Surat Al-Adiyat membahas tentang keutamaan berjuang dan sifat-sifat yang melemahkan semangat juang. Surat ini terdiri dari 11 ayat dan termasuk surat Makkiyah. Isinya menggambarkan kerugian manusia yang ingkar kepada Allah dan tidak mempersiapkan diri untuk akhirat. Allah bersumpah dengan sifat-sifat kuda perang dalam lima ayat pertama untuk membangkitkan semangat perjuangan orang-orang
3. Surat Al Adiyat العاديات
) )
adalah surat ke-100 dalam Al Quran.
Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul,
dan tafsir Surat Al Adiyat.
4.
5. Surat ini terdiri dari 11 ayat.
Termasuk Surat Makkiyah.
Dinamakan surat Al Adiyat yang berarti kuda yang berlari kencang.
Nama ini diambil dari ayat pertama yang Allah bersumpah dengannya.
Surat ini tidak memiliki nama lain.
6. Asbabun Nuzul
Sebagian ulama berselisih apakah surat ini turun sebelum Rasulullah
hijrah ke Madinah atau sebelumnya.
Yang berpendapat surat ini Madaniyah, karena ada hadits yang
diriwayatkan Bazzar, Ibnu Abi Hatim dan Hakim tentang asbabun nuzul
ayat 1 Surat Al Adiyat.
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
mengirim pasukan berkuda. Selama satu bulan tak ada kabar. Lantas
turunlah Surat Al Adiyat.
Asbabun nuzul ini dicantumkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir
Al Munir.
7. Mayoritas ulama berpendapat bahwa surat ini termasuk surat
Makkiyah.
Bahkan disebutkan, Surat Al Adiyat merupakan surat ke-13 yang
turun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Yakni turun setelah Surat Al Ashr dan sebelum Surat Al Kautsar.
Sedangkan secara urutan mushaf, ia merupakan surat ke-100. Yakni
setelah Surat Al Zalzalah.
Jika surat Al Zalzalah diakhiri dengan balasan atas setiap kebaikan
dan keburukan, surat Al Adiyat menjelaskan apa yang mengantarkan
pada amal-amal buruk tersebut.
8. Surat Al Adiyat secara umum
menggambarkan kerugian kebanyakan
manusia pada hari terjadinya zalzalah
(kiamat).
Yakni mereka yang ingkar kepada nikmat
Allah, bakhil karena cinta dunia dan tidak
mempersiapkan diri menghadapi akhirat.
9. اًحْبَض ِتاَيِداَعْال َو
(
1
)
Demi kuda perang yang berlari kencang dengan terengah-engah,
Kata al adiyat العاديات
) ) berasal dari kata ‘adaa – ya’duu عدا
–
يعدوا
) ) yang
berarti jauh atau melampaui batas.
Dari kata itu muncul berbagai derivasi namun tetap mengandung
makna jauh. Misalnya ‘aduw عدو
) ) yang artinya musuh. Bermusuhan
karena jauhnya hati.
Ada pula al ‘aduw العدو
) )yang artinya berlari cepat. Menempuh jarak
jauh dalam waktu singkat.
Ada pula ‘udwaan عدوان
) ) yang artinya agresi. Karena yang
melakukannya jauh dari kebenaran dan keadilan.
10. Secara harfiah, kata al adiyat العاديات
) ) berarti yang berlari kencang.
Kata ini tidak menjelaskan siapa pelakunya.
Menurut jumhur ulama termasuk Ibnu Abbas, artinya adalah kuda
yang berlari kencang.
Namun menurut Ali bin Abu Thalib, al adiyat di ayat ini adalah unta.
Ia berhujjah, pada Perang Badar, kaum muslimin mengendarai unta.
Hanya ada dua ekor kuda yang dibawa yakni milik Az Zubair dan Al
Miqdad.
Sementara yang mayoritas mengartikan kuda berhujjah, sebab sifat-
sifat dalam surat ini ada pada kuda, bukan unta. Mulai dari
mengeluarkan dengusan nafas saat berlari, hingga mengeluarkan
percikan api. Unta secepat apa pun larinya, ia tak bisa menghasilkan
percikan api.
11. Kata dhabhan ضبحا
) ) berarti dengusan nafas saat berlari.
Ibnu Abbas mengatakan, tidak ada binatang yang
mengeluarkan dengusan nafas saat berlari kecuali kuda
dan anjing.
Ibnu Katsir menjelaskan, dalam ayat ini Allah Subhanahu
wa Ta’ala bersumpah dengan menyebut kuda apabila
dilarikan di jalan Allah, maka ia lari dengan kencang dan
keluar suara dengus nafasnya.
12. اًحْدَق ِتاَي ِ
ورُمْالَف
(
2
)
dan kuda yang mencetuskan api dengan pukulan (kuku kakinya),
Kata al muuriyaat الموريات
) ) menunjukkan pelaku yang menyalakan api.
Dari kata waraa – waryan ( ورى
–
وريا
) ) atau wariya – yarii ي ور
-
يري
) )
yang artinya menyalakan api.
Kata fa ف
) ) sebelum al muuriyaat menunjukkan bahwa nyala atau
percikan api itu merupakan akibat dari berlari kencang.
Kata qad-han قدحا
) ) berasal dari kata qadaha قدح
) ) yang
artinya mengeluarkan atau memercikkan.
Baik air dari kolam, kuah dari mangkuk maupun api dari batu, ia
disebut qad-han jika keluarnya sedikit. Karenanya ayat ini dipahami
kuda yang berlari kencang hingga menimbulkan percikan api akibat
gesekan kakinya dengan batu.
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini: “yakni suara detak teracaknya ketika
menginjak batu-batuan, lalu keluarlah percikan api darinya.”
13. اًحْبُص ِتاَيرِغُمْالَف
(
3
)
dan kuda yang menyerang dengan tiba-tiba di waktu pagi,
Kata al mughiirat المغيرات
) )merupakan bentuk jamak dari al mughiir لمغير
.) )
Berasal dari kata aghaara أغار
) ) yang artinya bercepat-cepat melangkah.
Dari situ kemudian makna umumnya menjadi serangan mendadak yang
dilakukan dengan mengendarai kuda.
Kata shubhan صبحا
) ) artinya adalah waktu subuh.
Menggambarkan serangan itu cepat dan mendadak waktunya.
“Yaitu di waktu musuh sedang lengah, lalai atau mengantuk.
Angkatan perang itu tiba-tiba datang laksana diturunkan dari langit,” kata
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
Orang yang mengartikan al adiyat dengan unta, menafsirkan ayat ini
sebagai berangkat di waktu Subuh dari Muzdalifah ke Mina.
Namun pendapat ini tidak sekuat tafsir tentang kuda perang yang juga
merupakan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid dan Qatadah.
14. اًعْقَن ِهِب َن ْرَثَأَف
(
4
)
maka ia menerbangkan debu,
Ibnu Katsir menjelaskan, maknanya adalah tempat
yang kuda-kuda dan unta-unta itu berada,
baik dalam ibadah haji maupun dalam jihad, debu-
debuh beterbangan karenanya.
15. اًعْمَج ِهِب َنْطَس َوَف
(
5
)
dan menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.
Kata jam’an ( جمعا
) ) digunakan dalam Al Quran untuk menunjuk
kelompok besar dan selalu menduga akan mampu meraih
kemenangan.
Menurut Buya Hamka, artinya adalah kumpulan musuh.
Sebagian mufassir menjelaskan, lima ayat yang dimulai dengan
sumpah Allah ini menggambarkan cepatnya kedatangan kiamat.
Laksana serangan mendadak pasukan berkuda di pagi hari pada
zaman dulu.
16. Syaikh Adil Muhammad Khalil menjelaskan,
sumpah Allah dengan kuda perang dalam lima
ayat ini untuk menunjukkan bahwa kuda
melakukan itu semua meskipun dengan
terengah-engah demi memenuhi kehendak
tuannya.
Lalu mengapa manusia justru ingkar kepada
Allah dan tidak melakukan apa yang
diperintahkan demi mendapat ridha-Nya?
17. Allah bersumpah dengan kuda perang yang memperdengarkan suaranya
yang gemuruh.
Kuda-kuda yang memancarkan bunga api dari kuku kakinya karena
berlari kencang.
Kuda-kuda yang menyerang di waktu subuh untuk menyergap musuh di
waktu mereka tidak siap siaga. Karena kencangnya lari kuda itu, debu-
debu jadi beterbangan.
Allah menyatakan bahwa kuda yang menyerang itu tiba-tiba berada di
tengah-tengah musuh sehingga menyebabkan mereka panik.
Allah bersumpah dengan kuda dan sifat-sifatnya dalam suasana perang
bertujuan untuk membangkitkan semangat perjuangan di kalangan
orang-orang Mukmin.
18. Sudah selayaknya mereka bersifat demikian dengan
membiasakan diri menunggang kuda dengan tangkas untuk
menyerbu musuh. Mereka juga diperintahkan agar selalu siap
siaga untuk terjun ke medan pertempuran bila genderang
perang memanggil mereka untuk menghancurkan musuh yang
menyerang, sebagaimana Allah berfirman:
ْيَخْال ِاطَب ِِّر ْنِم َّو ٍة َّوُق ْنِِّم ْمُتْعَطَتْسا اَّم ْمُهَل ا ْوُّدِعَا َو
ْمُك َُّودَع َو ِ ه
اّٰلل َُّودَع ٖهِب َن ْوُبِه ْرُت ِل
Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi
mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan
berkuda yang dapat menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.
(al-Anfal/8: 60)
19. Allah bersumpah dengan kuda perang yang dalam keadaan
berlari kencang, hilir-mudik, memancarkan percikan bunga
api dari kakinya karena berlari kencang, dan dengan
penyergapan di waktu subuh, menunjukkan bahwa kuda-kuda
yang dipelihara itu bukan untuk kebanggaan.
Hendaknya kuda yang dipuji adalah yang digunakan untuk
memadamkan keganasan musuh, melumpuhkan kekuatan mereka,
atau menghadang serangan mereka.
Maksudnya, dalam ketangkasan berkuda terkandung faedah
yang tidak terkira banyaknya.
Di antaranya adalah dapat dipergunakan untuk mencari
nafkah, cepat bergerak untuk suatu keperluan yang
mendadak, digunakan untuk menyergap musuh, dan dapat
mencapai tempat yang jauh dalam waktu yang singkat.
20. ِهِِّبَرِل َانَسْنِ ْ
اْل َّنِإ
ٌدوُنَكَل
(
6
)
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya,
Kata kanuud كنود
) )merupakan bentuk superlatif dari kata kanada كند
) )
yang artinya tandus.
Bentuk superlatif ini menggambarkan betapa besar kekufuran dan
keingkaran manusia sehingga tidak mau memberikan bantuan sekecil
apa pun.
Buya Hamka mengatakan, arti kanuud adalah tidak berterima
kasih, melupakan jasa.
“Berapapun nikmat diberikan Allah, ia tidak merasa puas dengan yang
telah ada itu bahkan minta tambah lagi. Nafsunya tidak pernah merasa
cukup dan kenyang; yang ada tidak disyukurinya, yang datang terlebih
dahulu dilupakannya.”
Ibnu Katsir menafsirkan, sesungguhnya manusia itu benar-benar
mengingkari nikmat-nikmat Tuhannya.
21. Dalam ayat ini, Allah menerangkan isi sumpah-Nya, yaitu:
watak manusia adalah mengingkari kebenaran dan tidak
mengakui hal-hal yang menyebabkan mereka harus bersyukur
kepada penciptanya, kecuali orang-orang yang mendapat
taufik, membiasakan diri berbuat kebajikan dan menjauhkan
diri dari kemungkaran.
Hubungan antara ayat 5 yang menggambarkan persoalan kuda
dan ayat 6 yang memberi informasi tentang sifat dasar
manusia adalah bahwa manusia itu mempunyai potensi
menjadi liar seperti kuda yang tidak terkendali, sehingga
menyebabkannya ingkar kepada Allah.
Sifat yang terpendam dalam jiwa manusia ini menyebabkan
ia tidak mementingkan apa yang terdapat di sekelilingnya,
tidak menghiraukan apa yang akan datang, dan lupa apa
yang telah lalu. Bila Allah memberikan kepadanya sesuatu
nikmat, dia menjadi bingung, hatinya menjadi bengis, dan
sikapnya menjadi kasar terhadap hamba-hamba Allah.
22. َشَل َكِلَذ ىَلَع ُهَّنِإ َوو
ٌديِه
(
7
)
dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya,
Kata syahiid شهيد
) ) berasal dari syahida شهد
) ) yang artinya
menyaksikan.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, sesungguhnya manusia itu
benar-benar menyaksikan sendiri (mengakui) keingkaran dirinya
melalui sepak terjangnya. Terlihat jelas dari ucapan dan
perbuatannya.
23. Dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa seorang
manusia meskipun ingkar, aniaya, dan tetap dalam
keingkaran serta kebohongan, bila ia mawas diri,
seharusnya ia akan kembali kepada yang benar.
Dia mengaku bahwa dia tidak mensyukuri nikmat-nikmat
Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Dia juga mengakui bahwa semua tindakannya
merupakan penentangan dan pengingkaran terhadap
nikmat tersebut.
Ini adalah kesaksian sendiri atas keingkarannya,
pengakuan tersebut lebih kuat daripada pengakuan yang
timbul dari diri sendiri dengan lisan.
24. ِ
ْريَخْال ِِّبُحِل ُهَّنِإ َو
ٌديِدَشَل
(
8
)
dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
Kata al khair الخير
) ) juga punya arti kebaikan.
Namun di ayat ini, artinya adalah harta benda.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menegaskan makna
ini sebagaimana firman Allah pada Surat Al Baqarah ayat 180.
َكَرَت ْنِإ ُت ْوَمْال ُمُكَدَحَأ َرَضَح اَذِإ ْمُكْيَلَع َبِتُك
اًْريَخ
ْلِل ُةَّي ِ
ص َوْال
ُمْال ىَلَع ااقَح ِوفُرْعَمْالِب َينِب َرْقَ ْ
ْا َو ِْنيَدِلا َو
َينِقَّت
Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan
(tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak,
berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini
adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah:
180)
25. Kata syadiid شديد
) ) berasal dari kata syadda ِّدش
) ) yang bisa
berarti menguatkan ikatan.
Karena ikatannya dengan harta sangat kuat, ia enggan
untuk melepaskannya.
Ia menjadi sangat bakhil.
Ada dua penafsiran ayat ini.
Pertama, sesungguhny manusia itu sangat mencintai harta.
Kedua, sesungguhnya karena kecintaannya kepada harta
membuatnya jadi kikir.
Ibnu Katsir membenarkan kedua penafsiran ini.
26. Allah menyatakan bahwa karena sangat
sayang dan cinta kepada harta serta
keinginan untuk mengumpulkan dan
menyimpannya menyebabkan manusia
menjadi sangat kikir, tamak, serta
melampaui batas. Allah berfirman:
اامَج اابُح َلاَمْال َن ْوُّب ِحُت َّو
٢٠
Dan kamu mencintai harta dengan
kecintaan yang berlebihan. (al-Fajr/89:
20)
27. َرِثْعُب اَذِإ ُمَلْعَي َ
َلَفَأ
ِ
ورُبُقْال يِف اَم
(
9
)
Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur,
Kata bu’tsira القارعة
) ) awalnya bermakna membolak-balik sesuatu.
Kata ini memberi kesan kegelisahan dan ketergesaan.
Misalnya membolak-balikkan lemari karena mencari sesuatu.
Dalam kubur nanti, dicari dan dibongkar dengan ketergesaan hingga
gelisahlah isi hati yang dibongkar.
Menurut Ibnu Katsir, maknanya adalah dikeluarkannya orang-orang
yang telah mati dari dalam kuburnya.
Az Zuhaili juga menafsirkan, orang-orang yang di dalam kubur akan
dibangkitkan.
Begitu pula Sayyid Qutb dan Buya Hamka.
28. ُودُّصال يِف اَم َلِّ ِ
صُح َو
ِ
ر
(
10
)
dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada,
Kata hushshila حصل
) ) memiliki
arti memisahkan, mengemukakan atau menghimpun.
Kata ash shuduur الصدور
) ) merupakan bentuk jamak
dari ash shadr الصدر
) ) yang artinya dada.
Maknanya adalah hati manusia.
Menurut Ibnu Abbas, maknanya adalah apabila dilahirkan
dan ditampakkan apa yang selama itu mereka sembunyikan
dalam hati.
29. َم ْوَي ْمِهِب ْمُهَّبَر َّنِإ
ٌيرِبَخَل ٍذِِئ ) 11(
sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu Maha Mengetahui keadaan mereka.
Kata khabir خبير
) ) berasal dari khabar خبر
) ) yang
artinya pencarian untuk mencapai pengetahuan yang
pasti tentang hakikat sesuatu.
Jika dipakai sebagai sifat Allah, ia mengandung arti
pengetahuan-Nya menyangkut hal-hal yang detil serta
tersembunyi, betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun
tersembunyi, pasti diketahui Allah.
30. Surat Al Adiyat ini diawali dengan sumpah Allah.
Dia bersumpah dengan kuda perang yang lari kencang tengerah-
engah hingga memercikkan api saat kakinya bergesekan dengan
batu.
Semua itu rela dilakukan kuda demi memenuhi kehendak tuannya.
Mengingatkan manusia, mengapa justru mereka ingkar kepada
nikmat-nikmat Allah.
Mengapa tidak seperti kuda yang siap dikendalikan ke medan perang
kapan saja.
Maka manusia diingatkan agar tidak mencintai dunia yang membuat
bakhil.
Sementara nanti ketika dibangkitkan dari kubur, harta dunia yang
dulu dicintainya itu tak memberi manfaat apa-apa.
Pada saat itu, ditampakkan segala yang tersembunyi dalam hati.
Termasuk betapa besar cintanya kepada dunia. Termasuk betapa
besar kebakhilannya.
31. Manusia diingatkan hari kebangkitan; ada hisab,
ada balasan.
Dan Allah Maha Mengetahui serta tak ada yang
tersembunyi dari-Nya meskipun dirahasiakan
rapat-rapat dalam hati.
32. Ayat 9-11
Dalam ayat-ayat berikut ini, Allah menerangkan
ancaman-Nya kepada orang-orang yang ingkar
terhadap nikmat-nikmat-Nya dengan menyatakan
apakah mereka tidak sadar bahwa Allah mengetahui
isi hatinya.
Allah juga menyatakan bahwa Dia akan membalas
keingkaran mereka itu pada hari dikeluarkan apa
yang ada di dalam dada dan dibangkitkan apa yang
ada di dalam kubur.
33. Isi Kandungan Surat Al Adiyat
Berikut ini isi kandungan surat Al Adiyat disarikan dari
sejumlah tafsir.
Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir,
Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili,
Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan
Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.
Juga Awwal Marrah at-Tadabbar al-Qur’an karya Syaikh
Adil Muhammad Khalil dan
Khawatir Qur’aniyah karya Syaikh Amru Khalid.
34. 1. Dalam Surat Al Adiyat, Allah bersumpah dengan
kuda perang dan sifat-sifatnya. Sebagian ulama
menafsirkan penyebutan itu untuk menggambarkan
terjadinya kiamat yang cepat laksana serangan
mendadak pasukan berkuda.
Sebagian yang lain menafsirkan jika kuda saja
melakukan semua itu demi tuannya, semestinya
manusia taat kepada Tuhannya, tidak justru kufur dan
mengingkari nikmat-nikmatNya.
35. 2. Surat ini mengecam manusia yang ingkar
kepada Allah dan tidak bersyukur atas
nikmat-nikmatNya.
36. 3. Manusia yang ingkar, mereka sendiri bisa
menyaksikan keingkarannya. Baik di dunia
melalui ucapan dan perbuatannya. Terlebih
nanti di akhirat dengan melihat akibat
keingkarannya.
37. 4. Banyak manusia yang sangat mencintai
dunia dan kecintaannya kepada dunia
membuatnya kikir alias bakhil.
38. 5. Surat ini memperingatkan bahwa
manusia nanti akan dibangkitkan dari kubur.
39. 6. Setelah manusia dibangkitkan dari kubur,
akan ditampakkan apa yang selama ini
mereka sembunyikan dalam hati. Termasuk
keingkarannya, kecintaannya kepada dunia,
dan kekikirannya.
40. 7. Allah Maha Mengetahui keadaan
manusia; baik yang dhahir maupun yang
disembunyikan dalam hati terdalam
sekalipun. Pengetahuan-Nya menyangkut
hal-hal yang detil serta tersembunyi,
betatapun kecilnya sesuatu dan betapapun
tersembunyi, pasti Allah mengetahuinya.
41. Demikian isi kandungan Surat Al Adiyat.
Semoga mengingatkan kita bahwa kita nanti
akan dibangkitkan dan dimintai
pertanggungjawaban. Maka kita pun
mempersiapkan bekal dengan banyak
bersyukur dan taat kepada Allah.