SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Tidak semua negara memiliki wilayah laut. Wilayah laut hanya dimiliki oleh negara yang
berbentuk kepulauan atau yang wilayah daratannya berbatasan dengan laut. Wilayah laut juga
merupakan perbatasan suatu negara dengan negara lain dimana penentuan titik batasnya
ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau multilateral untuk menentukan batas kekuasaan suatu
negara sejauh garis batas terluar wilayah lautnya.
Pertimbangan dalam penentuan batas wilayah yang meliputi kelautan selalu memperhatikan
bentuk konsekuensi sehingga kepentingan masing-masing negara dapat sama-sama berjalan,
karena dalam wilayah kelautan juga tercakup segala bidang kehidupan bangsa dan negara yang
meliputi politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Pertimbangan tersebut secara
umum memperhatikan hal-hal berikut :
- Keadaan geografis
- Strategi dalam hal pertahanan dan keamanan
Dasar hukum yang dipakai dalam bidang kelautan untuk dunia internasional adalah UNCLOS
(United Nations Convention on the Law of the Sea) yang merupakan hasil dari Konvensi Hukum
Laut III yang diselenggarakan pada bulan Desember tahun 1982 bertempat di Jenewa, Swiss.
Saat konvensi ini terbentuk, dari 164 negara anggota, hanya 157 negara yang menandatangani.
(http://www.un.org/Depts/los/reference_files/chronological_lists_of_ratifications.htm)
Dalam sejarah hukum laut, ada 2 asas yang mempengaruhi konsepsi tentang laut teritorial. Dua
asas yang pertama kali dideklarasikan oleh Pontanus ini adalah:
- Res Nullius
Penganut asas Res Nullius berpendapat bahwa tidak ada yang memiliki lautan, karena itu
siapapun dapat memiliki.
- Res Communis
Penganut asas Res Communis berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat dunia, maka
tidak ada negara yang boleh mengklaim atas
laut
Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional, banyak negara yang memperjuangkan untuk
menguasai lautan dengan berbagai alasan dan kepentingan seperti karantina (terutama terhadap
penyakit pes), bea cukai, serta pertahanan dan keamanan. Pada waktu yang bersamaan terjadi
adu argumentasi diantara para penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan
dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negaranya masing- masing.
Dokktrin tentang wilayah laut yang paling terkenal adalah:
- Mare Liberum
Doktrin Laut Bebas yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda, Hugo Grotius (Hugo
de Groot). Dalam bukunya yang berjudul Mare
Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat dimiliki oleh negara manapun.
Semua orang dapat dengan bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya yang ada di laut.
- Mare Claussum
Doktrin Laut Tertutup yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Inggris, John Shelden.
Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki.
Shelden menunjuk pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan mereka
seperti Swedia, Rusia, Jerman, Genoa dan
Venetina.
Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman pertempuran buku-buku. Hal ini
desebabkan para pemikir dan ahli hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya
dengan menulis buku. Dalam waktu yang tidak lama muncul pendapat dari Pontanus, seorang
sarjana Belanda yang bekerja pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori
pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan pantai dan dapat dimiliki dan diluar
itu merupakan laut bebas yang tidak dapat dimiliki.
Polemik yang terjadi antara penganut Mare Liberum dan Mare Clausum kemudian diakhiri oleh
Cornelis Von Bynkershoek. Dalam karyanya De Dominia Maris Disertasio, dia mengasimilasi
wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai. Bynkershoek menyatakan bahwa
kedaulatan negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu hanya mencapai
jarak 3 mil laut. Pendapat yng berkembang diantara ahli hukum klasik akhir Abad ke-XIX ialah
salah satu antara Mare Clausum dan Mare Liberum. Hukum perikanan internasional klasik
secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare Liberum).
Perseteruan tentang wilayah laut mulai menemukan jalan keluar dengan terbentuknya Liga
Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I dan tahun-tahun permulaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dengan adanya penambahan lembaga di Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu International Law
Commission, yang bertugas untuk mempersiapkan pembaharuan dan kodifikasi Hukum
Internasional, diadakanlah Konvensi Hukum Laut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan zona laut, yaitu:
1. Konvensi Hukum Laut I tahun 1958
Konvensi hukum laut yang pertama ini membahas tentang:
- Laut Teritorial dan Zona Tambahan
- Perikanan dan konservasi Sumber Daya Alam hayati dari laut lepas
- Laut lepas
- Landas kontinen
Belum ada ketetapan yang pasti untuk topik-topik yang dibahas. Sehingga, para negara anggota
konvensi bersepakat untuk mengadakan
Konvensi Hukum Laut ke-II untuk membahas kelanjutan masalah lebar laut teritorial dan zona
perikanan.
2. Konvensi Hukum Laut II tahun 1960
Konvensi lanjutan dari Konvensi Hukum Laut I ini dianggap gagal karena diveto oleh USSR
(Union of Soviets Republics). USSR atau
Rusia adalah salah satu dari 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB (Security Council) selain
USA (United States of America), UK
(United Kingdom), FR (French Republic), and PRC (People’s Republic of China). Seurity
Council adalah badan PBB yang fungsinya
memelihara atau mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. Lima anggota tetap
dari Security Council ini memiliki Hak
Veto, yaitu hak untuk memblokir atau menolak keputusan Dewan Keamanan walaupun ke 14
anggota dewan yang lain menyetujui isi dari
perjanjian yang bersangkutan.
Dalam hal ini, Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memakai Hak Veto miliknya
untuk menolak kesepakatan yang didapat dari
Konvensi Hukum Laut II.
3. Konvensi Hukum Laut III tahun 1982
Konvensi yang dimulai pada tahun 1974 di Caracas ini diikuti oleh beberapa negara yang
wilayahnya berupa negara maritim, negara kepulauan, dan negara selat. Jumlah negara yang
berpartisipasi dalam konvensi ini adalah 160 negara dan dibagi dalam beberapa grup dengan isu
masing-masing, yaitu:
a. Grup Negara Pantai
Grup ini terdiri dari 87 anggota dengan membawa isu tentang pertahanan dan keamanan
nasional, Zona Ekonomi Eksklusif (Konservasi SDA hayati dan kontrol SDA non hayati), serta
kontrol terhadap penelitian ilmiah di wilayah laut.
b. Grup Negara Maritim
Grup yang terdiri dari 5 negara ini membawa isu dari negaranya masing-masing tentang Hak
Lintas Damai (Kebebasan Berlayar), Hak Lintas Transit (Lintas transit untuk kapal selam
melewati selat internasional), kebebasan untuk terbang, Konsep Negara Terapung (jurisdiksi
eksklusif negara bendera kapal), membatasi kontrol negara pelabuhan dan negara pantai.
c. Grup Land-Locked and Geographically-Disadvantages States
Jumlah 55 negara yang ada di grup ini, adalah negara-negara yang tidak memiliki wilayah laut,
atau wilayah lautnya berdampingan dengan wilayah laut negara lain. Termasuk juga, negara
kepulauan dan negara selat.
Selain isu-isu yang dibawa oleh masing-masing negara, ada 5 zona maritim yang telah ditetapkan
dalam konvensi ini:
a. Zona yang berada dibawah kedaulatan penuh suatu negara, yaitu Laut Teritorial, Laut
Pedalaman dan Selat untuk Pelayaran Internasional
b. Zona dengan jurisdiksi khusus dan terbatas bagi suatu negara, yaitu Zona Tambahan
c. Zona dengan jurisdiksi eksklusif untuk pemanfaatan SDA, yaitu Zona Ekonomi Eksklusif dan
Landas Kontinen
d. Zona yang berada dibawah pengaturan hukum internasional khusus, yaitu Dasar Laut Samudra
Dalam dan Tanah dibawahnya (International Sea Bed Area)
e. Zona yang tidak berada dibawah kedulatan maupun jurisdiksi dari negara manapun, yaitu Laut
Lepas
Atas beberapa keputusan yang diambil dalam konvensi ini, semua delegasi setuju bahwa
UNCLOS (United Nations Convention on the Law Of the Sea) adalah Package Deal, dan hal
tersebut tertera dalam Pasal 309 dan 310 konvensi ini.
WilayahLaut

More Related Content

What's hot

Sejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalSejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalDevindra Oktaviano
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia ahmad akhyar
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)AkbarYahyaYogerasi2
 
Air & Space Law - Konvensi Chicago
Air & Space Law - Konvensi ChicagoAir & Space Law - Konvensi Chicago
Air & Space Law - Konvensi ChicagoMariske Myeke Tampi
 
Kebijakan perikanan indonesia
Kebijakan perikanan indonesiaKebijakan perikanan indonesia
Kebijakan perikanan indonesiaShanti Paramita J
 
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraMenetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraahmad akhyar
 
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)Eva Rosita
 
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Mariske Myeke Tampi
 
Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udaraAmina Ar
 
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Wildan Fakhri
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan ahmad akhyar
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalgreycats_media
 
Geografi Batas Wilayah
Geografi Batas WilayahGeografi Batas Wilayah
Geografi Batas WilayahSerepina
 
Sumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMISumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMIDarul Makmur
 
Unclos 1982
Unclos 1982Unclos 1982
Unclos 1982Sei Enim
 

What's hot (20)

Sejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut InternasionalSejarah Hukum Laut Internasional
Sejarah Hukum Laut Internasional
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
 
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbarTugas rangkuman hukum laut pa jabbar
Tugas rangkuman hukum laut pa jabbar
 
Makalah Hukum Laut
Makalah Hukum LautMakalah Hukum Laut
Makalah Hukum Laut
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
 
Air & Space Law - Konvensi Chicago
Air & Space Law - Konvensi ChicagoAir & Space Law - Konvensi Chicago
Air & Space Law - Konvensi Chicago
 
Kebijakan perikanan indonesia
Kebijakan perikanan indonesiaKebijakan perikanan indonesia
Kebijakan perikanan indonesia
 
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udaraMenetapkan batas kedaulatan wilayah udara
Menetapkan batas kedaulatan wilayah udara
 
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)
TZMKO, Wasantara (Wawasan Nusantara)
 
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
Air & Space Law - Konferensi Paris 1910 dan Konvensi Paris 1919
 
Tugas hukum udara
Tugas hukum udaraTugas hukum udara
Tugas hukum udara
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembangan
 
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan
 
Laut lepas 02
Laut lepas 02Laut lepas 02
Laut lepas 02
 
Sistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasionalSistem hukum dan peradilan internasional
Sistem hukum dan peradilan internasional
 
Geografi Batas Wilayah
Geografi Batas WilayahGeografi Batas Wilayah
Geografi Batas Wilayah
 
Sejarah Unclos III
Sejarah Unclos IIISejarah Unclos III
Sejarah Unclos III
 
Sumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMISumbangan Pemikiran FMMI
Sumbangan Pemikiran FMMI
 
Unclos 1982
Unclos 1982Unclos 1982
Unclos 1982
 

Similar to WilayahLaut

RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptxRESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptxSuciHati8
 
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdfBimaKumara1
 
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE  BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE  BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizkyDarmawan49
 
KEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptKEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptFeryChofa
 
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiaWawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiamohandika1
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Geopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional IndonesiaGeopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional Indonesiarusdiman1
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Lutfi Nast
 
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AW
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AWWAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AW
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptx
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptxWilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptx
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptxLauraComputer
 
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdf
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdfp-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdf
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdfNangimal
 

Similar to WilayahLaut (20)

RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptxRESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
RESUME HUKUM LAUT( putri eka gustina).pptx
 
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf
195-File Utama Naskah-826-1-10-20220113.pdf
 
HUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptxHUKUM LAUT.pptx
HUKUM LAUT.pptx
 
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE  BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE  BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...
KEDAULATAN ATAS WILAYAH LAUT TIMOR–LESTE BERDASAR PERSPEKTIF HUKUM INTERNASI...
 
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasanRizky darmawan tugas.2 perbatasan
Rizky darmawan tugas.2 perbatasan
 
Hukum Maritim.ppt
Hukum Maritim.pptHukum Maritim.ppt
Hukum Maritim.ppt
 
KEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.pptKEDAULATAN_10.ppt
KEDAULATAN_10.ppt
 
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensiaWawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
Wawasan Nusantara yang menggabarkan kultur dalam bermasyarakat d indoensia
 
Askep archipelago
Askep archipelagoAskep archipelago
Askep archipelago
 
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
 
Kel4 Batas Wilayah Indonesia
Kel4 Batas Wilayah IndonesiaKel4 Batas Wilayah Indonesia
Kel4 Batas Wilayah Indonesia
 
Batas wilayah
Batas wilayahBatas wilayah
Batas wilayah
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Proposal study
Proposal studyProposal study
Proposal study
 
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
Makalah Hukum Laut dan PPPK (By. Saiful Mukminin)
 
Geopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional IndonesiaGeopolitik Nasional Indonesia
Geopolitik Nasional Indonesia
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
 
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AW
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AWWAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AW
WAWASAN NUSANTARA - PPKN - DJOKO AW
 
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptx
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptxWilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptx
Wilayah_negara_kesatuan_republik_indones.pptx
 
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdf
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdfp-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdf
p-kwn-6wawasanke-indonesiaan-150611035719-lva1-app6892.pdf
 

More from Yasirecin Yasir (20)

Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinyaBentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
Bentuk sel hewan dan tumbuhan beserta penjelasan dan fungsinya
 
Cara menambah ram pc
Cara menambah ram pcCara menambah ram pc
Cara menambah ram pc
 
Ujian konsep dasar keperawatan
Ujian konsep dasar keperawatanUjian konsep dasar keperawatan
Ujian konsep dasar keperawatan
 
Tugas rpp
Tugas rppTugas rpp
Tugas rpp
 
Tugas ppd
Tugas ppdTugas ppd
Tugas ppd
 
Tugas pp
Tugas ppTugas pp
Tugas pp
 
Tugas pemikiran bung hatta
Tugas pemikiran bung hattaTugas pemikiran bung hatta
Tugas pemikiran bung hatta
 
Tugas jepang
Tugas jepangTugas jepang
Tugas jepang
 
Tugas ekonomi
Tugas ekonomiTugas ekonomi
Tugas ekonomi
 
Tugas biokimia gigi
Tugas biokimia gigiTugas biokimia gigi
Tugas biokimia gigi
 
Tugas biokimia air
Tugas biokimia airTugas biokimia air
Tugas biokimia air
 
Tugas bahasa
Tugas bahasaTugas bahasa
Tugas bahasa
 
Tugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesiaTugas bahasa indonesia
Tugas bahasa indonesia
 
Tugas apresiasi prosa dan puisi
Tugas apresiasi prosa dan puisiTugas apresiasi prosa dan puisi
Tugas apresiasi prosa dan puisi
 
Tugas antropologi budaya
Tugas antropologi budayaTugas antropologi budaya
Tugas antropologi budaya
 
Translate medicene
Translate mediceneTranslate medicene
Translate medicene
 
Tanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbhTanaman pangan pbh
Tanaman pangan pbh
 
Spesies gajah
Spesies gajahSpesies gajah
Spesies gajah
 
Rutinit as
Rutinit asRutinit as
Rutinit as
 
Rrp ng vini
Rrp ng viniRrp ng vini
Rrp ng vini
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 

WilayahLaut

  • 1. Tidak semua negara memiliki wilayah laut. Wilayah laut hanya dimiliki oleh negara yang berbentuk kepulauan atau yang wilayah daratannya berbatasan dengan laut. Wilayah laut juga merupakan perbatasan suatu negara dengan negara lain dimana penentuan titik batasnya ditentukan melalui ekstradisi bilateral atau multilateral untuk menentukan batas kekuasaan suatu negara sejauh garis batas terluar wilayah lautnya. Pertimbangan dalam penentuan batas wilayah yang meliputi kelautan selalu memperhatikan bentuk konsekuensi sehingga kepentingan masing-masing negara dapat sama-sama berjalan, karena dalam wilayah kelautan juga tercakup segala bidang kehidupan bangsa dan negara yang meliputi politik, ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Pertimbangan tersebut secara umum memperhatikan hal-hal berikut : - Keadaan geografis - Strategi dalam hal pertahanan dan keamanan Dasar hukum yang dipakai dalam bidang kelautan untuk dunia internasional adalah UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea) yang merupakan hasil dari Konvensi Hukum Laut III yang diselenggarakan pada bulan Desember tahun 1982 bertempat di Jenewa, Swiss. Saat konvensi ini terbentuk, dari 164 negara anggota, hanya 157 negara yang menandatangani. (http://www.un.org/Depts/los/reference_files/chronological_lists_of_ratifications.htm) Dalam sejarah hukum laut, ada 2 asas yang mempengaruhi konsepsi tentang laut teritorial. Dua asas yang pertama kali dideklarasikan oleh Pontanus ini adalah: - Res Nullius Penganut asas Res Nullius berpendapat bahwa tidak ada yang memiliki lautan, karena itu siapapun dapat memiliki. - Res Communis Penganut asas Res Communis berpendapat bahwa laut adalah milik masyarakat dunia, maka tidak ada negara yang boleh mengklaim atas laut Pada masa pembentukan Hukum Laut Internasional, banyak negara yang memperjuangkan untuk menguasai lautan dengan berbagai alasan dan kepentingan seperti karantina (terutama terhadap penyakit pes), bea cukai, serta pertahanan dan keamanan. Pada waktu yang bersamaan terjadi adu argumentasi diantara para penulis atau ahli hukum yang masing- masing mempertahankan dan membenarkan tindakan- tindakan yamg dilakukan oleh negaranya masing- masing. Dokktrin tentang wilayah laut yang paling terkenal adalah: - Mare Liberum Doktrin Laut Bebas yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Belanda, Hugo Grotius (Hugo de Groot). Dalam bukunya yang berjudul Mare Liberum mengatakan bahwa laut tidak dapat dimiliki oleh negara manapun. Semua orang dapat dengan bebas mengakses dan memanfaatkan sumber daya yang ada di laut. - Mare Claussum Doktrin Laut Tertutup yang dikemukakan oleh seorang ahli hukum Inggris, John Shelden. Shelden berpendapat bahwa laut dapat dimiliki. Shelden menunjuk pada praktek negara- negara yang menerapkan kedaulatan perairan mereka
  • 2. seperti Swedia, Rusia, Jerman, Genoa dan Venetina. Periode ini dalam sejarah hukum laut dikenal dengan jaman pertempuran buku-buku. Hal ini desebabkan para pemikir dan ahli hukum saling berlomba untuk mempublikasikan pendapatnya dengan menulis buku. Dalam waktu yang tidak lama muncul pendapat dari Pontanus, seorang sarjana Belanda yang bekerja pada Dinas Diplomatik Denmark yang mengemukakan teori pembagian wilayah laut yaitu laut yang berdekatan dengan pantai dan dapat dimiliki dan diluar itu merupakan laut bebas yang tidak dapat dimiliki. Polemik yang terjadi antara penganut Mare Liberum dan Mare Clausum kemudian diakhiri oleh Cornelis Von Bynkershoek. Dalam karyanya De Dominia Maris Disertasio, dia mengasimilasi wilayah daratan dengan laut yang bersambung dengan pantai. Bynkershoek menyatakan bahwa kedaulatan negara berakhir sampai sejauh tembakan meriam yang ketika itu hanya mencapai jarak 3 mil laut. Pendapat yng berkembang diantara ahli hukum klasik akhir Abad ke-XIX ialah salah satu antara Mare Clausum dan Mare Liberum. Hukum perikanan internasional klasik secara rasional yuridis lebih mendukung gagasan Grotius (Mare Liberum). Perseteruan tentang wilayah laut mulai menemukan jalan keluar dengan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia I dan tahun-tahun permulaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Dengan adanya penambahan lembaga di Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu International Law Commission, yang bertugas untuk mempersiapkan pembaharuan dan kodifikasi Hukum Internasional, diadakanlah Konvensi Hukum Laut untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan zona laut, yaitu: 1. Konvensi Hukum Laut I tahun 1958 Konvensi hukum laut yang pertama ini membahas tentang: - Laut Teritorial dan Zona Tambahan - Perikanan dan konservasi Sumber Daya Alam hayati dari laut lepas - Laut lepas - Landas kontinen Belum ada ketetapan yang pasti untuk topik-topik yang dibahas. Sehingga, para negara anggota konvensi bersepakat untuk mengadakan Konvensi Hukum Laut ke-II untuk membahas kelanjutan masalah lebar laut teritorial dan zona perikanan. 2. Konvensi Hukum Laut II tahun 1960 Konvensi lanjutan dari Konvensi Hukum Laut I ini dianggap gagal karena diveto oleh USSR (Union of Soviets Republics). USSR atau Rusia adalah salah satu dari 5 anggota tetap Dewan Keamanan PBB (Security Council) selain USA (United States of America), UK (United Kingdom), FR (French Republic), and PRC (People’s Republic of China). Seurity Council adalah badan PBB yang fungsinya memelihara atau mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional. Lima anggota tetap dari Security Council ini memiliki Hak Veto, yaitu hak untuk memblokir atau menolak keputusan Dewan Keamanan walaupun ke 14
  • 3. anggota dewan yang lain menyetujui isi dari perjanjian yang bersangkutan. Dalam hal ini, Rusia sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB memakai Hak Veto miliknya untuk menolak kesepakatan yang didapat dari Konvensi Hukum Laut II. 3. Konvensi Hukum Laut III tahun 1982 Konvensi yang dimulai pada tahun 1974 di Caracas ini diikuti oleh beberapa negara yang wilayahnya berupa negara maritim, negara kepulauan, dan negara selat. Jumlah negara yang berpartisipasi dalam konvensi ini adalah 160 negara dan dibagi dalam beberapa grup dengan isu masing-masing, yaitu: a. Grup Negara Pantai Grup ini terdiri dari 87 anggota dengan membawa isu tentang pertahanan dan keamanan nasional, Zona Ekonomi Eksklusif (Konservasi SDA hayati dan kontrol SDA non hayati), serta kontrol terhadap penelitian ilmiah di wilayah laut. b. Grup Negara Maritim Grup yang terdiri dari 5 negara ini membawa isu dari negaranya masing-masing tentang Hak Lintas Damai (Kebebasan Berlayar), Hak Lintas Transit (Lintas transit untuk kapal selam melewati selat internasional), kebebasan untuk terbang, Konsep Negara Terapung (jurisdiksi eksklusif negara bendera kapal), membatasi kontrol negara pelabuhan dan negara pantai. c. Grup Land-Locked and Geographically-Disadvantages States Jumlah 55 negara yang ada di grup ini, adalah negara-negara yang tidak memiliki wilayah laut, atau wilayah lautnya berdampingan dengan wilayah laut negara lain. Termasuk juga, negara kepulauan dan negara selat. Selain isu-isu yang dibawa oleh masing-masing negara, ada 5 zona maritim yang telah ditetapkan dalam konvensi ini: a. Zona yang berada dibawah kedaulatan penuh suatu negara, yaitu Laut Teritorial, Laut Pedalaman dan Selat untuk Pelayaran Internasional b. Zona dengan jurisdiksi khusus dan terbatas bagi suatu negara, yaitu Zona Tambahan c. Zona dengan jurisdiksi eksklusif untuk pemanfaatan SDA, yaitu Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen d. Zona yang berada dibawah pengaturan hukum internasional khusus, yaitu Dasar Laut Samudra Dalam dan Tanah dibawahnya (International Sea Bed Area) e. Zona yang tidak berada dibawah kedulatan maupun jurisdiksi dari negara manapun, yaitu Laut Lepas Atas beberapa keputusan yang diambil dalam konvensi ini, semua delegasi setuju bahwa UNCLOS (United Nations Convention on the Law Of the Sea) adalah Package Deal, dan hal tersebut tertera dalam Pasal 309 dan 310 konvensi ini.