SlideShare a Scribd company logo
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page1 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA 
Oleh : 
Selamet 
NIM P2CA 13006 
PENDAHULUAN 
Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara seksama bukanlah 
sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu yang 
relatif pendek namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni , 
1. Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur 
pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka menbiayai pelaksanaan kegiatan 
pemerintahan berupa pembangunan. 
2. Mencapai pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan nasional. 
3. mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas pembangunan 
secara umum. 
Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara sederhana biasa pula kita 
ibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang 
memiliki 2(dua) sisi, yakni: 
a. sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian. 
b. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan padaketidakpastian antara kedua sisi 
tersebut, misalnya: 
- sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada 
ada/tidaknya perubahan upah/gaji. 
- Demikianpula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga banyak dipengaruhi 
perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi. 
Jadi, anggaran pendapatandan belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah 
satu structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan Negara 
baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya perkembangan 
suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan. 
Jangankan sebuah Negara, sebagaimana yang kita singgung diatas sebuah rumah tangga 
saja harus dianggarkan berapa pengeluaran dan berapa pula pemasukannya.
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page2 
Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala disuatu Negara pengeluaran lebih sedikit dari 
pendapatannya tapi akan jadi masalah yang cukup besar apabila pengeluaran jauh lebih 
banyak daripada pendapatannya. 
PERUMUSAN MASALAH 
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam 
makalah ini adalah: 
1. Definisi Keuangan Negara dan Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara ? 
2. Bagaimana struktur APBN saat ini ? 
3. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara 
4. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD ? 
5. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah 
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, 
Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat ? 
MANFAAT PENULISAN 
Selain sebagai tugas, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu 
pengetahuan kita terutama tentang maksud dan tujuan dari APBN tersebut. 
PEMBAHASAN 
Pemerintahan suatu negara memerlukan pedoman dalam mengelola keuangannya. Dalam 
rangka mencapai sasaran seperti yang diharapkan diperlukan peraturan mengenai 
penerimaan dan pengeluaran uang negara. Oleh karena itu setiap awal periode disusun 
APBN yang digunakan sebagai pedoman dalam mengatur keuangan negara. 
Definisi APBN dan Keuangan Negara 
Pengertian APBN 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana keuangan 
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 
APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan 
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, 
Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang- 
Undang.
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page3 
Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara penyusunan 
APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945 
disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagai wujud dari 
pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan 
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran 
rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran 
pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan 
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 
disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah 
menjalankan APBN tahun lalu. 
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut 
dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya 
tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, 
Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. 
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan 
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun 
anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan 
APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa 
Keuangan. 
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara 
agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan 
kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, 
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya 
masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 
1945. 
Kebijakan ekonomi makro Indonesia pada dasarnya merupakan kesinambungan dari tahun-tahun 
sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa konsistensi kebijakan sangat diperlukan dalam 
mencapai sasaran pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh 
karena itu kebijakan ekonomi makro tersebut ditujukan untuk memperkuat fundamental 
ekonomi yang sudah membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin 
timbul. Tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tersebut adalah menjaga stabilitas
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page4 
ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas peningkatan 
kualitas dan kinerja perekonomian. 
Stabilitas perekonomian merupakan prasyarat yang sangat mendasari bagi para pelaku 
ekonomi. Oleh karena itu diperlukan pertumbuhan dengan kualitas yang lebih baik. 
Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat 
mengurangi penduduk miskin. Sementara itu pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam 
tahun sebelumnya dipandang masih moderat dibandingan dengan masa-masa sebelum 
krisis. Pertumbuhan tersebut masih didukung oleh relatif tingginya kontribusi konsumsi, 
sedangkan dukungan sumber-sumber ekonomi produktif seperti investasi dan ekspor masih 
harus dioptimalkan. 
Keuangan Negara 
“Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, 
yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan 
negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : 
a. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat lembaga 
Negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah; 
b. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban Badan Usaha Milik 
Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan perusahaan yang 
menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga 
berdasarkan perjanjian dengan Negara.” 
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, 
subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi 
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan 
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, 
serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik 
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang 
dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang 
dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan 
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, 
Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan 
obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan 
keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page5 
seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau 
penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan 
pemerintahan negara. 
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub 
bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan 
kekayaan negara yang dipisahkan. 
Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara 
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, 
pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan 
bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang 
Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang 
Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang- 
Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah 
lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, 
asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best 
practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara 
lain : 
- akuntabilitas berorientasi pada hasil; 
- profesionalitas; 
- proporsionalitas; 
- keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; 
- pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. 
Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip 
pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang 
Dasar 1945. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam Undang-undang tentang 
Keuangan Negara, pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi 
manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan 
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara 
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan 
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page6 
kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk 
membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari 
kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan 
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada 
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian 
negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden 
dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer 
(CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga 
pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu 
pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan 
dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanismechecks 
and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam 
penyelenggaraan tugas pemerintahan. 
Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan 
kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi 
kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. 
Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara 
sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota 
selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai 
rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan 
menjaga kelancaran sistempembayaran dilakukan oleh bank sentral. 
Struktur APBN 
Pemerintah sejak tahun 1969/1970 menggunakan Anggaran Belanja Seimbang Dinamis, hali 
ini dilaksanakan sebab belajar dari pengalaman sebelum orde baru yang menggunakan 
kebijakan pembelanjaan defisit telah membawa perekonomian negara ke dalam keadaan 
inflasi yang sangat parah, sehingga perekonomian tidak berkembang dan mengalami 
kemacetan dan keruntuhan diikuti oleh kekacauan sosial politik. Pada masa tersebut 
pembangunan tidak terjadi, investasi diganti dengan spekulasi, dan semua prasarana jalan 
raya, pelabuhan, listrik, irigasi mengalami kerusakan yang parah.
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page7 
Anggaran Belanja Seimbang Dinamis diwujudkan dalam format APBN yang menggunakan 
format T-account. Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di 
kolom yang berbeda dan mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis, seimbang berarti 
sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah 
pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan (defisit), maka kekurangannya ditutupi 
dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri. Apabila yang 
terjadi adalah surplus maka kelebihan akan digunakan untuk keperluan lainnya. Intinya 
jumlah kedua sisi baik penerimaan dan pengeluaran selalu sama. 
Format T-account dirasakan belum memenuhi tuntutan keterbukaan oleh masyarakat 
dimana pada format ini sumber pendanaan guna menutup defisit tidak secara jelas 
disebutkan, hal ini tampak pada hutang luar negeri yang disebut sebagai penerimaan 
pembangunan, padahal yang namanya hutang harus dikembalikan kepada pemberi pinjaman 
sedangkan penerimaan adalah dana yang diterima pemerintah tanpa perlu dikembalikan, 
sehingga hutang yang seharusnya akan memberatkan keuangan negara dianggap tidak 
memberatkan karena dianggap sebagai penerimaan, demikian pula pembayaran cicilan luar 
negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin. Hal lain yang juga menjadi kelemahan format T-Account 
adalah ketidakjelasan komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan 
pemerintah daerah, hal ini disebabkan sistem anggaran terpusat yang dilaksanakan sebelum 
bergulirnya reformasi. 
Dengan berbagai kelemahan tersebut mulai tahun 2000 di bawah kepemimpinan Menteri 
Keuangan yang dijabat Bambang Sudibyo saat itu, format APBN diubah menjadi I-account 
hal ini dilaksanakan dengan beberapa alasan yaitu penyesuaian format 
dengan Government Finance Statistics (GFS) sehingga meningkatkan transparansi dalam 
penyusunan APBN serta mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam 
pelaksanaan dan pengelolaan APBN serta mempermudah analisis komparasi (perbandingan) 
dengan budget negara lain, perubahan ini juga dilaksanakan dalam rangka mengakomodir 
perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah 
pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan 
Keuangan Pusat Daerah pasca bergulirnya reformasi. 
Dalam format I-Account pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga 
jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman 
luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page8 
Sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana jumlah 
penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya diupayakan 
meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang, prinsip anggaran yang 
digunakan adalah anggaran surplus/defisit. Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN 
berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat 
ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. 
Pendapatan negara dan hibah menampung seluruh pendapatan negara yang bersumber dari 
(1) penerimaan perpajakan, (2) penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan (3) hibah. 
Sedangkan belanja negara menampung seluruh pengeluaran negara, yang terdiri dari (1) 
belanja pemerintah pusat, yang meliputi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, 
dan (2) belanja untuk daerah, yang meliputi dana perimbangan dan dana otonomi khusus 
dan penyeimbang/penyesuaian. Selisih antara pendapatan negara dan hibah dengan belanja 
negara akan berupa surplus/defisit anggaran. Guna menutup defisit anggaran maka 
diperlukan pembiayaan yang bersumber dari luar pendapatan negara dan hibah, yang antara 
lain bersumber dari (1) pembiayaan dalam negeri, dan (2) pembiayaan luar negeri. 
Dalam sistem dual budgeting, pengeluaran rutin dimaksudkan sebagai pengeluaran-pengeluaran 
pemerintah yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan rutin pemerintahan, 
yang terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) pembayaran bunga utang, (iv) 
subsidi, dan (v) pengeluaran rutin lainnya. Sementara itu, pengeluaran pembangunan 
merupakan pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek 
pembangunan yang dibebankan pada anggaran belanja pemerintah pusat dalam rangka 
pelaksanaan sasaran pembangunan nasional, baik berupa sasaran fisik maupun nonfisik. 
Dalam hal ini, pengeluaran pembangunan terdiri dari (i) pengeluaran pembangunan dalam 
bentuk pembiayaan rupiah, yang pendanaannya bersumber dari dalam negeri dan dari luar 
negeri dalam bentuk pinjaman program, dan (ii) pengeluaran pembangunan dalam bentuk 
pembiayaan proyek, yang pendanaannya bersumber dari luar negeri dalam bentuk pinjaman 
proyek. 
Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan oleh UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan 
Negara, maka sistem penganggaran mengacu pada praktek-praktek yang berlaku secara 
internasional. Menurut GFS (Government Financial Statistics) Manual 2001, sistem 
penganggaran belanja negara secara implisit menggunakan sistem unified budget (anggaran
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page9 
terpadu), dimana tidak ada pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan, 
sehingga klasifikasi menurut ekonomi akan berbeda dari klasifikasi sebelumnya. Dalam hal 
ini, belanja negara menurut klasifikasi ekonomi dikelompokkan ke dalam (1) kompensasi 
untuk pegawai; (2) penggunaan barang dan jasa; (3) kompensasi dari modal tetap berkaitan 
dengan biaya produksi yang dilaksanakan sendiri oleh unit organisasi pemerintah; (4) bunga 
hutang; (5) subsidi; (6) hibah; (7) tunjangan sosial (social benefits); dan (8) pengeluaran-pengeluaran 
lain dalam rangka transfer dalam bentuk uang atau barang, dan pembelian 
barang dan jasa dari pihak ketiga untuk dikirim kepada unit lainnya. 
Dalam melaksanakan perubahan format dan struktur belanja negara telah dilakukan dengan 
melakukan penyesuaian-penyesuaian, namun tetap mengacu GFS Manual 2001 dan UU No. 
17 Tahun 2003. 
Beberapa catatan penting berkaitan dengan perubahan dan penyesuaian format dan struktur 
belanja negara yang baru antara lain : 
1. Dalam format dan struktur I-account yang baru, belanja negara tetap dipisahkan antara 
belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah, karena pos belanja untuk daerah 
yang berlaku selama ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu pos belanja 
negara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. 
2. Semua pengeluaran negara yang sifatnya bantuan/subsidi dalam format dan struktur 
baru diklasifikasikan sebagai subsidi. 
3. Semua pengeluaran negara yang selama ini ‘mengandung’ nama lain-lain yang tersebar 
di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru diklasifikasikan 
sebagai belanja lain-lain. 
Tumpang Tindih Belanja dengan berbagai perubahan dan penyesuaian tersebut, belanja 
negara menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) 
belanja barang, (iii) belanja modal, (iv) pembayaran bunga utang, (v) subsidi, (vi) hibah, 
(vii) bantuan sosial, dan (viii) belanja lain-lain. Sedangkan belanja untuk daerah, 
sebagaimana yang berlaku selama ini terdiri dari (i) dana perimbangan, dan (ii) dana 
otonomi khusus dan penyesuaian. Dengan adanya perubahan format dan struktur belanja 
negara menurut jenis belanja maka secara otomatis tidak ada lagi pemisahan antara belanja 
rutin dan belanja pembangunan (unified budget).
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page10 
Beberapa pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting dalam belanja tersebut, 
antara lain : 
- Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan untuk 
membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, dan 
membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja pegawai 
transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi sosial). Dalam 
klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek yang selama ini 
diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. Dengan format ini, maka akan 
terlihat pos yang tumpang tindih antara belanja pegawai yang diklasifikasikan sebagai 
rutin dan pembangunan. Disinilah nantinya efisiensi akan bisa diraih. Demikian juga 
dengan belanja barang yang seharusnya digunakan untuk membiayai kegiatan 
operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan jasa, dan biaya pemeliharaan 
aset negara. Demikian juga sebaliknya sering diklasifikasikan sebagai pengeluaran 
pembangunan. 
- Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk 
pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan aset 
lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal aset tetap/fisik, dan (ii) 
belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja lainnya 
non-fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan perjalanan yang 
tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan. 
- Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membayar 
beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang menguasai hajat hidup 
orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar dapat terjangkau oleh 
sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut dialokasikan melalui 
perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sementara itu, selama ini ada jenis 
subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur subsidinya, maka belanja tersebut akan 
dikelompokkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial menampung seluruh 
pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer uang/barang yang diberikan 
kepada penduduk, guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, 
misalnya transfer untuk pembayaran dana kompensasi sosial. 
Sementara itu, belanja untuk daerah menampung seluruh pengeluaran pemerintah pusat 
yang dialokasikan ke daerah, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. 
Secara sederhana, maka struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page11 
Pendapatan Negara dan Hibah terdiri atas: 
1. Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas: 
a. Penerimaan Perpajakan, terdiri atas 
1) Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan 
Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan 
Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya. 
2) Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor. 
b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas: 
1) Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas) 
2) Bagian Laba BUMN 
3) PNBP lainnya 
2. Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan 
pemerintah luar negeri 
a. Belanja terdiri atas dua jenis: 
1) Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai 
kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat 
maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah 
Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja 
Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja 
Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya. 
2) Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk 
kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja 
Daerah meliputi: 
a) Dana Bagi Hasil 
b) Dana Alokasi Umum 
c) Dana Alokasi Khusus 
d) Dana Otonomi Khusus. 
b. Pembiayaan meliputi: 
1) Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat 
Utang Negara, serta penyertaan modal negara. 
2) Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: 
a) Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman 
Proyek
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page12 
b) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan 
Moratorium. 
Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan menggunakan 
format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Ini merupakan reformasi 
besar-besaran di bidang anggaran negara dengan tujuan agar ada penghematan belanja 
negara dan memberantas KKN. Selama lebih dari 32 tahun, Pemerintah melaksanakan 
sistem anggaran yang dikenal dengan “dual budgeting,” dimana anggaran belanja negara 
dipisahkan antara anggaran belanja rutin dan anggaran pembangunan. Pemisahan anggaran 
rutin dan anggaran pembangunan tersebut semula dimaksudkan untuk menekankan arti 
pentingnya pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menunjukan banyak 
kelemahan (Anggito Abimanyu - 4 Juli 2005) yaitu : 
1. Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh karena kurang tegasnya 
pemisahan antara kegiatan operasional organisasi dan proyek, khususnya proyek-proyek 
non-fisik. Dengan demikian, kinerja sulit diukur karena alokasi dana yang ada tidak 
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. 
2. Penggunaan “dual budgeting” mendorong dualisme dalam penyusunan daftar perkiraan 
mata anggaran keluaran (MAK) karena untuk satu jenis belanja, ada MAK yang 
diciptakan untuk belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan untuk belanja 
pembangunan. 
3. Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena anggaran belanja rutin tidak 
dibatasi pada pengeluaran untuk operasional dan belanja anggaran pembangunan tidak 
dibatasi pada pengeluaran untuk investasi. 
Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama dengan satuan kerja, 
yaitu sebagai entitas akuntansi, walaupun proyek hanya bersifat sementara. Jika proyek 
sudah selesai atau dihentikan tidak ada kesinambungan dalam pertanggungjawaban 
terhadap asset dan kewajiban yang dimiliki proyek tersebut. Hal ini selain menimbulkan 
ketidakefisienan dalam pembiayaan kegiatan pemerintahan, juga menyebabkan 
ketidakjelasan keterkaitan antara output/outcome yang dicapai dengan penganggaran 
organisasi. 
Penjelasan struktur APBN 
1. Pendapatan dan Hibah
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page13 
Pendapatan diperoleh dari sumber pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak 
Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah 
dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama 
penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Bukan Pajak diantaranya penerimaan dari 
sumber daya alam, laba BUMN, penerimaan instansi pemerintah yang terkait pelaksanaan 
tugas dan fungsi semisal biaya pembuatan SIM di Kepolisian, biaya nikah di KUA dan 
pendapatan lain-lain. Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak 
perlu dikembalikan lagi, dapat berupa uang maupun barang. 
2. Belanja 
Belanja adalah pengeluaran yang dilakukan instansi pemerintah, pengeluaran rutin adalah 
pengeluaran yang dilaksanakan secara terus-menerus sepanjang tahun misalnya gaji, 
pembelian alat tulis pakai habis, dsb. Sedangkan belanja pembangunan adalah pengeluaran 
yang digunakan untuk membangun aset tetap dan tidak dilaksanakan secara rutin misalnya 
pembangunan jalan, jembatan dsb. 
3. Dana Perimbangan 
Dana Perimbangan adalah transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah 
dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil 
penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. 
4. Dana Otonomi Khusus 
Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang 
membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang 
lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut 
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan 
dari propinsi lainnya. 
5. Defisit dan Surplus 
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran 
yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi 
pengeluaran disebut surplus. 
6. Keseimbangan
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page14 
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan 
keseimbangan umum. Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak 
termasuk pembayaran bunga, sedangkan keseimbangan Umum adalah total penerimaan 
dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga 
7. Pembiayaan 
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang 
penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset 
dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali 
utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang 
Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD 
Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-undang ini 
meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD 
dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem 
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, 
penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam 
penyusunan anggaran. 
Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen 
kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas 
perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam 
upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan 
pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan 
penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang- 
Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang ini disebutkan bahwa 
belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, 
kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit 
organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD. 
Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di 
sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem 
anggaran berbasis prestasi kerja /hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi 
serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page15 
kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem 
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan 
rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan 
penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut 
dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran 
akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan. 
Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor 
publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang 
digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah 
tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, 
memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, 
menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian 
dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. 
Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan 
anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran 
belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti 
pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya 
duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencana 
pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan 
dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika 
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis 
dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri 
dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka 
Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana 
dilaksanakan di kebanyakan negara maju. 
Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya terlambat akan 
berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang 
ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, 
termasuk pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan 
kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD. 
Fungsi APBN
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page16 
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam 
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai 
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas 
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. 
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan 
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban 
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan 
negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya. 
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk 
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan 
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan 
kepada rakyat. 
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi 
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu 
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat 
rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah 
direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan 
nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk 
mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar. 
3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai 
apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang 
telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah 
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu 
dibenarkan atau tidak. 
4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi 
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan 
efektivitas perekonomian. 
5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan 
rasa keadilan dan kepatutan 
6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk 
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page17 
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama kebijakan 
fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-keputusan 
investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN secara umum 
menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam 
penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi 
pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi 
permintaan dan penawaran faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan 
demikian strategi dan pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam 
perekonomian suatu negara. 
Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian yang 
berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan maupun belanja. 
Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam 
menyusun APBN. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut : 
NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 
1 Pertumbuhan ekonomi 
tahunan (%) 
Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya 
Perkembangan ekonomi global dan tahun berjalan 
Kondisi sosial, politik dan keamanan dalam negeri tahun 
berjalan 
Kebijakan restrukturisasi di berbagai bidang yang akan 
dilaksanakan dalam tahun berjalan 
Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan pada 
tahun berjalan 
Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta, investasi, 
ekspor 
2 Produk Domestik Bruto(PDB) 
dalam rupiah 
3 Inflasi (%) Kenaikan TDL 
Menguatnya rupiah 
Lancarnya distribusi barang 
Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati 
4 Nilai tukar rupiah per USD Koreksi undervalued, membaiknya konsisi keamanan, 
social, politik 
5 Suku bunga SBI 3 bulan (%) Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah 
6 Harga minyak indonesia Permintaan dan penawaran minyak dunia
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page18 
NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 
(USD/barel) 
7 Produksi minyak Indonesia 
(barel/hari) 
Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin menurun 
sementara penemuan sumur baru relatif kecil, 
gangguan keamanan 
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah 
Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, 
Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat 
Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatan pengelolaan keuangan negara, 
perlu diatur ketentuan mengenai hubungan keuangan antara pemerintah dan lembaga-lembaga 
infra/supranasional. Ketentuan tersebut meliputi hubungan keuangan antara 
pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembaga 
asing, serta hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan 
daerah, perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat. Dalam hubungan 
keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral ditegaskan bahwa pemerintah pusat 
dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan 
moneter. Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, undang-undang ini menegaskan 
adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah 
daerah. Selain itu, undang-undang ini mengatur pula perihal penerimaan pinjaman luar 
negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan negara, 
perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat ditetapkan 
bahwa pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan 
menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan 
DPR/DPRD. 
Pelaksanaan APBN dan APBD 
Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan 
lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga 
dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama 
menyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN, seperti alokasi 
anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran 
gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban 
kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page19 
perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan 
perusahaan/badan yang menerima. 
Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah 
pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada 
DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan 
dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama 
dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya. 
Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD 
ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara 
mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif antarkementerian 
negara/lembaga di lingkungan pemerintah. 
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara 
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan 
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah 
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi 
pemerintah yang telah diterima secara umum. 
Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan 
APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan 
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang 
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat 
yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR 
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang 
bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh 
Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) 
bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. 
Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan 
lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang 
bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang 
tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). 
Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung jawab atas
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page20 
pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN, demikian pula 
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang 
ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang 
disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang ini diatur sanksi yang 
berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, serta Pimpinan unit 
organisasi kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti 
melakukan penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam UU tentang APBN 
/Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya 
preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-undang 
tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan. 
Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi 
wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat 
berharga atau barang milik negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan 
yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara 
oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang 
andal. 
Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi : 
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi 
dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya 
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan pertumbuhan 
ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat kemakmuran 
rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator 
makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi. 
Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada terciptanya 
pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa dipaksakan. 
Ada berapa contoh pandangan ekonom yang menganalisa hubungan antara APBN dengan 
pertumbuhan ekonomi. Seperti yang ditulis oleh M. Sadli dalam Kliping Berita Ekonomi dan 
Opini Ekonomi pada tahun 2007 yang berjudul : “Pertumbuhan Ekonomi Tidak Bisa 
Dipaksakan” 
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat 
walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page21 
1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran 
yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill 
sebagian terbesar SDM kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, 
artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau 
pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. 
Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka 
banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang 
Indonesia. 
2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.Lemahnya 
kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha kepastian hukum sejak 
reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi daerah menambah ketidak pastian. 
Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost economy. Salah suatu sumber 
ekonomi biaya tinggi adalah kurang memadainya infra-struktur, karena sejak 1998 
praktis tidak ada investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih 
ada suatu rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim perbankan belum bisa 
bekerja secara normal, karena ketatnya prudential rules yang baru dan masih ada 
trauma kredit macet. Pemerintah sendiri harus memaksimalkan investasi lewat 
anggaran belanjanya, misalnya untuk membangun infra-struktur yang tidak 
menguntungkan bagi investor swasta. Tetapi, pengelolaan APBN ini masih 
mengandung permasalahan sendiri, yang juga terkait dengan prinsip kehati-hatian 
(prudence). 
3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural. 
Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk 
membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005 sasaran 
BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan untuk tahun 2007 
5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009. Pengendalian inflasi masih 
menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar. 
PENUTUP 
Kesimpulan 
1. APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan 
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan APBN adalah 
sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page22 
dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya 
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang 
cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan 
makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 
2. Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan 
menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Sejalan 
dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. 
Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara 
dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. 
3. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan 
stabilisasi. 
4. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian 
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan 
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara 
tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan 
ekonomi. 
5. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi 
dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya 
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. 
DAFTAR PUSTAKA 
http://bos.kemdiknas.go.id 
http://id.wikipedia.org/ 
Jakarta Pos National Network.Com diakses tanggal 30 April 2014 
King, David N., 1984, Fiscal Tiers : The Economics of Multylevel Government, George Allen & 
Unwin, London. 
Sjahrir, 1986, Pelayanan dan Jasa-jasa Publik : Telaah Ekonomi serta Implikasi Sosial Politik, 
Prisma, no. 12. 
Davey, K., 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah : Praktek-praktek Internasional dan Relevansinya 
bagi Negara Dunia Ketiga, (terjemahan oleh Amalluah, Amin & Pakpahan), penerbit UI 
Jakarta. 
B.J.Reed and John W Swain, 1997, Public Finance Administration, Sage Publications Inc, 
California, ISBN 0-8039-7405-1
Selamet NIM P2CA 13006 
Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE 
Page23 
Domai, Tjahjanulin, 2010, Manajemen Keuangan Publik, Universitas Brawijaya Press, Malang, 
ISBN 978-979-8074-55-4 
Kuncoro, Mudrajad, 2013, Mudah memahami & menganalisis Indikator Ekonomi. UPP STIM YKPN, 
Yogyakarta. 
Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Ekonomika Publik. Yogyakarta: BPFE. 
http://ana-ekonomi.blogspot.com/2010/07/konsep-barang-publik.html 
http://arti-sai.blogspot.com/2010/10/pengertian-barang-publik-dan-barang.html 
John Cullis and Philip Jones, 1998, Public Finance and Public Choice Second edition, Oxford 
University Press, New York, ISBN 0-19-877580-6. 
Hyman, David N. 2010, Public Finance A Contemporary Application Of Theory To Policy, 10E, 
North Carolina State University ISBN-13: 978-0-538-75446-0 
http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/Folderebook, 2010, Dasar-dasar Keuangan Publik, Badan 
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, diakses tanggal 29 April 2014 
http://www.kemenkeu.go.id/Data/apbn-tahun-2014, Nota Keuangan Dan Anggaran Pendapatan Dan 
Belanja Negara Tahun Anggaran 2014. diakses tanggal 29 April 2014

More Related Content

What's hot

Ppt 13 modal asing dan utang luar negri
Ppt 13 modal asing dan utang luar negriPpt 13 modal asing dan utang luar negri
Ppt 13 modal asing dan utang luar negri
mohamad amsanudin
 
Bab I ekonomi makro pendahuluan
Bab I ekonomi makro pendahuluanBab I ekonomi makro pendahuluan
Bab I ekonomi makro pendahuluan
rizky putri khalifah
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Sugeng Budiharsono
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Farah Fauziah Hilman
 
Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)
Aihi Kagamine
 
Permintaan dan penawaran uang
Permintaan dan penawaran uangPermintaan dan penawaran uang
Permintaan dan penawaran uang
Fikri Haikal
 
Pertemuan ke ix teori biaya produksi copy
Pertemuan ke ix teori biaya produksi   copyPertemuan ke ix teori biaya produksi   copy
Pertemuan ke ix teori biaya produksi copy
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pembangunan koperasi
Pembangunan koperasiPembangunan koperasi
Pembangunan koperasi
al0925
 
Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111
Tobagus Makmun
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Nur Muhamad Fikri
 
Fluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomiFluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomi
gadis sriyamti
 
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiMakalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiAjeng Faiza
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Fair Nurfachrizi
 
materi ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitasmateri ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitas
Dek Pande
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Arbitrasi internasional dan paritas suku bunga
Arbitrasi internasional dan paritas suku bungaArbitrasi internasional dan paritas suku bunga
Arbitrasi internasional dan paritas suku bungaocktav andrian
 
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 

What's hot (20)

Ppt 13 modal asing dan utang luar negri
Ppt 13 modal asing dan utang luar negriPpt 13 modal asing dan utang luar negri
Ppt 13 modal asing dan utang luar negri
 
5 teori pemungutan suara
5 teori pemungutan suara5 teori pemungutan suara
5 teori pemungutan suara
 
Analisis pohon kepputusan
Analisis pohon kepputusanAnalisis pohon kepputusan
Analisis pohon kepputusan
 
Bab I ekonomi makro pendahuluan
Bab I ekonomi makro pendahuluanBab I ekonomi makro pendahuluan
Bab I ekonomi makro pendahuluan
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
 
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUILatihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
Latihan + jawaban mikro 1 (uts) - FEUI
 
Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)Pph final pasal 4 ayat (2)
Pph final pasal 4 ayat (2)
 
Permintaan dan penawaran uang
Permintaan dan penawaran uangPermintaan dan penawaran uang
Permintaan dan penawaran uang
 
Pertemuan ke ix teori biaya produksi copy
Pertemuan ke ix teori biaya produksi   copyPertemuan ke ix teori biaya produksi   copy
Pertemuan ke ix teori biaya produksi copy
 
Pembangunan koperasi
Pembangunan koperasiPembangunan koperasi
Pembangunan koperasi
 
Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111Contoh ngisi spt ppn 1111
Contoh ngisi spt ppn 1111
 
Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)Bank Sentral (Bank Indonesia)
Bank Sentral (Bank Indonesia)
 
Fluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomiFluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomi
 
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasiMakalah pertumbuhan uang dan inflasi
Makalah pertumbuhan uang dan inflasi
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
 
2 teori barang swasta
2 teori barang swasta2 teori barang swasta
2 teori barang swasta
 
materi ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitasmateri ekonomi Elastisitas
materi ekonomi Elastisitas
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
 
Arbitrasi internasional dan paritas suku bunga
Arbitrasi internasional dan paritas suku bungaArbitrasi internasional dan paritas suku bunga
Arbitrasi internasional dan paritas suku bunga
 
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
Jumlah Uang Beredar dan Penawaran Uang (Ekonomi Moneter - BAB 5)
 

Viewers also liked

Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Sugeng Budiharsono
 
7 prinsip asas
7 prinsip asas7 prinsip asas
7 prinsip asasRos Nita
 
Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3
lushie
 
makalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitasmakalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitas
STIPER MUHAMMADIYAH TANAH GROGOT
 
Makalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publikMakalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publik'Aiiyhu Fissh
 
Hubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintahHubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintah
Dahlan Tampubolon
 
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
mona munawaroh
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
HIA Class.
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Joy Irman
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesia
firman sahari
 
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) pptTinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
EnvaPya
 
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
Reza Yudhalaksana
 
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negaraasas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
Ary Efendi
 
Pertemuan 1 gambaran akuntansi sektor publik
Pertemuan 1   gambaran akuntansi sektor publikPertemuan 1   gambaran akuntansi sektor publik
Pertemuan 1 gambaran akuntansi sektor publik
cyberdy76
 
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditorContoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditordavidpiet
 
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan DesaKPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
Pendamping Desa
 

Viewers also liked (20)

Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
7 prinsip asas
7 prinsip asas7 prinsip asas
7 prinsip asas
 
Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3Hyman ch 1 dan 3
Hyman ch 1 dan 3
 
makalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitasmakalah Barang publik dan eksternalitas
makalah Barang publik dan eksternalitas
 
Makalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publikMakalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publik
 
Hubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintahHubungan keuangan antar pemerintah
Hubungan keuangan antar pemerintah
 
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
 
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di IndonesiaPerimbangan Kekuasaan di Indonesia
Perimbangan Kekuasaan di Indonesia
 
Pengertian pendapatan regional iccank
Pengertian pendapatan regional iccankPengertian pendapatan regional iccank
Pengertian pendapatan regional iccank
 
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
 
4 teori barang publik
4  teori barang publik4  teori barang publik
4 teori barang publik
 
Makalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesiaMakalah perekonomian indonesia
Makalah perekonomian indonesia
 
Sektor ekonomi
Sektor ekonomiSektor ekonomi
Sektor ekonomi
 
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) pptTinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
Tinjauan atas formula Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) ppt
 
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
 
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negaraasas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
asas asas umum dan prinsip pengelolaan keuangan negara
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Pertemuan 1 gambaran akuntansi sektor publik
Pertemuan 1   gambaran akuntansi sektor publikPertemuan 1   gambaran akuntansi sektor publik
Pertemuan 1 gambaran akuntansi sektor publik
 
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditorContoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
Contoh soal-dan-jawaban-ujian-sertifikasi-jabatan-fungsional-auditor
 
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan DesaKPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
KPK Laporan Kajian Sistem Pengelolaan Keuangan Desa
 

Similar to REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA

sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
Ary Efendi
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaragravity1992
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaYadhi Muqsith
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
Ulan Safitri
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Muhammad Rafi Kambara
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Terminal Purba
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
wandranatuna
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
ghiyats dewantara
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
Dio_irawan13
 
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan FiskalD1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
Nur Rina Martyas Ningrum
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian Indonesia
Dio_irawan13
 
8 bab.pdf
8 bab.pdf8 bab.pdf
8 bab.pdf
ChauTzuyu
 
bab 3.pdf
bab 3.pdfbab 3.pdf
bab 3.pdf
ChauTzuyu
 
bab 3.pdf
bab 3.pdfbab 3.pdf
bab 3.pdf
ChauTzuyu
 
APBN
APBNAPBN
Apbd
Apbd  Apbd
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasional
Joseph Sitepu
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
Vanya Angellista
 

Similar to REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA (20)

sistem penganggaran negara
sistem penganggaran negarasistem penganggaran negara
sistem penganggaran negara
 
Anggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negaraAnggaran pendapatan dan belanja negara
Anggaran pendapatan dan belanja negara
 
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijayaMakalah keuangan mahasiswa deni wijaya
Makalah keuangan mahasiswa deni wijaya
 
Penganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintahPenganggaran pemerintah
Penganggaran pemerintah
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2Modul 2 KB 2
Modul 2 KB 2
 
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negaraContoh makalah-tentang-keuangan-negara
Contoh makalah-tentang-keuangan-negara
 
Uu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 PjlsUu 01 2004 Pjls
Uu 01 2004 Pjls
 
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbnTransparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
Transparansi dalam pengelolaan dan pengendalian apbn
 
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi MakroMakalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
Makalah Mengenal dan Memahami Akuntansi Makro
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan FiskalD1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
D1 Pajak: Penyusunan APBN dan Kebijakan Fiskal
 
Makalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian IndonesiaMakalah Perekonomian Indonesia
Makalah Perekonomian Indonesia
 
8 bab.pdf
8 bab.pdf8 bab.pdf
8 bab.pdf
 
bab 3.pdf
bab 3.pdfbab 3.pdf
bab 3.pdf
 
bab 3.pdf
bab 3.pdfbab 3.pdf
bab 3.pdf
 
APBN
APBNAPBN
APBN
 
Apbd
Apbd  Apbd
Apbd
 
Analisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasionalAnalisis perhitungan belanja operasional
Analisis perhitungan belanja operasional
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 

REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA

  • 1. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page1 REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA Oleh : Selamet NIM P2CA 13006 PENDAHULUAN Anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN ), bila kita simak secara seksama bukanlah sekedar instrument untuk mencapai stabilitasi suatu pemerintahan dalam jangka waktu yang relatif pendek namun pada esensinya sebuah APBN sebagaimana fungsinya yakni , 1. Sebagai mobilisasi dana investasi yang merupakaninstrument untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan Negara dalam rangka menbiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan berupa pembangunan. 2. Mencapai pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan pendapatan nasional. 3. mencapai stabilitas perekonomian dan menentukanarah serta prioritas pembangunan secara umum. Dalam konteks yang lebih spesifik anggaran suatu Negara secara sederhana biasa pula kita ibaratkan dengan anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yang memiliki 2(dua) sisi, yakni: a. sisi penerimaan/pemasukan dan pengeluaran/pemakaian. b. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan padaketidakpastian antara kedua sisi tersebut, misalnya: - sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada/tidaknya perubahan upah/gaji. - Demikianpula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang di konsumsi. Jadi, anggaran pendapatandan belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan salah satu structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan Negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya perkembangan suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan. Jangankan sebuah Negara, sebagaimana yang kita singgung diatas sebuah rumah tangga saja harus dianggarkan berapa pengeluaran dan berapa pula pemasukannya.
  • 2. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page2 Mungkin tidak terlalu jadi masalah manakala disuatu Negara pengeluaran lebih sedikit dari pendapatannya tapi akan jadi masalah yang cukup besar apabila pengeluaran jauh lebih banyak daripada pendapatannya. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam makalah ini adalah: 1. Definisi Keuangan Negara dan Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara ? 2. Bagaimana struktur APBN saat ini ? 3. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara 4. Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD ? 5. Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat ? MANFAAT PENULISAN Selain sebagai tugas, penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan kita terutama tentang maksud dan tujuan dari APBN tersebut. PEMBAHASAN Pemerintahan suatu negara memerlukan pedoman dalam mengelola keuangannya. Dalam rangka mencapai sasaran seperti yang diharapkan diperlukan peraturan mengenai penerimaan dan pengeluaran uang negara. Oleh karena itu setiap awal periode disusun APBN yang digunakan sebagai pedoman dalam mengatur keuangan negara. Definisi APBN dan Keuangan Negara Pengertian APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, atau disingkat APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31 Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang- Undang.
  • 3. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page3 Setiap tahun pemerintah menyusun APBN. Landasan hukum serta tata cara penyusunan APBN terdapat di dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 1, 2 dan 3. Pada pasal 23 ayat 1 UUD 1945 disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)sebagai wujud dari pengelolaan keuangan Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besanya kemakmuran rakyat. Pada pasal 23 ayat 2 disebutkan bahwa Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah. Pada pasal 23 ayat 3 disebutkan apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan Presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu. Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih lanjut dengan Peraturan Presiden. Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR. Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kebijakan ekonomi makro Indonesia pada dasarnya merupakan kesinambungan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini mengingat bahwa konsistensi kebijakan sangat diperlukan dalam mencapai sasaran pembangunan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu kebijakan ekonomi makro tersebut ditujukan untuk memperkuat fundamental ekonomi yang sudah membaik dan mengantisipasi berbagai tantangan baru yang mungkin timbul. Tantangan dan sasaran kebijakan ekonomi makro tersebut adalah menjaga stabilitas
  • 4. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page4 ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas peningkatan kualitas dan kinerja perekonomian. Stabilitas perekonomian merupakan prasyarat yang sangat mendasari bagi para pelaku ekonomi. Oleh karena itu diperlukan pertumbuhan dengan kualitas yang lebih baik. Pertumbuhan ekonomi yang baik dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga dapat mengurangi penduduk miskin. Sementara itu pertumbuhan ekonomi yang dicapai dalam tahun sebelumnya dipandang masih moderat dibandingan dengan masa-masa sebelum krisis. Pertumbuhan tersebut masih didukung oleh relatif tingginya kontribusi konsumsi, sedangkan dukungan sumber-sumber ekonomi produktif seperti investasi dan ekspor masih harus dioptimalkan. Keuangan Negara “Keuangan negara yang dimaksud adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau yang tidak dipisahkan, termasuk didalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang timbul karena : a. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban pejabat lembaga Negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah; b. berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, yayasan, badan hukum dan perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan Negara.” Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban. Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi
  • 5. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page5 seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar. Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang tentang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang Dasar tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain : - akuntabilitas berorientasi pada hasil; - profesionalitas; - proporsionalitas; - keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; - pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas umum tersebut diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945. Dengan dianutnya asas-asas umum tersebut di dalam Undang-undang tentang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang-undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kekuasaan tersebut meliputi
  • 6. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page6 kewenangan yang bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus. Untuk membantu Presiden dalam penyelenggaraan kekuasaan dimaksud, sebagian dari kekuasaan tersebut dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan, serta kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Menteri Keuangan sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia, sementara setiap menteri/pimpinan lembaga pada hakekatnya adalah Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab, terlaksananya mekanismechecks and balances serta untuk mendorong upaya peningkatan profesionalisme dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Sub bidang pengelolaan fiskal meliputi fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan, dan pengawasan keuangan. Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara sebagian kekuasaan Presiden tersebut diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Demikian pula untuk mencapai kestabilan nilai rupiah tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga kelancaran sistempembayaran dilakukan oleh bank sentral. Struktur APBN Pemerintah sejak tahun 1969/1970 menggunakan Anggaran Belanja Seimbang Dinamis, hali ini dilaksanakan sebab belajar dari pengalaman sebelum orde baru yang menggunakan kebijakan pembelanjaan defisit telah membawa perekonomian negara ke dalam keadaan inflasi yang sangat parah, sehingga perekonomian tidak berkembang dan mengalami kemacetan dan keruntuhan diikuti oleh kekacauan sosial politik. Pada masa tersebut pembangunan tidak terjadi, investasi diganti dengan spekulasi, dan semua prasarana jalan raya, pelabuhan, listrik, irigasi mengalami kerusakan yang parah.
  • 7. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page7 Anggaran Belanja Seimbang Dinamis diwujudkan dalam format APBN yang menggunakan format T-account. Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda dan mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis, seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan (defisit), maka kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri. Apabila yang terjadi adalah surplus maka kelebihan akan digunakan untuk keperluan lainnya. Intinya jumlah kedua sisi baik penerimaan dan pengeluaran selalu sama. Format T-account dirasakan belum memenuhi tuntutan keterbukaan oleh masyarakat dimana pada format ini sumber pendanaan guna menutup defisit tidak secara jelas disebutkan, hal ini tampak pada hutang luar negeri yang disebut sebagai penerimaan pembangunan, padahal yang namanya hutang harus dikembalikan kepada pemberi pinjaman sedangkan penerimaan adalah dana yang diterima pemerintah tanpa perlu dikembalikan, sehingga hutang yang seharusnya akan memberatkan keuangan negara dianggap tidak memberatkan karena dianggap sebagai penerimaan, demikian pula pembayaran cicilan luar negeri dianggap sebagai pengeluaran rutin. Hal lain yang juga menjadi kelemahan format T-Account adalah ketidakjelasan komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah, hal ini disebabkan sistem anggaran terpusat yang dilaksanakan sebelum bergulirnya reformasi. Dengan berbagai kelemahan tersebut mulai tahun 2000 di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan yang dijabat Bambang Sudibyo saat itu, format APBN diubah menjadi I-account hal ini dilaksanakan dengan beberapa alasan yaitu penyesuaian format dengan Government Finance Statistics (GFS) sehingga meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN serta mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN serta mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain, perubahan ini juga dilaksanakan dalam rangka mengakomodir perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah pasca bergulirnya reformasi. Dalam format I-Account pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang.
  • 8. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page8 Sebelum tahun 2001, prinsip APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya diupayakan meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang, prinsip anggaran yang digunakan adalah anggaran surplus/defisit. Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. Pendapatan negara dan hibah menampung seluruh pendapatan negara yang bersumber dari (1) penerimaan perpajakan, (2) penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan (3) hibah. Sedangkan belanja negara menampung seluruh pengeluaran negara, yang terdiri dari (1) belanja pemerintah pusat, yang meliputi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, dan (2) belanja untuk daerah, yang meliputi dana perimbangan dan dana otonomi khusus dan penyeimbang/penyesuaian. Selisih antara pendapatan negara dan hibah dengan belanja negara akan berupa surplus/defisit anggaran. Guna menutup defisit anggaran maka diperlukan pembiayaan yang bersumber dari luar pendapatan negara dan hibah, yang antara lain bersumber dari (1) pembiayaan dalam negeri, dan (2) pembiayaan luar negeri. Dalam sistem dual budgeting, pengeluaran rutin dimaksudkan sebagai pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan rutin pemerintahan, yang terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) pembayaran bunga utang, (iv) subsidi, dan (v) pengeluaran rutin lainnya. Sementara itu, pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan yang dibebankan pada anggaran belanja pemerintah pusat dalam rangka pelaksanaan sasaran pembangunan nasional, baik berupa sasaran fisik maupun nonfisik. Dalam hal ini, pengeluaran pembangunan terdiri dari (i) pengeluaran pembangunan dalam bentuk pembiayaan rupiah, yang pendanaannya bersumber dari dalam negeri dan dari luar negeri dalam bentuk pinjaman program, dan (ii) pengeluaran pembangunan dalam bentuk pembiayaan proyek, yang pendanaannya bersumber dari luar negeri dalam bentuk pinjaman proyek. Selanjutnya, sebagaimana diamanatkan oleh UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka sistem penganggaran mengacu pada praktek-praktek yang berlaku secara internasional. Menurut GFS (Government Financial Statistics) Manual 2001, sistem penganggaran belanja negara secara implisit menggunakan sistem unified budget (anggaran
  • 9. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page9 terpadu), dimana tidak ada pemisahan antara pengeluaran rutin dan pembangunan, sehingga klasifikasi menurut ekonomi akan berbeda dari klasifikasi sebelumnya. Dalam hal ini, belanja negara menurut klasifikasi ekonomi dikelompokkan ke dalam (1) kompensasi untuk pegawai; (2) penggunaan barang dan jasa; (3) kompensasi dari modal tetap berkaitan dengan biaya produksi yang dilaksanakan sendiri oleh unit organisasi pemerintah; (4) bunga hutang; (5) subsidi; (6) hibah; (7) tunjangan sosial (social benefits); dan (8) pengeluaran-pengeluaran lain dalam rangka transfer dalam bentuk uang atau barang, dan pembelian barang dan jasa dari pihak ketiga untuk dikirim kepada unit lainnya. Dalam melaksanakan perubahan format dan struktur belanja negara telah dilakukan dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian, namun tetap mengacu GFS Manual 2001 dan UU No. 17 Tahun 2003. Beberapa catatan penting berkaitan dengan perubahan dan penyesuaian format dan struktur belanja negara yang baru antara lain : 1. Dalam format dan struktur I-account yang baru, belanja negara tetap dipisahkan antara belanja pemerintah pusat dan belanja untuk daerah, karena pos belanja untuk daerah yang berlaku selama ini tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu pos belanja negara sebagaimana diatur dalam UU No.17 Tahun 2003. 2. Semua pengeluaran negara yang sifatnya bantuan/subsidi dalam format dan struktur baru diklasifikasikan sebagai subsidi. 3. Semua pengeluaran negara yang selama ini ‘mengandung’ nama lain-lain yang tersebar di hampir semua pos belanja negara, dalam format dan struktur baru diklasifikasikan sebagai belanja lain-lain. Tumpang Tindih Belanja dengan berbagai perubahan dan penyesuaian tersebut, belanja negara menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja) terdiri dari (i) belanja pegawai, (ii) belanja barang, (iii) belanja modal, (iv) pembayaran bunga utang, (v) subsidi, (vi) hibah, (vii) bantuan sosial, dan (viii) belanja lain-lain. Sedangkan belanja untuk daerah, sebagaimana yang berlaku selama ini terdiri dari (i) dana perimbangan, dan (ii) dana otonomi khusus dan penyesuaian. Dengan adanya perubahan format dan struktur belanja negara menurut jenis belanja maka secara otomatis tidak ada lagi pemisahan antara belanja rutin dan belanja pembangunan (unified budget).
  • 10. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page10 Beberapa pengertian dasar terhadap komponen-komponen penting dalam belanja tersebut, antara lain : - Belanja pegawai menampung seluruh pengeluaran negara yang digunakan untuk membayar gaji pegawai, termasuk berbagai tunjangan yang menjadi haknya, dan membayar honorarium, lembur, vakasi, tunjangan khusus dan belanja pegawai transito, serta membayar pensiun dan asuransi kesehatan (kontribusi sosial). Dalam klasifikasi tersebut termasuk pula belanja gaji/upah proyek yang selama ini diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. Dengan format ini, maka akan terlihat pos yang tumpang tindih antara belanja pegawai yang diklasifikasikan sebagai rutin dan pembangunan. Disinilah nantinya efisiensi akan bisa diraih. Demikian juga dengan belanja barang yang seharusnya digunakan untuk membiayai kegiatan operasional pemerintahan untuk pengadaan barang dan jasa, dan biaya pemeliharaan aset negara. Demikian juga sebaliknya sering diklasifikasikan sebagai pengeluaran pembangunan. - Belanja modal menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk pembelian barang-barang kebutuhan investasi (dalam bentuk aset tetap dan aset lainnya). Pos belanja modal dirinci atas (i) belanja modal aset tetap/fisik, dan (ii) belanja modal aset lainnya/non-fisik. Dalam prakteknya selama ini belanja lainnya non-fisik secara mayoritas terdiri dari belanja pegawai, bunga dan perjalanan yang tidak terkait langsung dengan investasi untuk pembangunan. - Subsidi menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan untuk membayar beban subsidi atas komoditas vital dan strategis tertentu yang menguasai hajat hidup orang banyak, dalam rangka menjaga stabilitas harga agar dapat terjangkau oleh sebagian besar golongan masyarakat. Subsidi tersebut dialokasikan melalui perusahaan negara dan perusahaan swasta. Sementara itu, selama ini ada jenis subsidi yang sebetulnya tidak ada unsur subsidinya, maka belanja tersebut akan dikelompokkan sebagai bantuan sosial. Bantuan sosial menampung seluruh pengeluaran negara yang dialokasikan sebagai transfer uang/barang yang diberikan kepada penduduk, guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial, misalnya transfer untuk pembayaran dana kompensasi sosial. Sementara itu, belanja untuk daerah menampung seluruh pengeluaran pemerintah pusat yang dialokasikan ke daerah, yang pemanfaatannya diserahkan sepenuhnya kepada daerah. Secara sederhana, maka struktur APBN dapat ditunjukkan sebagai berikut :
  • 11. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page11 Pendapatan Negara dan Hibah terdiri atas: 1. Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas: a. Penerimaan Perpajakan, terdiri atas 1) Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya. 2) Pajak Perdagangan Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor. b. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas: 1) Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas) 2) Bagian Laba BUMN 3) PNBP lainnya 2. Hibah yaitu bantuan yang berasal dari swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri, dan pemerintah luar negeri a. Belanja terdiri atas dua jenis: 1) Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya. 2) Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah meliputi: a) Dana Bagi Hasil b) Dana Alokasi Umum c) Dana Alokasi Khusus d) Dana Otonomi Khusus. b. Pembiayaan meliputi: 1) Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara. 2) Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: a) Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek
  • 12. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page12 b) Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium. Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Ini merupakan reformasi besar-besaran di bidang anggaran negara dengan tujuan agar ada penghematan belanja negara dan memberantas KKN. Selama lebih dari 32 tahun, Pemerintah melaksanakan sistem anggaran yang dikenal dengan “dual budgeting,” dimana anggaran belanja negara dipisahkan antara anggaran belanja rutin dan anggaran pembangunan. Pemisahan anggaran rutin dan anggaran pembangunan tersebut semula dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah menunjukan banyak kelemahan (Anggito Abimanyu - 4 Juli 2005) yaitu : 1. Duplikasi antara belanja rutin dan belanja pembangunan oleh karena kurang tegasnya pemisahan antara kegiatan operasional organisasi dan proyek, khususnya proyek-proyek non-fisik. Dengan demikian, kinerja sulit diukur karena alokasi dana yang ada tidak mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. 2. Penggunaan “dual budgeting” mendorong dualisme dalam penyusunan daftar perkiraan mata anggaran keluaran (MAK) karena untuk satu jenis belanja, ada MAK yang diciptakan untuk belanja rutin dan ada MAK lain yang ditetapkan untuk belanja pembangunan. 3. Analisis belanja dan biaya program sulit dilakukan karena anggaran belanja rutin tidak dibatasi pada pengeluaran untuk operasional dan belanja anggaran pembangunan tidak dibatasi pada pengeluaran untuk investasi. Proyek yang menerima anggaran pembangunan diperlakukan sama dengan satuan kerja, yaitu sebagai entitas akuntansi, walaupun proyek hanya bersifat sementara. Jika proyek sudah selesai atau dihentikan tidak ada kesinambungan dalam pertanggungjawaban terhadap asset dan kewajiban yang dimiliki proyek tersebut. Hal ini selain menimbulkan ketidakefisienan dalam pembiayaan kegiatan pemerintahan, juga menyebabkan ketidakjelasan keterkaitan antara output/outcome yang dicapai dengan penganggaran organisasi. Penjelasan struktur APBN 1. Pendapatan dan Hibah
  • 13. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page13 Pendapatan diperoleh dari sumber pajak meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Bukan Pajak diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN, penerimaan instansi pemerintah yang terkait pelaksanaan tugas dan fungsi semisal biaya pembuatan SIM di Kepolisian, biaya nikah di KUA dan pendapatan lain-lain. Hibah adalah pemberian oleh negara lain kepada negara yang tidak perlu dikembalikan lagi, dapat berupa uang maupun barang. 2. Belanja Belanja adalah pengeluaran yang dilakukan instansi pemerintah, pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang dilaksanakan secara terus-menerus sepanjang tahun misalnya gaji, pembelian alat tulis pakai habis, dsb. Sedangkan belanja pembangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk membangun aset tetap dan tidak dilaksanakan secara rutin misalnya pembangunan jalan, jembatan dsb. 3. Dana Perimbangan Dana Perimbangan adalah transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. 4. Dana Otonomi Khusus Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dan mengurangi ketertinggalan dari propinsi lainnya. 5. Defisit dan Surplus Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus. 6. Keseimbangan
  • 14. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page14 Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu : keseimbangan primer, dan keseimbangan umum. Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga, sedangkan keseimbangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total pengeluaran termasuk pembayaran bunga 7. Pembiayaan Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali utang Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD Ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN/APBD dalam undang-undang ini meliputi penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah, penegasan peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, pengintegrasian sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, penyempurnaan klasifikasi anggaran, penyatuan anggaran, dan penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam penyusunan anggaran. Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang ini disebutkan bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Hal tersebut berarti bahwa setiap pergeseran anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD. Masalah lain yang tidak kalah pentingnya dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran berbasis prestasi kerja. Mengingat bahwa sistem anggaran berbasis prestasi kerja /hasil memerlukan kriteria pengendalian kinerja dan evaluasi serta untuk menghindari duplikasi dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran
  • 15. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page15 kementerian negara/lembaga/perangkat daerah, perlu dilakukan penyatuan sistem akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran dengan memperkenalkan sistem penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga/perangkat daerah. Dengan penyusunan rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga/perangkat daerah tersebut dapat terpenuhi sekaligus kebutuhan akan anggaran berbasis prestasi kerja dan pengukuran akuntabilitas kinerja kementerian/lembaga/perangkat daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan upaya untuk menerapkan secara penuh anggaran berbasis kinerja di sektor publik, perlu pula dilakukan perubahan klasifikasi anggaran agar sesuai dengan klasifikasi yang digunakan secara internasional. Perubahan dalam pengelompokan transaksi pemerintah tersebut dimaksudkan untuk memudahkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja, memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai kegiatan pemerintah, menjaga konsistensi dengan standar akuntansi sektor publik, serta memudahkan penyajian dan meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah. Selama ini anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan. Pengelompokan dalam anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan yang semula bertujuan untuk memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan dalam pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan anggaran. Sementara itu, penuangan rencana pembangunan dalam suatu dokumen perencanaan nasional lima tahunan yang ditetapkan dengan undang-undang dirasakan tidak realistis dan semakin tidak sesuai dengan dinamika kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dalam era globalisasi. Perkembangan dinamis dalam penyelenggaraan pemerintahan membutuhkan sistem perencanaan fiskal yang terdiri dari sistem penyusunan anggaran tahunan yang dilaksanakan sesuai dengan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) sebagaimana dilaksanakan di kebanyakan negara maju. Walaupun anggaran dapat disusun dengan baik, jika proses penetapannya terlambat akan berpotensi menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam undang-undang ini diatur secara jelas mekanisme pembahasan anggaran tersebut di DPR/DPRD, termasuk pembagian tugas antara panitia/komisi anggaran dan komisi-komisi pasangan kerja kementerian negara/lembaga/perangkat daerah di DPR/DPRD. Fungsi APBN
  • 16. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page16 APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya. 1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. 2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar. 3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak. 4. Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian. 5. Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan 6. Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
  • 17. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page17 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-keputusan investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN secara umum menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi permintaan dan penawaran faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan demikian strategi dan pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam perekonomian suatu negara. Pada saat APBN disusun, setidaknya terdapat tujuh sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN baik sisi pendapatan maupun belanja. Sumber ketidakpastian itu menjadi asumsi dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun APBN. Asumsi dasar tersebut adalah sebagai berikut : NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 1 Pertumbuhan ekonomi tahunan (%) Pertumbuhan ekonomi tahun sebelumnya Perkembangan ekonomi global dan tahun berjalan Kondisi sosial, politik dan keamanan dalam negeri tahun berjalan Kebijakan restrukturisasi di berbagai bidang yang akan dilaksanakan dalam tahun berjalan Kebijakan ekonomi makro yang dilaksanakan pada tahun berjalan Pertumbuhan ekonomi : konsumsi swasta, investasi, ekspor 2 Produk Domestik Bruto(PDB) dalam rupiah 3 Inflasi (%) Kenaikan TDL Menguatnya rupiah Lancarnya distribusi barang Kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati 4 Nilai tukar rupiah per USD Koreksi undervalued, membaiknya konsisi keamanan, social, politik 5 Suku bunga SBI 3 bulan (%) Menguat atau melemahnya nilai tukar rupiah 6 Harga minyak indonesia Permintaan dan penawaran minyak dunia
  • 18. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page18 NO ASUMSI APBN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI (USD/barel) 7 Produksi minyak Indonesia (barel/hari) Kuota OPEC, kapasitas sumur yang semakin menurun sementara penemuan sumur baru relatif kecil, gangguan keamanan Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, Pemerintah/Lembaga Asing, Perusahaan Negara, Perusahaan Daerah, Perusahaan Swasta, serta Badan Pengelola Dana Masyarakat Sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya kegiatan pengelolaan keuangan negara, perlu diatur ketentuan mengenai hubungan keuangan antara pemerintah dan lembaga-lembaga infra/supranasional. Ketentuan tersebut meliputi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, pemerintah asing, badan/lembaga asing, serta hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta dan badan pengelola dana masyarakat. Dalam hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral ditegaskan bahwa pemerintah pusat dan bank sentral berkoordinasi dalam penetapan dan pelaksanaan kebijakan fiskal dan moneter. Dalam hubungan dengan pemerintah daerah, undang-undang ini menegaskan adanya kewajiban pemerintah pusat mengalokasikan dana perimbangan kepada pemerintah daerah. Selain itu, undang-undang ini mengatur pula perihal penerimaan pinjaman luar negeri pemerintah. Dalam hubungan antara pemerintah dan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat ditetapkan bahwa pemerintah dapat memberikan pinjaman/hibah/penyertaan modal kepada dan menerima pinjaman/hibah dari perusahaan negara/daerah setelah mendapat persetujuan DPR/DPRD. Pelaksanaan APBN dan APBD Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut terutama menyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-undang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan yang menjadi beban kementerian negara/lembaga. Selain itu, penuangan dimaksud meliputi pula alokasi dana
  • 19. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page19 perimbangan untuk provinsi/kabupaten/kota dan alokasi subsidi sesuai dengan keperluan perusahaan/badan yang menerima. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang disampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya. Ketentuan mengenai pengelolaan keuangan negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD ditetapkan tersendiri dalam undang-undang yang mengatur perbendaharaan negara mengingat lebih banyak menyangkut hubungan administratif antarkementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah. Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Dalam undang-undang ini ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah. Laporan keuangan pemerintah pusat yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan, demikian pula laporan keuangan pemerintah daerah yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan harus disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga bertanggung jawab atas
  • 20. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page20 pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN, demikian pula Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output). Sebagai konsekuensinya, dalam undang-undang ini diatur sanksi yang berlaku bagi menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota, serta Pimpinan unit organisasi kementerian negara/lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan/kegiatan yang telah ditetapkan dalam UU tentang APBN /Peraturan Daerah tentang APBD. Ketentuan sanksi tersebut dimaksudkan sebagai upaya preventif dan represif, serta berfungsi sebagai jaminan atas ditaatinya Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD yang bersangkutan. Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggungjawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi dalam pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal. Hubungan antara APBN dengan Pertumbuhan Ekonomi : APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua indikator yang penting dalam menentukan tingkat kemakmuran rakyat. Indikator-indikator yang menjadi asumsi di dalam penyusunan APBN adalah indikator makro ekonomi yang menjadi indikator dalam proses pertumbuhan ekonomi. Beberapa kebijakan dalam pengelolaan APBN senantiasa diarahkan kepada terciptanya pertumbuhan ekonomi, walaupun pertumbuhan ekonomi itu sendiri tidak bisa dipaksakan. Ada berapa contoh pandangan ekonom yang menganalisa hubungan antara APBN dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti yang ditulis oleh M. Sadli dalam Kliping Berita Ekonomi dan Opini Ekonomi pada tahun 2007 yang berjudul : “Pertumbuhan Ekonomi Tidak Bisa Dipaksakan” Ada beberapa alasan yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi bergerak lambat walaupaun stabilitas ekonomi makro sudah tercapai :
  • 21. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page21 1. Masih tingginya pengangguran dan kerentanan pasar tenaga kerja. Pengangguran yang tinggi terkait kepada pertambahan penduduk dan kualitas pendidikan dan skill sebagian terbesar SDM kita. Di lain fihak pasar tenaga kerja juga kurang fleksibel, artinya, amat mahal bagi perusahaan untuk mengurangi tenaga kerjanya kalau pasarnya menciut. Biaya pesangon untuk pemutusan hubungan kerja amat tingginya. Karena hubungan industrial di Indonesia kurang menguntungkan perusahaan maka banyak bakal investor internasional memilih lokasi Cina dan Vietnam ketimbang Indonesia. 2. Lemahnya kegiatan investasi dan permasalahan fundamental terkait.Lemahnya kegiatan investasi baru juga oleh karena bagi pengusaha kepastian hukum sejak reformasi telah berkurang. Pelaksanaan otonomi daerah menambah ketidak pastian. Indonesia sekarang terkenal sebagai high-cost economy. Salah suatu sumber ekonomi biaya tinggi adalah kurang memadainya infra-struktur, karena sejak 1998 praktis tidak ada investasi pemerintah di bidang infra-struktur ini. Sebetulnya masih ada suatu rintangan fundamental, yakni intermediasi sistim perbankan belum bisa bekerja secara normal, karena ketatnya prudential rules yang baru dan masih ada trauma kredit macet. Pemerintah sendiri harus memaksimalkan investasi lewat anggaran belanjanya, misalnya untuk membangun infra-struktur yang tidak menguntungkan bagi investor swasta. Tetapi, pengelolaan APBN ini masih mengandung permasalahan sendiri, yang juga terkait dengan prinsip kehati-hatian (prudence). 3. Tingginya potensi tekanan inflasi secara struktural. Di level teknis sudah ada kesepakatan antara Pemerintah dan Bank Indonesia untuk membawa tingkat inflasi jangka panjang ke kisaran 3% setahun. Untuk tahun 2005 sasaran BI adalah 6% plus-minus 1%, untuk tahun 2006 5,5% plus-minus 1% dan untuk tahun 2007 5% plus-minus 1%. Begitu juga untuk tahun 2008 dan 2009. Pengendalian inflasi masih menghadapi resiko intern dan ekstern yang cukup besar. PENUTUP Kesimpulan 1. APBN adalah daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran. Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi keseimbangan yang
  • 22. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page22 dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 2. Mulai tahun 2005, Pemerintah telah mengusulkan penyusunan RAPBN dengan menggunakan format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified budget). Sejalan dengan itu, format dan struktur APBN berubah dari T-Account menjadi I-Account. Format dan struktur I-account yang berlaku saat ini terdiri atas (i) pendapatan negara dan hibah, (ii) belanja negara, dan (iii) pembiayaan. 3. APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. 4. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. 5. APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi. DAFTAR PUSTAKA http://bos.kemdiknas.go.id http://id.wikipedia.org/ Jakarta Pos National Network.Com diakses tanggal 30 April 2014 King, David N., 1984, Fiscal Tiers : The Economics of Multylevel Government, George Allen & Unwin, London. Sjahrir, 1986, Pelayanan dan Jasa-jasa Publik : Telaah Ekonomi serta Implikasi Sosial Politik, Prisma, no. 12. Davey, K., 1988, Pembiayaan Pemerintah Daerah : Praktek-praktek Internasional dan Relevansinya bagi Negara Dunia Ketiga, (terjemahan oleh Amalluah, Amin & Pakpahan), penerbit UI Jakarta. B.J.Reed and John W Swain, 1997, Public Finance Administration, Sage Publications Inc, California, ISBN 0-8039-7405-1
  • 23. Selamet NIM P2CA 13006 Makalah Ekonomi Publik Prof. Dr. Kamio, SE Page23 Domai, Tjahjanulin, 2010, Manajemen Keuangan Publik, Universitas Brawijaya Press, Malang, ISBN 978-979-8074-55-4 Kuncoro, Mudrajad, 2013, Mudah memahami & menganalisis Indikator Ekonomi. UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Reksohadiprodjo, Sukanto. 2001. Ekonomika Publik. Yogyakarta: BPFE. http://ana-ekonomi.blogspot.com/2010/07/konsep-barang-publik.html http://arti-sai.blogspot.com/2010/10/pengertian-barang-publik-dan-barang.html John Cullis and Philip Jones, 1998, Public Finance and Public Choice Second edition, Oxford University Press, New York, ISBN 0-19-877580-6. Hyman, David N. 2010, Public Finance A Contemporary Application Of Theory To Policy, 10E, North Carolina State University ISBN-13: 978-0-538-75446-0 http://www.perpustakaan.depkeu.go.id/Folderebook, 2010, Dasar-dasar Keuangan Publik, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, diakses tanggal 29 April 2014 http://www.kemenkeu.go.id/Data/apbn-tahun-2014, Nota Keuangan Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014. diakses tanggal 29 April 2014