2. DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Batasan Operasional
BAB II. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Jadwal Kegiatan
BAB III. STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
BAB V. LOGISTIK
BAB VI. KESELAMATAN PASIEN
BAB VII. KESELAMATAN KERJA
BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU
BAB IX. PENUTUP
Referensi
Lampiran
3. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan
suatu Negara.MDGs dalam garis 4 dan 5 mengamanatkan bahwa angka kematian
balita harus mampu diturunkan menjadi 2/3 dari tahun 2015. Sehingga di tahun 2015
angka kematian bayi menjadi 17/1000 kelahiran hidup (KH), balita 23/1000 KH.
Sebagian besar kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan tekhnologi
sederhana di tingkat pelayanan dasar seperti Puskesmas, salah satunya dengan
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Bank Dunia melaporkan tahun
1993 melaporkan bahwa MTBS adalah intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh ISPA, diare, campak, malaria, kurang
gizi, yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Puskesmas Kedopok merupakan fasilitas pelayanan tingkat pertama yang
menyediakan pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di wilayah kerja
kecamatan Kedopok. Untuk itu pelaksanaan MTBS harus sejalan denga visi dan misi
puskesmas Kedopok.
B. TUJUAN
Pedoman ini dimaksudkan agar tersedianya panduan bagi puskesmas
Kedopok dan tim poli MTBS puskesmas Kedopok dalam melaksanakan pelayanan
rawat jalan.
C. SASARAN
Sasaran Populasi/kasus : 1. Bayi muda usia 1 hari – 2 bulan (MTBM)
2. Bayi/anak umur 2 bulan – 5 tahun (MTBS)
Sasaran Pelaksana : Tenaga kesehatan unit rawat jalan di fasilitas tingkat dasar
(puskesmas dan Pustu) yaitu paramedis Perawat dan Bidan, serta Dokter puskesmas
Kedopok.
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) rawat jalan pada seluruh Balita sakit di wilayah kerja Puskesmas
Kedopok
4. E. BATASAN OPERASIONAL
Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated Magement Of Childhood
Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegtasi/terpadu dalam tatalaksana balita
sakit dengan focus kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun secara menyeluruh. MTBS
bukan suatu program kesehatan tetapi pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Badan kesehatan dunia WHO telah mengakuibahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan Negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan
dan kecacatan pada bayi dan balita.
Ada 3 komponen dalam penerapan strategi MTBS yaitu :
1. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit
(Dokter, Perawat, Bidan).
2. Memperbaiki sistemkesehatan agar penanganan penyakit pda baliat lebih efektif.
3. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan
upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan
keluarga dan masyarakat, yang dikenal dengan “Manajemen Terpadu Balita Sakit
berbasis masyarakat”).
5. BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
Petugas poli MTBS UPT Puskesmas Kedopok terdiri dari :
1 (satu) orang dokter umum penanggung jawab dan pelaksana pelayanan
pengobatan poli MTBS.
1 (satu) orang Bidan pelaksana pelayanan poli MTBS di dalam gedung
puskesmas, yaitu bidan minimal lulusan D3 yang mendapat pendelegasian
wewenang dari dokter.
Standar ketenagaan pelayanan MTBS adalah minimal Bidan lulusan D3.
Berdasarkan hal tersebut artinya ketenagaan pada pelayanan poli MTBS Puskesmas
Kedopok telah memenuhi standar yang ditetapkan.
B. JADWAL KEGIATAN
Penyelengaraan pelayanan pengobatan dilakukan setiap hari. Jam
pelayanan loket pendaftaran dimulai jam 07.15. Pelayanan pengobatan poli MTBS
dimulai jam 08.00 s/d 12.00 pada hari Senin-Kamis, jam 08.00 s/d 10.00 pada hari
Jumat dan 08.00 s/d 11.00 pada hari Sabtu.
6. BAB III
STANDAR FASILITAS
FASILITAS DAN KELENGKAPAN
Pada Ruang poli MTBS, kelengkapan fasilitas di UPT Puskesmas kedopok
sebagai berikut :
1. Ruangan
Standar ruangan :
Arah angin harus dari belakang petugas
Mempunyai cross ventilation (ventilasi cukup dan terbuka)
Mempunyai fasilitas air mengalir untuk cuci tangan
Kondisi riil :
Luas ruang Kia Pukesmas Kedopok 6 m2
Telah memiliki fasilitas air mengalir (wastafel)
Kondisi ruangan mempunyai sirkulasi udara (ventilasi) yang cukup dan terbuka
2. Peralatan
Standar peralatan :
Timer ISPA atau arloji dengan jarum detik.
Tensimeter dan manset anak (bila ada).
Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan bersih (digunakan di pojok oralit).
Infus set dengan wing needles no 23 dan no 25.
Semprit dan jarum suntik; 1ml, 2.5ml, 5ml, 10ml.
Timbangan bayi
Thermometer
Kasa/kapas
Pipa lambung (nasogastric tube – NGT)
Alat penumbuk obat
Alat pengisap lendir
RDT- Rapid Diagnostic Test untuk malaria
Kalau mungkin, mikroskop untuk pemeriksaan malaria
Kondisi riil :
No Jenis Peralatan
Jumlah Alat
(Jenis)
1 Timer ISPA 1
2 Tensimeter dan manset anak 1
3 Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan
bersih
1
7. 4 Infus set dengan wing needles no 23 1
5 Infus set dengan wing needles no 25 1
7 Timbangan bayi 1
8 Thermometer 1
9 Kasa/kapas 1
10 Pipa lambung (nasogastric tube – NGT) 1
11 Alat pengisap lendir 1
12 Pengukur tinggi badan 1
13 Pengukur panjang badan 1
14 Sudip lidah atau tongspatel didalam bak
instrument
1
Kondisi riil :
Berdasarkan daftar inventaris kia peralatan yang tersedia seperti pada daftar dibawah
ini :
Peralatan Non Medis
No.
Urut
Jenis Barang / Nama
Barang
Bahan
Jumlah
Barang
Keadaan Barang
Baik
Kurang
Baik
Rusak
1 Meja Kayu 1
2 Kursi Busa 1 1
3 Meja + Kaca Kayu 1
4 Kursi Plastik 2 2
5 Komputer Elektronik 1 1
6 Jam Dinding 1 1
7 Papan Pelayanan Kayu 1 1
8 Tempat Sampah Medis Plastik 1 1
9
Tempat Sampah Non
Medis Plastik 1 1
10 Senter plastik 1 1
8. Masih terdapat kesenjangan peralatan yang harus dipenuhi oleh Puskesmas
Kedopok demi peningkatan kualitas pelayanan di MTBS
9. BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata laksana pasien balai MTBS merupakan suatu proses atau rangkaian
kegiatan yang langsung diberikan kepada pasien pada tatanan pelayanan kesehatan
dengan menggunakan proses, berpedoman pada standar, dilandasi etik dan etika, dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab. Proses tersebut meliputi tahap :
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Pelaksanaan / pengobatan
Evaluasi
Proses tersebut sebagai salah satu pendekatan utama dalam proses pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah.
1. Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan seseorang yang berkunjung ke puskesmas,
apakah keadaan seseorang tersebut sehat atau sedang sakit.
2. Standar Asuhan
a. Standar I (Pengkajian)
Pengkajian memerlukan data yang lengkap keadaannya untuk
menentukan kebutuhan pengobatan. Komponen pengkajian meliputi :
1) Keluhan Pasien (Anamnesa)
Berisi keluhan utama maupun keluhan penyerta yang sering disampaikan oleh
pasien maupun keluarga pasien. Penelusuran riwayat penyakit yang di derita
saat ini, penyakit lainnya yang merupakan faktor resiko, riwayat keluarga, riwayat
sosial dan riwayat alergi menjadi informasi lainnya pada bagian ini.
Pada beberapa penyakit, bagian ini memuat informasi spesifik yang harus
diperoleh dokter dari pasien atau keluarga pasien untuk menguatkan diagnosis
penyakit.
Wawancara terhadap pasien atau keluarga meliputi :
Identifikasi Data
- Mengidentifikasi data seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status
perkawinan (biasanya saat pendaftaran, hal ini sudah ditanyakan oleh
petugas pendaftaran)
- Sumber riwayat medis, biasanya pasien, tetapi dapat juga anggota
keluarga, surat rujukan atau rekam medis
Keluhan utama
Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran yang menyebabkan pasien pergi
berobat
10. Riwayat Penyakit Sekarang
Memperjelas keluhan utama, menguraikan bagaimana setiap gejala itu terjadi.
Gejala utama harus diterangkan secara jelas dengan menyebutkan lokasi,
kualitas, kuantitas atau intensitas, waktu termasuk awitan, durasi dan
frekuensi, situasi ketika gejala tersebut timbul, faktor yang memperberat atau
meringankan gejala dan manifestasi yang menyertainya.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Daftar penyakit yang dialami pada waktu kanak-kanak
- Daftar penyakit pada usia dewasa beserta tanggal kejadiannya, setidaknya
meliputi empat kategori, yaitu medis, pembedahan, obstetric gnekologi
(wanita) dan psikiatri
- Meliputi praktek pemeliharaan kesehatan seperti imunisasi, tes screening,
masalah gaya hidup dan keamanan di rumah
Riwayat Penyakit Keluarga
- Membuat diagram mengenai usia dan kesehatan, atau usia dan penyebab
kematian saudara kandung, orang tua dan kakek atau nenek
- Catatan tentang ada atau tidaknya penyakit spesifik dalam keluarga, seperti
hipertensi, penyakit jantung koroner, dan lain-lain.
Lamanya sakit
Lamanya pasien menderita sakit sekarang. Apabila sakit yang sekarang
dikeluhkan merupakan kambuhan, maka ditanyakan juga lamanya sakit mulai
terjangkit
Pengobatan yang sudah dilakukan
Daftar obat-obatan yang sudah digunakan selama ini
Riwayat alergi obat
Riwayat terjadinya alergi terhadap obat-obatan yang pernah dikonsumsi
selama ini. Ini merupakan catatan buat petugas kesehatan sehingga tidak
memberikan obat dari golongan yang sama.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan vital sign meliputi :
Pengukuran suhu tubuh
Pengukuran nadi
Pengukuran pernapasan
3) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi)
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaaan tubuh untuk menentukan adanya
kelainan dari suatu sistem atau organ bagian tubuh.
Tujuan pemeriksaan adalah :
Menentukan kelainan fisik yang berhubungan dengan penyakit pasien
11. Mengklarifikasi dan memastikan kelainan sesuai dengan keluhan dan riwayat
kesehatan pasien
Mendapatkan data untuk menegakkan diagnose medis dan keperawatan /
kebidanan
Mendapatkan data fisik untuk menentukan status kesehatan pasien.
Cara pemeriksaan meliputi :
Inspeksi
Adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat
Hasil pemeriksaan yang didapat :
- Kesan umum penderita
- Warna permukaan tubuh
- Bentuk dan postur tubuh
- Ukuran tubuh dan bagiannya
- Gerakan dan gaya tubuh
Langkah kerja :
- Atur pencahayaan yang cukup
- Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
- Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
- Buka bagian yang diperiksa
- Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penampilan umum,
pakaian, postur tubuh dan gerakan dengan waktu cukup
- Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh
pasien.
Palpasi
Adalah pemeriksaan dengan perabaan menggunakan rasa propioseptif ujung
jari dan tangan
Hasil pemeriksaan :
- Permukaan : halus/kasar, menonjol/datar, keras/lunak, dingin, dll
- Getaran dan denyutan : denyut nadi dan vena, denyutan jantung, dll
- Keadaan organ di bawah permukaan : keadaan hepar, massa abnormal, dll
Cara kerja :
- Daerah yang diperiksa bebas dari gangguan yang menutupi
- Yakinkan tangan hangat dan tidak dingin
- Lakukan perabaan secara sistematis, untuk menentukan ukuran, bentuk,
konsistensi dan permukaan :
Jari telunjuk dan ibu jari untuk menentukan besar / ukuran
Jari 2,3, dan 4 bersama untuk menentukan konsistensi dan kualitas
massa atau organ
12. Sedikit tekanan untuk menentukan rasa sakit
Perkusi
Dengan perkusi diketahui isi jaringan di bawah permukaan tubuh. Ada 5
kualitas dasar bunyi perkusi :
- Pekak : massa padat
- Redup : suara perkusi hati
- Sonor : suara perkusi paru normal
- Hypersonor : paru emfisematous
- Tympani : suara normal abdomen
Cara kerja :
- Lepas pakaian sesuai dengan keperluan
- Luruskan jari tengah kiri, dengan ujung jari tekan pada permukaan yang
akan diperkusi
- Lakukan ketukan dengan ujung jari tengah kanan diatas jari kiri dengan
lentur dan cepat, dengan menggunakan pergerakan pergelangan tangan
- Lakukan perkusi secara sistematis sesuai dengan keperluan
Auskultasi
Adalah pemeriksaan mendengarkan suara dalam tubuh dengan
menggunakan alat stetoskop.
Hasil pemeriksaan :
Bunyi dalam tubuh normal dihasilkan oleh :
- Paru : bunyi napas
- Jantung : bunyi karena menutupnya katup jantung
- Usus/Abdomen : bunyi bising dan peristaltik usus
- Pembuluh darah : bunyi aliran darah
Cara kerja :
- Ciptakan suasana tenang dan aman
- Pasang ear piece pada telinga
- Pastikan posisi stetoskop tepat dan dapat didengar
- Pada bagian sisi membran dapat digosok biar hangat
- Lakukan pemeriksaan dengan sistematis sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan fisik dari atas ke bawah (Head to Toe) :
Kulit dan sistem musculoskeletal
Kepala, mata, telinga, hidung dan tenggorokan
Leher
Punggung
Thorax termasuk paru dan jantung
Abdomen
13. Ekstremitas (atas dan bawah)
Bagian ini berisi hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang spesifik, mengarah
pada diagnose penyakit. Meskipun tidak memuat rangkaian pemeriksaan fisik
lainnya, pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh tetap harus
dilakukan dokter layanan primer untuk memastikan diagnosis serta
menyingkirkan diagnosis banding.
b. Standar II (Diagnosa)
Bagian ini berisi diagnosis yang sebagian besar dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Beberapa penyakit membutuhkan hasil
pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis atau karena telah menjadi
standar algoritma penegakan diagnosis. Selain itu bagian ini juga memuat klasifikasi
penyakit, diagnosis banding dan komplikasi penyakit.
c. Standar III (Pengobatan)
Bagian ini berisi sistematika rencana penatalaksanaan berorientasi pada
pasien yang terbagi atas dua bagian, yaitu : penatalaksanaan non farmakologi dam
farmakologi. Selain itu bagian ini juga berisi edukasi dan konseling terhadap pasien
dan keluarga, aspek komunitas lainnya serta kapan dokter perlu merujuk pasien
(kriteria rujukan).
Dokter akan merujuk pasien apabila memenuhi salah satu kriteria berikut :
1) Time : jika perjalanan penyakit dapat digolongkan kepada kondisi
kronis atau melewati golden time standar
2) Usia (Age) : jika usia pasien dalam kategori yang dikhawatirkan
meningkatkan resiko komplikasi serta resiko kondisi penyakit lebih berat
3) Complication : jika komplikasi yang ditemui dapat memperberat kondisi
pasien
4) Comorbidity : jika terdapat keluhan atau gejala penyakit lain yang
memperberat kondisi pasien
Selain empat kriteria diatas, kondisi fasilitas pelayanan juga dapat menjadi
dasar bagi dokter untuk melakukan rujukan demi menjamin keberlangsungan
penatalaksanaan dengan persetujuan pasien.
Terapi diberikan sesuai dengan diagnosa dan hasil pemeriksaan
penunjang (jika ada). Pemberian terapi meliputi :
1) Pemberian terapi suportif, seperti meningkatkan daya tahan tubuh
2) Pemberian terapi farmakologis, berupa terapi simptomatis dan atau terapi
kausatif
3) Konseling dan edukasi
Untuk kategori prognosis sebagai berikut :
1) Ad vitam : menunjuk pada pengaruh penyakit pada proses kehidupan
14. 2) Ad functionam : menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ atau
fungsi manusia dalam melakukan tugasnya
d. Standar IV (Pendokumentasian)
Catatan pemeriksaan, pengobatan rawat jalan ditulis di rekam medis
sehingga dapat digunakan sebagai bahan bukti informasi, tindakan dan laporan.
Penulisan catatan medis dilakukan sesegera mungkin sebelum data
hilang dari ingatan. Jika ditulis dengan tangan, sebuah rekam medis yang baik
selalu dianggap sah secara hukum.
1) Urutan Rekam Medis
Urutannya harus konsisten dan jelas sehingga orang yang membaca di
kemudian hari dapat dengan mudah menemukan informasi tertentu yang
diperlukan
2) Tingkat kerincian
Kerincian dalam rekam medis harus memiliki kaitan dengan subjek atau
permasalahannya tetapi jangan sampai berlebihan
15. BAB V
L O G I S T I K
Petugas penanggung jawab pelayanan upaya pengobatan wajib memastikan
logistik peralatan dan bahan medis pakai terpenuhi dengan cara melakukan perencanaan
kebutuhan, melakukan pengecekan secara berkala dan segera membuat permintaan
kebutuhan logistik yang diperlukan.
Peralatan Non Medis
No.
Urut
Jenis Barang / Nama
Barang
Bahan
Jumlah
Barang
Keadaan Barang
Baik
Kurang
Baik
Rusak
1 Meja Kayu 1
2 Kursi Busa 1 1
3 Meja + Kaca Kayu 1
4 Kursi Plastik 2 2
5 Komputer Elektronik 1 1
6 Jam Dinding 1 1
7 Papan Pelayanan Kayu 1 1
8 Tempat Sampah Medis Plastik 1 1
9
Tempat Sampah Non
Medis Plastik 1 1
10 Senter plastik 1 1
Peralatan Medis
No Jenis Peralatan Jumlah Alat (Jenis)
1 Timer ISPA 1
2 Tensimeter dan manset anak 1
3 Gelas, sendok dan teko tempat air matang dan
bersih
1
4 Infus set dengan wing needles no 23 1
5 Infus set dengan wing needles no 25 1
7 Timbangan bayi 1
8 Thermometer 1
9 Kasa/kapas 1
16. 10 Pipa lambung (nasogastric tube – NGT) 1
11 Alat pengisap lendir 1
12 Pengukur tinggi badan 1
13 Pengukur panjang badan 1
14 Sudip lidah atau tongspatel didalam bak
instrument
1
17. BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Program upaya pengobatan harus memperhatikan keselamatan dengan cara
melakukan identifikasi terhadap potensi yang mungkin terjadi, yaitu :
1. Kesalahan diagnosis
2. Kesalahan identifikasi pasien / salah orang
3. Kesalahan pemberian terapi
4. Kesalahan pemberian resep
5. Kesalahan tindakan yang menimbulkan perlukaan
6. Monitoring pengobatan atau tindakan yang kurang baik
7. Insiden tertusuk jarum bekas pakai
8. Limbah medis berceceran
9. Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh pasien
10. Tidak menggunakan APD (Alat Perlindung Diri)
11. Menggunakan peralatan tidak steril
Untuk mencegah terhadap potensi yang mungkin terjadi seperti yang telah
disebutkan diatas, maka dilakukan :
1. Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien
2. Umpan balik dari unit pelayanan tentang kesesuaian identifikasi pasien dengan Rekam
Medis
3. Monitoring secara berkala oleh tim mutu Puskesmas Kedopok
Adapun untuk penanganan atau tindak lanjut hasil identifikasi, temuan audit
internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim
Mutu dalam Rapat Tinjauan Manajemen. Dan hasil rapat dilakukan umpan balik kepada
penanggung jawab pelayanan MTBS.
18. BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Program keselamatan kerja petugas pelayanan MTBS dilaksanakan dengan
memperhatikan lingkungan kerja yang nyaman dan aman serta fasilitas kerja yang aman.
Program keselamatan kerja yang dimaksud melalui program Pencegahan Dan
Pengendalian Infeksi (PPI) yang tertuang dalam Kewaspadaan Standar atau
Kewaspadaan Universal untuk pelayanan semua pasien yang meliputi:
1. Kebersihan tangan/Hand hygiene.
2. Alat Pelindung Diri (APD)set, terdiri dari sarung tangan, masker, Peralatan perawatan
pasien.
3. Pengendalian lingkungan.
4. Kesehatan karyawan.
5. Penempatan pasien.
6. Higiene respirasi/etika batuk dan bersin.
Daftar Kewaspadaan Standar
1.Kebersihan
tangan
Kuku harus selalu terpotong pendek, tidak
memakai perhiasan dan tidak boleh memakai
kuku palsu, saat merawat pasien.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
harus dilakukan dengan 6 (enam) langkah pada
saat:
- Sebelum dan setelah melepas sarung tangan.
- Sebelum tindakan aseptis: pemasangan
kateter intravena, kateter urin dan vaskuler
perifer.
- Sebelum dan setelah kontak langsung dengan
kulit pasien saat merawat.
- Bila tangan beralih dari area tubuh
terkontaminasi menuju area bersih, termasuk
perawatan pasien yang sama.
- Setelah menyentuh darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti
verband, walaupun telah memakai sarung
tangan.
- Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan
berprotein, cairan tubuh, cuci tangan dengan
sabun biasa/antimikroba dengan air mengalir .
19. - Setelah kontak dengan lingkungan dan benda
mati (alat medik, tempat tidur, meja, saklar
lampu) di area pasien.
- Setelah makan, minum dan menggunakan
toilet.
- Setelah menyentuh cairan tubuh pasien.
- Bila kontak dengan diduga spora, karena
Alkohol, Klorhexidin, Iodofor aktifitasnya lemah
terhadap spora
- Sebelum keluar ruangan pasien, setelah
melepas dan membuang APD
Cuci tangan bisa dilakukan dengan sabun dan air
mengalir atau dengan alkohol handrub. (Bila
tangan tidak tampak kotor)
2. Alat
Pelindung
Diri (APD) :
a. Sarung
tangan
b. Masker
c. Kaca mata
pelindung
d. Pelindung
wajah
e. Gaun
f. Sepatu
tertutup
Gunakan APD sesuai ukuran dan jenis tindakan
Gunakan APD yang sesuai, bila ada
kemungkinan terkontaminasi darah, cairan tubuh,
sekresi, ekskresi dan bahan terkontaminasi,
mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit
utuh yang potensial terkontaminasi
Pakai sarung tangan sekali pakai, saat merawat
pasien langsung.
Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai
ulang untuk membersihkan lingkungan (bila daur
ulang, harus ada tes fungsi sebelum digunakan).
Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,
sebelum menyentuh benda dan permukaan yang
tidak terkontaminasi, sebelum beralih ke pasien
lain.
Jangan memakai sarung tangan yang sama
untuk pasien yang berbeda.
Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah
dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
Pakailah kaca mata goggle untuk melindungi
konjungtiva, mukus membran mata, hidung,
mulut selama melaksanakan prosedur dan
aktifitas perawatan pasien yang berisiko terjadi
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi
20. Secara umum, dapat digunakan masker bedah
untuk mencegah transmisi melalui partikel besar
dari droplet saat kontak erat (<3 m) dari pasien
saat batuk/bersin. Pakailah selama tindakan
yang menimbulkan aerosol walaupun pada
pasien tidak diduga infeksi
Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk
melindungi kulit, mencegah baju menjadi kotor,
kulit terkontaminasi selama prosedur/merawat
pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Bila gaun tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan
cairan infeksius.
Pakailah sepatu boot untuk melindungi kaki dari
cipratan/semprotan dari darah, cairan tubuh,
sekresi dan ekskresi.
3.Peralatan
perawatan
pasien
(kategori IB)
Buat Standar Prosedur Operasional untuk
menampung, transportasi, pengelolaan peralatan
yang mungkin terkontaminasi darah atau cairan
tubuh.
Lepaskan bahan organik dari peralatan dengan
bahan pembersih yang sesuai sebelum di
Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau disterilkan.
Tangani peralatan pasien yang terkena darah,
cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan benar
sehingga kulit dan mukus membran terlindungi,
cegah baju terkontaminasi, cegah transfer
mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk
pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan
sekali pakai dibuang dan dimusnahkan dengan
cara yang benar dan peralatan pakai ulang,
diproses dengan benar.
Peralatan yang terkontaminasi didisinfeksi
setelah dipakai dan selanjutnya di DTT atau
sterilisasi sesuai kebutuhan.
Permukaan peralatan yang besar (X ray), di lap
21. dengan cairan disinfektan, setelah keluar dari
ruangan isolasi meskipun tidak tampak kotor.
Bersihkan dan desinfeksi yang benar peralatan
terapi pernapasan terutama setelah dipakai
pasien infeksi saluran napas, bila perlu memakai
sungkup disposable
Alat makan dicuci dengan detergen tiap setelah
makan. Benda disposable dibuang ketempat
sampah
4.Pengendali
an
lingkungan
Fasilitas kesehatan harus membuat dan
melaksanakan prosedur rutin untuk pembersihan,
desinfeksi permukaan lingkungan, tempat tidur,
peralatan disamping tempat tidur dan
pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh
dan pastikan kegiatan ini dimonitor(diawasi
secara rutin dan berkala).
Pembersihan harus mengawali desinfeksi. Benda
dan permukaan tidak dapat didesinfeksi sebelum
dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi
pasien, kotoran).
Pembersihan ditujukan untuk mencegah
aerosolisasi, sehingga menurunkan pencemaran
lingkungan.
Fasilitas kesehatan harus mempunyai
desinfektan standar untuk menghilangkan
patogen secara signifikan, pada permukaan
terkontaminasi, sehingga memutuskan rantai
penularan penyakit.
Desinfeksi adalah membunuh secara fisikal dan
kimiawi mikroorganisme, tidak termasuk spora.
Disinfektan yang biasa dipakai:Na Hipoklorit
(Pemutih), Alkohol, komponen Fenol, komponen
Ammonium Quarternary, komponen Peroksigen.
Ikuti aturan pakai pabrik cairan desinfektan,
waktu kontak, dan cara pengencerannya.
Pembersihan area sekitar pasien:
Pembersihan permukaan horisontal sekitar
22. pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari
dan lebih teliti setiap pasien pulang.
Untuk mencegah aerosolisasi patogen infeksi
saluran napas, hindari sapu, tapi gunakan cara
basah (kain basah).
Ganti cairan pembersih, lap kain, kepala mop
setelah dipakai (terkontaminasi)
Peralatan pembersih harus dibersihkan,
dikeringkan tiap kali setelah pakai. Mop dicuci,
dikeringkan tiap hari sebelum disimpan dan
dipakai kembali.
Untuk mempermudah pembersihan bebaskan
area pasien dari benda-benda/peralatan yang
tidak perlu.
Jangan lakukan fogging dengan disinfektan, tidak
terbukti mengendalikan infeksi, dan bisa
berbahaya.
Pembersihan dapat dibantu dengan vacuum
cleaner (pakai filter, HEPA). Jangan memasang
karpet.
5. Kesehatan
karyawan
Setiap petugas harus waspada dalam bekerja,
untuk mencegah terjadinya luka/cedera saat
melakukan tindakan menggunakan jarum,
scalpel dan alat tajam lain, setelah melakukan
prosedur, saat membersihkan instrumen dan
saat membuang jarum.
Jangan tutup/recap jarum yang telah dipakai,
memanipulasi jarum dengan tangan, menekuk
jarum, mematahkan, melepas jarum dari spuit.
Buang jarum, spuit, pisau scalpel, dan peralatan
tajam habis pakai kedalam wadah tahan
tusukan/safety box sebelum dibuang ke
insinerator.
Pakai mouthpiece, resusitasi bag atau peralatan
ventilasi lain pengganti metoda resusitasi mulut
ke mulut.
Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke
bagian tubuh, selain akan menyuntik.
6. Penempat Tempatkan pasien yang potensial
23. an Pasien mengkontaminasi lingkungan atau yang tidak
dapat diharapkan menjaga kebersihan kedalam
ruang rawat yang terpisah.
Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, upayakan
agar prinsip pemisahan tetap terjadi.
Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan
terhadap transmisi infeksi
7. Hygiene
respirasi/
Etika batuk
Mengendalikan penyebaran patogen dari pasien
yang terinfeksi untuk transmisi kepada kontak yang
tidak terlindungi. Untuk penyakit yang
ditransmisikan melalui droplet besar dan atau
droplet nuklei maka etika batuk harus diterapkan
kepada semua individu dengan gejala gangguan
pada saluran napas.
Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala
infeksisaluran napas harus:
Menutup mulut dan hidung dengan lengan atas
saat batuk atau bersin.
Pakai tisu, saputangan, masker kain/medis bila
tersedia, buang ke tempat sampah (yang terlebih
dahulu dilapisi kantong plastik) tertutup.
Lakukan cuci tangan sesuai standar.
Manajemen fasilitas kesehatan harus promosi
higiene respirasi / etika batuk:
Promosi kepada semua petugas, pasien,
keluarga dengan infeksi saluran napas dengan
demam.
Edukasi petugas, pasien, keluarga, pengunjung
akan pentingnya kandungan aerosol dan sekresi
dari saluran napas dalam mencegah transmisi
penyakit saluran napas
Menyediakan sarana untuk kebersihan tangan
(alkohol handrub, wastafel-antiseptik, tisutowel,
terutama area tunggu harus diprioritaskan
8. Praktekm
enyuntik
Pakai jarum yang steril, sekali pakai tiap kali
penyuntikan untuk mencegah kontaminasi pada
24. yang
aman
peralatan injeksi dan terapi.
Bila memungkinkan gunakan juga vial sekali pakai
walaupun multidose. Jarum atau spuit yang dipakai
ulang untuk mengambil obat dalam vial multidose
dapat menimbulkan kontaminasi mikroba yang
dapat menyebar saat obat dipakai untuk pasien lain
25. BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan upaya pengobatan
umum dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Kedopok. Sasaran mutu upaya
pengobatan umum ditetapkan oleh Tim Mutu Puskesmas dan dipantau melalui monitoring
dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian sasaran mutu dibahas dalam Rapat Tinjauan
Manajemen (RTM) dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas. Setiap adanya kesalahan
dalam upaya pelayanan pengobatan umum dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Jati
26. BAB IX
PENUTUP
Pelayanan upaya pengobatan yang baik merupakan salah satu tolak ukur kinerja
puskesmas dan diperlukan untuk peningkatan mutu pelayanan Puskesmas Kedopok.