2. Definisi
Nekrosis pulpa merupakan kematian pulpa yang
merupakan proses lanjutan dari inflamasi pulpa akut/kronik
atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma.
3. Etiologi
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab
yang bervariasi, pada umumnya disebabkan keadaan
radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan atau
dapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang
mengganggu suplai aliran darah ke pulpa.
4. Patofisiologis
Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena
adanya infeksi bakteria pada jaringan pulpa. Ini bisa terjadi
akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan
lingkungan oral akibat terbentuknya dentinal tubules dan
direct pulpal exposure, hal ini memudahkan infeksi bacteria
ke jaringan pulpa yang menyebabkan radang pada jaringan
pulpa. Apabila tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi
pada pulpa akan bertambah parah dan dapat terjadi
perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa.
5. Nekrosis yang disebabkan oleh trauma memiliki
patofisiologi yang sama dengan nekrosis yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Trauma pada gigi dapat menyebabkan
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan
selanjutnya mengakibatkan terjadinya dilatasi pembuluh
darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti
dengan degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa.
Karena kekurangan sirkulasi kolateral pada pulpa, maka
dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada
pulpa dan menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi
rendah.
6. Macam-macam Nekrosis
Pulpa
A. Koagulan
Pada nekrosis koagulan, bagian jaringan yang dapat larut
mengendap atau diubah menjadi bahan solid. caseation adalah suatu
bentuk nekrosis koagulasi yang jaringan berubah menjadi massa
seperti keju terdiri terutama atas protein yangmengental, lemak dan air.
B. Likuefaksi
Pada tipe ini, enzim proteolitik merubah jaringan pulpa menjadi
suatu bahan yang lunak atau cair. Pada setiap proses kematian pulpa
selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan-bahan yang
bersifat lemak, indikan, protamain, air dan CO2. Diantaranya juga
dihasilkan indol, skatol, putresin dan kadaverin yang menyebabkan bau
busuk pada peristiwa kematian pulpa. Bila pada peristiwa nekrosis juga
ikut masuk kuman-kuman yang saprofit anaerob, maka kematian pulpa
ini disebut gangren pulpa.
7. Manifestasi Klinis
A. Nekrosis Pulpa Parsial
• Gejala klinis nekrosis pulpa parsialis:
- Pada anamnesa terdapat keluhan spontan.
- Pada pemeriksaan obyektif dengan jarum Miller terasa
sakit sebelum apikal.
• Pemeriksaan klinis dari nekrosis pulpa parsialis:
- Tes termis: bereaksi atau tidak bereaksi.
- Tes jarum Miller: bereaksi.
- Pemeriksaan rontgenologis: terlihat adanya perforasi.
8. B. Nekrosis Pulpa Total
Nekrosis totalis biasanya asimtomatik, tetapi bisa juga
ditandai dengan nyeri spontan dan ketidaknyamanan nyeri tekan
(dari periapeks).
• Pemeriksaan Klinis :
- Pemeriksaan subyektif
- Pemeriksaan obyektif: gigi dengan pulpa nekrotik tidak
bereaksi terhadap tes termal dingin, tes pulpa listrik, atau tes
kavitas. Namun, gigi dengan pulpa nekrotik sering kali sensitive
terhadap perkusi dan palpasi asalkan disertai dengan inflamasi
periapikal.
- Rontgenologis: gambaran radiografi umumnya menunjukkan
suatu kavitas atau tumpatan besar, jalan terbuka ke saluran
akar, dan penebalan ligament periodontal. Kadang-kadang gigi
yang tidak mempunyai tumpatan atau kavitas pulpanya mati
karena akibat trauma.
9. Diagnosis
Anamnesis pada nekrosis pulpa berupa tidak ada
gejala rasa sakit, keluhan sakit terjadi bila terdapat
keradangan periapikal. Pemeriksaan perkusi tidak
didapatkan nyeri dan pada palpasi juga tidak terdapat
pembengkakan serta mobilitas gigi normal. Gigi dengan
pulpa nekrotik tidak bereaksi terhadap dingin, tes pulpa
listrik atau teskavitas. Foto rontgen gigi biasanya normal
kecuali bila terdapat kelainan periapikal terjadi perubahan
berupa radiolusen pada lesi.
10. Pemeriksaan didapatkan
hasil :
1. Radiografi
Pemeriksaan
radiografi
menunjukkan kavitas
yang besar atau
restorasi, atau juga
bisa ditemui
penampakan normal
kecuali jika ada
periodontitis apikal
atau osteitis
11. 2. Tes Vitalitas
Gigi tidak merespon terhadap tes vitalitas, namun gigi
dengan akar ganda dapat menunjukkan respon campuran,
bila hanya satu saluran akar yang mengalami nekrosis.
3. Pemeriksaan fisik
Gigi menunjukkan perubahan warna seperti suram atau
opak yang diakibatkan karena kurangnya translusensi
normal.
12. Daftar Pustaka
Kidd, E.A.M., & Joyson Bechal, S. 1992. Dasar - Dasar Karies Penyakit
dan Penanggulangannya. Jakarta : EGC.
Grossman,dkk. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Ed : 2
revisi. Jakarta : EGC.