SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
i
TUGAS MATA KULIAH
HUKUM LAUT DAN PPPK
Perkembangan Hukum Laut di Indonesia
Dosen Pengampu:
Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng
Saiful Mukminin
1310210008
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
TUBAN
2022
ii
Ketentuan:
 Tugas Individu
 Font Times New Roman, ukuran 12
 Rata kanan dan kiri dengan margin 1 inch
 Isi makalah minimal 8 halaman (tdk termasuk sampul, daftar isi dan daftar pustaka)
 Dikumpulkan maksimal 1 hari sebelum UAS Hukum Laut dan PPPK
 Halaman terakhir diberikan daftar pustaka yang digunakan dalam makalah. Dapat
berasal dari jurnal, prosiding seminar, buku, blog, dll.
 Hasil tugas akan di upload di Academia.Edu
 Link pengumpulan makalah:
https://drive.google.com/folderview?id=1DO_RS_I5NJdUxoDdHq1SAIXvJLNsUIqP
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dengan rahmat
dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini dibuat hasil dari
penyusunan dari berbagai literatur yaitu buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan tema
yang penulis ambil dan data-data dari internet.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan proposal ini.
Pati, 28 Desember 2021
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional .............................................3
2.2. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Indonesia ...................................................4
2.3. Perbatasan Wilayah Negara.....................................................................................4
2.4. Garis Pangkal, Laut Territorial dan Zona Tambahan..........................................5
2.5. Zona Ekonomi Eksklusif ..........................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
3.1. Kesimpulan................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laut merupakan keseluruhan rangkain air yang menggenangi permukaan bumi. Menurut
definisi hukum, laur adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas di seluruh
permukaan bumi. Pentingnya laut dalam hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula
arti hukum laut internasional, karena hukum laut internasional mengatur manfaat dan kegunaan
laut, karena laut hanya dapat dimanfaatkan dengan kendaraan-kendaraan khusus yaitu kapal-
kapal yang diatur dalam hukum laut. Hukum laut internasional memiliki peran yang signifikan
dalam pembentukan kedaulatan wilayah laut suatu negara pantai. Hukum laut internasional
mengatur hal-hal signifikan terkait aplikasi kedaulatan negara di wilayah laut seperti
kedaulatan di wilayah laut territorial dan hak-hak berdaulat di wilayah zona ekonomi eksklusif.
Setiap kegiatan lalu lintas dan konservasi ekosistem laut dan samudera diatur dalam hukum
laut internasional, sehingga kedaulatan negara terhadap wilayah perairannya diikuti oleh
norma-norma yang mengandung hak dan kewajiban.
Salah satu hak yang berkaitan erat dengan kedaulatan negara pantai di wilayah periaran
adalah hak negara untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah
laut. Hak ini meliputi wilayah laut territorial dan atau perairan kepulauannya. Selain itu, dengan
adanya konsep wilayah zona ekonomi eksklusif dan wilayah landas kontinen wilayah perairan
yang diatur dalam hukum laut internasional, memungkinkan suatu negara mengaplikasikan
haknya untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam di wilayah-wilayah tersebut. Batas
negara terutama di wilayah laut sangat mempengaruhi kestabilan dalam negeri dan hubungan
luar negeri suatu negara terhadap keadaan peran yang lebih karena lautnya merupakan alur lalu
lintas pelayaran. Oleh karena itu, selain pengoptimalan potensi dan pelestarian lingkungan,
unsur keamanan maupun unsur administratif wilayah suatu negara perlu diperkuat dan
diperjelas.
Pentingnya penetapan batas antar negara untuk mempertahankan kedaulatan dan hak-hak
berdaulat antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang berkaitan dengan hubungan
internasional, negara perlu menetapkan perbatasan wilayah baik dimensi perbatasan darat
maupun perbatasan laut dan udara. Penetapan perbatasan wilayah tersebut dapat dilakukan
sesuai ketentuan hukum internasional agar dapat memberikan kepastian hukum, kemanfaatan
hukum dan keadilan bagi masyarakat yang mendiami wilayah perbatasan. Praktik masyarakat
internasional membuktikan bahwa laut merupakan wilayah yang kompleks dan menimbulkan
2
banyak permasalahan dalam pengukuran batas wilayah, sehingga wilayah laut dan
pemanfaatannya diatur dalam hukum internasional. Hukum laut sangatlah krusial bagi
Indonesia untuk mengelola lautnya yang begitu luas serta memastikan bahwa rakyatnya dapat
mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dari lautan, serta untuk memastikan lintasan kapal-
kapal asing melalui perairan Indonesia tidak membahayakan bagi keselamatan dan keamanan
Negara Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah yang timbul sebagai
berikut:
1. Bagaimana perkembangan hukum laut di Indonesia
2. Bagaimana penetapan batas wilayah laut antar negara
3. Apa yang dimaksud dengan ZEE
4. Bagaimana penentuan batas luar dan lebarnya ZEE
1.3. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan hukum laut di Indonesia
2. Mengetahui penetapan batas wilayah laut antar negara
3. Mengetahui pengertian ZEE
4. Mengetahui penentuan batas luar dan lebarnya ZEE
3
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional
Menurut Puspitawati (2017), hukum internasional didasarkan pada eksistensi dan
kedaulatan suatu negara yang merupakan kekuasaan tertinggi atau mendasarkan pada
kesamaan derajat negara-negara. Hukum laut internasional merupakan salah satu cabang
hukum internasional yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam setidaknya
50 tahun terakhir dan akan selalu berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hukum
laut internasional adalah aturan-aturan atau kaidah yang mengatur tentang berbagai persoalan
yang berhubungan dengan batas-batas wilayah negara yang berkaitan dengan laut dalam
wilayah negara atau diluar wilayah negara. Hukum laut internasional yang dikenal saat ini
berasal dari zaman romawi kuno, sebelum imperial romawi kuno berada dalam masa puncak
kejayaan Phonecia dan Rhodes mengaitkan kekuasaan atas laut dengan kepemilikan atas laut.
Peraturan-peraturan hukum laut Rhodes yang berasal dari abad ke-2 atau ke-3 SM sangat
berpengaruh di daerah laut tengah dikarenakan prinsip-prinsip dari Rhodes sangat diterima
dengan baik oleh orang-orang Yunani dan Romawi.
Sejarah pertumbuhan hukum laut internasional ditandai dengan munculnya pertaruangan
antara dua konsepsi hukum laut:
1. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik bersama masyarakat
dunia dan oleh karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh siapapun.
2. Res Nulius, yang menyatakan laut ini tidak ada yang memiliki dan oleh karena itu
dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara.
Pertumbuhan dan perkembangan kedua doktrin tersebut diawali dengan sejarah panjang
mengenai penguasaaan laut oleh Imperium Roma yang menguasai tepi lautan tengah dan
karenanya menguasai seluruh lautan tengah secara mutlak. Pemikiran hukum bangsa romawi
didasarkan atas doktrin res communis omnium (hak bersama seluruh umat manusia), yang
memandang penggunaan laut bebas atau terbuka bagi setiap orang. bertitik tolak dari
perkembangan doktrin res communis omnium tersebut, kebebasan di laut lepas sebagai prinsip
kebebasan di laut lepas telah diletakkan jauh sejak lahirnya masyarakat bangsa-bangsa, dan
doktrin ini dalam sejarah hukum laut internasional merupakan tonggal bagi perkembangan
hukum laut internasional pada masa berikutnya.
Menurut konsepsi res nulius, laut bisa dimiliki apabila yang berhasrat memilikinya bisa
menguasai dengan mendudukinya. Pendudukan ini dalam hukum perdata romawi dikenal
4
sebagi konsepsi okupasi. Keadaan yang dilukiskan tersebut berakhir dengan runtuhnya
Imperium Romawi dan munculnya berbagai kerajaan dan negara di sekitar lautan tengah yang
masing-masing merdeka dan berdiri sendiri yang satu lepas dari yang lain. Walaupun
penguasaan mutlak lautan tengan oleh Imperium Romawi telah berakhir, akan tetapi pemilikan
lautan oleh negara-negara dan kerajaan tetap menggunakan asas-asas hukum Romawi.
2.2. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia, hal ini merupakan
salah satu keuntungan bagi negara Indonesia karena sektor maritim dan laut yang dimiliki
Indonesia sangat strategis. Pada tahun 1939, perairan Indonesia diatur oleh Territorial Zee En
Mariettieme Kringen Ordonnantie mengenai laut wilayah, yaitu “Lebar laut Indonesia adalah
3 mil laut, diukur dari garis air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah
Indonesia”. Penentuan batas laut yang demikian sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan
zaman, tidak sesuai dengan kepentingan rakyat banyak karena sifat khusus Indonesia yang
merupakan Negara Kepulauan serta letaknya stategis. Ketentuan yang dilahirkan di zaman
penjajahan tersebut masih tetap dipakai sampai tahun 1957, yaitu dengan adanya Deklarasi
Juanda yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar,
diantara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Lebar laut
Indonesia menjadi 12 mil yang diukur dari garis pangkal yang menghubungkan titik-titik
terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia. Konsepsi baru ini diperkokoh dengan undang-
undang No. 4 Prp Tahun 1960. Dengan ketentuan hukum yang baru, seluruh kepulauan dan
perairan Indonesia adalah suatu satu kesatuan dimana dasar laut, lapisan tanah dibawahnya,
udara diatasnya, serta seluruh kekayaan alamnya berada dibawah kedaulatan
Indonesia.berlakunya konsepsi hukum laut territorial 12 mil adalah konsepsi hukum laut
internasional I (UNCLOS) pada tahun 1958, bahwa laut territorial ditetapkan 12 mil dari garis
pangkal surut air pantai (Anwar, 2013).
2.3. Perbatasan Wilayah Negara
Kawasan perbatasan merupakan manifestasi utama daripada kedaulatan wilayah suatu
negara, kawasan suatu negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan batas
wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, serta keamanan dan keutuhan suatu
wilayah negara. Menurut Strake (2007), perbatasan adalah garis khayalan yang memisahkan
dua atau lebih wilayah politik atau yuridiksi seperti negara, ngara bagian atau wilayah
substansional. Perbatasan ditandai dengan tapal batas berupa tugu atau batu yang berukuran
5
besar atau kecil. Wilayah perbatasan tidah hanya terbatas pada dua atau lebih negara yang
berbeda, namun dapat pula ditemui dalam suatu negara, dengan kata lain, perbatasan
merupakan area yang membatasi antara dua kepentingan yuridiksi yang berbeda. Dalam
penentuan garis batas laut wilayah diperlukan kejelasan titik pangkal yang digunakan untuk
menarik garis dasar laut wilayah. Penetapan perbatasan antar negara secara jelas tidak hanya
dapat mengurangi resiko timbulnya konflik perbatasan di kemudian hari, tetapi juga dapat
menjamin pelaksanaan hukum di masing-masing sisi perbatasan. Perbatasan identik dengan
wilayah territorial dan kedaulatan suatu negara, persoalan penetapan perbatasan negara sangat
tinggi relevansi dan urgensinya terhadap upaya pemeliharaan integritas wilayah. Adanya
penetapan garis batas wilayah secara lengkap akan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya
sengketa perbatasan, sebaliknya ketidakpastian batas wilayah dapat berakibat timbulnya klaim
territorial tumpang tindih.
Menurut Vinata (2010), penentuan batas wilayah laut dengan negara tetangga, dalam hal
dua negara yang letaknya berhadapan atau berdampingan satu sama lain tidak satupun berhak
kecuali ada persetujuan yang sebaliknya antara mereka, untuk menetapkan batas laut
wilayahnya melebihi garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik terdekat pada
garis pangkal dimaan lebar laut territorial masing-masing. Pada tanggal 13 Desember 1957
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan unilateral (deklarasi) yang
ditandatangani oleh Perdana Menteri Djuanda, deklarasi ini menentukan bahwa lebar laut
wilayah Republik Indonesia adalah 12 mil laut dukur dari garis yang menghubungkan titik
terluar pada pulau terluar negara Republik Indonesia segala perairan di sekitar, diantara, dan
yang menghubungkan pulau-pulau wilayah Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang
tidak dipisah-pisahkan.
2.4. Garis Pangkal, Laut Territorial dan Zona Tambahan
Ketentuan mengenai garis pangkal lurus kepulauan terdapat dalam Pasal 3 Peraturan
Pemerintah No. 38 Tahun 2002. Dalam Pasal 3 Ayat 1 dikemukakan bahwa garis pangkal lurus
kepulauan merupakan garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut territoria l,
diantara pulau-pulau terluar, dan karang kering terluar kepulauan Indonesia. Pada Pasal 4 Ayat
1, dinyatakan bahwa garis pangkal biasa digunakan untuk mengukur lebar laut territorial dalam
hal bentuk geografis pantai suatu pulau terluar. Pada Pasal 5 Ayat 2, dijelaskan bahwa garis
lurus yang ditarik antara titik-titik terluar pada garis air rendah yang menonjol dan
berseberangan di mulut lekukan pantai tersebut. Cara lain dalam penarikan garis pangkal
kepulauan juga terdapat dalam Pasal 6 yang mengatur garis penutup teluk, Pasal 7 tentang garis
6
penutup muara sungai, terusan dan kual, dan Pasal 8 yang menetapkan garis penutup
pelabuhan.
Laut territorial merupakan perluasan dari wilayah territorial darat suatu negara. Konsep
laut territorial ada dikarenakan kebutuhan untuk menumpas pembajakan dan juga sebagai jalur
pelayaran dan perdagangan antar negara. Prinsip ini mengijinkan setiap negara berhak
memperluas yuridiksinya melebihi batas wilayah pantainya untuk alasan keamanan. Ketentuan
laut territorial dimodifikasikan dalam konvensi hukum laut Internasional tahun 1982
(UNCLOS), UNCLOS mengijinkan negara pantai untuk menikmati yuridiksi eksklusif atas
tanah dan lapisan tanah dibawahnya sejauh 12 mil diukur dari garis pangkal sepanjang pantai
yang mengelilingi negara tersebut.
Zona tambahan adalah suatu jalur perairan yang berdekatan dengan batas maritim atau
territorial, tidak termasuk kedaulatan negara pantai, tetapi dalam zona tersebut negara pantai
dapat melaksanakan hak-hak pengawasan tertentu untuk mencegah pelanggaran peraturan
perundang-undangan, bea cukai, fiscal, dan ke imigrasian di wilayah laut territorialnya. Dalam
Pasal 24 Ayat 2 UNCLOS III ditegaskan tentang lebar maksimum tentang zona tambahan tidak
boleh lebih dari 12 mil laut diukur dari garis pangkal, hal ini berarti bahwa zona tambahan itu
hanya memiliki arti bagi negara-negara yang mempunyai lebar laut teritorial kurang dari 12
mil (ini menurut konvensi laut jenewa 1958), dan tidak berlaku lagi setelah adanya ketentuan
baru dalam konvensi hukum laut internasional tahun 1982, menurut Pasal 33 ayat (2) konvensi
hukum laut internasional 1982, zona tambahan itu tidak boleh melebihi 24 mil dari garis
pangkal dari mana lebar laut teritorial itu di ukur. Dalam melaksanakan kekuasaan pengawasan
prosedur yang harus dilakukan negara pantai untuk melakukan pengawasan adalah dengan
pemeriksaan dilakukan pada waktu kapal masih berada di zona tambahan. Batasan tersebut
diperlukan untuk mencegah negara pantai tidak menyamakan zona tambahan dengan laut
territorial (Agoes, 2008).
2.5. Zona Ekonomi Eksklusif
Menurut Simarmata (2017), Zona Ekonomi Eksklusif diartikan sebagai suatu daerah
diluar laut territorial yang lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang
digunakan untuk mengukur lebar luat territorial. Berlainan dengan laut territorial, zona
ekonomi eksklusif tidak tunduk kepada kedaulatan penuh negara pantai. Negara pantai hanya
menikmati hak-hak berdaulat dan bukan kedaulatan, di zona ekonomi eksklusif semua negara
dapat menikmati kebebasan berlayar dan terbang diatasnya serta kebebasan untuk meletakkan
pipa dan kabel bawah laut, serta untuk penggunaan sah lainnya yang berkenaan dengan
7
kebebasan tersebut. Karena kepemilikan atas zona tersebut, negara pantai berhak atas
pemanfaatan sumber daya, melakukan penelitian, pemeriksaan, bahkan penegakan hukum jika
ditemui pelanggaran dalam tata kelola ZEE tersebut. Berlakunya konsep Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) merupakan pranata hukum laut internasional yang masih baru. Di dalam
konferensi Hukum Laut yang diprakarsai oleh PBB yang diselenggarakan mulai Tahun 1973
sampai dengan 1982 Zona Eksklusif ini dibahas secara mendalam dan intensif sebagai salah
satu agenda acara konferensi dan disepakati serta dituangkan di dalam Bab V Pasal 55-75
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Pada wilayah laut Indonesia yang berada dalam
Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang mempunyai potensi kekayaan yang
terbesar bagi Indonesia (Nugraha dan Irman, 2014)
8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Perkembanagn hukum laut di Indonesia dimulai pada tahun 1939, yaitu perairan
Indonesia diatur oleh Territorial Zee En Mariettieme Kringen Ordonnantie
mengenai laut wilayah, yaitu “Lebar laut Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari
garis air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia”. Penentuan
batas laut yang demikian sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman.
Ketentuan yang dilahirkan di zaman penjajahan tersebut masih tetap dipakai sampai
tahun 1957, yaitu dengan adanya Deklarasi Juanda yang menyatakan kepada dunia
bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, diantara dan di dalam
kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Lebar laut Indonesia
menjadi 12 mil yang diukur dari garis pangkal yang menghubungkan titik-titik
terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia. Konsepsi baru ini diperkokoh dengan
undang-undang No. 4 Prp Tahun 1960. Dengan ketentuan hukum yang baru, seluruh
kepulauan dan perairan Indonesia adalah suatu satu kesatuan dimana dasar laut,
lapisan tanah dibawahnya, udara diatasnya, serta seluruh kekayaan alamnya berada
dibawah kedaulatan Indonesia.berlakunya konsepsi hukum laut territorial 12 mil
adalah konsepsi hukum laut internasional I (UNCLOS) pada tahun 1958, bahwa laut
territorial ditetapkan 12 mil dari garis pangkal surut air pantai.
2. Penentuan batas wilayah laut dengan negara tetangga, dalam hal dua negara yang
letaknya berhadapan atau berdampingan satu sama lain tidak satupun berhak kecuali
ada persetujuan yang sebaliknya antara mereka, untuk menetapkan batas laut
wilayahnya melebihi garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik
terdekat pada garis pangkal dimaan lebar laut territorial masing-masing.
3. Zona Ekonomi Eksklusif diartikan sebagai suatu daerah diluar laut territorial yang
lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan
untuk mengukur lebar luat territorial.
4. Penetapan batas ZEE antara satu negara yang pantainya berhadapan atau
berdampingan dengan negara lain harus diatur dengan perjanjian internasional
menurut Hukum Internasional yang berlaku umum, apabila kesepakatan tidak
tercapai, maka penyelesaian sengketa harus ditempuh.
9
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, E. R. 2008. Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Zona Tambahan. Penerbit
Pengayoman, Jakarta, hal. 9.
Anwar, Khaidir. 2013. Hukum Laut Internasional. Ed. 1, Cet. 1. Justice Publisher, Bandar
Lampung, 208 hlm.
Nugraha, A.T. and Irman, I., 2014. Perlindungan Hukum Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Terhadap Eksistensi Indonesia Sebagai Negara Maritim. Jurnal Selat, 2(1): 156-167.
Puspitawati, Dhiana. 2017. Hukum Laut Internasional. Ed. 1. Kencana, Jakarta, 134 hlm.
Simarmata, P., 2017. Hukum Zona Ekonomi Eksklusif dan Hak Indonesia Menurut Undang-
Undang RI Nomor 5 Tahun 1983. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(2): 108-
123.
Vinata, R.T., 2010. Prinsip-Prinsip Penentuan Laut Teritorial Republik Indonesia berdasarkan
Konvensi Hukum Laut 1982. Perspektif, 15(3): 207-225.

More Related Content

What's hot

Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaahmad akhyar
 
Unclos terjemahan
Unclos terjemahanUnclos terjemahan
Unclos terjemahanSei Enim
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Lutfi Nast
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia ahmad akhyar
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)AkbarYahyaYogerasi2
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan ahmad akhyar
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhdvolcart
 
Laut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalLaut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalMohammad Taufan
 
Penanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimPenanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimahmad akhyar
 
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautanNegara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautanSunoto Mes
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANharjunode
 
Uu no6 1996 perairan indonesia
Uu no6 1996 perairan indonesiaUu no6 1996 perairan indonesia
Uu no6 1996 perairan indonesiaPenataan Ruang
 
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1Leonardus Munanto
 
Kemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAKemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAsamsir07
 
Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim Amrah Amrah
 
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Wildan Fakhri
 
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1eli priyatna laidan
 

What's hot (20)

Makalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesiaMakalah batas wilayah laut indonesia
Makalah batas wilayah laut indonesia
 
Unclos terjemahan
Unclos terjemahanUnclos terjemahan
Unclos terjemahan
 
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
Kebijakan Maritim Indonesia Setelah UNCLOS 1982
 
Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia Dasar hukum laut indonesia
Dasar hukum laut indonesia
 
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
KONVENSI PBB TENTANG HUKUM LAUT (UNCLOS)
 
Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan Pembangunan hukum kelautan
Pembangunan hukum kelautan
 
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
1.presentasi wawasan kemaritimangdhd
 
Tugas final hukum laut indonesia
Tugas final hukum laut indonesiaTugas final hukum laut indonesia
Tugas final hukum laut indonesia
 
Laut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasionalLaut territorial_hukum internasional
Laut territorial_hukum internasional
 
Penanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritimPenanganan perbatasan maritim
Penanganan perbatasan maritim
 
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautanNegara maritim dan kelembagaan kelautan
Negara maritim dan kelembagaan kelautan
 
WAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMANWAWASAN KEMARITIMAN
WAWASAN KEMARITIMAN
 
Uu no6 1996 perairan indonesia
Uu no6 1996 perairan indonesiaUu no6 1996 perairan indonesia
Uu no6 1996 perairan indonesia
 
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1
Modul PPKN Bab II Kelas X kd 3.2 bagian 1
 
Hukum laut Indonesia
Hukum laut IndonesiaHukum laut Indonesia
Hukum laut Indonesia
 
PPKN Kls X Bab 2 Bagian 1
PPKN Kls X Bab 2 Bagian 1PPKN Kls X Bab 2 Bagian 1
PPKN Kls X Bab 2 Bagian 1
 
Kemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIAKemaritiman INDONESIA
Kemaritiman INDONESIA
 
Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim Wawasan sosial budaya maritim
Wawasan sosial budaya maritim
 
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
Penegakan Hukum di ZEE (http://ajisularso.com)
 
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
Rpp ppkn sma xi bab 2 pertemuan 1
 

Similar to HUKUM LAUT INDONESIA

Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)afifsalim12
 
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdfBuku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdfCiwingComunity
 
WSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptxWSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptxMhammadGaming
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.pptYudi151599
 
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...Luhur Moekti Prayogo
 
Kedaulatan Di Ruang Udara Indonesia
Kedaulatan Di Ruang Udara IndonesiaKedaulatan Di Ruang Udara Indonesia
Kedaulatan Di Ruang Udara IndonesiaRus Mala
 
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxTUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxBettaDraxynoid
 
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptx
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptxPPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptx
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptxayuasriwaty
 
154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhanAry Ajo
 
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docx
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docxMAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docx
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docxwilda68
 
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air IndonesiaStrategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesiaviperantodwi
 
Uu 32 2014 tentang kelautan
Uu 32 2014 tentang kelautanUu 32 2014 tentang kelautan
Uu 32 2014 tentang kelautanhendrik sombo
 

Similar to HUKUM LAUT INDONESIA (20)

Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
Pengukuran Hidrografi (Alam sugeng)
 
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdfBuku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
Buku-I_Menata-Ruang-Laut-Indonesia_Final_22032021.pdf
 
WSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptxWSBM KELOMPOK 2.pptx
WSBM KELOMPOK 2.pptx
 
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
1_Presentasi_Wawasan_Kemaritiman.ppt
 
Wawasan nusantara
Wawasan nusantaraWawasan nusantara
Wawasan nusantara
 
Landasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen IndonesiaLandasan Kontinen Indonesia
Landasan Kontinen Indonesia
 
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...
Makalah Kenautikaan - Sistem Navigasi dan Peta Nautical Chart (By. Fajar Kurn...
 
Kedaulatan Di Ruang Udara Indonesia
Kedaulatan Di Ruang Udara IndonesiaKedaulatan Di Ruang Udara Indonesia
Kedaulatan Di Ruang Udara Indonesia
 
Definisi.geologi laut
Definisi.geologi lautDefinisi.geologi laut
Definisi.geologi laut
 
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptxTUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
TUGAS ABDUR RAZAK ATT IV A.pptx
 
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptx
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptxPPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptx
PPT WAWASAN KEMARITIMAN KELOMPOK VII (7).pptx
 
154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan154680320 amdal-pelabuhan
154680320 amdal-pelabuhan
 
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docx
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docxMAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docx
MAKALAH WAWASAN KEMARITIMAN.docx
 
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air IndonesiaStrategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
Strategi Jitu Penggalakan Kelautan dan Perikanan Tanah Air Indonesia
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Uu 21 1992
Uu 21 1992Uu 21 1992
Uu 21 1992
 
Askep archipelago
Askep archipelagoAskep archipelago
Askep archipelago
 
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA Askep archipelago  AKPER PEMKAB MUNA
Askep archipelago AKPER PEMKAB MUNA
 
Uu 32 2014 tentang kelautan
Uu 32 2014 tentang kelautanUu 32 2014 tentang kelautan
Uu 32 2014 tentang kelautan
 
1 uu-32-2014
1 uu-32-20141 uu-32-2014
1 uu-32-2014
 

More from Luhur Moekti Prayogo

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaLuhur Moekti Prayogo
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Luhur Moekti Prayogo
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Luhur Moekti Prayogo
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Luhur Moekti Prayogo
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Luhur Moekti Prayogo
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Luhur Moekti Prayogo
 

More from Luhur Moekti Prayogo (20)

Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East JavaResidual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
Residual Analysis and Tidal Harmonic Components in Bangkalan Regency, East Java
 
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi AI dalam Pembuatan PTK bagi Guru SDN Karangas...
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Pratiwi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Udis Sunardi)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Saiful Mukminin)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Maryoko)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Fajar Kurniawan)
 
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
Penginderaan Jauh - Prinsip Dasar Penginderaan Jauh (By. Agus Vandiharjo)
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
Penetapan dan Penegasan Batas Laut - Sengketa Wilayah Kepulauan Spartly di La...
 
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
Analisis Komponen Harmonik dan Elevasi Pasang Surut pada Alur Pelayaran Perai...
 
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
Land Cover Classification Assessment Using Decision Trees and Maximum Likelih...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijaun Hutan (By. Imam Asghoni Mahali)
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
Mitigasi Bencana Pesisir - Pembuatan Bangunan Tahan Gempa (By. Nur Uswatun Ch...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
Mitigasi Bencana Pesisir - Memberikan Penyuluhan dan Meningkatkan Kesadaran M...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
Mitigasi Bencana Pesisir - Bangunan Pelindung Pantai Sebagai Penanggulangan A...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penanggulangan Abrasi Pantai Melalu Reboisasi Huta...
 
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
Mitigasi Bencana Pesisir - Penghijauan Hutan Mangrove (By. Putri Widyawati Nu...
 

Recently uploaded

Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfHeru Syah Putra
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfNezaPurna
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxyovi2305
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...iman333159
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 

Recently uploaded (14)

Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 

HUKUM LAUT INDONESIA

  • 1. i TUGAS MATA KULIAH HUKUM LAUT DAN PPPK Perkembangan Hukum Laut di Indonesia Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng Saiful Mukminin 1310210008 PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN 2022
  • 2. ii Ketentuan:  Tugas Individu  Font Times New Roman, ukuran 12  Rata kanan dan kiri dengan margin 1 inch  Isi makalah minimal 8 halaman (tdk termasuk sampul, daftar isi dan daftar pustaka)  Dikumpulkan maksimal 1 hari sebelum UAS Hukum Laut dan PPPK  Halaman terakhir diberikan daftar pustaka yang digunakan dalam makalah. Dapat berasal dari jurnal, prosiding seminar, buku, blog, dll.  Hasil tugas akan di upload di Academia.Edu  Link pengumpulan makalah: https://drive.google.com/folderview?id=1DO_RS_I5NJdUxoDdHq1SAIXvJLNsUIqP
  • 3. iii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Makalah ini dibuat hasil dari penyusunan dari berbagai literatur yaitu buku-buku maupun jurnal yang berkaitan dengan tema yang penulis ambil dan data-data dari internet. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan proposal ini. Pati, 28 Desember 2021 Penyusun
  • 4. iv DAFTAR ISI COVER ......................................................................................................................................i KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii DAFTAR ISI............................................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1 1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................2 1.3. Tujuan........................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3 2.1. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional .............................................3 2.2. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Indonesia ...................................................4 2.3. Perbatasan Wilayah Negara.....................................................................................4 2.4. Garis Pangkal, Laut Territorial dan Zona Tambahan..........................................5 2.5. Zona Ekonomi Eksklusif ..........................................................................................6 BAB III PENUTUP..................................................................................................................8 3.1. Kesimpulan................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut merupakan keseluruhan rangkain air yang menggenangi permukaan bumi. Menurut definisi hukum, laur adalah keseluruhan air laut yang berhubungan secara bebas di seluruh permukaan bumi. Pentingnya laut dalam hubungan antar bangsa menyebabkan pentingnya pula arti hukum laut internasional, karena hukum laut internasional mengatur manfaat dan kegunaan laut, karena laut hanya dapat dimanfaatkan dengan kendaraan-kendaraan khusus yaitu kapal- kapal yang diatur dalam hukum laut. Hukum laut internasional memiliki peran yang signifikan dalam pembentukan kedaulatan wilayah laut suatu negara pantai. Hukum laut internasional mengatur hal-hal signifikan terkait aplikasi kedaulatan negara di wilayah laut seperti kedaulatan di wilayah laut territorial dan hak-hak berdaulat di wilayah zona ekonomi eksklusif. Setiap kegiatan lalu lintas dan konservasi ekosistem laut dan samudera diatur dalam hukum laut internasional, sehingga kedaulatan negara terhadap wilayah perairannya diikuti oleh norma-norma yang mengandung hak dan kewajiban. Salah satu hak yang berkaitan erat dengan kedaulatan negara pantai di wilayah periaran adalah hak negara untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di wilayah laut. Hak ini meliputi wilayah laut territorial dan atau perairan kepulauannya. Selain itu, dengan adanya konsep wilayah zona ekonomi eksklusif dan wilayah landas kontinen wilayah perairan yang diatur dalam hukum laut internasional, memungkinkan suatu negara mengaplikasikan haknya untuk melakukan eksploitasi sumber daya alam di wilayah-wilayah tersebut. Batas negara terutama di wilayah laut sangat mempengaruhi kestabilan dalam negeri dan hubungan luar negeri suatu negara terhadap keadaan peran yang lebih karena lautnya merupakan alur lalu lintas pelayaran. Oleh karena itu, selain pengoptimalan potensi dan pelestarian lingkungan, unsur keamanan maupun unsur administratif wilayah suatu negara perlu diperkuat dan diperjelas. Pentingnya penetapan batas antar negara untuk mempertahankan kedaulatan dan hak-hak berdaulat antar negara serta menyelesaikan semua persoalan yang berkaitan dengan hubungan internasional, negara perlu menetapkan perbatasan wilayah baik dimensi perbatasan darat maupun perbatasan laut dan udara. Penetapan perbatasan wilayah tersebut dapat dilakukan sesuai ketentuan hukum internasional agar dapat memberikan kepastian hukum, kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat yang mendiami wilayah perbatasan. Praktik masyarakat internasional membuktikan bahwa laut merupakan wilayah yang kompleks dan menimbulkan
  • 6. 2 banyak permasalahan dalam pengukuran batas wilayah, sehingga wilayah laut dan pemanfaatannya diatur dalam hukum internasional. Hukum laut sangatlah krusial bagi Indonesia untuk mengelola lautnya yang begitu luas serta memastikan bahwa rakyatnya dapat mendapatkan manfaat semaksimal mungkin dari lautan, serta untuk memastikan lintasan kapal- kapal asing melalui perairan Indonesia tidak membahayakan bagi keselamatan dan keamanan Negara Indonesia. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah yang timbul sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan hukum laut di Indonesia 2. Bagaimana penetapan batas wilayah laut antar negara 3. Apa yang dimaksud dengan ZEE 4. Bagaimana penentuan batas luar dan lebarnya ZEE 1.3. Tujuan 1. Mengetahui perkembangan hukum laut di Indonesia 2. Mengetahui penetapan batas wilayah laut antar negara 3. Mengetahui pengertian ZEE 4. Mengetahui penentuan batas luar dan lebarnya ZEE
  • 7. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional Menurut Puspitawati (2017), hukum internasional didasarkan pada eksistensi dan kedaulatan suatu negara yang merupakan kekuasaan tertinggi atau mendasarkan pada kesamaan derajat negara-negara. Hukum laut internasional merupakan salah satu cabang hukum internasional yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam setidaknya 50 tahun terakhir dan akan selalu berkembang secara dinamis dari waktu ke waktu. Hukum laut internasional adalah aturan-aturan atau kaidah yang mengatur tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan batas-batas wilayah negara yang berkaitan dengan laut dalam wilayah negara atau diluar wilayah negara. Hukum laut internasional yang dikenal saat ini berasal dari zaman romawi kuno, sebelum imperial romawi kuno berada dalam masa puncak kejayaan Phonecia dan Rhodes mengaitkan kekuasaan atas laut dengan kepemilikan atas laut. Peraturan-peraturan hukum laut Rhodes yang berasal dari abad ke-2 atau ke-3 SM sangat berpengaruh di daerah laut tengah dikarenakan prinsip-prinsip dari Rhodes sangat diterima dengan baik oleh orang-orang Yunani dan Romawi. Sejarah pertumbuhan hukum laut internasional ditandai dengan munculnya pertaruangan antara dua konsepsi hukum laut: 1. Res Communis, yang menyatakan bahwa laut adalah milik bersama masyarakat dunia dan oleh karena itu tidak dapat diambil atau dimiliki oleh siapapun. 2. Res Nulius, yang menyatakan laut ini tidak ada yang memiliki dan oleh karena itu dapat diambil dan dimiliki oleh masing-masing negara. Pertumbuhan dan perkembangan kedua doktrin tersebut diawali dengan sejarah panjang mengenai penguasaaan laut oleh Imperium Roma yang menguasai tepi lautan tengah dan karenanya menguasai seluruh lautan tengah secara mutlak. Pemikiran hukum bangsa romawi didasarkan atas doktrin res communis omnium (hak bersama seluruh umat manusia), yang memandang penggunaan laut bebas atau terbuka bagi setiap orang. bertitik tolak dari perkembangan doktrin res communis omnium tersebut, kebebasan di laut lepas sebagai prinsip kebebasan di laut lepas telah diletakkan jauh sejak lahirnya masyarakat bangsa-bangsa, dan doktrin ini dalam sejarah hukum laut internasional merupakan tonggal bagi perkembangan hukum laut internasional pada masa berikutnya. Menurut konsepsi res nulius, laut bisa dimiliki apabila yang berhasrat memilikinya bisa menguasai dengan mendudukinya. Pendudukan ini dalam hukum perdata romawi dikenal
  • 8. 4 sebagi konsepsi okupasi. Keadaan yang dilukiskan tersebut berakhir dengan runtuhnya Imperium Romawi dan munculnya berbagai kerajaan dan negara di sekitar lautan tengah yang masing-masing merdeka dan berdiri sendiri yang satu lepas dari yang lain. Walaupun penguasaan mutlak lautan tengan oleh Imperium Romawi telah berakhir, akan tetapi pemilikan lautan oleh negara-negara dan kerajaan tetap menggunakan asas-asas hukum Romawi. 2.2. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terluas di dunia, hal ini merupakan salah satu keuntungan bagi negara Indonesia karena sektor maritim dan laut yang dimiliki Indonesia sangat strategis. Pada tahun 1939, perairan Indonesia diatur oleh Territorial Zee En Mariettieme Kringen Ordonnantie mengenai laut wilayah, yaitu “Lebar laut Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari garis air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia”. Penentuan batas laut yang demikian sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman, tidak sesuai dengan kepentingan rakyat banyak karena sifat khusus Indonesia yang merupakan Negara Kepulauan serta letaknya stategis. Ketentuan yang dilahirkan di zaman penjajahan tersebut masih tetap dipakai sampai tahun 1957, yaitu dengan adanya Deklarasi Juanda yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, diantara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Lebar laut Indonesia menjadi 12 mil yang diukur dari garis pangkal yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia. Konsepsi baru ini diperkokoh dengan undang- undang No. 4 Prp Tahun 1960. Dengan ketentuan hukum yang baru, seluruh kepulauan dan perairan Indonesia adalah suatu satu kesatuan dimana dasar laut, lapisan tanah dibawahnya, udara diatasnya, serta seluruh kekayaan alamnya berada dibawah kedaulatan Indonesia.berlakunya konsepsi hukum laut territorial 12 mil adalah konsepsi hukum laut internasional I (UNCLOS) pada tahun 1958, bahwa laut territorial ditetapkan 12 mil dari garis pangkal surut air pantai (Anwar, 2013). 2.3. Perbatasan Wilayah Negara Kawasan perbatasan merupakan manifestasi utama daripada kedaulatan wilayah suatu negara, kawasan suatu negara mempunyai peranan yang sangat penting dalam penentuan batas wilayah kedaulatan, pemanfaatan sumber daya alam, serta keamanan dan keutuhan suatu wilayah negara. Menurut Strake (2007), perbatasan adalah garis khayalan yang memisahkan dua atau lebih wilayah politik atau yuridiksi seperti negara, ngara bagian atau wilayah substansional. Perbatasan ditandai dengan tapal batas berupa tugu atau batu yang berukuran
  • 9. 5 besar atau kecil. Wilayah perbatasan tidah hanya terbatas pada dua atau lebih negara yang berbeda, namun dapat pula ditemui dalam suatu negara, dengan kata lain, perbatasan merupakan area yang membatasi antara dua kepentingan yuridiksi yang berbeda. Dalam penentuan garis batas laut wilayah diperlukan kejelasan titik pangkal yang digunakan untuk menarik garis dasar laut wilayah. Penetapan perbatasan antar negara secara jelas tidak hanya dapat mengurangi resiko timbulnya konflik perbatasan di kemudian hari, tetapi juga dapat menjamin pelaksanaan hukum di masing-masing sisi perbatasan. Perbatasan identik dengan wilayah territorial dan kedaulatan suatu negara, persoalan penetapan perbatasan negara sangat tinggi relevansi dan urgensinya terhadap upaya pemeliharaan integritas wilayah. Adanya penetapan garis batas wilayah secara lengkap akan dapat memperkecil kemungkinan terjadinya sengketa perbatasan, sebaliknya ketidakpastian batas wilayah dapat berakibat timbulnya klaim territorial tumpang tindih. Menurut Vinata (2010), penentuan batas wilayah laut dengan negara tetangga, dalam hal dua negara yang letaknya berhadapan atau berdampingan satu sama lain tidak satupun berhak kecuali ada persetujuan yang sebaliknya antara mereka, untuk menetapkan batas laut wilayahnya melebihi garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik terdekat pada garis pangkal dimaan lebar laut territorial masing-masing. Pada tanggal 13 Desember 1957 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan pernyataan unilateral (deklarasi) yang ditandatangani oleh Perdana Menteri Djuanda, deklarasi ini menentukan bahwa lebar laut wilayah Republik Indonesia adalah 12 mil laut dukur dari garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau terluar negara Republik Indonesia segala perairan di sekitar, diantara, dan yang menghubungkan pulau-pulau wilayah Republik Indonesia sebagai satu kesatuan yang tidak dipisah-pisahkan. 2.4. Garis Pangkal, Laut Territorial dan Zona Tambahan Ketentuan mengenai garis pangkal lurus kepulauan terdapat dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2002. Dalam Pasal 3 Ayat 1 dikemukakan bahwa garis pangkal lurus kepulauan merupakan garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar laut territoria l, diantara pulau-pulau terluar, dan karang kering terluar kepulauan Indonesia. Pada Pasal 4 Ayat 1, dinyatakan bahwa garis pangkal biasa digunakan untuk mengukur lebar laut territorial dalam hal bentuk geografis pantai suatu pulau terluar. Pada Pasal 5 Ayat 2, dijelaskan bahwa garis lurus yang ditarik antara titik-titik terluar pada garis air rendah yang menonjol dan berseberangan di mulut lekukan pantai tersebut. Cara lain dalam penarikan garis pangkal kepulauan juga terdapat dalam Pasal 6 yang mengatur garis penutup teluk, Pasal 7 tentang garis
  • 10. 6 penutup muara sungai, terusan dan kual, dan Pasal 8 yang menetapkan garis penutup pelabuhan. Laut territorial merupakan perluasan dari wilayah territorial darat suatu negara. Konsep laut territorial ada dikarenakan kebutuhan untuk menumpas pembajakan dan juga sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antar negara. Prinsip ini mengijinkan setiap negara berhak memperluas yuridiksinya melebihi batas wilayah pantainya untuk alasan keamanan. Ketentuan laut territorial dimodifikasikan dalam konvensi hukum laut Internasional tahun 1982 (UNCLOS), UNCLOS mengijinkan negara pantai untuk menikmati yuridiksi eksklusif atas tanah dan lapisan tanah dibawahnya sejauh 12 mil diukur dari garis pangkal sepanjang pantai yang mengelilingi negara tersebut. Zona tambahan adalah suatu jalur perairan yang berdekatan dengan batas maritim atau territorial, tidak termasuk kedaulatan negara pantai, tetapi dalam zona tersebut negara pantai dapat melaksanakan hak-hak pengawasan tertentu untuk mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan, bea cukai, fiscal, dan ke imigrasian di wilayah laut territorialnya. Dalam Pasal 24 Ayat 2 UNCLOS III ditegaskan tentang lebar maksimum tentang zona tambahan tidak boleh lebih dari 12 mil laut diukur dari garis pangkal, hal ini berarti bahwa zona tambahan itu hanya memiliki arti bagi negara-negara yang mempunyai lebar laut teritorial kurang dari 12 mil (ini menurut konvensi laut jenewa 1958), dan tidak berlaku lagi setelah adanya ketentuan baru dalam konvensi hukum laut internasional tahun 1982, menurut Pasal 33 ayat (2) konvensi hukum laut internasional 1982, zona tambahan itu tidak boleh melebihi 24 mil dari garis pangkal dari mana lebar laut teritorial itu di ukur. Dalam melaksanakan kekuasaan pengawasan prosedur yang harus dilakukan negara pantai untuk melakukan pengawasan adalah dengan pemeriksaan dilakukan pada waktu kapal masih berada di zona tambahan. Batasan tersebut diperlukan untuk mencegah negara pantai tidak menyamakan zona tambahan dengan laut territorial (Agoes, 2008). 2.5. Zona Ekonomi Eksklusif Menurut Simarmata (2017), Zona Ekonomi Eksklusif diartikan sebagai suatu daerah diluar laut territorial yang lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar luat territorial. Berlainan dengan laut territorial, zona ekonomi eksklusif tidak tunduk kepada kedaulatan penuh negara pantai. Negara pantai hanya menikmati hak-hak berdaulat dan bukan kedaulatan, di zona ekonomi eksklusif semua negara dapat menikmati kebebasan berlayar dan terbang diatasnya serta kebebasan untuk meletakkan pipa dan kabel bawah laut, serta untuk penggunaan sah lainnya yang berkenaan dengan
  • 11. 7 kebebasan tersebut. Karena kepemilikan atas zona tersebut, negara pantai berhak atas pemanfaatan sumber daya, melakukan penelitian, pemeriksaan, bahkan penegakan hukum jika ditemui pelanggaran dalam tata kelola ZEE tersebut. Berlakunya konsep Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan pranata hukum laut internasional yang masih baru. Di dalam konferensi Hukum Laut yang diprakarsai oleh PBB yang diselenggarakan mulai Tahun 1973 sampai dengan 1982 Zona Eksklusif ini dibahas secara mendalam dan intensif sebagai salah satu agenda acara konferensi dan disepakati serta dituangkan di dalam Bab V Pasal 55-75 Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Pada wilayah laut Indonesia yang berada dalam Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang mempunyai potensi kekayaan yang terbesar bagi Indonesia (Nugraha dan Irman, 2014)
  • 12. 8 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Perkembanagn hukum laut di Indonesia dimulai pada tahun 1939, yaitu perairan Indonesia diatur oleh Territorial Zee En Mariettieme Kringen Ordonnantie mengenai laut wilayah, yaitu “Lebar laut Indonesia adalah 3 mil laut, diukur dari garis air rendah dari pulau-pulau yang termasuk dalam daerah Indonesia”. Penentuan batas laut yang demikian sudah tidak cocok lagi dengan perkembangan zaman. Ketentuan yang dilahirkan di zaman penjajahan tersebut masih tetap dipakai sampai tahun 1957, yaitu dengan adanya Deklarasi Juanda yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut di sekitar, diantara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Lebar laut Indonesia menjadi 12 mil yang diukur dari garis pangkal yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar Indonesia. Konsepsi baru ini diperkokoh dengan undang-undang No. 4 Prp Tahun 1960. Dengan ketentuan hukum yang baru, seluruh kepulauan dan perairan Indonesia adalah suatu satu kesatuan dimana dasar laut, lapisan tanah dibawahnya, udara diatasnya, serta seluruh kekayaan alamnya berada dibawah kedaulatan Indonesia.berlakunya konsepsi hukum laut territorial 12 mil adalah konsepsi hukum laut internasional I (UNCLOS) pada tahun 1958, bahwa laut territorial ditetapkan 12 mil dari garis pangkal surut air pantai. 2. Penentuan batas wilayah laut dengan negara tetangga, dalam hal dua negara yang letaknya berhadapan atau berdampingan satu sama lain tidak satupun berhak kecuali ada persetujuan yang sebaliknya antara mereka, untuk menetapkan batas laut wilayahnya melebihi garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik terdekat pada garis pangkal dimaan lebar laut territorial masing-masing. 3. Zona Ekonomi Eksklusif diartikan sebagai suatu daerah diluar laut territorial yang lebarnya tidak boleh melebihi 200 mil diukur dari garis pangkal yang digunakan untuk mengukur lebar luat territorial. 4. Penetapan batas ZEE antara satu negara yang pantainya berhadapan atau berdampingan dengan negara lain harus diatur dengan perjanjian internasional menurut Hukum Internasional yang berlaku umum, apabila kesepakatan tidak tercapai, maka penyelesaian sengketa harus ditempuh.
  • 13. 9 DAFTAR PUSTAKA Agoes, E. R. 2008. Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Zona Tambahan. Penerbit Pengayoman, Jakarta, hal. 9. Anwar, Khaidir. 2013. Hukum Laut Internasional. Ed. 1, Cet. 1. Justice Publisher, Bandar Lampung, 208 hlm. Nugraha, A.T. and Irman, I., 2014. Perlindungan Hukum Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Terhadap Eksistensi Indonesia Sebagai Negara Maritim. Jurnal Selat, 2(1): 156-167. Puspitawati, Dhiana. 2017. Hukum Laut Internasional. Ed. 1. Kencana, Jakarta, 134 hlm. Simarmata, P., 2017. Hukum Zona Ekonomi Eksklusif dan Hak Indonesia Menurut Undang- Undang RI Nomor 5 Tahun 1983. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(2): 108- 123. Vinata, R.T., 2010. Prinsip-Prinsip Penentuan Laut Teritorial Republik Indonesia berdasarkan Konvensi Hukum Laut 1982. Perspektif, 15(3): 207-225.