1. MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
SAKRAMEN-SAKRAMEN GEREJA
OLEH
KELOMPOK 11:
1. Matilda CindyDhiu (230114009)
2. Claudia M. R. Bria (230140056)
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024
2. KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat, tuntunan
dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Sakramen-Sakramen
Gereja” dengan baik dan selesai tepat waktu. Makalah ini dapat digunakan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam proses belajar.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
mempersiapkan, melaksanakan, dan menyelesaikan penulisan Makalah ini. Segala upaya telah
dilakukan untuk menyempurnakan Makalah ini, namun kami menyadari dalam pembuatan Makalah ini
terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat dijadikan masukan dalam penyempurnaan Makalah ini.
Kupang, 22 April 2024
Penulis
3. DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PEMBUKAAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. Pengertian Sakramen Gereja Serta Macam-Macam Sakramen dalam Gereja Katolik ......6
B. Penerapkan Tuntutan Sakramen Inisiasi dan Penyembuhan dalam Realitas Hidup.........14
C. Penerapkan Tuntutan Sakramen Panggilan Hidup dalam Realita Dunia .........................16
BAB III PENUTUP................................................................................................................18
A. Kesimpulan.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................19
4. BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Sakramen dan sakramentali memiliki dasar dan bersumber pada inkarnasi, yaitu
peristiwa penjelmaan Allah menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Penjelmaan ini
merupakan komunikasi diri Allah kepada umat-Nya melalui kehadiran-Nya yang nyata dalam
rupa manusia. Selama hidup manusiawi-Nya, mulai dari lahir, pelayanan-Nya di depan umum,
wafat, kebangkitan, sampai pada kenaikan-Nya ke surga, Y esus merupakan kehadiran Allah
yang melaksanakan karya penyelamatan-Nya bagi manusia Kemanusiaan Yesus adalah sarana
bagi ke-Allahan-Nya dalam melaksanakan karya penyelamatan itu. Setelah Yesus naik ke surga
pun, kenyataan inkarnasi ini tetap merupakan prinsip kehadiran Allah di tengah manusia, tetapi
penjelmaan-Nya tetap berlanjut dalam banyak bentuk, yakni melalui peristiwa sejarah, melalui
ciptaan, melalui Kitab Suci, melalui Gereja dan melalui sakramen- sakramen sehingga manusia
secara penuh memahami, menerima, mencintai dan ikut ambil bagian dalam rencana
keselamatan Allah. Kehadiran Tuhan Yesus menyata dalam ungkapan dunia manusia yakni
mengimani Yesus Kristus. Penyatuan orang-orang yang telah percaya kepada-Nya dan
menggabungkan diri ke dalam Gereja ditandai dengan sakramen. Kata 'sakramen berasal dari
kata kerja Sacrare (bahasa Latin) yang artinya menguduskan. Cara Yesus menguduskan
manusia, umat-Nya, dinamakan oleh Gereja sebagai perbuatan sakramental.
Melalui Gereja dan sakramen-sakramen, manusia dapat merasakan sentuhan Allah
dalam aneka simbol dan ritual, bahkan dapat menyambut Allah dalam kesatuan yang personal
dan mendalam melalui ekaristi. Gereja merupakan tanda kelihatan dan pengantara rahmat
Allah. Karena itu, bila Kristus disebut sakramen Allah, Gereja disebut sebagai sakramen
Kristus, dan sakramen-sakramen lain merupakan perwujudan konkrit Gereja sebagai sakramen
Kristus.
Secara historis, identitas Gereja telah ditetapkan sejak permulaan oleh dua pilar, yakni
sabda dan sakramen. Pemahaman awal tentang Gereja ini beralaskan perintah yang diberikan
Kristus sendiri baik pada Perjamuan Malam Terakhir ("lakukanlah ini sebagai kenangan akan
Daku") maupun di bukit Galilea ("pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku, baptislah
mereka.."). Perintah ini membentuk kesatuan yang mendasar antara perutusan Kristus dan
perutusan Gereja. Perintah Kristus mendirikan Gereja, melalui imamat para rasul dan para
penerus, mereka adalah satu-satunya sarana bagi penyampaian keselamatan Allah dalam
sejarah. Keselamatan ini, merupakan ungkapan kasih Allah, dikomunikasikan melalui Gereja
secara liturgis dan sakramental.
Tawaran keselamatan ini ditanggapi oleh manusia dengan menyatakan imannya dan
percaya kepada Allah. Dan jalan untuk menerima tawaran keselamatan itu tidak lain adalah
dengan menerima sakramen baptis. Dengan menerima sakramen baptis secara historis hadir
tanda penyelamatan Allah. Penyelamatan itu menjadi nyata dalam upacara baptisan. Perjanjian
Baru di satu pihak menekankan iman dan tobat sebagai syarat mutlak dari pihak manusia untuk
diselamatkan. Tetapi di lain pihak, baptisan dianggap suatu keharusan sehubungan dengan
pengampunan dosa, pembenaran dan pengudusan. Paulus dengan tegas berkata bahwa orang
dibenarkan oleh karena iman (Rm1:17; 4:1-8; Gal 3:6.11). Tetapi bukan iman saja yang
menyelamatkan manusia, namun yang membenarkan manusia berdosa ialah Allah semata-
mata. Oleh karena itu, baptisan adalah kebutuhan mutlak yang menjamin keberlangsungan
jemaat Kristus di dunia dan hadirnya penyelamatan bagi manusia.
Unsur utama dan mendasar dari status baru manusia kristiani datang dari sakramen
baptis. Dengan baptis, pribadi manusia telah dipersatukan ke dalam misteri Kristus dan telah
menikmati buah pertama dari penebusan-Nya. Jiwa orang yang dibaptis telah diluapi dengan
5. rahmat Allah dan dilahirkan menjadi baru. Hidup baru dari Allah dalam diri orang yang
dibaptis, dipelihara dan diperkuat dari tahap ke tahap melalui perbuatan-perbuatan cinta kasih,
kebajikan dan doa, dan melayani sesama. Pola hidup kristiani seperti ini yang menjadi dasar
untuk menerima sakramen-sakramen lain.
Ada tujuh sakramen yang mendampingi perjalanan hidup umat beriman seluruhnya
dengan rahmat yang mengalir dari hidup Yesus sendiri. Ketujuh sakramen itu menemani setiap
tahap dan peristiwa penting dalam perjalanan hidup manusia. Hidup dalam rahmat itu dimulai
pertama-tama dengan menerima sakramen baptis. Selanjutnya, hidup itu menemukan
kedewasaan dan tanggungjawab bagi kehidupan bersama melalui penerimaan sakramen
krisma. Hidup rahmat itu senantiasa berlanjut karena ditopang oleh makanan rohani yang
diterima setiap kali dalam sakramen ekaristi. Bila hidup itu mengalami kemerosotan dan jatuh
ke dalam dosa, sakramen tobat menyembuhkannya, dan bila secara fisik sakit, sakramen
pengurapan orang sakit menguatkannya. Supaya hidup rahmat itu mendapatkan tuntunan yang
baik, sakramen tahbisan menghadirkan pemimpin-pemimpin rohani dan supaya direalisasikan
secara nyata dalam keluarga-keluarga, sakramen perkawinan diadakan Secara yuridis sakramen
baptis sebagai pintu masuk untuk sakramen-sakramen lain diatur dalam kitab hukum kanonik
yaitu Kanon 849:“Baptis merupakan gerbang menuju sakramen-sakramen lain, yang perlu
untuk keselamatan entah diterima secara nyata atau setidak-tidaknya dalam kerinduan, dengan
mana manusia dibebaskan dari dosa, dilahirkan dari dosa, dilahirkan kembali sebagai anakanak
Allah serta digabungkan dalam Gereja setelah dijadikan serupa dengan Kristus oleh materai
yang tak terhapuskan, hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh
bersama rumus kata-kata yang diwajibkan.”
Dalam setiap sakramen, Yesus Kristus mengulur tangan-Nya dan terjadilah pertemuan
pribadi antara Yesus dengan orang yang menerima sakramen itu. Dalam sakramen-sakramen
Yesus menunjukkan cinta kasih-Nya sampai pada kesudahan-Nya. Dia yang hidup bahagia dan
mulia di dalam rumah Bapa-Nya, tidak lupa akan kita. Yesus mencari jalan untuk dapat bertemu
dengan kita secara nyata, sehingga kita dapat berada bersama Tuhan dalam hubungan yang
mesra. Tujuan setiap sakramen ialah agar Kristus mendekati kita dan kita mendekati Kristus.
Dalam arti tertentu, keberadaan Gereja tidak mendahului pembaptisan, tetapi pembaptisanlah
yang mendahului Gereja. Dengan ungkapan yang jelas, (Kristus) sendiri menegaskan perlunya
iman dan pembaptisan (Mrk 16:16, Yoh 3:5), dan karenanya menegaskan pula perlunya Gereja,
karena melalui pembaptisan (ibaratnya melalui pintu), sehingga Santo Bonevantura menyebut
baptisan sebagai “pintu bagi sakramen-sakramen lain”
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sakramen gereja serta macam-macam sakramen gereja?
2. Bagaimana cara menerapkan tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan dalam realitas
hidup?
3. Bagaimana cara menerapkan tuntutan sakramen panggilan hidup dalam realita dunia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sakramen gereja, serta macam-macam sakramen gereja
2. Untuk mengetahui cara menerapkan tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan dalam
realitas hidup
3. Untuk mengetahui cara menerapkan tuntutan sakramen panggilan hidup dalam realita
dunia
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sakramen Gereja Serta Macam-Macam Sakramen dalam Gereja
Katolik
1. Pengertian Sakramen Gereja
Sakramen berasal dari kata 'mysterion' (Yunani), yang dijabarkan dengan kata
"mysterium' dan 'sacramentum (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda
yang kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai
'mysterium Kara sucrare berarti menyucikan, menguduskan, atau mengkhususkan seusatu
seseorang bagi bidang yang suci atau kudus yang secara umum berarti "menguduskan
sesuatu". Jadi sakramen-sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia/
misteri Kristus-yang tak kelihatan yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh
Kudus. Betapa nyatanya 'rahasia' ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja,
terutama di dalam Ekaristi.
Di dalam perannya sebagai "Sakramen Keselamatan", Gereja dipercaya oleh Kristus
untuk membagikan rahmat Tuhan di dalam ketujuh sakramen. Jadi sakramen tidaklah
hanya sebagai tanda lambang, tetapi juga sebagai pemenuhan makna dari tanda itu sendiri,
yaitu rahmat pengudusan untuk keselamatan kita. sehingga Gereja mengajarkan bahwa
dengan mengambil bagian di dalam sakramen, kita diselamatkan, karena melalui Kristus,
kita dipersatukan dengan Allah sendiri.
Ada 7 Sakramen dalam Gereja Katolik. Angka 7 sebagai simbol kesempurnaan
kehadiran Allah di dunia. Kehadiran dalam seluruh dimensi dan siklus kehidupan manusia.
Berikut ini adaalah 7 Sakramen dalam Gereja Katolik:
1) Sakramen Baptis
2) Sakramen Ekaristi
3) Sakramen Krisma/Penguatan
4) Sakramen Tobat/Pengakuan Dosa
5) Sakramen Pengurapan Orang Sakit/Minyak Suci
6) Sakramen Perkawinan
7) Sakramen Imamat
Ketujuh sakramen ini menjadi tanda akan sesuatu yang terjadi sekarang, di masa
lampau, dan di masa yang akan datang. Jadi semua sakramen tidak hanya membawa
rahmat pengudusan (sekarang), namun juga menghadirkan Misteri Paska Kristus (lampau)
yang menjadi sumber kekudusan, dan menjadi gambaran akan kebahagiaan surgawi
sebagai akhir dari pengudusan kita (yang akan datang).
Sakramen sendiri mempunyai 3 Aspek Simbolis, yaitu:
1) Aspek Antropologis
Adalah aspek yang berhubungan dengan sifat manusiawi atau kemanusiaan
manusia. Dalam setiap sakramen ada Materi (Tanda/Perbuatan) dan Forma
(Kata) yang dapat dipahami (atau diindera) manusia.
2) Aspek Kristologis
Adalah aspek yang bersumber pada Kristus sebagai asal dari semua sakramen
karena Kristus adalah Sakramen Dasar.
7. 3) Aspek Eklesiologis
Adalah aspek yang berhubungan dengan Gereja sebagai pelaksana sakramen
berdasarkan perintah Kristus, dan sebagai jemaat. Gereja adalah sakramen
keselamatan karena Gereja adalah tanda persatuan mesra dengan Allah dan
kesatuan seluruh umat manusia. Gereja menghadirkan Kristus. Kristus
menghadirkan Allah.
2. Macam-Macam Sakramen Gereja dalam Gereja Katol
Dari buku Kompendium Katekismus Gereja Katolik (KKGK, No 224-232)
“sakramen – sakramen yang ditetapkan oleh Kristus dan dipercayakan kepada Gereja
merupakan tanda yang mendatangkan rahmat yang dapat ditangkap oleh pancaindra. Ada
tujuh sakramen yaitu Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi Kudus, Tobat, Pengurapan orang
sakit, Penahbisan, dan Perkawinan” (224). Hubungan antara sakramen – sakramen dengan
Gereja yaitu Kristus sudah mempercayakan sakramen – sakramen kepada Gereja-Nya.
Sakramen – sakramen itu adalah Sakramen – Sakramen “Gereja” dalam arti ganda:
Sakramen – Sakramen itu “dari Gereja” sejauh merupakan tindakan Gereja, yang pada
gilirannya merupakan Sakramen tindakan Kristus, dan “untuk Gereja” sejauh Sakramen–
Sakramen itu membangun Gereja. (KKGK, No 226).
1). Sakramen Pembatisan KGK (KGK 1213–1284)1213–1284)
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi
Kristiani. Sakramen iniPembaptisan adalah sakramen pertama dan
mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen inidilayani dengan cara
menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan
(tidakdilayani dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau
dengan mencurahkan (tidaksekedar memercikkan) air ke atas kepala si
penerima "dalam nama Bapa sekedar memercikkan) air ke atas kepala si
penerima "dalam nama Bapa dan Putra dan Roh kudus"dan Putra dan Roh
kudus"(Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau
imam, atau seorang diakon(Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya
seorang uskup atau imam, atau seorang diakondalam Gereja Latin. Dalam
keadaan darurat, siapa pun yang berniat untuk melakukan apa yangdalam
Gereja Latin. Dalam keadaan darurat, siapa pun yang berniat untuk melakukan
apa yangdilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani,
dapat membaptis.dilakukan Gereja, bahkan jika orang itu bukanlah seorang
Kristiani, dapat membaptis. SakramenSakramenPembaptisan membebaskan
penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dariPembaptisan
membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan
darihukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis
itu mengambil bagianhukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat
orang yang dibaptis itu mengambil bagiandalam kehidupan Tritunggal Allah
melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yangdalam
kehidupan Tritunggal Allah melalui "rahmat yang menguduskan" (rahmat
pembenaran yangmempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus
dan Gereja-Nya). Pembaptisan jugamempersatukan pribadi yang bersangkutan
dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan jugamembuat penerimanya
mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan
komunimembuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan
merupakan landasan komuni(persekutuan) antar semua orang Kristen.
Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan(persekutuan) antar
8. semua orang Kristen. Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-
kebajikan"teologis" (iman, harapan dan kasih) dan karunia-karunia Roh
Kudus. Sakramen ini menandai"teologis" (iman, harapan dan kasih) dan
karunia-karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya
penerimanya dengan dengan suatu suatu meterai meterai rohani rohani yang
yang berarti berarti orang orang tersebut tersebut secara secara permanen
permanen telahtelahmenjadi milik Kristus.menjadi milik Kristus. Sakramen
Inisiasi dalam Gereja Katolik: Sakramen Baptis, Sakramen Ekaristi, Sakramen
Krisma.
a) Tiga Tahap Inisiasi Katolik,yaitu:
1) Masa pra-katekumenat/simpatisan menjadi Katekumen,
yaitu masa pemurnian motivasi calon, dituntut pertobatan dan
iman.
2) Masa Katekumen menjadi Calon Baptis, yaitu masa
perkembangan iman calon baptis, merupakan masa pengajaran
dan pembinaan iman.
3) Masa Calon Baptis menjadi Baptisan baru yaitu masa
persiapan baptisan dan penerimaan menjadi angota Gereja
Katolik.
Sesudah dibaptis, para baptisan baru menerima/mengalami masa
pembinaaan iman sebagai baptisan baru yang disebut mistagogi. Untuk
dibaptis, seseorang harus percaya dan beriman kepada Kristus, Percaya kepada
Kristus Berarti hidup sesuai dengan ajaran Kristus dalam Kehidupan sehari-
hari. Melalui sakramen baptis sesorang dilahirkan kembali dalam air dan Roh.
Lilin bernyala yang diterima oleh baptisan baru dalam upacara sakramen baptis
merupakan lambang baptisan baru yang sudah diterangi oleh Kristus dan harus
senantiasa hidup dalam terang Kristus.
b) Materi dan Forma Sakramen Baptis
1) Materi: Air
2) Forma: Aku membaptis engkau dalam nama Bapa, Putera,
dan Roh Kudus.
c) Buah Atau Rahmat Sakramen Baptis:
1) Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal
maupun dosa yang dibuatnya.
2) Menjadiciptaan baru dan dilantik menjadi anak Allah.
3) Memperoleh rahmat pengudusan yang membuatnya sanggup
semakin percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan
mencintai-Nya Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan
dorongan Roh Kudus. Membuatnya sanggup bertumbuh dalam
kebaikan.
9. 4) Digabungkan menjadi anggota Gereja, sebagai bagian dari
Tubuh Mistik Kristus.
5) Dimeteraikan secara kekal dalam sebuah meterai rohani
yang tak terhapuskan, sebagai bagian dari Kristus.
d) Macam-Macam Baptisan:
1) Baptisan bayi baptisan yang diterima saat masih bayi
2) Baptisan dewasa: baptisan yang diterima saat sudah dewasa
3) Baptisan rindu: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin
menjadi anggota Gereja Katolik, menjalani masa katekumenat
namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal. Maka ia sudah
menerima baptisan rindu.
4) Baptisan darah: saat seseorang ingin dibaptis dan ingin
menjadi anggota Gereja Katolik, menjalani masa katekumenat
namun sebelum dibaptis, ia sudah meninggal karena membela
imannya.
2). Sakramen Ekaristi (KGK 1322-1419)
Ekaristi diimani sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani. Di
dalamnya terdapat tindakan pengudusan yang paling istimewa oleh Allah
kepada umat beriman karena terdapat kehadiran (dan pengorbanan) Yesus
Kristus dalam rupa Tubuh dan Darah-Nya atau Sakramen Ekaristi. Ekaristi juga
menjadi tindakan penyembahan yang paling istimewa oleh umat beriman
kepada Allah. Ekaristi juga menjadi representasi umat beriman terhubung
dengan liturgi di surga. Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi
dalam perayaan Ekaristi (Misa) dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari
Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan untuk hari-hari lainnya.
Sakramen Ekaristi berasal dari Yesus sendiri. Dalam Perjamuan Terakhir
bersama para murid, Yesus mengucap syukur dan memberikan pesanNya:
"Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi kenangan
akan Aku." Ia juga berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku,
yang ditumpahkan bagimu." la juga memberikan perintah untuk melakukan hal
itu sebagai kenangan akan diri-Nya "Perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Daku". Perjamuan Tuhan diteruskan oleh Gereja dalam perjamuan Ekaristi.
Perjamuan Ekaristi adalah peringatan syukur untuk mengenangkan dan
sekaligus menghadirkan kembali Yesus yang mempersembahkan diri-Nya
dalam kematian di salib demi keselamatan manusia, sesuai dengan perintah
Yesus. Melalui Ekaristi, kita mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus
Kristus (Komuni Suci) serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya. Roti dan
anggur ditransformasi menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Perubahan ini disebut
transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan
Sakramen Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri.
a) Skema besar Perayaan Ekaristi terdiri dari:
1). Ritus Pembukaan
10. 2). Liturgi Sabda
3). Liturgi Ekaristi
4). Ritus Penutup
b) Materi dan Forma Sakramen Ekaristi
1) Materi: Roti dan Anggur
2) Forma: "Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu,
perbuatlah ini menjadi kenangan akan Aku"
"Cawan in adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang
ditumapahkan bagimu...perbuatlah ini menjadi peringatan akan
Daku"
3). Sakramen Krisma atau Penguatan(KGK 1285-1321)
Sakramen Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga dalam
inisiasi Kristiani. Sakramen ini diberikan dengan cara mengurapi penerimanya
dengan minyak Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang
memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik
dalam variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si
penerima seperti sebuah meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan
dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" (KGK 1303). Seperti
pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam
keadaan layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang
belum diakui) agar dapat menerima efek sakramen tersebut. Pelayan sakramen
ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan secara sah, jika seorang imam
(presbiter) melayankan sakramen ini sebagaimana yang biasa dilakukan dalam
Gereja-Gereja Timur dan dalam keadaan-keadaan istimewa (seperti
pembabtisan orang dewasa atau seorang anak kecil yang sekarat) dalam Gereja
Ritus-Latin (KGK 1312-1313) hubungan dengan jenjang imamat di atasnya
ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama krisma atau myron) yang telah
diberkati oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat
dengan hari itu. Di Timur sakramen ini dilayankan segera sesudah
pembaptisan. Di Barat, di mana administrasi biasanya dikhususkan bagi orang-
orang yang sudah dapat memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda
sampai si penerima mencapai usia awal kedewasaan, biasanya setelah yang
bersangkutan diperbolehkan menerima sakramen Ekaristi, sakramen ketiga dari
inisiasi Kristiani. Kian lama kian dipulihkan urut-urutan tradisional sakramen-
sakramen inisiasi ini, yakni diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan,
barulah Ekaristi, rikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma,
minyak yang telah dicampur sejenis balsam, yang memberinya aroma khas,
disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam variasi Barat
maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah
meterai. Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan
"diperkuat dan diperdalam" (KGK 1303). Seperti pembaptisan, penguatan
hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan layak (artinya
bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat
menerima efek sakramen tersebut. Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup
yang ditahbiskan secara sah: jika seorang imam (presbiter) melayani sakramen
ini sebagaimana yang biasa dilakukan dalam Gereja-Gereja Timur dan dalam
keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau seorang
11. anak kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 1312-1313),
hubungan dengan jenjang imamat di atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal
dengan nama krisma atau myron) yang telah diberkati oleh uskup dalam
perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat dengan hari itu. Di Timur
sakramen ini dilayankan segera sesudah pembaptisan. Di Barat, di mana
administrasi biasanya dikhususkan bagi orang-orang yang sudah dapat
memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda sampai si penerima mencapai
usia awal kedewasaan; biasanya setelah yang bersangkutan diperbolehkan
menerima sakramen Ekaristi, sakramen ketiga dari inisiasi Kristiani. Kian lama
kian dipulihkan urut-urutan tradisional sakramen-sakramen inisiasi ini, yakni
diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan, barulah Ekaristi.
a) Rahmat Dalam Sakramen Krisma
1) Menjadikan kita sungguh anak Allah.
2) Menyatukan lebih teguh dengan Kristus.
3) Menambahkan karunia Roh Kudus ke dalam diri kita.
4) Mengikat kita lebih sempurna dengan Gereja.
5) Menganugerahkan kepada kita kekuatan Roh Kudus.
b) Materi dan Forma Sakramen Krisma
1) Materi: Minyak Krisma (Minyak Zaitun)
2) Forma: Semoga dimeterai oleh karunia Allah, Roh Kudus.
4). Sakramen Rekonsiliasi atau Pengakuan Dosa (KGK 1422-1498)
Sakramen rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen
penyembuhan, dan juga disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat,
dan Sakramen Pengampunan (KGK 1423-1424). Sakramen ini adalah
sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang
terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat
unsur: penyesalan si peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus
rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada seorang imam (boleh saja secara
spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa kepada yang
lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen
ini), absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan. "Banyak dosa yang
merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang mungkin
dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya,
mengembalikan barang yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang
yang telah difitnah, memberi ganti rugi kepada pihak yang telah dirugikan).
Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan tetapi dosa juga
merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah
dan sesama. Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan
sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan melakukan lagi sesuatu untuk
memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi' atau 'memperbaiki
kerusakan akibat dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi" (KGK
1459), Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan
umumnya mendahului absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu
tugas sederhana yang harus dilaksanakan oleh si peniten, untuk melakukan
beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk menghadapi
pencobaan selanjutnya. Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai
pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak. "Oleh karena itu, benar-benar salah
bila seorang konfesor (pendengar pengakuan) dengan cara apapun
12. mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik dengan perkataan maupun
dengan jalan lain" (kanon 983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang
secara langsung merusak meterai sakramental tersebut otomatis dikenai
ekskomunikasi (hukuman pengucilan) yang hanya dapat dicabut oleh Tahta
Suci (kanon 1388). Langkah-langkah pertobatan seseorang:
1) Menyadari dan mengakui dosa
2) Menyesali dosa
3) Berniat untuk tidak berbuat dosa lagi
4) Mohon ampun
5) Mau menghidupi cara hidup yang baru
5). Sakramen Pernikahan(KGK 1601-1666)
Pernikahan atau perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen
yang mengkonsekrasi penerimanya guna suatu misi khusus dalam
pembangunan Gereja, serta menganugerahkan rahmat demi perampungan misi
tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang
menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan
suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh
Allah. Dengan demikian, suatu pernikahan antara seorang pria yang sudah
dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis, yang dimasuki secara sah dan
telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan sebab di
dalam kitab suci tertulis Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa
menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan
mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu
menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagı dua, melainkan satu.
Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.
Ketika mereka sudah di rumah, murid- murid itu bertanya pula kepada Yesus
tentang hal itu. Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan
isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan
terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin
dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah." (mrk. 10:1-12) Sakramen ini
menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan. rahmat yang mereka
perlukan untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka
serta untuk menghasilkan dan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh
tanggung jawab. Sakramen ini dirayakan secara terbuka di hadapan imam (atau
saksi lain yang ditunjuk oleh Gereja) serta saksi-saksi lainnya, meskipun dalam
tradisi teologis Gereja Latin yang melayankan sakramen ini adalah kedua
pasangan yang bersangkutan. Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan
seorang wanita harus mengutarakan niat dan persetujuan-bebas (persetujuan
tanpa paksaan) masing-masing untuk saling memberi diri seutuhnya, tanpa
memperkecualikan apapun dari hak- milik esensial dan maksud-maksud
perkawinan.
Jika salah satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik,
maka pernikahan mereka hanya dinyatakan sah jika telah memperoleh izin dari
pihak berwenang terkait dalam Gereja Katolik. Jika salah satu dari keduanya
13. adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum dibaptis), maka diperlukan izin
dari pihak berwenang terkait demi sahnya pernikahan.
6). Sakramen Pengurapan Orang Sakit(KGK 1499-1532)
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua
setelah sakramen Tobat. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit
dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. "Pengurapan orang
sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman yang berada dalam bahaya maut
yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon 1004; KGK 1514). Baru
menderita sakit atau pun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat
sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang. Dengan pengurapan
orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada
kemurahan Tuhan, agar la menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah
melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni. "Dan doa yang lahir dari iman
akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan
jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni"(bdk Yak 5:15).
Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam
menghadapi perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan
Tuhan, yang melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan. Dalam tradisi
Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada
dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir",
yang diberikan sebagai salah satu dari "Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus
Terakhir" yang lain adalah pengakuan dosa (jika orang yang sekarat tersebut
secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal
diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit
atas dosa-dosanya). Sekaligus juga diberikan Ekaristi. Bila diberikan kepada
orang yang sekarat dikenal dengan sebutan "Viaticum", sebuah kata yang arti
aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan". Buah-buah rahmat
Sakramen Pengurapan Orang Sakit
persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya
sendiri dan keselamatan Gereja; penghiburan, perdamaian dan keberanian
untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau
oleh usia lanjut; pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat
menerimanya melalui Sakramen Pengakuan, penyembuhan, kalau ini berguna
bagi keselamatan jiwa, persiapan untuk peralihan ke hidup abadi.
Perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit terdiri atas dua bagian,
yaitu:
1) Liturgi Sabda
2) perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya.
Pada puncak perayaan, imam mengurapi si sakit dengan minyak suci
pada dahi dan tangan sambil mengucapkan rumusan-rumusan tertentu. Dengan
demikian jelas nampak karya Tuhan dalam sakramen ini, kurnia Roh Kudus
dimohonkan bagi si sakit dan janji keselamatan diucapkan baginya, agar dalam
ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit diluputkan serta dikuatkan, dan bila
perlu, juga diampuni dosa-dosanya. Untuk pengurapan sakramental digunakan
minyak zaitun atau minyak lain dari tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati
oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari Kamis Putih. Dalam keadaan darurat,
setiap imam dapat memberkati minyak untuk pengurapan ini. Jika dianggap
14. perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan
Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
7). Sakramen Imamat (KGK 1536-1600)
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang
dijadikan uskup, imam, atau diakon, sehingga penerima sakramen ini
dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya uskup yang boleh melayankan
sakramen ini. Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan
kegenapan sakramen Imamat baginya, menjadikannya anggota badan penerus
(pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk mengajar, menguduskan,
dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja. Pentahbisan seseorang
menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala Gereja dan
Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup
yang bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-
kegiatan liturgis lainnya, teristimewa Ekaristi. Pentahbisan seseorang menjadi
diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus. selaku Hamba semua orang,
menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya
pada Kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum
papa dan dalam memberitakan firman Allah. Orang-orang yang berkeinginan
menajdi imam dituntut oleh Hukum Kanonik (Kanon 1032 dalam Kitab Hukum
Kanonik) untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi
filsafat dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang
meliputi pengarahan rohani, berbagai retreat, pengalaman apostolat (semacam
Kuliah Kerja Nyata), dst. Proses pendidikan sebagai persiapan untuk
pentahbisan sebagai diakon permanen diatur oleh Konferensi Wali Gereja
terkait.
B. Penerapkan Tuntutan Sakramen Inisiasi dan Penyembuhan dalam Realitas
Hidup
Dalam kehidupan spiritual, tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan memegang peran
penting dalam membentuk hubungan dengan Tuhan dan sesama. Sakramen inisiasi, seperti
baptisan dan konfirmasi, menandai awal dari perjalanan rohani seseorang, sementara sakramen
penyembuhan, seperti sakramen rekonsiliasi dan sakramen penyembuhan, menyediakan
kesempatan untuk kesembuhan rohani dan fisik. Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi
cara menerapkan tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan dalam realitas hidup sehari-hari.
1. Sakramen inisiasi dalam realitas hidup
Sakramen-sakramen yang menginisiasi seseorang ke dalam kehidupan Kristus
disebut Sakramen Inisiasi – Baptisan, Penguatan, dan Ekaristi. Ketiganya
memperkenalkan kita pada misteri Kristus Yesus yang telah datang untuk memimpin
kita ke dalam sukacita dan keutuhan Kerajaan Allah. Melalui sakramen-sakramen ini,
kita menjadi anggota Gereja yang sadar dan berkomitmen. Adalah bermanfaat untuk
melihat Sakramen Pembaptisan, Penguatan, dan Ekaristi sebagai satu kesatuan
meskipun, dalam kurun waktu dua ribu tahun, keduanya dipisahkan karena berbagai
alasan. Masing-masing dari ketiga sakramen ini merupakan pencelupan lebih dalam ke
dalam kehidupan, kehidupan, dan kebangkitan Kristus dalam komunitas Gereja yang
dipenuhi Roh.
15. a. Baptis
Realitas Hidup: Sakramen Baptis merupakan pintu masuk ke dalam kehidupan
Kristen. Melalui baptisan dengan air dan kata-kata Trinitas, dosa asal dan dosa
pribadi dihapuskan, dan seseorang diperkenalkan ke dalam Gereja Katolik
sebagai anggota Kristus.
Penerapan: Umat Katolik yang telah dibaptis diundang untuk hidup sebagai
murid-murid Kristus. Ini mencakup pertumbuhan dalam iman, memperdalam
hubungan dengan Tuhan melalui doa dan pembacaan Kitab Suci, serta terlibat
aktif dalam kehidupan liturgis dan sosial Gereja.
b. Krisma (Penguatan)
Realitas Hidup: Krisma adalah sakramen yang diberikan untuk memperkuat
iman umat Katolik dengan anugerah Roh Kudus. Ini dilakukan melalui
pengurapan dengan minyak suci dan pemberian tangan imam.
Penerapan: Setelah menerima Sakramen Krisma, umat Katolik diharapkan
untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini. Mereka dipanggil untuk hidup dalam
kekudusan, melayani Gereja dan sesama, serta menyebarkan injil melalui kata-
kata dan perbuatan mereka.
c. Ekaristi
Realitas Hidup: Ekaristi adalah sakramen paling penting dalam Gereja Katolik,
di mana umat Katolik menerima Tubuh dan Darah Kristus sebagai makanan
rohani. Ini adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani.
Penerapan: Umat Katolik diundang untuk secara rutin dan sungguh-sungguh
menghadiri Misa dan menerima Komuni (Ekaristi). Melalui Ekaristi, mereka
diperbaharui dalam cinta Kristus dan diberdayakan untuk melayani dan
membangun Kerajaan Allah di dunia ini.
2. Sakramen penyembuhan dalam realitas hidup
Ada dua sakramen penyembuhan dalam kehidupan sakramental Katolik, yaitu
Sakramen Rekonsiliasi dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Tujuan dari setiap ritus
sakramental adalah untuk memberikan kesembuhan dari Tuhan kepada orang sakit
melalui Yesus Kristus dan dalam kuasa Roh Kudus.
Sakramen Rekonsiliasi adalah perjumpaan dengan belas kasihan Tuhan. Ini adalah
proses dimana seseorang yang tindakannya atau kurangnya tindakannya telah melukai
hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan atau dengan Tuhan.
Yesus telah memberikan komunitas murid-murid-Nya suatu cara untuk berdamai
dengan seluruh Umat Allah yang telah terkena dampak realitas dosa dan kejahatan
manusia. Melalui pelayanan imam bapa pengakuan, seseorang yang mencari
kesembuhan dari dosa dapat yakin bahwa ia telah diampuni baik oleh Tuhan maupun
masyarakat melalui pengakuan dosa, pengampunan dosa oleh Tuhan melalui gereja dan
perbuatannya. penebusan dosa untuk mulai mengganti kerugian yang disebabkan oleh
perkataan, tindakan, atau kurangnya tindakan.
16. Sakramen Pengurapan Orang Sakit, dalam perjalanan hidup kita sebagai manusia,
kita mengalami penyakit fisik, psikis atau spiritual. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
diberikan Yesus sebagai tanda kehadiran-Nya yang menyembuhkan dalam kehidupan
orang sakit sehingga mereka dapat disembuhkan dari penyebab penyakitnya. Sakramen
Orang Sakit dilaksanakan oleh imam dengan mengurapi orang yang sakit pada dahi dan
telapak tangan, memohon kepada Tuhan untuk memberikan kesembuhan kepada orang
yang sakit melalui kuasa Roh Kudus. Sakramen ini menyembuhkan penyebab dosa
dalam hidup seseorang sehingga dapat disembuhkan dan dibebaskan. Sakramen ini
dapat diterima sesering yang diperlukan untuk membantu memulihkan kesehatan penuh
orang sakit.
a. Tobat
Realitas Hidup: Sakramen Tobat memberikan umat Katolik kesempatan untuk
mengakui dosa-dosa mereka, menyesali dosa-dosa tersebut, dan menerima
pengampunan dan rahmat Tuhan.
Penerapan: Umat Katolik diundang untuk secara teratur melakukan Tobat,
terbuka terhadap pertobatan dan perubahan hati, serta menjalani hidup yang
lebih sesuai dengan ajaran Kristus.
b. Pengurapan Orang Sakit
Realitas Hidup: Sakramen Pengurapan Orang Sakit memberikan kesembuhan
rohani dan, dalam beberapa kasus, fisik kepada orang yang sakit parah
Penerapan: Umat Katolik diundang untuk mengunjungi, mendoakan, dan
mendukung mereka yang sakit, serta mengatur agar mereka dapat menerima
Sakramen Pengurapan Orang Sakit bila diperlukan.
Penerapan tuntutan dari sakramen-sakramen ini dalam kehidupan sehari-hari umat
Katolik adalah esensial untuk memperkuat iman mereka, membantu mereka bertumbuh
dalam kasih Tuhan, dan membimbing mereka untuk hidup sebagai murid-murid Kristus
yang setia. Melalui sakramen-sakramen ini, umat Katolik mengalami kehadiran dan
anugerah Allah yang memimpin mereka menuju keselamatan dan kekudusan.
C. Penerapkan Tuntutan Sakramen Panggilan Hidup dalam Realita Dunia
Ada dua sakramen panggilan dalam kehidupan Katolik, perkawinan dan pelayanan
tertahbis. Kedua panggilan tersebut, meskipun dijalani secara berbeda, memiliki tujuan yang
sama yaitu membawa manusia menuju persatuan dengan Tuhan yaitu Kerajaan Tuhan.
Sakramen Pernikahan adalah ikatan cinta yang dijalani setiap hari antara suami dan istri
saat mereka menjalani kehidupan bersama sebagai sahabat, pasangan, kekasih, dan sahabat.
Selain saling mendukung dalam kasih sayang, pasangan suami istri turut serta dalam kuasa
kreatif Allah dengan melahirkan anak-anak ke dunia. Sebagai orang tua, suami istri dipanggil
untuk mencintai, mengasuh dan mendidik anaknya dalam kehidupan iman Katolik agar kelak
anak-anak tersebut menjadi orang dewasa yang cerdas, bertanggung jawab dan penuh kasih
sayang.
Sakramen Tahbisan Suci, misi pelayanan tertahbis dalam Gereja Katolik adalah melayani
umat Kristiani dengan membantu menata kehidupan komunalnya sedemikian rupa sehingga
17. masyarakat dapat menjadi saksi hidup Yesus Kristus di dunia. Diakon, imam dan uskup, yang
dipanggil oleh Allah untuk melayani Umat Allah, membaktikan diri mereka pada pembangunan
komunitas Kristus yang adalah diri-Nya sendiri sebagai Kepala Gereja yang merupakan Tubuh
Mistik-Nya.
a. Perkawinan
Komitmen Hidup Bersama: Sakramen perkawinan mengikat seorang pria dan
wanita dalam janji setia seumur hidup. Dalam realita dunia, ini menuntut mereka
untuk membangun hubungan yang saling menghormati, mendukung, dan
mencintai satu sama lain dalam kebahagiaan dan kesedihan.
Pembentukan Keluarga: Melalui sakramen perkawinan, pasangan dipanggil untuk
membentuk keluarga yang kokoh dan menjalankan tanggung jawab dalam
mendidik anak-anak mereka dalam iman dan moral Kristen.
Menghadapi Cobaan dan Krisis: Dalam realita sehari-hari, pasangan yang sah
harus saling mendukung dan membangun ketahanan dalam menghadapi cobaan
hidup, termasuk krisis keuangan, sakit, atau konflik interpersonal.
b. Imamat
Pelayanan Gerejawi: Seorang imam, melalui sakramen imamat, dipanggil untuk
melayani umat Allah. Mereka memimpin komunitas dalam peribadatan,
pengajaran, dan pelayanan pastoral.
Kesetiaan pada Gerej: Dalam realita dunia, seorang imam memegang peran yang
bertanggung jawab atas pelayanan rohani dan moral. Mereka diharapkan untuk
menjadi teladan dalam hidup rohani, memberikan pengampunan, dan memimpin
umat dalam pertumbuhan iman.
Kesetiaan pada Janji dan Gelar: Imamat tidak hanya merupakan panggilan pribadi,
tetapi juga komitmen yang melibatkan integritas moral dan kesetiaan pada gereja
serta umat Allah.
Dalam keduanya, perkawinan dan imamat, tuntutan sakramen panggilan tidak hanya terjadi
dalam lingkup gerejawi, tetapi juga menghadapkan individu pada tanggung jawab dan
pelayanan konkret dalam realitas sehari-hari. Ini melibatkan pengorbanan, komitmen, dan
dedikasi yang mendalam terhadap kehidupan beriman dan panggilan pribadi.
18. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sakramen berasal dari kata 'mysterion' (Yunani), yang dijabarkan dengan kata
"mysterium' dan 'sacramentum (Latin). Sacramentum dipakai untuk menjelaskan tanda yang
kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan yang disebut sebagai 'mysterium Kara
sucrare berarti menyucikan, menguduskan, atau mengkhususkan seusatu seseorang bagi bidang
yang suci atau kudus yang secara umum berarti "menguduskan sesuatu". Jadi sakramen-
sakramen Gereja merupakan tanda yang kelihatan dari rahasia/ misteri Kristus-yang tak
kelihatan yang bekerja di dalam Gereja-Nya oleh kuasa Roh Kudus. Betapa nyatanya 'rahasia'
ini diungkapkan di dalam sakramen-sakramen Gereja, terutama di dalam Ekaristi.
Ada 7 Sakramen dalam Gereja Katolik. Angka 7 sebagai simbol kesempurnaan kehadiran
Allah di dunia. Kehadiran dalam seluruh dimensi dan siklus kehidupan manusia. Berikut ini
adaalah 7 Sakramen dalam Gereja Katolik, yaitu Sakramen Baptis, Ekaristi, Krisma/Penguatan,
obat/Pengakuan Dosa, Pengurapan Orang Sakit/Minyak Suci, Perkawinan, dan Sakramen
Imamat. Ketujuh sakramen ini menjadi tanda akan sesuatu yang terjadi sekarang, di masa
lampau, dan di masa yang akan datang. Jadi semua sakramen tidak hanya membawa rahmat
pengudusan (sekarang), namun juga menghadirkan Misteri Paska Kristus (lampau) yang
menjadi sumber kekudusan, dan menjadi gambaran akan kebahagiaan surgawi sebagai akhir
dari pengudusan kita (yang akan datang).
Dalam kehidupan spiritual, tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan memegang peran
penting dalam membentuk hubungan dengan Tuhan dan sesama. Sakramen inisiasi, seperti
baptisan dan konfirmasi, menandai awal dari perjalanan rohani seseorang, sementara sakramen
penyembuhan, seperti sakramen rekonsiliasi dan sakramen penyembuhan, menyediakan
kesempatan untuk kesembuhan rohani dan fisik. Dalam makalah ini, kami akan menjelajahi
cara menerapkan tuntutan sakramen inisiasi dan penyembuhan dalam realitas hidup sehari-hari.
Serta dua sakramen panggilan dalam kehidupan Katolik, perkawinan dan pelayanan tertahbis.
Kedua panggilan tersebut, meskipun dijalani secara berbeda, memiliki tujuan yang sama yaitu
membawa manusia menuju persatuan dengan Tuhan yaitu Kerajaan Tuhan.
19. DAFTAR PUSTAKA
F. Martasudjita, Pr. Sakramen-Sakramen Gereja: Tinjauan teologis, liturgis, dan pastoral.
PT Kanisius. Jl. Cempaka 9, Deresan, Cturtunggal, Depok, Sleman,
Daerah Istimewah Yogyakarta 55281, Indonesia.
Katekismus Gereja Katolik Bahasa Indonesia, Flores: Nusa Indah, 1995.
Kreeft, Peter. Kekristenan Katolik: Katekismus Lengkap tentang Keyakinan Katolik
Berdasarkan Katekismus Gereja Katolik. Penerbit Kanisius, 2001.
Raharjo Marshella, Waluyanto Heru Dwi. Perancangan Buku Cerita Begambar Katakese 7 Sakramen.
Jurnal:DKV Adiwarna . ISBN:979-21-0779-7. Vol 1 No. 4, hal 12, 2014.