1. DAU merupakan instrumen untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pusat dan daerah serta antar daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan melalui formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan kapasitas fiskal masing-masing daerah;
2. Formula DAU masih perlu penyempurnaan agar lebih mencerminkan kebutuhan riil daerah;
3. DAU utamanya digunakan untuk belanja pegawai daripada
PEMBAGIAN FUNGSI PUSAT-DAERAH, SUMBER KEUANGAN, HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR PEMERINTAHAN DI INDONESIA, Kebijakan Transfer ke Daerah , Kriteria Desain Transfer Pusat ke Daerah, KEWENANGAN FISKAL, KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU KE DALAM SBN, Penundaan penyaluran DAU
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...Pratiwi Gitomartoyo
Dasar-dasar empiris kritik terhadap PMK Nomor 125/PMK.07/2016 Tentang Penundaan Penyaluran Sebagian DAU Tahun 2016 dan restrospeksi hubungan keuangan pusat dan daerah.
PEMBAGIAN FUNGSI PUSAT-DAERAH, SUMBER KEUANGAN, HUBUNGAN KEUANGAN ANTAR PEMERINTAHAN DI INDONESIA, Kebijakan Transfer ke Daerah , Kriteria Desain Transfer Pusat ke Daerah, KEWENANGAN FISKAL, KEBIJAKAN KONVERSI DBH DAN/ATAU DAU KE DALAM SBN, Penundaan penyaluran DAU
Redesain sistem perencanaan dan penganggaran kementerian dan lembagaDr. Zar Rdj
TUJUAN
1. Implementasi kebijakan money follow program;
2. Memperkuat penerapan anggaran berbasis kinerja;
3. Meningkatkan konvergensi program dan kegiatan antar Kementerian/Lembaga
4. Keselarasan rumusan program dan kegiatan antara dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran;
5. Informasi kinerja yang mudah dipahami oleh publik;
6. Mendorong K/L menerapkan value for money dalam proses perencanaan dan penganggaran serta pelaksanaannya;
7. Sinkronisasi Rumusan Program Belanja K/L dengan Belanja Daerah.
8. Menyelaraskan Visi Misi Presiden, Fokus Pembangunan (arahan Presiden), serta 7 Agenda
9. Pembangunan, Tusi K/L dan Daerah;
10. Rumusan nomenklatur Program, Kegiatan, Keluaran (Output) yang mencerminkan “real work” (konkret)
MANFAAT
1. Adanya hubungan yang jelas antara program, kegiatan, output dan outcome.
2. Meningkatkan Sinergi antar Unit Kerja Eselon I atau antar K/L dalam mencapai sasaran pembangunan.
3. Meningkatkan efisiensi belanja
4. Integrasi Sistem IT perencanaan dan penganggaran.
5. Efisieni organisasi
KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SETELAH DITETAPKANNYA PMK 125/PMK.07/20...Pratiwi Gitomartoyo
Dasar-dasar empiris kritik terhadap PMK Nomor 125/PMK.07/2016 Tentang Penundaan Penyaluran Sebagian DAU Tahun 2016 dan restrospeksi hubungan keuangan pusat dan daerah.
Kekuasaan adalah hal yang biasanya dimiliki pemerintah di setiap negara, di Indonesia terdiri dari beberapa pulau, maka perlu adanya perimbangan kekuasaan tiap daerah. See and learn guys!
Three Trigger-Ready Flows You Can Build TodayPatrick Sheil
A presentation by Patrick Sheil (Consultant, Appirio) & Grant Pearce (Director of Sales Technology, Choice Hotels) at Dreamforce 2014 outlining three Salesforce Flow Triggers that can be easily repurposed to be useful for any business.
Dalam rangka mengalokasikan sumber daya nasional secara lebih
efisien, Pemerintah memberikan kewenangan kepada Daerah untuk
memungut Pajak dan Retribusi dengan penguatan melalui
restrukturisasi jenis Pajak, pemberian sumber-sumber perpajakan
Daerah yang baru, penyederhanaan jenis Retribusi, dan harmonisasi
dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Restrukturisasi Pajak dilakukan melalui reklasifikasi 5 (lima) jenis
Pajak yang berbasis konsumsi menjadi satu jenis Pajak, yaitu PBJT.
Hal ini memiliki tujuan untuk (i) menyelaraskan Objek Pajak antara
pajak pusat dan pajak daerah sehingga menghindari adanya duplikasi
pemungutan pajak; (ii) menyederhanakan administrasi perpajakan
sehingga manfaat yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan
biaya pemungutan; (iii) memudahkan pemantauan pemungutan Pajak
terintegrasi oleh Daerah; dan (iv) mempermudah masyarakat dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya, sekaligus mendukung
kemudahan berusaha dengan adanya simplifikasi administrasi
perpajakan. Selain integrasi pajak-pajak Daerah berbasis konsumsi,
PBJT mengatur perluasan Objek Pajak seperti atas parkir uale| objek
rekreasi, dan persewaan sarana dan prasarana olahraga (objek
olahraga permainan).
Pemerintah juga memberikan kewenangan pemungutan Opsen
Pajak antara level pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota, yaitu
PKB, BBNKB, dan Pajak MBLB. Opsen atas PKB dan BBNKB sejatinya
merupakan pengalihan dari bagi hasil pajak provinsi. Hal tersebut
dapat meningkatkan kemandirian Daerah tanpa menambah beban
Wajib Pajak, karena penerimaan perpajakan akan dicatat sebagai PAD,
serta memberikan kepastian atas penerimaan Pajak dan memberikan
keleluasan belanja atas penerimaan tersebut pada tiap-tiap level
pemerintahan dibandingkan dengan skema bagr hasil. Sementara itu,
penambahan Opsen Pajak MBLB untuk provinsi sebagai sumber
penerimaan baru diharapkan dapat memperkuat fungsi penerbitan izin
dan pengawasan kegiatan pertambangan di Daerah. Hal ini akan
mendukung pengelolaan Keuangan Daerah yang lebih berkualitas
karena perencanaan, penganggaran, dan realisasi APBD akan lebih
baik. Opsen Pajak juga mendorong peran Daerah untuk melakukan
ekstensifikasi perpajakan Daerah baik itu bagi pemerintah provinsi
maupun pemerintah kabupaten/kota. Penyelarasan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja dilakukan melalui pemberian kewenangan kepada
Pemerintah untuk meninjau kembali tarif Pajak Daerah dalam rangka
pemberian insentif fiskal untuk mendorong perkembangan investasi di
Daerah. Pemerintah dapat menyesuaikan tarif Pajak dan Retribusi
dengan penetapan tarif yang berlaku secara nasional, serta melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap Perda mengenai Pajak dan
Retribusi yang menghambat ekosistem investasi dan kemudahan
dalam berusaha.
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengurangi ketimpangan
fiskal dan kesenjangan pelayanan antar-Daerah, pengelolaan TKD
akan mengedepankan kinerja sehingga dapat memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pemerinta
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
1. B A B 11
T I N J A U A N ATA S F O R M U L A
P E R H I T U N G A N T I N J A U A N ATA S F O R M U L A
P E R H I T U N G A N D A N A A L O K A S I U M U M ( D A U )
O L E H : S O P H I A ( 0 6 1 5 4 0 5 1 2 3 5 4 )
MANAJEMEN KEUANGAN
SEKTOR PUBLIK
2. PENDAHULUAN
Dengan pemberlakuan kedua Undang-undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
Undang-undang No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, pada hakikatnya disadari bahwa kemampuan keuangan setiap daerah dalam melaksanakan
fungsi otonominya tidak sama satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya, diperlukan suatu kebijakan
transfer dari pemerintah pusat dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU).
Salah satu tujuan penting pengalokasian DAU ini adalah dalam kerangka pemerataan kemampuan
penyediaan pelayanan publik diantara pemerintah daerah di Indonesia. Besaran DAU ditetapkan
sekurang-kurangnya sebesar 26% dari pendapatan dalam negeri netto yang ditetapkan dalam APBN.
Perhitungan perolehan DAU suatu daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap)
suatu daerah, yang merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal
capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar tetapi kebutuhan fiskalnya kecil
akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil. Sebaliknya, daerah yang potensi fiskalnya kecil akan
memperoleh alokasi DAU relatif besar.
•
3. SEJARAH PERKEMBANGAN TRANSFER KEUANGAN
PUSAT KE DAERAH
Tahun 1945-1956
Subsidi dengan mengadopsi sistem sluit post
PELITA I (Tahun 1969)
Subsidi Daerah Otonom (SDO) dan Bantuan
INPRES
Awal Masa Reformasi (Tahun 1998)
berganti nomenklatur menjadi Dana Rutin Daerah
(DRD) dan Dana Pembangunan Daerah (DPD)
Tahun 2001- sekarang
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK)
4. ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT
KE DAERAH
Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertikal. Di banyak negara,
pemerintah pusat menguasai sebagian besar sumber-sumber penerimaan (pajak) utama
negara yang bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil
sumber -sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut pajak yang
bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik besaran penerimaan
relatif kurang signifikan.
Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini
disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan
sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung
pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.
Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut. Daerah –
daerah Dengan sumber daya yang sedikit memerlukan subsidi agar dapat mencapai standar
minimum untuk setiap pelayanan publik
5. ALASAN PERLUNYA TRANSFER KEUANGAN PUSAT
KE DAERAH
Untuk mengatasi persoalan yang timbul dari menyebar atau melimpahnya efek
pelayanan publik di satu wilayah. Hal ini diatasi dengan cara pemeritah pusat pusat
memberikan samacam insentif agar pelayanan-pelayanan publik dapat terpenuhi di daerah
Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di saat perekonomian
daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika perekonomian sedang lesu.
6. KRITERIA DESAIN TRANSFER PUSAT KE DAERAH
a. Otonomi. Ini merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, jadi pemerintahdaerah harus memiliki
indepedensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka.
b. Penerimaan yang memadai. Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk transfer) yang cukup
untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi yang diembannya.
c. Keadilan (equity). Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah ini seyoganya berhubungan positif dengan
kebutuhan fiskal daerah dan sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.
d. Transparan dan stabil. Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses masyarakat, agar setiap
daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan transfer, sehingga memudahkan penyusunan anggaran.
e. Sederhana (simplicity). Alokasi dana kepada Pemda didasarkan pada faktor-faktor obyektif dimana unit-unit
individual tidak memilki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya dan formula harus relatif mudah dipahami.
f. Insentif. Desain transfer harus memberikan semacam intensif bagi daerah dengan manajemen fiskal yang baik,
dan menghindarkan praktik yang inefiseinsi.
10. VARIABEL DATA DASAR PERHITUNGAN DAU
Komponen variabel
kebutuhan fiskal
(fiscal needs) (KbF)
• Jumlah penduduk
• Luas wilayah
• Indeks kelemahan konstruksi
(IKK)
• PDRB per kapita
• Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
Komponen variabel
kapasitas fiskal
(fiscal capacity) (KpF)
• Pendapatan Asli Daerah
• Dana Bagi Hasil
11. METODE PENGHITUNGAN DAU
DAU dialokasikan untuk daerah atas dasar celah fiskal (fiscal gap) yaitu selisih
antara kebutuhan fiskal (fiscal needs) dengan kapasitas fiskal (fiscal capacity)
dan alokasi dasar (AD) berupa jumlah gaji PNS Daerah. Berikut ini rumus DAU.
DAU AD CF
Alokasi Dasar (AD). Besaran Alokasi Dasar dihitung berdasarkan realisasi gaji
Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok
dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS
yang berlaku.
Celah Fiskal (CF). Untuk mendapatkan alokasi berdasar celah fiskal suatu
daerah dihitung dengan mengalikan bobot celah fiskal daerah bersangkutan (CF
daerah dibagi dengan total CF nasional) dengan alokasi DAU CF nasional.
14. HASIL AKHIR PENGHITUNGAN DAU
Daerah yang memiliki nilai celah fiskal lebih besar dari 0 (nol),
menerima DAU ditambah alokasi dasar.
a. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal sama dengan 0 (nol),
menerima DAU sebesar alokasi dasar
b. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut lebih kecil dari alokasi dasar, menerima DAU sebesar
alokasi dasar setelah diperhitungkan nilai celah fiskal.
c. Daerah yang memiliki nilai celah fiskal negatif dan nilai negatif
tersebut sama atau lebih besar dari alokasi dasar, tidak menerima
DAU.
15. BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA
PERHITUNGAN DAU
a. Rumus DAU tersebut disadari belum sepenuhnya mampu mengakomodir pendanaan yang berbasis pada
kebutuhan riil daerah. Idealnya dilakukan dengan Standar Analisa Belanja (SAB) atau standard
spending assesment (SSA), sehingga setiap belanja dapat dihitung sesuai dengan kebutuhan. Cara
termudah adalah menghitung selisih belanja aktual dengan pendapatan aktual namun masalahnya:
• Total celah fiskal yang ada mungkin akan sangat besar sehingga sulit untuk dipenuhi oleh pusat.
• Belanja aktual (realiasi) belum tentu mencerminkan kebutuhan bagi daerah yang bersangkutan, bisa
kebutuhan yang sebenarnya lebih besar atau bahkan lebih kecil
b. Kemungkinan terjadinya disinsentif DAU terhadap PAD, bagi daerah yang PAD nya tinggi, DAU-nya
dikurangi untuk pemerataan penerimaan. Sehingga Pemda harus benar-benar memperhatikan elastisitas
PAD terhadap DAU, apakah usaha menaikan PAD mengakibatkan penurunan DAU yang lebih tinggi
dari kenaikan tersebut.
c. Kemungkinan berkurangnya DAU dinilai tidak adil dan merugikan bagi daerah penghasil migas. Karena
daerah penghasil akan mendapatkan DBH yang merupakan bagian dari kapasitas fiskal
(faktor pengurangan DAU)
16. BEBERAPA MASALAH DENGAN FORMULA
PERHITUNGAN DAU
d. Jumlah penduduk yang relatif sedikit (misalnya Papua dan Kaltim) merupakan
kesenjangan yang cukup besar antar provinsi Jawa dengan non Jawa perlu
diperhatikan. Jumlah DAU dijawa cukup besar, sementara infrastruktur yang memadai
sudah tersedia. Sebaliknya DAU di papua dan kalimantan masih kecil walaupun
penduduknya sedikit tapi mempunyai cakupan wilayah yang luas dengan dukungan
infrastruktur yang masih rendah.
e. Dalam pelaksanaan masih dijumpai persepsi bahwa DAU hanya digunakan untuk
membayar gaji PNSD, sehingga ketika alokasi DAU tidak cukup untuk membiayai
gaji PNSD, maka banyak daerah yang protes. Padahal dalam praktiknya,
formula DAU merupakan fungsi dari Alokasi Dasar (Gaji PNSD) ditambah dengan
Celah Fiskal yang merupakan fungsi dari Kebutuhan Fiskal dikurangi dengan
Kepastian Fiskal.
17. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. DAU sebagai instrumen untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pusat dan Daerah
(verticalfiscal imbalance), dan antar daerah (horizontal fiscal imbalance) dan berfungsi
untuk menetralisir ketimpangan kemampuan keuangan dengan adanya PAD, DBH Pajak
dan DBH sumber daya alam yang diperoleh daerah (Equalization grant), dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah dimana penggunaannya ditetapkan
sepenuhnya oleh daerah;
2. Kebutuhan fiskal dalam formula DAU yang merupakan pendanaan daerah untuk
melaksanakan fungsi layanan dasar umum masih dicerminkan dengan indeks-indeks yang
belum mencerminkan kebutuhan riil daerah, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali;
3. Dari sisi manajemen belanja daerah, DAU utamanya digunakan untuk belanja pegawai
sedangkan untuk belanja produktif seperti belanja modal infrastruktur, program
penanggulangan kemiskinan, penciptan lapangan kerja menjadi berkurang.
18. DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim.2014. Manajemen Keuangan Sektor Publik .Edisi
2.Jakarta. Salemba Empat
Kementrian Keuangan RI - DJPK.2014. Dana Alokasi Umum
2016
_____. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
_____. Undang-Undang Nomor 23/2014 tentang Pemerintahan
Daerah