Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia antara 3-25 tahun, dan lebih sering pada laki-laki. Patogenesisnya diduga terkait dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV yang menyebabkan peradangan dan hiperplasia pada konjungtiva.
2. PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit mata yang sering
ditemukan di negara-negara berkembang.
Konjungtivitis vernalis (KV) merupakan inflamasi konjungtiva yang bersifat bilateral dan
rekuren. Kelainan ini ditandai oleh papil cobblestone pada konjungtiva tarsal dan hipertrofi papil pada
konjungtiva limbus.1-5 Insidens penyakit ini berkisar antara 0,1-0,5% diantara penyakit mata lainnya
dan meningkat terutama pada musim kemarau.
Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia antara 3-25 tahun, dan lebih sering pada
laki-laki. Lebih dari sembilan puluh persen pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya maupun
anggota keluarganya. Patogenesis dan etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa
peneliti menghubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV
3. Konjungtiva adalah membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea di limbus.
Anatomi Konjungtiva
4. Konjungtiva Terdiri dari 3 Bagian :
01
Konjungtiva Palpebralis
Atau konjungtiva tarsalis yang melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat pada tarsus. Di tepi
superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada fornices
superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi
konjungtiva bulbaris.
02
Konjungtiva bulbaris
yang melekat longgar ke septum
orbitale di fornices dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini
memungkinkan bola mata bergerak
dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik.
03
Konjungtiva Forniks
yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis
bermuara ke forniks temporal superior.
5. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua
hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel
konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula,
dan di dekat persambungan mukokutan pada
tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval
yang mensekresi mukus. Mukus diperlukan
untuk dispersi lapisan air mata secara merata di
seluruh prekornea
Histologi
6. Vaskularisasi, Aliran Limfe, Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris
anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini
beranastomosis bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva yang umumnya
mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring
vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.1
7. Konjungtivitis vernalis adalah
konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe I) yang
mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren. Konjungtivitis vernal adalah
bentuk konjungtivitis alergi yang lebih
serius dimana penyebabnya tidak
diketahui. Banyak anak tidak
mengalaminya lagi pada umur dewasa
muda
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata, sering terjadi pada orang
dengan riwayat keluarga yang kuat alergi.
Mengenai pasien usia muda 3-25 tahun
dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya
pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10
tahun.Faktor pencetus adalah paparan
sinar matahari.
Etiologi
Definisi Konjungtivitis Vernalis
8. Klasifikasi Konjungtivitis Vernalis
1. Bentuk palpebra terutama
mengenai konjungtiva tarsal
superior. Terdapat pertumbuhan
papil yang besar ( Cobble Stone )
yang diliputi sekret yang mukoid
2. Bentuk Limbal hipertrofi papil pada limbus
superior yang dapat membentuk jaringan
hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang
merupakan degenarasi epitel kornea atau
eosinofil di bagian epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.
9. Perubahan struktur konjungtiva erat
kaitannya dengan timbulnya radang
interstitial yang banyak didominasi
oleh reaksi hipersensitivitas tipe I.
Pada konjungtiva akan dijumpai
hiperemi dan vasodilatasi difus, yang
dengan cepat akan diikuti dengan
hiperplasi akibat proliferasi jaringan
yang menghasilkan pembentukan
jaringan ikat yang tidak terkendali.
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi
dan menimbulkan deposit pada
konjungtiva sehingga terbentuklah
gambaran cobblestone.
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan
memberikan warna putih susu
kebiruan sehingga konjungtiva
tampak buram dan tidak berkilau.
Proliferasi yang spesifik pada
konjungtiva tarsal, oleh von Graefe
disebut pavement like granulations.
Hipertrofi papil pada konjungtiva
tarsal tidak jarang mengakibatkan
ptosis mekanik.
Patogenesis
10. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat
vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat
yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran
distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun
kuantitas stem cells.
Tahap awall konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi.
Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan
degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta
pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan
dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel
mast.
11. - Umur 5 – 25 tahun
- Laki-laki
- Memiliki riwayat
keluarga alergi
• Gatal
• Mata kemerahan
• Biasanya rekuren pada musim
panas
• Inflamasi bilateral
• Follikel, papil dan cobblestone
pada konjungtiva tarsal
superior
• Trantas dots pada area limbal
• Fotofobia
• Lakrimasi
Faktor Risiko Manifestasi Klins
12. 1. Tindakan Umum
• Menghindari tindakan menggosok-gosok
mata dengan tangan atau jari tangan,
karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast. Di samping itu, juga
untuk mencegah superinfeksi yang pada
akhirnya berpotensi ikut menunjang
terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.
• Pemakaian mesin pendingin ruangan
berfilter;
• Menghindari daerah berangin kencang yang
biasanya juga membawa serbuksari;
PENATALAKSANAAN
2. Terapi Topikal
• Untuk menghilangkan sekresi mucus,
dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10%–20%
tetes mata. Dosisnya tergantung pada
kuantitas eksudat serta beratnya gejala.
Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat
ditoleransi daripada larutan 20%.
• Dekongestan
• Antihistamin
• NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi
Drugs)
13. • Untuk konjungtivitis vernalis yang berat,
bisa diberikan steroid topikal
prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari
selama satu minggu. Kemudian
dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai
ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh
pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik
steroid terbukti sangat efektif.
• Antihistamin
• Antibakteri
• Pada kasus yang lebih parah, bisa juga
digunakan steroid sistemik seperti prednisolone
asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason
fosfat 2–3 tablet 4 kali sehari selama 1–2 minggu.
Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan
pemakaian preparat steroid adalah “gunakan
dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin”.
• Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena
kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal
yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang
memadai pada kasus yang ringan atau
memungkinkan reduksi dosis.
Terapi Sistemik