1. Kongenital 2. Juvenil 3. Presenil 4. Senilis LOKASI 1. Korteks 2. Nuklear 3. Subkapsular posterior ETIOLOGI 1. Kongenital 2. Akuisita STADIUM 1. Insipien 2. Imatur 3. Matur 4. Hipermatur
  • 13. Etiologi  Kongenital:  Ar. Hialoidea persisten  Polaris Anterior  Polaris posterior  Zonularis  Stelata  Kongenital membranasea  Kongenital total
  • 14.  Akuisita:  Primer:  Juvenilis  Presenilis  Senilis  Sekunder / Komplikata:  Penyakit mata : Uveitis, Glaukoma, Miopia maligna, Ablasio retina  Penyakit sistemik : DM, galaktosemia  Trauma  Obat – obatan : kortikosteroid topikal dan CPZ
  • 15.  Morfologi:  Kapsular  Anterior  Posterior  Subkapsular  Anterior  Posterior  Kortikal  Supranuklear  Nuklear  Polaris  Anterior  Posterior
  • 16.  Stadium kematangannya: Katarak Insipien Katarak Imatur Katarak Matur Katarak Hipermatur
  • 17. Stadium Maturasi INSIPIEN • ≠gangguan visus • Korteks anterior, aksis relatif masih jernih • Kekeruhan di bagian perifer – bercak seperti baji (jari roda) – Spokes of Wheel IMATUR • Belum seluruh lapisan lensa • Kekeruhan posterior dan belakang nukleus lensa – refleks pantulan cahaya (+) – Shadow test (+) • Hidrasi korteks – cembung • Penyulit : glaukoma MATUR • Keruh seluruhnya • Terjadi pengeluaran air, ukuran normal kembali • Shadow test (-) HIPERMATUR • Korteks seperti bubur telah mencair • Nukleus turun di bawah karena daya berat • Katarak Morgagni: kerusakan kapsul, isi korteks keluar dan lensa kempis, nukleus terbenam di bawahnya
  • 21. FAKTOR RiSIKO 1. Keturunan 2. Radiasi Ultraviolet 3. Faktor diet 4. Merokok GEJALA KLINIS 1. Penurunan ketajaman visus perlahan 2. Silau 3. Pergeseran miopia
  • 22. Patofisiologi Teori hidrasi: << [Glutation, as. Askorbat  Kegagalan pompa aktif di subkapsular anterior  air tidak keluar menyebabkan retensi cairan dalam lensa, air yang banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan kekeruhan lensa. Teori sklerosis: serabut kolagen terus bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
  • 23. Gejala  Mata tenang, visus turun perlahan  Silau  Di lingkungan yang terang (siang hari / melihat lampu mobil)  Biasanya pada tipe katarak posterior subkapsular  Diplopia monokular atau polypia  Perubahan nuklear  pembiasan multipel di tengah lensa  refraksi yang ireguler  indeks bias yang berbeda.  Halo  terpecahnya sinar putih menjadi spektrum warna karena meningkatnya kandungan air  Penurunan tajam penglihatan  penurunan penglihatan progresif  K. kupuliform (opasitas sentral) lebih buruk ketika siang hari  K. kuneiform (opasitas perifer) lebih buruk ketika malam hari.  Myopic shift  Hipermetropia  meningkatnya miopia  ”second sight”
  • 24. Diagnosis  Anamnesis  Tajam penglihatan dengan dan tanpa koreksi  Pemeriksaan segmen anterior dengan senter/slit lamp > kekeruhan lensa  Shadow test >shadow test (+) : katarak imatur >shadow test (-) : katarak matur  Pemeriksaan refleks pupil langsung dan tidak langsung (+)
  • 25. Tatalaksana Non - Bedah:  Pengobatan dari penyebab katarak:  Kontrol gula darah pada pasien DM  Menghentikan penggunaan obat-obatan seperti kortikosteroid  Pengobatan uveitis untuk mencegah komplikasi  Memperlambat progresi: penggunaan yodium, kalsium, kalium, vitamin E dan aspirin dihubungkan dengan perlambatan dari kataraktogenesis.  Meningkatkan penglihatan pada katarak insipien dan imatur dengan:  Refraksi  Pencahayaan: Pada opasitas sentral menggunakan penerangan yang terang. Pada opasitas perifer menggunakan penerangan yang sedikit redup.  Pengunaan kacamata hitam ketika beraktifitas di luar ruangan pada pasien dengan opasitas sentral  Midriatikum pada pasien dengan katarak aksial yang kecil.
  • 26. Indikasi melakukan bedah katarak:  Meningkatkan fungsi penglihatan  Indikasi medik (e.g lens induced glaucoma)  Indikasi kosmetika
  • 27. Kontraindikasi bedah  Penurunan fungsi penglihatan yang masih dapat ditoleransi oleh pasien  Tindakan bedah diperkirakan tidak akan memperbaiki tajam penglihatan  Pasien tidak dapat menjalani bedah dengan aman karena keadaan medis/kelainan okular lainnya  Perawatan pascabedah yang sesuai tidak bisa didapatkan oleh pasien
  • 28. Evaluasi Preoperatif  Pemeriksaan umum: TTV? Riwayat: DM? HT? Jantung?  Biometri : pemilihan ukuran lensa intraokuler  Pemeriksaan Hb,Hct, Leukosit, Trombosit, PT dan aPTT : menilai fungsi hemostasis  Pemeriksaan Ureum, Creatinine, SGOT dan SGPT : menilai fungsi ginjal dan hati  Pemeriksaan glukosa darah sewaktu (GDS < 200 mg/dL), TD < 160 / 100 mmHg  Pemeriksaan Visus  Pemeriksaan fungsi retina: Retinometri  RAPD: kemungkinan ada lesi nervus optikus  Pengukuran TIO: tekanan intraokuler yang tinggi merupakan prioritas pengobatan sebelum ekstraksi katarak  Pemeriksaan USG mata
  • 29. Bedah • Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler : Kapsula lensa ditinggalkan ECCE • Ekstraksi Katarak Intrakapsuler: Lensa dikeluarkan bersama kapsulnya ICCE • Nukleus lensa difragmentasikan di dalam kapsul dan dikeluarkan dengan tip fako-emulsifikator FAKO- EMULSIFIKASI
  • 30. Teknik Indikasi Keuntungan Kerugian ICCE Zonula lemah Resiko katarak sekunder tidak ada  Hilangnya vitreous +20%  Astigmatisma  Rehabilitasi visus sangat lama  Anterior chamber / fiksasi sclera IOL ECCE  Lensa sangat keras  Kelainan endotel kornea Aman untuk kelainan endotel (lebar insisi mencapai 1700 membutuhkan 5-7 jahitan)  Astigmatisma  Rehabilitasi visus lama Phaco- emulsification Bermacam – macam tipe katarak Rehabilitasi visus cepat (lebar insisi 2-2,8 mm)  Alat mahal  Ultrasound dapat merusak endotel kornea Femto Laser Bermacam – macam tipe katarak  Capsulotomi lebih presisi  Rehabilitasi visus lebih cepat Alat sangat mahal
  • 31. Extracapsular cataract extraction 1. Anterior capsulotomy 2. Completion of incision 3. Expression of nucleus 4. Cortical cleanup 6. Polishing of posterior capsule, if appropriate 5. Care not to aspirate posterior capsule accidentally
  • 32. 8. Grasping of IOL and coating with viscoelas substance Extracapsular cataract extraction ( cont. ) 7. Injection of viscoelastic substance 9. Insertion of inferior haptic and optic 11. Placement of haptics into capsular bag 10. Insertion of superior haptic 12. Dialling of IOL into horizontal position and not into ciliary sulcus
  • 33. Phacoemulsification 1. Capsulorrhexis 2. Hydrodissection 3. Sculpting of nucleus 4. Cracking of nucleus 5. Emulsification of each quadrant 6. Cortical cleanup and insertion of IOL
  • 34. Lensa tanam (IOL)  IOL COA: Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA  Lensa yang disangga iris: lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat komplikasi yang tinggi  Lensa Bilik Mata Belakang: Lensa diletakan di belakang iris, disangga oleh sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa
  • 36. Komplikasi operasi  Komplikasi saat operasi:  Ruptur kapsula posterior  Kehilangan fragmen lensa ke posterior  Komplikasi Paska operasi:  Komplikasi dini:  Terbentuknya descemet fold  Prolaps iris  Endolftalmitis bakterial akut:  Inkubasi S. Aureus : antara hari 1 sampai ke-3 paska operasi  Inkubasi S. epidermidis antara hari ke-4 hingga ke-10 paska  Komplikasi lanjutan:  Malposisi IOL  Opasifikasi dari kapsul posterior  Retinal detachment
  • 37. DAFTAR PUSTAKA 1. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007. 2. WHO. Priority of Blindness and Visual Impairment. Available http://www.who.int/blindness/causes/priority/en/index1.html 3. Departemen Kesehatan RI. Rencana Strategis Nasional Penanggulangan Gangguan Peng Kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta. 2003. 4. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (RISKESDAS). 5. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata Cetakan ke – 6. Jakarta. 1993. 6. Artini WA, Hutauruk JA, Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Badan Penerbit Fakultas K Universitas Indonesia. Jakarta. 2011. 7. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata Edisi keempat. Badan Penerbit Fakultas K Universitas Indonesia. 2012. 8. Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed. M Professional. 2011. 9. Farida N. Bedah Katarak : Dulu dan Kini. Dalam: Syam AF, Yulherina, Sari NK. Masalah pada Usia Lanjut – Antisipasi dan Penanganannya. Interna Publishing. Jakarta. 2014.

Editor's Notes

  1. Contoh: seorang petani tidak memerlukan penglihatan yang baik dimana visus dengan koreksi 6/30 tidak menganggu pekerjaannya. Akan berbeda apabila dengan seseorang yang bekerja sebagai akuntan, dimana dengan visus 6/30 sudah sangat menganggu kehidupan sehari-hari.
  2. Ambilopia  umur 3 -7 bulan terbaik perkembangan fovea sentralis