Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan perawatan pasien yang dilakukan prosedur studi diagnostik. Terdapat tiga tahapan prosedur studi diagnostik yaitu tahap pra-instrumentasi, instrumentasi, dan pasca-instrumentasi. Pada setiap tahapan terdapat kegiatan keperawatan tertentu seperti pemahaman instruksi, persiapan pasien, pengambilan sampel, hingga perawatan pasca prosedur. Dokumen ini memberikan panduan keperawatan
1. Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
STUDI DIAGNOSTIK
Dwi Adji Norontoko
PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN PROSEDUR STUDI DIAGNOSTIK
SEMESTER - 2
MODUL 1
KEGIATAN BELAJAR 2
PASIEN DENGAN PROSEDUR STUDI DIAGNOSTIK
ETIK DAN LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Kegiatan
Belajar 2
Persiapan dan Perawatan
Pasien dengan Prosedur Studi Diagnostik
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
I. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 2 ini Anda diharapkan mampu melakukan
persiapan dan perawatan pasien yang dilakukan berbagai jenis prosedur studi diagnostik.
Pokok - Pokok Materi
Setelah mempelajari materi kegiatan belajar 2 ini Anda diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tahap prosedur studi diagnostik.
2. Menjelaskan persiapan keperawatan pasien sebelum (pra) dilakukan berbagai jenis
prosedur studi diagnostik.
3. Menjelaskan perawatan pasien sesudah (pasca) dilakukan berbagai jenis prosedur
studi diagnostik.
4. Memahami persiapan keperawatan pasien pra dan perawatan pasca prosedur dari
berbagai jenis studi diagnostik.
5. Menganalisa kebutuhan pasien pra dan pasca prosedur studi diagnostik dengan
pendekatan proses keperawatan.
6. Melakukan persiapan dan perawatan pada pasien yang dilakukan prosedur studi
diagnostik.
1. Tahapan prosedur studi diagnostik.
2. Implikasiproses keperawatanpada pasien yang dilakukan prosedur diagnostik.
3. Persiapankeperawatanpasienyangdilakukanprosedurpemeriksaanlaboratorium.
4. Persiapan keperawatan pasien yang dilakukan prosedur diagnostik radiologi.
5. Perawatan pasien pasca prosedur pemeriksaan laboratorium.
6. Perawatan pasien pasca prosedur diagnostik radiologi.
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
3
Uraian
Materi
“Pernahkah Anda merasa takut ketika harus melakukan pemeriksaan laboratorium? Tidak jarang
Anda menjadi cemas dan panik saat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Alasannya pun
bermacam-macam, karena takut akan rasa sakit saat jarum ditusukkan ketubuh, takut tertular
penyakit, takut kehilangan banyak darah, dan lain sebagainya”.
Gambar : Pembesaran Sel Darah Merah
1. Tahapan studi diagnostik
Seperti Anda ketahui prosedur studi diagnostik dapat dilakukan di Rumah Sakit,
Puskesmas, Klinik Kesehatan, atau Pusat studi diagnostik khusus, di rumah, ditempat
kerja, pusat-pusat perbelanjaan.
“Apakah Anda pernah mengetahui pasien dilakukan pemeriksaan ulang foto polos abdomen,
dikarenakan pengosongan isi perut yang tidak bersih? Sehingga hasil pemeriksaan relative kurang
akurat untuk menggambarkan status kesehatan pasien”.
Hal tersebut dapat Anda cegah dengan upaya memberikan pengetahuan tentang
tahap-tahap yang harus diikuti pada proses studi diagnostik. Uraian berikut dapat
memberikan pemahaman kepada Anda tentang tahapan dalam prosedur studi
diagnostik.
Prosedur studi diagnosis dalam praktik keperawatan merupakan bagian dari tindakan
untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara tim. Sehingga dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien yang dilakukan prosedur studi diagnosis
tenaga keperawatan melakukan fungsi kolaboratif (Kozier, et all, 2004).
Hasil prosedur studi diagnostik memberikan kontribusi yang penting, bahkan sering
menjadi informasi yang vital bagi kesehatan seseorang. Diagnosa yang tepat dan
keputusan pengobatan, sebagian bergantung pada hasil pemeriksaan studi diagnostik.
Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan studi diagnostik yang akurat sangat dibutuhkan.
Persiapan pasien dan pengambilan spesimen yang benar dan akurat merupakan
persyaratan pokok untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang bermakna dan akurat
(Kemkes RI, 2011).
Oleh karena itu, kerjasama
Anda sangatlah diperlukan dalam
tim untuk menjamin akurasi hasil
prosedur diagnostik, dalam hal ini
Anda telah melaksanakan peran
advokasi keperawatan pada pasien
yang dilakukan prosedur diagnostik.
Sehubungan dengan hal tersebut
Anda harus memahami tahapan-
tahapan pada studi diagnostic (Kozier
et all, 2004). Berikut akan dipaparkan
3 tahap pada studi diagnostik.
Gambar 2.1 : Advokasi Keperawatan
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Prosedur studi diagnostik mencakup 3 tahap yaitu: (1) tahap pra instrumentasi, (2)
tahap instrumentasi, (3) tahap pasca instrumentasi (Kee, 1994; Kee, 2002).
a. Tahap Pra Instrumentasi
Tahap pra instrumentasi (Pra-Uji) adalah tahap sebelum dilakukan prosedur studi
diagnostik.FokusutamatahapPra-Ujiadalahmempersiapkanpasien.Selanjutnyauntuk
memantapkan pemahaman Anda tentang tahap pra-uji ini, cobalah Anda identifikasi
kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Pra-Uji sesuai pengalaman yang
pernah Anda lakukan. Tuliskan jawaban Anda pada kolom berikut!
Sekarang cocokan atau bandingkan jawaban Anda dengan beberapa kegiatan
tenaga keperawatan pada tahap Pra-Uji pada uraian berikut ini. Kegiatan tenaga
keperawatan pada tahap pra-uji meliputi:
1) Pemahaman instruksi dan pengisian formulir studi diagnostik.
Kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Pra-Uji adalah :
1. ………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………………
4. ..................................................................................................
Kegiatan ini perlu Anda perhatikan benar
tentang advis dokter dan dipindahkan ke
dalam formulir pemeriksaan. Hal ini penting
untuk menghindari pengulangan pemeriksaan
yang tidak penting, membantu persiapan
pasien sehingga tidak merugikan pasien dan
menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan
secara lengkap meliputi identitas pasien: nama,
alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data
klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan
kalau diperlukan pengobatan yang sedang
diberikan. Hal ini penting untuk menghindari tertukarnya hasil ataupun dapat
membantu intepretasi hasil terutama pada pasien yang mendapat pengobatan
khusus dan jangka panjang.
2) Pembuatan persetujuan prosedur (inform concent).
Sebelum melakukan segala tindakan harus melakukan persetujuan klien
terlebih dahulu dengan membuat informed consent. Hal ini sangat penting karena
sebagai bukti tenaga keperawatan telah memberikan pendidikan kesehatan
yang berhubungan dengan prosedur tindakan, serta bukti persetujuan klien atas
tindakan yang dilakukan.
Gambar 2.2 : Pengisian formulir pemeriksaan
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
5
3) Persiapan pasien: bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual
Prosedur studi diagnostik merupakan stresor pada hampir seluruh pasien.
Kondisi stress psikologis akan merubah pola adaptasi dan homeostasis fisik,
sehingga dapat membiaskan hasil akurasi prosedur studi diagnostik. Peran
komunikasi sangatlah penting untuk mencegah kesalahan karena faktor stress
psikologis tersebut. Untuk mendapatkan pola komunikasi yang berdaya guna
maka tenaga keperawatan harus kompeten dalam melakukan pengkajian
keperawatan secara komprehensif. Hasil pengkajian dapat memberikan arah atau
acuan pola pikir tenaga keperawatan dalam merumuskan masalah keperawatan,
membangun pola komunikasi terapieutik, serta melakukan tindakan yang rasional
sesuai kebutuhan pasien yang akan dilakukan prosedur diagnostik. Nah, untuk
keperluan teknis operasional dari persiapan pasien silahkan Anda melanjutkan
membaca pada pembahasan tentang implikasi proses keperawatan pada pasien
yang dilakukan prosedur diagnostik.
4) Persiapan alat yang akan digunakan.
Gambar 2.3 : Kegiatan mempersiapkan alat
b. Tahap Instrumentasi
Tahap Instrumentasi (Intra-Uji) adalah tahap saat dilakukan prosedur studi
diagnostik. Fokus utama tahap Intra-Uji adalah pengumpulan spesimen atau asistensi
pelaksanaan prosedur studi laboratorium atau diagnostik radiologis spesifik.
Selanjutnya untuk memantapkan pemahaman Anda tentang tahap Intra-Uji ini,
cobalah Anda identifikasi kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Intra-
Uji sesuai pengetahuan atau pengalaman yang pernah Anda ketahui atau lakukan.
Tuliskan jawaban Anda pada kolom berikut!
Kegiatan-kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Intra-Uji adalah :
1. ………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………………………
4. ..................................................................................................
Prosedur studi diagnostik dikerjakan
dengan menggunakan peralatan
atau mesin. Tugas Anda berperan
melakukan koordinasi dan pengaturan
peralatan studi diagnostik dengan
tim dan klien dalam persiapan alat.
Dalam mempersiapkan alat yang akan
digunakan selalu memperhatikan advis
dokter sehingga tidak salah persiapan
dan berkesan profesional dalam bekerja
(Kee, 2002).
Sekarang cocokan atau bandingkan jawaban Anda dengan beberapa kegiatan
tenaga keperawatan pada tahap Intra-Uji pada uraian berikut ini. Kegiatan tenaga
keperawatan pada tahap Intra-Uji meliputi:
1) Prosedur pengambilan sample.
2) Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan pewadahan.
3) Prosedur transportasi atau pengiriman sampel.
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Kegiatan penting dalam tahap Intra-Uji adalah tenaga keperawatan menerapkan
kewaspadaan standar dan teknik steril sesuai tujuan studi diagnostik. Anda dapat
melakukan kewaspadaan standar pada prosedur studi diagnostik dengan cara
mengikuti prinsip yang disajikan di dalam kotak berikut. Selama pelaksanaan prosedur
tenaga keperawatan memberikan dukungan moril atau emosional, dan memonitor
kondisi fisik, seperti tanda-tanda vital, oksimetri atau EKG. Kegiatan akhir pada tahap
ini adalah tenaga keperawatan mengkoordinasikan pewadahan, labeling sampel
sesuai kebutuhan, penyimpanan, dan pengiriman sampel (Kee, 1994).
KEWASPADAAN STANDAR ( TINGKAT I )
- Kewaspadaan Standar ini digunakan dalam perawatan pasien dengan memperhatikan
diagnosis penyakit atau kemungkinan status infeksi pasien tersebut. Kewaspadaan
Standar ini merupakan implikasi Universal Precaution dan Isolasi Cairan Tubuh.
- Kewaspadaan Standar berlaku untuk: (1) darah, (2) cairan ekskresi dan sekresi tubuh
(kecuali keringat), (3) kulit yang tidak utuh (rusak), (4) membran mukosa
- Prosedur digunakan untuk mengurangi risiko penyebaran mikroorganisme dari sum-
ber yang diketahui dan sumber yang tidak diketahui.
- Prosedur Kewaspadaan Standar sebagia berikut:
1. Cuci tangan sesudah kontak dengan darah, cairan tubuh, kulit yang rusak, mem-
bran mukosa, dan peralatan yang terkontaminasi, baik mengenakan sarung tangan
atau tidak mengenakan sarung tangan. Cara sebagai berikut:
a. Cuci tangan segera setelah bersentuhan dengan pasien atau melepas sarung
tangan.
b. Gunakan sabun anti mikroba atau agen antiseptik untuk cuci tangan.
2. Gunakan sarung tangan (prinsip bersih) saat kontak dengan darah, cairan tubuh,
kulit yang rusak, membran mukosa, dan peralatan yang terkontaminasi.
a. Sarung tangan bersih diperlakukan sebagai alat non-steril (kecuali untuk tujuan
pencegah infeksi silang mikroorganisme harus steril)
b. Lepaskan sarung tangan sebelum kontak dengan peralatan yang tidak terkon-
taminasi atau steril.
c. Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan.
3. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti: masker, pelindung mata atau pelindung
wajah dan gaun/celemek untuk menghindari percikan darah, dan cairan tubuh.
a. Lepaskan APD dengan prinsip mencegah penyebaran mikroorganisme.
b. Cuci tangan setelah melepas APD.
2. Dekontaminasi peralatan perawatan yang terkotori atau terkomtaminasi darah,
cairan tubuh, kulit yang rusak, membran mukosa, dan benda yang terkontaminasi
untuk mencegah penyebaran mikroorganisme ke lingkungan.
a. Pastikan peralatan yang dapat digunakan kembali (re-used) bersih dan diproses
ulang dengan baik.
b. Buang peralatan sekali pakai (disposible) dengan benar.
3. Cegah cidera akibat penggunaan peralatan yang tajam, dan letakkan peralatan
tersebut kedalam wadah yang tahan terhadap benda tajam
Catatan: Guidelines for Isolation Precaution in Hospital, JS Garner dan Hospital Infection Control
Practices Advisory Commite (HICPAC), 1996 &1997.
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
7
keperawatan untuk melakukan evaluasi perkembangan dan memodifikasi asuhan
keperawatan lanjut baik mandiri maupun kolaborasi, sesuai kebutuhan pasien pasca
studi diagnostik. Dokumentasi dan pelaporan akan menjadi hal yang sangat penting
pada tahap ini, karena merupakan manifestasi responsibilitas dan akuntabilitas
profesional tenaga keperawatan (Kee, 1994).
2. Implikasi proses keperawatan pada pasien dengan prosedur diagnostik
Seperti Anda ketahui, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium merupakan dasar
diagnosa, pengobatan, dan kemajuan dari kondisi suatu penyakit atau status kesehatan,
atau keduanya. Pemeriksaan laboratorium merupakan suatu proses multifase:
mengidentifikasi kebutuhan dari pemeriksaan, permintaan pemeriksaan, sentral
suplai/permintaan laboratorium, persiapan pemeriksaan fisik dan edukasi pasien dan
keluarga, pengumpulan spesimen, pemberian label dan penyimpanan spesimen, serta
pendidikan kesehatan. Untuk Anda mencapai tujuan praktis, akan dibahas uraian umum
yang lazim dilakukan dalam pemeriksaan studi diagnosis yang berhubungan dengan
nilai-nilai standar, deskripsi, masalah-masalah klinis, prosedur, diagnosa keperawatan,
dan implikasi keperawatan.
NILAI RUJUKAN: Nilai standar laboratorium. Nilai laboratorium (normal) dapat ditemukan
agak berbeda di antara institusi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui nilai-nilai
standar dari laboratorium institusi tempat Anda bekerja (Kee, 1994).
DESKRIPSI: Informasi umum mengenai setiap pemeriksaan laboratorium dan tujuan-
tujuannya, seperti indikasi untuk uji farmakologi obat. Sebagian besar informasi
semacam ini perlu disertakan ketika berdiskusi dengan klien tentang tujuan uji tersebut
(Kee, 1994; Kee, 2002).
TUJUAN: Tujuan umum dicakupkan pula untuk setiap uji laboratorium dan diagnostik. Jika
terdapat lebih dari satu tujuan, hanya satu tujuan yang dipilih, yang dianggap menjadi
tujuan paling umum (Kee, 1994).
MASALAH KLINIS: Wujud penyakit yang dikaitkan dengan penurunan atau peningkatan
hasil uji disajikan dengan mengacu pada penurunan frekuensi kejadian. Obat yang dapat
memengaruhi hasil uji dijelaskan juga, baik berdampak penurunan maupun peningkatan
hasil. Obat yang diketahui diasup oleh klien yang mampu memengaruhi hasil uji, harus
dicantumkan pada formulir permintaan obat (Kee, 1994; Kee, 2002).
c. Tahap Pasca Instrumentasi
Tahap pasca instrumentasi (Pasca-Uji)
adalah tahap sesudah dilakukan prosedur studi
diagnostik. Fokus utama tahap Pasca-Uji adalah
perawatan pasien sesudah dilakukan prosedur
studi laboratorium atau diagnostik radiologis
dan interprestasi hasil untuk keperluan asuhan
keperawatan. Interprestasi hasil yang akurat
dapat memberikan informasi perkembangan
status kesehatan pasien yang adekuat.
Sehingga akan memberikan arah kepada tenaga
Gambar 2.4 : Pendampingan Pasca Instrumentasi
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
PROSEDUR: Prosedur merupakan bagian penting pada uji sehingga perawat perlu
mendiskusikannya, setiap langkah demi langkah, bersama dengan klien. Kebanyakan
langkah prosedur uji laboratorium dan diagnostik sama di antara institusi. Penjelasan
atau saran berikut sangat bermanfaat untuk kebanyakan studi diagnostik (Kee, 1994).
a. Studi Laboratorium (Kee, 1994; Kee, 2002).
1) Ikuti prosedur dan kebijaksanaan institusional.
2) Kumpulkan jumlah spesimen yang direkomendasikan (darah, urine, dsb nya).
3) Hindari pengambilan darah vena dengan menggunakan lengan atau tangan yang
terdapat jalur IV.
4) Cantumkan label secara jelas pada wadah spesimen dengan informasi identitas
pasien.
5) Catatdataobatyangsedangdigunakanpasienpadalabelatauformulirpermintaan
studi laboratorium.
6) Hindari hemolisis, bila tidak dianjurkan jangan mengocok spesimen darah.
7) Pantau penerapan teknik aseptik yang ketat saat mengumpulkan dan menangani
setiap spesimen. Gunakan petunjuk OSHA yang diadopsi oleh setiap institusi
(misal kewaspadaan standar).
8) Lakukan pembatasan asupan makanan dan minuman hanya apabila diindikasikan
dalam pemeriksaan laboratorium.
9) Kumpulkan spesimen urine 24 jam dengan cara sebagai berikut:
a) Untuk urine tampung, minta pasien menampung urine sesuai dengan waktu
yang dianjurkan (misal 24 jam).
Gambar 2.5 : Pengumpulan Spesimen Urine
b) Untuk urine rutin, minta pasien berkemih
dan urine pertama dibuang, kemudian urine
selanjutnya ditampung pada wadah yang
telah disediakan khusus dari laboratorium.
c) Anjurkan klien menghindari kontaminasi
spesimen urine dengan kertas toilet atau
dengan feses.
d) Simpan spesimen urine sesuai keperluan
prosedur studi laboratorium. Penyimpanan
spesimen urine dapat dengan cara mendingikan urine 24 jam dalam lemari
es, atau simpan di antara tumpukan es. Bisa juga dengan menambahkan
zat pengawet atau disimpan pada suhu kamar dan tanpa penambahan zat
pengawet.
e) Cantumkan label pada bagian botol penampung urine dengan: n a m a
klien, tanggal, dan waktu pengumpulan yang tepat (missal: 21/6/2004 pukul
07.00 sampai 22/6/2004 pukul 07.01).
10) Cantumkan nama obat dan makanan yang di konsumsi pasien yang dapat
memengaruhi hasil uji.
11) Apabilamungkin,tundapemberianobatdanmakananyangmungkinmenyebabkan
hasil uji palsu sampai pemeriksaan benar-benar telah selesai dilakukan. Sebelum
menunda pemberian obat, konfirmasi hal ini kepada pemberi layanan kesehatan.
12) Kirim spesimen ke laboratorium dengan kewaspadaan dan kesesuaian.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
9
b. Studi Diagnostik Radiologis (Kee, 1994; Kee, 2002).
1) Ikuti prosedur dan kebijaksanaan institusional.
2) Buatlah inform concent dan tanda tangani formulir persetujuan tindakan.
3) Protokol pembatasan asupan makanan dan minuman kerap dilakukan.
4) Protokol penggunaan zat kontras untuk mendapat kewaspadaan dan kesesuaian.
5) Protokol pengosongan isi perut untuk diinformasikan kepada pasien secara jelas
dan cegah komplikasi akibat prosedur pengosongan isi perut.
c. Faktor-faktor yang memengaruhi hasil studi diagnostic.
a. Pengambilan spesimen yang tidak kesesuaian (misal jumlah dan jenis).
b. Efek obat dan makanan yang dikonsumsi.
c. Pewadahanyangtidakmendapatkesesuaian(misalsterilitas,zataditifataupengawet).
d. Cara penyimpanan dan transportasi yang tidak kesesuaian (misal suhu, waktu, jarak
tempuh, goncangan) (Kemkes RI, 2011).
IMPLIKASI KEPERAWATAN
1. Pastikan Anda memiliki cukup pengetahuan dan ketrampilan tentang prosedur
studi diagnostik.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur setiap studi diagnostik kepada pasien dan keluarga.
3. Sediakan waktu yang cukup, dan berempatilah pada saat menjawab setiap
pertanyaan yang muncul. Jadilah Anda motivator bagi pasien dan keluarganya.
4. Ikuti setiap langkah prosedur yang ditetapkan untuk tiap-tiap studi diagnostik.
5. Cantumkan pada label spesimen tentang informasi yang berkaitan dengan pasien.
6. Hubungkan temuan studi diagnostik dengan masalah klinis dan obat. Sampaikan
bahwa studi diagnostik ini dapat diulang untuk konfirmasi kecurigaan masalah.
7. Laporkan hasil studi diagnostik yang abnormal ke pemberi layanan kesehatan.
8. Bandingkan hasil studi diagnostik dengan uji diagnostik lain yang relevan.
9. Anjurkan klien mematuhi kontrol ke dokter sebagai langkah tindak lanjut.
10. Berikan penyuluhan kesehatan yang berkaitan dengan masalah klinis.
11. Perlakuan terhadap uji diagnostik:
a) Minta klien berkemih sebelum pengobatan atau sebelum uji dilakukan, atau
keduanya.
b) Untuk pemakaian zat kontras, kaji riwayat alergi tehadap zat iodin atau protein.
c) Pantau bila ada reaksi alergi yang parah terhadap zat kontras.
d) Monitor tanda vital sesuai yang diindikasikan setelah uji selesai dilakukan.
e) Jika digunakan zat sedatif, anjurkan klien untuk tinggal sampai efek obat
menghilang (Kee, 1994; Kee, 2002; Lemone, 2007).
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
3. Persiapan keperawatan pasien dengan prosedur studi diagnostik.
Menurut Lemon & Burke (2007), bahwa persiapan pasien yang benar dan
adekuat dapat memberikan kemudahan pelaksanaan prosedur studi diagnostik
dan meningkatkan akurasi hasil studi diagnostik. Sehingga didapat kesan kepuasan
dari klien sebagai customer pelayanan kesehatan dan berdampak pada peningkatan
kualitas asuhan keperawatan prima. Pada pembahasan ini Anda diharapkan memahami
dan mampu melakukan persiapan pasien yang dilakukan prosedur diagnostik dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pendidikan kesehatan
KegiataninisangatlahpentingartinyabagiAndasebagaitenagakeperawatan.Karena
pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan merupakan upaya meningkatkan
pengetahuan klien tentang prosedur studi diagnostik, bertujuan meningkatkan
fungsi kooperatif dan peran aktif klien dalam pelaksanaan prosedur studi diagnostik.
Pendidikan kesehatan yang dapat Anda berikan adalah pengertian, tujuan, masalah
klinis, dan prosedur. Media yang Anda dapat gunakan adalah: leaflet, audio visual, atau
sharing pengalaman nyata pasien yang telah dilakukan studi diagnostik (Kozier et all,
2004).
Penyuluhan : Perawatan Pasien
Mempersiapkan pasien untuk Prosedur Studi Diagnostik
• Informasikan klien mengenai hal-hal yang diperlu-
kan atau dibatasi (misal kapan dan apa yang boleh
dimakan atau diminum, berapa lama pasien harus
berpuasa).
• Informasikan mengenai apa yang mungkin akan
dirasakan klien (misal kemerahan sementara dan
merasa hangat ketika media kontras diinjeksikan).
• Tanyakan kepada klien apakah penggambaran
alat-alat yang diperlukan dan dipergunakan, akan
membantu klien mempersiapkan dirinya untuk
menjalani pemeriksaan.
• Motivasikan klien mengajukan pertanyaan
atau membicarakan mengenai rasa ce-
mas klien. Cari tahu informasi apa yang
mungkin pernah klien dengar mengenai
pemeriksaan dari orang lain,
• Informasikan klien waktu yang diperlukan
untuk memperoleh hasil studi diagnostik.
• Dokumentasikan penyuluhan dan respons
klien. Catat alat bantu audio-visual dan
bahan bacaan yang digunakan.
Catatan: A Manual of laboratory and Diagnostic Tests, 6th ed., oleh F. Fschbach. 2000, Philadelphia: Lip-
pincott, dan Nurses’ Quick Reference to Common Laboratory and Diagnostic Test, 3nd ed., oleh
F. Fischbach, 2002, Philadelphia: Llppincott.
b. Persiapan pasien
1) Puasa
Menghentikan aktivitas makan sebaiknya dilakukan selama 6-8 jam sebelum
dilakukan prosedur studi diagnostik. Karena selama jam tersebut makanan sudah
tercerna sempuran, proses absorbsi dan metabolisme tubuh relatif basal. Dengan
catatan asupan cairan tetap diperhatikan kecukupannya, dengan hanya memberikan
air putih tawar sesuai jumlah yang dianjurkan. Dua jam setelah makan, kira-kira
sebanyak 800 kalori dapat mengakibatkan peningkatan volume plasma. Perubahan
volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam
plasma dan jumlah sel darah.
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
11
Penyuluhan : Perawatan Pasien
Tata cara puasa dalam persiapan pemeriksaan laboratorium
1. Puasa pada malam hari 10 – 12 jam sebelum
pengambilan darah
2. Selama puasa Anda tidak diperkenankan
makan dan minum kecuali minum air putih
tanpa gula
3. Anda diperkenankan atau bahkan dianjurkan
minum air putih tanpa gula seperti biasa teru-
tama bila Anda akan melakukan pemeriksaan
yang memerlukan bahan pemeriksaan urine
(air kencing) dengan catatan minuman lain
seperti teh dan kopi meskipun tanpa gula tetap
tidak diperkenankan
4. Selama puasa malam hari dan setelah ban-
gun tidur sampai dengan pengambilan darah
Anda tidak diperbolehkan melakukan aktivitas
berlebih (contoh: Olah raga, begadang, dan
aktivitas berat lainnya)
5. Hindari juga merokok dan makan permen karet
karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
6. Jangan puasa lebih dari 14 jam
Catatan: Nurses’ Quick Reference to Common Laboratory and Diagnostic Test, 3nd ed., oleh F. Fisch-
bach, 2002, Philadelphia: Llppincott.
2) Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan hematologi misalnya: asam
folat, Fe, vitamin B12. Pemberian kortikosteroid
akan menurunkan jumlah eosinofil, pemberian
adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit
dan trombosit. Pemberian transfusi darah
akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan
apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi
hasil pemeriksaan hemostasis. Gambar 2.6 : Kapsul Obat-Obatan
3) Waktu pengambilan spesimen.
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama
pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih
pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali
ada instruksi dan indikasi khusus atas advis dokter. Selain itu, juga ada pemeriksaan
yang tidak melihat waktu berhubung dengan tingkat kegawatan pasien dan
memerlukan penanganan segera disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter
hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi
diurnal yaitu hasil yang dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi
serum lebih tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-
100 ug/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari
dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
4) Posisi dan aktivitas pasien.
Posisi berdiri atau ambulasi yang baru dilakukan menyebabkan cairan tubuh
berpindah dari ruang vaskular ke jaringan. Hemokonsentrasi vaskular dapat
memengaruhi konsentrasi protein, enzim, albumin, globulin, kolesterol, trigliserida,
kalsium, dan zat besi. Diperlukan waktu 20-30 menit agar kadar cairan kembali
mencapai equilibrium. Anjurkan pasien untuk dudak melakukan aktivitas atau
latihan berat sebelum pengumpulan spesimen karena dapat menyebabkan temuan
palsu (misal uji enzim).
5) Pewadahan (tabung pengumpulan).
Tabung pengumpulan dengan penutup berkode warna memberikan indikasi
mengenai penambahan zat aditif di dalam tabung tersebut. Penambahan zat aditif
bisa berupa antikoagulan, seperti oksalat, sitrat, ethylene diamine tetraacetic acid
(EDTA), dan heparin. Spesimen serum darah dapat diambil dari tabung bertutup-
merah, karena tidak mengandung zat aditif.
Tabel: Pengelompokan studi laboratorium dan tabung bertutup warna
Warna tutup
Tabung
Zat Aditif Jenis
Identifikasi
Studi Laboratorium
Merah Tidak ada penam-
bahan zat aditif
Serum
(Sampel darah da-
lam kondisi beku)
pemeriksaan kimiawi (elektrolit, pro-
tein, enzim, lipid, hormon), peman-
tauan obat metode RIA (radioimmu-
noassay), serologi, serta bank darah.
Hindari hemolisis
Lembayung EDTA Plasma dan darah uji hematologik (hitung darah lengkap
(CBC), hitung trombosit)
Hijau HEPARIN Plasma uji gas darah arteri (ABG), Lupus
Eritematosus (LE), kadar hormon dan
elektrolit
Biru SITRAT Plasma uji koagulasi (masa protrombin (PT),
masa tromboplastin parsial teraktiva-
si (APTT), masa tromboplastin par-
sial(PTT), serta kadar hemoglobin.
Abu-abu NATRIUM FLOR-
IDA
Plasma Uji kadar glukosa.
Zat aditif ini bertujuan mencegah
glikolisis sehingga mampu memper-
tahankan konsentrasi glukosa seperti
masih di dalam tubuh.
Catatan: Kee, J. L., 1994. Handbook of Laboratory and Diagnostic Test With Nursing Implication. 2nd
ed. s.l.:Appleton & Lange.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
13
4. Perawatan pasien pasca prosedur studi diagnostik.
Anda telah mengetahui dan memahami prosedur studi diagnostik, dimana pada
pasien yang dilakukan prosedur studi diagnostik mengalami manipulasi perlakuan
dan tindakan invasive. Apa contohnya? Misalnya penusukan jarum ke vena atau arteri,
penggunaan zat kontras, obat sedatif, memasukkan alat endoskopi kedalam organ,
perlukaan jaringan karena biopsi, dan masih banyak lagi contoh yang Anda bisa ketahui
bila Anda berkunjung ke rumah sakit. Semua perlakuan di atas dapat menyebabkan
stress fisik dan psikis. Demikian juga dengan
menunggu waktu jadinya hasil pemeriksaan
studi diagnostik, pasien dan keluarganya
akan mengalami cemas akan hasil status
kesehatan pasien, serta perubahan pola
hidup dan kesejahteraan klien.
Permasalahan kritis yang terjadi harus
segera mendapat penyelesaian dengan
tujuan mencegah memburuknya status
kesehatan pasien dampak stress fisik dan
psikis. Kontribusi tenaga keperawatan Gambar 2.7 : Penusukan Jarum ke Vena
sangat berarti untuk mencegah dan memulihkan stress fisik dan psikis tersebut dengan
memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Anda pasti
masih mengingat bahwa proses keperawatan merupakan metode perencanaan dan
pemberian asuhan keperawatan yang rasional dan sistimatis berdasarkan kebutuhan
individu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi status kesehatan dan masalah
kesehatan aktual, risiko atau kemungkinan, menyusun rencana guna memenuhi
kebutuhan dan memberikan intervensi keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan
keluarga. Pada prinsipnya Anda melakukan asuhan keperawatan holistik: bio, psiko,
sosial, kultural, spiritual, dan komprehensif, menggunakan pendekatan metode proses
keperawatan (Kozier et all, 2004; Lemone, 2007).
Menurut Kee L Joyce (1994, 2002) diagnosa keperawatan yang dapat berhubungan
dengan hampir semua atau seluruh pemeriksaan studi diagnostik adalah:
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prosedur studi diagnostik dan perawatan
pasca studi diagnostik.
2. Ketidakpatuhan pada program prosaedur studi diagnostik berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat mengenai prosedur studi diagnostik.
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan prosedur studi diagnostik
dan masalah kesehatan.
4. Cemas berhubungan dengan kemungkinan hasil studi diagnostik positif.
5. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan hasil studi diagnostik dan
proses penyakit.
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan masalah kesehatan sekunder
prosedur studi diagnostik.
7. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan kesehatan sekunder
prosedur studi diagnostik.
8. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan sistem barier mukosa sekunder
prosedur studi diagnostik invasif.
9. Risiko tinggi injuri berhubungan dengan kerentanan integritas kulit atau mukosa
sekunder prosedur studi diagnostik invasif.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
10. Risiko tinggi defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan tindakan enema atau
lavage abdomen sekunder prosedur studi diagnostik.
11. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kontinuitas jaringan sekunder prosedur studi
diagnostik invasif.
Coba Anda tuliskan di dalam kolom berikut, masalah atau diagnosa keperawatan yang
Anda pernah temukan saat merawat pasien pada pasca prosedur studi diagnostik.
Diagnosa keperawatan pasien pasca prosedur studi diagnostik adalah:
1..............................................................................................................................
2..............................................................................................................................
3..............................................................................................................................
4..............................................................................................................................
5..............................................................................................................................
6..............................................................................................................................
Bila masih banyak diagnosa keperawatan yang Anda temukan, silahkan Anda men-
gambil secarik kertas untuk menuliskan dan tempelkan pada modul ini sebagai
karya Anda, untuk menambah pengetahuan sejawat dalam perawatan pasien.
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
15
Selamat, Anda telah menyelesaikan Kegitan Belajar 2 dari Modul 1 tentang Persiapan
dan Perawatan Pasien dengan Prosedur Studi Diagnostik. Dengan demikian, Anda telah
menguasai kompetensi melakukan persiapan dan perawatan pasien yang dilakukan
prosedur studi diagnostik. Hal-hal penting yang telah Anda pelajari dalam kegiatan
belajar 2 dari modul-1 mata kuliah studi diagnostik dalam praktik keperawatan adalah
sebagai berikut:
1. Prosedur studi diagnostik ada 3 tahap yaitu: (1) tahap pra instrumentasi (Pra-Uji), (2)
tahap instrumentasi (Intra-Uji), (3) tahap pasca instrumentasi (Pasca-Uji).
2. Kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Pra-Uji meliputi:
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir studi diagnostik.
b. Pembuatan persetujuan prosedur (inform concent).
c. Persiapan pasien: bio, psiko, sosial, kultural, dan spiritual.
d. Persiapan alat yang akan digunakan.
3. Kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Intra-Uji meliputi:
a. Prosedur pengambilan sample.
b. Penanganan awal sampel (termasuk pengawetan) dan pewadahan.
c. Prosedur transportasi atau pengiriman sampel.
Pada tahap ini penting menerapkan kewaspadaan standar dan teknik steril
4. Kegiatan tenaga keperawatan pada tahap Pasca-Uji meliputi:
a. Interprestasi hasil studi diagnosis untuk keperluan asuhan keperawatan.
b. Perawatan pasien pasca prosedur studi diagnostik.
c. Dokumentasi dan pelaporan keperawatan.
5. Implikasi proses keperawatan pada pasien dengan prosedur diagnostik adalah: nilai-
nilai standar, deskripsi, masalah-masalah klinis, prosedur, diagnosa keperawatan,
dan implikasi keperawatan.
6. Persiapan keperawatan pasien dengan prosedur studi diagnostik dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Pendidikan atau promosi kesehatan
b. Persiapan pasien: puasa, obat dan makanan yang dikonsumsi, waktu pengembilan
spesimen, posisi dan aktivitas pasien, pewadahan.
7. Perawatan pasien pasca prosedur studi diagnostik dengan cara melakukan
prinsip asuhan keperawatan holistik, yaitu: bio, psiko, sosial, kultural, spiritual, dan
komprehensif, menggunakan pendekatan metode proses keperawatan.
Rangkuman
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
1. Seorang perempuan umur 30 tahun
dengan diagnosa medis tumor paru,
akan dilakukan prosedur diagnostik
biopsi jaringan. Pasien mengatakan
cemas dan takut kalau organ parunya
nanti berlubang. Pada tahap apa Anda
melakukan eksplorasi atau penggalian
perasaan takut dan cemas pasien
adalah ....
A. Tahap Pra-Uji karena data tersebut
perlu dicantumkan di formulir
pemeriksaan.
B. Tahap Intra-Uji karena data tersebut
berpengaruh pada tanda vital
C. Tahap Pra-Uji karena data tersebut
untuk mempersiapkan fisik dan
mental pasien.
D. Tahap Pasca-Uji karena data
tersebut berguna untuk memenuhi
kebutuhan tidur pasien sesudah
dilakukan prosedur studi diagnostik.
2. Seorang laki-laki umur 35 tahun hasil
pemeriksaan HIV rapid tes positif,
dilakukan prosedur studi diagnostik
Analisa Gas Darah Arteri. Langkah
utama yang menjadi perhatian Anda
adalah ........
A. Mempelajari penyakit HIV karena
pengetahuan meningkatkan
ketrampilan tindakan.
B. Menyiapkan wadah yang bertutup
warna hijau karena mengandung
heparin.
C. Menerapkan kewaspadaan standar
karena HIV menular melalui darah.
D. Menentukan diagnosa keperawatan
karena penting untuk memeberikan
asuhan sesuai kebutuhan pasien.
3. Seorang laki-laki umur 35 tahun hasil
pemeriksaan HIV rapid tes positif,
dilakukan prosedur studi diagnostik
Analisa Gas Darah Arteri. Langkah
utama yang menjadi perhatian Anda
setelah melakukan pengambilan darah
pasien tersebut adalah ........
A. Melakukan dekontaminasi peralatan
keperawatan karena HIV penyakit
menular.
B. Mengirim segera spesimen darah ke
laboratorium, karena darah mudah
membeku.
C. Mendokumentasikan prosedur
pengambilan darah arteri untuk
analisa gas darah.
D. Melakukan penekanan pada lokasi
pengambilan darah arteri pasien
selama 10 menit.
4. Seorang perempuan umur 25 tahun
mengeluh ada benjolan pada payudara,
advis dokter dilakukan studi diagnostik
mamografi. Implikasi keperawatan
dengan pendekatan prinsip etik dan
legal praktik keperawatan. Perilaku yang
Anda lakukan dalam mempersiapkan
pasien tersebut adalah ……..
A. Mempelajari penyakit tumor
payudara dan prosedur mamografi.
B. Menjelaskan tujuan dan prosedur
mamografi kepada pasien dan
keluarganya.
C. Mengikuti setiap langkah prosedur
mamografi secara sistimatis
4. Mengembangkan rasa simpati bagi
pasien dan keluarganya.
Evaluasi
Formatif
Apakah Anda ingin mengukur penguasaan pengetahuan dan pemahaman Anda
tentang persiapan dan perawatan pasien yang dilakukan prosedur studi diagnostik? Saya
yakin ya... Silahkan Anda jawab pertanyaan-pertanyaan dalam test formatif berikut:
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Keperawatan
17
Tugas
Mandiri
5. Persiapan pasien yang benar dan
adekuat dapat memberikan kemudahan
pelaksanaan prosedur studi diagnostik
dan meningkatkan akurasi hasil studi
diagnostik. Perilaku mana yang Anda
lakukan dalam persiapan pasien yang
dilakukan studi diagnostik adalah .........
A. “Ibu mulai jam 10.00 malam sampai
jam6pagitidakbolehmakanapapun
kecuali minum air putih tawar.”
B. “Saya akan menjawab pertanyaan
Bapak sesuai kewenangan dan
pengetahuan saya.”
C. “Apa ada yang bisa saya bantu untuk
mengatasi rasa cemas Ibu ?“
D. “Maaf saya harus mengakhiri
perbincangan ini, karena saya harus
melakukan injeksi pasien kamar 2.”
Selanjutnya Apakah Anda ingin menjadi pengelola ruang rawat yang handal berwawasan
ilmiah? Silahkan Anda menuangkan ide dan pola pikir ilmiah untuk menyelesaikan tugas
mandiri berikut, tuliskan jawaban Anda pada secarik kertas kemudian lekatkan pada
modul ini, sebagai karya pikir ilmiah Anda mahasiswa PPJJ Perdidikan Tinggi Kesehatan.
Situasi
Seorang pasien laki-laki umur 20 tahun
dengan diagnosa medis suspek tumor paru
dan akan dilakukan bronkoskopi, pasien
dan keluarga sering bertanya pemeriksaan
akandilakukanjamberapadanberapalama
waktu yang digunakan pemeriksaan. Anda
sedang jaga malam, apa yang akan Anda
lakukan bila Anda mendapat pendelegasian
tugas tersebut! Jelaskan menggunakan
pendekatan implikasi proses keperawatan
pada pasien yang dilakukan prosedur studi
diagnostik, dan kewaspadaan standar.
Gambar 2.8 : Bronskopi Serat Optik Lentur (BSOL)
18. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015