Teori perkembangan menurut Erikson membahas delapan tahapan perkembangan psikososial seseorang sepanjang hidupnya mulai dari lahir hingga menjelang ajal. Setiap tahapan memiliki konflik utama yang harus dihadapi untuk membentuk karakter yang sehat. Teori ini lebih menekankan aspek psikososial dalam pembentukan kepribadian seseorang.
2. DOSEN PEMBIMBING:
Dr. JEANNE RENDE, M.Si
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:
SHINTIA DATU 21505002
PINGKAN WEWENGKANG 21505007
MEYSI LEGOH 21505008
SEPLIN ENTJAURAU 21505016
3. A. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan juga diartikan menunjuk pada suatu proses
kearah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat
diulang kembali.
4. 2. Pengertian Perkembangan Psiokososial
Perkembangan psikososial adalah perkembangan yang
berkaitan dengan emosi, motivasi dan perkembangan pribadi
manusia serta perubahan dalam bagaimana individu
berinteraksi dengan orang lain.
5. B. TEORI PERKEMBANGAN MENURUT ERICKSON
Teori perkembangan psikososial Erik H.Erikson hampir mirip
dengan teori milik Sigmund Freud. Aspek psikososial adalah
faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
hingga lanjut usia. Psikolog yang berhasil menciptakan teori
perkembangan manusia paling berpengaruh hingga kini
adalah Erik H.Erikson. Aspek psikososial adalah titik berat
teori ini, yang berarti karakter seseorang terbentuk dalam
tahapan sepanjang hidupnya.
6. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat
dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan
egonya.
Ego yang sempurna, digambarkan Erikson memiliki tiga dimensi,
faktualitas, universalitas, dan aktualitas:
1) Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat
diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku.
2) Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sells
of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit
dengan pandangan semesta, mirip dengan prinsip realita dari
Freud.
3) 3) Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan
yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan
bersama.
7. DELAPAN TAHAPAN PERKEMBANGAN
PSIKOSOSIAL MENURUT ERIK H.ERIKSON :
1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
usia 0-1 tahun Tahap ini terjadi pada usia 0 sampai dengan usia 18
bulan.Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi
antara lelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling
dasar hidup. Tahap pertama teori perkembangan psikososial adalah yang
paling penting bagi kehidupan manusia. Pada fase ini, konflik akan
berpusat pada “trust vs mistrust” (percaya vs tidak percaya). Artinya, peran
orang di sekitarnya sebagai pengasuh sangatlah krusial.
8. 2. Autonomy vs Shame (Kemandirian vs Rasa Malu) usia 2-3 tahun
Memasuki tahap kedua, bayi sudah tumbuh menjadi anak-anak
yang memiliki kendali diri lebih besar. Tak hanya itu, anak juga
mulai mandiri. Fase potty training cukup krusial untuk melewati
fase “autonomy vs shame and doubt” ini. Seperti Freud, Erikson
percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang
penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup
berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk
mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada
perasaan mengendalikan dan kemandirian
9. 3. Initiative vs Guilt usia 3-6 tahun
Di tahap ini, anak mulai terlibat dalam permainan dan interaksi
sosial. Jika berhasil melewatinya dengan baik, anak akan
merasa bisa memimpin orang lain. Sementara bagi yang gagal,
akan kerap merasa bersalah, meragukan kemampuan diri
sendiri, dan jarang berinisiatif. Ini adalah fase “initiative vs
guilt” yang membentuk karakter manusia hingga memiliki
tujuan hidup atau purpose. Hasil ini hanya bisa tercapai apabila
anak berhasil menyeimbangkan kapan menyampaikan inisiatif
dan kapan mau bekerja sama dengan orang lain.
10. 4. “Industry vs inferiority” (6-11 tahun)
Lewat interaksi sosial, anak mulai merasakan bangga ketika
berhasil melakukan sesuatu. Pada usia sekolah ini pula,
mereka harus menghadapi tantangan berupa target sosial dan
akademis. Di fase “industry vs inferiority” ini, yang berhasil
melewatinya akan merasa kompeten. Sebaliknya, yang gagal
akan merasa inferior.
11. 5. “Identity vs role confusion” (12-18 tahun)
Fase selanjutnya adalah “identity vs role
confusion” yaitu saat remaja mencari jati diri yang
akan berpengaruh pada hidupnya dalam jangka
panjang. Remaja yang berhasil akan konsisten
dengan dirinya, sementara yang gagal akan
merasa bingung tentang jati dirinya
12. 6. “Intimacy vs isolation” (19-40 tahun)
Fase “intimacy vs isolation” berkaitan erat dengan
hubungan kasih sayang dengan pasangan. Jika
berhasil, maka orang bisa membentuk hubungan
yang kuat. Sebaliknya jika gagal, seseorang justru
akan menutup dirinya.
13. 7. “Generativity vs stagnation”(40-65 tahun)
Berada di fase dewasa, seseorang tentu ingin
melakukan sesuatu yang membuat dirinya
berguna. Jika sukses, maka akan muncul rasa
berguna. Sebaliknya jika gagal, akan merasa
keterlibatannya di dunia tidaklah signifikan. Ini
adalah fase “generativity vs stagnation”.
14. 8. “Integrity and Wisdom” (65 tahun-meninggal
dunia)
Inilah tahap ketika seseorang melakukan refleksi
pada apa yang dilakukannya semasa muda. Jika
merasa puas dengan pencapaiannya, maka akan
muncul rasa cukup. Sebaliknya jika tidak puas,
akan muncul penyesalan hingga rasa putus asa.