SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
BATU STAGHORN
Disusun Oleh
Ditia Fabiansyah G1A211059
Mey Dian Intan Sari G1A211060
Sarry Handayani 1110221080
Anggi Montazeri G1A211078
PRESENTASI KASUS BEDAH UROLOGI
Pembimbing : dr.TRI BUDIYANTO, Sp.U
 Sistem kemih terdiri dari dua ren yang
terletak pada dinding posterior abdomen;
 dua ureter yang berjalan ke bawah pada
dinding posterior abdomen dan masuk ke
pelvis;
 satu vesica urinaria yang terletak di
dalam cavitas pelvis,
 dan satu urethtra yang berjalan melalui
perineum.
Anatomi dan Fisiologi
REN
Lokasi dan Deskripsi
 Kedua ren berwarna coklat
kemerahan dan terletak di belakang
peritoneum, pada dinding posterior
abdomen di samping kanan dan kiri
columna vertebralis;
 sebagian besar ditutup oleh arcus
costalis.
 Ren dextra terletak sedikit lebih
rendah dibandingkan ren sinistra,
karena adanya lobus hepatis dexter
yang besar
 Pada margo medialis masing-masing
ren yang cekung, terdapat celah
vertikal yang disebut hilus renalis.
 Hilus renalis dilalui dari anterior ke
posterior oleh vena renalis, dua cabang
arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga
arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga
arteri renalis (V.A.U.A).
 Pembuluh-pembuluh limfatik dan
serabut-serabut simpatik juga melalui
hilus ini.
Selubung Ren
 Capsula fibrosa
 Capsula adiposa
 Fascia renalis
 Corpus adiposum pararenale
STRUKTUR REN MAKROSKOPIS
 CORTEX
 Bagian luar, tampak granuler,
berwarna coklat gelap
 Tdd struktur vaskuler dari nefron
 MEDULLA
 Bagian dalam yang terlihat terang
 Tdd selusin pyramid medullae
 Pyramid : basis, apex (papilla
renalis)
 Tdd dari struktur tubulus dari nefron
 PELVIS RENALIS
 Berada di sinus renalis
 Merupakan pelebaran ke atas dari
ureter
 Terbagi menjadi 2 atau 3 kaliks
mayor, kaliks mayor terbagi menjadi
2 atau 3 kaliks minor, setiap kaliks
STRUKTUR REN MIKROSKOPIS
NEFRON
 Merupakan satuan unit fungsional dari
ren.
 Terdapat hampir satu juta lebih di ren.
 Susunan nefron membentuk cortex dan
medulla ren.
 Terdiri dari struktur Vaskuler dan Tubulus.
 Struktur Vaskuler :
 Arteriole aferen, glomerolus, arteriole
eferen, kapiler peritubulus.
 Struktur Tubulus:
 Kapsul Bowman
 Tubulus proksimal
 Lengkung Henle
 Tubulus Distal
 Tubulus pengumpul
 Komponen kombinasi Vaskuler-Tubulus:
Apparatus Jugstaglomerolus
SIRKULASI REN
Arteri dan Vena
 Arteri renalis berasal dari aorta setinggi
vertebra lumbalis II
 Vena renalis keluar dari hilus di depan
arteri renalis dan bermuara ke vena cava
inferior
Persarafan
 Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan
melalui plexus renalis masuk medulla spinalis melalui nervus thoracicus
X, XI, XII (Snell, 2011).
Batu Saluran Kemih
 TOP 3 penyakit terbanyak di bidang urologi di samping ISK dan BPH.
 Merupakan penyakit dimana didapatkan massa keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal
dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra)
 dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan
infeksi..
Faktor intrinsik antara lain :
 Hereditary (keturunan) : diduga diturunkan dari orang tua
 Usia : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
 Jenis kelamin : jumlah pasien laki – laki tiga kali lebih banyak daripada perempuan
 Penyakit lain yang mendasari atau memperberat
 Hiperparathiroid yang menyebabkan hiperkalsemia, penyerapan kalsium tinggi dari
usus, struktur anatomi yang patologis.
 Gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, idiopatik
.
 Infeksi serta stasis pada saluran kemih.
Faktor ekstrinsik antara lain :
 Geografi
 Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi
dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
 Diet
Diet banyak purin, oksalat (teh, kopi instan, soft drink, kokoa, sayuran hijau terutama
bayam) dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih.
Etiologi
 Batu saluran kemih yang dapat ditemukan yaitu kalsium oksalat dan
kalsium kalsium fosfat (70-80% dari seluruh BSK), asam urat (5-
10%), batu struvit, magnesium-amonium fosfat (MAP), sistin dan
xantin.
KOMPOSISI BATU
 Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks
ginjal.
 Batu yang mengisi pielum dan lebih dari
dua kaliks ginjal memberikan gambaran
menyerupai tanduk rusa sehingga disebut
batu staghorn.
 Batu di pielum dapat menimbulkan
hidronefrosis dan batu di kaliks mayor
dapat menimbulkan kaliektasis pada kaliks
yang bersangkutan.
 Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat
timbulkan pielonefrosis, urosepsis, abses
ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik
ataupun pielonefritis.
 Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi
kerusakan ginjal ~ gagal ginjal permanen.
Batu Staghorn
 Proses pembentukan batu staghorn dapat dijelaskan melalui matrix
component.
 Komponen matrix ini merupakan bahan nonkristalisasi dan memiliki komposisi
yang terutama terdiri dari protein dengan mengandung sejumlah kecil hexose
dan hexosamine yang disebut matrix calculus
 Matrix calculi ditemukan pada sebagian besar individu dengan infeksi yang
berkaitan dengan organisme yang menghasilkan urease (bakteri pemecah
urea), khususnya golongan Proteus
 Komponen matrix ini dapat menyediakan nidus untuk agregasi kristal atau
komponen ini akan menjadi seperti lem sehingga komponen-komponen kristal
yang kecil dapat menempel dan akhirnya dapat menyebabkan agregasi kristal
 Komponen matrix yang telah memenuhi seluruh kaliks dalam bentuk gel akan
mengeras dan membentuk batu seperti gambaran tanduk rusa.
 Kira-kira 75 % batu staghorn terdiri dari struvite-carbonate-apetite matrix atau
disebut juga batu struvite atau batu triple fosfat, batu infeksi, atau batu
 Keluhan yang disampaikan oleh pasien bergantung pada posisi atau
letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi.
 Keluhan yang paling dirasakan pasien adalah nyeri pada pingang.
 Nyeri kolik ataupun bukan kolik.
 Nyeri kolik  karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises
ataupun ureter meningkat  usaha mengeluarkan batu dari saluran
kemih. tekanan intralumilal meningkat  peregangan dari terminal
saraf  sensasi nyeri.
 Nyeri non kolik  peregangan kapsul ginjal  karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
 Hematuria sering kali dikeluhkan  trauma pada mukosa saluran
kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang – kadang  hematuri
mikroskopik.
Gambaran Klinis
 Jika didapatkan demam  curiga urosepsis dan ini
merupakan kedaruratan di bidang urologi.
 Harus cepat ditentukan
 letak kelainan anatomi urologis yang mendasari
timbulnya urosepsi
 dan dilakukan drainase serta pemberian antibiotik.
 Pada pemeriksaan fisik dapat didapatkan
nyeri ketok kostovertebra
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis
 retensi urine
 jika disertai infeksi didapatkan demam.
 Sedimen urin dapat didapatkan :
leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal – kristal pembentuk batu.
 Memeriksa pH urin karena terlalu asam atau terlalu basa dapat
menunjang terjadinya batu.
 Untuk mengetahui fungsi ginjal dapat diperiksa ureum dan kreatinin.
 Pemerksaan kultur urin serta kadar nitrit mungkin menunjukkan adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.
IMAGING
 Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan  dicurigai mempunyai batu.
 Hampir semua BSK(98%) merupakan batu radioopak.
Pemeriksaan Penunjang
Foto Polos Abdomen
 Bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran
kemih.
 Pada foto abdomen batu kalsium berupa opak, batu MAP berupa
semiopak dan batu urat / sistin berupa non opak.
Intra Vena Pielografi
 Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.
 Mendeteksi adanya batu semi opak maupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos abdomen.
 Tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras,
kreatinin serum > 2 mg/dL.
Ultrasonografi
 Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP yaitu
pada keadaan – keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
menurun dan pada wanita hamil.
 Dengan USG kita dapat menilai adanya batu ginjal atau di buli – buli
(yang ditunjukkan dengan echoic shadow), hidronefrosis, pielonefrosis
atau atropi ginjal.
CT scan
 CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik
untuk diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100%
dan spesifisitas 98%.
Terapi medikamentosa
 ditujukan untuk batu yang ukuran kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan.
 Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan diuretik, minum banyak agar
mendorong batu dari sehingga keluar saluran kemih dengan
sendirinya.
 Batu struvit terbentuk pada suasana basa atau alkali. Batu struvit tidak
dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan
pengobatan dengan pengasaman air kemih dan pemberian
antiurease.
 Bila terdapat bakteri harus dibasmi dengan antibiotik atau antiseptik.
tidak dicapai antibiotik.
Penatalaksanaan
ESWL (extracorporated shockwave lithotripsy)
 Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh caussy tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal.
 Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil sehingga mudah
dieluarkan melalui saluran kemih.
 Tidak jarang pecahan – pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
Endourologi
 Tindakan invasive minimal untuk memecah batu dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih.
 Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan).
 Proses pemecahan batu dapat secara mekanik, dengan energy
hidrolik, energy gelombang suara atau dengan energy laser
Beberapa tindakan endourologi adalah :
PNL (percutaneous nephro litholapaxy)
 Dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui
insisi pada kulit.
 Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi
fragmen – fragmen kecil
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
 Memasukkan alat ureteroskopi peruretra  melihat keadaan ureter
atau sistem pielo-kaliks ginja.
 Dengan memakai energi tertentu, batu dalam pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteriskopi / ureterenoskopi ini.
Operasi Terbuka
 Merupakan pilihan terapi yang potensial utuk batu staghorn
 Dapat membersihkan sebagian besar batu melalui sekali prosedur
dan menghasilkan angka bebas batu yang sebanding.
 Oleh karena itu, beberapa penulis masih menganjurkan operasi
terbuka untuk batu staghorn komplit.
 Kerugian dari operasi ini  berkurangnya fungsi ginjal setelah
pembedahan yang ekstensif seperti pielolitotomi intersegmental
anatrofik, yang terjadi pada 30-50% pasien.
 Angka residu batu setelah operasi terbuka adalah 15%, dengan
rekurensi 30% setelah 6 tahun dan risiko infeksi saluran kemih 40%.
 Rassweiler membatasi indikasi operasi terbuka hanya untuk pasien
dengan
 beban batu masif  tdk dapat dicapai secara endoskopik
 dengan beberapa kali tindakan ESWL
 atau bila dibutuhkan operasi rekonstruktif tambahan (misalnya
kaliko-ureterostomi, pieloplasti).
 Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder
dan iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat
menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma
epidermoid.
 Hidronefrosis  sebagai akibat obstruksi khususnya di ginjal atau
ureter dapat terjadi  kemudian berlanjut dengan atau tanpa
pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.
 Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena gagal ginjal
total.
Komplikasi
 Angka kekambuhan batu saluran kemih rata – rata 7% per tahun atau
kurang lebih 50% dalam 10 tahun.
 Pencegahan berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
usahakan produksi urin 2-3 liter sehari;
diet mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu ;
aktivitas harian yang cukup; dan pemberian medikamentosa.
 Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan yaitu
 rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin
 rendah oksalat
 rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya
hiperkalsiuri dan rendah purin.
 Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang
menderita hiperkalsiuri absorbtif
Pencegahan
ESWL (extracorporated shockwave lithotripsy)
 Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali
oleh caussy tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal.
 Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil sehingga mudah
dieluarkan melalui saluran kemih.
 Tidak jarang pecahan – pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.
Endourologi
 Tindakan invasive minimal untuk memecah batu dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan
langsung ke dalam saluran kemih.
 Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan).
 Proses pemecahan batu dapat secara mekanik, dengan energy
hidrolik, energy gelombang suara atau dengan energy laser
Fauci, SA., Braunwald, E., Dennis, LK., Hauser, SL., Longo, D.,
Jameson, JL., Loscalzo, J., et al. 2009. Pneumonia and Lung Abcess
in Harrison’s Internal Medicine 17th Editions International Editions.
USA : Mc Graw Hills.
Hagan, S., Siddiqi, F. 2011. Lung Abscess. Kansas Jurnal of Medicine.
Vol 135(6): 1426-1432.
Maitra, A., Kumar, V. 2007. Abses Paru. Dalam : Buku Ajar Patologi
Edisi 7. Jakarta : EGC. Hal 556.
Nadeer, K., Sather, C., Sharma, S., Peters, S., Talavera, F. 2012. Lung
Abscess. Medscape. Updated Jan 17,2012.
Prais, D., Varsano, I., Schwarz, M., Lazar, E., Olfir-Mintzer, H. 2002.
Lung Abscess Complicating Post-Varicella Pneumonia. Arch Dis
Child. Vol 87:110.
Rasyid, Ahmad. 2009. Abses Paru. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. Hal 2323-28
DAFTAR PUSTAKA
Batu Staghorn.pptx

More Related Content

What's hot

Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikFransiska Oktafiani
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitisPradasary
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisTenri Ashari Wanahari
 
EFEK DIURETIK PPT
EFEK DIURETIK PPTEFEK DIURETIK PPT
EFEK DIURETIK PPTirmalawai
 
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemi
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemiGadar hipoglikemi dan hiperglikemi
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemiArmy Of God
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)LizaHardila
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalHerry Utama
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusAris Rahmanda
 
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfEvaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfYabniel Lit Jingga
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)Mela Roviani
 

What's hot (20)

Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & KronikAskep Gagal Ginjal Akut & Kronik
Askep Gagal Ginjal Akut & Kronik
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Diare akut
Diare akutDiare akut
Diare akut
 
Fisiologi ginjal
Fisiologi ginjalFisiologi ginjal
Fisiologi ginjal
 
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis HepatisKasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
Kasus Kecil Interna : Hematemesis Melena, Klinis Sirosis Hepatis
 
EFEK DIURETIK PPT
EFEK DIURETIK PPTEFEK DIURETIK PPT
EFEK DIURETIK PPT
 
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemi
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemiGadar hipoglikemi dan hiperglikemi
Gadar hipoglikemi dan hiperglikemi
 
Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017Toksikologi klinik 2017
Toksikologi klinik 2017
 
uretritis
uretritisuretritis
uretritis
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
 
Akromegali
AkromegaliAkromegali
Akromegali
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Farmakologi
FarmakologiFarmakologi
Farmakologi
 
Sistem Pencernaan
Sistem PencernaanSistem Pencernaan
Sistem Pencernaan
 
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi KasusHipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
Hipokalemia (Hypokalemia) - Presentasi Kasus
 
Dispepsia
DispepsiaDispepsia
Dispepsia
 
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfEvaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
 
Autoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan HipersensitivitasAutoimun dan Hipersensitivitas
Autoimun dan Hipersensitivitas
 
gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)
 

Similar to Batu Staghorn.pptx

Similar to Batu Staghorn.pptx (20)

Lp kasus batu urete
Lp kasus batu ureteLp kasus batu urete
Lp kasus batu urete
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Askep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemihAskep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemih
 
Askep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemihAskep batu saluran kemih
Askep batu saluran kemih
 
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptx
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptxColic Renal Pain - dr.TNY.pptx
Colic Renal Pain - dr.TNY.pptx
 
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
Renal kalkuli AKPER PEMKAB MUNA
 
Renal kalkuli
Renal kalkuliRenal kalkuli
Renal kalkuli
 
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptxBATU_SALURAN_KEMIH.pptx
BATU_SALURAN_KEMIH.pptx
 
Danger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptxDanger of Kidney Stones.pptx
Danger of Kidney Stones.pptx
 
Askep batu ginjal
Askep batu ginjalAskep batu ginjal
Askep batu ginjal
 
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasisLaporan pendahuluan nefrolitiasis
Laporan pendahuluan nefrolitiasis
 
Urolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnexUrolithiasis s unnex
Urolithiasis s unnex
 
Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginjaAsuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
Asuhan keperawatan pada_klien_batu_ginja
 
Radiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasisRadiology pada urolithiasis
Radiology pada urolithiasis
 
Konsep keperawatan batu saluran kemih
Konsep keperawatan  batu saluran kemih Konsep keperawatan  batu saluran kemih
Konsep keperawatan batu saluran kemih
 
358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis358484597 ureterolithiasis
358484597 ureterolithiasis
 
Batu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TOBatu vesica urinaria + TO
Batu vesica urinaria + TO
 
131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis131550624 makalah-askep-pielonefritis
131550624 makalah-askep-pielonefritis
 

More from VandyIkra1

peraturan_asprof.pdf
peraturan_asprof.pdfperaturan_asprof.pdf
peraturan_asprof.pdfVandyIkra1
 
Anatomi Ventrikel_SAL.pptx
Anatomi Ventrikel_SAL.pptxAnatomi Ventrikel_SAL.pptx
Anatomi Ventrikel_SAL.pptxVandyIkra1
 
Epidural Hematom.pptx
Epidural Hematom.pptxEpidural Hematom.pptx
Epidural Hematom.pptxVandyIkra1
 
Cedera Sel.pptx
Cedera Sel.pptxCedera Sel.pptx
Cedera Sel.pptxVandyIkra1
 

More from VandyIkra1 (6)

peraturan_asprof.pdf
peraturan_asprof.pdfperaturan_asprof.pdf
peraturan_asprof.pdf
 
Anatomi Ventrikel_SAL.pptx
Anatomi Ventrikel_SAL.pptxAnatomi Ventrikel_SAL.pptx
Anatomi Ventrikel_SAL.pptx
 
cdl ncbi.pptx
cdl ncbi.pptxcdl ncbi.pptx
cdl ncbi.pptx
 
EDH.pptx
EDH.pptxEDH.pptx
EDH.pptx
 
Epidural Hematom.pptx
Epidural Hematom.pptxEpidural Hematom.pptx
Epidural Hematom.pptx
 
Cedera Sel.pptx
Cedera Sel.pptxCedera Sel.pptx
Cedera Sel.pptx
 

Recently uploaded

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 

Batu Staghorn.pptx

  • 1. BATU STAGHORN Disusun Oleh Ditia Fabiansyah G1A211059 Mey Dian Intan Sari G1A211060 Sarry Handayani 1110221080 Anggi Montazeri G1A211078 PRESENTASI KASUS BEDAH UROLOGI Pembimbing : dr.TRI BUDIYANTO, Sp.U
  • 2.
  • 3.  Sistem kemih terdiri dari dua ren yang terletak pada dinding posterior abdomen;  dua ureter yang berjalan ke bawah pada dinding posterior abdomen dan masuk ke pelvis;  satu vesica urinaria yang terletak di dalam cavitas pelvis,  dan satu urethtra yang berjalan melalui perineum. Anatomi dan Fisiologi
  • 4. REN Lokasi dan Deskripsi  Kedua ren berwarna coklat kemerahan dan terletak di belakang peritoneum, pada dinding posterior abdomen di samping kanan dan kiri columna vertebralis;  sebagian besar ditutup oleh arcus costalis.  Ren dextra terletak sedikit lebih rendah dibandingkan ren sinistra, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar
  • 5.  Pada margo medialis masing-masing ren yang cekung, terdapat celah vertikal yang disebut hilus renalis.  Hilus renalis dilalui dari anterior ke posterior oleh vena renalis, dua cabang arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis (V.A.U.A).  Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut-serabut simpatik juga melalui hilus ini. Selubung Ren  Capsula fibrosa  Capsula adiposa  Fascia renalis  Corpus adiposum pararenale
  • 6. STRUKTUR REN MAKROSKOPIS  CORTEX  Bagian luar, tampak granuler, berwarna coklat gelap  Tdd struktur vaskuler dari nefron  MEDULLA  Bagian dalam yang terlihat terang  Tdd selusin pyramid medullae  Pyramid : basis, apex (papilla renalis)  Tdd dari struktur tubulus dari nefron  PELVIS RENALIS  Berada di sinus renalis  Merupakan pelebaran ke atas dari ureter  Terbagi menjadi 2 atau 3 kaliks mayor, kaliks mayor terbagi menjadi 2 atau 3 kaliks minor, setiap kaliks
  • 7. STRUKTUR REN MIKROSKOPIS NEFRON  Merupakan satuan unit fungsional dari ren.  Terdapat hampir satu juta lebih di ren.  Susunan nefron membentuk cortex dan medulla ren.  Terdiri dari struktur Vaskuler dan Tubulus.  Struktur Vaskuler :  Arteriole aferen, glomerolus, arteriole eferen, kapiler peritubulus.  Struktur Tubulus:  Kapsul Bowman  Tubulus proksimal  Lengkung Henle  Tubulus Distal  Tubulus pengumpul  Komponen kombinasi Vaskuler-Tubulus: Apparatus Jugstaglomerolus
  • 8. SIRKULASI REN Arteri dan Vena  Arteri renalis berasal dari aorta setinggi vertebra lumbalis II  Vena renalis keluar dari hilus di depan arteri renalis dan bermuara ke vena cava inferior
  • 9. Persarafan  Plexus sympathicus renalis. Serabut-serabut aferen yang berjalan melalui plexus renalis masuk medulla spinalis melalui nervus thoracicus X, XI, XII (Snell, 2011). Batu Saluran Kemih  TOP 3 penyakit terbanyak di bidang urologi di samping ISK dan BPH.  Merupakan penyakit dimana didapatkan massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra)  dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi..
  • 10. Faktor intrinsik antara lain :  Hereditary (keturunan) : diduga diturunkan dari orang tua  Usia : penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun  Jenis kelamin : jumlah pasien laki – laki tiga kali lebih banyak daripada perempuan  Penyakit lain yang mendasari atau memperberat  Hiperparathiroid yang menyebabkan hiperkalsemia, penyerapan kalsium tinggi dari usus, struktur anatomi yang patologis.  Gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, idiopatik .  Infeksi serta stasis pada saluran kemih. Faktor ekstrinsik antara lain :  Geografi  Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang dikonsumsi dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.  Diet Diet banyak purin, oksalat (teh, kopi instan, soft drink, kokoa, sayuran hijau terutama bayam) dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih. Etiologi
  • 11.  Batu saluran kemih yang dapat ditemukan yaitu kalsium oksalat dan kalsium kalsium fosfat (70-80% dari seluruh BSK), asam urat (5- 10%), batu struvit, magnesium-amonium fosfat (MAP), sistin dan xantin. KOMPOSISI BATU
  • 12.  Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal.  Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn.  Batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliektasis pada kaliks yang bersangkutan.  Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat timbulkan pielonefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik, abses paranefrik ataupun pielonefritis.  Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal ~ gagal ginjal permanen. Batu Staghorn
  • 13.  Proses pembentukan batu staghorn dapat dijelaskan melalui matrix component.  Komponen matrix ini merupakan bahan nonkristalisasi dan memiliki komposisi yang terutama terdiri dari protein dengan mengandung sejumlah kecil hexose dan hexosamine yang disebut matrix calculus  Matrix calculi ditemukan pada sebagian besar individu dengan infeksi yang berkaitan dengan organisme yang menghasilkan urease (bakteri pemecah urea), khususnya golongan Proteus  Komponen matrix ini dapat menyediakan nidus untuk agregasi kristal atau komponen ini akan menjadi seperti lem sehingga komponen-komponen kristal yang kecil dapat menempel dan akhirnya dapat menyebabkan agregasi kristal  Komponen matrix yang telah memenuhi seluruh kaliks dalam bentuk gel akan mengeras dan membentuk batu seperti gambaran tanduk rusa.  Kira-kira 75 % batu staghorn terdiri dari struvite-carbonate-apetite matrix atau disebut juga batu struvite atau batu triple fosfat, batu infeksi, atau batu
  • 14.  Keluhan yang disampaikan oleh pasien bergantung pada posisi atau letak batu, besar batu dan penyulit yang telah terjadi.  Keluhan yang paling dirasakan pasien adalah nyeri pada pingang.  Nyeri kolik ataupun bukan kolik.  Nyeri kolik  karena aktivitas peristaltic otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat  usaha mengeluarkan batu dari saluran kemih. tekanan intralumilal meningkat  peregangan dari terminal saraf  sensasi nyeri.  Nyeri non kolik  peregangan kapsul ginjal  karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.  Hematuria sering kali dikeluhkan  trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu. Kadang – kadang  hematuri mikroskopik. Gambaran Klinis
  • 15.  Jika didapatkan demam  curiga urosepsis dan ini merupakan kedaruratan di bidang urologi.  Harus cepat ditentukan  letak kelainan anatomi urologis yang mendasari timbulnya urosepsi  dan dilakukan drainase serta pemberian antibiotik.  Pada pemeriksaan fisik dapat didapatkan nyeri ketok kostovertebra teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis  retensi urine  jika disertai infeksi didapatkan demam.
  • 16.  Sedimen urin dapat didapatkan : leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal – kristal pembentuk batu.  Memeriksa pH urin karena terlalu asam atau terlalu basa dapat menunjang terjadinya batu.  Untuk mengetahui fungsi ginjal dapat diperiksa ureum dan kreatinin.  Pemerksaan kultur urin serta kadar nitrit mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea. IMAGING  Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan  dicurigai mempunyai batu.  Hampir semua BSK(98%) merupakan batu radioopak. Pemeriksaan Penunjang
  • 17. Foto Polos Abdomen  Bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radioopak di saluran kemih.  Pada foto abdomen batu kalsium berupa opak, batu MAP berupa semiopak dan batu urat / sistin berupa non opak. Intra Vena Pielografi  Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal.  Mendeteksi adanya batu semi opak maupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen.  Tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum > 2 mg/dL. Ultrasonografi  Dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP yaitu pada keadaan – keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal menurun dan pada wanita hamil.  Dengan USG kita dapat menilai adanya batu ginjal atau di buli – buli (yang ditunjukkan dengan echoic shadow), hidronefrosis, pielonefrosis atau atropi ginjal.
  • 18. CT scan  CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik untuk diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100% dan spesifisitas 98%.
  • 19. Terapi medikamentosa  ditujukan untuk batu yang ukuran kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan.  Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan diuretik, minum banyak agar mendorong batu dari sehingga keluar saluran kemih dengan sendirinya.  Batu struvit terbentuk pada suasana basa atau alkali. Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman air kemih dan pemberian antiurease.  Bila terdapat bakteri harus dibasmi dengan antibiotik atau antiseptik. tidak dicapai antibiotik. Penatalaksanaan
  • 20. ESWL (extracorporated shockwave lithotripsy)  Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh caussy tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal.  Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil sehingga mudah dieluarkan melalui saluran kemih.  Tidak jarang pecahan – pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Endourologi  Tindakan invasive minimal untuk memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.  Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).  Proses pemecahan batu dapat secara mekanik, dengan energy hidrolik, energy gelombang suara atau dengan energy laser
  • 21. Beberapa tindakan endourologi adalah : PNL (percutaneous nephro litholapaxy)  Dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit.  Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen – fragmen kecil Ureteroskopi atau uretero-renoskopi  Memasukkan alat ureteroskopi peruretra  melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks ginja.  Dengan memakai energi tertentu, batu dalam pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteriskopi / ureterenoskopi ini.
  • 22. Operasi Terbuka  Merupakan pilihan terapi yang potensial utuk batu staghorn  Dapat membersihkan sebagian besar batu melalui sekali prosedur dan menghasilkan angka bebas batu yang sebanding.  Oleh karena itu, beberapa penulis masih menganjurkan operasi terbuka untuk batu staghorn komplit.  Kerugian dari operasi ini  berkurangnya fungsi ginjal setelah pembedahan yang ekstensif seperti pielolitotomi intersegmental anatrofik, yang terjadi pada 30-50% pasien.  Angka residu batu setelah operasi terbuka adalah 15%, dengan rekurensi 30% setelah 6 tahun dan risiko infeksi saluran kemih 40%.  Rassweiler membatasi indikasi operasi terbuka hanya untuk pasien dengan  beban batu masif  tdk dapat dicapai secara endoskopik  dengan beberapa kali tindakan ESWL  atau bila dibutuhkan operasi rekonstruktif tambahan (misalnya kaliko-ureterostomi, pieloplasti).
  • 23.  Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder dan iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid.  Hidronefrosis  sebagai akibat obstruksi khususnya di ginjal atau ureter dapat terjadi  kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal yang terkena.  Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Komplikasi
  • 24.  Angka kekambuhan batu saluran kemih rata – rata 7% per tahun atau kurang lebih 50% dalam 10 tahun.  Pencegahan berupa menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan usahakan produksi urin 2-3 liter sehari; diet mengurangi kadar zat komponen pembentuk batu ; aktivitas harian yang cukup; dan pemberian medikamentosa.  Beberapa diet yang dianjurkan untuk mengurangi kekambuhan yaitu  rendah protein karena protein akan memacu ekskresi kalsium urin  rendah oksalat  rendah garam karena natriuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuri dan rendah purin.  Diet rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada pasien yang menderita hiperkalsiuri absorbtif Pencegahan
  • 25. ESWL (extracorporated shockwave lithotripsy)  Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh caussy tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal.  Batu dipecah menjadi fragmen – fragmen kecil sehingga mudah dieluarkan melalui saluran kemih.  Tidak jarang pecahan – pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria. Endourologi  Tindakan invasive minimal untuk memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.  Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).  Proses pemecahan batu dapat secara mekanik, dengan energy hidrolik, energy gelombang suara atau dengan energy laser
  • 26. Fauci, SA., Braunwald, E., Dennis, LK., Hauser, SL., Longo, D., Jameson, JL., Loscalzo, J., et al. 2009. Pneumonia and Lung Abcess in Harrison’s Internal Medicine 17th Editions International Editions. USA : Mc Graw Hills. Hagan, S., Siddiqi, F. 2011. Lung Abscess. Kansas Jurnal of Medicine. Vol 135(6): 1426-1432. Maitra, A., Kumar, V. 2007. Abses Paru. Dalam : Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC. Hal 556. Nadeer, K., Sather, C., Sharma, S., Peters, S., Talavera, F. 2012. Lung Abscess. Medscape. Updated Jan 17,2012. Prais, D., Varsano, I., Schwarz, M., Lazar, E., Olfir-Mintzer, H. 2002. Lung Abscess Complicating Post-Varicella Pneumonia. Arch Dis Child. Vol 87:110. Rasyid, Ahmad. 2009. Abses Paru. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta : Interna Publishing. Hal 2323-28 DAFTAR PUSTAKA