SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Sumber 
http://www.indosiar.com/ragam/nefritis-infeksi- 
ginjal-yang-timbul-tiba-tiba_ 
21445.html 
Nefritis, Infeksi Ginjal Yang Timbul Tiba-tiba 
Berita HOT: 
 Karangan Bunga Terus Mengalir ke Rumah Duka 
indosiar.com - Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan 
berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh 
dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. 
Beberapa penyakit yang terjadi pada ginjal adalah gagal ginjal dan 
peradangan ginjal. Gagal Ginjal terbagi dua yaitu Gagal ginjal akut 
(GGA) dan Gagal ginjal kronik (GGK). Sementara Nefritis atau 
peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Infeksi ginjal (Nefritis), 
hampir selalu dimulai dengan infeksi saluran kemih bagian bawah. 
Nefritis tubulointerstisialis akut adalah gagal ginjal yang timbul secara tiba-tiba, yang 
disebabkan oleh kerusakan pada tubulus renalis dan jaringan di sekitarnya. Bisa juga disebabkan 
obat-obatan, dimana penderita mengalami alergi atau keracunan obat. Keracunan bisa terjadi 
akibat obat-obat tertentu, misalnya amfoterisin b dan aminoglikosida. Reaksi alergi bisa terjadi 
pada pemakaian penisilin, golongan sulfa, diuretik dan obat anti peradangan non-steroid 
(termasuk aspirin). 
Gejalanya sangat bervariasi. Beberapa penderita mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih 
seperti : 
- demam 
- nyeri ketika berkemih 
- nanah di dalam air kemih 
- nyeri di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul. 
Penderita lainnya menunjukkan sedikit gejala, tetapi pemeriksaan laboratorium menunjukkan 
tanda-tanda dari gagal ginjal.
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan 
udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. 
Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. 
Kalau punggung penderita nefritis disentuh sedikit saja, ia akan melompat kesakitan. Meskipun 
terinfeksi, ginjal lazim-nya bekerja terus. Apabila hanya satu ginjal saja yang terinfeksi, rasa 
sakitnya akan berada di satu sisi saja, meluas sampai ke pangkal paha. Rasa sakit itu timbul 
karena sel-sel sistem kekebalan tubuh menyerang dan membunuh bakteria, sambil menimbulkan 
pera-dangan dan demam, kadang- kadang sampai 40° C. 
Kaum perempuan ternyata lebih berisiko terkena infeksi ginjal ketimbang laki-laki. Penyebabnya 
karena letak anatomis saluran air mereka. Para perempuan memiliki uretra yang amat pendek, 
yang membuat bakteri amat mudah masuk ke kandung kemih. 
Diagnosa 
Urinalisis (analisa air kemih) menunjukkan adanya sedikit protein, kadang ditemukan sel darah 
merah, nanah atau sel-sel tubulus renalis. Eosinofil (sejenis sel darah putih) jarang ditemukan 
dalam air kemih, tetapi jika terdapat eosinofil, maka hampir bisa dipastikan bahwa penyebabnya 
adalah reaksi alergi. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan biopsi ginjal. 
Pengobatan 
Meskipun terbentuk jaringan parut, fungsi ginjal biasanya kembali normal setelah pemakaian 
obat penyebabnya dihentikan. Jika penyebabnya adalah reaksi alergi, maka pemberian 
kortikosteroid bisa mempercepat pemulihan fungsi ginjal. 
Infeksi saluran kencing merupakan pintu menuju infeksi ginjal, sebab itu usahakan agar saluran 
kencing itu bersih, tidak terpapar bakteri, yang misalnya pada kaum perempuan, umumnya 
didapat dari kotoran yang keluar dari anus, yang masuk ke lubang saluran kencing. Bagi kaum 
lelaki yang sudah berusia di atas 50 tahun, usahakan memeriksakan prostat sekali 
setahun.(berbagai sumber/Idh)
Penyebab Nefritis(sumber http://www.spesialis.info/?penyebab-nefritis,627) 
DEFINISI 
Nefritis adalah peradangan ginjal. 
PENYEBAB 
Peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefritis atau 
suatu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. 
Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara: 
1. Suatu antibodi dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang merangsang 
reaksi kekebalan) menempel pada ginjal 
2. Antigen dan antibodi bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian menempel pada sel-sel 
di dalam ginjal. 
GEJALA 
Tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria (protein di 
dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya 
reaksi kekebalan. 
NEFRITIS atau Peradangan 
Ginjal(https://www.facebook.com/note.php?note_id=191650 
494190564) 
oleh Tahitian Noni Jus pada 21 Februari 2011 pukul 7:24 · 
NEFRITIS atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala 
utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut 
albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang kesemuanya 
tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibanding pada 
orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari nefritis adalah 
glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi 
streptokokus. 
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan 
udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. 
Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. 
Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa 
orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi 
menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut 
dapat menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal. 
Nefrosis adalah suatu jenis nefritis yang ditandai dengan penurunan kondisi pembuluh-pembuluh 
pada ginjal. Nefrosis murni sangat jarang dijumpai. Yang lebih sering ditemui adalah yang 
berhubungan dengan glomerulonefritis atau penyakit-penyakit lain yang menyerang ginjal. Akan 
tetapi, istilah nefrosis masih digunakan bagi gejala yang ditunjukkan oleh timbulnya udema. 
Jumlah albumin yang berlebihan pada air seni, kolesterol yang berlebihan pada darah dan 
pengeluaran air seni yang relatif normal.
Nefrosklerosis atau pengerasan pembuluh arteri yang menuju ke ginjal, adalah suatu kelainan 
yang ditunjukkan dengan adanya albumin dalam air seni. Zat-zat tertentu serta terkadang 
dijumpai sel darah merah atau putih dalam darah (hematuria), terkadang disertai penyakit 
hipertensi. Pada intinya adalah terjadinya pengerasan dari pembuluh arteri kecil pada ginjal, 
disertai terjadinya pengerutan pada glomeruli dan perubahan patologis pada jaringan yang koyak 
atau luka. 
Batu Ginjal. Batu (kalkulus) ginjal dapat terbentuk dari timbunan kristal pada air seni pada 
ginjal atau pelvis ginjal. Seringkali batu ini tersusun atas kalsium oksalat. Terjadinya infeksi atau 
buang air kecil kurang teratur dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Kadang munculnya 
batu ginjal terjadi di saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika 
kelenjar paratiroid kelebihan memproduksi air seni. 
Terkadang, batu tersebut dapat terbentuk ketika tingkat asam urat dalam darah terlalu tinggi, 
biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak mengkonsumsi kalsium dan 
oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan dengan pembentukan batu ginjal ini. Pada 
banyak kasus yang ada, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. 
Batu ginjal dapat menyebabkan peradangan infeksi, pendarahan, sakit pada saat buang air kecil, 
atau kencing tidak lancar. Batu yang kecil cenderung mengalir menuju kandung kemih melalui 
ureter, biasanya diikuti rasa sakit bagi penderitanya. Kolik, nyeri yang ‘amat sangat’ dirasakan 
penderita, yang disebabkan oleh batu biasanya membutuhkan satu atau lebih suntikan penahan 
rasa sakit. 
Rasa sakit dapat muncul tiba-tiba sehabis berolah raga. Ketika batu telah berada di dalam 
kandung kemih, biasanya hanyut bersama air seni begitu saja dan rasa sakit hilang begitu saja. 
Jika batunya terlalu besar, maka perawatan lanjutan akan diperlukan. Baik berupa operasi atau 
litotripsi, yakni suatu prosedur yang mempergunakan kejutan gelombang listrik untuk 
memecahkan batu tersebut. 
Uraemia adalah keracunan yang disebabkan oleh akumulasi zat-zat buangan tubuh yang tidak 
dapat diuraikan oleh ginjal. Terjadi biasanya pada tahap akhir dari penyakit ginjal kronis dan 
ditunjukkan oleh kelelahan, sakit kepala, rasa mual, dan sulit tidur, kejang-kejang, pingsan 
mendadak, dan koma.
Pielonefritis adalah infeksi ginjal karena bakteri. Pielonefritis akut seringkali disertai demam, 
rasa dingin, pedih pada bagian yang sakit, sering buang air kecil, dan sensasi seperti terbakar saat 
buang air kecil. Pielonefritis kronis terjadi secara bertahap, biasanya tanpa gejala dan penyakit 
ini dapat mengarah pada kerusakan ginjal dan uraemia. Penyakit ini lebih umum dijumpai pada 
wanita dibanding pada laki-laki dan sering terjadi pada penderita diabetes. 
Pencegahan dan Penyembuhan 
Pencegahan dan pengobatan/penyembuhan terhadap peradangan ginjal sangat dimungkinkan 
untuk saat ini. Terapi dengan produk herbal sudah menjadi pilihan banyak pasien, selain 
harganya lebih murah juga tanpa efek samping (beresiko sangat kecil). 
Penelitian secara medis terhadap Tahitian Noni Juice dengan sisrem Double Blind, Placebo 
Controlled telah menghasilkan 14 Human Clinical Trials/Studies dan lebih dari 52 adalah Hak 
Paten tentang Penyembuhan. 
Diantara Hak Paten Penyembuhan tersebut yang berhubungan dengan proses penyembuhan 
penyakit ginjal 
(WO 2002/043664) REDUCING CELLULAR DAMAGE IN THE HUMAN BODY 
http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 
-10&SORT=41300516- 
KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1331808&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 
1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 
2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& 
SEARCH_IA=US2001047203&QUERY%28WO+AND+2002%2F043664%29+ 
(WO 2006/050012) MORINDA CITRIFOLIA BASED COMPOSITIONS AND METHODS 
FOR INHIBITING XANTHINE OXIDASE 
http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 
-10&SORT=41294496- 
KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1498913&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT=
1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 
2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& 
SEARCH_IA=US2005038727&QUERY%28WO+AND+2006%2F050012%29+ 
(WO 2005/086935) METHODS AND COMPOSITIONS FOR INHIBITING ANGIOTENSIN 
CONVERTING AND CHYMASE ENZYMES 
http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 
-10&SORT=41295683- 
KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1785582&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 
1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 
2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& 
SEARCH_IA=US2005008065&QUERY%28WO+AND+2005%2F086935%29+ 
(WO/2002/045734) TAHITIAN NONI JUICE ON COX-1 AND COX-2 AND TAHITIAN 
NONI JUICE AS A SELECTIVE COX-2 INHIBITOR 
http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=2002045734 
(WO/2007/064607) FORMULATION AND METHODS FOR USE OF MORINDA 
CITRIFOLIA SEED OIL 
http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=2007064607 
(WO/2006/104892) MORINDA CITRIFOLIA BASED ANTIFUNGAL FORMULATIONS 
AND METHODS 
http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 
-10&SORT=41288568- 
KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1518269&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 
1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 
2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& 
SEARCH_IA=US2006010798&QUERY%28WO+AND+2006%2F104892%29+ 
Sangat dianjurkan mengkonsumsi Tahitian Noni Bioactive Beverage sebagai sarana tindakan 
pencegahan.
Dunia Coass (http://dp-coass. 
blogspot.com/2010/05/sna-pada-anak. 
html) 
 '.' 
Username: 
Password: (?) 
Archive 
o ▼ 2010 (3) 
 ▼ Mei (3) 
 Kejang Demam 
 SNA pada anak 
 STROKE What is Stroke? Is there any treatment? Wh... 
About Me 
DP 
Lihat profil lengkapku 
newsreel 
Apple Google Microsoft 
Time Inc. to Sell Its Magazines on Apple's Newsstand 
New York Times 
Changing direction, Time Inc. will now work along with Apple to put its magazines on 
tablets and other devices. 
Related Articles »
WWDC 2012: Apple's show satisfies, but is it saving real fireworks ... 
Washington Post 
The computer giant surely satisfied with its new hardware and software offerings at 
WWDC, but some believe it's holding back until it's ready to unveil a new ... 
Related Articles » 
New MacBook Pro Review: Screens Don't Get... 
ABC News 
After 20 minutes of using Apple's new MacBook Pro with Retina Display, I switched 
back to my own six-month-old MacBook Pro to send an email. But when I ... 
Related Articles » 
'.Apple,' '.auto' among Internet suffixes proposed 
BusinessWeek 
Proposals for Internet addresses ending in ".pizza," ".space" and ".auto" are among the 
nearly 2000 submitted as part of the largest expansion in the online ... 
Related Articles » 
powered by 
Pengikut 
online 
GuestBook 
Health Tip of The Day 
SNA pada anak 
12:11 Edit This 0 Comments »
BAB I 
PENDAHULUAN 
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel 
glomerulus). Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir 
dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar 
glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak 
bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus, 
bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial 
maupun sistem vaskulernya. 
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering 
mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan 
perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. 
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) 
seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, 
kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing 
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) 
sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. 
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam 
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu 
mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya 
korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit 
dan prognosis. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Definisi 
Sindrom Nefritis Akut (SNA) adalah sekumpulan gejala-gejala yang timbul secara mendadak, 
terdiri atas hematuria, proteinuria, silinderuria (terutama silinder eritrosit), dengan atau tanpa 
disertai hipertensi, edema, gejala-gejala dari kongesti vaskuler atau gagal ginjal akut, sebagai 
akibat dari suatu proses peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologik pada ginjal yang 
secara spesifik mengenai glomeruli. Penyakit ini paling sering diakibatkan oleh glomerulonefritis 
akut pasca streptokokus, oleh karena itu istilah sindrom nefritis akut sering disamakan dengan 
glomerulonefritis akut. 
Sindrom nefritis akut merupakan kelainan ginjal yang disebabkan oleh respon imun yang dipicu 
oleh inflamasi dan proliferasi jaringan glomerular, sehingga mengakibatkan kerusakan pada 
membran basal, mesangium, atau endotel kapiler. 
Gambar 1. Struktur Anatomi dari Ginjal 
Etiologi 
1. Faktor Infeksi 
a. Nefritis yang timbul setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus (Glomerulonefritis Akut
Pasca Streptokokus). 
Sindroma nefritik akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus, misalnya strep throat 
(radang tenggorokan). Kasus seperti ini disebut glomerulonefritis pasca streptokokus. Glomeruli 
mengalami kerusakan akibat penimbunan antigen dari gumpalan bakteri streptokokus yang mati 
dan antibodi yang menetralisirnya. Gumpalan ini membungkus selaput glomeruli dan 
mempengaruhi fungsinya. Nefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah 
infeksi dan bakteri streptokokus telah mati, sehingga pemberian antibiotik akan efektif. 
b. Nefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik lain : endokarditis bakterialis subakut dan 
Shunt Nephritis. 
Penyebab post infeksi lainnya adalah virus dan parasit, penyakit ginjal dan sistemik, 
endokarditis, pneumonia. Bakteri : diplokokus, streptokokus, staphylokokus. Virus : 
Cytomegalovirus, coxsackievirus, Epstein-Barr virus, hepatitis B, rubella. Jamur dan parasit : 
Toxoplasma gondii, filariasis, dll. 
2. Penyakit multisistemik, antara lain : 
a. Lupus Eritematosus Sistemik 
b. Purpura Henoch Schonlein (PHS) 
3. Penyakit Ginjal Primer, antara lain : 
a. Nefropati IgA 
Patofisiologi 
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian 
atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. 
Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali 
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi 
skarlatina, diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya 
titer anti- streptolisin pada serum penderita. 
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 
10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada 
yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, 
keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi 
kuman streptococcus. 
Patogenesis yang mendasari terjadinya GNAPS masih belum diketahui dengan pasti. 
Berdasarkan pemeriksaan imunofluorosensi ginjal, jelas kiranya bahwa GNAPS adalah suatu 
glomerulonefritis yang bermediakan imunologis. Pembentukan kompleks-imun in situ diduga 
sebagai mekanisme patogenesis glomerulonefritis pascastreptokokus. 
Hipotesis lain yang sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus, 
merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk autoantibodi terhadap IgG yang telah 
berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun dalam sirkulasi darah yang kemudian 
mengendap di ginjal.
Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya GNAPS. 
Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin. Plasmin ini diduga 
dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari sistem komplemen. Pada 
pemeriksaan imunofluoresen dapat ditemukan endapan dari C3 pada glomerulus, sedang protein 
M yang terdapat pada permukaan molekul, dapat menahan terjadinya proses fagosistosis dan 
meningkatkan virulensi kuman. Protein M terikat pada antigen yang terdapat pada basal 
membran dan IgG antibodi yang terdapat dalam sirkulasi. 
Gambar 2. Patofisiologi Kerusakan Ginjal 
Pada GNAPS, sistem imunitas humoral diduga berperan dengan ditemukannya endapan C3 dan 
IgG pada subepitelial basal membran. Rendahnya komplemen C3 dan C5, serta normalnya 
komplemen pada jalur klasik merupakan indikator bahwa aktifasi komplemen melalui jalur 
alternatif. Komplemen C3 yang aktif akan menarik dan mengaktifkan monosit dan neutrofil, dan 
menghasilkan infiltrat akibat adanya proses inflamasi dan selanjutnya terbentuk eksudat. Pada 
proses inflamasi ini juga dihasilkan sitokin oleh sel glomerulus yang mengalami injuri dan 
proliferasi dari sel mesangial. 
Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya 
kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli 
mengajukan hipotesis sebagai berikut : 
1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus 
dan kemudian merusaknya. 
2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan 
auto-imun yang merusak glomerulus. 
3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen 
yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal. 
Kompleks imun atau anti Glomerular Basement Membrane (GBM) antibodi yang 
mengendap/berlokasi pada glomeruli akan mengaktivasi komplemen jalur klasik atau alternatif 
dari sistem koagulasi dan mengakibatkan peradangan glomeruli, menyebabkan terjadinya : 
1. Hematuria, Proteinuria, dan Silinderuria (terutama silinder eritrosit) 
2. Penurunan aliran darah ginjal sehingga menyebabkan Laju Filtrasi Ginjal (LFG) juga 
menurun. Hal ini berakibat terjadinya oligouria dan terjadi retensi air dan garam akibat 
kerusakan ginjal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema, hipervolemia, kongesti vaskular 
(hipertensi, edema paru dengan gejala sesak nafas, rhonkhi, kardiomegali), azotemia, 
hiperkreatinemia, asidemia, hiperkalemia, hipokalsemia, dan hiperfosfatemia semakin nyata, bila 
LFG sangat menurun. 
3. Hipoperfusi yang menyebabkan aktivasi sistem renin-angiotensin. Angiotensin 2 yang bersifat 
vasokonstriktor perifer akan meningkat jumlahnya dan menyebabkan perfusi ginjal semakin 
menurun. Selain itu, LFG juga makin menurun disamping timbulnya hipertensi. 
Angiotensin 2 yang meningkat ini akan merangsang kortek adrenal untuk melepaskan aldosteron 
yang menyebabkan retensi air dan garam ginjal dan akhirnya terjadi hipervolemia dan hipertensi.
Bentuk Klinik 
1. SNA dengan hipokomplemenemia, dapat asimtomatik atau simtomatik, termasuk kelompok 
ini adalah : 
a. Glomerulonefritis Akut pasca infeksi streptokokus. 
b. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik, seperti : 
i. Endokarditis bakterialis akut / subakut 
ii. Shunt nefritis 
c. Glomerulonefritis proliferatif membranosa 
d. Nefritis yang berhubungan dengan Lupus Eritematosus Sistemik (Nefritis Lupus) 
2. SNA dengan normokomplemenemia (dapat asimtomatik atau simtomatik). Termasuk 
kelompok ini adalah : 
a. Nefritis yang berhubungan dengan PHS (Purpura Henoch-Schonlein) 
b. Nefropati IgA 
Gejala Klinik 
SNA sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-14 tahun, gejala yang pertama kali muncul adalah 
penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema) di sekitar wajah dan kelopak mata 
(infeksi post streptokokal). Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan 
kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Berkurangnya 
volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah, tekanan darah bisa 
meningkat. Gejala tidak spesifik seperti letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise. Gejalanya : 
- Hematuria baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Gross hematuria 30% ditemukan 
pada anak-anak. 
- Oliguria 
- Edema (perifer atau periorbital), 85% ditemukan pada anak-anak ; edema bisa ditemukan 
sedang sampai berat. 
- Sakit kepala, jika disertai dengan hipertensi. 
- Dyspnea, jika terjadi gagal jantung atau edema pulmo; biasanya jarang. 
- Flank pain 
- Kadang disertai dengan gejala spesifik ; mual dan muntah, purpura pada Henoch- Schoenlein, 
artralgia yang berbuhungan dengan systemic lupus erythematosus (SLE). 
Pemeriksaan Fisik : 
Pada pasien dengan SNA, pemeriksaan fisik dan tekanan darah kadang dalam batas normal; 
tetapi kebanyakan pada pemeriksaan ditemukan adanya edema, hipertensi, dan oliguria. 
- Edema sering pada daerah muka, terutama daerah periorbital 
- Hipertensi sering ditemukan pada 80% kasus SNA 
- Hematuria, baik pada pemeriksaan makroskopik atau mikroskopik 
- Skin rash 
- Kelainan neurologis ditemukan pada kasus hipertensi malignant atau hipertensi encepalopaty. 
- Artritis 
- Tanda-tanda lain :
-Faringitis 
-Impetigo 
-ISPA 
-Murmur (menunjukan adanya endokarditis) 
-Nyeri perut 
-Kenaikan berat badan 
-Purpura palpebra pada pasien dengan Henoch Schoenlein purpura 
Pemeriksaan Penunjang : 
Laboratorium 
· Darah Lengkap 
o Hemoglobin bisa menurun karena hemodilusi 
o Adanya pleocitosis jika disebabkan oleh infeksi 
· Elektrolit, BUN dan kreatinin ( untuk mengetahui fungsi filtrasi glomerolus): BUN dan 
kreatinin akan menunjukan kompresi ginjal. 
· Urinalisa 
o Urin gelap 
o Berat jenis urin lebih dari 1020 osm 
o Eritrosit ditemukan dalam urin 
o Proteinuria 
o Silinderuria 
Gambar 3. Gross Hematuria (kiri), urin tampak seperti air cucian daging 
Gambar 4. Silinder Leukosit 
Gambar 5. Silinder Eritrosit 
Gambar 6. Silinder Granular (Protein) 
Gambar 7. Silinder Lemak 
· Test Streptozyme ; dengan menggunakan banyak antigen streptokokus yang sensitif untuk 
screening tetapi tidak secara kuantitatif. 
· ASTO (anti streptolysin type O), Secara kuantitatif titer meningkat pada 60-80% pasien SNA 
(>dari 100 kesatuan Todd) 
o Mulai meningkat pada 1-3 minggu pertama, mencapai puncak pada 3-5 minggu berikutnya, 
dan kembali normal pada minggu ke 6 
o Anti streptolysin type O (ASTO) tidak berhubungan dengan berat, lama dan prognosis dari 
penyakit ginjal 
o Peningkatan titer anti streptolision O (ASTO) dapat menyatakan adanya antibodi terhadap 
organisme streptokokus. 
· Komplemen (C1, C3, C4 dan CH50); pada GNAPS C3 menurun < 50 mg/dl. 
· Antibodi DN-ase B meningkat 
· Sedimen eritrosit biasanya meningkat 
· Kreatinin plasma atau urin lebih dari 40 μg/dL 
· Kultur darah : 
o Pada pasien dengan demam, imunosupresi, ada riwayat penggunaan obat IV, kateter. 
o Pada kultur darah bisa ditemukan hipertriglyceridemia, penurunan laju filtrasi glomerolus, atau 
anemia. 
Pencitraan
· Radiografi : 
o Foto thorak diperlukan pada pasien dengan batuk, dengan atau tanpa hemoptysis. 
o Foto abdomen diperlukan pada suspek abses viseral, atau abses dada. 
· Echocardiografi pada pasien dengan murmur, atau positif adanya endokarditis pada kultur 
darah atau efusi perikardial. 
· Ultrasonografi ginjal untuk mengevaluasi ukuran ginjal, untuk mengetahui adanya fibrosis. 
Ukuran ginjal kurang dari 9 cm menandakan adanya luka dan kemungkinan kecil untuk kembali 
seperti semula. 
Diagnosis 
Dasar Diagnosis : 
1. SNA hipokomplemenemia : 
a. Hematuria (makroskopik atau mikroskopik), proteinuria, silinderuria (terutama silinder 
eritrosit) dengan atau tanpa edema, hipertensi, oligouria yang timbul secara mendadak disertai 
merendahnya kadar sejumlah komplemen. 
b. SNA hipokomplemenemia asimtomatik 
Hanya menunjukan kelainan urinalisis minimal (hematuria mikrokopik, silinder eritrosit, 
proteinuria trace atau +1) tanpa gejala lain. 
c. SNA dengan hipokomplemenemia simtomatik 
Adanya kelainan urinalisis yang nyata dengan gejala-gejala. 
2. SNA dengan normokomplemenemia 
Adanya gejala-gejala nefritis akut dengan kadar komplemen normal. 
Diagnosis Banding 
o Hematuria idiopatik 
o Nefropati IgA 
o Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut 
o Nefritis herediter 
o Sistemik Lupus Eritematosus 
o Henoch-Scholein Purpura 
Langkah Diagnostik 
Cari penyebab dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang : 
1. Penyebab SNA dengan hipokomplemenemia : 
a. GNAPS 
Dicurigai sebagai penyebab SNA tanpa gejala bila pada anamnesis dijumpai riwayat kontak 
dengan keluarga yang menderita GNAPS (pada suatu epidemi). Kelainan urinalisis minimal. 
ASTO > 200 IU. Titer C3 rendah (80mg/dL). Dicurigai sebagai penyebab SNA dengan gejala 
bila ditemukan riwayat ISPA atau infeksi UTI seperti cucian daging, dengan atau tanpa disertai 
oligouria. Sembab pada muka sewaktu bangun tidur, kadang-kadang ada keluhan sakit kepala. 
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai adanya edema, hipertensi, kadang-kadang gejala 
kongestif vaskuler (sesak, edema paru, kardiomegali), atau gejala-gejala gabungan sistem saraf 
pusat (penglihatan kabur, kejang, penurunan kesadaran). Hasil urinalisis menunjukan hematuria, 
proteinuria (2+), silinderuria. Gambaran kimia darah menunjukan kadar BUN, kreatinin serum, 
dapat normal atau meningkat; Elektrolit darah (Na, K, Ca, P, Cl) dapat normal atau sedikit
rendah; Kadar Globulin biasanya normal. 
Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan biakan apusan tenggorok / keropeng kulit positif untuk 
kuman Streptococcus Beta Hemolyticus atau ASTO > 200 IU. Hematuria, proteinuria, dan 
silinderuria. Kadar CH50 dan C3 rendah (<80 mg/dL), yang pada evaluasi lebih lanjut menjadi 
normal. Sekitar 6-8 minggu dari onset penyakit, kadar C4 biasanya normal. 
Gambar 8. Pada biopsi ginjal didapatkan adanya proliferasi sel mesangial. 
b. Endokarditis bakterialis subakut 
Dicurigai sebagai penyebab SNA bila pada anamnesis didapatkan riwayat panas lama, adanya 
penyakit jantung kongenital / didapat yang diikuti oleh kemih berwarna seperti coca cola 
(hematuria makroskopik). Pada pemeriksaan fisik ditemukan panas, rash, sesak, kardiomegali, 
takikardia, suara bising jantung, hepatosplenomegali, artritis, hipertensi jarang dijumpai. 
Pada urinalisis, dapat ditemukan hematuria, proteinuria, atau kelainan pada sedimen urine, 
berupa hematuria mikroskopik, lekosituria, silinderuria. Fungsi ginjal lazimnya mengalami 
gangguan (BUN dan kreatinin serum). Gambaran darah tepi berupa leukositosis. LED 
meningkat. CRP (+), titer komplemen C3 dan C4 menurun, kadang-kadang ditemukan pula 
peningkatan titer faktor reumatoid, kompleks imun dan krioglobulin dalam serum. Diagnosis 
ditegakkan berdasarkan temuan di atas disertai kultur darah (+) terhadap kuman penyebab infeksi 
dan pada ekokardiografi dijumpai vegetasi pada katup jantung. 
c. Shunt Nephritis 
Diagnosis dibuat berdasarkan adanya riwayat pemasangan shunt atrio-ventrikulo-atrial / 
peritoneal untuk penanggulangan hidrosefalus, panas lama, muntah, sakit kepala, gangguan 
penglihatan, kejang-kejang, penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik dijumpai hidrosefalus 
dengan shunt yang terpasang, suhu tubuh meninggi, hipertensi, edema, kadang-kadang dengan 
asites dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Urinalisis menunjukkan hematuria, 
proteinuria, silinderuria, fungsi ginjal biasanya terganggu. Kadar total protein dan albumin serum 
biasanya rendah. Kultur yang diperoleh dari shunt yang terinfeksi (+). 
d. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) 
Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan : 
Keluhan yang dijumpai pada anamnesis dapat berupa : panas lama, berat badan turun, anoreksia, 
nausea, muntah, sakit kepala, depresi, psikosis, kejang, sakit sendi, ruam pada kulit. 
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan : Alopesia, butterfly rash, discoid lupus 
photosensitivity, ulkus pada mulut / nasofaring, pleuritis, perikarditis, hepatitis, nyeri abdomen, 
asites, splenomegali. 
Pemeriksaan laboratorium : 
Darah tepi : Anemia normositik normokrom, retikulositosis, trombositopenia, leukopenia, waktu 
protrombin / waktu tromboplastin partial biasanya memanjang. Imunoserologis : Uji Coomb (+), 
Sel LE (+). 
Diagnosis dari nefritis lupus ditegakkan berdasarkan kelainan diatas, dengan gambaran biopsi 
ginjal, mulai dari yang ringan berupa GN proliferatif fokal ringan sampai yang berat berupa 
proliferatif difusa. 
Gambar 9. Pada histopatologi terdapat gambaran bentuk bulan sabit pada sebelah dalam kapsula 
Bowman dan terdiri dari : sel-sel epitel kapsul yang berproliferasi, fibrin, bahan seperti
membrana basalis, serta makrofag. Rangsangan untuk pembentukan bulan sabit diduga adalah 
endapan fibrin dalam ruang Bowman, sebagai akibat nekrosis / gangguan dinding kapiler 
glomerolus. 
2. Penyebab SNA dengan normokomplemenemia : 
a. Purpura Henoch-Schonlein (PHS) 
Diagnosa PHS sebagai peyebab SNA ditegakkan berdasarkan riwayat ruam pada kulit, sakit 
sendi dan gangguan gastrointestinal (mual, muntah, nyeri abdomen, diare berdarah atau melena) 
dan serangan hematuria. 
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai edema, hipertensi, ruam pada daerah bokong, bagian 
ekstensor dan ekstremitas bawah, athralgia/arthritis, nyeri abdomen. Pada urinalisis dijumpai 
hematuria, proteinuria, dan silinderuria. BUN dan kreatinin serum dapat normal atau meningkat 
tergantung dari beratnya kerusakan ginjal. Pada kerusakan ginjal berat dapat terjadi penurunan 
fungsi ginjal yang progresif yang ditunjukkan dengan meningkatnya kadar ureum dan kreatinin 
serum. Kadar protein total, albumin, kolesterol, dapat normal, atau menyerupai gambaran 
sindroma nefrotik. ASTO biasanya normal sedang kadar C3 dan C4 tidak merendah. Uji anti 
nuclear antibodies negatif. Trombosit, waktu protrombin, dan tromboplastin normal. Pada PHS 
dengan kelainan ginjal berat, biopsi ginjal perlu dilakukan untuk melihat morfologi dari 
glomeruli, pengobatan dan untuk keperluan prognosis. 
Gambar 10. Penderita PHS 
b. Nefropati IgA 
Kecurigaan kearah nefropati IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan hematuria 
makroskopik secara akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan dengan ISPA. 
Hematuria makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA mereda, namun 
akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA. Diantara 2 
episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria mikroskopik dengan 
proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema, hipertensi, dan penurunan fungsi 
ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum biasanya meningkat pada 10-20% dari jumlah 
kasus yang telah dilaporkan, kadar komplemen (C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. 
Diagnosis pasti biasanya dibuat berdasarkan biopsi ginjal. 
Gambar 11. (Kiri) Gambaran fluoresen dari deposit IgA di sel Mesangial. (Kanan) Deposit IgA 
dengan pewarnaan PAS. 
Penatalaksanaan 
Semua SNA simtomatik perlu mendapat perawatan. Pengobatan ditujukan terhadap penyakit 
yang mendasarinya dan komplikasi yang ditimbulkannya.1 
· Tindakan umum : 
Istirahat di tempat tidur sampai gejala edema dan kongesti vaskuler (dispneu, edema paru, 
kardiomegali, hipertensi) menghilang. 
· Diit :
Masukan garam (0,5-1 gr/hari) dan cairan dibatasi selama edema, oligouria atau gejala vaskuler 
dijumpai. Protein dibatasi (0,5/KgBB/hari) bila kadar ureum diatas 50 gr/dL. 
· Pengobatan terhadap penyakit penyebab : 
1. GNAPS tanpa komplikasi berat :1 
· Diuretika 
Untuk penanggulangan edema dan hipertensi ringan disamping diit rendah garam, diberikan 
furosemide (1-2) mg/KgBB/hari oral dibagi atas 2 dosis sampai edema dan tekanan darah turun. 
· Antihipertensif 
Bila hipertensi dalam derajat sedang samapi berat disamping pemberian diuretika ditambahkan 
obat antihipertensif oral (propranolol atau kaptopril). 
· Antibiotika 
Penisilin Prokain (PP) 50.000 U/KgBB/hari atau eritromisin oral 50 mg/KgBB/hari dibagi 3 
dosis selama 10 hari untuk eradikasi kuman. 
2. GNAPS dengan komplikasi berat : 
· Kongesti vaskuler (edema paru, kardiomegali, hipertensi) 
o Pemberian oksigen 
o Diuretika furosemide parenteral (1-2 mg/KgBB/kali) 
o Antihipertensif oral (kaptopril 0,3 mg/KgBB/kali 2-3 kali pemberian/hari) 
o Bila disertai gagal jantung kongestif yang nyata dapat dipertimbangkan pemberian digitalis 
· Gagal Ginjal Akut 
o Ensefalopati hipertensif 
Labetalol (Normodyne)2 
Dosis dewasa ; 20mg IV microdrip labetalol hydrochloride injeksi perlahan selama 2 menit 
Dosis anak ; dosis yang disarankan 0.4 -1mg/kg/jam IV; tidak lebih dari 3 gr 
o Glomerulonefritis progresif cepat (GN kresentik) : merupakan bentuk GNAPS berat yang 
ditandai serangan hematuria makroskopik, perburukan fungsi ginjal yang berlangsung cepat dan 
progresif, dan pada biopsi ginjal dijumpai gambaran glomerular crescents. 
o Disamping penanggulangan hipertensi dan gagal ginjal diberikan pula pulse 
methylprednisolone : 
Ø 15 mg/KgBB metil prednisolone (tidak boleh melebihi 1 gram) perinfus sekitar 60-90 menit 
setiap hari selama 5-6 hari. Perlu dipantau : TTV dan kadar elektrolit. 
Ø Lanjutkan dengan metilprednisolon oral 2 mg/KgBB/hari selama 1 bulan. 
Ø Lalu dosis prednisolone diberikan secara alternate 2 mg/KgBB/2 hari selama 1 bulan, 
kemudian dilanjutkan separo dosis dengan interval 1 bulan, setelah itu diberikan 0,2 mg/Kg/2 
hari selama 1 bulan, lalu obat dihentikan. 
o Tindak lanjut : 
Ø Timbang berat badan 2 kali seminggu 
Ø Ukur masukan cairan dan diuresis setiap hari 
Ø Ukur tekanan darah 3 kali sehari selama hipertensi masih ada, kemudian 1 kali sehari bila 
tekanan darah sudah normal. 
Ø Pemeriksaan darah tepi dilakukan pada saat penderita mulai dirawat, diulangi 1 kali seminggu 
atau saat penderita mau dipulangkan. Urinalisis minimal 2 kali seminggu selama perawatan. 
Perlu dilakukan biakan urine untuk mencari kemungkinan adanya ISK. Bila ditemukan, diobati 
sesuai dengan hasil sensitifitas. 
Ø Kimia darah saat dirawat dan waktu dipulangkan. Pada penderita dengan komplikasi berat
pemeriksaan kimia darah, terutama ureum/kreatinin dan elektrolit lebih sering dilakukan. 
Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara serial, sedang foto toraks diulangi bila gejala-gejala 
kongesti vaskuler sudah menghilang atau pada saat penderita mau dipulangkan. Pemeriksaan 
funduskopi secara serial perlu dilakukan bila penderita datang dengan hipertensi berat atau 
dengan gejala ensefalopati. 
Ø Biopsi ginjal dilakukan berdasarkan indikasi terjadinya perburukan faal ginjal secara cepat dan 
progresif. 
o Idikasi Pulang : 
Ø Keadaan penderita baik, gejala-gejala SNA menghilang. 
Ø Pengamatan lebih lanjut perlu dilakukan di poli khusus ginjal anak minimal 1 kali 1 bulan 
selama 1 tahun. Bila pada pengamatan ASTO (+) dan C3 masih rendah setelah 8 minggu dari 
onset, proteinuria masih + setelah 6 bulan dan hematuria mikroskopik masih dijumpai setelah 1 
tahun, atau fungsi ginjal menurun secara insidius progresif dalam waktu beberapa minggu atau 
bulan kemungkinan penyakit jadi kronik, perlu dilakukan biopsi ginjal. 
3. Endokarditis bakterialis akut/subakut : 
· Pengobatan ditujukan terhadap endokarditis dan penyakit yang ditimbulkannya. 
4. Shunt Nephritis : 
· Pengobatan ditujukan terhadap kuman penyebab dan mengangkat shunt yang terinfeksi 
terhadap komplikasi dari shunt nephritis. 
o AB diberikan sesuai dengan tes sensitivitas 
o Atasi gejala yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra kranial. 
o Bila dijumpai gejala ensefalopati hipertensif atau GGA, segera diatasi. 
· Indikasi Pulang : 
o Keadaan anak baik, gejala-gejala dari nefritis minimal, komplikasi yang terjadi terkontrol 
dengan baik. Untuk evaluasi, perlu kontrol berobat jalan ke poli khusus ginjal / neurologi anak 
paling kurang sekali sebulan. 
5. Nefritis yang berhubungan dengan Lupus Eritematosus : 
· Pengobatan terdiri dari pemberian kortikosteroid (prednisolone) 2 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis 
selama 4 – 6 minggu, kemudian dosis diturunkan secara bertahap sedikit demi sedikit sampai 
mencapai dosis 5-10 mg/hari atau 0,1-0,2 mg/KgBB/hari. Dosis ini dipertahankan sampai 4-6 
minggu. Setelah itu diberikan secara alternatif. 
· Bila selama perawatan penderita menunjukan perburukan fungsi ginjal secara progresif atau 
dengan sindroma nefrotik diobati dengan pulse methyl prednisolone therapy, diuretika dan obat 
anti hipertensif. 
· Indikasi pulang : 
Keadaan umum baik, gejal-gejala nefritis membaik atau menunjukan kelainan minimal. Perlu 
kontrol berobat ke poli khusus ginjal anak. 
6. Nefritis yang berhubungan dengan Purpura Henoch Schonlein : 
· Steroid diberikan dalam waktu pendek untuk menghilangkan gejala nyeri perut. Penderita PHS 
berat (dengan manifestasi ginjal berat : NS, GGA, dan hipertensi) membutuhkan pengawasan 
yang ketat. Biopsi ginjal perlu dilakukan pada keadaan ini. Obat yang digunakan dalam hal ini 
adalah : prednisolone oral, methrylprednisolone bolus intravena, obat-obat sitostatika
(siklofosfamid, azatiopin), antikoagulan, antiplatelet, dan plasmaforesis, disamping 
penanggulangan GGA dan hipertensi. 
· Tindak lanjut : 
o Semua pasien dengan HSP yang dirawat perlu dilakukan pengamatan terhadap tekanan darah, 
urinalisis dan faal ginjal. Bila selama dalam perawatan dijumpai hipertensi dan perburukan faal 
ginjal secara progresif, merupakan indikasi untuk biopsi ginjal. 
· Indikasi pulang : 
o Keadaan umum baik, urinalisis normal atau menunjukan kelainan minimal, tekanan darah dan 
fungsi ginjal normal. Dianjurkan kepada penderita untuk kontrol berobat jalan ke poli khusus 
ginjal anak. 
7. Nefropati IgA : 
· Pengobatan yang spesifik untuk nefropati : IgA asimtomatik belum ada. Pengobatan hanya 
berupa pemerian antibiotika bila dijumpai ISPA atau tonsilitis untuk mengurangi episode dari 
hematuria makroskopik. 
· Tindak lanjut : 
o Penderita nefropati IgA tidak perlu dirawat, namun memerlukan pemantauan terus menerus 
terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi dan perburukan fungsi ginjal. 
Komplikasi 
· Fase Akut : 
o Gagal Ginjal Akut 
Perkembangan kearah sklerosis jarang, bagaimanapun juga pada 0.5%- 2% pasien dengan 
Glomerulonefritis Akut tahap perkembangan kearah gagal ginjal periodenya cepat. 
o Komplikasi lain, yang berhubungan dengan kerusakan organ pada sistem saraf pusat dan 
kardiopulmo, bisa berkembang dengan pasien hipertensi berat, encephalopati, dan pulmonary 
edema. Komplikasinya antara lain : 
§ Retinopati hipertensi 
§ Encephalopati hipertensif 
§ Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia (volume overload) 
§ Glomerulonefritis progresif 
· Jangka Panjang : 
o Abnormalitas urinalisis (microhematuria) selama setahun 
o Gagal ginjal kronik 
o Sindrom nefrotik 
Prognosis 
Sebagian besar penderita (>95 %) mengalami penyembuhan yang sempurna, tetapi 5% 
diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis akan 
menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit dengan menghilangnya sembab 
dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. 
Fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 
3-4 minggu. Potter dan kawan-kawan menemukan kelainan sediment urine yang menetap 
(proteinuria dan hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di
Trinidad.Gejala fisis menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3, kimia darah menjadi normal pada 
minggu ke 2 dan hematuria mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. 
LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit dalam urine dan dapat menetap 
untuk beberapa bulan. 
Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi 
umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine 
selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi 
penyembuhan sempurna. LED digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini, karena 
umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis. Diperkirakan 95 % akan sembuh 
sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis 
kronis. 
1. SNA dengan hipokomplemenemia tergantung pada penyebabnya : 
a. GNAPS. Prognosis baik, 95% sembuh sempurna, 3% meninggal karena komplikasi, 2% 
berkembang menjadi GGK. 
b. Nefritis yang berhubungan dengan endokarditis bakterialis akut/subakut. Prognosis baik bila 
pengobatan terhadap penyebab dilakukan secara intensif dengan antibiotika yang cocok dan 
kadar komplemen kembali normal. Bila pengobatan terlambat, dapat terjadi gagal ginjal. 
c. Shunt Nephritis. Prognosis umumnya baik, 50% dari kasus dilaporkan sembuh, bila shunt 
yang mengalami infeksi segera diangkat dan antibiotika yang cocok segera diberikan, 20% 
meninggal disebabkan oleh penyakit neurologik primer, atau komplikasi pembedahan, sisanya 
dengan gejala sisa berupa gangguan faal ginjal, hematuria dan proteinuria. 
d. Nefritis Lupus Eritematosus Sistemik (NEFLES). Prognosis berkorelasi dengan presentasi 
klinik saat serangan dan kelainan histologi dari glomeruli. Penderita NEFLES dengan kelainan 
minimal, tanpa gagal ginjal, dan gambaran glomeruli normal atau proliferatif mesangial ringan 
biasanya prognosis baik. Penderita dengan nefritis berat (urine nefritik, hipertensi dan gagal 
ginjal) dengan kelainan glomeruli proliferasi difus memiliki prognosis buruk. Prognosis lebih 
buruk lagi bila terjadi pula sindroma nefritik-nefrotik, gagal ginjal berat dengan gambaran biopsi 
ginjal berupa GN proliferatif difus dengan bulan sabit. 
2. SNA dengan normokomplemenemia : 
a. Nefritis Henoch Schonlein (NHS) 
Prognosis bergantung pada berat dan luasnya keterlibatan ginjal saat serangan penyakit. Pada 
anak dengan hematuria dengan/tanpa proteinuria ringan, prognosis baik, dimana kelainan yang 
dijumpai pada pemeriksaan urinalisis akan menghilang sekitar 2-4 bulan, meskipun pengamatan 
jangka panjang menunjukan 5-10% dari penderita timbul gagal ginjal kronik. 
Penderita dengan gambaran SNA dengan sindroma nefrotik saat serangan, kelainan urinalisis 
terus berlanjut, atau berkembang menjadi gagal ginjal kronik stadium lanjut. Setengahnya dapat 
terjadi GGK dalam beberapa bulan pertama dari onset, setengahnya lagi dapat terjadi GGK pada 
sekitar 5 sampai 15 tahun pengamatan. Indikator buruknya prognosis meliputi : dijumpainya 
sindroma nefrotik, hipertensi, gagal ginjal saat serangan dan terdapatnya gambaran Glomerular 
Crescents (bulan sabit) pada biopsi ginjal. 
b. Nefritis IgA 
Prognosis umumnya baik. Pada pengamatan dalam jangka waktu yang singkat tidak pernah
dijumpai terjadinya gagal ginjal progresif, meskipun kelainan urine, termasuk hematuria 
berulang biasanya menetap. Pada pengamatan jangka panjang yang dilakukan dari 1 sampai 15 
tahun, angka kejadian gagal ginjal kronik dijumpai antara 5-9%, dikaitkan dengan dijumpainya 
gambaran Glomerular Crescents pada biopsi ginjal. 
BAB III 
KESIMPULAN 
· Sindrom Nefritis Akut (SNA) / Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah suatu sindrom yang 
ditandai dengan gejala hematuria, hipertensi, edema, dan berbagai derajat insufisiensi ginjal. 
· SNA disebabkan oleh faktor infeksi (paling sering diakibatkan oleh glomerulone fritis akut 
pasca streptokokus), penyakit multisistemik (vaskulitis, SLE, Henoch-Schonlein Purpura,dll), 
penyakit ginjal lain dan Nefropati IgA. 
· Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan 
A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi 
saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan 
kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi. 
· Gejala : edema di wajah terutama kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai 
dan bisa menjadi hebat, berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena 
mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat. Gejala tidak spesifik seperti letargi, demam, 
nyeri abdomen, dan malaise. 
· Pemeriksaan penunjang : 
o Laboratorium : Darah lengkap, Urinalisa, ASTO meningkat, antibodi Dn-ase meningkat, C3 
menurun, elektrolit, BUN, kreatinin 
o Radiografi : foto thorax, EKG, USG ginjal 
· Dasar Diagnosis 
o SNA hipokomplemenemia : Hematuria (makroskopik atau mikroskopik), proteinuria, 
silinderuria terutama silinder eritrosit, dengan atau tanpa edema, hipertensi, oliguria yang timbul 
secara mendadak disertai merendahnya kadar sejumlah komplemen. 
o SNA dengan normokomplementemia : Gejala-gejala nefritis akut dengan kadar komplemen 
normal. 
· Terapi : 
o Umum : Istirahat di tempat tidur pada fase akut, misalnya bila terdapat GGA, hipertensi berat, 
payah jantung. 
o Diet rendah garam dan rendah protein jika bila kadar ureum di atas 50 gram/dl 
o Diuretik untuk edema dan hipertensi ringan, antihipertensi untuk hipertensi sedang- berat, 
Antibiotik ; Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/kali i.m. 2 x/hari,atau Penisilin V 50 mg 
/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 dosis untuk infeksi aktif. Untuk anak-anak <12 tahun : 40mg
/kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis. Apabila hipersensitif terhadap penisilin bisa diberikan eritromisin 
50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, selama 10 hari. 
· Prognosis diperkirakan > 95 % akan sembuh sempurna, tetapi 5% diantaranya mengalami 
perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. 
Pengobatan Sindrom Nefritis berat : 
Sindroma Nefrotik yang berkembang dengan cepat (Glomerulonefritis yang berkembang dengan 
cepat) adalah suatu penyakit yang jarang terjadi, dimana sebagian besar glomeruli mengalami 
kerusakan parsial sehingga terjadi gagal ginjal yang berat disertai proteinuria (protein dalam air 
kemih), hematuria (darah dalam air kemih) dan gumpalan Sel Darah Merah dalam air kemih. 
Jika hasil biopsi menunjukan bahwa penyakitnya berat, maka segera dimulai pemberian obat. 
Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan secara intravena selama 1 minggu dan selanjutnya 
diberikan per oral. 
· Dosis : 15 mg/KgBB metilprednisolone (tidak boleh melebihi 1 gram) perinfus sekitar 60-90 
menit setiap hari selama 5-6 hari. Perlu dipantau : TTV dan kadar elektrolit. Lanjutkan dengan 
metilprednisolon oral 2 mg/KgBB/hari selama 1 bulan. Lalu dosis prednisolone diberikan secara 
alternate 2 mg/KgBB/2 hari selama 1 bulan, kemudian dilanjutkan separuh dosis dengan interval 
1 bulan, setelah itu diberikan 0,2 mg/Kg/2 hari selama 1 bulan, lalu obat dihentikan. 
Bisa juga diberikan Obat Sitostatik yang bersifat imunusupresan (Obat untuk menekan aktivitas 
sistem kekebalan). 
· Siklofosfamid 
o Secara umum, siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan meningkatkan respon imun 
seluler. Siklofosfamid, selain pada bedah cangkok juga digunakan pada artritis reumatoid, 
sindrom nefrotik (terutama pada anak), dan granulomatosis Wegener. 
o Siklofosfamid mempertahankan remisi yang lebih lama dibandingkan dengan kortikosteroid 
dengan dosis : 2 – 3 mg/KgBB/hari selama 8 minggu. Alternatif : Siklofosfamid 2 
mg/KgBB/hari ditambah 30 mg prednisolon tiap 2 hari selama beberapa bulan (maks 6 bulan). 
o Efek samping : Depresi sum sum tulang; leukopenia berat terjadi pada hari ke 10-12 setelah 
pengobatan dan pemulihan pada hari 17-21; Sistitis hemoragik (20% pada anak); alopesia yang 
bersifat reversible; anoreksia; mual dan muntah; amenorea; infertilitas bila diberikan > 6 bulan; 
stomatitis; hiperpigmentasi kulit; enterokolitis; ikterus; hipoprotrombinemia; miokarditis pada 
pemberian dosis tinggi (100 mg/KgBB); bersifat teratogenik.
· Siklosporin A 
o Siklosporin A dapat dicoba pada pasien yang relaps setelah diberi siklofosfamid atau untuk 
memperpanjang masa remisi setelah pemberian kortikosteroid. 
o Dosis : 3 – 5 mg/KgBB/hari selama 6 bulan sampai 1 tahun (setelah 6 bulan dosis diturunkan 
25% setiap 2 bulan). 
o Siklosporin A dapat juga digunakan dalam kombinasi dengan prednisolon pada kasus Sindrom 
Nefritis yang gagal. 
o Efek samping : obat ini tidak menekan sum sum tulang; hiperplasia ginggival; hipertrikosis; 
hiperurisemia; hipertensi; nefrotoksik. 
Selain itu, bisa dilakukan tindakan plasma feresis, yaitu suatu prosedur untuk membuang 
antibodi dari darah penderita. 
Jika penyakit berkembang lebih lanjut, maka satu-satunya pengobatan yang efektif adalah 
dengan dialisa. Dialisa dilakukan bila terdapat komplikasi berupa adanya tanda Gagal Ginjal : 
(140 – Umur) x Berat Badan 
LFG (ml/menit/1.73 m2) = 
72 x Kreatinin Plasma (mg/dL)Rumus menghitung Laju Filtrasi Glomerolus dengan rumus 
Kockcroft-Gault : 
Tabel 1 : stadium gagal ginjal berdasarkan GFR : 
STADIUM DARI GAGAL GINJAL 
Stadium 
Deskripsi 
GFR 
(mL/mnt/1.73 m2) 
1 
Kerusakan Ginjal dengan 
≥ 90 
GFR Normal atau ↑ 
2 
Kerusakan Ginjal dengan 
60-89 
↓ GFR ringan 
3 
Kerusakan Ginjal dengan 
30-59
↓ GFR sedang 
4 
Kerusakan Ginjal dengan 
15-29 
↓ GFR berat 
5 
Gagal Ginjal 
<15 atau dialisis 
Indikasi dilakukannya dialisis : 
1. Adanya penurunan laju filtrasi ginjal (<15 ml/mnt) 
2. Adanya peningkatan kadar ureum di atas 200 μ/dL 
3. Kadar kreatinin mendekati 10 mg/dL 
4. Adanya tanda-tanda berupa overload cairan yaitu: edema, sesak napas akibat edema paru, serta 
gagal jantung 
5. Adanya sindrom uremia berupa mual, muntah, anoreksia 
6. Adanya metabolik asidosis 
7. Adanya hiperkalemia, hiperkalsemia 
Ada dua tipe utama : 
¶ Hemodialisis 
¶ Peritoneal Dialisis 
Indikasi spesifik untuk Peritoneal Dialisis : 
1. Pasien dengan ketidakstabilan sistem kardiovaskular / hemodinamik. 
2. Pasien dengan gangguan vaskuler (pada pasien diabet) 
3. Resiko tinggi dengan penggunaan anti koagulasi 
4. Pasien usia > 65 tahun atau pada anak-anak
5. Masalah sosial 
Pilihan lainnya adalah dengan pencangkokan ginjal, meskipun penyakit ini juga bisa menyerang 
ginjal yang di cangkokan. 
Prognosis : 
Prognosis tergantung kepada beratnya gejala. Jika tidak menjalani dialisa, penderita yang 
mengalami gagal ginjal akan meninggal dalam waktu beberapa minggu. Prognosis juga 
bergantung kepada penyebab dan usia penderita. Jika penyebabnya adalah penyakit autoimun, 
maka biasanya pengobatan akan mampu memperbaiki keadaan penderita. Jika penyebabnya 
tidak diketahui / usia penderita telah lanjut, maka prognosisnya lebih buruk. Sebagian besar 
penderita yang tidak menjalani pengobatan akan menderita gagal ginjal dalam waktu 2 tahun. 
 Home 
 Download Lagu 
 Riantiara Putriza 
Gromerulus Nefritis 
April 4, 2009 at 12:14 pm Tinggalkan Komentar 
diagnosa dan terapi akut glomerulonephritis 
Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala 
utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut 
albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang kesemuanya 
tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni. 
Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibanding pada 
orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari nefritis adalah 
glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi 
streptokokus. 
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan 
udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. 
Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. 
Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa 
orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi
menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut 
dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal ginjal. 
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat 
membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak 
diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 
liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan 
elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga 
bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan. 
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel 
glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal 
ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau 
sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, 
keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau 
kebocoran eritrosit. 
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya 
angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat 
kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat 
imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada 
struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem 
vaskulernya. 
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering 
mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan 
perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian 
multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah 
sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian 
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki 
dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). 
Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) 
seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, 
kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing 
sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) 
sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. 
A. Definisi 
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau 
virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. 
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam 
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamas i glomerulus yang disebabkan oleh suatu 
mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya 
korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit 
dan prognosis. 
B. Etiologi 
Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian 
atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. 
Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali 
oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi
skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya 
titer anti- streptolisin pada serum penderita. 
Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 
10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada 
yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, 
keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi 
kuman streptococcus. 
Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai 
dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini 
timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan 
bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada 
anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 
5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. 
Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan 
A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi 
saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan 
kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi. 
Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah 
hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus 
eritematosus. 
C. Patogenesis 
Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya 
kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli 
mengajukan hipotesis sebagai berikut : 
1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus 
dan kemudian merusaknya. 
2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan 
auto-imun yang merusak glomerulus. 
3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen 
yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal. 
D. Klasifikasi 
a. Congenital (herediter) 
1. Sindrom Alport 
Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang 
seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom 
alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua 
pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan 
hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita 
sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria 
mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran 
nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak 
terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
2. Sindrom Nefrotik Kongenital 
Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria massif, 
sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa 
bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering 
dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik 
(hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan 
sindrom nefrotik jenis lainnya. 
b. Glomerulonefritis Primer 
1. Glomerulonefritis membranoproliferasif 
Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak 
spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% 
pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan 
gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% 
menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai 
riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira 
glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA. 
2. Glomerulonefritis membranosa 
Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan 
dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan 
lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan 
insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian 
berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang 
dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan 
sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria 
terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%. 
3. Nefropati IgA (penyakit berger) 
Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, 
hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan 
gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan 
terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria 
makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi 
misalnya olahraga dan imunisasi. 
c. Glomerulonefritis sekunder 
Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca 
streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A 
yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis 
pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab 
mata atau sembab anasarka dan hipertensi. 
E. Manifestasi Klinis 
Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus berdasarkan 
etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus
yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun 
gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non 
glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasti. 
Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan 
penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama seperti 
misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari proteinuria massif dan 
hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sembab. 
Sumber(http://artisayang.wordpress.com/2009/04/04/gromerulus-nefritis/)

More Related Content

What's hot

gagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisgagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisryankoko11
 
Ureterolithiasis bhima
Ureterolithiasis bhimaUreterolithiasis bhima
Ureterolithiasis bhimaBhima
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakSuzika Dewi
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK Dnr Creatives
 
221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasissohapi
 
Ringkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutRingkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutUlfa Purnamasari
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaUmy Meimei
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihFahmiIkhtiar
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Rahma Setya
 
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak Charlie Windri
 
38120856 diare
38120856 diare38120856 diare
38120856 diareroropuji
 
409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasisElvira Cesarena
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Omay Khan
 
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)Millenia Rogi
 

What's hot (20)

gagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronisgagal ginjal akut dan kronis
gagal ginjal akut dan kronis
 
Ureterolithiasis bhima
Ureterolithiasis bhimaUreterolithiasis bhima
Ureterolithiasis bhima
 
Ardat AKPER PEMKAB MUNA
Ardat AKPER PEMKAB MUNAArdat AKPER PEMKAB MUNA
Ardat AKPER PEMKAB MUNA
 
glomerulonefritis anak
glomerulonefritis anakglomerulonefritis anak
glomerulonefritis anak
 
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA  NEFROTIK
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SYNDROMA NEFROTIK
 
221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis221524892 preskas-ureterolithiasis
221524892 preskas-ureterolithiasis
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Ringkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akutRingkasan gagal ginjal akut
Ringkasan gagal ginjal akut
 
Makalah arf atau gga
Makalah arf atau ggaMakalah arf atau gga
Makalah arf atau gga
 
Isk harnavi
Isk harnaviIsk harnavi
Isk harnavi
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemihInfeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih
 
Eliminasi Urine
Eliminasi UrineEliminasi Urine
Eliminasi Urine
 
Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)Gouth Athritis (Asam Urat)
Gouth Athritis (Asam Urat)
 
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak
 
38120856 diare
38120856 diare38120856 diare
38120856 diare
 
409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis409651743 nefrolithiasis
409651743 nefrolithiasis
 
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
Askep anak glomerulonefritis akut (gna)
 
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)
Penyakit pada ginjal (Albuminuria, Anuria, Glikosaria dan sbg)
 
Askep isk
Askep iskAskep isk
Askep isk
 

Similar to Nefritis dari all

Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaGangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaKhamalYusuf
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalWarnet Raha
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalWarnet Raha
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISryankoko11
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisasfar12
 
146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renal146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renalDesta Indrawan
 
cara pengobatan gagal ginjal selain operasi
cara pengobatan gagal ginjal selain operasicara pengobatan gagal ginjal selain operasi
cara pengobatan gagal ginjal selain operasicomelcomel95
 
289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasisElvira Cesarena
 
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHANPATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHANAfrizalDoc
 
Kelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresiKelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresiVJ Asenk
 
Kelainan Dan penyakit Pada Ginjal
Kelainan Dan penyakit Pada GinjalKelainan Dan penyakit Pada Ginjal
Kelainan Dan penyakit Pada GinjalDevina Alifah
 

Similar to Nefritis dari all (20)

Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi ManusiaGangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
Gangguan Pada Sistem Eksresi Manusia
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
Makalah gagal ginjal (2)
Makalah gagal ginjal (2)Makalah gagal ginjal (2)
Makalah gagal ginjal (2)
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONISGAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
GAGAL GINJAL AKUT DAN KRONIS
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
Penyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronisPenyakit gagal ginjal kronis
Penyakit gagal ginjal kronis
 
Askep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptxAskep GGA oleh herianto.pptx
Askep GGA oleh herianto.pptx
 
Ginjal
GinjalGinjal
Ginjal
 
146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renal146028713 ta-kolik-renal
146028713 ta-kolik-renal
 
cara pengobatan gagal ginjal selain operasi
cara pengobatan gagal ginjal selain operasicara pengobatan gagal ginjal selain operasi
cara pengobatan gagal ginjal selain operasi
 
Gagal ginjal
Gagal ginjalGagal ginjal
Gagal ginjal
 
Gagal ginjal-akut
Gagal ginjal-akutGagal ginjal-akut
Gagal ginjal-akut
 
Makalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjalMakalah gagal ginjal
Makalah gagal ginjal
 
289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis289520845 nefrolithiasis
289520845 nefrolithiasis
 
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHANPATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
PATHOFIS GANGGUAN PERKEMIHAN
 
Bab 1 askep gout
Bab 1 askep goutBab 1 askep gout
Bab 1 askep gout
 
Kelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresiKelainan sistem ekskresi
Kelainan sistem ekskresi
 
Kelainan Dan penyakit Pada Ginjal
Kelainan Dan penyakit Pada GinjalKelainan Dan penyakit Pada Ginjal
Kelainan Dan penyakit Pada Ginjal
 

Recently uploaded

Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxYesicaAprilliaPutriA
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntascytotec sabah
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)athahirah77
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024PUTRA ADI IRAWAN
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfYPramudiya
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfnjwahidah
 
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxKONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxErvi Suminar
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®Obat Cytotec
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899moratmaret503
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...puskesmastambakaji
 

Recently uploaded (20)

Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
 
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
 
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
 
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptxKONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
KONSEP PEMASANGAN NASO GASTRIC TUBE (NGT) .pptx
 
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
∆×@ OBAT PENGGUGUR MALAYSIA §™{^¥ +6287776558899 §°™ ABORSI JANIN MALAYSIA §✓{®
 
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan atau obat aborsi Situbondo 087776558899
 
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 

Nefritis dari all

  • 1. Sumber http://www.indosiar.com/ragam/nefritis-infeksi- ginjal-yang-timbul-tiba-tiba_ 21445.html Nefritis, Infeksi Ginjal Yang Timbul Tiba-tiba Berita HOT:  Karangan Bunga Terus Mengalir ke Rumah Duka indosiar.com - Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Beberapa penyakit yang terjadi pada ginjal adalah gagal ginjal dan peradangan ginjal. Gagal Ginjal terbagi dua yaitu Gagal ginjal akut (GGA) dan Gagal ginjal kronik (GGK). Sementara Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Infeksi ginjal (Nefritis), hampir selalu dimulai dengan infeksi saluran kemih bagian bawah. Nefritis tubulointerstisialis akut adalah gagal ginjal yang timbul secara tiba-tiba, yang disebabkan oleh kerusakan pada tubulus renalis dan jaringan di sekitarnya. Bisa juga disebabkan obat-obatan, dimana penderita mengalami alergi atau keracunan obat. Keracunan bisa terjadi akibat obat-obat tertentu, misalnya amfoterisin b dan aminoglikosida. Reaksi alergi bisa terjadi pada pemakaian penisilin, golongan sulfa, diuretik dan obat anti peradangan non-steroid (termasuk aspirin). Gejalanya sangat bervariasi. Beberapa penderita mengalami gejala-gejala infeksi saluran kemih seperti : - demam - nyeri ketika berkemih - nanah di dalam air kemih - nyeri di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul. Penderita lainnya menunjukkan sedikit gejala, tetapi pemeriksaan laboratorium menunjukkan tanda-tanda dari gagal ginjal.
  • 2. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. Kalau punggung penderita nefritis disentuh sedikit saja, ia akan melompat kesakitan. Meskipun terinfeksi, ginjal lazim-nya bekerja terus. Apabila hanya satu ginjal saja yang terinfeksi, rasa sakitnya akan berada di satu sisi saja, meluas sampai ke pangkal paha. Rasa sakit itu timbul karena sel-sel sistem kekebalan tubuh menyerang dan membunuh bakteria, sambil menimbulkan pera-dangan dan demam, kadang- kadang sampai 40° C. Kaum perempuan ternyata lebih berisiko terkena infeksi ginjal ketimbang laki-laki. Penyebabnya karena letak anatomis saluran air mereka. Para perempuan memiliki uretra yang amat pendek, yang membuat bakteri amat mudah masuk ke kandung kemih. Diagnosa Urinalisis (analisa air kemih) menunjukkan adanya sedikit protein, kadang ditemukan sel darah merah, nanah atau sel-sel tubulus renalis. Eosinofil (sejenis sel darah putih) jarang ditemukan dalam air kemih, tetapi jika terdapat eosinofil, maka hampir bisa dipastikan bahwa penyebabnya adalah reaksi alergi. Untuk memperkuat diagnosis dilakukan biopsi ginjal. Pengobatan Meskipun terbentuk jaringan parut, fungsi ginjal biasanya kembali normal setelah pemakaian obat penyebabnya dihentikan. Jika penyebabnya adalah reaksi alergi, maka pemberian kortikosteroid bisa mempercepat pemulihan fungsi ginjal. Infeksi saluran kencing merupakan pintu menuju infeksi ginjal, sebab itu usahakan agar saluran kencing itu bersih, tidak terpapar bakteri, yang misalnya pada kaum perempuan, umumnya didapat dari kotoran yang keluar dari anus, yang masuk ke lubang saluran kencing. Bagi kaum lelaki yang sudah berusia di atas 50 tahun, usahakan memeriksakan prostat sekali setahun.(berbagai sumber/Idh)
  • 3. Penyebab Nefritis(sumber http://www.spesialis.info/?penyebab-nefritis,627) DEFINISI Nefritis adalah peradangan ginjal. PENYEBAB Peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefritis atau suatu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara: 1. Suatu antibodi dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal 2. Antigen dan antibodi bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian menempel pada sel-sel di dalam ginjal. GEJALA Tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria (protein di dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya reaksi kekebalan. NEFRITIS atau Peradangan Ginjal(https://www.facebook.com/note.php?note_id=191650 494190564) oleh Tahitian Noni Jus pada 21 Februari 2011 pukul 7:24 · NEFRITIS atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni.
  • 4. Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi streptokokus. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal. Nefrosis adalah suatu jenis nefritis yang ditandai dengan penurunan kondisi pembuluh-pembuluh pada ginjal. Nefrosis murni sangat jarang dijumpai. Yang lebih sering ditemui adalah yang berhubungan dengan glomerulonefritis atau penyakit-penyakit lain yang menyerang ginjal. Akan tetapi, istilah nefrosis masih digunakan bagi gejala yang ditunjukkan oleh timbulnya udema. Jumlah albumin yang berlebihan pada air seni, kolesterol yang berlebihan pada darah dan pengeluaran air seni yang relatif normal.
  • 5. Nefrosklerosis atau pengerasan pembuluh arteri yang menuju ke ginjal, adalah suatu kelainan yang ditunjukkan dengan adanya albumin dalam air seni. Zat-zat tertentu serta terkadang dijumpai sel darah merah atau putih dalam darah (hematuria), terkadang disertai penyakit hipertensi. Pada intinya adalah terjadinya pengerasan dari pembuluh arteri kecil pada ginjal, disertai terjadinya pengerutan pada glomeruli dan perubahan patologis pada jaringan yang koyak atau luka. Batu Ginjal. Batu (kalkulus) ginjal dapat terbentuk dari timbunan kristal pada air seni pada ginjal atau pelvis ginjal. Seringkali batu ini tersusun atas kalsium oksalat. Terjadinya infeksi atau buang air kecil kurang teratur dapat mempengaruhi pembentukan batu ginjal. Kadang munculnya batu ginjal terjadi di saat kadar kalsium dalam darah meninggi secara tidak normal, juga jika kelenjar paratiroid kelebihan memproduksi air seni. Terkadang, batu tersebut dapat terbentuk ketika tingkat asam urat dalam darah terlalu tinggi, biasanya karena terlalu banyak makan daging. Terlalu banyak mengkonsumsi kalsium dan oksalat serta kurang minum sering diasosiasikan dengan pembentukan batu ginjal ini. Pada banyak kasus yang ada, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Batu ginjal dapat menyebabkan peradangan infeksi, pendarahan, sakit pada saat buang air kecil, atau kencing tidak lancar. Batu yang kecil cenderung mengalir menuju kandung kemih melalui ureter, biasanya diikuti rasa sakit bagi penderitanya. Kolik, nyeri yang ‘amat sangat’ dirasakan penderita, yang disebabkan oleh batu biasanya membutuhkan satu atau lebih suntikan penahan rasa sakit. Rasa sakit dapat muncul tiba-tiba sehabis berolah raga. Ketika batu telah berada di dalam kandung kemih, biasanya hanyut bersama air seni begitu saja dan rasa sakit hilang begitu saja. Jika batunya terlalu besar, maka perawatan lanjutan akan diperlukan. Baik berupa operasi atau litotripsi, yakni suatu prosedur yang mempergunakan kejutan gelombang listrik untuk memecahkan batu tersebut. Uraemia adalah keracunan yang disebabkan oleh akumulasi zat-zat buangan tubuh yang tidak dapat diuraikan oleh ginjal. Terjadi biasanya pada tahap akhir dari penyakit ginjal kronis dan ditunjukkan oleh kelelahan, sakit kepala, rasa mual, dan sulit tidur, kejang-kejang, pingsan mendadak, dan koma.
  • 6. Pielonefritis adalah infeksi ginjal karena bakteri. Pielonefritis akut seringkali disertai demam, rasa dingin, pedih pada bagian yang sakit, sering buang air kecil, dan sensasi seperti terbakar saat buang air kecil. Pielonefritis kronis terjadi secara bertahap, biasanya tanpa gejala dan penyakit ini dapat mengarah pada kerusakan ginjal dan uraemia. Penyakit ini lebih umum dijumpai pada wanita dibanding pada laki-laki dan sering terjadi pada penderita diabetes. Pencegahan dan Penyembuhan Pencegahan dan pengobatan/penyembuhan terhadap peradangan ginjal sangat dimungkinkan untuk saat ini. Terapi dengan produk herbal sudah menjadi pilihan banyak pasien, selain harganya lebih murah juga tanpa efek samping (beresiko sangat kecil). Penelitian secara medis terhadap Tahitian Noni Juice dengan sisrem Double Blind, Placebo Controlled telah menghasilkan 14 Human Clinical Trials/Studies dan lebih dari 52 adalah Hak Paten tentang Penyembuhan. Diantara Hak Paten Penyembuhan tersebut yang berhubungan dengan proses penyembuhan penyakit ginjal (WO 2002/043664) REDUCING CELLULAR DAMAGE IN THE HUMAN BODY http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 -10&SORT=41300516- KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1331808&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& SEARCH_IA=US2001047203&QUERY%28WO+AND+2002%2F043664%29+ (WO 2006/050012) MORINDA CITRIFOLIA BASED COMPOSITIONS AND METHODS FOR INHIBITING XANTHINE OXIDASE http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 -10&SORT=41294496- KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1498913&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT=
  • 7. 1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& SEARCH_IA=US2005038727&QUERY%28WO+AND+2006%2F050012%29+ (WO 2005/086935) METHODS AND COMPOSITIONS FOR INHIBITING ANGIOTENSIN CONVERTING AND CHYMASE ENZYMES http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 -10&SORT=41295683- KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1785582&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& SEARCH_IA=US2005008065&QUERY%28WO+AND+2005%2F086935%29+ (WO/2002/045734) TAHITIAN NONI JUICE ON COX-1 AND COX-2 AND TAHITIAN NONI JUICE AS A SELECTIVE COX-2 INHIBITOR http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=2002045734 (WO/2007/064607) FORMULATION AND METHODS FOR USE OF MORINDA CITRIFOLIA SEED OIL http://www.wipo.int/pctdb/en/wo.jsp?wo=2007064607 (WO/2006/104892) MORINDA CITRIFOLIA BASED ANTIFUNGAL FORMULATIONS AND METHODS http://www.wipo.int/pctdb/en/fetch.jsp?LANG=ENG&DBSELECT=PCT&SERVER_TYPE=19 -10&SORT=41288568- KEY&TYPE_FIELD=256&IDB=0&IDOC=1518269&C=10&ELEMENT_SET=B&RESULT= 1&TOTAL=1&START=1&DISP=25&FORM=SEP-0%2FHITNUM%2CB-ENG% 2CDP%2CMC%2CAN%2CPA%2CABSUM-ENG& SEARCH_IA=US2006010798&QUERY%28WO+AND+2006%2F104892%29+ Sangat dianjurkan mengkonsumsi Tahitian Noni Bioactive Beverage sebagai sarana tindakan pencegahan.
  • 8. Dunia Coass (http://dp-coass. blogspot.com/2010/05/sna-pada-anak. html)  '.' Username: Password: (?) Archive o ▼ 2010 (3)  ▼ Mei (3)  Kejang Demam  SNA pada anak  STROKE What is Stroke? Is there any treatment? Wh... About Me DP Lihat profil lengkapku newsreel Apple Google Microsoft Time Inc. to Sell Its Magazines on Apple's Newsstand New York Times Changing direction, Time Inc. will now work along with Apple to put its magazines on tablets and other devices. Related Articles »
  • 9. WWDC 2012: Apple's show satisfies, but is it saving real fireworks ... Washington Post The computer giant surely satisfied with its new hardware and software offerings at WWDC, but some believe it's holding back until it's ready to unveil a new ... Related Articles » New MacBook Pro Review: Screens Don't Get... ABC News After 20 minutes of using Apple's new MacBook Pro with Retina Display, I switched back to my own six-month-old MacBook Pro to send an email. But when I ... Related Articles » '.Apple,' '.auto' among Internet suffixes proposed BusinessWeek Proposals for Internet addresses ending in ".pizza," ".space" and ".auto" are among the nearly 2000 submitted as part of the largest expansion in the online ... Related Articles » powered by Pengikut online GuestBook Health Tip of The Day SNA pada anak 12:11 Edit This 0 Comments »
  • 10. BAB I PENDAHULUAN Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis. Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya. Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sindrom Nefritis Akut (SNA) adalah sekumpulan gejala-gejala yang timbul secara mendadak, terdiri atas hematuria, proteinuria, silinderuria (terutama silinder eritrosit), dengan atau tanpa disertai hipertensi, edema, gejala-gejala dari kongesti vaskuler atau gagal ginjal akut, sebagai akibat dari suatu proses peradangan yang ditimbulkan oleh reaksi imunologik pada ginjal yang secara spesifik mengenai glomeruli. Penyakit ini paling sering diakibatkan oleh glomerulonefritis akut pasca streptokokus, oleh karena itu istilah sindrom nefritis akut sering disamakan dengan glomerulonefritis akut. Sindrom nefritis akut merupakan kelainan ginjal yang disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh inflamasi dan proliferasi jaringan glomerular, sehingga mengakibatkan kerusakan pada membran basal, mesangium, atau endotel kapiler. Gambar 1. Struktur Anatomi dari Ginjal Etiologi 1. Faktor Infeksi a. Nefritis yang timbul setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus (Glomerulonefritis Akut
  • 11. Pasca Streptokokus). Sindroma nefritik akut bisa timbul setelah suatu infeksi oleh streptokokus, misalnya strep throat (radang tenggorokan). Kasus seperti ini disebut glomerulonefritis pasca streptokokus. Glomeruli mengalami kerusakan akibat penimbunan antigen dari gumpalan bakteri streptokokus yang mati dan antibodi yang menetralisirnya. Gumpalan ini membungkus selaput glomeruli dan mempengaruhi fungsinya. Nefritis timbul dalam waktu 1-6 minggu (rata-rata 2 minggu) setelah infeksi dan bakteri streptokokus telah mati, sehingga pemberian antibiotik akan efektif. b. Nefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik lain : endokarditis bakterialis subakut dan Shunt Nephritis. Penyebab post infeksi lainnya adalah virus dan parasit, penyakit ginjal dan sistemik, endokarditis, pneumonia. Bakteri : diplokokus, streptokokus, staphylokokus. Virus : Cytomegalovirus, coxsackievirus, Epstein-Barr virus, hepatitis B, rubella. Jamur dan parasit : Toxoplasma gondii, filariasis, dll. 2. Penyakit multisistemik, antara lain : a. Lupus Eritematosus Sistemik b. Purpura Henoch Schonlein (PHS) 3. Penyakit Ginjal Primer, antara lain : a. Nefropati IgA Patofisiologi Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alasan timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi skarlatina, diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita. Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus. Patogenesis yang mendasari terjadinya GNAPS masih belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan pemeriksaan imunofluorosensi ginjal, jelas kiranya bahwa GNAPS adalah suatu glomerulonefritis yang bermediakan imunologis. Pembentukan kompleks-imun in situ diduga sebagai mekanisme patogenesis glomerulonefritis pascastreptokokus. Hipotesis lain yang sering disebut adalah neuraminidase yang dihasilkan oleh streptokokus, merubah IgG menjadi autoantigenic. Akibatnya, terbentuk autoantibodi terhadap IgG yang telah berubah tersebut. Selanjutnya terbentuk komplek imun dalam sirkulasi darah yang kemudian mengendap di ginjal.
  • 12. Streptokinase yang merupakan sekret protein, diduga juga berperan pada terjadinya GNAPS. Sreptokinase mempunyai kemampuan merubah plaminogen menjadi plasmin. Plasmin ini diduga dapat mengaktifkan sistem komplemen sehingga terjadi cascade dari sistem komplemen. Pada pemeriksaan imunofluoresen dapat ditemukan endapan dari C3 pada glomerulus, sedang protein M yang terdapat pada permukaan molekul, dapat menahan terjadinya proses fagosistosis dan meningkatkan virulensi kuman. Protein M terikat pada antigen yang terdapat pada basal membran dan IgG antibodi yang terdapat dalam sirkulasi. Gambar 2. Patofisiologi Kerusakan Ginjal Pada GNAPS, sistem imunitas humoral diduga berperan dengan ditemukannya endapan C3 dan IgG pada subepitelial basal membran. Rendahnya komplemen C3 dan C5, serta normalnya komplemen pada jalur klasik merupakan indikator bahwa aktifasi komplemen melalui jalur alternatif. Komplemen C3 yang aktif akan menarik dan mengaktifkan monosit dan neutrofil, dan menghasilkan infiltrat akibat adanya proses inflamasi dan selanjutnya terbentuk eksudat. Pada proses inflamasi ini juga dihasilkan sitokin oleh sel glomerulus yang mengalami injuri dan proliferasi dari sel mesangial. Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya. 2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus. 3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal. Kompleks imun atau anti Glomerular Basement Membrane (GBM) antibodi yang mengendap/berlokasi pada glomeruli akan mengaktivasi komplemen jalur klasik atau alternatif dari sistem koagulasi dan mengakibatkan peradangan glomeruli, menyebabkan terjadinya : 1. Hematuria, Proteinuria, dan Silinderuria (terutama silinder eritrosit) 2. Penurunan aliran darah ginjal sehingga menyebabkan Laju Filtrasi Ginjal (LFG) juga menurun. Hal ini berakibat terjadinya oligouria dan terjadi retensi air dan garam akibat kerusakan ginjal. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema, hipervolemia, kongesti vaskular (hipertensi, edema paru dengan gejala sesak nafas, rhonkhi, kardiomegali), azotemia, hiperkreatinemia, asidemia, hiperkalemia, hipokalsemia, dan hiperfosfatemia semakin nyata, bila LFG sangat menurun. 3. Hipoperfusi yang menyebabkan aktivasi sistem renin-angiotensin. Angiotensin 2 yang bersifat vasokonstriktor perifer akan meningkat jumlahnya dan menyebabkan perfusi ginjal semakin menurun. Selain itu, LFG juga makin menurun disamping timbulnya hipertensi. Angiotensin 2 yang meningkat ini akan merangsang kortek adrenal untuk melepaskan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan garam ginjal dan akhirnya terjadi hipervolemia dan hipertensi.
  • 13. Bentuk Klinik 1. SNA dengan hipokomplemenemia, dapat asimtomatik atau simtomatik, termasuk kelompok ini adalah : a. Glomerulonefritis Akut pasca infeksi streptokokus. b. Glomerulonefritis yang berhubungan dengan infeksi sistemik, seperti : i. Endokarditis bakterialis akut / subakut ii. Shunt nefritis c. Glomerulonefritis proliferatif membranosa d. Nefritis yang berhubungan dengan Lupus Eritematosus Sistemik (Nefritis Lupus) 2. SNA dengan normokomplemenemia (dapat asimtomatik atau simtomatik). Termasuk kelompok ini adalah : a. Nefritis yang berhubungan dengan PHS (Purpura Henoch-Schonlein) b. Nefropati IgA Gejala Klinik SNA sering terjadi pada anak laki-laki usia 2-14 tahun, gejala yang pertama kali muncul adalah penimbunan cairan disertai pembengkakan jaringan (edema) di sekitar wajah dan kelopak mata (infeksi post streptokokal). Pada awalnya edema timbul sebagai pembengkakan di wajah dan kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat. Berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat. Gejala tidak spesifik seperti letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise. Gejalanya : - Hematuria baik secara makroskopik maupun mikroskopik. Gross hematuria 30% ditemukan pada anak-anak. - Oliguria - Edema (perifer atau periorbital), 85% ditemukan pada anak-anak ; edema bisa ditemukan sedang sampai berat. - Sakit kepala, jika disertai dengan hipertensi. - Dyspnea, jika terjadi gagal jantung atau edema pulmo; biasanya jarang. - Flank pain - Kadang disertai dengan gejala spesifik ; mual dan muntah, purpura pada Henoch- Schoenlein, artralgia yang berbuhungan dengan systemic lupus erythematosus (SLE). Pemeriksaan Fisik : Pada pasien dengan SNA, pemeriksaan fisik dan tekanan darah kadang dalam batas normal; tetapi kebanyakan pada pemeriksaan ditemukan adanya edema, hipertensi, dan oliguria. - Edema sering pada daerah muka, terutama daerah periorbital - Hipertensi sering ditemukan pada 80% kasus SNA - Hematuria, baik pada pemeriksaan makroskopik atau mikroskopik - Skin rash - Kelainan neurologis ditemukan pada kasus hipertensi malignant atau hipertensi encepalopaty. - Artritis - Tanda-tanda lain :
  • 14. -Faringitis -Impetigo -ISPA -Murmur (menunjukan adanya endokarditis) -Nyeri perut -Kenaikan berat badan -Purpura palpebra pada pasien dengan Henoch Schoenlein purpura Pemeriksaan Penunjang : Laboratorium · Darah Lengkap o Hemoglobin bisa menurun karena hemodilusi o Adanya pleocitosis jika disebabkan oleh infeksi · Elektrolit, BUN dan kreatinin ( untuk mengetahui fungsi filtrasi glomerolus): BUN dan kreatinin akan menunjukan kompresi ginjal. · Urinalisa o Urin gelap o Berat jenis urin lebih dari 1020 osm o Eritrosit ditemukan dalam urin o Proteinuria o Silinderuria Gambar 3. Gross Hematuria (kiri), urin tampak seperti air cucian daging Gambar 4. Silinder Leukosit Gambar 5. Silinder Eritrosit Gambar 6. Silinder Granular (Protein) Gambar 7. Silinder Lemak · Test Streptozyme ; dengan menggunakan banyak antigen streptokokus yang sensitif untuk screening tetapi tidak secara kuantitatif. · ASTO (anti streptolysin type O), Secara kuantitatif titer meningkat pada 60-80% pasien SNA (>dari 100 kesatuan Todd) o Mulai meningkat pada 1-3 minggu pertama, mencapai puncak pada 3-5 minggu berikutnya, dan kembali normal pada minggu ke 6 o Anti streptolysin type O (ASTO) tidak berhubungan dengan berat, lama dan prognosis dari penyakit ginjal o Peningkatan titer anti streptolision O (ASTO) dapat menyatakan adanya antibodi terhadap organisme streptokokus. · Komplemen (C1, C3, C4 dan CH50); pada GNAPS C3 menurun < 50 mg/dl. · Antibodi DN-ase B meningkat · Sedimen eritrosit biasanya meningkat · Kreatinin plasma atau urin lebih dari 40 μg/dL · Kultur darah : o Pada pasien dengan demam, imunosupresi, ada riwayat penggunaan obat IV, kateter. o Pada kultur darah bisa ditemukan hipertriglyceridemia, penurunan laju filtrasi glomerolus, atau anemia. Pencitraan
  • 15. · Radiografi : o Foto thorak diperlukan pada pasien dengan batuk, dengan atau tanpa hemoptysis. o Foto abdomen diperlukan pada suspek abses viseral, atau abses dada. · Echocardiografi pada pasien dengan murmur, atau positif adanya endokarditis pada kultur darah atau efusi perikardial. · Ultrasonografi ginjal untuk mengevaluasi ukuran ginjal, untuk mengetahui adanya fibrosis. Ukuran ginjal kurang dari 9 cm menandakan adanya luka dan kemungkinan kecil untuk kembali seperti semula. Diagnosis Dasar Diagnosis : 1. SNA hipokomplemenemia : a. Hematuria (makroskopik atau mikroskopik), proteinuria, silinderuria (terutama silinder eritrosit) dengan atau tanpa edema, hipertensi, oligouria yang timbul secara mendadak disertai merendahnya kadar sejumlah komplemen. b. SNA hipokomplemenemia asimtomatik Hanya menunjukan kelainan urinalisis minimal (hematuria mikrokopik, silinder eritrosit, proteinuria trace atau +1) tanpa gejala lain. c. SNA dengan hipokomplemenemia simtomatik Adanya kelainan urinalisis yang nyata dengan gejala-gejala. 2. SNA dengan normokomplemenemia Adanya gejala-gejala nefritis akut dengan kadar komplemen normal. Diagnosis Banding o Hematuria idiopatik o Nefropati IgA o Glomerulonefritis kronik eksaserbasi akut o Nefritis herediter o Sistemik Lupus Eritematosus o Henoch-Scholein Purpura Langkah Diagnostik Cari penyebab dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang : 1. Penyebab SNA dengan hipokomplemenemia : a. GNAPS Dicurigai sebagai penyebab SNA tanpa gejala bila pada anamnesis dijumpai riwayat kontak dengan keluarga yang menderita GNAPS (pada suatu epidemi). Kelainan urinalisis minimal. ASTO > 200 IU. Titer C3 rendah (80mg/dL). Dicurigai sebagai penyebab SNA dengan gejala bila ditemukan riwayat ISPA atau infeksi UTI seperti cucian daging, dengan atau tanpa disertai oligouria. Sembab pada muka sewaktu bangun tidur, kadang-kadang ada keluhan sakit kepala. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai adanya edema, hipertensi, kadang-kadang gejala kongestif vaskuler (sesak, edema paru, kardiomegali), atau gejala-gejala gabungan sistem saraf pusat (penglihatan kabur, kejang, penurunan kesadaran). Hasil urinalisis menunjukan hematuria, proteinuria (2+), silinderuria. Gambaran kimia darah menunjukan kadar BUN, kreatinin serum, dapat normal atau meningkat; Elektrolit darah (Na, K, Ca, P, Cl) dapat normal atau sedikit
  • 16. rendah; Kadar Globulin biasanya normal. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan biakan apusan tenggorok / keropeng kulit positif untuk kuman Streptococcus Beta Hemolyticus atau ASTO > 200 IU. Hematuria, proteinuria, dan silinderuria. Kadar CH50 dan C3 rendah (<80 mg/dL), yang pada evaluasi lebih lanjut menjadi normal. Sekitar 6-8 minggu dari onset penyakit, kadar C4 biasanya normal. Gambar 8. Pada biopsi ginjal didapatkan adanya proliferasi sel mesangial. b. Endokarditis bakterialis subakut Dicurigai sebagai penyebab SNA bila pada anamnesis didapatkan riwayat panas lama, adanya penyakit jantung kongenital / didapat yang diikuti oleh kemih berwarna seperti coca cola (hematuria makroskopik). Pada pemeriksaan fisik ditemukan panas, rash, sesak, kardiomegali, takikardia, suara bising jantung, hepatosplenomegali, artritis, hipertensi jarang dijumpai. Pada urinalisis, dapat ditemukan hematuria, proteinuria, atau kelainan pada sedimen urine, berupa hematuria mikroskopik, lekosituria, silinderuria. Fungsi ginjal lazimnya mengalami gangguan (BUN dan kreatinin serum). Gambaran darah tepi berupa leukositosis. LED meningkat. CRP (+), titer komplemen C3 dan C4 menurun, kadang-kadang ditemukan pula peningkatan titer faktor reumatoid, kompleks imun dan krioglobulin dalam serum. Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan di atas disertai kultur darah (+) terhadap kuman penyebab infeksi dan pada ekokardiografi dijumpai vegetasi pada katup jantung. c. Shunt Nephritis Diagnosis dibuat berdasarkan adanya riwayat pemasangan shunt atrio-ventrikulo-atrial / peritoneal untuk penanggulangan hidrosefalus, panas lama, muntah, sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang-kejang, penurunan kesadaran. Pada pemeriksaan fisik dijumpai hidrosefalus dengan shunt yang terpasang, suhu tubuh meninggi, hipertensi, edema, kadang-kadang dengan asites dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Urinalisis menunjukkan hematuria, proteinuria, silinderuria, fungsi ginjal biasanya terganggu. Kadar total protein dan albumin serum biasanya rendah. Kultur yang diperoleh dari shunt yang terinfeksi (+). d. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) Diagnosis SLE ditegakkan berdasarkan : Keluhan yang dijumpai pada anamnesis dapat berupa : panas lama, berat badan turun, anoreksia, nausea, muntah, sakit kepala, depresi, psikosis, kejang, sakit sendi, ruam pada kulit. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan : Alopesia, butterfly rash, discoid lupus photosensitivity, ulkus pada mulut / nasofaring, pleuritis, perikarditis, hepatitis, nyeri abdomen, asites, splenomegali. Pemeriksaan laboratorium : Darah tepi : Anemia normositik normokrom, retikulositosis, trombositopenia, leukopenia, waktu protrombin / waktu tromboplastin partial biasanya memanjang. Imunoserologis : Uji Coomb (+), Sel LE (+). Diagnosis dari nefritis lupus ditegakkan berdasarkan kelainan diatas, dengan gambaran biopsi ginjal, mulai dari yang ringan berupa GN proliferatif fokal ringan sampai yang berat berupa proliferatif difusa. Gambar 9. Pada histopatologi terdapat gambaran bentuk bulan sabit pada sebelah dalam kapsula Bowman dan terdiri dari : sel-sel epitel kapsul yang berproliferasi, fibrin, bahan seperti
  • 17. membrana basalis, serta makrofag. Rangsangan untuk pembentukan bulan sabit diduga adalah endapan fibrin dalam ruang Bowman, sebagai akibat nekrosis / gangguan dinding kapiler glomerolus. 2. Penyebab SNA dengan normokomplemenemia : a. Purpura Henoch-Schonlein (PHS) Diagnosa PHS sebagai peyebab SNA ditegakkan berdasarkan riwayat ruam pada kulit, sakit sendi dan gangguan gastrointestinal (mual, muntah, nyeri abdomen, diare berdarah atau melena) dan serangan hematuria. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai edema, hipertensi, ruam pada daerah bokong, bagian ekstensor dan ekstremitas bawah, athralgia/arthritis, nyeri abdomen. Pada urinalisis dijumpai hematuria, proteinuria, dan silinderuria. BUN dan kreatinin serum dapat normal atau meningkat tergantung dari beratnya kerusakan ginjal. Pada kerusakan ginjal berat dapat terjadi penurunan fungsi ginjal yang progresif yang ditunjukkan dengan meningkatnya kadar ureum dan kreatinin serum. Kadar protein total, albumin, kolesterol, dapat normal, atau menyerupai gambaran sindroma nefrotik. ASTO biasanya normal sedang kadar C3 dan C4 tidak merendah. Uji anti nuclear antibodies negatif. Trombosit, waktu protrombin, dan tromboplastin normal. Pada PHS dengan kelainan ginjal berat, biopsi ginjal perlu dilakukan untuk melihat morfologi dari glomeruli, pengobatan dan untuk keperluan prognosis. Gambar 10. Penderita PHS b. Nefropati IgA Kecurigaan kearah nefropati IgA pada seorang anak dibuat bila timbulnya serangan hematuria makroskopik secara akut dipicu oleh suatu episode panas yang berhubungan dengan ISPA. Hematuria makroskopik biasanya bersifat sementara dan menghilang bila ISPA mereda, namun akan berulang kembali bila penderita mengalami panas yang berkaitan dengan ISPA. Diantara 2 episode, biasanya penderita tidak menunjukkan gejala, kecuali hematuria mikroskopik dengan proteinuria ringan masih ditemukan pada urinalisis. Edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal biasanya tidak ditemukan. Kadar IgA serum biasanya meningkat pada 10-20% dari jumlah kasus yang telah dilaporkan, kadar komplemen (C3 dan C4) dalam serum biasanya normal. Diagnosis pasti biasanya dibuat berdasarkan biopsi ginjal. Gambar 11. (Kiri) Gambaran fluoresen dari deposit IgA di sel Mesangial. (Kanan) Deposit IgA dengan pewarnaan PAS. Penatalaksanaan Semua SNA simtomatik perlu mendapat perawatan. Pengobatan ditujukan terhadap penyakit yang mendasarinya dan komplikasi yang ditimbulkannya.1 · Tindakan umum : Istirahat di tempat tidur sampai gejala edema dan kongesti vaskuler (dispneu, edema paru, kardiomegali, hipertensi) menghilang. · Diit :
  • 18. Masukan garam (0,5-1 gr/hari) dan cairan dibatasi selama edema, oligouria atau gejala vaskuler dijumpai. Protein dibatasi (0,5/KgBB/hari) bila kadar ureum diatas 50 gr/dL. · Pengobatan terhadap penyakit penyebab : 1. GNAPS tanpa komplikasi berat :1 · Diuretika Untuk penanggulangan edema dan hipertensi ringan disamping diit rendah garam, diberikan furosemide (1-2) mg/KgBB/hari oral dibagi atas 2 dosis sampai edema dan tekanan darah turun. · Antihipertensif Bila hipertensi dalam derajat sedang samapi berat disamping pemberian diuretika ditambahkan obat antihipertensif oral (propranolol atau kaptopril). · Antibiotika Penisilin Prokain (PP) 50.000 U/KgBB/hari atau eritromisin oral 50 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis selama 10 hari untuk eradikasi kuman. 2. GNAPS dengan komplikasi berat : · Kongesti vaskuler (edema paru, kardiomegali, hipertensi) o Pemberian oksigen o Diuretika furosemide parenteral (1-2 mg/KgBB/kali) o Antihipertensif oral (kaptopril 0,3 mg/KgBB/kali 2-3 kali pemberian/hari) o Bila disertai gagal jantung kongestif yang nyata dapat dipertimbangkan pemberian digitalis · Gagal Ginjal Akut o Ensefalopati hipertensif Labetalol (Normodyne)2 Dosis dewasa ; 20mg IV microdrip labetalol hydrochloride injeksi perlahan selama 2 menit Dosis anak ; dosis yang disarankan 0.4 -1mg/kg/jam IV; tidak lebih dari 3 gr o Glomerulonefritis progresif cepat (GN kresentik) : merupakan bentuk GNAPS berat yang ditandai serangan hematuria makroskopik, perburukan fungsi ginjal yang berlangsung cepat dan progresif, dan pada biopsi ginjal dijumpai gambaran glomerular crescents. o Disamping penanggulangan hipertensi dan gagal ginjal diberikan pula pulse methylprednisolone : Ø 15 mg/KgBB metil prednisolone (tidak boleh melebihi 1 gram) perinfus sekitar 60-90 menit setiap hari selama 5-6 hari. Perlu dipantau : TTV dan kadar elektrolit. Ø Lanjutkan dengan metilprednisolon oral 2 mg/KgBB/hari selama 1 bulan. Ø Lalu dosis prednisolone diberikan secara alternate 2 mg/KgBB/2 hari selama 1 bulan, kemudian dilanjutkan separo dosis dengan interval 1 bulan, setelah itu diberikan 0,2 mg/Kg/2 hari selama 1 bulan, lalu obat dihentikan. o Tindak lanjut : Ø Timbang berat badan 2 kali seminggu Ø Ukur masukan cairan dan diuresis setiap hari Ø Ukur tekanan darah 3 kali sehari selama hipertensi masih ada, kemudian 1 kali sehari bila tekanan darah sudah normal. Ø Pemeriksaan darah tepi dilakukan pada saat penderita mulai dirawat, diulangi 1 kali seminggu atau saat penderita mau dipulangkan. Urinalisis minimal 2 kali seminggu selama perawatan. Perlu dilakukan biakan urine untuk mencari kemungkinan adanya ISK. Bila ditemukan, diobati sesuai dengan hasil sensitifitas. Ø Kimia darah saat dirawat dan waktu dipulangkan. Pada penderita dengan komplikasi berat
  • 19. pemeriksaan kimia darah, terutama ureum/kreatinin dan elektrolit lebih sering dilakukan. Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara serial, sedang foto toraks diulangi bila gejala-gejala kongesti vaskuler sudah menghilang atau pada saat penderita mau dipulangkan. Pemeriksaan funduskopi secara serial perlu dilakukan bila penderita datang dengan hipertensi berat atau dengan gejala ensefalopati. Ø Biopsi ginjal dilakukan berdasarkan indikasi terjadinya perburukan faal ginjal secara cepat dan progresif. o Idikasi Pulang : Ø Keadaan penderita baik, gejala-gejala SNA menghilang. Ø Pengamatan lebih lanjut perlu dilakukan di poli khusus ginjal anak minimal 1 kali 1 bulan selama 1 tahun. Bila pada pengamatan ASTO (+) dan C3 masih rendah setelah 8 minggu dari onset, proteinuria masih + setelah 6 bulan dan hematuria mikroskopik masih dijumpai setelah 1 tahun, atau fungsi ginjal menurun secara insidius progresif dalam waktu beberapa minggu atau bulan kemungkinan penyakit jadi kronik, perlu dilakukan biopsi ginjal. 3. Endokarditis bakterialis akut/subakut : · Pengobatan ditujukan terhadap endokarditis dan penyakit yang ditimbulkannya. 4. Shunt Nephritis : · Pengobatan ditujukan terhadap kuman penyebab dan mengangkat shunt yang terinfeksi terhadap komplikasi dari shunt nephritis. o AB diberikan sesuai dengan tes sensitivitas o Atasi gejala yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intra kranial. o Bila dijumpai gejala ensefalopati hipertensif atau GGA, segera diatasi. · Indikasi Pulang : o Keadaan anak baik, gejala-gejala dari nefritis minimal, komplikasi yang terjadi terkontrol dengan baik. Untuk evaluasi, perlu kontrol berobat jalan ke poli khusus ginjal / neurologi anak paling kurang sekali sebulan. 5. Nefritis yang berhubungan dengan Lupus Eritematosus : · Pengobatan terdiri dari pemberian kortikosteroid (prednisolone) 2 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis selama 4 – 6 minggu, kemudian dosis diturunkan secara bertahap sedikit demi sedikit sampai mencapai dosis 5-10 mg/hari atau 0,1-0,2 mg/KgBB/hari. Dosis ini dipertahankan sampai 4-6 minggu. Setelah itu diberikan secara alternatif. · Bila selama perawatan penderita menunjukan perburukan fungsi ginjal secara progresif atau dengan sindroma nefrotik diobati dengan pulse methyl prednisolone therapy, diuretika dan obat anti hipertensif. · Indikasi pulang : Keadaan umum baik, gejal-gejala nefritis membaik atau menunjukan kelainan minimal. Perlu kontrol berobat ke poli khusus ginjal anak. 6. Nefritis yang berhubungan dengan Purpura Henoch Schonlein : · Steroid diberikan dalam waktu pendek untuk menghilangkan gejala nyeri perut. Penderita PHS berat (dengan manifestasi ginjal berat : NS, GGA, dan hipertensi) membutuhkan pengawasan yang ketat. Biopsi ginjal perlu dilakukan pada keadaan ini. Obat yang digunakan dalam hal ini adalah : prednisolone oral, methrylprednisolone bolus intravena, obat-obat sitostatika
  • 20. (siklofosfamid, azatiopin), antikoagulan, antiplatelet, dan plasmaforesis, disamping penanggulangan GGA dan hipertensi. · Tindak lanjut : o Semua pasien dengan HSP yang dirawat perlu dilakukan pengamatan terhadap tekanan darah, urinalisis dan faal ginjal. Bila selama dalam perawatan dijumpai hipertensi dan perburukan faal ginjal secara progresif, merupakan indikasi untuk biopsi ginjal. · Indikasi pulang : o Keadaan umum baik, urinalisis normal atau menunjukan kelainan minimal, tekanan darah dan fungsi ginjal normal. Dianjurkan kepada penderita untuk kontrol berobat jalan ke poli khusus ginjal anak. 7. Nefropati IgA : · Pengobatan yang spesifik untuk nefropati : IgA asimtomatik belum ada. Pengobatan hanya berupa pemerian antibiotika bila dijumpai ISPA atau tonsilitis untuk mengurangi episode dari hematuria makroskopik. · Tindak lanjut : o Penderita nefropati IgA tidak perlu dirawat, namun memerlukan pemantauan terus menerus terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi dan perburukan fungsi ginjal. Komplikasi · Fase Akut : o Gagal Ginjal Akut Perkembangan kearah sklerosis jarang, bagaimanapun juga pada 0.5%- 2% pasien dengan Glomerulonefritis Akut tahap perkembangan kearah gagal ginjal periodenya cepat. o Komplikasi lain, yang berhubungan dengan kerusakan organ pada sistem saraf pusat dan kardiopulmo, bisa berkembang dengan pasien hipertensi berat, encephalopati, dan pulmonary edema. Komplikasinya antara lain : § Retinopati hipertensi § Encephalopati hipertensif § Payah jantung karena hipertensi dan hipervolemia (volume overload) § Glomerulonefritis progresif · Jangka Panjang : o Abnormalitas urinalisis (microhematuria) selama setahun o Gagal ginjal kronik o Sindrom nefrotik Prognosis Sebagian besar penderita (>95 %) mengalami penyembuhan yang sempurna, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Diuresis akan menjadi normal kembali pada hari ke 7-10 setelah awal penyakit dengan menghilangnya sembab dan secara bertahap tekanan darah menjadi normal kembali. Fungsi ginjal (ureum dan kreatinin) membaik dalam 1 minggu dan menjadi normal dalam waktu 3-4 minggu. Potter dan kawan-kawan menemukan kelainan sediment urine yang menetap (proteinuria dan hematuria) pada 3,5% dari 534 pasien yang diikuti selama 12-17 tahun di
  • 21. Trinidad.Gejala fisis menghilang dalam minggu ke 2 atau ke 3, kimia darah menjadi normal pada minggu ke 2 dan hematuria mikroskopik atau makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. LED meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan, protein sedikit dalam urine dan dapat menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak mengubah proses penyakitnya. Penderita yang tetap menunjukkan kelainan urine selama 1 tahun dianggap menderita penyakit glomerulonefritis kronik, walaupun dapat terjadi penyembuhan sempurna. LED digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini, karena umumnya tetap tinggi pada kasus-kasus yang menjadi kronis. Diperkirakan 95 % akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini dan 2% menjadi glomerulonefritis kronis. 1. SNA dengan hipokomplemenemia tergantung pada penyebabnya : a. GNAPS. Prognosis baik, 95% sembuh sempurna, 3% meninggal karena komplikasi, 2% berkembang menjadi GGK. b. Nefritis yang berhubungan dengan endokarditis bakterialis akut/subakut. Prognosis baik bila pengobatan terhadap penyebab dilakukan secara intensif dengan antibiotika yang cocok dan kadar komplemen kembali normal. Bila pengobatan terlambat, dapat terjadi gagal ginjal. c. Shunt Nephritis. Prognosis umumnya baik, 50% dari kasus dilaporkan sembuh, bila shunt yang mengalami infeksi segera diangkat dan antibiotika yang cocok segera diberikan, 20% meninggal disebabkan oleh penyakit neurologik primer, atau komplikasi pembedahan, sisanya dengan gejala sisa berupa gangguan faal ginjal, hematuria dan proteinuria. d. Nefritis Lupus Eritematosus Sistemik (NEFLES). Prognosis berkorelasi dengan presentasi klinik saat serangan dan kelainan histologi dari glomeruli. Penderita NEFLES dengan kelainan minimal, tanpa gagal ginjal, dan gambaran glomeruli normal atau proliferatif mesangial ringan biasanya prognosis baik. Penderita dengan nefritis berat (urine nefritik, hipertensi dan gagal ginjal) dengan kelainan glomeruli proliferasi difus memiliki prognosis buruk. Prognosis lebih buruk lagi bila terjadi pula sindroma nefritik-nefrotik, gagal ginjal berat dengan gambaran biopsi ginjal berupa GN proliferatif difus dengan bulan sabit. 2. SNA dengan normokomplemenemia : a. Nefritis Henoch Schonlein (NHS) Prognosis bergantung pada berat dan luasnya keterlibatan ginjal saat serangan penyakit. Pada anak dengan hematuria dengan/tanpa proteinuria ringan, prognosis baik, dimana kelainan yang dijumpai pada pemeriksaan urinalisis akan menghilang sekitar 2-4 bulan, meskipun pengamatan jangka panjang menunjukan 5-10% dari penderita timbul gagal ginjal kronik. Penderita dengan gambaran SNA dengan sindroma nefrotik saat serangan, kelainan urinalisis terus berlanjut, atau berkembang menjadi gagal ginjal kronik stadium lanjut. Setengahnya dapat terjadi GGK dalam beberapa bulan pertama dari onset, setengahnya lagi dapat terjadi GGK pada sekitar 5 sampai 15 tahun pengamatan. Indikator buruknya prognosis meliputi : dijumpainya sindroma nefrotik, hipertensi, gagal ginjal saat serangan dan terdapatnya gambaran Glomerular Crescents (bulan sabit) pada biopsi ginjal. b. Nefritis IgA Prognosis umumnya baik. Pada pengamatan dalam jangka waktu yang singkat tidak pernah
  • 22. dijumpai terjadinya gagal ginjal progresif, meskipun kelainan urine, termasuk hematuria berulang biasanya menetap. Pada pengamatan jangka panjang yang dilakukan dari 1 sampai 15 tahun, angka kejadian gagal ginjal kronik dijumpai antara 5-9%, dikaitkan dengan dijumpainya gambaran Glomerular Crescents pada biopsi ginjal. BAB III KESIMPULAN · Sindrom Nefritis Akut (SNA) / Glomerulonefritis Akut (GNA) adalah suatu sindrom yang ditandai dengan gejala hematuria, hipertensi, edema, dan berbagai derajat insufisiensi ginjal. · SNA disebabkan oleh faktor infeksi (paling sering diakibatkan oleh glomerulone fritis akut pasca streptokokus), penyakit multisistemik (vaskulitis, SLE, Henoch-Schonlein Purpura,dll), penyakit ginjal lain dan Nefropati IgA. · Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi. · Gejala : edema di wajah terutama kelopak mata, tetapi selanjutnya lebih dominan di tungkai dan bisa menjadi hebat, berkurangnya volume air kemih dan air kemih berwarna gelap karena mengandung darah, tekanan darah bisa meningkat. Gejala tidak spesifik seperti letargi, demam, nyeri abdomen, dan malaise. · Pemeriksaan penunjang : o Laboratorium : Darah lengkap, Urinalisa, ASTO meningkat, antibodi Dn-ase meningkat, C3 menurun, elektrolit, BUN, kreatinin o Radiografi : foto thorax, EKG, USG ginjal · Dasar Diagnosis o SNA hipokomplemenemia : Hematuria (makroskopik atau mikroskopik), proteinuria, silinderuria terutama silinder eritrosit, dengan atau tanpa edema, hipertensi, oliguria yang timbul secara mendadak disertai merendahnya kadar sejumlah komplemen. o SNA dengan normokomplementemia : Gejala-gejala nefritis akut dengan kadar komplemen normal. · Terapi : o Umum : Istirahat di tempat tidur pada fase akut, misalnya bila terdapat GGA, hipertensi berat, payah jantung. o Diet rendah garam dan rendah protein jika bila kadar ureum di atas 50 gram/dl o Diuretik untuk edema dan hipertensi ringan, antihipertensi untuk hipertensi sedang- berat, Antibiotik ; Penisilin prokain 50.000 U/kgBB/kali i.m. 2 x/hari,atau Penisilin V 50 mg /kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 dosis untuk infeksi aktif. Untuk anak-anak <12 tahun : 40mg
  • 23. /kgBB/hari p.o dibagi 4 dosis. Apabila hipersensitif terhadap penisilin bisa diberikan eritromisin 50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, selama 10 hari. · Prognosis diperkirakan > 95 % akan sembuh sempurna, tetapi 5% diantaranya mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Pengobatan Sindrom Nefritis berat : Sindroma Nefrotik yang berkembang dengan cepat (Glomerulonefritis yang berkembang dengan cepat) adalah suatu penyakit yang jarang terjadi, dimana sebagian besar glomeruli mengalami kerusakan parsial sehingga terjadi gagal ginjal yang berat disertai proteinuria (protein dalam air kemih), hematuria (darah dalam air kemih) dan gumpalan Sel Darah Merah dalam air kemih. Jika hasil biopsi menunjukan bahwa penyakitnya berat, maka segera dimulai pemberian obat. Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan secara intravena selama 1 minggu dan selanjutnya diberikan per oral. · Dosis : 15 mg/KgBB metilprednisolone (tidak boleh melebihi 1 gram) perinfus sekitar 60-90 menit setiap hari selama 5-6 hari. Perlu dipantau : TTV dan kadar elektrolit. Lanjutkan dengan metilprednisolon oral 2 mg/KgBB/hari selama 1 bulan. Lalu dosis prednisolone diberikan secara alternate 2 mg/KgBB/2 hari selama 1 bulan, kemudian dilanjutkan separuh dosis dengan interval 1 bulan, setelah itu diberikan 0,2 mg/Kg/2 hari selama 1 bulan, lalu obat dihentikan. Bisa juga diberikan Obat Sitostatik yang bersifat imunusupresan (Obat untuk menekan aktivitas sistem kekebalan). · Siklofosfamid o Secara umum, siklofosfamid mengurangi respon imun humoral dan meningkatkan respon imun seluler. Siklofosfamid, selain pada bedah cangkok juga digunakan pada artritis reumatoid, sindrom nefrotik (terutama pada anak), dan granulomatosis Wegener. o Siklofosfamid mempertahankan remisi yang lebih lama dibandingkan dengan kortikosteroid dengan dosis : 2 – 3 mg/KgBB/hari selama 8 minggu. Alternatif : Siklofosfamid 2 mg/KgBB/hari ditambah 30 mg prednisolon tiap 2 hari selama beberapa bulan (maks 6 bulan). o Efek samping : Depresi sum sum tulang; leukopenia berat terjadi pada hari ke 10-12 setelah pengobatan dan pemulihan pada hari 17-21; Sistitis hemoragik (20% pada anak); alopesia yang bersifat reversible; anoreksia; mual dan muntah; amenorea; infertilitas bila diberikan > 6 bulan; stomatitis; hiperpigmentasi kulit; enterokolitis; ikterus; hipoprotrombinemia; miokarditis pada pemberian dosis tinggi (100 mg/KgBB); bersifat teratogenik.
  • 24. · Siklosporin A o Siklosporin A dapat dicoba pada pasien yang relaps setelah diberi siklofosfamid atau untuk memperpanjang masa remisi setelah pemberian kortikosteroid. o Dosis : 3 – 5 mg/KgBB/hari selama 6 bulan sampai 1 tahun (setelah 6 bulan dosis diturunkan 25% setiap 2 bulan). o Siklosporin A dapat juga digunakan dalam kombinasi dengan prednisolon pada kasus Sindrom Nefritis yang gagal. o Efek samping : obat ini tidak menekan sum sum tulang; hiperplasia ginggival; hipertrikosis; hiperurisemia; hipertensi; nefrotoksik. Selain itu, bisa dilakukan tindakan plasma feresis, yaitu suatu prosedur untuk membuang antibodi dari darah penderita. Jika penyakit berkembang lebih lanjut, maka satu-satunya pengobatan yang efektif adalah dengan dialisa. Dialisa dilakukan bila terdapat komplikasi berupa adanya tanda Gagal Ginjal : (140 – Umur) x Berat Badan LFG (ml/menit/1.73 m2) = 72 x Kreatinin Plasma (mg/dL)Rumus menghitung Laju Filtrasi Glomerolus dengan rumus Kockcroft-Gault : Tabel 1 : stadium gagal ginjal berdasarkan GFR : STADIUM DARI GAGAL GINJAL Stadium Deskripsi GFR (mL/mnt/1.73 m2) 1 Kerusakan Ginjal dengan ≥ 90 GFR Normal atau ↑ 2 Kerusakan Ginjal dengan 60-89 ↓ GFR ringan 3 Kerusakan Ginjal dengan 30-59
  • 25. ↓ GFR sedang 4 Kerusakan Ginjal dengan 15-29 ↓ GFR berat 5 Gagal Ginjal <15 atau dialisis Indikasi dilakukannya dialisis : 1. Adanya penurunan laju filtrasi ginjal (<15 ml/mnt) 2. Adanya peningkatan kadar ureum di atas 200 μ/dL 3. Kadar kreatinin mendekati 10 mg/dL 4. Adanya tanda-tanda berupa overload cairan yaitu: edema, sesak napas akibat edema paru, serta gagal jantung 5. Adanya sindrom uremia berupa mual, muntah, anoreksia 6. Adanya metabolik asidosis 7. Adanya hiperkalemia, hiperkalsemia Ada dua tipe utama : ¶ Hemodialisis ¶ Peritoneal Dialisis Indikasi spesifik untuk Peritoneal Dialisis : 1. Pasien dengan ketidakstabilan sistem kardiovaskular / hemodinamik. 2. Pasien dengan gangguan vaskuler (pada pasien diabet) 3. Resiko tinggi dengan penggunaan anti koagulasi 4. Pasien usia > 65 tahun atau pada anak-anak
  • 26. 5. Masalah sosial Pilihan lainnya adalah dengan pencangkokan ginjal, meskipun penyakit ini juga bisa menyerang ginjal yang di cangkokan. Prognosis : Prognosis tergantung kepada beratnya gejala. Jika tidak menjalani dialisa, penderita yang mengalami gagal ginjal akan meninggal dalam waktu beberapa minggu. Prognosis juga bergantung kepada penyebab dan usia penderita. Jika penyebabnya adalah penyakit autoimun, maka biasanya pengobatan akan mampu memperbaiki keadaan penderita. Jika penyebabnya tidak diketahui / usia penderita telah lanjut, maka prognosisnya lebih buruk. Sebagian besar penderita yang tidak menjalani pengobatan akan menderita gagal ginjal dalam waktu 2 tahun.  Home  Download Lagu  Riantiara Putriza Gromerulus Nefritis April 4, 2009 at 12:14 pm Tinggalkan Komentar diagnosa dan terapi akut glomerulonephritis Nefritis atau peradangan ginjal, adalah salah satu penyakit ginjal yang sering ditemui. Gejala utamanya adalah tampaknya elemen seperti albumin di dalam air seni. Kondisi ini disebut albuminuria. Sel-sel darah merah dan darah putih dan serpihan granular yang kesemuanya tampak dalam pemeriksaan mikroskopik pada air seni. Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibanding pada orang-orang setengah baya. Bentuk yang paling umum dijumpai dari nefritis adalah glomerulonefritis. Seringkali terjadi dalam periode 3 sampai 6 minggu setelah infeksi streptokokus. Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Sulit buang air kecil dan air seni menjadi keruh. Prognosis biasanya dapat menyembuhkan dan penderita sembuh total. Namun pada beberapa orang gejala ini berkembang menjadi kronis. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi
  • 27. menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni.Red) dan gagal ginjal. Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan. Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit. Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya. Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%). Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal. A. Definisi Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamas i glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis. B. Etiologi Glomerulonefritis akut didahului oleh infeksi ekstra renal terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A tipe 12,4,16,25,dan 29. Hubungan antara glomerulonefritis akut dan infeksi streptococcus dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada tahun 1907 dengan alas an timbulnya glomerulonefritis akut setelah infeksi
  • 28. skarlatina,diisolasinya kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A, dan meningkatnya titer anti- streptolisin pada serum penderita. Antara infeksi bakteri dan timbulnya glomerulonefritis akut terdapat masa laten selama kurang 10 hari. Kuman streptococcus beta hemoliticus tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen daripada yang lain, tapi hal ini tidak diketahui sebabnya. Kemungkinan factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan factor alergi mempengaruhi terjadinya glomerulonefritis akut setelah infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus adalah suatu sindrom nefrotik akut yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus terutama menyerang pada anak laki-laki dengan usia kurang dari 3 tahun.Sebagian besar pasien (95%) akan sembuh, tetapi 5 % diantaranya dapat mengalami perjalanan penyakit yang memburuk dengan cepat. Penyakit ini timbul setelah adanya infeksi oleh kuman streptococcus beta hemoliticus golongan A disaluran pernafasan bagian atas atau pada kulit, sehingga pencegahan dan pengobatan infeksi saluran pernafasan atas dan kulit dapat menurunkan kejadian penyakit ini. Dengan perbaikan kesehatan masyarakat, maka kejadian penyakit ini dapat dikurangi. Glomerulonefritis akut dapat juga disebabkan oleh sifilis, keracunan seperti keracunan timah hitam tridion, penyakitb amiloid, trombosis vena renalis, purpura anafilaktoid dan lupus eritematosus. C. Patogenesis Dari hasil penyelidikan klinis imunologis dan percobaan pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan proses imunologis sebagai penyebab glomerulonefritis akut. Beberapa ahli mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang melekat pada membrane basalis glomerulus dan kemudian merusaknya. 2. Proses auto imun kuman streptococcus yang nefritogen dalam tubuh menimbulkan badan auto-imun yang merusak glomerulus. 3. Streptococcus nefritogen dengan membrane basalis glomerulus mempunyai komponen antigen yang sama sehingga dibentuk zat anti yang langsung merusak membrane basalis ginjal. D. Klasifikasi a. Congenital (herediter) 1. Sindrom Alport Suatu penyakit herediter yang ditandai oleh adanya glomerulonefritis progresif familial yang seing disertai tuli syaraf dankelainan mata seperti lentikonus anterior. Diperkirakan sindrom alport merupakan penyebab dari 3% anak dengan gagal ginjal kronik dan 2,3% dari semua pasien yang mendapatkan cangkok ginjal. Dalam suatu penelitian terhadap anak dengan hematuria yang dilakukan pemeriksaan biopsi ginjal, 11% diantaranya ternyata penderita sindrom alport. Gejala klinis yang utama adalah hematuria, umumnya berupa hematuria mikroskopik dengan eksasarbasi hematuria nyata timbul pada saat menderita infeksi saluran nafas atas. Hilangnya pendengaran secara bilateral dari sensorineural, dan biasanya tidak terdeteksi pada saat lahir, umumnya baru tampak pada awal umur sepuluh tahunan.
  • 29. 2. Sindrom Nefrotik Kongenital Sinroma nefrotik yang telah terlihat sejak atau bahkan sebelum lahir. Gejala proteinuria massif, sembab dan hipoalbuminemia kadang kala baru terdeteksi beberapa minggu sampai beberapa bulan kemudian. Proteinuria terdapat pada hamper semua bayi pada saat lahir, juga sering dijumpai hematuria mikroskopis. Beberapa kelainan laboratories sindrom nefrotik (hipoproteinemia, hiperlipidemia) tampak sesuai dengan sembab dan tidak berbeda dengan sindrom nefrotik jenis lainnya. b. Glomerulonefritis Primer 1. Glomerulonefritis membranoproliferasif Suatu glomerulonefritis kronik yang tidak diketahui etiologinya dengan gejala yang tidak spesifik, bervariasi dari hematuria asimtomatik sampai glomerulonefitis progresif. 20-30% pasien menunjukkan hematuria mikroskopik dan proteinuria, 30 % berikutnya menunjukkan gejala glomerulonefritis akut dengan hematuria nyata dan sembab, sedangkan sisanya 40-45% menunjukkan gejala-gejala sindrom nefrotik. Tidak jarang ditemukan 25-45% mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan bagian atas, sehingga penyakit tersebut dikira glomerulonefritis akut pasca streptococcus atau nefropati IgA. 2. Glomerulonefritis membranosa Glomerulonefritis membranosa sering terjadi pada keadaan tertentu atau setelah pengobatan dengan obat tertentu. Glomerulopati membranosa paling sering dijumpai pada hepatitis B dan lupus eritematosus sistemik. Glomerulopati membranosa jarang dijumpai pada anak, didapatkan insiden 2-6% pada anak dengan sindrom nefrotik. Umur rata-rata pasien pada berbagai penelitian berkisar antara 10-12 tahun, meskipun pernah dilaporkan awitan pada anak dengan umur kurang dari 1 tahun. Tidak ada perbedaan jenis kelamin. Proteinuria didapatkan pada semua pasien dan sindrom nefrotik merupakan 80% sampai lebih 95% anak pada saat awitan, sedangkan hematuria terdapat pada 50-60%, dan hipertensi 30%. 3. Nefropati IgA (penyakit berger) Nefropati IgA biasanya dijumpai pada pasien dengan glomerulonefritis akut, sindroma nefrotik, hipertensi dan gagal ginjal kronik. Nefropati IgA juga sering dijumpai pada kasus dengan gangguan hepar, saluran cerna atau kelainan sendi. Gejala nefropati IgA asimtomatis dan terdiagnosis karena kebetulan ditemukan hematuria mikroskopik. Adanya episode hematuria makroskopik biasanya didahului infeksi saluran nafas atas atau infeksi lain atau non infeksi misalnya olahraga dan imunisasi. c. Glomerulonefritis sekunder Golerulonefritis sekunder yang banyak ditemukan dalam klinik yaitu glomerulonefritis pasca streptococcus, dimana kuman penyebab tersering adalah streptococcus beta hemolitikus grup A yang nefritogenik terutama menyerang anak pada masa awal usia sekolah. Glomerulonefritis pasca streptococcus datang dengan keluhan hematuria nyata, kadang-kadang disertai sembab mata atau sembab anasarka dan hipertensi. E. Manifestasi Klinis Penyakit ginjal biasanya dibagi menjadi kelainan glomerulus dan non glomerulus berdasarkan etiologi, histology, atau perubahan faal yang utama. Dari segi klinis suatu kelainan glomerulus
  • 30. yang sering dijumpai adalah hipertensi, sembab, dan penurunan fungsi ginjal. Meskipun gambaran klinis biasanya telah dapat membedakan berbagai kelainan glomerulus dan non glomerulus, biopsi ginjal masih sering dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis pasti. Tanda utama kelainan glomerulus adalah proteinuria, hematuria, sembab, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal, yang dapat terlihat secara tersendiri atau secara bersama seperti misalnya pada sindrom nefrotik, gejala klinisnya terutama terdiri dari proteinuria massif dan hipoalbuminemia, dengan atau tanpa sembab. Sumber(http://artisayang.wordpress.com/2009/04/04/gromerulus-nefritis/)