EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM PENATALAKSANAAN MASALAH.pptx
1. KELOMPOK 3
HARUN ARRASYID NIM : 17010015P
HERY KURNIAWAN NIM : 17010016P
HENDRA SAPUTRA NIM : 17010017P
HENRICSON SIMANGUNSONG NIM : 17010018P
HIJRAH ASWATI HARAHA NIM : 17010019P
IMELDA VERAWATI HARIANJA NIM : 17010020P
LATIFA HANNUM PASARIBU NIM : 17010021P
2. Definisi
EBP merupakan salah satu perkembangan yang
penting pada dekade ini untuk membantu sebuah
profesi, termasuk kedokteran, keperawatan, sosial,
psikologi, public health, konseling dan profesi
kesehatan dan sosial lainnya (Briggs & Rzepnicki,
2004; Brownson et al., 2002; Sackett et al., 2000).
3. Tingkatan dan Hierarki dalam
penerapan EBP
Tingkatan evidence disebut juga dengan hierarchy
evidence yang digunakan untuk mengukur kekuatan
suatu evidence dari rentang bukti terbaik
sampaidengan bukti yang paling rendah. Tingkatan
evidence ini digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam EBP. Hirarki untuk tingkatan evidence yang
ditetapkan oleh Badan Kesehatan Penelitian dan
Kualitas (AHRQ), sering digunakan dalam
keperawatan (Titler, 2010).
4. Evidence Based Practice dengan
Decision Making
Melnyk & Fineout-Overholt (2011), menggambarkan keterkaitan
antara evidence based practice dengan proses decision
making yang digambarkan dalam kerangka sebagai berikut :
Pengambilan keputusan untuk melakukan perubahan
berdasarkan bukti-bukti nyata atau EBP di pengaruhi oleh tiga
factor yaitu, hasil penelitian atau riset termasuk teori-teori
pendukung, pengalaman yang bersifat klinis, serta feedback atau
sumber-sumber dari pengalaman yang dialami oleh pasien.
5. Model Implmentasi Evidence
Based Practice
Model Settler
Model IOWA Model of Evidence Based Practice to
Promote Quality Care
Model konseptual Rosswurm & Larrabee
6. Pengkajian dan Alat dalam EBP
Terdapat beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki tenaga
kesehatan professional untuk dapat menerapkan praktek klinis
berbasis bukti, yaitu :
Mengindentifikasi gap/kesenjangan antara teori dan praktek
Memformulasikan pertanyaan klinis yang relevan,
Melakukan pencarian literature yang efisien,
Mengaplikasikan peran dari bukti, termasuk tingkatan/hierarki
dari bukti tersebut untuk menentukan tingkat validitasnya
Mengaplikasikan temuan literature pada masalah pasien, dan
Mengerti dan memahami keterkaitan antara nilai dan budaya
pasien dapat mempengaruhi keseimbangan antara potensial
keuntungan dan kerugian dari pilihan manajemen/terapi (Jette
et al., 2003).
7. Langkah-langkah dalam EBP
Langkah 1: Kembangkan semangat penelitian. Sebelum memulai dalam tahapan yang
sebenarnya didalam EBP, harus ditumbuhkan semangat dalam penelitian sehingga klinikan akan
lebih nyaman dan tertarik mengenai pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan perawatan pasien
Langkah 2: Ajukan pertanyaan klinis dalam format PICOT. Pertanyaan klinis dalam format
PICOT untuk menghasilkan evidence yang lebih baik dan relevan.
Populasi pasien (P),
Intervensi (I),
Perbandingan intervensi atau kelompok (C),
Hasil / Outcome (O), dan
Waktu / Time (T).
Langkah 3: Cari bukti terbaik. Mencari bukti untuk menginformasikan praktek klinis adalah
sangat efisien ketika pertanyaan diminta dalam format PICOT.
Langkah 4: Kritis menilai bukti. Setelah artikel yang dipilih untuk review, mereka harus cepat
dinilai untuk menentukan yang paling relevan, valid, terpercaya, dan berlaku untuk pertanyaan
klinis.
Langkah 5: Mengintegrasikan bukti dengan keahlian klinis dan preferensi pasien dan nilai-
nilai. Bukti penelitian saja tidak cukup untuk membenarkan perubahan dalam praktek. Keahlian
klinis, berdasarkan penilaian pasien, data laboratorium, dan data dari program manajemen hasil,
serta preferensi dan nilai-nilai pasien adalah komponen penting dari EBP.
Langkah 6: Evaluasi hasil keputusan praktek atau perubahan berdasarkan bukti. Setelah
menerapkan EBP, penting untuk memantau dan mengevaluasi setiap perubahan hasil sehingga efek
positif dapat didukung dan yang negatif diperbaiki.
Langkah 7: Menyebarluaskan hasil EBP. Perawat dapat mencapai hasil yang indah bagi pasien
mereka melalui EBP, tetapi mereka sering gagal untuk berbagi pengalaman dengan rekan-rekan dan
organisasi perawatan kesehatan mereka sendiri atau lainnya.
8. Pelaksanaan EBP Pada
Keperawatan
1) Mengakui status atau arah praktek dan yakin bahwa pemberian
perawatan berdasarkan fakta terbaik akan meningkatkan hasil
perawatan klien.
2) Implementasi hanya akan sukses bila perawat menggunakan dan
mendukung “pemberian perawatan berdasarkan fakta”.
3) Evaluasi penampilan klinik senantiasa dilakukan perawat dalam
penggunaan EBP.
4) Praktek berdasarkan fakta berperan penting dalam perawatan
kesehatan.
5) Praktek berdasarkan hasil temuan riset akan meningkatkan kualitas
praktek, penggunaan biaya yang efektif pada pelayanan kesehatan.
6) Penggunaan EBP meningkatkan profesionalisme dan diikuti dengan
evaluasi yang berkelanjutan.
7) Perawat membutuhkan peran dari fakta untuk meningkatkan
intuisi, observasi pada klien dan bagaimana respon terhadap
intervensi yang diberikan. Dalam tindakan diharapkan perawat
memperhatikan etnik, sex, usia, kultur dan status kesehatan.
9. Hambatan Pelaksanaan EBP Pada
Keperawatan
1. Berkaitan dengan penggunaan waktu.
2. Akses terhadap jurnal dan artikel.
3. Keterampilan untuk mencari.
4. Keterampilan dalam melakukan kritik riset.
5. Kurang paham atau kurang mengerti.
6. Kurangnya kemampuan penguasaan bahasa untuk
penggunaan hasil-hasil riset.
7. Salah pengertian tentang proses.
8. Kualitas dari fakta yang ditemukan.
9. Pentingnya pemahaman lebih lanjut tentang bagaimana untuk
menggunakan literatur hasil penemuan untuk intervensi
praktek yang terbaik untuk diterapkan pada klien.
10. Evidence Based Practice Oral Hygiene
Menggunakan Larutan Chlorhexidine
0,2% Pada Pasien Cedera Kepala Berat
Di Ruang ICU
Pengertian
Oral hygiene merupakan tindakan untuk membersihkan
dan menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, 1993
dalam Amalia., Lina., Umi., Ryan., dan Made. S, 2008).
Chlorhexidine merupakan jenis antiseptik dengan
spektrum luas sehingga bisa membunuh bakteri gram
positif, negatif, aerob dan anaerob, serta fungi
(Peterson, 2005)
11. Tujuan
Menurut Taylor et al (1997 dan Clark 1993, dalam Amalia.,
Lina., Umi., Ryan., dan Made. S, 2008), oral hygiene adalah
tindakan yang ditujukan untuk :
1) Menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa membran
mulut
2) Mencegah terjadinya infeksi rongga mulut
3) Melembabkan mukosa membran mulut dan bibir.
4) Mencegah penyakit gigi dan mulut
5) Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut
6) Mempertinggi daya tahan tubuh
Memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu
makan.
12. Persiapan Alat
1. Larutan antiseptik Chlorhexidine 0,2% (atau dalam kemasan
Minosep)
2. NaCl 0,9% untuk pencampur larutan antiseptik Chlorhexidine 0,2%
3. Spatel lidah dengan bantalan kassa
4. Perlak kecil dan pengalas perlak
5. Kom kecil 1 buah
6. Sikat gigi 1 buah
7. Arteri Klem 1 buah
8. Kassa atau Deppers secukupnya
9. Kateter penghisap (suction) yang dihubungkan dengan alat pengisap
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Bengkok
12. Tissue
13. Pelaksanaan
Menurut Genuit, Bochicchio, Napolitano, McCarter &
Roghman (2004) oral hygiene dilakukan dengan
menggosok gigi menggunakan sikat
kecil minimal dua kali sehari. Lakukan suction saat
oral hygiene untuk mencegah aspirasi, ditambahkan
dalam protokol dimulai pada semua pasien intubasi.
14. Teknik Melakukan Oral Hygiene
(Modifikasi Evidence Based Practice)
1) Perawat mencuci tangan
2) Buat larutan mouthwash, Chlorhexidine (CHG) 0,2% diencerkan
dengan NaCl 0,9 % (perbandingan sesuai ukuran gelas CHG 0,2%)
3) Gunakan sarung tangan sekali pakai
4) Beritahu pasien, bahwa pagi ini mulut, dan giginya akan
dibersihkan.
5) Tempatkan perlak dan pengalas dibawah wajah pasien
6) Uji adanya reflek muntah, dengan menekan lidah menggunakan
spatel lidah
7) Atur posisi kepala pasien miring kanan/kiri
8) Hidupkan mesin penghisap
9) Basahkan sikat gigi kecil dengan larutan mouthwash CHG 0,2%
yang telah di buat
10) Dengan menggunakan sikat gigi kecil, gosok gigi bagian depan dan
samping kanan dan kiri
15. 11) Tangan kiri melakukan suction saat tangan kanan menyikat gigi.
12) Gunakan spatel lidah yang dilapisi kasa untuk membantu membuka
mulut (2 perawat)
13) Bersihkan gigi bagian dalam atas, bawah, kanan dan kiri serta lidah
14) Terakhir lakukan swab, menggunakan kassa atau deppers yang
dijepitkan dengan arteri klem mulai dari gigi bagian dalam dan
samping dalam kanan dan kiri, bawah dan lidah, gigi bagian luar depan
dan samping depan kanan dan kiri, bibir atas dan bawah
15) Beritahu pasien kembali, bahwa tindakan membersihkan mulut dan
gigi sudah selesai
16) Ingatkan pasien bahwa tindakan ini akan diulang sore hari oleh perawat
sore.
17) Lepaskan sarung tangan dan buang pada wadah yang tepat.
18) Kembalikan posisi nyaman klien.
19) Bersihkan peralatan dan kembalikan pada tempat yang tepat.
20) Perawat mencuci tangan
21) Lakukan dokumentasi.