SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Teori Psikososial Erik
Erikson
Teori Psikososial Erik Erikson dan Aplikasinya
Bagi Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja
(Pdt. Junihot M. Simanjuntak, M.Pd.K)
Pendahuluan
Salah satu aspek penting dalam pendidikan Kriten saat ini yang perlu mendapat
perhatian adalah mengenai pembinaan orang dewasa dalam konteks gereja. Kepentingan hal
ini dinilai berdasarkan pergumulan yang sering dihadapi oleh para pendidik Kristen di gereja
dalam beberapa dekade ini, dimana didapati kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa
untuk ikut terlibat dalam program pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian
Michael Harton, hal itu terjadi karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukan
kebutuhan mereka dalam pembinaan tersebut.[1] Ferris Jordan mengatakan bahwa hal ini
terjadi karena adanya salah pengertiaan tentang gambaran orang dewasa itu sendiri.[2]
Les Steele menyatakan bahwa teori Erikson dapat membantu kita memberi
pertimbangan pendekatan bagi pendidikan Kristen. Alasannya karena Erikson sendiri
memberi apresiasi atas peran gereja sebagai institusi di dalam budaya yang dapat membantu
kita menyampaikan iman dan harapan. Untuk itu teori Erikson dapat membantu kita
memahami potensi orang dewasa untuk bertumbuh ke arah iman dan pengharapan yang benar
di dalam Tuhan. [3]
Melihat peluang yang terbuka lebar dan kaya atas pemanfaatan teori psikososial Erik
Erikson dalam kepentingan pendidikan orang dewasa di gereja maka saya mencoba
membahas makalah yang berjudul ”Teori Psikososial Erik Erikson dan Aplikasinya bagi
Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja”. Tujuannya supaya melalui pegembangan
teori Erikson ini, tugas pembinaan orang dewasa,secara khusus dalam lingkup pembinaan
orang dewasa usia tengah baya di gereja dapat berjalan lebih optimal, efisien dan relevan,
sehingga dapat memberi daya tarik dan minat yang besar bagi orang dewasa itu sendiri untuk
hadir dalam pertemuan-pertemuan yang telah di programkan oleh gereja. Setidaknya juga
dapat memberi gambaran awal bagi gereja dalam penyusunan program dan pengelolaan
pembelajaran bagi orang dewasa, sebagai warga jemaat yang merupakan bagian sentral dalam
gereja itu sendiri.
Untuk memenuhi maksud pembahasan tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan berikut
akan dijadikan sebagai alat bantu penelitian literatur, yaitu: Bagaimanakah sketsa biografi
Erikson? Bagaimanakah gambaran teori Erikson dalam pengembangan psikososial manusia?
Apa yang dimaksud dengan generatifitas dalam teori psikososial Erikson? Bagaimana
mengaplikasi teori generatifitas Erikson dalam pembinaan orang dewasa tengah baya di
gereja?
Sketsa Biografi Erikson
Pencarian identitas merupakan fokus perhatian terbesar Erikson dalam kehidupan dan
teorinya. Sebab Erikson dalam membentuk teorinya, sangat berkaitan erat dengan kehidupan
pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya.
Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada tanggal 15 juni 1902.
Ayahnya adalah seorang laki-laki berkebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan
tidak mau mengaku Erikson sebagai anaknya sewaktu masih dalam kandungan dan langsung
meninggalkan ibunya. Ibunya bernama Karla Abrahamsen yang berkebangsaan Yahudi. Saat
Erikson berusia tiga tahun ibunya menikah lagi dengan seorang dokter bernama Theodore
Homburger, kemudian mereka pindah kedaerah Karlsruhe di Jerman Selatan. Nama Erik
Erikson dipakai pada tahun 1939 sebagai ganti Erik Homburger.[4]
Pertama kalinya Erikson belajar sebagai “child analyst” melalui sebuah tawaran dari Anna
Freud di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu kurang lebih tahun 1927-
1933. Kemudian pada tanggal 1 April 1930 Erikson menikah dengan Joan Serson, seorang
sosiologi Amerika yang sedang penelitian di Eropa. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke
Denmark dan di sana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa. Pada tahun1939 Erikson
pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga Negara tersebut.[5]
Teori Erik Erikson Dalam Pengembangan Psikososial Manusia
Dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson membuat sebuah bagan
untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam
psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”.
Kedelapan tahap perkembangan manusia dalam teori psikososial Erikson tersebut adalah
sebagai berikut:
I. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan). Tahap ini berlangsung pada masa
oral, pada umur 0-1 tahun atau 1 ½ tahun (infancy)P
Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan
tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat
ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri,
maka bayi akan mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang
lain.
I. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu. Tahap kedua ini adalah tahap anus-otot
(anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai
dari usia 1- 3 tahun (Early Childhood)
Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak lingkungan dan kemandirian,
sehingga anak akan mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak
seharusnya bertindak sendirian. Anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu dan
ragu-ragu.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian
anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan
di sini. Teguran yang harus diberikan orangtua kepada anaknya harus “tegas namun toleran”,
karena dengan cara ini anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri.
Sedikit rasa malu dan ragu-ragu, sangat diperlukan bahkan memiliki fungsi atau kegunaan
tersendiri bagi anak, karena tanpa adanya perasaan ini, anak akan berkembang ke arah sikap
maladaptif yang disebut Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata hati), sebaliknya
apabila seorang anak selalu memiliki perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak baik, karena
akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut Erikson compulsiveness. Sifat inilah
yang akan membawa anak selalu menganggap bahwa keberadaan mereka selalu bergantung
pada apa yang mereka lakukan, karena itu segala sesuatunya harus dilakukan secara
sempurna. Apabila tidak dilakukan dengan sempurna maka mereka tidak dapat menghindari
suatu kesalahan yang dapat menimbulkan adanya rasa malu dan ragu-ragu.
I. Inisiatif vs Kesalahan. Tahap inidialami saat anak menginjak usia 4-5 tahun
(preschool age). T,maka di,
Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang keliru, hal ini
terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun juga terlalu minim. Orang
yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai
suatu rencana baik itu mengenai sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap
pendapat orang lain dan jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus
dilewati dan disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada
pada periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah
akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri
merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan apa-
apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan.
I. Kerajinan vs Inferioritas. Tahap ini adalah tahap laten yang terjadi pada usia 6-12
tahun (school age)di tingkat ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan
keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran,
misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman
harus menerima kehadirannya.
Tahap ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada
awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa
rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada
usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah
atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan sikap rajin. Jika
anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), anak dapat
mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting
untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini. Kegagalan di bangku
sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak yang cenderung
lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan hal ini tidak terlepas dari
peranan orang tua maupun guru dalam mengontrol mereka. Kecenderungan maladaptif akan
tercermin apabila anak memiliki rasa giat dan rajin terlalu besar yang mana peristiwa ini
menurut Erikson disebut sebagai keahlian sempit. Di sisi lain jika anak kurang memiliki rasa
giat dan rajin maka akan tercermin malignansi yang disebut dengan kelembaman. Usaha yang
sangat baik dalam tahap ini adalah dengan menyeimbangkan kedua karateristik yang ada,
dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi
yakni kompetensi.
I. Identitas vs Kekacauan Identitas. Tahap ini merupakan tahap adolesen (remaja),
dimulai saat masa puber dan berakhir pada usia 12-18/anak harus mencapai tingkat
identitas ego. DDalam tahap ini lingkungan semakin luas, tidak hanya berada dalam
area keluarga, sekolah,HalArtinya pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada
dalam tahap pertama/bayi sampai iaApabila tahap-tahap sebelumnya tidak berjalan
secara baik karena
Di sisi lain, jika kecenderungan identitas ego lebih kuat dibandingkan dengan
kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan ruang toleransi terhadap masyarakat
yang bersama hidup dalam lingkungannya. Erikson menyebut maladaptif ini dengan sebutan
fanatisisme. Orang yang berada dalam sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran,
cara maupun jalannyalah yang terbaik. Sebaliknya, jika kekacauan identitas lebih kuat
dibandingkan dengan identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini dengan sebutan
pengingkaran. Orang yang memiliki sifat ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang
dewasa atau masyarakat. Mereka akan mencari identitas di tempat lain dari kelompok yang
menyingkir dari tuntutan sosial yang mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka
sebagai bagian dalam kelompoknya.
Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap ini,
jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara seimbang, yang
mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup berdasarkan standar yang
berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala kekurangan, kelemahan, dan ketidak
konsistennya.
I. Keintiman vs Isolasi. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal(young adult), usia
sekitar 18/20-30 tahun. PmampuDari segi
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan
seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta
berarti kemampuan untuk mengesampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat
rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup
hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan
lain-lain.
I. Generativitas vs Stagnasi. Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke
tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 20-an - 55 tahun (middle
adult). Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk
dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat
mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas)
dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas dicerminkan dengan . Sikap
yang
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara
generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu
kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional
ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-
orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu
apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang
mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara
memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung
dengan baik dan menyenangkan.
I. Integritas vs Keputusasaan. Tahap ini disebut tahap usia senja (usia lanjut) . DIni
merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang
dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, dimana,
Pengertian Generatifitas Teori Erikson
Generativitas adalah istilah yang diberikan Erikson untuk usia dewasa tengah baya
yang sedang fokus memberikan perhatian untuk membangun dan membimbing generasi
berikutnya.[6]
Dewasa tengah baya ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun
keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan
konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik.
Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa
tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi
sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan
terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau
perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
Generatifitas mencakup kesadaran bahwa "tak seorang pun di sini kecuali kita."
Dewasa tengah merasakan bahwa dia sekarang bertanggung jawab atas dunia. Mereka
menyadari akan dampak pribadinya di dunia dalam lingkup: pertama, kontribusinya yang
menuntut rasa tanggungjawabnya. Kedua akuntabilitasnya, seperti contoh: "Saya bertanggung
jawab atas apa yang telah saya lakukan", dan p "Aku punya tanggung jawab atas apa yang
telah saya ciptakan".
Kreativitas dewasa awal berbeda dengan generatifitas dewasa tengah baya.
Generatifitas tidak hanya sekedar produktif atau kreatif. Generatifitas melibatkan pengasuhan
orang lain. Dengan kata lain, produktivitas dan kreativitas ditujukan ke arah perkembangan
orang lain. Ekspresi kreatif didominasi oleh apa yang diharapkan orang lain dan keinginan
untuk membuktikan kemampuan. Generatifitas menyerap dorongan untuk membuktikan diri
sendiri dan mengekspresikan diri dalam kapasitas untuk menyatakan kemampuan diri sendiri.
Generatifitas adalah hal yang sangat penting bagi laki-laki dan perempuan dewasa
tengah. Tugasnya memiliki banyak bentuk. Lowenthal dalam penelitiannya, menemukan
kebanyakan perempuan mengalami peningkatan ketidakpuasan perkawinan. Hal ini terjadi
bukan karena masalah monopause, melainkan karena masalah generatifitas. Jika perempuan
hanya mampu memberi kontribusinya dalam hal keluarga, ia lebih cenderung untuk kecewa
oleh perubahan hidup. Baginya tantangannya adalah untuk menemukan daerah baru dan
menyatkan energinya.[7]
Aplikasi Teori Generativitas Erikson
Dalam Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya Di Gereja
Setelah mendalami generatifitas dalam teori psikososial Erikson, dua hal berikut dapat
diaplikasikan dalam pembinaan orang dewasa tengah baya di gereja, yaitu:
Pertama, gereja dapat menciptakan program-program pembinaan berdasarkan
kebutuhan-kebutuhan jemaat dewasa tengah baya seperti berikut:
a. Menyajikan pembinaan yang otentik. Seperti menjawab krisis yang sedang dialami
dewasa usia tengah baya, sehingga melalui pembinaan yang dirancang gereja, mereka dapat
terbebas dari segala bentuk kemunafikan, kepalsuan diri, keluar dari cinta akan diri sendiri,
menerima keberhasilan orang lain sebagai motivasi, dan lainnya. Dari para pemimpin gereja
dituntut kesetiaan sekalipun itu dinilai sangat membosankan. Program diciptakan untuk tujuan
menguji kesabaran.
Terkait dengan hal ini, gereja perlu mempromosikan keterbukaan dalam hubungan
kejemaatan. Materi diberikan melalui acara mendengarkan pengalaman masing-masing
anggota, sehingga melalui hal tersebut mereka menyadari bahwa orang lain juga memiliki
masalah dan perjuangan, dan mendengar bagaimana mereka telah menghadapinya. Gereja
perlu membina kelompok-kelompok diskusi di jemaat dewasa awal dengangkat topik masalah
dan perasaan. Gereja harus menyadari betul bahwa pelayanan yang sejati tidak hanya datang
dari hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga datang dari semua momen, termasuk yang
menyakitkan. Gereja yang otentik adalah gereja yang memiliki alasan alkitabiah yang baik
untuk segala apa yang dilakukannya.
b. Menciptakan iklim kebebasan dalam kelas pembinaan. Hal ini sangat perlu bagi
orang dewasa tengah yang sedang berkembang. Doktrin-doktrin yang diajarkan dan khotbah-
khotbah tidak boleh disampaikan tanpa memberi ruang tanya-jawab, sebagai kesempatan yang
diberikan kepada mereka untuk mendapatkan penjelasan. Terkait dengan hal ini, pembaharuan
orang dewasa tengah baya dapat dibangun pula dengan mengajukan kembali pertanyaan-
pertanyaan lama yang tersimpan dalam diri mereka. Sasaran yang dicapai melalui hal ini
adalah, supaya mereka tumbuh menjadi lebih kuat dalam iman.
Kebebasan pilihan topik diskusi yang diciptakan dalam kelas pembinaan orang dewasa
dapat menjadi peluang motivasi. Untuk mencapai itu, mereka membutuhkan ruang untuk
mengeksplorasinya dari gereja yang menawarkan pilihan dengan penuh rasa hormat, dari
gereja yang memberi kebebasan untuk bertanya, dan dari gereja yang memahami perbedaan
individu.
c. Memberi penekanan program pada penuangan empati daripada memberi tekanan
pada orang dewasa itu sendiri. Richard Olson dalam artikelnya “The Mid-Life Dropout”
mengatakan: "Pada dasarnya, saya telah berdebat untuk kepekaan dan dukungan dari
kebutuhan hidup di tengah-tengah orang. Selama bertahun-tahun gereja telah menelan bakat,
waktu, energi, dan uang di tengah-tengah kehidupan orang. Gereja-gereja telah melakukan ini
dengan pengakuan yang akurat tentang berapa banyak orang-orang ini harus memberi. Tapi
orang ini juga memiliki kebutuhan - kebutuhan yang terlalu sering kebutuhannya
diabaikan…" (Baptist Leader 43, no. 3, Juni 1981, h. 32.)
Kedua, mengusung tema-tema teologi yang mengakomodasi bidang-bidang
kebutuhan (rohani, fisik, emosional, dan mental) dalam program pembinaan orang dewasa
tengah baya, seperti berikut ini:
a. Doktrin kedewasaan dalam Kristus. Menurut Alan B. Knox dalam artikelnya
“Issues of Mid-life”, Orang dewasa tengah meskipun banyak yang akrab dengan Alkitab dan
memahami peran Roh Kudus dalam menghasilkan kedewasaan, namun mereka memiliki
ketertarikan dalam beberapa aspek yang lebih kompleks. Mereka tidak menemukan diri
mereka dewasa karena mereka memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana bertumbuh
dalam iman Kristen. Mereka mungkin akan terkejut dan malu serta mengecam kehidupan
masa usia tengah baya mereka dan mereka mempunyai pertanyaan tentang hal itu. Mereka
biasanya meraba-raba beberapa kinerja sebagai standar yang digunakan untuk mengukur diri
mereka sendiri. (dalam Programming for Adults Menghadapi Mid-Life Change, 1979, hal.
125-26.)
b. Doktrin kasih karunia. Perasaan gagal dan rasa bersalah dapat membuat orang
dewasa tengah terjun kedalam kolam penyegaran kasih karunia. Melalui ajaran kasih karunia
mereka perlu untuk mendengarkan firman Tuhan yang berbunyi: "Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu" (2 Korintus 12:9)
c. Teologi gereja. Hal ini perlukan untuk memecahkan banyak konflik batin yang
muncul dari perasaan kegagalan yang mereka hadapi. Sehingga melalui doktin yang diajarkan
ini mampu menyadarkan mereka dan kembali terlibat dalam kepeduliaan terhadap masyarakat
Kristen secara khusus
d. Teologi masyarakat. Kesadaran yang lebih luas tentang masyarakat dan dunia akan
membuat banyak orang dewasa tengah beralih ke isu-isu sosial. Kebenaran Alkitab akan
dibawa untuk mendukung rasa tanggung jawab mereka dalam menghadapi kemelaratan dunia,
perang, aborsi, dan sejumlah masalah sosial lainnya
e. Teologi pengharapan. Kematian dan eskatologi adalah tipu daya bagi orang dewasa
tengah. Kehadiran wahyu menjadi kebutuhan yang besar bagi orang dewasa tengah baya dan
bukan keingin tahuan yang bersifat sambilan atau keisengan belaka. Studi tentang hal-hal
eskatologis, perlu disampaikan sebagai ruang yang membuka pengetahuan mereka tentang
kedaulatan Allah, sekalipun di dalamnya berisi tentang berita akhir zaman yang destruktif,
permukaan dunia yang kacau balau dan penuh dosa. Jika orang dewasa tengah mampu
menemukan dirinya “di dunia gelap”, Tuhan akan menjadi cahaya bagi jalan untuk
membimbing mereka melalui semuanya itu
Penutup
Banyak anggota gereja dewasa, tetapi partisipasi kehadiran mereka dalam ibadah lebih
sedikit. Mereka duduk di bangku dan kemudian pergi, kurang memberi diri. Dan peran aktif
mereka, bergerak ke arah stagnasi dan akhirnya putus asa. Sementara disisi lain, gereja
berlimpah kesempatan untuk memberikan pelayanan kepada orang dewasa, untuk menerapkan
karunia rohani untuk kebutuhan duniawi, untuk partisipasi dan kebergunaan diri dalam
Kerajaan Allah.
Generatifitas adalah inti dari pelayanan pengajaran gereja, di mana orang dewasa
punya tanggung jawab besar untuk menyampaikan kepada anak-anak prasekolah, anak-anak,
pemuda, dan orang dewasa muda tentang prinsip-prinsip hidup dalam Kristus.[8] Beberapa
contoh generatifitas dapat kita lihat melalui kesaksian hidup tokoh-tokoh Alkitab, seperti:
Tuhan Yesus dan rasul Paulus. Yesus memiliki integritas pada akhir hidup-Nya, kemanusiaan-
Nya berbicara, Dia menghabiskan pelayanan-Nya dalam generatifitas aktif: memberikan diri-
Nya pada orang lain. Paulus menghabiskan kehidupannya di kemudian hari tidak hanya
sebagai "hamba Kristus" (Roma 1:1), tetapi menjadikan dirinya sebagai "budak untuk semua
orang, untuk memenangkan sebanyak mungkin" (1 Korintus 9:19). Dia menyerahkan dirinya
kepada orang lain melalui pengajaran dan pemberitaan, melalui pembinaan dan pelatihan
gereja-gereja dan pendeta. Inilah yang disebut generatifitas Kristen.
http//www.theory of psychosocial.com
http//www.theory of psychosocial development.com
sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-eri...

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisissafutri nurhidayah
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freudelmakrufi
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungAsma Khairani
 
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristikGangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristikFauzi Taha Ush
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moralfara dillah
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalRizka Supriyanti
 
Power point psikologi umum tentang intelegensi
Power point psikologi umum tentang intelegensiPower point psikologi umum tentang intelegensi
Power point psikologi umum tentang intelegensieka septarianda
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSIlma Urrutyana
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.EriksonVivia Maya Rafica
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirAi Nurhasanah
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisapsepti17
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awalswirawan
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiErta Erta
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranharjunode
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Tri Astuti Utomo (iyas)
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyRyan Advan
 

What's hot (20)

Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund FreudDinamika Kepribadian Sigmund Freud
Dinamika Kepribadian Sigmund Freud
 
Psikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl JungPsikologi Analitis: Carl Jung
Psikologi Analitis: Carl Jung
 
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristikGangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
Gangguan jiwa dalam perspektif behavioristik
 
teori erik erikson
 teori erik erikson teori erik erikson
teori erik erikson
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
 
Power point psikologi umum tentang intelegensi
Power point psikologi umum tentang intelegensiPower point psikologi umum tentang intelegensi
Power point psikologi umum tentang intelegensi
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
 
Tahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlbergTahap perkembangan moral kohlberg
Tahap perkembangan moral kohlberg
 
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12  Erik H.EriksonPertemuan ke-12  Erik H.Erikson
Pertemuan ke-12 Erik H.Erikson
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
Psikoanalisa
PsikoanalisaPsikoanalisa
Psikoanalisa
 
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas  perkembangan ii emosi dewasa awalTugas  perkembangan ii emosi dewasa awal
Tugas perkembangan ii emosi dewasa awal
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 
Kepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islamiKepribadian dalam psikologi islami
Kepribadian dalam psikologi islami
 
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaranTeori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
Teori belajar humanistik dan implikasinya dalam pembelajaran
 
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
Psikologi sosial - "Diri atau Konsep Diri"
 
Neo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horneyNeo psikoanalisis horney
Neo psikoanalisis horney
 
Neo psikoanalisa
Neo psikoanalisaNeo psikoanalisa
Neo psikoanalisa
 

Viewers also liked

Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)
Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)
Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhani
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhaniTeori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhani
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhanielmakrufi
 
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSON
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSONPERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSON
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSONAina Faatihah
 
Teori perkembangan erick erikson
Teori perkembangan erick eriksonTeori perkembangan erick erikson
Teori perkembangan erick eriksonIndra Yudha Wijaya
 
Erik erikson
Erik eriksonErik erikson
Erik eriksonArra Asri
 
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI PERKEMBANGANTEORI-TEORI PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI PERKEMBANGANIeta Sa'ad
 
Perkembangan fizikal kanak-kanak
Perkembangan fizikal kanak-kanakPerkembangan fizikal kanak-kanak
Perkembangan fizikal kanak-kanakKakchik Aina
 
Makalah karakteristik remaja
Makalah karakteristik remajaMakalah karakteristik remaja
Makalah karakteristik remajaAaz M Hafidz Azis
 
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Amalianur_rizki
 
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smp
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smpMakalah (mengenal karakter remaja pada siswa smp
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smpNovia Senja
 
22249089 Perkembangan Awal Remaja
22249089 Perkembangan Awal Remaja22249089 Perkembangan Awal Remaja
22249089 Perkembangan Awal Remajathiva1487
 
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanak
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanakanalisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanak
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanakUkhuwahfillah Dua Benua
 
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...SK SUNGAI KAJANG
 
Pembukaan dan Penutupan PPT Keren
Pembukaan dan Penutupan PPT KerenPembukaan dan Penutupan PPT Keren
Pembukaan dan Penutupan PPT KerenFadli Alsana
 
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSSContoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSSPropaningtyas Windardini
 

Viewers also liked (20)

Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)
Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)
Teori Perkembangan Erik H. Erikson (Psikologi Perkembangan)
 
Teori erikson
Teori eriksonTeori erikson
Teori erikson
 
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhani
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhaniTeori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhani
Teori perkembangan psikososial erick erikson moh. irfan burhani
 
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSON
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSONPERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSON
PERSONALITI EGO PSIKONALISIS ERIK ERIKSON
 
Teori perkembangan erick erikson
Teori perkembangan erick eriksonTeori perkembangan erick erikson
Teori perkembangan erick erikson
 
Erik erikson
Erik eriksonErik erikson
Erik erikson
 
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI PERKEMBANGANTEORI-TEORI PERKEMBANGAN
TEORI-TEORI PERKEMBANGAN
 
Perkembangan fizikal kanak-kanak
Perkembangan fizikal kanak-kanakPerkembangan fizikal kanak-kanak
Perkembangan fizikal kanak-kanak
 
Makalah karakteristik remaja
Makalah karakteristik remajaMakalah karakteristik remaja
Makalah karakteristik remaja
 
makalah psikologi
makalah psikologimakalah psikologi
makalah psikologi
 
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
Teori Neo Psikoanalisis (Alfred Adler)
 
F45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofromF45 gangguan somatofrom
F45 gangguan somatofrom
 
Teori perkembangan emosi
Teori perkembangan emosiTeori perkembangan emosi
Teori perkembangan emosi
 
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smp
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smpMakalah (mengenal karakter remaja pada siswa smp
Makalah (mengenal karakter remaja pada siswa smp
 
22249089 Perkembangan Awal Remaja
22249089 Perkembangan Awal Remaja22249089 Perkembangan Awal Remaja
22249089 Perkembangan Awal Remaja
 
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanak
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanakanalisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanak
analisis dua teori dalam perkembangan kanak-kanak
 
Teori perkembangan sosial
Teori perkembangan sosialTeori perkembangan sosial
Teori perkembangan sosial
 
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...
Pringkat pringkat perkembangan kanak-kanak dan teori-teori perkembangan yang ...
 
Pembukaan dan Penutupan PPT Keren
Pembukaan dan Penutupan PPT KerenPembukaan dan Penutupan PPT Keren
Pembukaan dan Penutupan PPT Keren
 
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSSContoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
Contoh Soal, Hasil Olahan dan Interpretasi Hasil Olahan SPSS
 

Similar to Teori psikososial erik erikson

ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAH
ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAHETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAH
ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAHUniversity of Selangor
 
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxTEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxPingkanWewengkang1
 
Jurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anakJurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anakHamidah Ibrahim
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptDitaDamayanti17
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptfirmanboi1
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPutriNurhayati15
 
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remaja
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remajatahapan tumbuh kembang bayi, anak, remaja
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remajaSagitaDarmasari1
 
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdf
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdfEDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdf
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdfPISMPBM20622AinNajwa
 
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxPerkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxardise2
 
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSONEDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSONPISMPBM20622AinNajwa
 
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia diniMateri model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dinifachrul rozie
 
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia diniMateri model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dinifachrul rozie
 
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dini
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia diniPPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dini
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dinielsidaaritonang1
 
Makalah karakteristik aud
Makalah karakteristik audMakalah karakteristik aud
Makalah karakteristik audMitha Ye Es
 
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik Erikson
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik EriksonTUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik Erikson
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik EriksonAWATIFBINTILATIPIPGP
 

Similar to Teori psikososial erik erikson (20)

Perkembangan Sosio Emosi
Perkembangan Sosio EmosiPerkembangan Sosio Emosi
Perkembangan Sosio Emosi
 
ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAH
ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAHETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAH
ETD 1313 PENDEKATAN DAN STRATEGI PENDIDIKAN PRASEKOLAH
 
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptxTEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON_PPD Kelompok 3.pptx
 
Jurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anakJurnal perkembangan psikososial anak
Jurnal perkembangan psikososial anak
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
 
Anak.ppt
Anak.pptAnak.ppt
Anak.ppt
 
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.pptPPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
PPT-2-Tumbuh-Kembang-Anak1.ppt
 
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remaja
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remajatahapan tumbuh kembang bayi, anak, remaja
tahapan tumbuh kembang bayi, anak, remaja
 
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdf
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdfEDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdf
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON.pdf
 
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxPerkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
 
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSONEDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
EDUP3103 : TEORI PSIKOSOSIAL ERIK ERIKSON
 
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia diniMateri model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
 
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia diniMateri model pengembangan sosial emosional anak usia dini
Materi model pengembangan sosial emosional anak usia dini
 
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dini
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia diniPPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dini
PPT_perkembangan_anak_menurut_ahli_sejak usia dini
 
kls 12.ppt
kls 12.pptkls 12.ppt
kls 12.ppt
 
Makalah karakteristik aud
Makalah karakteristik audMakalah karakteristik aud
Makalah karakteristik aud
 
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik Erikson
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik EriksonTUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik Erikson
TUTORIAL 2 PBKK3203 Teori jangka hayat Erik Erikson
 
ERIK_ERIKSON.pptx
ERIK_ERIKSON.pptxERIK_ERIKSON.pptx
ERIK_ERIKSON.pptx
 
Pendidikan Remaja
Pendidikan RemajaPendidikan Remaja
Pendidikan Remaja
 

Recently uploaded

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 

Recently uploaded (20)

Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 

Teori psikososial erik erikson

  • 1. Teori Psikososial Erik Erikson Teori Psikososial Erik Erikson dan Aplikasinya Bagi Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja (Pdt. Junihot M. Simanjuntak, M.Pd.K) Pendahuluan Salah satu aspek penting dalam pendidikan Kriten saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pembinaan orang dewasa dalam konteks gereja. Kepentingan hal ini dinilai berdasarkan pergumulan yang sering dihadapi oleh para pendidik Kristen di gereja dalam beberapa dekade ini, dimana didapati kecilnya peran aktif dari warga jemaat dewasa untuk ikut terlibat dalam program pembinaan orang dewasa. Berdasarkan hasil penelitian Michael Harton, hal itu terjadi karena orang dewasa itu sendiri merasa tidak menemukan kebutuhan mereka dalam pembinaan tersebut.[1] Ferris Jordan mengatakan bahwa hal ini terjadi karena adanya salah pengertiaan tentang gambaran orang dewasa itu sendiri.[2] Les Steele menyatakan bahwa teori Erikson dapat membantu kita memberi pertimbangan pendekatan bagi pendidikan Kristen. Alasannya karena Erikson sendiri memberi apresiasi atas peran gereja sebagai institusi di dalam budaya yang dapat membantu kita menyampaikan iman dan harapan. Untuk itu teori Erikson dapat membantu kita memahami potensi orang dewasa untuk bertumbuh ke arah iman dan pengharapan yang benar di dalam Tuhan. [3] Melihat peluang yang terbuka lebar dan kaya atas pemanfaatan teori psikososial Erik Erikson dalam kepentingan pendidikan orang dewasa di gereja maka saya mencoba membahas makalah yang berjudul ”Teori Psikososial Erik Erikson dan Aplikasinya bagi Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya di Gereja”. Tujuannya supaya melalui pegembangan teori Erikson ini, tugas pembinaan orang dewasa,secara khusus dalam lingkup pembinaan orang dewasa usia tengah baya di gereja dapat berjalan lebih optimal, efisien dan relevan, sehingga dapat memberi daya tarik dan minat yang besar bagi orang dewasa itu sendiri untuk hadir dalam pertemuan-pertemuan yang telah di programkan oleh gereja. Setidaknya juga dapat memberi gambaran awal bagi gereja dalam penyusunan program dan pengelolaan pembelajaran bagi orang dewasa, sebagai warga jemaat yang merupakan bagian sentral dalam gereja itu sendiri.
  • 2. Untuk memenuhi maksud pembahasan tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan berikut akan dijadikan sebagai alat bantu penelitian literatur, yaitu: Bagaimanakah sketsa biografi Erikson? Bagaimanakah gambaran teori Erikson dalam pengembangan psikososial manusia? Apa yang dimaksud dengan generatifitas dalam teori psikososial Erikson? Bagaimana mengaplikasi teori generatifitas Erikson dalam pembinaan orang dewasa tengah baya di gereja? Sketsa Biografi Erikson Pencarian identitas merupakan fokus perhatian terbesar Erikson dalam kehidupan dan teorinya. Sebab Erikson dalam membentuk teorinya, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankurt, Jerman pada tanggal 15 juni 1902. Ayahnya adalah seorang laki-laki berkebangsaan Denmark yang tidak dikenal namanya dan tidak mau mengaku Erikson sebagai anaknya sewaktu masih dalam kandungan dan langsung meninggalkan ibunya. Ibunya bernama Karla Abrahamsen yang berkebangsaan Yahudi. Saat Erikson berusia tiga tahun ibunya menikah lagi dengan seorang dokter bernama Theodore Homburger, kemudian mereka pindah kedaerah Karlsruhe di Jerman Selatan. Nama Erik Erikson dipakai pada tahun 1939 sebagai ganti Erik Homburger.[4] Pertama kalinya Erikson belajar sebagai “child analyst” melalui sebuah tawaran dari Anna Freud di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu kurang lebih tahun 1927- 1933. Kemudian pada tanggal 1 April 1930 Erikson menikah dengan Joan Serson, seorang sosiologi Amerika yang sedang penelitian di Eropa. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan di sana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa. Pada tahun1939 Erikson pindah ke Amerika Serikat dan menjadi warga Negara tersebut.[5] Teori Erik Erikson Dalam Pengembangan Psikososial Manusia Dalam bukunya “Childhood and Society” (1963), Erikson membuat sebuah bagan untuk mengurutkan delapan tahap secara terpisah mengenai perkembangan ego dalam psikososial, yang biasa dikenal dengan istilah “delapan tahap perkembangan manusia”. Kedelapan tahap perkembangan manusia dalam teori psikososial Erikson tersebut adalah sebagai berikut:
  • 3. I. Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan). Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1 ½ tahun (infancy)P Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman atau jika ada hal-hal lain yang membuat ibunya berpaling dari kebutuhan-kebutuhannya demi memenuhi keinginan mereka sendiri, maka bayi akan mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain. I. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu. Tahap kedua ini adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 1- 3 tahun (Early Childhood) Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak lingkungan dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya bertindak sendirian. Anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu dan ragu-ragu. Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain, keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Teguran yang harus diberikan orangtua kepada anaknya harus “tegas namun toleran”, karena dengan cara ini anak akan bisa mengembangkan sikap kontrol diri dan harga diri. Sedikit rasa malu dan ragu-ragu, sangat diperlukan bahkan memiliki fungsi atau kegunaan tersendiri bagi anak, karena tanpa adanya perasaan ini, anak akan berkembang ke arah sikap maladaptif yang disebut Erikson sebagai impulsiveness (terlalu menuruti kata hati), sebaliknya apabila seorang anak selalu memiliki perasaan malu dan ragu-ragu juga tidak baik, karena akan membawa anak pada sikap malignansi yang disebut Erikson compulsiveness. Sifat inilah yang akan membawa anak selalu menganggap bahwa keberadaan mereka selalu bergantung pada apa yang mereka lakukan, karena itu segala sesuatunya harus dilakukan secara sempurna. Apabila tidak dilakukan dengan sempurna maka mereka tidak dapat menghindari suatu kesalahan yang dapat menimbulkan adanya rasa malu dan ragu-ragu. I. Inisiatif vs Kesalahan. Tahap inidialami saat anak menginjak usia 4-5 tahun (preschool age). T,maka di, Ketidakpedulian (ruthlessness) merupakan hasil dari maladaptif yang keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai mengelolanya, yaitu apabila mereka mempunyai suatu rencana baik itu mengenai sekolah, cinta, atau karir mereka tidak peduli terhadap
  • 4. pendapat orang lain dan jika ada yang menghalangi rencananya apa dan siapa pun yang harus dilewati dan disingkirkan demi mencapai tujuannya itu. Akan tetapi bila anak saat berada pada periode mengalami pola asuh yang salah yang menyebabkan anak selalu merasa bersalah akan mengalami malignansi yaitu akan sering berdiam diri (inhibition). Berdiam diri merupakan suatu sifat yang tidak memperlihatkan suatu usaha untuk mencoba melakukan apa- apa, sehingga dengan berbuat seperti itu mereka akan merasa terhindar dari suatu kesalahan. I. Kerajinan vs Inferioritas. Tahap ini adalah tahap laten yang terjadi pada usia 6-12 tahun (school age)di tingkat ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Tahap ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain. Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan sikap rajin. Jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (inferioritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri. Sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangat penting untuk memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia ini. Kegagalan di bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan hal ini tidak terlepas dari peranan orang tua maupun guru dalam mengontrol mereka. Kecenderungan maladaptif akan tercermin apabila anak memiliki rasa giat dan rajin terlalu besar yang mana peristiwa ini menurut Erikson disebut sebagai keahlian sempit. Di sisi lain jika anak kurang memiliki rasa giat dan rajin maka akan tercermin malignansi yang disebut dengan kelembaman. Usaha yang sangat baik dalam tahap ini adalah dengan menyeimbangkan kedua karateristik yang ada, dengan begitu ada nilai positif yang dapat dipetik dan dikembangkan dalam diri setiap pribadi yakni kompetensi. I. Identitas vs Kekacauan Identitas. Tahap ini merupakan tahap adolesen (remaja), dimulai saat masa puber dan berakhir pada usia 12-18/anak harus mencapai tingkat identitas ego. DDalam tahap ini lingkungan semakin luas, tidak hanya berada dalam area keluarga, sekolah,HalArtinya pencarian identitas ego telah dijalani sejak berada dalam tahap pertama/bayi sampai iaApabila tahap-tahap sebelumnya tidak berjalan secara baik karena Di sisi lain, jika kecenderungan identitas ego lebih kuat dibandingkan dengan
  • 5. kekacauan identitas, maka mereka tidak menyisakan ruang toleransi terhadap masyarakat yang bersama hidup dalam lingkungannya. Erikson menyebut maladaptif ini dengan sebutan fanatisisme. Orang yang berada dalam sifat fanatisisme ini menganggap bahwa pemikiran, cara maupun jalannyalah yang terbaik. Sebaliknya, jika kekacauan identitas lebih kuat dibandingkan dengan identitas ego maka Erikson menyebut malignansi ini dengan sebutan pengingkaran. Orang yang memiliki sifat ini mengingkari keanggotaannya di dunia orang dewasa atau masyarakat. Mereka akan mencari identitas di tempat lain dari kelompok yang menyingkir dari tuntutan sosial yang mengikat serta mau menerima dan mengakui mereka sebagai bagian dalam kelompoknya. Kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik dalam tahap ini, jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara seimbang, yang mana kesetiaan memiliki makna tersendiri yaitu kemampuan hidup berdasarkan standar yang berlaku di tengah masyarakat terlepas dari segala kekurangan, kelemahan, dan ketidak konsistennya. I. Keintiman vs Isolasi. Tahap ini terjadi pada masa dewasa awal(young adult), usia sekitar 18/20-30 tahun. PmampuDari segi Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengesampingkan segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain. I. Generativitas vs Stagnasi. Masa dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 20-an - 55 tahun (middle adult). Apabila pada tahap pertama sampai dengan tahap ke enam terdapat tugas untuk dicapai, demikian pula pada masa ini dan salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas dicerminkan dengan . Sikap yang Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang- orang yang berada pada usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu
  • 6. apabila orang dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan secara memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan. I. Integritas vs Keputusasaan. Tahap ini disebut tahap usia senja (usia lanjut) . DIni merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, dimana, Pengertian Generatifitas Teori Erikson Generativitas adalah istilah yang diberikan Erikson untuk usia dewasa tengah baya yang sedang fokus memberikan perhatian untuk membangun dan membimbing generasi berikutnya.[6] Dewasa tengah baya ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat. Generatifitas mencakup kesadaran bahwa "tak seorang pun di sini kecuali kita." Dewasa tengah merasakan bahwa dia sekarang bertanggung jawab atas dunia. Mereka menyadari akan dampak pribadinya di dunia dalam lingkup: pertama, kontribusinya yang menuntut rasa tanggungjawabnya. Kedua akuntabilitasnya, seperti contoh: "Saya bertanggung jawab atas apa yang telah saya lakukan", dan p "Aku punya tanggung jawab atas apa yang telah saya ciptakan". Kreativitas dewasa awal berbeda dengan generatifitas dewasa tengah baya. Generatifitas tidak hanya sekedar produktif atau kreatif. Generatifitas melibatkan pengasuhan orang lain. Dengan kata lain, produktivitas dan kreativitas ditujukan ke arah perkembangan orang lain. Ekspresi kreatif didominasi oleh apa yang diharapkan orang lain dan keinginan untuk membuktikan kemampuan. Generatifitas menyerap dorongan untuk membuktikan diri
  • 7. sendiri dan mengekspresikan diri dalam kapasitas untuk menyatakan kemampuan diri sendiri. Generatifitas adalah hal yang sangat penting bagi laki-laki dan perempuan dewasa tengah. Tugasnya memiliki banyak bentuk. Lowenthal dalam penelitiannya, menemukan kebanyakan perempuan mengalami peningkatan ketidakpuasan perkawinan. Hal ini terjadi bukan karena masalah monopause, melainkan karena masalah generatifitas. Jika perempuan hanya mampu memberi kontribusinya dalam hal keluarga, ia lebih cenderung untuk kecewa oleh perubahan hidup. Baginya tantangannya adalah untuk menemukan daerah baru dan menyatkan energinya.[7] Aplikasi Teori Generativitas Erikson Dalam Pembinaan Orang Dewasa Tengah Baya Di Gereja Setelah mendalami generatifitas dalam teori psikososial Erikson, dua hal berikut dapat diaplikasikan dalam pembinaan orang dewasa tengah baya di gereja, yaitu: Pertama, gereja dapat menciptakan program-program pembinaan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan jemaat dewasa tengah baya seperti berikut: a. Menyajikan pembinaan yang otentik. Seperti menjawab krisis yang sedang dialami dewasa usia tengah baya, sehingga melalui pembinaan yang dirancang gereja, mereka dapat terbebas dari segala bentuk kemunafikan, kepalsuan diri, keluar dari cinta akan diri sendiri, menerima keberhasilan orang lain sebagai motivasi, dan lainnya. Dari para pemimpin gereja dituntut kesetiaan sekalipun itu dinilai sangat membosankan. Program diciptakan untuk tujuan menguji kesabaran. Terkait dengan hal ini, gereja perlu mempromosikan keterbukaan dalam hubungan kejemaatan. Materi diberikan melalui acara mendengarkan pengalaman masing-masing anggota, sehingga melalui hal tersebut mereka menyadari bahwa orang lain juga memiliki masalah dan perjuangan, dan mendengar bagaimana mereka telah menghadapinya. Gereja perlu membina kelompok-kelompok diskusi di jemaat dewasa awal dengangkat topik masalah
  • 8. dan perasaan. Gereja harus menyadari betul bahwa pelayanan yang sejati tidak hanya datang dari hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga datang dari semua momen, termasuk yang menyakitkan. Gereja yang otentik adalah gereja yang memiliki alasan alkitabiah yang baik untuk segala apa yang dilakukannya. b. Menciptakan iklim kebebasan dalam kelas pembinaan. Hal ini sangat perlu bagi orang dewasa tengah yang sedang berkembang. Doktrin-doktrin yang diajarkan dan khotbah- khotbah tidak boleh disampaikan tanpa memberi ruang tanya-jawab, sebagai kesempatan yang diberikan kepada mereka untuk mendapatkan penjelasan. Terkait dengan hal ini, pembaharuan orang dewasa tengah baya dapat dibangun pula dengan mengajukan kembali pertanyaan- pertanyaan lama yang tersimpan dalam diri mereka. Sasaran yang dicapai melalui hal ini adalah, supaya mereka tumbuh menjadi lebih kuat dalam iman. Kebebasan pilihan topik diskusi yang diciptakan dalam kelas pembinaan orang dewasa dapat menjadi peluang motivasi. Untuk mencapai itu, mereka membutuhkan ruang untuk mengeksplorasinya dari gereja yang menawarkan pilihan dengan penuh rasa hormat, dari gereja yang memberi kebebasan untuk bertanya, dan dari gereja yang memahami perbedaan individu. c. Memberi penekanan program pada penuangan empati daripada memberi tekanan pada orang dewasa itu sendiri. Richard Olson dalam artikelnya “The Mid-Life Dropout” mengatakan: "Pada dasarnya, saya telah berdebat untuk kepekaan dan dukungan dari kebutuhan hidup di tengah-tengah orang. Selama bertahun-tahun gereja telah menelan bakat, waktu, energi, dan uang di tengah-tengah kehidupan orang. Gereja-gereja telah melakukan ini dengan pengakuan yang akurat tentang berapa banyak orang-orang ini harus memberi. Tapi orang ini juga memiliki kebutuhan - kebutuhan yang terlalu sering kebutuhannya diabaikan…" (Baptist Leader 43, no. 3, Juni 1981, h. 32.) Kedua, mengusung tema-tema teologi yang mengakomodasi bidang-bidang kebutuhan (rohani, fisik, emosional, dan mental) dalam program pembinaan orang dewasa tengah baya, seperti berikut ini: a. Doktrin kedewasaan dalam Kristus. Menurut Alan B. Knox dalam artikelnya “Issues of Mid-life”, Orang dewasa tengah meskipun banyak yang akrab dengan Alkitab dan
  • 9. memahami peran Roh Kudus dalam menghasilkan kedewasaan, namun mereka memiliki ketertarikan dalam beberapa aspek yang lebih kompleks. Mereka tidak menemukan diri mereka dewasa karena mereka memiliki banyak pertanyaan tentang bagaimana bertumbuh dalam iman Kristen. Mereka mungkin akan terkejut dan malu serta mengecam kehidupan masa usia tengah baya mereka dan mereka mempunyai pertanyaan tentang hal itu. Mereka biasanya meraba-raba beberapa kinerja sebagai standar yang digunakan untuk mengukur diri mereka sendiri. (dalam Programming for Adults Menghadapi Mid-Life Change, 1979, hal. 125-26.) b. Doktrin kasih karunia. Perasaan gagal dan rasa bersalah dapat membuat orang dewasa tengah terjun kedalam kolam penyegaran kasih karunia. Melalui ajaran kasih karunia mereka perlu untuk mendengarkan firman Tuhan yang berbunyi: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu" (2 Korintus 12:9) c. Teologi gereja. Hal ini perlukan untuk memecahkan banyak konflik batin yang muncul dari perasaan kegagalan yang mereka hadapi. Sehingga melalui doktin yang diajarkan ini mampu menyadarkan mereka dan kembali terlibat dalam kepeduliaan terhadap masyarakat Kristen secara khusus d. Teologi masyarakat. Kesadaran yang lebih luas tentang masyarakat dan dunia akan membuat banyak orang dewasa tengah beralih ke isu-isu sosial. Kebenaran Alkitab akan dibawa untuk mendukung rasa tanggung jawab mereka dalam menghadapi kemelaratan dunia, perang, aborsi, dan sejumlah masalah sosial lainnya e. Teologi pengharapan. Kematian dan eskatologi adalah tipu daya bagi orang dewasa tengah. Kehadiran wahyu menjadi kebutuhan yang besar bagi orang dewasa tengah baya dan bukan keingin tahuan yang bersifat sambilan atau keisengan belaka. Studi tentang hal-hal eskatologis, perlu disampaikan sebagai ruang yang membuka pengetahuan mereka tentang kedaulatan Allah, sekalipun di dalamnya berisi tentang berita akhir zaman yang destruktif, permukaan dunia yang kacau balau dan penuh dosa. Jika orang dewasa tengah mampu menemukan dirinya “di dunia gelap”, Tuhan akan menjadi cahaya bagi jalan untuk membimbing mereka melalui semuanya itu Penutup Banyak anggota gereja dewasa, tetapi partisipasi kehadiran mereka dalam ibadah lebih sedikit. Mereka duduk di bangku dan kemudian pergi, kurang memberi diri. Dan peran aktif mereka, bergerak ke arah stagnasi dan akhirnya putus asa. Sementara disisi lain, gereja berlimpah kesempatan untuk memberikan pelayanan kepada orang dewasa, untuk menerapkan
  • 10. karunia rohani untuk kebutuhan duniawi, untuk partisipasi dan kebergunaan diri dalam Kerajaan Allah. Generatifitas adalah inti dari pelayanan pengajaran gereja, di mana orang dewasa punya tanggung jawab besar untuk menyampaikan kepada anak-anak prasekolah, anak-anak, pemuda, dan orang dewasa muda tentang prinsip-prinsip hidup dalam Kristus.[8] Beberapa contoh generatifitas dapat kita lihat melalui kesaksian hidup tokoh-tokoh Alkitab, seperti: Tuhan Yesus dan rasul Paulus. Yesus memiliki integritas pada akhir hidup-Nya, kemanusiaan- Nya berbicara, Dia menghabiskan pelayanan-Nya dalam generatifitas aktif: memberikan diri- Nya pada orang lain. Paulus menghabiskan kehidupannya di kemudian hari tidak hanya sebagai "hamba Kristus" (Roma 1:1), tetapi menjadikan dirinya sebagai "budak untuk semua orang, untuk memenangkan sebanyak mungkin" (1 Korintus 9:19). Dia menyerahkan dirinya kepada orang lain melalui pengajaran dan pemberitaan, melalui pembinaan dan pelatihan gereja-gereja dan pendeta. Inilah yang disebut generatifitas Kristen. http//www.theory of psychosocial.com http//www.theory of psychosocial development.com sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2102731-teori-perkembangan-psikososial-eri...