Jual Obat Aborsi Denpasar Bali ( Asli Ampuh No.1 ) 082223109953 Tempat Klinik...
HSSE TALK 1 Bulan K3 Nasional.pptx
1. Klaten, 12 Januari 2023
HSSE UP3 SUKOHARJO
HSSE TALK #1
“Penerapan Safety Culture di
Lingkungan Kerja”
2. Tema Bulan K3 Nasional 2023
KEPMENAKER RI NO. 135 TAHUN 2022
tentang Juklak Pelaksanaan Bulan K3 Nasional
Tahun 2023
Terwujudnya Pekerjaan Layak yang
Berbudaya K3 guna Mendukung
Keberlangsungan Usaha di Setiap
Tempat Kerja
3. www.pln.co.id |
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Healthy, Safety, Security and Environtment
Sub Tema Bulan
K3 Nasional :
Terwujudnya Budaya K3 guna Mendukung Keberlangsungan Proses Bisnis
Ketenagalistrikan
Visi K3 Nasional : Kemandirian Masyarakat Indonesia berbudaya keselamatan dan kesehatan kerja
(K3)
Dasar hukum utama : UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Tujuan K3 :
untuk
melindungi
Tenaga kerja & Orang lain
Asset
Lingkungan
Tagline Direksi
PLN
Tidak Ada Yang Lebih Penting Dari Jiwa Manusia
6. www.pln.co.id |
Prinsip Dasar K3L
Healthy, Safety, Security and Environtment
Accident is preventable
• Kecelakaan dapat dicegah
Zero accident is attainable
• Kecelakaan nihil dapat diusahakan
There is always time to do it right
• Selalu ada waktu untuk mengerjakan sesuatu dengan baik
7. www.pln.co.id |
ACCIDENT
Kita memerlukan waktu :
1. Satu menit untuk menulis aturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Satu jam untuk melakukan Rapat K3
3. Satu minggu untuk merencanakan Program K3
4. Satu bulan untuk memastikan K3 beroperasi
5. Satu tahun untuk memenangkan penghargaan K3
6. Seumur hidup untuk mengupayakan seorang pekerja agar bekerja dengan selamat
Namun, kecelakaan hanya memerlukan waktu SATU DETIK untuk
menghancurkan seluruh point tersebut
8. www.pln.co.id |
Filosofi Dasar
Healthy, Safety, Security and Environtment
Mengelola kegiatan K2/K3 diibaratkan dengan orang naik
sepeda di jalan tanjakan, bila berhenti mengayuh akan terjatuh.
Harus selalu ada aktivitas K2/K3 agar tidak terjadi kecelakaan
kerja
K2/K3 harus melibatkan seluruh unsur yang ada di perusahaan,
melibatkan seluruh bidang tanpa kecuali (Safety by all)
9. www.pln.co.id |
Filosofi Dasar
Healthy, Safety, Security and Environtment
IASP (International Association of Safety Professional), organisasi Profesional K3 di USA,
menetapkan 8 prinsip K3:
8 Prinsip K3
Safety is an ethical responsibility (K3 adalah tanggung jawab moral /etik).
Safety is a culture, not a program. (K3 adalah budaya, bukan sekadar program).
Management is responsible of safety. (K3 adalah tanggung jawab manajemen).
Employees must be train to work safety . (Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman)
Safety is condition of employment (K3 adalah cerminan kondisi ketenaga kerjaan)
All injuries are preventable (Semua kecelakaan dapat dicegah)
Safety programs must be site specific. (Program K3 bersifat khusus, tidak bisa sama rata, sama rasa di semua tempat)
Safety is good for business. (K3 bermanfaat bagi perusahaan)
10. www.pln.co.id |
ISTILAH K3
Unsafe Action Perilaku tidak aman dan berbahaya dari pekerja/masyarakat umum yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor
internal seperti sikap dan tingkah laku yang tidak aman, kurang pengetahuan, keterampilan dan kelelahan.
Unsafe Condition Suatu kondisi tidak aman pada tempat kerja, lingkungan, sifat dan alat kerja.
Near Miss Kondisi atau situasi dimana kecelakaan hampir terjadi, namun belum terdapat kerugian
Accident Kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan, termasuk penyakit akibat kerja dan sudah terdapat kerugian
Reporting Culture
Index
Index budaya pelaporan suatu unit dalam bentuk kuantitatif yang terdiri dari effort factor dan Activeness Point
Activeness Point Poin keaktifan unit dalam melaporkan temuan/ketidaksesuaikan
Effort Factor Poin upaya unit dalam menindaklanjuti temuan hingga terselesaikan
Bahaya Hazard Segala kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya
Resiko/Risk Tingkat kemungkinan terjadinya insiden/kecelakaan karena terpapar dati suatu bahaya (kemungkinan x
keparahan = resiko)
11. www.pln.co.id |
Klasifikasi Penyebab dasar Kecelakaan
Berdasarkan Peraturan direksi nomor : 0250.PDIR2016 , 0251.PDIR2016 ,0252.PDIR2016.
09 Februari 2021 – UP2D
16. www.pln.co.id |
HIRARKI PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA
16
AREA
TEGAL
AREA
MAGELANG
AREA SEMARANG
AREA
KLATEN
Eliminasi
Substitusi
Rekayasa
engineering
Administrasi
APD
ELIMINASI SUMBER BAHAYA
SUBSTITUSI MESIN/ ALAT/ BAHAN
MODIFIKASI/ PERANCANGAN ALAT/ MESIN/
TEMPAT KERJA YANG LEBIH AMAN
PROSEDUR, ATURAN, PELATIHAN, DURASI KERJA,
TANDA BAHAYA, RAMBU, POSTER, LABEL
ALAT PELINDUNG DIRI
18. www.pln.co.id |
Lesson Learned
1. Kurangnya koordinasi yang dilakukan baik dengan pihak internal maupun eksternal
yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, terutama pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
2. Selalu lakukan konfirmasi dan cross-check di lapangan sebelum melaksanakan
penormalan jaringan. Pastikan tidak ada pekerjaan di jaringan maupun di dekat
jaringan saat akan melaksanakan penormalan.
3. Meningkatkan awareness akan bahaya dari tegangan listrik kepada masyarakat
sekitar.
20. www.pln.co.id |
Tindak Lanjut
1. Memberikan sosialisasi tentang bahaya listrik dan menghimbau kepada masyarakat
agar tidak melaksanakan penebangan pohon, pangkas pohon dekat jaringan PLN
tanpa melapor dan tanpa pengawasan petugas PLN.
2. Mengajak instansi BPBD untuk berkoordinasi dengan baik, dalam melakukan mitigasi
bencana yang terjadi, dan berimbas terhadap operasi jaringan PLN.
3. Melakukan refreshment SOP, JSA, dan IBPPR kepada pegawai dan mitra kerja.
Aktivitas kerja di PLN mayoritas memiliki potensi bahaya dan tingkat risiko yang tinggi bahkan ekstrem yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dengan dampak luka berat, cacat hingga kematian (fatality), sehingga pemenuhan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dijadikan prioritas utama pada setiap tahapan pekerjaan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian pekerjaan
PEDULI
Keselamatan kerja, tanggung jawab setiap insan(staff - manajemen puncak - pegawai mitra) perusahaan;
2 Berkomitmen dan penuh tanggung jawab memastikan K3 dalam seluruh proses bisnis;
TAAT
1 Selalu mematuhi SOP dan comply regulasi
2 Tidak mengambil jalan pintas dan mengabaikan resiko
TANGGAP
1 Proaktif mengidentifikasi dan mengambil tindakan perbaikan terhadap unsafe action dan unsafe condition;
2 Melakukan continuous improvement.
Garis Besar Klasifikasi Penyebab dasar pada ke 3 Perdir tersebut
Penyebab Dasar
Terjadinya Kecelakaan Kerja dan PAK / PAHK
Pasal 7
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dan PAK / PAHK adalah perilaku berbahaya (unsafe act) yang merupakan kelalaian dari Pelaksana Pekerjaan dan/atau Pengawas Pekerjaan, antara lain:
Tidak memiliki kompetensi sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan.
Tidak mengikuti Standard Operation Procedure (SOP) dalam melaksanakan pekerjaan.
Tidak menggunakan peralatan keselamatan kerja dan/atau alat pelindung diri (APD) sesuai standard dalam melaksanakan pekerjaan.
Tidak memperhatikan tanda peringatan/larangan atau rambu-rambu tanda bahaya pada saat melaksanakan pekerjaan atau berada di tempat kerja yang berpotensi bahaya.
Tidak berdisiplin (lalai, ogah-ogahan, bersenda-gurau, saling mengejek dengan teman sekerja dan lain-lain yang dapat digolongkan sebagai perilaku tidak disiplin) pada saat melaksanakan pekerjaan.
Tidak mengikuti petunjuk atau arahan keselamatan yang diberikan oleh Pengawas Pekerjaan atau pejabat yang berwenang.
Melakukan perbuatan yang membahayakan bagi diri sendiri dan/atau orang lain, yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
Pengawas Pekerjaan atau Pengawas K3 tidak memberikan petunjuk atau arahan keselamatan (safety briefing) kepada Pelaksana Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan yang berpotensi bahaya.
Pengawas Pekerjaan atau Pengawas K3 memberikan petunjuk atau arahan yang salah, sehingga berpotensi terjadinya kecelakaan kerja.
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dan PAK / PAHK adalah kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan kelalaian Manajemen Unit Perseroan, antara lain :
Tidak menunjuk dan menetapkan Pengawas Pekerjaan dan/atau Pengawas K3 yang memiliki kompetensi di bidang pekerjaannya.
Tidak melengkapi Standing Operation Procedure (SOP) untuk setiap pelaksanaan pekerjaan.
Tidak melengkapi peralatan kerja dan APD sesuai standard bagi Pelaksana Pekerjaan dan/atau Pengawas Pekerjaanuntuk pekerjaan yang berpotensi bahaya.
Tidak melaksanakan inspeksi keselamatan ketenagalistrikan secara berkala pada tempat-tempat kerja berpotensi bahaya.
Tidak memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan ketenagalistrikan kepada Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan.
Mempekerjakan Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas pekerjaan yang tidak memiliki kompetensi atau tidak sesuai kompetensi pada bidang pekerjaannya.
Tidak melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko dan tidak membuat Job Safety Analysis (JSA) di tempat kerja yang berpotensi bahaya.
Tidak melaksanakan penilaian dan pengendalian risiko pada tempat-tempat kerja yang berpotensi bahaya terhadap terjadinya PAK / PAHK, sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) sebagaimana peraturan PERMENAKER NOMOR PER.13/MEN/X/2011 tanggal 28 Oktober 2011 dan atau perubahannya.
Tidak memasang tanda peringatan/larangan atau rambu-rambu tanda bahaya pada tempat-tempat kerja yang berpotensi bahaya.
Tidak melakukan pengujian/melengkapi sertifikasi untuk peralatan/instalasi yang berpotensi bahaya (ketel, bejana tekan, alat angkat, dan sebagainya).
Tidak melakukan pengujian/melengkapi sertifikat laik operasi (SLO)untuk instalasi tenaga listrik yang beroperasi.
Tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan yang bekerja pada tempat yang berpotensi terjadinya PAK dan/atau PAHK.
Tidak memberikan extra voeding kepada Pelaksana pekerjaan dan Pengawas pekerjaan yang bekerja pada tempat yang berpotensi terjadinya PAK/PAHK.
Tidak memasang instalasi sistem pencegahan kebakaran (Fire Protection System) sesuai standard.
Tidak menyediakan APAR (alat pemadam api ringan), APAT (alat pemadam api tradisional), system hydrant, mobil pemadam kebakaran, mobil vacuum cleaner.
Tidak menunjuk dan menetapkan Tim pencegahan kebakaran di instalasi.
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dan PAK / PAHK adalah kondisi berbahaya (unsafe condition) yang merupakan kelalaian Manajemen Unit Perseroan, antara lain :
Tidak menunjuk dan menetapkan Pengawas Pekerjaan dan/atau Pengawas K3 yang memiliki kompetensi di bidang pekerjaannya.
Tidak melengkapi Standing Operation Procedure (SOP) untuk setiap pelaksanaan pekerjaan.
Tidak melengkapi peralatan kerja dan APD sesuai standard bagi Pelaksana Pekerjaan dan/atau Pengawas Pekerjaanuntuk pekerjaan yang berpotensi bahaya.
Tidak melaksanakan inspeksi keselamatan ketenagalistrikan secara berkala pada tempat-tempat kerja berpotensi bahaya.
Tidak memberikan pendidikan dan pelatihan keselamatan ketenagalistrikan kepada Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan.
Mempekerjakan Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas pekerjaan yang tidak memiliki kompetensi atau tidak sesuai kompetensi pada bidang pekerjaannya.
Tidak melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko, pengendalian risiko dan tidak membuat Job Safety Analysis (JSA) di tempat kerja yang berpotensi bahaya.
Tidak melaksanakan penilaian dan pengendalian risiko pada tempat-tempat kerja yang berpotensi bahaya terhadap terjadinya PAK / PAHK, sesuai dengan Nilai Ambang Batas (NAB) sebagaimana peraturan PERMENAKER NOMOR PER.13/MEN/X/2011 tanggal 28 Oktober 2011 dan atau perubahannya.
Tidak memasang tanda peringatan/larangan atau rambu-rambu tanda bahaya pada tempat-tempat kerja yang berpotensi bahaya.
Tidak melakukan pengujian/melengkapi sertifikasi untuk peralatan/instalasi yang berpotensi bahaya (ketel, bejana tekan, alat angkat, dan sebagainya).
Tidak melakukan pengujian/melengkapi sertifikat laik operasi (SLO)untuk instalasi tenaga listrik yang beroperasi.
Tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi Pelaksana Pekerjaan dan Pengawas Pekerjaan yang bekerja pada tempat yang berpotensi terjadinya PAK dan/atau PAHK.
Tidak memberikan extra voeding kepada Pelaksana pekerjaan dan Pengawas pekerjaan yang bekerja pada tempat yang berpotensi terjadinya PAK/PAHK.
Tidak memasang instalasi sistem pencegahan kebakaran (Fire Protection System) sesuai standard.
Tidak menyediakan APAR (alat pemadam api ringan), APAT (alat pemadam api tradisional), system hydrant, mobil pemadam kebakaran, mobil vacuum cleaner.
Tidak menunjuk dan menetapkan Tim pencegahan kebakaran di instalasi.
Piramida Kecelakaan Kerja adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Herbert William Heinrich pada tahun 1931 , Dimana jika suatu tempat kerja terjadi 1 kecelakaan fatality maka ditempat kerja tersebut sebanding dengan 30 kecelakaan kerja yang bersifat mayor / cedera berat, 300 cedera ringan , 3000 Nearmiss dan terpapar 30000 bahaya berupa unsafe action dan unsafe condition.
Secara sederhana bisa diartikan jika suatu tempat kerja terdapat 1 kecelakaan fatality , maka ditempat kerja itu terdapat 30000 perilaku dan kondisi tidak aman. Budaya K3 yang baik adalah dimulai dari pelaporan Unsafe Action dan Unsafe Condition yang ditindaklanjuti, sehingga hal yang tidak aman tersebut tidak menimbulkan peluang terjadinya kecelakaan.