Teks tersebut membahas tentang lembaga pembiayaan dan asuransi. Secara singkat, teks tersebut menjelaskan definisi, jenis, dan manfaat lembaga pembiayaan serta fungsi, jenis, dan tujuan asuransi. Teks tersebut juga membahas konsekuensi hukum yang mungkin timbul dari perjanjian asuransi.
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
JENIS DAN MANFAAT LEMBAGA PEMBIAYAAN
1. NAMA : WENNA SUSTIANY
NIM : 43216010062
DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Hapzi Ali, Ir, CMA, MM, MPM
TUGAS 4 MINGGUAN (TAMBAHAN)
QUIZ DAN FORUM
QUIZ
1. Definisi dan jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya
- Definisi Atau Pengertian Lembaga Pembiayaan
Sesuai Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 Lembaga Pembiayaan adalah badan
usaha yang melakuakn kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang
modal.
Sedangkan perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang Pembiayaan Konsumen, dan atau usaha Kartu
Kredit.
Lembaga atau perusahaan pembiayaan berbeda dengan lembaga lainnya seperti Lembaga
Keuangan maupun lembaga perbankan baik dari segi jenis, fungsi dan tugasnya. Bila dilihat
dari kegiatan usahanya fungsi perusahaan pembiayaan lebih fokus fungsi pembiayaan.
- Jenis-Jenis Lembaga Pembiayaan
Menurut Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Bab II Pasal
2 bahwa jenis lembaga pembiayaan di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sebagai
berikut :
1) Perusahaan Pembiayaan
Perusahaan pembiayaan merupakan badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan
Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, dan usaha Kartu Kredit.
a. Sewa Guna Usaha (Leasing)
Istilah feaswzg berasal dari bahasa Inggris yakni to lease yang berarti menyewakan.
Perusahaan leasing yang ada di Indonesia disebut dengan perusahaan sewa guna usaha.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84 Tahun 2006 tentang Perusahaan Pembiayaan
bahwa sewa guna usaha merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal, baik secara sewa guna usaha degan hak opsi (finance lease) ataupun sewa guna usaha
tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang menjadi objek sewa
guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga
berdasarkan nilai sisa.
2. b. Anjak Piutang Anjak Piutang (actoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembeban piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang
tersebut. Kegiatan anjak piutang (factoring) merupakan bentuk perusahaan yang relatif baru
di Indonesia. Dalam operasinya, anjak piutang mengacu kepada Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) Nomor 1251/ KMK.013/1998. Dalam KMK tersebut, dikatakan bahwa
anjak piutang yaitu badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu
perusahaan dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.
Mekanisme anjak piutang sebenarnya diawali dari adanya transaksi jual beli barang atau jasa
yang pembayarannya secara kredit. Secara umum, jasa-jasa anjak piutang terdiri dari dua
jenis, yaitu jasa pembiayaan (financing services) dan jasa nonpembiayaan (non financing
services).
c. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan Konsumen (Consumers Finance) adalah suatu
kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran.
d. Usaha Kartu Kredit Usaha Kartu Kredit (Credit Card) adalah kegiatan pembiayaan untuk
pembelian barang dan/atau jasa dengan memakai kartu kredit.
2) Perusahaan Modal Ventura
Istilah ventura berasal dari kata venture yang secara bahasa memiliki makna sesuatu yang
mengandung risiko atau dapat juga diartikan sebagai usaha. Dengan demikian, secara bahasa
modal ventura (venture capital) adalah modal yang ditanamkan pada usaha yang mengandung
risiko.
Perusahaan modal ventura menurut Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988 adalah bisnis
pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke daiam suatu perusahaan yang menerima
bantuan pembiayaan imtuk jangka waktu tertentu. Adapun menurut Peraturan Presiden
Nomor 9 tahun 2009 bahwa perusahaan modal ventura (Venture Capital Company) adalah
badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan atau penyertaan modal ke dalam suatu
Perusahaan yang menerima bantuan pembiayaan (Investee Company) untuk jangka waktu
tertentu dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan dengan cara pembelian obligasi
konversi, dan atau pembiayaan berdasarkan pembagian atas hasil usaha
3) Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur
Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang didirikan khusus untuk
melakukan pembiayaan yang berbentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur. Kegiatan
usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur meliputi pemberian pinjaman langsung (direct
lending) yang berfungsi sebagai pembiayaan infrastruktur, refinancing atas infrastruktur yang
telah dibiayai pihaklain dan atau pemberian pinjaman subordinasi (subordinated loans) yang
berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur.
SUMBER : https://parakawak.blogspot.com/2016/12/pengertian-fungsi-peran-jenis.html
3. - Manfaat Lembaga Pembiayaan
1. Penghematan Modal
Melalui proses pembiayaan leasing memungkinkan adanya penghematan modal dari pihak
lesse (nasabah). Hal ini dikarenakan manfaat leasing bagi lesse tidak harus menyediakan dana
yang besar untuk dapat memulai produksinya, yaitu untuk membeli mesin-mesin, maupun
perlengkapan lainnya. Sisa dana bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya.
2. Dapat menciptakan keuntungan dari pengaruh inflasi
Pada saat terjadi inflasi dalam sistem perekonomian suatu negara, hal ini juga sangat
berpengaruh pada nilai riil sewa yang harus dibayarkan oleh pihak lesse pada pihak lessor,
dimana akan ada penurunan nilai sewa sesuai dengan pegaruh dari inflasi tersebut.
3. Sebagai sarana perkreditan jangka menegah dan jangka panjang
Manfaat leasing bagi masyarakat merupakan salah satu alternative pembiayaan yang sangat
marak akhir-akhir ini. Hal ini terjadi karena belakangan ini sangat sulit mencari sistem
perkreditan jangka menengah maupun jangka panjang.
4. Kemudahan dalam proses dokumentasi
Dengan adanya persyaratan-persyaratan yang relatif mudah dan tidak terlalu ketat (tanpa
memerlukan adanya jaminan), menjadikan proses pengadaan dokumentasi menjadi
lebih standar. Hal tersebut menjadikan leasing sebagai suatu badan yang fleksibel.
5. Menguntungkan arus kas
Pada saat barang-barang yang dileasingkan dipergunakan sebagai modal dalam sebuah usaha,
memungkinkan bagi pihak lesse untuk membayar uang sewa dari hasil yang diperoleh atas
penggunaan barang tersebut. Misalnya saja barang yang dileasingkan adalah sebuah mobil
yang nantinya dapat dipergunakan sebagai alat transportasi umum. Pihak lesse dapat
membayar angsuran sewa mobil tersebut dari hasil pemanfaatan alat tersebut.
6. Pembiayaan proyek dalam skala yang besar
Untuk melakukan suatu usaha, biasanya seseorang akan membutuhkan biaya yang cukup
mahal hanya untuk membeli peralatan atau perlengkapan usaha. Dengan mengikuti leasing,
masalah dana tersebut bisa teratasi, karena ia tidak memerlukan dana sekaligus hanya untuk
membeli perlengkapan. Ia bisa memanfaatkan sisa dana yang ada untuk lebih
mengembangkan usahanya tersebut.
SUMBER : https://manfaat.co.id/manfaat-leasing
2. Peran kegiatan bisnis.
Lembaga Pembiayaan atau Kegiatan Bisnis memiliki peran cukup penting, yakni sebagai
sumber pembiayaan alternatif untuk menunjang pertumbuhan prekonomian nasional,
menampung, manyalurkan aspirasi dan minat masyarakat serta berperan penting pada
4. pembangunan, dimana lembaga ini diharapkan masyarakat maupun sebagai pelaku usaha
dapat mengatasi masyalah yang umum yakni dari segi permodalan
SUMBER : https://www.cekkembali.com/lembaga-pembiayaan/
3. Fungsi, jenis dan tujuan asuransi
- Fungsi Asuransi
Sebagai bentuk manajemen risiko, asuransi memiliki beberapa fungsi penting lainnya.
Adapun beberapa fungsi asuransi adalah sebagai berikut :
1. Penghimpun Dana
Dalam hal ini, perusahaan asuransi berperan sebagai penghimpun dana dari masyarakat. Dana
yang dihimpun tersebut kemudian akan diinvestasikan ke berbagai bidang usaha lainnya agar
lebih produktif.
2. Membantu Pebisnis Fokus Pada Usaha
Setiap model bisnis pasti mengandung risiko di dalamnya. Bagi para pengusaha, asuransi
bisnisnya adalah sesuatu yang sangat penting Untuk membantu mengatasi rasa cemas jika
terjadi risiko yang tidak diinginkan.
Dengan adanya asuransi pada perusahaan, maka para pengusaha dapat lebih fokus dalam
operasional dan pengembangan bisnisnya.
3. Mengurangi Potensi Risiko
Setiap perusahaan asuransi selalu memberikan rekomendasi kepada nasabahnya terkait risiko
yang mungkin terjadi. Dengan begitu, maka seseorang dapat meminimalisir atau bahkan
mencegah potensi terjadinya risiko.
4. Membagi Risiko Kerugian
Dengan adanya asuransi, maka potensi kerugian dapat dibagi kepada pihak lain. Dengan kata
lain, pembayaran premi yang dilakukan nasabah adalah seimbang dengan risiko yang
dialihkan kepada perusahaan asuransi.
- Jenis Asuransi
Ada beberapa jenis asuransi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Adapun beberapa
jenis asuransi adalah sebagai berikut :
1. Asuransi Kesehatan, yaitu jenis asuransi yang memberikan pertanggungan untuk masalah
kesehatan yang diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit.
2. Asuransi Jiwa, yaitu jenis asuransi yang memberikan pertanggungan atas kematian seorang
nasabah yang memiliki nilai keuangan.
3. Asuransi Pendidikan, yaitu asuransi yang memberikan jaminan pendidikan kepada pihak
tertanggung.
5. 4. Asuransi Bisnis, yaitu asuransi yang memberikan jaminan kepada perusahaan apabila
terjadi risiko yang menyebabkan kerugian, seperti kehilangan, kerusakan, dan lain-lain.
5. Asuransi Kepemilikan Rumah dan Properti, yaitu asuransi yang memberikan jaminan
kepada pemilik rumah atau properti apabila terjadi kerusakan pada properti.
6. Asuransi Kendaraan, yaitu asuransi yang memberikan pertanggungan terhadap kendaraan
jika terjadi risiko seperti kerusakan akibat kecelakaan, kehilangan, dan lain-lain.
- Tujuan Asuransi
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian asuransi di atas, tujuan utama asuransi adalah
sebagai jaminan penggantian kerugian atas risiko yang mungkin terjadi di masa depan.
Adapun beberapa tujuan asuransi adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengalihkan sejumlah risiko yang ada pada suatu pihak kepada pihak perusahaan
asuransi.
2. Jaminan bagi suatu pihak untuk mendapat perlindungan atas segala risiko kerugian yang
mungkin terjadi.
3. Untuk memperkecil potensi kerugian yang lebih besar bila mengeluarkan biaya sendiri saat
terjadi suatu risiko.
4. Khusus untuk asuransi jiwa tertentu (asuransi jiwa), asuransi dapat menjadi tabungan
karena sebagian biaya premi akan dikembalikan kepada nasabah.
5. Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi biaya untuk pengawasan,
pengamanan, dan perlindungan yang memakan banyak biaya dan waktu.
6. Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai dengan nilai premi asuransi.
7. Untuk menutup loss of earning power seseorang atau suatu badan usaha ketika sudah tidak
bekerja atau tidak berfungsi lagi.
8. Sebagi dasar bagi pihak Bank dalam memberikan kredit kepada seseorang atau badan
usaha karena Bank membutuhkan perlindungan atas dana yang dipinjamkan kepada nasabah.
SUMBER : https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-asuransi.html
4. Konsekuensi hukum yang timbul dari perjanjian Asuransi
- Sebagai lembaga keuangan, kehadiran bank sebenarnya sangat lekat dengan kebutuhan
hidup dan aktivitas bisnis manusia. Aktivitas bank mulai dari menyerap dana masyarakat
(dalam bentuk simpanan atau pun deposito dan menjadi bagian dari media pembayaran
dalam aktivitas manusia) sampai dengan menyalurkan kembali dana tersebut kepada
masyarakat dalam bentuk pinjaman dan lain-lain membuat bank menjadi cukup lekat dan
saling terkait dengan para nasabahnya.
6. Fakta kebutuhan dan kelekatan nasabah dengan bank inilah yang semakin dilirik serta
diformalisasikan oleh pelaku-pelaku asuransi dalam memaksimalkan penetrasi pasar produk-
produk asuransinya melalui pasar bank.
Sebenarnya, disadari atau tidak, selama ini bank-bank secara tidak langsung telah lama
menjadi alat pengembangan pasar produk asuransi. Misalnya, dengan adanya kebutuhan
untuk mengasuransikan potensi resiko pelunasan kredit yang telah disalurkan kepada
debiturnya, kebutuhan untuk mengasuransikan jaminan-jaminan (collateral) yang menjadi
jaminan pelunasan utang debitur bank tersebut. Termasuk juga asuransi untuk menjamin
resiko kehilangan jiwa, dan bentuk-bentuk produk asuransi lain yang dibutuhkan oleh bank
untuk perlindungan kepentingannya dari potensi kerugian.
Potensi pasar inilah yang menjadi alasan fundamental bagi perusahaan asuransi dalam
mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pihak bank yang lebih
dikenal dengan bancasurance. Melalui kerjasama bancassurance ini, pelaku asuransi
mengharapkan bank dapat menggali potensi pasar asuransi tersebut tidak saja melalui
kebutuhan perlindungan terhadap kredit ataupun investasi yang disalurkannya, akan tetapi
juga diharapkan akan berkembang kepada seluruh kebutuhan dan aktivitas hidup para
nasabah bank terlepas dari akibat perikatannya dengan bank itu sendiri.
Atau dengan kalimat lain, melalui hubungan ini, perusahaan asuransi telah membangun
secara formal sebuah channel baru sebagai penunjang usaha asuransi dalam
mendistribusikan (channel distribution) dagangannya ke pembeli.
Sementara itu, dari sisi bank yang memang memiliki kedekatan termasuk juga kelekatan
dengan para nasabahnya, bancasurance ini, dari sisi pertimbangan komersial juga sangat baik
karena akan menjanjikan alternatif tambahan keuntungan yang cukup signifikan. Apalagi,
keuntungan yang diperoleh bank dari bunga pinjaman yang cenderung sudah semakin
menurun belakangan ini.
Oleh karena itulah konsolidasi kekuatan antara perusahaan asuransi dengan pihak
bank semakin berkembang di Indonesia. Ini tidak saja terbatas hanya pada bank dan
perusahaan asuransi yang berada dalam satu grup yang sama, akan tetapi juga yang berbeda
kepemilikan.
- Dalam prakteknya, langkah untuk mengikutsertakan bank dalam pemasaran produk
asuransi ini dapat dilakukan dengan cara membuka counter khusus perusahaan asuransi mitra
di bank tersebut termasuk juga kantor-kantor cabangnya, atau dapat juga dilakukan dengan
mendidik ataupun mengkombinasikan kemampuan serta tugas penjualan produk tersebut
pada staf bank yang berhubungan langsung dengan para nasabah. Atau, dapat juga dilakukan
dengan menghadirkan tenaga perencana keuangan yang akan memberikan nasehat-nasehat
perencanaan keuangan serta paket perlindungan resiko melalui produk asuransi yang
dijualnya.
Dari sisi hukum, Bancassurance merupakan aktivitas hukum yang timbul dari perjanjian
antara perusahaan asuransi dengan pihak bank dimana bank sepakat untuk bertindak sebagai
agen penjualan produk-produk asuransi di dalam wilayah jangkauan pasar yang dimiliki oleh
7. bank tersebut. Dari hasil penjualan produk asuransi tersebut, bank akan mendapatkan
pembayaran dalam bentuk fee ataupun komisi dalam jumlah yang telah disepakati.
Dari pengertian di atas, terlihat bahwa hubungan hukum yang terbangun antara pihak
perusahaan asuransi dengan pihak bank lebih pada hubungan keagenan dimana pihak bank
bertindak sebagai agen (sales representative) yang menjual produk-produk asuransi mitra
berkontraknya, di wilayah aktivitasnya sebagai bank.
Sebagai agen, secara umum posisi bank akan lebih berhubungan dengan kepentingan pihak
perusahaan asuransi yang mempekerjakannya untuk menjual produk asuransi, dibandingkan
kepentingan para nasabah bank yang dengan skema bancassurance ini akan menjadi pembeli
potensial terhadap produk asuransi yang dijualnya.
Dengan kata lain, walaupun pada awalnya hubungan hukum antara bank dan nasabahnya
telah eksis berdasarkan kontrak yang timbul dari penggunaan produk perbankan seperti yang
diatur dalam Pasal 6-9 UU No.7/1992 jo. UU No.10/1998 tentang Perbankan, akan
tetapi dalam skema bancassurance ini, konsekuensi perikatan yang timbul dari penjanjian
asuransi yang dijual bank terhadap nasabahnya tersebut bukanlah menimbulkan
perikatan antara si nasabah dengan bank tersebut. Tetapi, perikatan yang timbul tetap antara
si nasabah (yang berubah menjadi tertanggung dalam kontrak asuransi) dengan perusahaan
asuransi penerbit.Jadi sebagai agen penjualan, secara hukum bank tidak menggantikan posisi
perusahaan asuransi sebagai pihak penanggung dalam bancassurance.
Akan tetapi, walaupun secara teori batasan-batasan hak dan tanggungjawab masing-masing
pihak yang terlibat dalam bancassurance cukup jelas, tetap saja permasalahan-permasalahan
hukum dapat muncul dalam pelaksanaannya di lapangan. Kesalahan itu bisa saja datang dari
pihak perusahaan asuransi.
Contohnya : Jika terjadi keterlambatan pembayaran klaim asuransi yang sebenarnya secara
hukum telah jatuh tempo dan dapat ditagih oleh pihak penanggung, secara langsung ataupun
tidak langsung akan menimbulkan kerepotan tersendiri bagi pihak bank. Sebagai pihak yang
juga mempertaruhkan reputasi banknya ketika menawarkan produk asuransi tersebut kepada
para nasabahnya, ketidakmampuan atau tindakan ingkar janji dari perusahaan asuransi untuk
melunasi klaim asuransi akan menimbulkan citra buruk tidak saja pada perusahaan asuransi,
tetapi juga akan berimbas pada reputasi bank tersebut.
Konsekuensinya, peristiwa ini tidak saja akan menimbulkan persoalan hukum antara
tertanggung dengan perusahaan asuransi yang tidak mampu melunasi pembayaran klaim
tersebut, akan tetapi juga berpotensi menimbulkan persoalan hukum antara bank dengan
perusahaan asuransi terhadap kerugian yang dialami oleh bank atas hilang atau menurunnya
kepercayaan dari tertanggung yang dikecewakan.
Belum lagi, bila tertanggung tersebut secara gelap mata melakukan gugatan perdata dan
mendudukkan bank tersebut sebagai tergugat dua ataupun turut tergugat atas wanprestasi
terhadap pemenuhan klaim asuransi yang dijual melalui bank tersebut.
8. Sebaliknya, bila alasan tidak dibayarnya klaim asuransi disebabkan perusahaan asuransi
dapat membuktikan bahwa tertanggung telah melanggar azas the utmost good faith, misalnya
dengan menyembunyikan penyakit yang sebenarnya ketika polis asuransi ditandatangani.
Atau, misalnya calon tertanggung sebenarnya tidak mempunyai insurable interest kepada
obyek yang akan diasuransikannya. Padahal, kesalahan tersebut terjadi karena bank
tersebutlah yang justru tidak melakukan pengecekan keadaan dari tertanggung sebelum
perjanjian asuransi ditandatangani, maka hal ini akan pula dapat menimbulkan persoalan
tersendiri antara Perusahaan asuransi dan bank, selain dari perusahaan asuransi dan
tertanggung.
Saling kontrol antara perusahaan asuransi dengan bank dalam kerjasama bancassurance inilah
bagian yang cukup sulit untuk dilaksanakan secara baik. Ini dikarenakan , walaupun sama-
sama lembaga keuangan, kedua lembaga ini memiliki jiwa aktivitas yang sangat berbeda.
Bank yang dimasuki oleh produk asuransi akan memberikan perhatian pertama kepada
stabilitas pasar dari produk-produk perbankannya, sehingga bank dapat saja hanya sekedar
menjalankan upaya penjualan produk tanpa memahami prinsip-prinsip asuransi yang
berlaku. Sebaliknya, perusahaan asuransi sendiri sebagai pemilik produk yang akan dijual
dan yang akan tetap bertanggungjawab terhadap resiko pertanggungan , akan sangat
menaruh perhatian dalam aktivitas kontrak asuransi melalui pemasaran bank tersebut.
Hubungan hukum keagenan yang mendasari bancassurance secara umum lebih mendudukkan
kedua belah pihak sebagai mitra yang sejajar yang membuat sulit bagi perusahaan asuransi
untuk terus menerus memberikan instruksi kepada pihak bank.
Keadaan ini membuat beberapa pihak menganggap bahwa kordinasi
pelaksanaan bancassurance ini sering lebih mudah dikendalikan dan mencapai sasarannya
bila perusahaan asuransi dan bank tersebut datang dari suatu grup atau induk usaha yang
sama. Pasalnya, dalam hubungan sister company ataupun subsidiary, bank dapat lebih
koperatif untuk memaksimalkan sasaran-sasaran pasar dengan tetap berpegang pada kualitas
dan legalitas produk dan pelayanan.
Tentu saja bancassurance tidak selalu dilakukan antara bank dan perusahaan asuransi dalam
satu dalam hubungan darah atau grup. Karena kesadaran dan keyakinan bahwa alternatif
penghasilan tersebut akan dapat membantu stabilitas laba bank akan membuat bank tersebut
dapat juga mengkomodir semangat dari perusahaan asuransi untuk mengejar pasar asuransi di
wilayah aktivitas bank. Oleh karena itu, pemahaman atas produk dan korelasinya dengan
produk perbankan milik bank, akan menjadi dasar yang cukup penting bagi bank untuk
membangun komitmen pasar yang jelas.
Untuk itu, selain pemberian training berkesinambungan yang akan dilakukan kepada orang-
orang yang menjadi garda depan penjualan produk asuransi tersebut di lingkungan bank
mitra, antara perusahaan asuransi dengan bank haruslah dibuat
perjanjian bancassurance dalam mengatur hak dan kewajiban kedua belah pihak. Isi
perjanjian tersebut juga harus mencakup langkah-langkah pelaksanaan kewajiban
sebagai sales representative dari perusahaan asuransi dalam mengenali dan memilih calon-
calon tertanggung.
9. - Undang-undang Perbankan, Peran dari dunia perbankan untuk turut serta dalam
memasarkan produk asuransi bukanlah merupakan praktek baru. Bermula dari kesuksesan
penerapan bancassurance di Prancis, kolaborasi komersial antara perusahaan asuransi dengan
bank dalam menjual produk asuransi ini menjadi sangat berkembang di Eropa dan juga di
banyak negara di Asia. Artinya, berdasarkan alasan komersial, bancassurance sangat
membantu perusahaan asuransi dan bank dalam meningkatkan penghasilannya masing-
masing.
Sama seperti praktek sebelumnya di beberapa negara, keterlibatan bank dalam memasarkan
produk non perbankan ini tidak diperbolehkan, karena produk pertanggungan memang telah
dialokasikan sebagai produk usaha perasuransian. Akan tetapi, ketika masyarakat
internasional semakin menyadari jangkauan pasar yang begitu kuat setelah menggabungkan
kekuatan pasar asuransi dan bank, maka ramai-ramailah perusahaan asuransi mencari mitra
bank, termasuk juga melakukan akusisi pada bank-bank yang akan dibuat menjadi saluran
distribusi produk bancassurance tersebut.
SUMBER: https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol9446/tinjauan-hukum
ibancassurancei-di-indonesia
FORUM
IMPLEMENTASI PADA PERUSAHAAN JIKA DILIHAT DARI :
1. Definisi dan jenis lembaga pembiayaan dan manfaatnya
- Definisinya, Lembaga pembiayaan merupakan kegiatan pembiayaan yang dilakukan dalam
bentuk dana bantuan kepada konsumen guna membeli barang atau modal usaha, dimana
pembayaran dan pembayarannya dilakukan dengan mengangsur oleh konsumen (debitur).
- Jenisnya, Leasing atau Sewa Guna Usaha ( Bentuk kegiatan usaha dari lembaga pembiayaan
atau penyewaan dalam bentuk barang modal ), Pembiayaan Konsumen ( Bentuk usaha yang
kegiatannya sebagai pengadaan barang untuk konsumen, namun pembayarannya dilakukan
dengan mengangsur ), Usaha Kartu Kredit ( Perusahaan Pembiayaan yang mengeluarkan
kartu kredit tetap harus diterbitkan oleh Bank Indonesia ), Anjak piutang ( Kegiatan usaha
yang pembiayaan dalam bentuk pembelian dana jangka pendek dari suatu perusahaan ),
Perdagangan Surat berharga ( Kegiatan usaha dari perusahaan pembiayaan ), Modal ventura (
Ventura yang berfokus pada penyertaan modal terhadap perusahaan pasangan usaha dalam
jangka waktu yang telah disepakati ).
- Manfaatnya, Menumbuhkan sifat mandiri, Menambah penghasilan, Menguatkan keamanan,
Meningkatkan produktivitas
SUMBER : https://www.cekaja.com/info/mengenal-lembaga-pembiayaan-jenis-kredit-dan-
fungsi/.
10. 2. Peran Dalam Kegiatan Bisnis
Untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis.
Untuk pengadaan barang ataupun jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Untuk mencapai kesejahteraan pemilik faktor produksi dan masyarakat.
Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Untuk menunjukkan eksistensi suatu perusahaan dalam jangka panjang.
Untuk meningkatkan kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat secara umum.
Untuk menunjukkan prestise dan prestasi.
SUMBER : https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-bisnis.html
3. Fungsi, jenis dan tujuan asuransi
- Fungsi Asuransi, Untuk mengalihkan sejumlah risiko yang ada pada suatu pihak kepada
pihak perusahaan asuransi, Jaminan bagi suatu pihak untuk mendapat perlindungan atas
segala risiko kerugian yang mungkin terjadi, Untuk memperkecil potensi kerugian yang lebih
besar bila mengeluarkan biaya sendiri saat terjadi suatu risiko, Khusus untuk asuransi jiwa
tertentu (asuransi jiwa), asuransi dapat menjadi tabungan karena sebagian biaya premi akan
dikembalikan kepada nasabah, Untuk efisiensi bagi sebuah perusahaan karena mengurangi
biaya untuk pengawasan, pengamanan, dan perlindungan yang memakan banyak biaya dan
waktu, Untuk mendapatkan ganti rugi kepada pihak nasabah sesuai dengan nilai premi
asuransi.
- Jenis Asuransi, Asuransi Kesehatan ( Memberikan pertanggungan untuk masalah kesehatan
yang diakibatkan oleh kecelakaan atau penyakit), Asuransi Jiwa (
Memberikan pertanggungan atas kematian seorang nasabah yang memiliki nilai
keuangan), Asuransi Pendidikan ( Memberikan jaminan pendidikan kepada pihak
tertanggung), Asuransi Bisnis ( Memberikan Jaminan kepada perusahaan yang menyebabkan
kerugian )
- Tujuan Asuransi, Penghimpunan Dana ( Perusahaan asuransi memilih sebagai penghimpun
dana dari masyarakat ), Membantu pebisnis fokus pada usaha (
Setiap model bisnis pasti mengandung risiko di dalamnya. Bagi para pengusaha, bisnis
asuransi adalah sesuatu yang sangat penting untuk membantu mengatasi masalah yang
mungkin terjadi ), Mengurangi potensi resiko ( Setiap perusahaan asuransi selalu memberikan
informasi tentang risiko yang mungkin terjadi ), Membagi Risiko kerugian ( Maka potensi
11. kerugian dapat dibagi untuk pihak lain atau pembayaran premi dilakukan adalah pembayaran
seimbang dengan pembayaran yang dialihkan kepada perusahaan asuransi )
SUMBER: https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-asuransi.html.
Konsekuensi hukum yang timbul