SlideShare a Scribd company logo
1 of 104
Webinar
Jakarta, 30 September 2023
Pukull : 10.00 – 11.30
Peningkatan Mutu dan
Keselamatan pasien
(PMKP)
Dr.dr. Dahlan Gunawan, SpKKLP.
SH. MH. MARS. M.Kes, FISQua. FIHFAA. CH. CHt. CP.NLP
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit dan keselamatan pasien secara terus menerus, melalui
pemantauan, analisa dan tindak lanjut adanya penyimpangan
dari standar yang ditentukan.
GAMBARAN UMUM
Pengelolaan rumah sakit adalah pengelolaan yang penuh dengan resiko
dan harus memenuhi mutu pelayanan yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Untuk memperbaiki mutu secara keseluruhan,
pengelola rumah sakit perlu secara terus menerus mengurangi resiko
terhadap pasien dan staf. Resiko semacam ini dapat muncul dalam proses
klinis, manajerial dan lingkungan fisik rumah sakit.
Tujuan Umum
Peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini
bertujuan Men- dorong pelaksanaan kegiatan
pelayanan kepada pasien yang memenuhi standar
pelayanan keselamatan pasien untuk menjamin
asuhan pasien yang diberikan aman dan bermutu
tinggi sehingga memberikan kepua- san kepada
pasien secara maksimal.
Tujuan Khusus
a. Memastikan bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan standar pe-
layanan profesi kesehatan yang ada di RS.
b. Menjamin pemberian pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
profesi, keselamatan pasien dan dilaksanakan secara terpadu sesuai
dengan kebutuhan pasien.
c. Mengupayakan PMKP pasien melalui peningkatan kemampuan
pemberian pelayanan kesehatan.
d. Tersusunnya sistem monitoring mutu pelayanan Rumah Sakit
melalui indikator mutu pelayanan rumah sakit.
Pengertian
1. PMKP
Singkatan dari Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. PMKP
merupakan upaya peningkatan mutu secara keseluruhan dengan terus
menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf dalam proses klinis
maupun lingkungan fisik.
2. Upaya Peningkatan Mutu
Upaya terus menerus yang berkesinambungan untuk mencapai mutu yang
tinggi. Mutu adalah sesuatu yang bersifat persepsi dan dipahami berbeda
oleh orang yang berbeda namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
3. Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar
pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya tersedia di rumah sakit secara
wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan
norma, etika, hukum, dan dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintahmasyarakat konsumen.
4. Keselamatan Pasien
Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm
yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/ psikologis, cacad, kematian)
terkait denganpelayanan kesehatan.
5. Clinical Pathway Suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum
setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan
asuhan keperawatan yangberbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam
jangkauan waktu tertentu selama di rumah sakit (Firnanda. D, 2008).
1. Indikator Area Klinis adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai
perubahan dalam bidang klinis.
2. Indikator Area Manajemen adalah suatu variabel yang digunakan untuk
menilai perubahan dalam bidang manajemen.
3. Indikator Keselamatan Pasien adalah suatu variabel yang digunakan untuk
menilai perubahan dalam keselamatan pasien.
4. Kejadian Sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian ataucidera
yang serius kepada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar
ke pasien sehingga pasien tidak cidera.
6. Kondisi Potensial Cidera (KPC) adalah kondisi atau situasi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden.
7. Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses terstruktur yangmenggunakan
metode analitik yang memungkinkan kita untuk bertanya ”bagaimana” dan ”mengapa”
dengan cara yang obyektif untuk mengungkap faktor kausal yang menyebabkan insiden
keselamatan pasien dan kemudian menjadi proses pembelajaran untuk mencegah
insiden serupa terjadi lagi tanpa menerapkan sikap menyalahkan.
8. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah proses proaktif dalam
memperbaiki kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan
sebelum terjadi, di mana kesalahan dapat diprediksi dan diantisipasi sehingga dampak
buruk akibat kesalahan itu dapat dihilangkan atau diminimalisisr demi keselamatan
pasien.
9. Manajemen Risiko adalah suatu pendekatan proaktif berupa kegiatan klinis dan
administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyusun
prioritas dalam menanggani resiko cidera terhadap pasien, staf RS dan pengunjung,
serta resiko terhadap institusi Rumah Sakit itu sendiri.
SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN MUTUPELAYANAN RUMAH SAKIT
Pada tahun (1820 –1910) Florence Nightingale seorang
perawat dari Inggris menekankan pada aspek-aspek
keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu
ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah “ hospital
should do the patient no harm”, Rumah Sakit jangan sampai
merugikan atau mencelakakan pasien.
Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai
oleh ahli bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A
Codman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang
seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan
bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di
Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang
segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya
pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian
mencari jalan keluarnya.
Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of
Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme.
Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan
tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat
berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit
tertarik untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi
maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh
karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup
disiplin lain secara umum.
Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians, American
Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on
Accreditation of Hospital (JCAH) suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi
Rumah Sakit .
Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan
sangat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan
konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi
kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan
karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di
Eropa. Karena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal
tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu
Negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan
mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan
kesehatan masing-masing.
Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah
menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan
penyelenggaraan. simposium di Utrecht, negeri Belanda
tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam
bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja
yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk
mempelajari peningkatan mutu khusus untuk Eropa.
Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai
program peningkatan mutu dan akreditasi Rumah
Sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak
menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan
Malaysia mengembangkan peningkatan mutu
pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari Negeri
Belanda,
Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan
terarah yang telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam
rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas
Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No.033/Birhup/1972.
Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk
tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian
berkembang menjadi standar-standar.
Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik
menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk
masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen
Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka
meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit.
Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan
berbagai indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan
(performance) Rumah Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta
setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional.
a. Sebagai motor pengerak penyusunan program Program Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien rumah sakit
b. Melakukan monitoring dan memandu penerapan program Pening-
katan Mutu dan Keselamatan Pasien dan di unit kerja;
c. Membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pela-
yanan dalam memilih prioritas perbaikan, pengukuran mu-
tu/indikator mutu, dan menindak lanjuti hasil capaian indikator.
d. Melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan prioritas pro-
gram di tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas
rumah sakit secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini
ha-rus terkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaannya.
e. Menentukan profil indikator mutu, metode analisis, dan validasi data dari
indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di ru- mah sakit;
f. Menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis data,
serta bagaimana alur data dan pelaporan dilaksanakan;
g. Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta
menyampaikan masalah terkait pelaksanaan program mutu dan
keselamatan pasien.
h. Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP;
i. Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah mu- tu
secara rutin kepada semua staf;
j. Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan pro- gram
PMKP.
1) Memerintahkan dan menugaskan staf dalam melaksanakan
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien
2) Meminta laporan pelaksanaan program peningkatan mutu dari
unit kerja terkait
3) Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu
rumah sakit dari unit-unit kerja di lingkungan RS
4) Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS
terkait pelaksanaan program peningkatan mutu dan hal-hal
lainnya yang berhubungan dengan mutu rumah sakit
6. Memberikan pengarahan dalam hal penyusunan, pelaksanaan,
evaluasi, dan tindak lanjut rekomendasi dari setiap program-
program peningkatan mutu
7. Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator
mutu peningkatan mutu dan pelaksanaan clinical pathways dari
unit kerja terkait.
8. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS
terkait pelaksanaan pemantauan program indikator mutu serta
pelaksanaan clinical pathways dan hal-hal lainnya yang
berhubungan dengan mutu rumah sakit
9. Meminta data dan informasi yang
berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan
clinical pathways rumah sakit dari unit-unit
kerja di lingkungan RS
10. Bertanggung jawab terhadap pemantauan
Program Indikator Mutu dan pelaksanaan
clinical pathways
1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program
penjaminan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit
2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
yang berhubungan dengan inovasi mutu dan
keselamatan pasien.
3) Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil
pelaksanaan program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien serta kegiatan-kegiatan mutu
lainnya kepada Direktur RS
4) Bertanggung jawab terhadap ketersediaan data dan informasi
yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit.
5) Bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang
berhubungan dengan kegiatan inovasi mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit.
6) Bertanggung jawab terhadap disiplin dan performa kerja staf di
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
7) Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan
pemantauan program indikator mutu dan
pelaksanaan clinical pathways di Komite
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
8) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
yang berhubungan dengan inovasi mutu dan
pelaksanaan clinical pathways dan Manajemen
resiko di rumah sakit
9) Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan
pemantauan program indikator mutu dan pelaksanaan clinical
pathways serta kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada Ketua
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
10. Bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan informasi
yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan clinical
pathways rumah sakit.
11. Bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang
berhubungan dengan kegiatan inovasi mutu dan
pelaksanaan clinical pathways rumah sakit
MANAJEMEN MUTU
A. Pengertian
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan penampilan dari sesuatu yang dia- mati
atau derajat kepatuhan terhadap standar yang ditentukan terlebih dahulu.
2. Manajemen mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam identifikasi dan
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan ber- dasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutu pelayanan
3. Quality Assurance atau Menjaga Mutu adalah “Suatu program yang disusun secara
objektif dan sistematik memantau dan menilai mutu dan kewajaran asuhan pasien.
Menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan
masalah-masalah yang terungkap.”
4. Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar profesi dan standar pe- layanan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia di ru- mah sakit secara wajar, efisien, dan efektif
secara diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum
dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan
pemerintah dan masyarakat konsumen.
5. Pihak yang berkepentingan dengan mutu
Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu. Pihak-pihak tersebut
adalah :
a. Konsumen
b. Provider (pemberi jasa kesehatan)
c. Pembayar/pihak III/asuransi
d. Manajemen rumah sakit
e. Karyawan rumah sakit
f. Masyarakat
g. Pemerintah
h. Ikatan profesi
6. Dimensi mutu
Dimensi atau aspeknya adalah :
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan pasien
d. Kepuasan pasien
e. Aspek sosial budaya
Pengukuran mutu juga memperhatikan dimensi mutu dari WHO yaitu :
a. Effective (efektif)
b. Effecient (efisien)
c. Accessible (mudah diakses)
d. Accepted (patient-centred) (mengutamakan pasien)
e. Equity (tepat waktu)safe (aman)
Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi oleh :
1. Sumber daya rumah sakit, termasuk antara lain tenaga,
pembiayaan, sarana dan teknologi yang digunakan.
2. Interaksi pemanfaatan dari sumber daya rumah sakit yang
digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu sehingga
menghasilkan jasaatau pelayanan.
Tujuan program manajemen mutu mencakup dua hal yang bersifat
pokok, yaitu sebagai berikut :
Tujuan Antara
Tujuan antara yang hendak dicapai oleh manajemen mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan melalui aktivitas kendali mutu (quality
control) dan manajemen mutu (quality asurance).
Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh manajemen mutu ialah semakin
meningkatnya mutu pelayanan (quality improvement).
Manfaat
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan
3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan
4. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari
kemungkinan munculnya gugatan hokum
A. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu
Manajemen mutu didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Setiap orang di dalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian
dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing- masing kontrol dan
tanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang.
2. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing-masing pelang- gan,
baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal.
3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu
dengan menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat-
alat statistik, dan keterlibatan setiap orang yang terkait
4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yangalami.
5. Pembentukan team work, baik dalam part time team work, full time team work,
ataupun cross funtional team.
6. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan melalui keterli- batan di
dalam pengambilan keputusan.
7. Partisipasi dari pada setiap orang dalam kegiatan merupakan dorongan yang
positif dan harus dilaksanakan.
8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investasi / modal
dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk
mencapai potensi mereka.
9. Supliers dan customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu
Bentuk manajemen mutu dapat dibedakan atas tiga yaitu
1. Manajemen mutu Prospektif (Prospective Quality
Manajemen)
2. Manajemen mutu Konkuren (Concurent Quality
Manajemen)
3. Manajemen mutu Retrospektif (Retrospective Quality
Manajemen)
A. Pengertian
Indikator mutu adalah parameter yang dapat diukur,
yang mewakili input, proses maupun hasil akhir dari suatu
pelayanan dan proses manajerial yang digunakan untuk
mengukur mutu dari pelayanan dan proses manajerial
tersebut.
A.Tujuan
Untuk mengukur mutu dari pelayanan
kesehatan meliputi area klinis, area manajemen,
area keselamatan pasien, dan International
LibraryMeasure
KESELAMATAN
PASIEN / PATIENT
SAFETY
A. Definisi
Suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman untuk
mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
1. Keselamatan Pasien /Patient Safety
Pasien bebas dari harm / cedera yangtidak seharusnya terjadi atau bebas dari
harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / social / psikologis,
cacad, kematian dll) terkait dengan pelayanan kesehatan.
2. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) Patient Safety Incident
Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi.
A. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit
terhadap pasien danmasyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan
5. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjungRS
6. Mempertahankan reputasi RS
7. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien
8. Tercapainya International Patient Safety Goals di RS
A. Manfaat
1. Budaya safety meningkat & berkembang
2. Komunikasi dengan pasien berkembang
3. Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun. Peta KTD selalu ada & terkini
4. Resiko klinis menurun
5. Keluhan berkurang
6. Mutu pelayanan rumah sakit meningkat
7. Citra rumah sakit dan kepercayaan masrakat meningkat, diikuti dengan
kepercayaan diri yang meningkat
B. Ruang Lingkup
Keselamatan pasien diterapkan pada semua proses pelayanan
baikklinis maupun non klinis.
A. Insiden Keselamatan Pasien
Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien yang tidak seharusnya terjadi. Insiden keselamatan pasien
terdiri dari:
Kejadian Sentinel
Kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau kecacatan
permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak
diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event
Suatu insiden yang mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat
melaksnakan suatu tindakan atau tiding mengambil tindakan yang
seha- rusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis yang tidak dapat dicegah.
Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near miss
Keadian yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya, akan
tetapi karena factor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi.
Kejadian Tidak Cedera (KTC)
adalah insiden yang sudah terpapar kepadapasien tapi tidak
menimbulkan cedera
Kondisi Potensial Cedera (KPC)
adalah kondisi yang sangat berpotensiuntuk menimbulkan
cedera tapi belum terjadi insiden.
Kesalahan Medis (Medical Errors)
kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibat- kan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal
melaksanakan sepe- nuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah
untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (com-mission)
atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diam (omis- sion)
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit
suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak di-
harapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada
pasien.
Manajemen Risiko (Risk Management)
Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah
manajemen risiko dikaitkan kepada aktifitas per-
lindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang
nyata atau berpotensi nyataterhadap kerugian keuangan
akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis
Pengertian
Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses
kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Manajemen resiko
adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi dan
memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada
pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri.
Tujuan
1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung
dan karyawan di RS
2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung RS.
3. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien.
4. Mempertahankan reputasi RS.
Manfaat
1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
2. Peningkatan efektifitas yang dimaksud adalah pelayanan dapat
diselenggarakan dengan cara yang baik dan benar.
3. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan
4. Peningkatan efesiensi yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang membahayakan pasien,
sehingga tidak ada biaya tambahan akibat tindakan yang merugikan
pasien.
5. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
6. Peningkatan penerimaan masyarakat ini erat hubungannya dengan timbulnya
rasa aman dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberi- kan oleh RS.
7. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum.
8. Dengan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang aman, yang akan
berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan
dan tentunya akan melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari
masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan.
Ruang Lingkup
Manajemen resiko diterapkan pada semua proses
pelayanan baik klinismaupun non klinis, meliputi:
1. Resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien
2. Resiko yang berhubungan dengan tenaga medis
3. Resiko yang berhubungan dengan karyawan
4. Resiko yang berhubungan dengan property
5. Resiko keuangan
6. Resiko –resiko lainnya
Pelaksanaan Sistem Manajemen Resiko Di RS
Identifikasi Resiko
Adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi situasi
yangdapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian.
Analisa Resiko
Dalam tahapan ini, dilakukan pembahasan secara rinci dan pen- catatan
selengkap mungkin segala sesuatu tentang semua resiko yang
teridentifikasi, meliputi bagaimana hal itu bisa terjadi, akibat yang
ditimbulkan, tingkat keparahan, frequensi kejadian, cara pencegahannya
atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut.
Evaluasi Resiko
Dalam tahapan ini dilakukan prediksi tingkat resiko dan menen- tukan
prioritas resiko dengan menggunakan penilaian matriks resiko. Penilaian Matriks
Resiko adalah suatu metoda analisa kualitatif untuk menentukan derajat resiko
suatu insiden berdasarkan DAMPAK dan PROBABILITAS.
Pengelolan Resiko
Setelah dilakukan penilaian resiko langkah selanjutnya adalah menentukan
tindakan pengelolaan resiko sebagai berikut :
a. Risk Retention :
dilakukan pada resiko yang tingkatnya rendah (probabillity dan dampak yang
rendah), misalnya kerusakan pada peralatan yang tidak membahayakan. Resiko
dalam hal ini umumnya dapat dikelola atau diatasi oleh rumah sakit.
Risk Transfer :
dilakukan pada resiko yang jarang terjadi tapi bisa berakibat serius
(probability rendah, dampaknya tinggi). Dalam keadaan seperti ini dilakukan
pengalihan resiko agar pihak lain ikutmenanggung melalui kontrak,
kerjasama, joint venture dan asuran- si.
Risk Reduction :
dilakukan pada resiko yang sering terjadi, tetapi akibatnya tidak
membahayakan ( probability tinggi, dampaknya rendah ), misalnya
kecelakaan kerja yang berakibat cidera ringan. Dalam keadaan ini dilakukan
upaya-upaya untuk mengurangi resiko dengan penerapan teknologi
pengendalian.
Risk Avoidance :
dilakukan pada resiko yang sering terjadi dan berdampak tinggi
(probability & dampak tinggi) misalnya kecel- akaan yang sering
terjadi dan berakibat fatal. Dalam keadaan ini kegiatan yang
menimbulkan resiko tersebut sebisa mungkin dihindari atau tidak
dilaksanakan.
a. Dalam melaksanakan tindakan pengelolaan resiko, dilakukan
Langkah-langkah sebagai berikut :
1) Perencanaan (Plan)
2) Pelaksanaan (Do)
3) Pemeriksaan berkala (Check)
4) Perbaikan & tindakan (Action)
PROSES PEMILIHAN, PENGUMPULAN, ANALISIS
DANVALIDASI DATA INDIKATOR MUTU
A. Proses Pemilihan Indikator Mutu
1. Pemilihan indikator mutu RS menjadi tanggung jawab Direktur RS, Komite PMKP memfasilitasi pemilihan
indikator mutu RS.
2. Direktur RS bersama-sama dengan pelayanan dan manajemen memilih dan menetapkan pengukuran yang
diprioritaskan untuk dilakukan evaluasi.
3. Indikator mutu yang di evaluasi meliputi :
a. Indikator mutu area klinik (IAK) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area pelayanan
b. Indikator mutu area manajemen (IAM) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area manajemen
c. Indikator mutu sasaran keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang mengukur kepatuhan staf
dalam penerapan sasaran keselamatan pasien dan budaya keselamatan
A. Pengumpulan Data Indikator Mutu
B. Analisis data indikator Mutu
C. Validasi data indikator Mutu
4. Setiap unit kerja di RS memilih dan menetapkan indikator mutu yang
dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja
Kegiatan
1. Indikator Mutu (klinis, Manajemen, Sasaran keselamatan Pasien, unit
kerja, surveilance PPI)
2. Clinical Pathway
3. Keselamatan Pasien (IKP, Risk Manajemen, FMEA)
4. Penilaian kinerja (RS, Unit kerja, Para Pimpinan RS, Tenaga profesi, Staf)
5. Evaluasi kontrak & perjanjian lainnya
6. Diklat PMKP
7. Program PMKP di unit kerja
8. Pencatatan & pelaporan
9. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
KEGIATAN PRIORITAS
KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
Rencana kegiatan dan pelaksanaan
1. Indikator mutu (Indikator klinis, Manajemen, Sasaran Keselamatan
Pasien, Unit kerja dan surveillance PPI)
2. Clinical Pathway
3. Keselamatan Pasien (IKP, Risk Manajemen, RCA/ FMEA)
4. Penilaian kinerja RS
5. Penilaian kinerja Direktur RS
6. Penilaian kinerja unit kerja
7. Penilaian kinerja para pimpinan RS
8. Penilaian kinerja (Praktik profesional) staf medis
9. Penilaian kinerja perawat dan tenaga profesional lainnya
10. Penilaian kinerja staf
11. Evaluasi kontrak & perjanjian lainnya
12. Diklat PMKP
13. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
A. Pencatatan dan Pelaporan
1. Pencatatan dan pelaporan program PMKP dilaksanakan setiap akhir kegiatan dan tiap
triwulan pelaporan kegiatan dilaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit secara periodik
tiap Triwulan melalui pelaporan Realisasi program kerja Komite PMKP
2. Pencatatan Indikator mutu, sensus harian dilakukan oleh unit masing- masing. Laporan
bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis, indikator manajemen,
indikator sasaran keselamatan pasien, dilaporkan kepada Komite PMKP untuk direkap dan
diterbitkan FTKP . (Form Tidakan Korektif dan Pencegahan)
3. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien :
Setiap terjadi insiden keselamatan pasien unit langsung membuat laporan insiden untuk
dilaporkan kepada Komite PMKP, kemudian dilakukan RMG oleh Komite PMKP dan
dilakukan pembahasan dengan Manajemen.
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pelaporan
1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden
dilaporkan kepada Komite PMKP
2. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis,
indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien untuk direkap
dan diterbitkan FTKP (Form Tindakan Korektif dan Pencegahan)
3.
Laporan Tri wulan untuk realisasi pencapaian program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien oleh Ketua PMKP
4. Laporan tahunan evaluasi pelaksanaan program PMKP oleh Ketua Komite
PMKP untuk dilaporkan kepada Pimpinan rumah sakit dan unit terkait.
MONITORING DAN EVALUASI
A. Monitoring
Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan Komite
PMKP dengan pimpinan secara rutin dan beberapa kegiatan melalui
audit internal RS
B. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai
masalah / kendala yang ada. jika pencapaian tidak sesuai dengan
target yang sudah ditetapkan, maka pimpinan (Komite PMKP dan
pimpinan RS) mengambil tindakan yang diperlukan, termasuk
didalamnya melakukan perubahan terhadap program ataupun proses
Dokumen Bukti
Laporan pelaksanaan program PMKP :
1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik
2. Laporan hasil audit klinik
3. Laporan RCA
4. Laporan pelatihan-pelatihan internal
5. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit
6. Laporan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi
7. Laporan pelaksanaan mutu di Instalasi/ Unit
8. Laporan Realisasi pencapaian program PMKP
Standar PMKP ditujukan pada semua kegiatan di rumah sakit secara
menyeluruh dalam spektrum yang luas berupa kerangka kerja untuk perbaikan
kinerja dan menurunkan risiko akibat variasi dalam proses pelayanan. Kerangka
kerja dalam standar PMKP ini juga dapat terintegrasi dengan kejadian yang tidak
dapat dicegah (program manajemen risiko) dan pemanfaatan sumber daya
(pengelolaan utilisasi). Rumah sakit yang menerapkan kerangka kerja ini
diharapkan akan:
A. Mengembangkan dukungan pimpinan yang lebih besar untuk program
peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara menyeluruh di rumah sakit;
B. Melatih semua staf tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah
sakit;
C. Menetapkan prioritas pengukuran data dan prioritas perbaikan;
D. Membuat keputusan berdasarkan pengukuran data; dan
E. Melakukan perbaikan berdasarkan perbandingan dengan rumah sakit setara atau
data berbasis bukti lainnya, baik nasional dan internasional.
Fokus standar peningkatan mutu dan keselamatan
pasien adalah:
A.Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu, keselamatan
pasien dan manajemen risiko.
B. Pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu.
C. Analisis dan validasi data indikator mutu.
D.Pencapaian dan upaya mempertahankan perbaikan mutu.
E. Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien
rumah sakit (SP2KP-RS)
F. Penerapan manajemen risiko.
PMKP
PMKP 1 Pengelolaan kegiatan PMKP dan manajemen risiko
PMKP 2 – 3 Pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu
PMKP 4 – 5 Analisis dan validasi data indikator mutu.
PMKP 6 – 7 Pencapaian dan mempertahankan perbaikan
5
PMKP 8 – 9 Sistem pelaporan dan pembelajaran
keselamatan pasien RS (SP2KP-RS)
PMKP 10 Pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien
PMKP 11 Penerapan manajemen risiko
Pengelolaaan Kegiatan PMKP &
Manajemen Risiko
PMKP 1
RS mempunyai Komite / Tim penyelenggara Mutu yang kompeten
untuk mengelola kegiatan PMKP sesuai dengan peraturan perUU
Elemen Penilaian PMKP 1
a. Direktur telah menetapkan regulasi terkait PMKP serta manajemen risiko
b. Direktur RS telah membentuk Komite / tim mutu untuk mengelola kegiatan
PMKP serta uraian tugasnya sesuai dengan peraturan perUU
c. Komite Mutu menyusun program PMKP RS meliputi (a-i) yang telah
ditetapkan Direktur RS dan disahkan oleh Representatve pemilik / Dewan
pengawas.
d. Program PMKP dievaluasi dalam Rapat koordinasi mellibatkan Komite-
komite, Pimpinan RS dan Kepala unit setiap triwulan untuk menjamin
perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Dalam proses pengukuran data, Direktur menetapkan:
a) kepala unit sebagai PJ PMKP di tingkat unit;
b) staf pengumpul data; dan
a) staf yang akan melakukan validasi data (validator).
• RS yang memiliki tenaga cukup, proses pengukuran data dilakukan
oleh (a-c), namun dalam hal keterbatasan tenaga, validasi dapat
dilakukan oleh penanggung jawab PMKP di unit kerja.
• Komite / Tim Mutu, PJ PMKP di unit, staf pengumpul data,
validator perlu mendapat pelatihan PMKP termasuk pengukuran
data mencakup pengumpulan data, Analisa data, validasi data dan
perbaikan mutu.
Program PMKP RS
(meliputi tapi tidak terbatas)
a) Pengukuran mutu indikator termasuk Indikator nasional mutu (INM), indikator
mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit).
b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan
berkelanjutan.
c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan PPK / Algoritme /
Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway.
d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan sumber daya mis. SDM.
e) Pelaporan dan Analisa Insiden Keselamatan pasien.
f) Penerapan Sasaran keselamatan pasien.
g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen.
h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program PMKP.
i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan
capaian data kepada staf.
Pemilihan dan Pengumpulan Data
Indikator
PMKP 2
Komite / Tim mutu mendukung proses pemilihan indikator
dan melaksanakan koordinasi serta integrasi kegiatan
pengukuran data indikator mutu dan
keselamatan pasien
Elemen Penilaian PMKP 2
a) Komite mutu terlibat dalam pemilihan indikator mutu
prioritas baik ditingkat RS maupun tingkat unit layanan.
b) Komite mutu melaksanakan koordinasi dan integrasi
kegiatan pengukuran serta melakukan supervisi ke unit
layanan.
c) Komite mutu mengintegrasikan laporan IKP, pengukuran
budaya keselamatan, dan lainnya untuk mendapatkan
solusi dan perbaikan terintegrasi.
PMKP 3
Pengumpulan data indikator mutu dilakukan oleh staf
pengumpul data yang sudah mendapatkan pelatihan tentang
pengumpulan atau pengukuran data indikator mutu.
Elemen Penilaian PMKP 3
a. RS melakukan pengumpulan data mencakup (a-c) dalam
maksud dan tujuan.
b. Indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS) dan indicator
mutu prioritas unit (IMP- Unit) telah dibuat profil indikator
mencakup (a-t) dalam maksud dan tujuan.
Pengukuran Indikator nasional mutu (INM),
Prioritas perbaikan Tingkat RS dan di Unit
a) INDIKATOR NASIONAL MUTU (INM) yaitu indikator mutu nasional yang wajib
dilakukan pengukuran, sebagai informasi mutu secara nasional.
setiap
b) INDIKATOR MUTU PRIORITAS RUMAH SAKIT (IMP-RS) mencakup:
(1)Indikator Sasaran Keselamatan pasien minimal 1 indikator
sasaran.
(2)Indikator pelayanan klinis prioritas minimal 1 indikator.
(3)Indikator sesuai tujuan strategis rumah sakit (KPI) minimal 1 indikator.
(4)Indikator terkait perbaikan sistem minimal 1 indikator.
(5)Indikator terkait manajemen risiko minimal 1 indikator.
(6)Indikator terkait Penelitian klinis dan program pendidikan kedokteran
minimal 1 indikator. (apabila ada)
c) INDIKATOR MUTU PRIORITAS UNIT (IMP-Unit) adalah indikator prioritas
yang khusus dipilih kepala unit terdiri dari minimal 1 indikator.
WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAK
Analisis dan Validasi Data Indikator Mutu
PMKP 4
Agregasi dan analisis data dilakukan untuk mendukung
Program PMKP serta mendukung partisipasi dalam
pengumpulan database eksternal.
Elemen Penilaian PMKP 4
a. Telah dilakukan agregasi dan Analisa data menggunakan metode
dan teknik statistik terhadap semua indikator mutu yang telah
diukur oleh staf yang kompeten
b. Hasil analisia digunakan untuk membuat rekomendasi tindakan
perbaikan dan serta menghasilkan efisiensi penggunaan sumber
daya.
c. Memiliki bukti analisis data dilaporkan kepada Direktur dan
Reprentasi pemilik / Dewas sebagai bagian dari Program PMKP.
d. Memiliki bukti hasil Analisa berupa informasi INM dan e-report IKP
diwajibkan lapor kepada Kemkes sesuai peraturan yang berlaku..
Elemen Penilaian PMKP 4
e. Terdapat proses pembelajaran dari database eksternal untuk :
• perbandingan internal dari waktu ke waktu,
• perbandingan dengan RS yang setara,
• perbandingan dengan praktik terbaik (best practices), dan
• perbandingan dengan sumber ilmiah profesional yang
objektik.
f. Keamanan dan kerahasiaan tetap dijaga saat berkontribusi pada
database eksternal.
g. Telah menganalisa efisiensi berdasarkan biaya dan jenis sumber
daya yang digunakan (sebelum dan sesudah perbaikan) terhadap
satu proyek prioritas perbaikan yang dipilih setiap tahun.
Staf dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang
bertugas mengumpulkan dan menganalisis data RS secara
sistematis.
Elemen Penilaian PMKP 4.1
a. Data dikumpulkan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi untuk
mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan.
b. Staf yang kompeten melakukan proses pengukuran menggunakan
alat dan teknik statistik.
c. Hasil analisis data dilaporkan kepada penanggung jawab
indikator mutu yang akan melakukan perbaikan.
PMKP 4.1
RS melakukan proses validasi data terhadap
indikator mutu yang diukur.
Elemen Penilaian PMKP 5
a. RS telah melakukan validasi yang berbasis bukti
meliputi a) – g) yang ada pada maksud dan tujuan.
b. Pimpinan RS bertanggung jawab atas validitas dan
kualitas data serta hasil yang dipublikasikan
PMKP 5
Data yang harus divalidasi
a. Pengukuran Indikator mutu baru;
b. Bila data akan dipublikasi ke masyarakat baik melalui web site RS atau
media lain
c. Ada perubahan pada pengukuran yang selama ini sudah dilakukan, mis.
perubahan profil indikator, instrumen pengumpulan data, proses agregasi data,
atau perubahan staf pengumpul data atau validator .
d. Bila terdapat perubahan hasil pengukuran tanpa diketahui sebabnya
e. Bila terdapat perubahan sumber data, mis. terdapat perubahan sistem
pencatatan pasien dari manual ke elektronik;
f. Bila terdapat perubahan subyek data seperti perubahan umur rata2 pasien,
perubahan protokol riset, PPK baru diberlakukan, serta adanya teknologi dan
metodologi pengobatan baru.
g. Bila data akan dilaporkan ke Direktur dan Dewas secara regular setiap
tiga bulan.
Mencapai dan Mempertahankan Perbaikan
PMKP 6
RS mencapai perbaikan mutu dan dipertahankan
Elemen Penilaian PMKP 6
a. RS telah membuat rencana perbaikan dan melakukan uji
coba menggunakan metode yang telah teruji dan
menerapkannya untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien.
b. Tersedia kesinambungan data mulai dari pengumpulan data
sampai perbaikan yang dilakukan dan dapat dipertahankan.
c. Memiliki bukti perubahan regulasi dan perubahan proses
yang diperlukan untuk mempertahankan perbaikan.
d. Keberhasilan telah didokumentasikan dan dijadikan laporan
PMKP.
PMKP 7
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan standar pelayanan kedokteran
di RS untuk menunjang pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas.
Elemen Penilaian PMKP 7
a. RS melakukan evaluasi clinical pathway sesuai yang
tercantum dalam maksud dan tujuan.
b. Hasil evaluasi dapat menunjukkan adanya perbaikan
terhadap kepatuhan dan mengurangi variasi dalam
penerapan prioritas standar pelayanan kedokteran di RS.
c. RS telah melaksanakan audit klinis dan atau audit
medis pada penerapan prioritas standar pelayanan
kedokteran di RS
Pengukuran prioritas perbaikan
pelayanan klinis
• Penerapan standar pelayanan kedokteran berdasarkan PPK
dievaluasi dengan alur klinik / clinical pathway (CP).
• Pengukuran prioritas perbaikan pelayanan klinis ditetapkan
Direktur, Bersama pimpinan medis, ketua Komite medik dan KSM
menetapkan paling sedikit 5 (lima) evaluasi pelayanan prioritas
standar pelayanan kedokteran.
• Evaluasi pelayanan prioritas standard pelayanan kedokteran dilakukan
sampai terjadi pengurangan variasi dari data awal ke target yang
ditentukan ketentuan RS.
Sistem Pelaporan dan Pembelajaran
Keselamatan Pasien
PMKP 8
RS mengembangkan Sistem pelaporan dan
pembelajaran keselamatan pasien di RS (SP2KP)
a. Direktur menetapkan Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien RS
(SP2KP-RS) termasuk definisi, jenis IKP meliputi kejadian sentinel (a – o) dalam bagian
maksud dan tujuan), KTD, KNC, KTC dan KPCS, mekanisme pelaporan dan analisanya
serta pembelajarannya,
b. Komite mutu membentuk tim investigator sesegera mungkin untuk melakukan
investigasi komprehensif / analisa akar masalah (root cause analysis) pada semua
kejadian sentinel dalam kurun waktu tidak melebihi 45 hari.
c. Pimpinan RS melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantaunya efektivitasnya
untuk mencegah atau mengurangi berulangnya kejadian sentinel tersebut.
d. Pimpinan RS menetapkan proses untuk menganalisa KTD, KNC, KTC, KPCS dengan
melakukan investigasi sederhana dengan kurun waktu Grading biru tidak melebihi 7
hari, grading hijau tidak melebihi 14 hari.
e. Pimpinan RS melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantaunya efektivitasnya
untuk mencegah atau mengurangi berulangnya KTD, KNC, KTC, KPCS tersebut.
DEFINISI INSIDEN
KESELAMATAN PASIEN (IKP)
KESELAMATAN PASIEN
INSIDEN
disengaja ketika memberikan
(IKP) : kejadian yang
asuhan kepada pasien
tidak
(care
management problem (CMP) atau kondisi yang berhubungan dengan
lingkungan di RS termasuk infrastruktur, sarana prasarana (service
delivery problem (SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan
bahaya bagi pasien.
Definisi kejadian sentinel meliputi (a- o) dan dapat meliputi
kejadian lainnya seperti yang disyaratkan dalam peraturan atau
dianggap sesuai oleh RS untuk ditambahkan ke dalam daftar
kejadian sentinel.
Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan
tidak semua kejadian sentinel akibat suatu kesalahan.
KEJADIAN SENTINEL
Kejadian Sentinel suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien.
Kejadian sentinel, salah satu jenis IKP yang harus dilaporkan yang menyebabkan
terjadinya hal2 berikut ini:
a) Kematian.
b) Cedera permanen.
c) Cedera berat yang bersifat sementara / reversible.
• Cedera permanen : dampak yang dialami pasien yang bersifat ireversibel
akibat insiden yang dialaminya mis. kecacadan, kelumpuhan, kebutaan, tuli dsb.
• Cedera berat yang bersifat sementara : cedera yang bersifat kritis dan dapat
mengancam nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi
cedera permanen / gejala sisa, namun kondisi tersebut mengharuskan
pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan pasien
untuk jangka waktu yang lama, pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang
lebih tinggi karena adanya kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan
operasi besar, tindakan, atau tata laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut
WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKI
a) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan
di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah
pemulangan pasien, termasuk dari UGD rumah sakit;
b) Kematian atas bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
c) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
d) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan
pelayanan;
e) Pasien kabur (atau, pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga
oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
f) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk
darah dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah
lainnya);
g) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang
menerima perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan
RS
h) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf,
lingkungan RS,
Kejadian sentinel,
jika terjadi salah satu dari sbb :
i. Tindakan invasif, termasuk operasi, yang dilakukan pada pasien
yang salah, di sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang
salah (secara tidak sengaja);
j. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja
setelah suatu tindakan invasif, termasuk operasi;
k. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin > 30 mg/dL);
l. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif > 1.500 rad pada
satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang
salah atau pemberian radioterapi > 25% melebihi dosis radioterapi
yang direncanakan;
m. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak
diantisipasi selama satu episode perawatan pasien;
n. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses
persalinan);
o. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari)
terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera permanen atau cedera
sementara derajat berat. 21
DEFINISI JENIS INSIDEN
a. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah
insiden keselamatan pasien yang
menyebabkan cedera pada pasien.
b. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah
insiden keselamatan pasien yang sudah
terpapar pada pasien namun tidak
menyebabkan cedera.
c. Kejadian nyaris cedera (KNC) insiden
keselamatan pasien yang belum terpapar
pada pasien.
proses penyakit atau kondisi pasien
d. Kondisi potensial cedera signifikan
(KPCS) adalah kondisi (selain dari
itu
sendiri) yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kejadian tidak diharapkan
(KTD) - cedera signifikan
JENIS IKP
Sentinel
KNC
KTD
KTC
KPCS
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Infeksi Nosokomial
5. Proses Medikasi / Cairan Infus
6. Darah / produk darah
7. Gizi / Nutrisi
8. Oxigen / Gas medis
9. Alat Medis
10.Perilaku pasien
11. Pasien jatuh
12. Pasien Kecelakaan
13.Infrastruktur / Sarana / Bangunan
14. Sumber daya / Manajemen
15. Laboratorium
Tipe Insiden
Tipe Harm
(Dampak yang terjadi akibat Insiden)
ICD X 2010
1.Patofisiologi Chapter I - XVIII
Contoh : Pasien Rhinitis alergi, salah diberikan obat, yang diberikan obat DM,
sehingga pasien mengalami Koma Diabetik  ((E.10.0)–E.10 – E.14 :
DM.
–“0” : With coma : Diabetic, coma with or without ketoacidosis, hyperosmolar
coma, hypoglycaemic coma, Hyperglycaemic coma NOS.
– Di cari external cause morbidity dan mortality :
Chapter XX: Cause : Y42.3
2. Cedera : Injury
, poisoning and certain other consequences of
external causes Chapter XIX
Contoh : Pasien dengan Hipertensi, jatuh di kamar mandi dan mengalami
Fraktur di tangan kiri. (ICD X: S.67.0) : Crushing injury of wrist and hand
– S67.0 Crushing injury of thumb and otherfinger(s)
– Di cari external cause morbidity dan mortality di Chapter XX : Cause
W18.2
Chapter XX V01-Y34 :
– Sebutkan aktifitas saat cedera ; di :
– 4 : While resting, sleeping, eating or engaging in other vital activities Personal hygiene
– 9 : During unspecified activity
3. Lain2 (Factors influencing health status and contact with health service)
Chapter XXI - XXII .
Data laporan insiden keselamatan pasien selalu dianalisis setiap
tiga bulan untuk memantau ketika muncul tren atau variasi yang
tidak diinginkan
Elemen Penilaian PMKP 9
a) Proses pengumpulan data sesuai (a-h) di maksud dan
tujuan, analisis, dan pelaporan diterapkan untuk
memastikan akurasi data.
b) Analisis data mendalam dilakukan ketika terjadi tingkat,
pola atau tren yang tak diharapkan yang digunakan untuk
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien.
c) Data luaran (outcome) dilaporkan kepada Direktur dan
Representatif pemilik/ Dewas sebagai bagian dari program
PMKP.
PMKP 9
Komite mutu menganalisa dan memantau IKP setiap triwulan untuk mendeteksi pola,
tren serta variasi berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau risiko terhadap pasien.
Laporan insiden dan hasil Investigasi komprehensif (RCA) maupun investigasi
sederhana (simple RCA) harus dilakukan untuk setidaknya hal2 berikut ini:
a) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi,
b) Semua kejadian serius akibat reaksi obat (adverse drug reaction) yang serius sesuai
yang ditetapkan oleh rumah sakit
c) Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan sesuai yang
ditetapkan oleh rumah sakit
d) Semua perbedaan besar antara diagnosis pra- dan diagnosis pascaoperasi;
misalnya diagnosis praoperasi adalah obstruksi saluran pencernaan dan
diagnosis pascaoperasi adalah ruptur aneurisme aorta abdominalis (AAA)
e) KTD atau pola kejadian tak diharapkan selama sedasi prosedural tanpa
memandang cara pemberian
f) KTD atau pola kejadian tak diharapkan selama anestesi tanpa memandang cara
pemberian
g) KTD yang berkaitan dengan identifikasi pasien
h) Kejadian2 lain; misalnya infeksi yang berkaitan dengan perawatan
kesehatan atau wabah penyakit menular
Rumah sakit melakukan pengukuran dan evaluasi
budaya keselamatan pasien
1. Rumah sakit telah melaksanakan pengukuran budaya
keselamatan pasien secara regular setiap tahun
menggunakan metode yang telah terbukti
2. Hasil pengukuran budaya sebagai acuan dalam
menyusun program peningkatan budaya keselamatan
di RS.
PMKP 10
PMKP 11
Komite mutu memandu penerapan program
manajemen risiko di rumah sakit
Elemen penilaian PMKP 11
a) Komite mutu telah menyusun Program manajemen risiko tingkat RS
untuk ditetapkan Direktur
b) Komite mutu memandu penerapan program manajemen risiko yang
di tetapkan oleh Direktur
c) Komite mutu telah membuat daftar risiko RS berdasarkan daftar risiko
unit2 di RS.
d) Komite mutu telah membuat profil risiko dan rencana penanganan
e) Komite mutu telah membuat pemantauan terhadap rencana
penanganan dan melaporkan kepada Direktur dan Representatif
pemilik / Dewas setiap 6 bulan
f) Komite mutu telah memandu pemilihan minimal satu Analisa secara
proaktif terhadap proses berisiko tinggi yang diprioritaskan untuk
dilakukan Analisa FMEA setiap tahun
Contoh Daftar risiko
CONTOH PETA RISIKO
30
Contoh Profil risiko
NO KATEGORI
RISIKO
PERNYATAAN RISIKO AKAR MASALAH
(PENYEBAB
UTAMA RISIKO)
DAMPAK
(D)
PROBABI
LITAS (P)
CONTROLLABI
LITY
(Pengendalian)
SCORI
NG
RANGK
ING
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
(5x6x7)
(9)
1 Ops-
Risiko
Klinis
(KP)
Karena keterbatasan tenaga
perawat di ranap Kemungkinan
pasien menerima obat tidak
sesuai dengan jadwal yang
ditetapkan oleh DPJP Sehingga
memperlambat kesembuhan
pasien
belum ada
perencanaan
dan perhitungan
tenaga
keperawatan
4 4 1 16 2
5 Ops (Non
Klinis)
Karena belum semua petugas
yang bekerja di Ruang laundry
menggunakanAPD mungkin saja
ada petugas yang terkena cairan
tubuh / darah pasien yang ada di
linen. sehingga petugas terpapar
cairan infeksius
Belum ada
supervisi
berkala
penggunaan
APD
4 3 1 12 3
Pengendalian :
1 ; easy = mudah untuk dikontrol
2; Moderate easy = agak mudah dikontrol
3; Moderate difficult = agak sulit dikontrol
4; Difficult = sulit untuk dikontrol
1.Tujuan tikus mengambil keju dan selamat.
ketidakpastian.:
2.Tikus dalam keadaan atau situasi
1.Mendapatkan keju dan terluka
2.Tidak mendapatkan keju dan terluka
3.Mendapatkan keju dan tidak terluka
3.Tikus mengidentifikasi risiko dan membuat pernyataan
risiko :
Karena keju berada dalam perangkap, mungkin tikus
bisa terjepit ketika akan mengambilnya, sehingga tikus
bisa mengalami cedera.
4.Tikus seorang manajer risiko yang handal, dia sudah
memakai helm
mempersiapkan diri dengan sehingga
jika sesuatu yang buruk benar terjadi, tikus tidak akan
mengalami cedera.
Pembelajaran dari Tikus :
Semua Kegiatan yang kita lakukan, ada ketidakpastian..
Kita harus mencegah kejadian yang tidak diharapkan sebelum terjadi.
BELAJAR DARI TIKUS
Risiko berada di antara sebab dan akibat.
Kita tidak bisa mengelola SEBAB karena itu FAKTA dan
AKIBAT karena MUNGKIN BELUM TERJADI.
YANG BISA KITA KELOLA ADALAH “RISIKO”
SEBAB
AKIBAT
RISIKO
Fakta
Ketidakpastian
yang negatif
Hasil yang
mungkin
terjadi
SEBAB vs RISIKO vs AKIBAT
• SEBAB adalah fakta / masalah yang sudah
terjadi, / sedang terjadi tapi bukan risiko karena
bukan ketidakpastian.
• RISIKO adalah ketidakpastian yang mungkin
terjadi dan mungkin saja tidak terjadi
• AKIBAT adalah alasan mengapa itu berdampak
penting terhadap tujuan.
PERNYATAAN RISIKO
Karena gelang ID masih menggunakan stiker yang mudah
mengelupas jika terkena air, mungkin saja tulisan nya akan terhapus,
sehingga nama pasien tidak dapat diidentifikasi
Karena belum ada form serah terima antar ruangan, mungkin saja
terjadi kesalahan dalam komunikasi lisan sehingga dapat terjadi
cedera pada pasien
Karena ketersediaan hand rub di ruang perawatan kurang, mungkin
saja petugas kesehatan tidak melakukan kebersihan tangan,
sehingga angka Infeksi HAI mungkin meningkat
Penjelasan terstruktur dari sebuah risiko memisahkan antara
SEBAB, RISIKO, DAN AKIBAT.
Moderate Modera
t e
High Extreme Extreme
Moderate Modera
t e
High Extreme Extreme
Modera
t e
High Extreme Extreme
Low
Low Low Modera
t e
High Extreme
Low Low Modera
t e
High Extreme
W
5 10 15 20 25
4 8 12 16 20
6 9 12 15
3
2 4 6 8 10
1 2
35 3 4 5
S
• Tingkat Risiko yang bersedia diambil instansi dalam upayanya mewujudkan
tujuan dan sasaran yang dikehendakinya. Dua faktor utama untuk
menentukan selera risiko :
• Dampak kerugian yang mungkin terjadi untuk mencapai tujuan
organisasi. Misalnya: kerugian finansial, rusaknya reputasi.
resiko : waspada atau
• Budaya / kecenderungan organisasi terhadap
agresif.
SELERA RISIKO / RISK APPETITE
Contoh Selera risiko klinis
Contoh Selera risiko non klinis
Retensi risiko
Retensi risiko adalah keputusan untuk menerima dan
menyerap suatu risiko dengan kriteria :
a. paling banyak memiliki tingkat konsekuensi pada level
yang telah ditetapkan untuk diretensi sesuai dengan
toleransi dan Selera Risiko unit kerja yang telah
ditetapkan;
b. terdapat perlindungan hukum yang memadai
mencakup regulasi dan / atau kontrak / perjanjian; dan
c. Unit Pemilik Risiko terkait dapat memastikan dengan
tingkat keyakinan di atas 80% bahwa tidak akan terjadi
kegagalan pada Pegawai, proses, dan system yang
ada.
PMKP Webinar Jakarta 30 September 2023

More Related Content

What's hot

Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Wahyu Sukana
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmKlinikSubanmedika
 
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptx
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptxKEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptx
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptxPanduWAdi
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Kanaidi ken
 
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxREGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxindra178180
 
Program keselamatan pasien
Program keselamatan pasienProgram keselamatan pasien
Program keselamatan pasienZakiah dr
 
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerahModul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerahmreyrasa
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesTini Wartini
 
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptx
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptxPKP UKP AGUSTUS 2022.pptx
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptxibulia3
 
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitUpaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitmiyasumiyati
 
PPT_INM PKM_TKM (1).ppt
PPT_INM PKM_TKM (1).pptPPT_INM PKM_TKM (1).ppt
PPT_INM PKM_TKM (1).pptFadliAnnisa1
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologilasnisiregar
 

What's hot (20)

Kapita selekta ikm
Kapita selekta ikmKapita selekta ikm
Kapita selekta ikm
 
Bab 5 mutu
Bab 5 mutuBab 5 mutu
Bab 5 mutu
 
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
Sop pelimpahan wewenang apoteker (2)
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptx
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptxKEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptx
KEBIJAKAN MUTU KLINIK.pptx
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
 
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docxREGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
REGISTER RISIKO UKP RUANG.docx
 
Program keselamatan pasien
Program keselamatan pasienProgram keselamatan pasien
Program keselamatan pasien
 
Mortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan MorbiditasMortalitas dan Morbiditas
Mortalitas dan Morbiditas
 
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerahModul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
Modul inti 10 penganggaran dan pembiayaan kesehatan daerah
 
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) FasyankesKebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Fasyankes
 
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptx
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptxPKP UKP AGUSTUS 2022.pptx
PKP UKP AGUSTUS 2022.pptx
 
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakitUpaya peningkatan mutu rumah sakit
Upaya peningkatan mutu rumah sakit
 
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLBSistem Kewaspadaan Dini KLB
Sistem Kewaspadaan Dini KLB
 
PPT_INM PKM_TKM (1).ppt
PPT_INM PKM_TKM (1).pptPPT_INM PKM_TKM (1).ppt
PPT_INM PKM_TKM (1).ppt
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
 
PPS (contoh).docx
PPS (contoh).docxPPS (contoh).docx
PPS (contoh).docx
 
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologiUkuran ukuran frekuensi epidemiologi
Ukuran ukuran frekuensi epidemiologi
 
02. PMKP ppt.pdf
02. PMKP ppt.pdf02. PMKP ppt.pdf
02. PMKP ppt.pdf
 
Advokasi Kesehatan
Advokasi KesehatanAdvokasi Kesehatan
Advokasi Kesehatan
 

Similar to PMKP Webinar Jakarta 30 September 2023

Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrskhusnuleza
 
KAK KESELAMATAN PASIEN.doc
KAK KESELAMATAN PASIEN.docKAK KESELAMATAN PASIEN.doc
KAK KESELAMATAN PASIEN.docErnaHardiana
 
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptx
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptxKONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptx
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptxIquino1
 
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docxPANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docxnovyantihidayat
 
Bab i manajemen safety fix
Bab i manajemen safety fixBab i manajemen safety fix
Bab i manajemen safety fixSri Rahayu
 
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptxriaaninditya1
 
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661sicua050896
 
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medisHendra Jaya
 
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009ponekjogja
 
Patient safety
Patient safetyPatient safety
Patient safetymateri-x2
 
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesiaRingkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesianoraherlina
 
ASUHAN KEPERAWATAN.docx
ASUHAN KEPERAWATAN.docxASUHAN KEPERAWATAN.docx
ASUHAN KEPERAWATAN.docxkayen7
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdfumma16
 
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATAN
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATANMATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATAN
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATANhendra142357
 
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienSri Yusanti
 
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienSri Yusanti
 
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitProgram kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitYain Panggalo
 

Similar to PMKP Webinar Jakarta 30 September 2023 (20)

Pasien safety
Pasien safetyPasien safety
Pasien safety
 
Contoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrsContoh program kerja pkrs
Contoh program kerja pkrs
 
KAK KESELAMATAN PASIEN.doc
KAK KESELAMATAN PASIEN.docKAK KESELAMATAN PASIEN.doc
KAK KESELAMATAN PASIEN.doc
 
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptx
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptxKONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptx
KONSEP KESELAMATAN PASIEN.pptx
 
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docxPANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
PANDUAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN (BELLA) (1).docx
 
Bab i manajemen safety fix
Bab i manajemen safety fixBab i manajemen safety fix
Bab i manajemen safety fix
 
unknown.pptx
unknown.pptxunknown.pptx
unknown.pptx
 
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx
7 PILAR KESELAMATAN PASIEN.pptx
 
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
TUGAS PERKULIAHAN SESI 10 KMA363-MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KESEHATAN-KJ101-5661
 
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis
312995667 panduan-proses-evaluasi-kinerja-staf-medis
 
K3 Keperawatan
K3 KeperawatanK3 Keperawatan
K3 Keperawatan
 
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009
Indonesian healthcare-quality-network-ihqn-2009
 
Patient safety
Patient safetyPatient safety
Patient safety
 
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesiaRingkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
Ringkasan jurnal administrasi kesehatan indonesia
 
ASUHAN KEPERAWATAN.docx
ASUHAN KEPERAWATAN.docxASUHAN KEPERAWATAN.docx
ASUHAN KEPERAWATAN.docx
 
BAB II.pdf
BAB II.pdfBAB II.pdf
BAB II.pdf
 
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATAN
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATANMATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATAN
MATERI KULIAH STANDARD PRAKTEK KEPERAWATAN
 
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
 
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasienContoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
Contoh program peningkatan_mutu_dan_keselamatan_pasien
 
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakitProgram kerja-tahunan-rumah-sakit
Program kerja-tahunan-rumah-sakit
 

Recently uploaded

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 

Recently uploaded (18)

PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 

PMKP Webinar Jakarta 30 September 2023

  • 1. Webinar Jakarta, 30 September 2023 Pukull : 10.00 – 11.30 Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien (PMKP) Dr.dr. Dahlan Gunawan, SpKKLP. SH. MH. MARS. M.Kes, FISQua. FIHFAA. CH. CHt. CP.NLP
  • 2. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan pasien secara terus menerus, melalui pemantauan, analisa dan tindak lanjut adanya penyimpangan dari standar yang ditentukan. GAMBARAN UMUM
  • 3. Pengelolaan rumah sakit adalah pengelolaan yang penuh dengan resiko dan harus memenuhi mutu pelayanan yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Untuk memperbaiki mutu secara keseluruhan, pengelola rumah sakit perlu secara terus menerus mengurangi resiko terhadap pasien dan staf. Resiko semacam ini dapat muncul dalam proses klinis, manajerial dan lingkungan fisik rumah sakit.
  • 4. Tujuan Umum Peningkatan mutu dan keselamatan pasien ini bertujuan Men- dorong pelaksanaan kegiatan pelayanan kepada pasien yang memenuhi standar pelayanan keselamatan pasien untuk menjamin asuhan pasien yang diberikan aman dan bermutu tinggi sehingga memberikan kepua- san kepada pasien secara maksimal.
  • 5. Tujuan Khusus a. Memastikan bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan standar pe- layanan profesi kesehatan yang ada di RS. b. Menjamin pemberian pelayanan sesuai dengan standar pelayanan profesi, keselamatan pasien dan dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien. c. Mengupayakan PMKP pasien melalui peningkatan kemampuan pemberian pelayanan kesehatan. d. Tersusunnya sistem monitoring mutu pelayanan Rumah Sakit melalui indikator mutu pelayanan rumah sakit.
  • 6. Pengertian 1. PMKP Singkatan dari Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. PMKP merupakan upaya peningkatan mutu secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf dalam proses klinis maupun lingkungan fisik. 2. Upaya Peningkatan Mutu Upaya terus menerus yang berkesinambungan untuk mencapai mutu yang tinggi. Mutu adalah sesuatu yang bersifat persepsi dan dipahami berbeda oleh orang yang berbeda namun berimplikasi pada superioritas sesuatu hal.
  • 7. 3. Mutu Pelayanan Rumah Sakit Derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintahmasyarakat konsumen.
  • 8. 4. Keselamatan Pasien Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik/sosial/ psikologis, cacad, kematian) terkait denganpelayanan kesehatan. 5. Clinical Pathway Suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yangberbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangkauan waktu tertentu selama di rumah sakit (Firnanda. D, 2008).
  • 9. 1. Indikator Area Klinis adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai perubahan dalam bidang klinis. 2. Indikator Area Manajemen adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai perubahan dalam bidang manajemen. 3. Indikator Keselamatan Pasien adalah suatu variabel yang digunakan untuk menilai perubahan dalam keselamatan pasien. 4. Kejadian Sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian ataucidera yang serius kepada pasien.
  • 10. 5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga pasien tidak cidera. 6. Kondisi Potensial Cidera (KPC) adalah kondisi atau situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden. 7. Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu proses terstruktur yangmenggunakan metode analitik yang memungkinkan kita untuk bertanya ”bagaimana” dan ”mengapa” dengan cara yang obyektif untuk mengungkap faktor kausal yang menyebabkan insiden keselamatan pasien dan kemudian menjadi proses pembelajaran untuk mencegah insiden serupa terjadi lagi tanpa menerapkan sikap menyalahkan.
  • 11. 8. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah proses proaktif dalam memperbaiki kinerja dengan mengidentifikasi dan mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi, di mana kesalahan dapat diprediksi dan diantisipasi sehingga dampak buruk akibat kesalahan itu dapat dihilangkan atau diminimalisisr demi keselamatan pasien. 9. Manajemen Risiko adalah suatu pendekatan proaktif berupa kegiatan klinis dan administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menyusun prioritas dalam menanggani resiko cidera terhadap pasien, staf RS dan pengunjung, serta resiko terhadap institusi Rumah Sakit itu sendiri.
  • 12. SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENINGKATAN MUTUPELAYANAN RUMAH SAKIT Pada tahun (1820 –1910) Florence Nightingale seorang perawat dari Inggris menekankan pada aspek-aspek keperawatan pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang terkenal sampai sekarang adalah “ hospital should do the patient no harm”, Rumah Sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien.
  • 13. Di Amerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik dimulai oleh ahli bedah Dr. E.A.Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr.E.A Codman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka berkesimpulan bahwa penyulit itu terjadi karena kondisi yang tidak memenuhi syarat di Rumah Sakit. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyempurnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. Ini adalah upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah klinis, dan kemudian mencari jalan keluarnya.
  • 14. Kelanjutan dari upaya ini pada tahun 1918 The American College of Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Programme. Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program ini ternyata sangat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak Rumah Sakit tertarik untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkembang. Oleh karena itu program standarisasi perlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum.
  • 15. Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians, American Hospital Association bekerjasama membentuk suatu Joint Commision on Accreditation of Hospital (JCAH) suatu badan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi Rumah Sakit . Di Eropa Barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sangat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan konsepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kesehatan. Sedangkan pendekatan secara Amerika sukar diterapkan karena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. Karena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 1980-an mengambil inisiatif untuk membantu
  • 16. Negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuaikan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing. Pada tahun 1982 kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan. simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang metodologi peningkatan mutu pelayanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyol suatu kelompok kerja yang dibentuk oleh WHO telah mengadakan pertemuan untuk mempelajari peningkatan mutu khusus untuk Eropa.
  • 17. Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program peningkatan mutu dan akreditasi Rumah Sakit secara nasional adalah Taiwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan Malaysia mengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan bantuan konsultan ahli dari Negeri Belanda,
  • 18. Di Indonesia langkah awal yang sangat mendasar dan terarah yang telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya peningkatan mutu yaitu penetapan kelas Rumah Sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.033/Birhup/1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kelas Rumah Sakit A,B,C,D. Kriteria ini kemudian berkembang menjadi standar-standar.
  • 19. Kemudian dari tahun ke tahun disusun berbagai standar baik menyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk masing-masing kelas Rumah Sakit. Disamping standar, Departemen Kesehatan juga mengeluarkan berbagai panduan dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan Rumah Sakit. Sejak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk mengukur dan mengevaluasi penampilan (performance) Rumah Sakit pemerintah kelas C dan Rumah Sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Kesehatan Nasional.
  • 20. a. Sebagai motor pengerak penyusunan program Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien rumah sakit b. Melakukan monitoring dan memandu penerapan program Pening- katan Mutu dan Keselamatan Pasien dan di unit kerja; c. Membantu dan melakukan koordinasi dengan pimpinan unit pela- yanan dalam memilih prioritas perbaikan, pengukuran mu- tu/indikator mutu, dan menindak lanjuti hasil capaian indikator. d. Melakukan koordinasi dan pengorganisasian pemilihan prioritas pro- gram di tingkat unit kerja serta menggabungkan menjadi prioritas rumah sakit secara keseluruhan. Prioritas program rumah sakit ini ha-rus terkoordinasi dengan baik dalam pelaksanaannya.
  • 21. e. Menentukan profil indikator mutu, metode analisis, dan validasi data dari indikator mutu yang dikumpulkan dari seluruh unit kerja di ru- mah sakit; f. Menyusun formulir untuk mengumpulkan data, menentukan jenis data, serta bagaimana alur data dan pelaporan dilaksanakan; g. Menjalin komunikasi yang baik dengan semua pihak terkait serta menyampaikan masalah terkait pelaksanaan program mutu dan keselamatan pasien. h. Terlibat secara penuh dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan PMKP; i. Bertanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah-masalah mu- tu secara rutin kepada semua staf; j. Menyusun regulasi terkait dengan pengawasan dan penerapan pro- gram PMKP.
  • 22. 1) Memerintahkan dan menugaskan staf dalam melaksanakan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien 2) Meminta laporan pelaksanaan program peningkatan mutu dari unit kerja terkait 3) Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu rumah sakit dari unit-unit kerja di lingkungan RS 4) Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS terkait pelaksanaan program peningkatan mutu dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan mutu rumah sakit
  • 23. 6. Memberikan pengarahan dalam hal penyusunan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut rekomendasi dari setiap program- program peningkatan mutu 7. Meminta laporan pelaksanaan pemantauan program indikator mutu peningkatan mutu dan pelaksanaan clinical pathways dari unit kerja terkait. 8. Melakukan koordinasi dengan unit-unit kerja di lingkungan RS terkait pelaksanaan pemantauan program indikator mutu serta pelaksanaan clinical pathways dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan mutu rumah sakit
  • 24. 9. Meminta data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan clinical pathways rumah sakit dari unit-unit kerja di lingkungan RS 10. Bertanggung jawab terhadap pemantauan Program Indikator Mutu dan pelaksanaan clinical pathways
  • 25. 1) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program penjaminan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit 2) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan inovasi mutu dan keselamatan pasien. 3) Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada Direktur RS
  • 26. 4) Bertanggung jawab terhadap ketersediaan data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. 5) Bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang berhubungan dengan kegiatan inovasi mutu dan keselamatan pasien rumah sakit. 6) Bertanggung jawab terhadap disiplin dan performa kerja staf di Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
  • 27. 7) Bertanggung jawab terhadap penyusunan laporan pemantauan program indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathways di Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien 8) Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan inovasi mutu dan pelaksanaan clinical pathways dan Manajemen resiko di rumah sakit
  • 28. 9) Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil pelaksanaan pemantauan program indikator mutu dan pelaksanaan clinical pathways serta kegiatan-kegiatan mutu lainnya kepada Ketua Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. 10. Bertanggung jawab terhadap pengolahan data dan informasi yang berhubungan dengan mutu dan pelaksanaan clinical pathways rumah sakit. 11. Bertanggung jawab dalam pemberian informasi yang berhubungan dengan kegiatan inovasi mutu dan pelaksanaan clinical pathways rumah sakit
  • 29. MANAJEMEN MUTU A. Pengertian 1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan penampilan dari sesuatu yang dia- mati atau derajat kepatuhan terhadap standar yang ditentukan terlebih dahulu. 2. Manajemen mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam identifikasi dan menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan ber- dasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan
  • 30. 3. Quality Assurance atau Menjaga Mutu adalah “Suatu program yang disusun secara objektif dan sistematik memantau dan menilai mutu dan kewajaran asuhan pasien. Menggunakan peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang terungkap.” 4. Mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pe- layanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di ru- mah sakit secara wajar, efisien, dan efektif secara diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.
  • 31. 5. Pihak yang berkepentingan dengan mutu Banyak pihak yang berkepentingan dengan mutu. Pihak-pihak tersebut adalah : a. Konsumen b. Provider (pemberi jasa kesehatan) c. Pembayar/pihak III/asuransi d. Manajemen rumah sakit e. Karyawan rumah sakit f. Masyarakat g. Pemerintah h. Ikatan profesi
  • 32. 6. Dimensi mutu Dimensi atau aspeknya adalah : a. Keprofesian b. Efisiensi c. Keamanan pasien d. Kepuasan pasien e. Aspek sosial budaya
  • 33. Pengukuran mutu juga memperhatikan dimensi mutu dari WHO yaitu : a. Effective (efektif) b. Effecient (efisien) c. Accessible (mudah diakses) d. Accepted (patient-centred) (mengutamakan pasien) e. Equity (tepat waktu)safe (aman)
  • 34. Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi oleh : 1. Sumber daya rumah sakit, termasuk antara lain tenaga, pembiayaan, sarana dan teknologi yang digunakan. 2. Interaksi pemanfaatan dari sumber daya rumah sakit yang digerakkan melalui proses dan prosedur tertentu sehingga menghasilkan jasaatau pelayanan.
  • 35. Tujuan program manajemen mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok, yaitu sebagai berikut : Tujuan Antara Tujuan antara yang hendak dicapai oleh manajemen mutu ialah diketahuinya mutu pelayanan melalui aktivitas kendali mutu (quality control) dan manajemen mutu (quality asurance). Tujuan Akhir Tujuan akhir yang hendak dicapai oleh manajemen mutu ialah semakin meningkatnya mutu pelayanan (quality improvement).
  • 36. Manfaat 1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan 2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan 3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan 4. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hokum
  • 37. A. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Manajemen mutu didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Setiap orang di dalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan, pengertian dan peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing- masing kontrol dan tanggung jawab dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing-masing orang. 2. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing-masing pelang- gan, baik pelanggan eksternal maupun pelanggan internal. 3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan menggunakan data untuk pengambilan keputusan, penggunaan alat- alat statistik, dan keterlibatan setiap orang yang terkait
  • 38. 4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yangalami. 5. Pembentukan team work, baik dalam part time team work, full time team work, ataupun cross funtional team. 6. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan melalui keterli- batan di dalam pengambilan keputusan. 7. Partisipasi dari pada setiap orang dalam kegiatan merupakan dorongan yang positif dan harus dilaksanakan. 8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investasi / modal dalam rangka pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi mereka. 9. Supliers dan customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu
  • 39. Bentuk manajemen mutu dapat dibedakan atas tiga yaitu 1. Manajemen mutu Prospektif (Prospective Quality Manajemen) 2. Manajemen mutu Konkuren (Concurent Quality Manajemen) 3. Manajemen mutu Retrospektif (Retrospective Quality Manajemen)
  • 40. A. Pengertian Indikator mutu adalah parameter yang dapat diukur, yang mewakili input, proses maupun hasil akhir dari suatu pelayanan dan proses manajerial yang digunakan untuk mengukur mutu dari pelayanan dan proses manajerial tersebut.
  • 41. A.Tujuan Untuk mengukur mutu dari pelayanan kesehatan meliputi area klinis, area manajemen, area keselamatan pasien, dan International LibraryMeasure
  • 42. KESELAMATAN PASIEN / PATIENT SAFETY A. Definisi Suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman untuk mencegah cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat menjalankan tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. 1. Keselamatan Pasien /Patient Safety Pasien bebas dari harm / cedera yangtidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / social / psikologis, cacad, kematian dll) terkait dengan pelayanan kesehatan. 2. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) Patient Safety Incident Setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi.
  • 43. A. Tujuan 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit. 2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien danmasyarakat. 3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit. 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan 5. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjungRS 6. Mempertahankan reputasi RS 7. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien 8. Tercapainya International Patient Safety Goals di RS
  • 44. A. Manfaat 1. Budaya safety meningkat & berkembang 2. Komunikasi dengan pasien berkembang 3. Kejadian tidak diharapkan (KTD) menurun. Peta KTD selalu ada & terkini 4. Resiko klinis menurun 5. Keluhan berkurang 6. Mutu pelayanan rumah sakit meningkat 7. Citra rumah sakit dan kepercayaan masrakat meningkat, diikuti dengan kepercayaan diri yang meningkat B. Ruang Lingkup Keselamatan pasien diterapkan pada semua proses pelayanan baikklinis maupun non klinis.
  • 45. A. Insiden Keselamatan Pasien Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien yang tidak seharusnya terjadi. Insiden keselamatan pasien terdiri dari: Kejadian Sentinel Kejadian yang menyebabkan kematian atau kerugian atau kecacatan permanen yang bukan karena proses penyakit yang tidak diantisipasi yang seharusnya dapat dicegah
  • 46. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) / Adverse Event Suatu insiden yang mengakibatkan harm / cedera pada pasien akibat melaksnakan suatu tindakan atau tiding mengambil tindakan yang seha- rusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis yang tidak dapat dicegah. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) / Near miss Keadian yang berpotensi menyebabkan kerugian atau bahaya, akan tetapi karena factor keberuntungan hal tersebut tidak terjadi.
  • 47. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang sudah terpapar kepadapasien tapi tidak menimbulkan cedera Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensiuntuk menimbulkan cedera tapi belum terjadi insiden.
  • 48. Kesalahan Medis (Medical Errors) kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibat- kan cedera pada pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanakan sepe- nuhnya suatu rencana atau menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat melaksanakan suatu tindakan (com-mission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diam (omis- sion) Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien Rumah Sakit suatu sistem untuk mendokumentasikan insiden yang tidak disengaja dan tidak di- harapkan, yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien.
  • 49. Manajemen Risiko (Risk Management) Dalam hubungannya dengan operasional rumah sakit, istilah manajemen risiko dikaitkan kepada aktifitas per- lindungan diri yang berarti mencegah ancaman yang nyata atau berpotensi nyataterhadap kerugian keuangan akibat kecelakaan, cedera atau malpraktik medis
  • 50. Pengertian Resiko adalah potensi terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa datang. Manajemen resiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasikan, mengevaluasi dan memprioritaskan resiko untuk mengurangi resiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit, pengunjung dan organisasi sendiri. Tujuan 1. Meminimalkan kemungkinan terjadinya cedera pada pasien, pengunjung dan karyawan di RS 2. Menciptakan lingkungan yang aman bagi karyawan dan pengunjung RS. 3. Memberikan pelayanan yang efektif dan efisien. 4. Mempertahankan reputasi RS.
  • 51. Manfaat 1. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan 2. Peningkatan efektifitas yang dimaksud adalah pelayanan dapat diselenggarakan dengan cara yang baik dan benar. 3. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan 4. Peningkatan efesiensi yang dimaksud erat hubungannya dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang membahayakan pasien, sehingga tidak ada biaya tambahan akibat tindakan yang merugikan pasien.
  • 52. 5. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. 6. Peningkatan penerimaan masyarakat ini erat hubungannya dengan timbulnya rasa aman dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberi- kan oleh RS. 7. Dapat melindungi pelaksanaan pelayanan kesehatan dari kemungkinan munculnya gugatan hukum. 8. Dengan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang aman, yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan kesehatan dan tentunya akan melindungi kemungkinan munculnya gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan kesehatan.
  • 53. Ruang Lingkup Manajemen resiko diterapkan pada semua proses pelayanan baik klinismaupun non klinis, meliputi: 1. Resiko yang berhubungan dengan perawatan pasien 2. Resiko yang berhubungan dengan tenaga medis 3. Resiko yang berhubungan dengan karyawan 4. Resiko yang berhubungan dengan property 5. Resiko keuangan 6. Resiko –resiko lainnya
  • 54. Pelaksanaan Sistem Manajemen Resiko Di RS Identifikasi Resiko Adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengidentifikasi situasi yangdapat menyebabkan cedera, tuntutan atau kerugian. Analisa Resiko Dalam tahapan ini, dilakukan pembahasan secara rinci dan pen- catatan selengkap mungkin segala sesuatu tentang semua resiko yang teridentifikasi, meliputi bagaimana hal itu bisa terjadi, akibat yang ditimbulkan, tingkat keparahan, frequensi kejadian, cara pencegahannya atau rencana tindakan untuk mengatasi resiko tersebut.
  • 55. Evaluasi Resiko Dalam tahapan ini dilakukan prediksi tingkat resiko dan menen- tukan prioritas resiko dengan menggunakan penilaian matriks resiko. Penilaian Matriks Resiko adalah suatu metoda analisa kualitatif untuk menentukan derajat resiko suatu insiden berdasarkan DAMPAK dan PROBABILITAS. Pengelolan Resiko Setelah dilakukan penilaian resiko langkah selanjutnya adalah menentukan tindakan pengelolaan resiko sebagai berikut : a. Risk Retention : dilakukan pada resiko yang tingkatnya rendah (probabillity dan dampak yang rendah), misalnya kerusakan pada peralatan yang tidak membahayakan. Resiko dalam hal ini umumnya dapat dikelola atau diatasi oleh rumah sakit.
  • 56. Risk Transfer : dilakukan pada resiko yang jarang terjadi tapi bisa berakibat serius (probability rendah, dampaknya tinggi). Dalam keadaan seperti ini dilakukan pengalihan resiko agar pihak lain ikutmenanggung melalui kontrak, kerjasama, joint venture dan asuran- si. Risk Reduction : dilakukan pada resiko yang sering terjadi, tetapi akibatnya tidak membahayakan ( probability tinggi, dampaknya rendah ), misalnya kecelakaan kerja yang berakibat cidera ringan. Dalam keadaan ini dilakukan upaya-upaya untuk mengurangi resiko dengan penerapan teknologi pengendalian.
  • 57. Risk Avoidance : dilakukan pada resiko yang sering terjadi dan berdampak tinggi (probability & dampak tinggi) misalnya kecel- akaan yang sering terjadi dan berakibat fatal. Dalam keadaan ini kegiatan yang menimbulkan resiko tersebut sebisa mungkin dihindari atau tidak dilaksanakan. a. Dalam melaksanakan tindakan pengelolaan resiko, dilakukan Langkah-langkah sebagai berikut : 1) Perencanaan (Plan) 2) Pelaksanaan (Do) 3) Pemeriksaan berkala (Check) 4) Perbaikan & tindakan (Action)
  • 58.
  • 59. PROSES PEMILIHAN, PENGUMPULAN, ANALISIS DANVALIDASI DATA INDIKATOR MUTU A. Proses Pemilihan Indikator Mutu 1. Pemilihan indikator mutu RS menjadi tanggung jawab Direktur RS, Komite PMKP memfasilitasi pemilihan indikator mutu RS. 2. Direktur RS bersama-sama dengan pelayanan dan manajemen memilih dan menetapkan pengukuran yang diprioritaskan untuk dilakukan evaluasi. 3. Indikator mutu yang di evaluasi meliputi : a. Indikator mutu area klinik (IAK) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area pelayanan b. Indikator mutu area manajemen (IAM) yaitu indikator mutu yang bersumber dari area manajemen c. Indikator mutu sasaran keselamatan pasien yaitu indikator mutu yang mengukur kepatuhan staf dalam penerapan sasaran keselamatan pasien dan budaya keselamatan
  • 60. A. Pengumpulan Data Indikator Mutu B. Analisis data indikator Mutu C. Validasi data indikator Mutu 4. Setiap unit kerja di RS memilih dan menetapkan indikator mutu yang dipergunakan untuk mengukur mutu unit kerja
  • 61. Kegiatan 1. Indikator Mutu (klinis, Manajemen, Sasaran keselamatan Pasien, unit kerja, surveilance PPI) 2. Clinical Pathway 3. Keselamatan Pasien (IKP, Risk Manajemen, FMEA) 4. Penilaian kinerja (RS, Unit kerja, Para Pimpinan RS, Tenaga profesi, Staf) 5. Evaluasi kontrak & perjanjian lainnya 6. Diklat PMKP 7. Program PMKP di unit kerja 8. Pencatatan & pelaporan 9. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP KEGIATAN PRIORITAS KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
  • 62. Rencana kegiatan dan pelaksanaan 1. Indikator mutu (Indikator klinis, Manajemen, Sasaran Keselamatan Pasien, Unit kerja dan surveillance PPI) 2. Clinical Pathway 3. Keselamatan Pasien (IKP, Risk Manajemen, RCA/ FMEA) 4. Penilaian kinerja RS 5. Penilaian kinerja Direktur RS 6. Penilaian kinerja unit kerja 7. Penilaian kinerja para pimpinan RS 8. Penilaian kinerja (Praktik profesional) staf medis 9. Penilaian kinerja perawat dan tenaga profesional lainnya 10. Penilaian kinerja staf 11. Evaluasi kontrak & perjanjian lainnya 12. Diklat PMKP 13. Monitoring dan evaluasi kegiatan PMKP
  • 63. A. Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan dan pelaporan program PMKP dilaksanakan setiap akhir kegiatan dan tiap triwulan pelaporan kegiatan dilaporkan kepada Pimpinan Rumah Sakit secara periodik tiap Triwulan melalui pelaporan Realisasi program kerja Komite PMKP 2. Pencatatan Indikator mutu, sensus harian dilakukan oleh unit masing- masing. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis, indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien, dilaporkan kepada Komite PMKP untuk direkap dan diterbitkan FTKP . (Form Tidakan Korektif dan Pencegahan) 3. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien : Setiap terjadi insiden keselamatan pasien unit langsung membuat laporan insiden untuk dilaporkan kepada Komite PMKP, kemudian dilakukan RMG oleh Komite PMKP dan dilakukan pembahasan dengan Manajemen. PENCATATAN DAN PELAPORAN
  • 64. Pelaporan 1. Laporan harian untuk unit yang berhubungan dengan laporan insiden dilaporkan kepada Komite PMKP 2. Laporan bulanan oleh unit tentang pencapaian pemantauan indikator klinis, indikator manajemen, indikator sasaran keselamatan pasien untuk direkap dan diterbitkan FTKP (Form Tindakan Korektif dan Pencegahan) 3. Laporan Tri wulan untuk realisasi pencapaian program peningkatan mutu dan keselamatan pasien oleh Ketua PMKP 4. Laporan tahunan evaluasi pelaksanaan program PMKP oleh Ketua Komite PMKP untuk dilaporkan kepada Pimpinan rumah sakit dan unit terkait.
  • 65. MONITORING DAN EVALUASI A. Monitoring Monitoring program PMKP oleh pimpinan melalui pertemuan Komite PMKP dengan pimpinan secara rutin dan beberapa kegiatan melalui audit internal RS B. Evaluasi Kegiatan Evaluasi dilaksanakan setiap akhir tahun untuk ditindak lanjuti sesuai masalah / kendala yang ada. jika pencapaian tidak sesuai dengan target yang sudah ditetapkan, maka pimpinan (Komite PMKP dan pimpinan RS) mengambil tindakan yang diperlukan, termasuk didalamnya melakukan perubahan terhadap program ataupun proses
  • 66. Dokumen Bukti Laporan pelaksanaan program PMKP : 1. Laporan pelaksanaan pemantauan indikator klinik 2. Laporan hasil audit klinik 3. Laporan RCA 4. Laporan pelatihan-pelatihan internal 5. Laporan pemantauaan indikator mutu pelayanan rumah sakit 6. Laporan Pengendalian dan Pencegahan Infeksi 7. Laporan pelaksanaan mutu di Instalasi/ Unit 8. Laporan Realisasi pencapaian program PMKP
  • 67. Standar PMKP ditujukan pada semua kegiatan di rumah sakit secara menyeluruh dalam spektrum yang luas berupa kerangka kerja untuk perbaikan kinerja dan menurunkan risiko akibat variasi dalam proses pelayanan. Kerangka kerja dalam standar PMKP ini juga dapat terintegrasi dengan kejadian yang tidak dapat dicegah (program manajemen risiko) dan pemanfaatan sumber daya (pengelolaan utilisasi). Rumah sakit yang menerapkan kerangka kerja ini diharapkan akan: A. Mengembangkan dukungan pimpinan yang lebih besar untuk program peningkatan mutu dan keselamatan pasien secara menyeluruh di rumah sakit; B. Melatih semua staf tentang peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit; C. Menetapkan prioritas pengukuran data dan prioritas perbaikan; D. Membuat keputusan berdasarkan pengukuran data; dan E. Melakukan perbaikan berdasarkan perbandingan dengan rumah sakit setara atau data berbasis bukti lainnya, baik nasional dan internasional.
  • 68. Fokus standar peningkatan mutu dan keselamatan pasien adalah: A.Pengelolaan kegiatan peningkatan mutu, keselamatan pasien dan manajemen risiko. B. Pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu. C. Analisis dan validasi data indikator mutu. D.Pencapaian dan upaya mempertahankan perbaikan mutu. E. Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien rumah sakit (SP2KP-RS) F. Penerapan manajemen risiko.
  • 69. PMKP PMKP 1 Pengelolaan kegiatan PMKP dan manajemen risiko PMKP 2 – 3 Pemilihan dan pengumpulan data indikator mutu PMKP 4 – 5 Analisis dan validasi data indikator mutu. PMKP 6 – 7 Pencapaian dan mempertahankan perbaikan 5 PMKP 8 – 9 Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien RS (SP2KP-RS) PMKP 10 Pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien PMKP 11 Penerapan manajemen risiko
  • 70. Pengelolaaan Kegiatan PMKP & Manajemen Risiko PMKP 1 RS mempunyai Komite / Tim penyelenggara Mutu yang kompeten untuk mengelola kegiatan PMKP sesuai dengan peraturan perUU Elemen Penilaian PMKP 1 a. Direktur telah menetapkan regulasi terkait PMKP serta manajemen risiko b. Direktur RS telah membentuk Komite / tim mutu untuk mengelola kegiatan PMKP serta uraian tugasnya sesuai dengan peraturan perUU c. Komite Mutu menyusun program PMKP RS meliputi (a-i) yang telah ditetapkan Direktur RS dan disahkan oleh Representatve pemilik / Dewan pengawas. d. Program PMKP dievaluasi dalam Rapat koordinasi mellibatkan Komite- komite, Pimpinan RS dan Kepala unit setiap triwulan untuk menjamin perbaikan mutu yang berkesinambungan.
  • 71. Dalam proses pengukuran data, Direktur menetapkan: a) kepala unit sebagai PJ PMKP di tingkat unit; b) staf pengumpul data; dan a) staf yang akan melakukan validasi data (validator). • RS yang memiliki tenaga cukup, proses pengukuran data dilakukan oleh (a-c), namun dalam hal keterbatasan tenaga, validasi dapat dilakukan oleh penanggung jawab PMKP di unit kerja. • Komite / Tim Mutu, PJ PMKP di unit, staf pengumpul data, validator perlu mendapat pelatihan PMKP termasuk pengukuran data mencakup pengumpulan data, Analisa data, validasi data dan perbaikan mutu.
  • 72. Program PMKP RS (meliputi tapi tidak terbatas) a) Pengukuran mutu indikator termasuk Indikator nasional mutu (INM), indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit). b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan berkelanjutan. c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan PPK / Algoritme / Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway. d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap keuangan dan sumber daya mis. SDM. e) Pelaporan dan Analisa Insiden Keselamatan pasien. f) Penerapan Sasaran keselamatan pasien. g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen. h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program PMKP. i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan capaian data kepada staf.
  • 73. Pemilihan dan Pengumpulan Data Indikator PMKP 2 Komite / Tim mutu mendukung proses pemilihan indikator dan melaksanakan koordinasi serta integrasi kegiatan pengukuran data indikator mutu dan keselamatan pasien Elemen Penilaian PMKP 2 a) Komite mutu terlibat dalam pemilihan indikator mutu prioritas baik ditingkat RS maupun tingkat unit layanan. b) Komite mutu melaksanakan koordinasi dan integrasi kegiatan pengukuran serta melakukan supervisi ke unit layanan. c) Komite mutu mengintegrasikan laporan IKP, pengukuran budaya keselamatan, dan lainnya untuk mendapatkan solusi dan perbaikan terintegrasi.
  • 74. PMKP 3 Pengumpulan data indikator mutu dilakukan oleh staf pengumpul data yang sudah mendapatkan pelatihan tentang pengumpulan atau pengukuran data indikator mutu. Elemen Penilaian PMKP 3 a. RS melakukan pengumpulan data mencakup (a-c) dalam maksud dan tujuan. b. Indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS) dan indicator mutu prioritas unit (IMP- Unit) telah dibuat profil indikator mencakup (a-t) dalam maksud dan tujuan.
  • 75. Pengukuran Indikator nasional mutu (INM), Prioritas perbaikan Tingkat RS dan di Unit a) INDIKATOR NASIONAL MUTU (INM) yaitu indikator mutu nasional yang wajib dilakukan pengukuran, sebagai informasi mutu secara nasional. setiap b) INDIKATOR MUTU PRIORITAS RUMAH SAKIT (IMP-RS) mencakup: (1)Indikator Sasaran Keselamatan pasien minimal 1 indikator sasaran. (2)Indikator pelayanan klinis prioritas minimal 1 indikator. (3)Indikator sesuai tujuan strategis rumah sakit (KPI) minimal 1 indikator. (4)Indikator terkait perbaikan sistem minimal 1 indikator. (5)Indikator terkait manajemen risiko minimal 1 indikator. (6)Indikator terkait Penelitian klinis dan program pendidikan kedokteran minimal 1 indikator. (apabila ada) c) INDIKATOR MUTU PRIORITAS UNIT (IMP-Unit) adalah indikator prioritas yang khusus dipilih kepala unit terdiri dari minimal 1 indikator.
  • 76. WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAK Analisis dan Validasi Data Indikator Mutu PMKP 4 Agregasi dan analisis data dilakukan untuk mendukung Program PMKP serta mendukung partisipasi dalam pengumpulan database eksternal. Elemen Penilaian PMKP 4 a. Telah dilakukan agregasi dan Analisa data menggunakan metode dan teknik statistik terhadap semua indikator mutu yang telah diukur oleh staf yang kompeten b. Hasil analisia digunakan untuk membuat rekomendasi tindakan perbaikan dan serta menghasilkan efisiensi penggunaan sumber daya. c. Memiliki bukti analisis data dilaporkan kepada Direktur dan Reprentasi pemilik / Dewas sebagai bagian dari Program PMKP. d. Memiliki bukti hasil Analisa berupa informasi INM dan e-report IKP diwajibkan lapor kepada Kemkes sesuai peraturan yang berlaku..
  • 77. Elemen Penilaian PMKP 4 e. Terdapat proses pembelajaran dari database eksternal untuk : • perbandingan internal dari waktu ke waktu, • perbandingan dengan RS yang setara, • perbandingan dengan praktik terbaik (best practices), dan • perbandingan dengan sumber ilmiah profesional yang objektik. f. Keamanan dan kerahasiaan tetap dijaga saat berkontribusi pada database eksternal. g. Telah menganalisa efisiensi berdasarkan biaya dan jenis sumber daya yang digunakan (sebelum dan sesudah perbaikan) terhadap satu proyek prioritas perbaikan yang dipilih setiap tahun.
  • 78. Staf dengan pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan yang bertugas mengumpulkan dan menganalisis data RS secara sistematis. Elemen Penilaian PMKP 4.1 a. Data dikumpulkan, dianalisis, dan diubah menjadi informasi untuk mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan. b. Staf yang kompeten melakukan proses pengukuran menggunakan alat dan teknik statistik. c. Hasil analisis data dilaporkan kepada penanggung jawab indikator mutu yang akan melakukan perbaikan. PMKP 4.1
  • 79. RS melakukan proses validasi data terhadap indikator mutu yang diukur. Elemen Penilaian PMKP 5 a. RS telah melakukan validasi yang berbasis bukti meliputi a) – g) yang ada pada maksud dan tujuan. b. Pimpinan RS bertanggung jawab atas validitas dan kualitas data serta hasil yang dipublikasikan PMKP 5
  • 80. Data yang harus divalidasi a. Pengukuran Indikator mutu baru; b. Bila data akan dipublikasi ke masyarakat baik melalui web site RS atau media lain c. Ada perubahan pada pengukuran yang selama ini sudah dilakukan, mis. perubahan profil indikator, instrumen pengumpulan data, proses agregasi data, atau perubahan staf pengumpul data atau validator . d. Bila terdapat perubahan hasil pengukuran tanpa diketahui sebabnya e. Bila terdapat perubahan sumber data, mis. terdapat perubahan sistem pencatatan pasien dari manual ke elektronik; f. Bila terdapat perubahan subyek data seperti perubahan umur rata2 pasien, perubahan protokol riset, PPK baru diberlakukan, serta adanya teknologi dan metodologi pengobatan baru. g. Bila data akan dilaporkan ke Direktur dan Dewas secara regular setiap tiga bulan.
  • 81. Mencapai dan Mempertahankan Perbaikan PMKP 6 RS mencapai perbaikan mutu dan dipertahankan Elemen Penilaian PMKP 6 a. RS telah membuat rencana perbaikan dan melakukan uji coba menggunakan metode yang telah teruji dan menerapkannya untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. b. Tersedia kesinambungan data mulai dari pengumpulan data sampai perbaikan yang dilakukan dan dapat dipertahankan. c. Memiliki bukti perubahan regulasi dan perubahan proses yang diperlukan untuk mempertahankan perbaikan. d. Keberhasilan telah didokumentasikan dan dijadikan laporan PMKP.
  • 82. PMKP 7 Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan standar pelayanan kedokteran di RS untuk menunjang pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas. Elemen Penilaian PMKP 7 a. RS melakukan evaluasi clinical pathway sesuai yang tercantum dalam maksud dan tujuan. b. Hasil evaluasi dapat menunjukkan adanya perbaikan terhadap kepatuhan dan mengurangi variasi dalam penerapan prioritas standar pelayanan kedokteran di RS. c. RS telah melaksanakan audit klinis dan atau audit medis pada penerapan prioritas standar pelayanan kedokteran di RS
  • 83. Pengukuran prioritas perbaikan pelayanan klinis • Penerapan standar pelayanan kedokteran berdasarkan PPK dievaluasi dengan alur klinik / clinical pathway (CP). • Pengukuran prioritas perbaikan pelayanan klinis ditetapkan Direktur, Bersama pimpinan medis, ketua Komite medik dan KSM menetapkan paling sedikit 5 (lima) evaluasi pelayanan prioritas standar pelayanan kedokteran. • Evaluasi pelayanan prioritas standard pelayanan kedokteran dilakukan sampai terjadi pengurangan variasi dari data awal ke target yang ditentukan ketentuan RS.
  • 84. Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien PMKP 8 RS mengembangkan Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien di RS (SP2KP) a. Direktur menetapkan Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien RS (SP2KP-RS) termasuk definisi, jenis IKP meliputi kejadian sentinel (a – o) dalam bagian maksud dan tujuan), KTD, KNC, KTC dan KPCS, mekanisme pelaporan dan analisanya serta pembelajarannya, b. Komite mutu membentuk tim investigator sesegera mungkin untuk melakukan investigasi komprehensif / analisa akar masalah (root cause analysis) pada semua kejadian sentinel dalam kurun waktu tidak melebihi 45 hari. c. Pimpinan RS melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantaunya efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya kejadian sentinel tersebut. d. Pimpinan RS menetapkan proses untuk menganalisa KTD, KNC, KTC, KPCS dengan melakukan investigasi sederhana dengan kurun waktu Grading biru tidak melebihi 7 hari, grading hijau tidak melebihi 14 hari. e. Pimpinan RS melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantaunya efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya KTD, KNC, KTC, KPCS tersebut.
  • 85. DEFINISI INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP) KESELAMATAN PASIEN INSIDEN disengaja ketika memberikan (IKP) : kejadian yang asuhan kepada pasien tidak (care management problem (CMP) atau kondisi yang berhubungan dengan lingkungan di RS termasuk infrastruktur, sarana prasarana (service delivery problem (SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan bahaya bagi pasien. Definisi kejadian sentinel meliputi (a- o) dan dapat meliputi kejadian lainnya seperti yang disyaratkan dalam peraturan atau dianggap sesuai oleh RS untuk ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel. Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan tidak semua kejadian sentinel akibat suatu kesalahan.
  • 86. KEJADIAN SENTINEL Kejadian Sentinel suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien. Kejadian sentinel, salah satu jenis IKP yang harus dilaporkan yang menyebabkan terjadinya hal2 berikut ini: a) Kematian. b) Cedera permanen. c) Cedera berat yang bersifat sementara / reversible. • Cedera permanen : dampak yang dialami pasien yang bersifat ireversibel akibat insiden yang dialaminya mis. kecacadan, kelumpuhan, kebutaan, tuli dsb. • Cedera berat yang bersifat sementara : cedera yang bersifat kritis dan dapat mengancam nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi cedera permanen / gejala sisa, namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan pasien untuk jangka waktu yang lama, pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi karena adanya kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan operasi besar, tindakan, atau tata laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut
  • 87. WORKSHOP TOT CALON SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKI a) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah pemulangan pasien, termasuk dari UGD rumah sakit; b) Kematian atas bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi; c) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah; d) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan pelayanan; e) Pasien kabur (atau, pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut; f) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah lainnya); g) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan RS h) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, lingkungan RS, Kejadian sentinel, jika terjadi salah satu dari sbb :
  • 88. i. Tindakan invasif, termasuk operasi, yang dilakukan pada pasien yang salah, di sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja); j. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu tindakan invasif, termasuk operasi; k. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin > 30 mg/dL); l. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif > 1.500 rad pada satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian radioterapi > 25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan; m. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi selama satu episode perawatan pasien; n. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); o. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat. 21
  • 89. DEFINISI JENIS INSIDEN a. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden keselamatan pasien yang menyebabkan cedera pada pasien. b. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien namun tidak menyebabkan cedera. c. Kejadian nyaris cedera (KNC) insiden keselamatan pasien yang belum terpapar pada pasien. proses penyakit atau kondisi pasien d. Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) adalah kondisi (selain dari itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan terjadinya kejadian tidak diharapkan (KTD) - cedera signifikan JENIS IKP Sentinel KNC KTD KTC KPCS
  • 90. 1. Administrasi Klinis 2. Proses / Prosedur klinis 3. Dokumentasi 4. Infeksi Nosokomial 5. Proses Medikasi / Cairan Infus 6. Darah / produk darah 7. Gizi / Nutrisi 8. Oxigen / Gas medis 9. Alat Medis 10.Perilaku pasien 11. Pasien jatuh 12. Pasien Kecelakaan 13.Infrastruktur / Sarana / Bangunan 14. Sumber daya / Manajemen 15. Laboratorium Tipe Insiden
  • 91. Tipe Harm (Dampak yang terjadi akibat Insiden) ICD X 2010 1.Patofisiologi Chapter I - XVIII Contoh : Pasien Rhinitis alergi, salah diberikan obat, yang diberikan obat DM, sehingga pasien mengalami Koma Diabetik  ((E.10.0)–E.10 – E.14 : DM. –“0” : With coma : Diabetic, coma with or without ketoacidosis, hyperosmolar coma, hypoglycaemic coma, Hyperglycaemic coma NOS. – Di cari external cause morbidity dan mortality : Chapter XX: Cause : Y42.3 2. Cedera : Injury , poisoning and certain other consequences of external causes Chapter XIX Contoh : Pasien dengan Hipertensi, jatuh di kamar mandi dan mengalami Fraktur di tangan kiri. (ICD X: S.67.0) : Crushing injury of wrist and hand – S67.0 Crushing injury of thumb and otherfinger(s) – Di cari external cause morbidity dan mortality di Chapter XX : Cause W18.2 Chapter XX V01-Y34 : – Sebutkan aktifitas saat cedera ; di : – 4 : While resting, sleeping, eating or engaging in other vital activities Personal hygiene – 9 : During unspecified activity 3. Lain2 (Factors influencing health status and contact with health service) Chapter XXI - XXII .
  • 92. Data laporan insiden keselamatan pasien selalu dianalisis setiap tiga bulan untuk memantau ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan Elemen Penilaian PMKP 9 a) Proses pengumpulan data sesuai (a-h) di maksud dan tujuan, analisis, dan pelaporan diterapkan untuk memastikan akurasi data. b) Analisis data mendalam dilakukan ketika terjadi tingkat, pola atau tren yang tak diharapkan yang digunakan untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien. c) Data luaran (outcome) dilaporkan kepada Direktur dan Representatif pemilik/ Dewas sebagai bagian dari program PMKP. PMKP 9
  • 93. Komite mutu menganalisa dan memantau IKP setiap triwulan untuk mendeteksi pola, tren serta variasi berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau risiko terhadap pasien. Laporan insiden dan hasil Investigasi komprehensif (RCA) maupun investigasi sederhana (simple RCA) harus dilakukan untuk setidaknya hal2 berikut ini: a) Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, b) Semua kejadian serius akibat reaksi obat (adverse drug reaction) yang serius sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit c) Semua kesalahan pengobatan (medication error) yang signifikan sesuai yang ditetapkan oleh rumah sakit d) Semua perbedaan besar antara diagnosis pra- dan diagnosis pascaoperasi; misalnya diagnosis praoperasi adalah obstruksi saluran pencernaan dan diagnosis pascaoperasi adalah ruptur aneurisme aorta abdominalis (AAA) e) KTD atau pola kejadian tak diharapkan selama sedasi prosedural tanpa memandang cara pemberian f) KTD atau pola kejadian tak diharapkan selama anestesi tanpa memandang cara pemberian g) KTD yang berkaitan dengan identifikasi pasien h) Kejadian2 lain; misalnya infeksi yang berkaitan dengan perawatan kesehatan atau wabah penyakit menular
  • 94. Rumah sakit melakukan pengukuran dan evaluasi budaya keselamatan pasien 1. Rumah sakit telah melaksanakan pengukuran budaya keselamatan pasien secara regular setiap tahun menggunakan metode yang telah terbukti 2. Hasil pengukuran budaya sebagai acuan dalam menyusun program peningkatan budaya keselamatan di RS. PMKP 10
  • 95. PMKP 11 Komite mutu memandu penerapan program manajemen risiko di rumah sakit Elemen penilaian PMKP 11 a) Komite mutu telah menyusun Program manajemen risiko tingkat RS untuk ditetapkan Direktur b) Komite mutu memandu penerapan program manajemen risiko yang di tetapkan oleh Direktur c) Komite mutu telah membuat daftar risiko RS berdasarkan daftar risiko unit2 di RS. d) Komite mutu telah membuat profil risiko dan rencana penanganan e) Komite mutu telah membuat pemantauan terhadap rencana penanganan dan melaporkan kepada Direktur dan Representatif pemilik / Dewas setiap 6 bulan f) Komite mutu telah memandu pemilihan minimal satu Analisa secara proaktif terhadap proses berisiko tinggi yang diprioritaskan untuk dilakukan Analisa FMEA setiap tahun
  • 98. Contoh Profil risiko NO KATEGORI RISIKO PERNYATAAN RISIKO AKAR MASALAH (PENYEBAB UTAMA RISIKO) DAMPAK (D) PROBABI LITAS (P) CONTROLLABI LITY (Pengendalian) SCORI NG RANGK ING (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (5x6x7) (9) 1 Ops- Risiko Klinis (KP) Karena keterbatasan tenaga perawat di ranap Kemungkinan pasien menerima obat tidak sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh DPJP Sehingga memperlambat kesembuhan pasien belum ada perencanaan dan perhitungan tenaga keperawatan 4 4 1 16 2 5 Ops (Non Klinis) Karena belum semua petugas yang bekerja di Ruang laundry menggunakanAPD mungkin saja ada petugas yang terkena cairan tubuh / darah pasien yang ada di linen. sehingga petugas terpapar cairan infeksius Belum ada supervisi berkala penggunaan APD 4 3 1 12 3 Pengendalian : 1 ; easy = mudah untuk dikontrol 2; Moderate easy = agak mudah dikontrol 3; Moderate difficult = agak sulit dikontrol 4; Difficult = sulit untuk dikontrol
  • 99. 1.Tujuan tikus mengambil keju dan selamat. ketidakpastian.: 2.Tikus dalam keadaan atau situasi 1.Mendapatkan keju dan terluka 2.Tidak mendapatkan keju dan terluka 3.Mendapatkan keju dan tidak terluka 3.Tikus mengidentifikasi risiko dan membuat pernyataan risiko : Karena keju berada dalam perangkap, mungkin tikus bisa terjepit ketika akan mengambilnya, sehingga tikus bisa mengalami cedera. 4.Tikus seorang manajer risiko yang handal, dia sudah memakai helm mempersiapkan diri dengan sehingga jika sesuatu yang buruk benar terjadi, tikus tidak akan mengalami cedera. Pembelajaran dari Tikus : Semua Kegiatan yang kita lakukan, ada ketidakpastian.. Kita harus mencegah kejadian yang tidak diharapkan sebelum terjadi. BELAJAR DARI TIKUS
  • 100. Risiko berada di antara sebab dan akibat. Kita tidak bisa mengelola SEBAB karena itu FAKTA dan AKIBAT karena MUNGKIN BELUM TERJADI. YANG BISA KITA KELOLA ADALAH “RISIKO” SEBAB AKIBAT RISIKO Fakta Ketidakpastian yang negatif Hasil yang mungkin terjadi SEBAB vs RISIKO vs AKIBAT • SEBAB adalah fakta / masalah yang sudah terjadi, / sedang terjadi tapi bukan risiko karena bukan ketidakpastian. • RISIKO adalah ketidakpastian yang mungkin terjadi dan mungkin saja tidak terjadi • AKIBAT adalah alasan mengapa itu berdampak penting terhadap tujuan.
  • 101. PERNYATAAN RISIKO Karena gelang ID masih menggunakan stiker yang mudah mengelupas jika terkena air, mungkin saja tulisan nya akan terhapus, sehingga nama pasien tidak dapat diidentifikasi Karena belum ada form serah terima antar ruangan, mungkin saja terjadi kesalahan dalam komunikasi lisan sehingga dapat terjadi cedera pada pasien Karena ketersediaan hand rub di ruang perawatan kurang, mungkin saja petugas kesehatan tidak melakukan kebersihan tangan, sehingga angka Infeksi HAI mungkin meningkat Penjelasan terstruktur dari sebuah risiko memisahkan antara SEBAB, RISIKO, DAN AKIBAT.
  • 102. Moderate Modera t e High Extreme Extreme Moderate Modera t e High Extreme Extreme Modera t e High Extreme Extreme Low Low Low Modera t e High Extreme Low Low Modera t e High Extreme W 5 10 15 20 25 4 8 12 16 20 6 9 12 15 3 2 4 6 8 10 1 2 35 3 4 5 S • Tingkat Risiko yang bersedia diambil instansi dalam upayanya mewujudkan tujuan dan sasaran yang dikehendakinya. Dua faktor utama untuk menentukan selera risiko : • Dampak kerugian yang mungkin terjadi untuk mencapai tujuan organisasi. Misalnya: kerugian finansial, rusaknya reputasi. resiko : waspada atau • Budaya / kecenderungan organisasi terhadap agresif. SELERA RISIKO / RISK APPETITE Contoh Selera risiko klinis Contoh Selera risiko non klinis
  • 103. Retensi risiko Retensi risiko adalah keputusan untuk menerima dan menyerap suatu risiko dengan kriteria : a. paling banyak memiliki tingkat konsekuensi pada level yang telah ditetapkan untuk diretensi sesuai dengan toleransi dan Selera Risiko unit kerja yang telah ditetapkan; b. terdapat perlindungan hukum yang memadai mencakup regulasi dan / atau kontrak / perjanjian; dan c. Unit Pemilik Risiko terkait dapat memastikan dengan tingkat keyakinan di atas 80% bahwa tidak akan terjadi kegagalan pada Pegawai, proses, dan system yang ada.