SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
KONJUNGTIVITIS
VERNALIS
Pembimbing : dr. Laszuarni, Sp.M
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput lendir yang menutupi belakang
kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit mata yang sering
ditemukan di negara-negara berkembang.
Konjungtivitis vernalis (KV) merupakan inflamasi konjungtiva yang bersifat bilateral dan
rekuren. Kelainan ini ditandai oleh papil cobblestone pada konjungtiva tarsal dan hipertrofi papil pada
konjungtiva limbus.1-5 Insidens penyakit ini berkisar antara 0,1-0,5% diantara penyakit mata lainnya
dan meningkat terutama pada musim kemarau.
Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia antara 3-25 tahun, dan lebih sering pada
laki-laki. Lebih dari sembilan puluh persen pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya maupun
anggota keluarganya. Patogenesis dan etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa
peneliti menghubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV
Konjungtiva adalah membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus permukaan
posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).
Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi
kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan
epitel kornea di limbus.
Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva Terdiri dari 3 Bagian :
01
Konjungtiva Palpebralis
Atau konjungtiva tarsalis yang melapisi
permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat pada tarsus. Di tepi
superior dan inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior (pada fornices
superior dan inferior) dan membungkus
jaringan episklera dan menjadi
konjungtiva bulbaris.
02
Konjungtiva bulbaris
yang melekat longgar ke septum
orbitale di fornices dan melipat
berkali-kali. Pelipatan ini
memungkinkan bola mata bergerak
dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik.
03
Konjungtiva Forniks
yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva
bulbi. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis
bermuara ke forniks temporal superior.
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua
hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel
konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula,
dan di dekat persambungan mukokutan pada
tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa. Sel-sel epitel superfisial
mengandung sel-sel goblet bulat atau oval
yang mensekresi mukus. Mukus diperlukan
untuk dispersi lapisan air mata secara merata di
seluruh prekornea
Histologi
Vaskularisasi, Aliran Limfe, Persarafan
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris
anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini
beranastomosis bebas dan bersama dengan
banyak vena konjungtiva yang umumnya
mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring
vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.1
Konjungtivitis vernalis adalah
konjungtivitis akibat reaksi
hipersensitivitas (tipe I) yang
mengenai kedua mata dan bersifat
rekuren. Konjungtivitis vernal adalah
bentuk konjungtivitis alergi yang lebih
serius dimana penyebabnya tidak
diketahui. Banyak anak tidak
mengalaminya lagi pada umur dewasa
muda
Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas tipe I yang mengenai
kedua mata, sering terjadi pada orang
dengan riwayat keluarga yang kuat alergi.
Mengenai pasien usia muda 3-25 tahun
dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya
pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10
tahun.Faktor pencetus adalah paparan
sinar matahari.
Etiologi
Definisi Konjungtivitis Vernalis
Klasifikasi Konjungtivitis Vernalis
1. Bentuk palpebra  terutama
mengenai konjungtiva tarsal
superior. Terdapat pertumbuhan
papil yang besar ( Cobble Stone )
yang diliputi sekret yang mukoid
2. Bentuk Limbal  hipertrofi papil pada limbus
superior yang dapat membentuk jaringan
hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang
merupakan degenarasi epitel kornea atau
eosinofil di bagian epitel limbus kornea,
terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.
Perubahan struktur konjungtiva erat
kaitannya dengan timbulnya radang
interstitial yang banyak didominasi
oleh reaksi hipersensitivitas tipe I.
Pada konjungtiva akan dijumpai
hiperemi dan vasodilatasi difus, yang
dengan cepat akan diikuti dengan
hiperplasi akibat proliferasi jaringan
yang menghasilkan pembentukan
jaringan ikat yang tidak terkendali.
Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi
dan menimbulkan deposit pada
konjungtiva sehingga terbentuklah
gambaran cobblestone.
Jaringan ikat yang berlebihan ini akan
memberikan warna putih susu
kebiruan sehingga konjungtiva
tampak buram dan tidak berkilau.
Proliferasi yang spesifik pada
konjungtiva tarsal, oleh von Graefe
disebut pavement like granulations.
Hipertrofi papil pada konjungtiva
tarsal tidak jarang mengakibatkan
ptosis mekanik.
Patogenesis
Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat
vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat
yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran
distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun
kuantitas stem cells.
Tahap awall konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi.
Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan
pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan
degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta
pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan
dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel
mast.
- Umur 5 – 25 tahun
- Laki-laki
- Memiliki riwayat
keluarga alergi
• Gatal
• Mata kemerahan
• Biasanya rekuren pada musim
panas
• Inflamasi bilateral
• Follikel, papil dan cobblestone
pada konjungtiva tarsal
superior
• Trantas dots pada area limbal
• Fotofobia
• Lakrimasi
Faktor Risiko Manifestasi Klins
1. Tindakan Umum
• Menghindari tindakan menggosok-gosok
mata dengan tangan atau jari tangan,
karena telah terbukti dapat merangsang
pembebasan mekanis dari mediator-
mediator sel mast. Di samping itu, juga
untuk mencegah superinfeksi yang pada
akhirnya berpotensi ikut menunjang
terjadinya glaukoma sekunder dan katarak.
• Pemakaian mesin pendingin ruangan
berfilter;
• Menghindari daerah berangin kencang yang
biasanya juga membawa serbuksari;
PENATALAKSANAAN
2. Terapi Topikal
• Untuk menghilangkan sekresi mucus,
dapat digunakan irigasi saline steril dan
mukolitik seperti asetil sistein 10%–20%
tetes mata. Dosisnya tergantung pada
kuantitas eksudat serta beratnya gejala.
Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat
ditoleransi daripada larutan 20%.
• Dekongestan
• Antihistamin
• NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi
Drugs)
• Untuk konjungtivitis vernalis yang berat,
bisa diberikan steroid topikal
prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari
selama satu minggu. Kemudian
dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai
ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh
pasien tersebut. Bila sudah terdapat
ulkus kornea maka kombinasi antibiotik
steroid terbukti sangat efektif.
• Antihistamin
• Antibakteri
• Pada kasus yang lebih parah, bisa juga
digunakan steroid sistemik seperti prednisolone
asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason
fosfat 2–3 tablet 4 kali sehari selama 1–2 minggu.
Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan
pemakaian preparat steroid adalah “gunakan
dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin”.
• Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat
dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena
kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal
yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan
vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang
memadai pada kasus yang ringan atau
memungkinkan reduksi dosis.
Terapi Sistemik
TERIMAKASIH

More Related Content

What's hot

Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Aulia Amani
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Yolly Finolla
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mataRizal_mz
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)Seascape Surveys
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxAditAditya19
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgarisery putra
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebriCornelius Liza
 
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis Virus
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis VirusKomplikasi & prognosis Konjungtivitis Virus
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis VirusSyscha Lumempouw
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pangkyrofi
 

What's hot (20)

105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Hidrokel nakal
Hidrokel nakalHidrokel nakal
Hidrokel nakal
 
Impetigo bullosa
Impetigo bullosaImpetigo bullosa
Impetigo bullosa
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Leukosit 2
Leukosit 2Leukosit 2
Leukosit 2
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013Kuliah mata 2013
Kuliah mata 2013
 
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
Tumor Tulang (Bone Neoplasma)
 
Pembedahan pada mata
Pembedahan pada mataPembedahan pada mata
Pembedahan pada mata
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
FAST (Focused Assessment Sonography for Trauma)
 
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment MeetingCedera Kepala -- Refreshment Meeting
Cedera Kepala -- Refreshment Meeting
 
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptxPerbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
Perbedaan EDH SDH SAH ICH Berdasar CT Scan.pptx
 
Inflamasi akut
Inflamasi akutInflamasi akut
Inflamasi akut
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
Veruka vulgaris
Veruka vulgarisVeruka vulgaris
Veruka vulgaris
 
80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri80051025 edema-serebri
80051025 edema-serebri
 
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis Virus
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis VirusKomplikasi & prognosis Konjungtivitis Virus
Komplikasi & prognosis Konjungtivitis Virus
 
Ablasio retina
Ablasio retinaAblasio retina
Ablasio retina
 
Bronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.pBronkiektasis dr.halim sp.p
Bronkiektasis dr.halim sp.p
 

Similar to MENGOBATI KONJUNGTIVITIS

Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisRizal_mz
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitisfaizalairul
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) pjj_kemenkes
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1DianaTinoring
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxSaniaJunianti
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxDionPHutasoit
 
Lp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisLp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisRekaDwi2
 

Similar to MENGOBATI KONJUNGTIVITIS (20)

Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Makalah infeksi mata
Makalah infeksi mataMakalah infeksi mata
Makalah infeksi mata
 
Matamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitisMatamerah konjuktivitis
Matamerah konjuktivitis
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
Mata merah konjuktivitis
Mata merah  konjuktivitisMata merah  konjuktivitis
Mata merah konjuktivitis
 
G3 mata
G3 mataG3 mata
G3 mata
 
Glycocalyx
GlycocalyxGlycocalyx
Glycocalyx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PERADANGAN PADA MATA (KONJUNGTIVITIS)
 
Eyes injury
Eyes injuryEyes injury
Eyes injury
 
Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1Askep konjungvitis kel 1
Askep konjungvitis kel 1
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_APENDISITIS.docx
 
Filariasis
Filariasis Filariasis
Filariasis
 
Patogenesis nekrosis pulpa
Patogenesis nekrosis pulpaPatogenesis nekrosis pulpa
Patogenesis nekrosis pulpa
 
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptxJR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
JR Mata Kelompok B_Uveitis Kronik Pada Kusta.pptx
 
Lp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgarisLp pemfigus vulgaris
Lp pemfigus vulgaris
 

MENGOBATI KONJUNGTIVITIS

  • 2. PENDAHULUAN Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, yaitu selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata. Konjungtivitis merupakan salah satu penyakit mata yang sering ditemukan di negara-negara berkembang. Konjungtivitis vernalis (KV) merupakan inflamasi konjungtiva yang bersifat bilateral dan rekuren. Kelainan ini ditandai oleh papil cobblestone pada konjungtiva tarsal dan hipertrofi papil pada konjungtiva limbus.1-5 Insidens penyakit ini berkisar antara 0,1-0,5% diantara penyakit mata lainnya dan meningkat terutama pada musim kemarau. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak berusia antara 3-25 tahun, dan lebih sering pada laki-laki. Lebih dari sembilan puluh persen pasien KV memiliki riwayat atopi pada dirinya maupun anggota keluarganya. Patogenesis dan etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Beberapa peneliti menghubungkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe I dan IV
  • 3. Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Anatomi Konjungtiva
  • 4. Konjungtiva Terdiri dari 3 Bagian : 01 Konjungtiva Palpebralis Atau konjungtiva tarsalis yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris. 02 Konjungtiva bulbaris yang melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. 03 Konjungtiva Forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Duktus-duktus kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal superior.
  • 5. Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superfisial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata di seluruh prekornea Histologi
  • 6. Vaskularisasi, Aliran Limfe, Persarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak.1
  • 7. Konjungtivitis vernalis adalah konjungtivitis akibat reaksi hipersensitivitas (tipe I) yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren. Konjungtivitis vernal adalah bentuk konjungtivitis alergi yang lebih serius dimana penyebabnya tidak diketahui. Banyak anak tidak mengalaminya lagi pada umur dewasa muda Konjungtivitis vernal terjadi akibat reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang kuat alergi. Mengenai pasien usia muda 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama. Biasanya pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10 tahun.Faktor pencetus adalah paparan sinar matahari. Etiologi Definisi Konjungtivitis Vernalis
  • 8. Klasifikasi Konjungtivitis Vernalis 1. Bentuk palpebra  terutama mengenai konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar ( Cobble Stone ) yang diliputi sekret yang mukoid 2. Bentuk Limbal  hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk jaringan hiperplastik gelatin, dengan Trantas dot yang merupakan degenarasi epitel kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil.
  • 9. Perubahan struktur konjungtiva erat kaitannya dengan timbulnya radang interstitial yang banyak didominasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe I. Pada konjungtiva akan dijumpai hiperemi dan vasodilatasi difus, yang dengan cepat akan diikuti dengan hiperplasi akibat proliferasi jaringan yang menghasilkan pembentukan jaringan ikat yang tidak terkendali. Kondisi ini akan diikuti oleh hyalinisasi dan menimbulkan deposit pada konjungtiva sehingga terbentuklah gambaran cobblestone. Jaringan ikat yang berlebihan ini akan memberikan warna putih susu kebiruan sehingga konjungtiva tampak buram dan tidak berkilau. Proliferasi yang spesifik pada konjungtiva tarsal, oleh von Graefe disebut pavement like granulations. Hipertrofi papil pada konjungtiva tarsal tidak jarang mengakibatkan ptosis mekanik. Patogenesis
  • 10. Limbus konjungtiva juga memperlihatkan perubahan akibat vasodilatasi dan hipertofi yang menghasilkan lesi fokal. Pada tingkat yang berat, kekeruhan pada limbus sering menimbulkan gambaran distrofi dan menimbulkan gangguan dalam kualitas maupun kuantitas stem cells. Tahap awall konjungtivitis vernalis ini ditandai oleh fase prehipertrofi. Dalam kaitan ini, akan tampak pembentukan neovaskularisasi dan pembentukan papil yang ditutup oleh satu lapis sel epitel dengan degenerasi mukoid dalam kripta di antara papil serta pseudomembran milky white. Pembentukan papil ini berhubungan dengan infiltrasi stroma oleh sel- sel PMN, eosinofil, basofil dan sel mast.
  • 11. - Umur 5 – 25 tahun - Laki-laki - Memiliki riwayat keluarga alergi • Gatal • Mata kemerahan • Biasanya rekuren pada musim panas • Inflamasi bilateral • Follikel, papil dan cobblestone pada konjungtiva tarsal superior • Trantas dots pada area limbal • Fotofobia • Lakrimasi Faktor Risiko Manifestasi Klins
  • 12. 1. Tindakan Umum • Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediator- mediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak. • Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter; • Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari; PENATALAKSANAAN 2. Terapi Topikal • Untuk menghilangkan sekresi mucus, dapat digunakan irigasi saline steril dan mukolitik seperti asetil sistein 10%–20% tetes mata. Dosisnya tergantung pada kuantitas eksudat serta beratnya gejala. Dalam hal ini, larutan 10% lebih dapat ditoleransi daripada larutan 20%. • Dekongestan • Antihistamin • NSAID (Non-Steroid Anti-Inflamasi Drugs)
  • 13. • Untuk konjungtivitis vernalis yang berat, bisa diberikan steroid topikal prednisolone fosfat 1%, 6-8 kali sehari selama satu minggu. Kemudian dilanjutkan dengan reduksi dosis sampai ke dosis terendah yang dibutuhkan oleh pasien tersebut. Bila sudah terdapat ulkus kornea maka kombinasi antibiotik steroid terbukti sangat efektif. • Antihistamin • Antibakteri • Pada kasus yang lebih parah, bisa juga digunakan steroid sistemik seperti prednisolone asetat, prednisolone fosfat, atau deksamethason fosfat 2–3 tablet 4 kali sehari selama 1–2 minggu. Satu hal yang perlu diingat dalam kaitan dengan pemakaian preparat steroid adalah “gunakan dosis serendah mungkin dan sesingkat mungkin”. • Antihistamin, baik lokal maupun sistemik, dapat dipertimbangkan sebagai pilihan lain, karena kemampuannya untuk mengurangi rasa gatal yang dialami pasien. Apabila dikombinasi dengan vasokonstriktor, dapat memberikan kontrol yang memadai pada kasus yang ringan atau memungkinkan reduksi dosis. Terapi Sistemik