SlideShare a Scribd company logo
B A B 11
T I N J A U A N ATA S F O R M U L A
P E R H I T U N G A N T I N J A U A N ATA S F O R M U L A
P E R H I T U N G A N D A N A A L O K A S I U M U M ( D A U )
O L E H : S O P H I A ( 0 6 1 5 4 0 5 1 2 3 5 4 )
MANAJEMEN KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK
PENDAHULUAN
Dengan pemberlakuan kedua Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, pada hakikatnya disadari bahwa kemampuan keuangan setiap daerah dalam melaksanakan
fungsi otonominya tidak sama satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, diperlukan suatu kebijakan
transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU).
Salah satu tujuan penting pengalokasian DAU ini adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan
penyediaan pelayanan publik diantara pemerintah daerah di Indonesia. Besaran DAU ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.
Perhitungan perolehan DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap)
suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal
capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil
akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar.
•
SEJARAH PERKEMBANGAN TRANSFER KEUANGAN
PUSAT KE DAERAH
Tahun 1945-1956
Subsidi dengan mengadopsi sistem sluit post
PELITA I (Tahun 1969)
Subsidi Daerah Otonom (SDO) dan Bantuan
INPRES
Awal Masa Reformasi (Tahun 1998)
berganti nomenklatur menjadi Dana Rutin Daerah
(DRD) dan Dana Pembangunan Daerah (DPD)
Tahun 2001- sekarang
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK)
ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT
KE DAERAH
Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertikal. Di banyak negara,
pemerintah pusat menguasai sebagian besar sumber-sumber penerimaan (pajak) utama
negara yang bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil
sumber -sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut pajak yang
bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik besaran penerimaan
relatif kurang signifikan.
Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini
disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan
sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung
pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.
Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut. Daerah –
daerah Dengan sumber daya yang sedikit memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar
minimum untuk setiap pelayanan publik
ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT
KE DAERAH
Untuk mengatasi persoalan yang timbul dari menyebar atau melimpahnya efek
pelayanan publik di satu wilayah. Hal ini diatasi dengan cara pemeritah pusat pusat
memberikan samacam insentif agar pelayanan-pelayanan publik dapat terpenuhi di daerah
Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat perekonomian
daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika perekonomian sedang lesu.
KRITERIA DESAIN TRANSFER PUSAT KE DAERAH
a. Otonomi. Ini merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, jadi pemerintahdaerah harus memiliki
indepedensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka.
b. Penerimaan yang memadai. Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk transfer) yang cukup
untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi yang diembannya.
c. Keadilan (equity). Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah ini seyoganya berhubungan positif dengan
kebutuhan fiskal daerah dan sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.
d. Transparan dan stabil. Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses masyarakat, agar setiap
daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan transfer, sehingga memudahkan penyusunan anggaran.
e. Sederhana (simplicity). Alokasi dana kepada Pemda didasarkan pada faktor-faktor obyektif dimana unit-unit
individual tidak memilki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya dan formula harus relatif mudah dipahami.
f. Insentif. Desain transfer harus memberikan semacam intensif bagi daerah dengan manajemen fiskal yang baik,
dan menghindarkan praktik yang inefiseinsi.
TAHAP PENGHITUNGAN DAU
FORMULA PERHITUNGAN DANA ALOKASI UMUM
FORMULA PERHITUNGAN DANA ALOKASI UMUM
VARIABEL DATA DASAR PERHITUNGAN DAU
Komponen variabel
kebutuhan fiskal
(fiscal needs) (KbF)
• Jumlah penduduk
• Luas wilayah
• Indeks kelemahan konstruksi
(IKK)
• PDRB per kapita
• Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
Komponen variabel
kapasitas fiskal
(fiscal capacity) (KpF)
• Pendapatan Asli Daerah
• Dana Bagi Hasil
METODE PENGHITUNGAN DAU
DAU dialokasikan untuk daerah atas dasar celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih
antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity)
dan alokasi dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS Daerah. Berikut ini rumus DAU.
DAU AD CF
Alokasi Dasar (AD). Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok
dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS
yang berlaku.
Celah Fiskal (CF). Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah fiskal suatu
daerah dihitung dengan mengalikan bobot celah fiskal daerah bersangkutan (CF
daerah dibagi dengan total CF nasional) dengan alokasi DAU CF nasional.
RUMUS PENGHITUNGAN
TBR = Bel.Pegawai + Bel. Barang + Bel. Modal
Jumlah Provinsi atau Kab/Kota
PROSES FORMULASI DAU
HASIL AKHIR PENGHITUNGAN DAU
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol),
menerima DAU ditambah alokasi dasar.
a. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol),
menerima DAU sebesar alokasi dasar
b. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar
alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
c. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima
DAU.
BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA
PERHITUNGAN DAU
a. Rumus DAU tersebut disadari belum sepenuhnya mampu mengakomodir pendanaan yang berbasis pada
kebutuhan riil daerah. Idealnya dilakukan dengan Standar Analisa Belanja (SAB) atau standard
spending assesment (SSA), sehingga setiap belanja dapat dihitung sesuai dengan kebutuhan. Cara
termudah adalah menghitung selisih belanja aktual dengan pendapatan aktual namun masalahnya:
• Total celah fiskal yang ada mungkin akan sangat besar sehingga sulit untuk dipenuhi oleh pusat.
• Belanja aktual (realiasi) belum tentu mencerminkan kebutuhan bagi daerah yang bersangkutan, bisa
kebutuhan yang sebenarnya lebih besar atau bahkan lebih kecil
b. Kemungkinan terjadinya disinsentif DAU terhadap PAD, bagi daerah yang PAD nya tinggi, DAU-nya
dikurangi untuk pemerataan penerimaan. Sehingga Pemda harus benar-benar memperhatikan elastisitas
PAD terhadap DAU, apakah usaha menaikan PAD mengakibatkan penurunan DAU yang lebih tinggi
dari kenaikan tersebut.
c. Kemungkinan berkurangnya DAU dinilai tidak adil dan merugikan bagi daerah penghasil migas. Karena
daerah penghasil akan mendapatkan DBH yang merupakan bagian dari kapasitas fiskal
(faktor pengurangan DAU)
BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA
PERHITUNGAN DAU
d. Jumlah penduduk yang relatif sedikit (misalnya Papua dan Kaltim) merupakan
kesenjangan yang cukup besar antar provinsi Jawa dengan non Jawa perlu
diperhatikan. Jumlah DAU dijawa cukup besar, sementara infrastruktur yang memadai
sudah tersedia. Sebaliknya DAU di papua dan kalimantan masih kecil walaupun
penduduknya sedikit tapi mempunyai cakupan wilayah yang luas dengan dukungan
infrastruktur yang masih rendah.
e. Dalam pelaksanaan masih dijumpai persepsi bahwa DAU hanya digunakan untuk
membayar gaji PNSD, sehingga ketika alokasi DAU tidak cukup untuk membiayai
gaji PNSD, maka banyak daerah yang protes. Padahal dalam praktiknya,
formula DAU merupakan fungsi dari Alokasi Dasar (Gaji PNSD) ditambah dengan
Celah Fiskal yang merupakan fungsi dari Kebutuhan Fiskal dikurangi dengan
Kepastian Fiskal.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. DAU sebagai instrumen untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pusat dan Daerah
(verticalfiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance) dan berfungsi
untuk menetralisir ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, DBH Pajak
dan DBH sumber daya alam yang diperoleh daerah (Equalization grant), dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan
sepenuhnya oleh daerah;
2. Kebutuhan fiskal dalam formula DAU yang merupakan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum masih dicerminkan dengan indeks-indeks yang
belum mencerminkan kebutuhan riil daerah, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali;
3. Dari sisi manajemen belanja daerah, DAU utamanya digunakan untuk belanja pegawai
sedangkan untuk belanja produktif seperti belanja modal infrastruktur, program
penanggulangan kemiskinan, penciptan lapangan kerja menjadi berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim.2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik .Edisi
2.Jakarta. Salemba Empat
Kementrian Keuangan RI - DJPK.2014. Dana Alokasi Umum
2016
_____. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
_____. Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan
Daerah

More Related Content

What's hot

Hubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintahHubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintah
Dahlan Tampubolon
 
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDAAkuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
Mahyuni Bjm
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
Sujatmiko Wibowo
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
Danny Akbar
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
Sujatmiko Wibowo
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
boenkredho
 
Penatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan Keuangan DesaPenatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan Keuangan Desa
Sujatmiko Wibowo
 
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
BappedaLampungUtara
 
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
WardatulJamilah1
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Mahyuni Bjm
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Dr. Zar Rdj
 
APBD, pengertian
APBD, pengertianAPBD, pengertian
APBD, pengertian
Ermianus Samaley
 
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 20182018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
Ahmad Abdul Haq
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Dadang Solihin
 
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
Deddy Supriady Bratakusumah
 
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah berdasarkan Perpres 81/2010
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah  berdasarkan Perpres 81/2010Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah  berdasarkan Perpres 81/2010
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah berdasarkan Perpres 81/2010
Dadang Solihin
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Mahyuni Bjm
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
Rian Saifulloh
 
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure FrameworkKerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Dadang Solihin
 
Laporan realisasi anggaran
Laporan realisasi anggaranLaporan realisasi anggaran
Laporan realisasi anggaran
Ulan Safitri
 

What's hot (20)

Hubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintahHubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintah
 
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDAAkuntansi Dana cadangan PEMDA
Akuntansi Dana cadangan PEMDA
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
 
Penganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusatPenganggaran pemerintah pusat
Penganggaran pemerintah pusat
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
Sistem Informasi Pemerintahan Daerah Kemendagri (SIPD)
 
Penatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan Keuangan DesaPenatausahaan Keuangan Desa
Penatausahaan Keuangan Desa
 
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
Kebijakan dana-alokasi-umum-2021
 
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
22 Materi Sosialisasi Uji Kompetensi JF PK dan APK APBN (PER-4).pptx
 
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual PenuhAkuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
Akuntansi aset-tetap PEMDA - Akrual Penuh
 
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaRedesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembaga
 
APBD, pengertian
APBD, pengertianAPBD, pengertian
APBD, pengertian
 
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 20182018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
2018-05-18 Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Triwulan I TA 2018
 
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan ProsesPerencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
Perencanaan Pembangunan Daerah: Konsep, Strategi, Tahapan, dan Proses
 
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
Akuntabilitas Keuangan Daerah. (Local Finance Accountability)
 
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah berdasarkan Perpres 81/2010
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah  berdasarkan Perpres 81/2010Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah  berdasarkan Perpres 81/2010
Gambaran Umum Reformasi Birokrasi Pemerintah berdasarkan Perpres 81/2010
 
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDAAkuntansi Beban dan-belanja PEMDA
Akuntansi Beban dan-belanja PEMDA
 
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
13 masalah pengelolaan keuangan negara dan daeraha
 
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure FrameworkKerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah MTEF: Medium Term Expenditure Framework
 
Laporan realisasi anggaran
Laporan realisasi anggaranLaporan realisasi anggaran
Laporan realisasi anggaran
 

Viewers also liked

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
Pratiwi Gitomartoyo
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Joy Irman
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publik
EnvaPya
 
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
Tatang Taufik
 
Formula add
Formula addFormula add
Formula add
Ridwan Faridz
 
310 314-2-pb
310 314-2-pb310 314-2-pb
310 314-2-pb
mursal alhakim
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
HIA Class.
 
APBN 2015
APBN 2015APBN 2015
APBN 2015
Reyhan Hanif
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAMas CR
 
Showhomes special half_day_makeover
Showhomes special half_day_makeoverShowhomes special half_day_makeover
Showhomes special half_day_makeoverPresentation Sells
 
seriale ostateczna wersja
seriale ostateczna wersjaseriale ostateczna wersja
seriale ostateczna wersjaAnka Zabłotna
 
Presentation dr herman
Presentation dr hermanPresentation dr herman
Presentation dr hermanDea Noviana
 
Redaccion de textos
Redaccion de textosRedaccion de textos
Redaccion de textos
Katerine Sanchez
 
Pnum final
Pnum finalPnum final
Pnum final
Liron Sabag
 
Three Trigger-Ready Flows You Can Build Today
Three Trigger-Ready Flows You Can Build TodayThree Trigger-Ready Flows You Can Build Today
Three Trigger-Ready Flows You Can Build Today
Patrick Sheil
 
Science powerpoint
Science powerpointScience powerpoint
Science powerpointalmonds6
 
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOBCONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
EnvaPya
 

Viewers also liked (20)

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...
 
Presentasi dak
Presentasi dakPresentasi dak
Presentasi dak
 
Budgeting
BudgetingBudgeting
Budgeting
 
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) SanitasiPetunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi
 
Kebijakan publik
Kebijakan publikKebijakan publik
Kebijakan publik
 
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
Tutorial DRD di Surakarta 26 Juni 2008
 
Formula add
Formula addFormula add
Formula add
 
310 314-2-pb
310 314-2-pb310 314-2-pb
310 314-2-pb
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
 
APBN 2015
APBN 2015APBN 2015
APBN 2015
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 
Showhomes special half_day_makeover
Showhomes special half_day_makeoverShowhomes special half_day_makeover
Showhomes special half_day_makeover
 
seriale ostateczna wersja
seriale ostateczna wersjaseriale ostateczna wersja
seriale ostateczna wersja
 
Presentation dr herman
Presentation dr hermanPresentation dr herman
Presentation dr herman
 
Redaccion de textos
Redaccion de textosRedaccion de textos
Redaccion de textos
 
Pnum final
Pnum finalPnum final
Pnum final
 
Three Trigger-Ready Flows You Can Build Today
Three Trigger-Ready Flows You Can Build TodayThree Trigger-Ready Flows You Can Build Today
Three Trigger-Ready Flows You Can Build Today
 
Seriale
SerialeSeriale
Seriale
 
Science powerpoint
Science powerpointScience powerpoint
Science powerpoint
 
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOBCONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
CONVINCING THEM YOU’RE RIGHT FOR THE JOB
 

Similar to Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt

Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014Mulyadi Yusuf
 
(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal mergerBeta Uliansyah
 
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerah
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerahFgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerah
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerahArie Maulana
 
Investasi 03
Investasi 03Investasi 03
Investasi 03
suningterusberkarya
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdfBahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
imanfirmansyah69
 
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptxPAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
KurniaIlahiLubis2
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
Sumardi Arahbani
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptxBahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
SasonoSatryo2
 
Lesson learned from detroit bankcruptcy
Lesson learned from detroit bankcruptcyLesson learned from detroit bankcruptcy
Lesson learned from detroit bankcruptcyBeta Uliansyah
 
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdfBahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
GreJr
 
Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333
sigitwibowo32
 
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesaPerlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
riyanto apri
 
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptxASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
satpolkota
 
Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021
Purwakhidin Purwakhidin
 
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Panembahan Senopati Sudarmanto
 
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
Tri Widodo W. UTOMO
 
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahKajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahHerry Prananto
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjCahyo Wiryanto
 

Similar to Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt (20)

Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
Desentralisasi fiskla arah kebijakan 2014
 
(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger
 
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerah
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerahFgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerah
Fgd bank indonesia keb fiskal dalam kerangka otonomi daerah
 
Investasi 03
Investasi 03Investasi 03
Investasi 03
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdfBahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pdf
 
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab V)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab V)Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab V)
Nota Keuangan dan RAPBN 2011 (Bab V)
 
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptxPAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
PAPARAN SDS TEMETIK 83.pptx
 
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdfUU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
UU-HKPD-Bahan-Sosialisasi-UU-No-1-tahun-2022-HKPD.pdf
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptxBahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
 
Lesson learned from detroit bankcruptcy
Lesson learned from detroit bankcruptcyLesson learned from detroit bankcruptcy
Lesson learned from detroit bankcruptcy
 
Bhn
BhnBhn
Bhn
 
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdfBahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
Bahan Materi Sosialisasi UU HKPD Updated.pdf
 
Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333Modul 8 adpu4333
Modul 8 adpu4333
 
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesaPerlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
Perlakuan akuntansi sektor publik desa di indonesa
 
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptxASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
ASP-Pertemuan-13-Analisis-LK-02122019.pptx
 
Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021Kebijakan dana alokasi umum 2021
Kebijakan dana alokasi umum 2021
 
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017Sambutan Kemenkeu  pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
Sambutan Kemenkeu pada Musrenbag Prov Jambi Tahun 2017
 
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
Strategi Percepatan Implementasi SPM Untuk Mendukung Peningkatan Kualitas Pel...
 
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerahKajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
Kajian sinkronisasi pungutan pusat dan daerah
 
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amjBab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
Bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah amj
 

More from EnvaPya

Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
EnvaPya
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
EnvaPya
 
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_okPmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
EnvaPya
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
EnvaPya
 
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-finalPsap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
EnvaPya
 
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
EnvaPya
 
Laporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshootingLaporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshooting
EnvaPya
 
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomifungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
EnvaPya
 
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
EnvaPya
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
EnvaPya
 
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASIRELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
EnvaPya
 
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnisRencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
EnvaPya
 
Karangan argumentasi
Karangan argumentasiKarangan argumentasi
Karangan argumentasi
EnvaPya
 
Laporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum AlgoritmaLaporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum Algoritma
EnvaPya
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif
EnvaPya
 
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi PemerintahRingkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
EnvaPya
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3
EnvaPya
 
Sistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikanSistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikan
EnvaPya
 
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
EnvaPya
 
Pengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negaraPengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negara
EnvaPya
 

More from EnvaPya (20)

Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
Contoh SOAL Akuntansi Sektor Publik 1
 
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
Matriks perbedaan-perpres-54-tahun-2010-dan-perpres-70-tahun-20123
 
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_okPmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
Pmk 50 pmk06 2014_penghapusan_ok
 
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016Tugas asp 2 analisis apbn 2016
Tugas asp 2 analisis apbn 2016
 
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-finalPsap 13-plk-blu-ver-ksap-final
Psap 13-plk-blu-ver-ksap-final
 
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
Perbedaan SAP dan SAP negara lain internasional
 
Laporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshootingLaporan jarkom network troubleshooting
Laporan jarkom network troubleshooting
 
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomifungsi konsumsi - matematika ekonomi
fungsi konsumsi - matematika ekonomi
 
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
impementasi nts, nslookup, netstat,ipconfig,dns
 
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGANILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR MANUSIA DAN LINGKUNGAN
 
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASIRELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
RELEVANSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA DI ERA GLOBALISASI
 
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnisRencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
Rencana bisnis futsal- Manajemen bisnis
 
Karangan argumentasi
Karangan argumentasiKarangan argumentasi
Karangan argumentasi
 
Laporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum AlgoritmaLaporan Praktikum Algoritma
Laporan Praktikum Algoritma
 
Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif Laporan praktikum statistik deskriptif
Laporan praktikum statistik deskriptif
 
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi PemerintahRingkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
Ringkasan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah
 
manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3manajemen sumber daya manusia K3
manajemen sumber daya manusia K3
 
Sistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikanSistem informasi manajemen pendidikan
Sistem informasi manajemen pendidikan
 
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
Ppbj modul02materi02ver-140414210001-phpapp01
 
Pengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negaraPengawasan keuangan negara
Pengawasan keuangan negara
 

Recently uploaded

460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
JefryColter
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
mariapasaribu13
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
fadilahsaleh427
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
LidyaManuelia1
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Anisa Rizki Rahmawati
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
MarkusPiyusmanZebua
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
bidakara2016
 
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
IndahMeilani2
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.pptCost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
meincha1152
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
adjhe17ks1
 
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptxPPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
f4hmizakaria123
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
anthoniusaldolemauk
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
AchmadHasanHafidzi
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
hoiriyono
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
AhmadVikriKhoirulAna
 

Recently uploaded (18)

460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
 
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
PPT PAJAK DAERAH PERPAJAKAN MANAJEMEN S1
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.pptCost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
Cost Benefit Analysisss perhitunngan.ppt
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
 
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptxPPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
PPT Reksadana (Reksadana ekonomi syariah).pptx
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
 
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplinEKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
EKONOMI INDUSTRI ilmu tentang industri dan disiplin
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
 

Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt

  • 1. B A B 11 T I N J A U A N ATA S F O R M U L A P E R H I T U N G A N T I N J A U A N ATA S F O R M U L A P E R H I T U N G A N D A N A A L O K A S I U M U M ( D A U ) O L E H : S O P H I A ( 0 6 1 5 4 0 5 1 2 3 5 4 ) MANAJEMEN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
  • 2. PENDAHULUAN Dengan pemberlakuan kedua Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, pada hakikatnya disadari bahwa kemampuan keuangan setiap daerah dalam melaksanakan fungsi otonominya tidak sama satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, diperlukan suatu kebijakan transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU). Salah satu tujuan penting pengalokasian DAU ini adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan penyediaan pelayanan publik diantara pemerintah daerah di Indonesia. Besaran DAU ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN. Perhitungan perolehan DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. •
  • 3. SEJARAH PERKEMBANGAN TRANSFER KEUANGAN PUSAT KE DAERAH Tahun 1945-1956 Subsidi dengan mengadopsi sistem sluit post PELITA I (Tahun 1969) Subsidi Daerah Otonom (SDO) dan Bantuan INPRES Awal Masa Reformasi (Tahun 1998) berganti nomenklatur menjadi Dana Rutin Daerah (DRD) dan Dana Pembangunan Daerah (DPD) Tahun 2001- sekarang Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK)
  • 4. ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT KE DAERAH Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertikal. Di banyak negara, pemerintah pusat menguasai sebagian besar sumber-sumber penerimaan (pajak) utama negara yang bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil sumber -sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut pajak yang bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik besaran penerimaan relatif kurang signifikan. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut. Daerah – daerah Dengan sumber daya yang sedikit memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar minimum untuk setiap pelayanan publik
  • 5. ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT KE DAERAH Untuk mengatasi persoalan yang timbul dari menyebar atau melimpahnya efek pelayanan publik di satu wilayah. Hal ini diatasi dengan cara pemeritah pusat pusat memberikan samacam insentif agar pelayanan-pelayanan publik dapat terpenuhi di daerah Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat perekonomian daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika perekonomian sedang lesu.
  • 6. KRITERIA DESAIN TRANSFER PUSAT KE DAERAH a. Otonomi. Ini merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, jadi pemerintahdaerah harus memiliki indepedensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka. b. Penerimaan yang memadai. Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk transfer) yang cukup untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi yang diembannya. c. Keadilan (equity). Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah ini seyoganya berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal daerah dan sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan. d. Transparan dan stabil. Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses masyarakat, agar setiap daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan transfer, sehingga memudahkan penyusunan anggaran. e. Sederhana (simplicity). Alokasi dana kepada Pemda didasarkan pada faktor-faktor obyektif dimana unit-unit individual tidak memilki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya dan formula harus relatif mudah dipahami. f. Insentif. Desain transfer harus memberikan semacam intensif bagi daerah dengan manajemen fiskal yang baik, dan menghindarkan praktik yang inefiseinsi.
  • 10. VARIABEL DATA DASAR PERHITUNGAN DAU Komponen variabel kebutuhan fiskal (fiscal needs) (KbF) • Jumlah penduduk • Luas wilayah • Indeks kelemahan konstruksi (IKK) • PDRB per kapita • Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Komponen variabel kapasitas fiskal (fiscal capacity) (KpF) • Pendapatan Asli Daerah • Dana Bagi Hasil
  • 11. METODE PENGHITUNGAN DAU DAU dialokasikan untuk daerah atas dasar celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity) dan alokasi dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS Daerah. Berikut ini rumus DAU. DAU AD CF Alokasi Dasar (AD). Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku. Celah Fiskal (CF). Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah fiskal suatu daerah dihitung dengan mengalikan bobot celah fiskal daerah bersangkutan (CF daerah dibagi dengan total CF nasional) dengan alokasi DAU CF nasional.
  • 12. RUMUS PENGHITUNGAN TBR = Bel.Pegawai + Bel. Barang + Bel. Modal Jumlah Provinsi atau Kab/Kota
  • 14. HASIL AKHIR PENGHITUNGAN DAU Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol), menerima DAU ditambah alokasi dasar. a. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol), menerima DAU sebesar alokasi dasar b. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal. c. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima DAU.
  • 15. BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA PERHITUNGAN DAU a. Rumus DAU tersebut disadari belum sepenuhnya mampu mengakomodir pendanaan yang berbasis pada kebutuhan riil daerah. Idealnya dilakukan dengan Standar Analisa Belanja (SAB) atau standard spending assesment (SSA), sehingga setiap belanja dapat dihitung sesuai dengan kebutuhan. Cara termudah adalah menghitung selisih belanja aktual dengan pendapatan aktual namun masalahnya: • Total celah fiskal yang ada mungkin akan sangat besar sehingga sulit untuk dipenuhi oleh pusat. • Belanja aktual (realiasi) belum tentu mencerminkan kebutuhan bagi daerah yang bersangkutan, bisa kebutuhan yang sebenarnya lebih besar atau bahkan lebih kecil b. Kemungkinan terjadinya disinsentif DAU terhadap PAD, bagi daerah yang PAD nya tinggi, DAU-nya dikurangi untuk pemerataan penerimaan. Sehingga Pemda harus benar-benar memperhatikan elastisitas PAD terhadap DAU, apakah usaha menaikan PAD mengakibatkan penurunan DAU yang lebih tinggi dari kenaikan tersebut. c. Kemungkinan berkurangnya DAU dinilai tidak adil dan merugikan bagi daerah penghasil migas. Karena daerah penghasil akan mendapatkan DBH yang merupakan bagian dari kapasitas fiskal (faktor pengurangan DAU)
  • 16. BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA PERHITUNGAN DAU d. Jumlah penduduk yang relatif sedikit (misalnya Papua dan Kaltim) merupakan kesenjangan yang cukup besar antar provinsi Jawa dengan non Jawa perlu diperhatikan. Jumlah DAU dijawa cukup besar, sementara infrastruktur yang memadai sudah tersedia. Sebaliknya DAU di papua dan kalimantan masih kecil walaupun penduduknya sedikit tapi mempunyai cakupan wilayah yang luas dengan dukungan infrastruktur yang masih rendah. e. Dalam pelaksanaan masih dijumpai persepsi bahwa DAU hanya digunakan untuk membayar gaji PNSD, sehingga ketika alokasi DAU tidak cukup untuk membiayai gaji PNSD, maka banyak daerah yang protes. Padahal dalam praktiknya, formula DAU merupakan fungsi dari Alokasi Dasar (Gaji PNSD) ditambah dengan Celah Fiskal yang merupakan fungsi dari Kebutuhan Fiskal dikurangi dengan Kepastian Fiskal.
  • 17. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. DAU sebagai instrumen untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pusat dan Daerah (verticalfiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance) dan berfungsi untuk menetralisir ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, DBH Pajak dan DBH sumber daya alam yang diperoleh daerah (Equalization grant), dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh daerah; 2. Kebutuhan fiskal dalam formula DAU yang merupakan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum masih dicerminkan dengan indeks-indeks yang belum mencerminkan kebutuhan riil daerah, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali; 3. Dari sisi manajemen belanja daerah, DAU utamanya digunakan untuk belanja pegawai sedangkan untuk belanja produktif seperti belanja modal infrastruktur, program penanggulangan kemiskinan, penciptan lapangan kerja menjadi berkurang.
  • 18. DAFTAR PUSTAKA Abdul Halim.2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik .Edisi 2.Jakarta. Salemba Empat Kementrian Keuangan RI - DJPK.2014. Dana Alokasi Umum 2016 _____. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah _____. Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah