1. definisi dan teorema dasar pada geometri datarHeri Cahyono
1. Dua garis dikatakan sejajar jika tidak memiliki titik potong.
2. Jika dua garis dipotong oleh garis lain sehingga membentuk sudut sehadap yang sama besar, maka kedua garis tersebut sejajar.
3. Jika dua garis dipotong oleh garis lain sehingga membentuk sudut dalam atau luar yang berseberangan sama besar, maka kedua garis tersebut sejajar.
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
1. Dokumen tersebut membahas tentang garis dan bidang sejajar, termasuk membuktikan proposisi-proposisi geometri mengenai garis dan bidang sejajar melalui pembuktian langsung dengan contoh gambar.
Geometri Euclid adalah sistem aksiomatik yang dikembangkan oleh matematikawan Yunani Euclid dari Alexandria, yang menjelaskan geometri planar dan solid melalui lima postulat utama termasuk postulat paralel. Geometri ini menjadi standar selama 2000 tahun sampai pengembangan geometri non-Euclidean pada abad ke-19.
1. Buku ajar ini membahas tentang geometri ruang, mulai dari menggambar benda-benda ruang seperti kubus, hingga benda putaran.
2. Bab pertama membahas tentang menggambar kubus dan bagian-bagiannya seperti sisi, rusuk, titik sudut, serta hubungan antara garis dan bidang pada permukaan kubus.
3. Terdapat penjelasan mengenai gambar perspektif dan gambar ruang untuk menggambarkan benda-
1. definisi dan teorema dasar pada geometri datarHeri Cahyono
1. Dua garis dikatakan sejajar jika tidak memiliki titik potong.
2. Jika dua garis dipotong oleh garis lain sehingga membentuk sudut sehadap yang sama besar, maka kedua garis tersebut sejajar.
3. Jika dua garis dipotong oleh garis lain sehingga membentuk sudut dalam atau luar yang berseberangan sama besar, maka kedua garis tersebut sejajar.
GEOMETRI RUANG-garis & bidang sejajar, perpotongan tiga buah bidang, dua bida...Agung Wee-Idya
1. Dokumen tersebut membahas tentang garis dan bidang sejajar, termasuk membuktikan proposisi-proposisi geometri mengenai garis dan bidang sejajar melalui pembuktian langsung dengan contoh gambar.
Geometri Euclid adalah sistem aksiomatik yang dikembangkan oleh matematikawan Yunani Euclid dari Alexandria, yang menjelaskan geometri planar dan solid melalui lima postulat utama termasuk postulat paralel. Geometri ini menjadi standar selama 2000 tahun sampai pengembangan geometri non-Euclidean pada abad ke-19.
1. Buku ajar ini membahas tentang geometri ruang, mulai dari menggambar benda-benda ruang seperti kubus, hingga benda putaran.
2. Bab pertama membahas tentang menggambar kubus dan bagian-bagiannya seperti sisi, rusuk, titik sudut, serta hubungan antara garis dan bidang pada permukaan kubus.
3. Terdapat penjelasan mengenai gambar perspektif dan gambar ruang untuk menggambarkan benda-
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
Modul ini membahas tentang pengertian instrumen penilaian hasil belajar dan teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan guru dalam menilai pencapaian siswa di SD, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Modul ini juga menjelaskan bagaimana menyusun instrumen penilaian sesuai dengan teknik-teknik penilaian tersebut.
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuanAjengKusmayanti
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan. Ia menjelaskan bahwa fungsi trigonometri dapat didefinisikan berdasarkan koordinat titik pada lingkaran satuan dengan jari-jari 1, di mana sin x adalah ordinat titik, cos x adalah absis titik, dan tan x adalah rasio ordinat dan absis titik. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menggambar grafik fungsi trigonometri menggun
Dokumen ini membahas tentang radiasi benda hitam, yaitu benda yang menyerap semua radiasi yang datang padanya. Dokumen menjelaskan hukum Stefan-Boltzmann yang menyatakan bahwa daya radiasi benda hitam berbanding empat dengan suhu mutlaknya, serta hukum pergeseran Wien yang menunjukkan hubungan antara panjang gelombang dan suhu mutlak benda hitam. Teori Planck mengenai energi getaran molekul dalam rongga benda hitam yang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah jika power point ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Karena saya masih belajar mohon tidak memakan mentah-mentah konten dari tayangan ini. Kritik dan saran sangat diharapkan. Terima Kasih.
Muhamad Husni Mubaraq
@ID_baraq
Mohon tinggalkan komentar atau pesan
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi kompleks yang mencakup fungsi elementer seperti fungsi linear, bilinear, eksponen, dan trigonometri. Dokumen ini ditulis oleh Irena Adiba dari Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Makalah ini membahas sistem bilangan bulat, termasuk pengertian bilangan bulat, sifat-sifat sistem bilangan bulat seperti tertutup, komutatif, asosiatif, dan distributif, serta penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Dokumen tersebut membahas tentang uji Mann-Whitney dan uji Fisher untuk menguji perbedaan antar dua kelompok data. Secara singkat, dijelaskan prosedur pelaksanaan uji Mann-Whitney untuk sampel kecil dan besar beserta contoh kasusnya, serta penjelasan singkat tentang uji Fisher beserta contoh kasusnya.
Instrumen Penilaian Hasil Belajar Nontes dalam Pembelajaran Matematika di SDNASuprawoto Sunardjo
Modul ini membahas tentang pengertian instrumen penilaian hasil belajar dan teknik-teknik penilaian yang dapat digunakan guru dalam menilai pencapaian siswa di SD, khususnya untuk mata pelajaran matematika. Modul ini juga menjelaskan bagaimana menyusun instrumen penilaian sesuai dengan teknik-teknik penilaian tersebut.
Fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuanAjengKusmayanti
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi trigonometri berdasarkan lingkaran satuan. Ia menjelaskan bahwa fungsi trigonometri dapat didefinisikan berdasarkan koordinat titik pada lingkaran satuan dengan jari-jari 1, di mana sin x adalah ordinat titik, cos x adalah absis titik, dan tan x adalah rasio ordinat dan absis titik. Dokumen tersebut juga menjelaskan cara menggambar grafik fungsi trigonometri menggun
Dokumen ini membahas tentang radiasi benda hitam, yaitu benda yang menyerap semua radiasi yang datang padanya. Dokumen menjelaskan hukum Stefan-Boltzmann yang menyatakan bahwa daya radiasi benda hitam berbanding empat dengan suhu mutlaknya, serta hukum pergeseran Wien yang menunjukkan hubungan antara panjang gelombang dan suhu mutlak benda hitam. Teori Planck mengenai energi getaran molekul dalam rongga benda hitam yang
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah jika power point ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Karena saya masih belajar mohon tidak memakan mentah-mentah konten dari tayangan ini. Kritik dan saran sangat diharapkan. Terima Kasih.
Muhamad Husni Mubaraq
@ID_baraq
Mohon tinggalkan komentar atau pesan
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi kompleks yang mencakup fungsi elementer seperti fungsi linear, bilinear, eksponen, dan trigonometri. Dokumen ini ditulis oleh Irena Adiba dari Fakultas Pendidikan Matematika dan IPA Universitas Pendidikan Indonesia.
Makalah ini membahas sistem bilangan bulat, termasuk pengertian bilangan bulat, sifat-sifat sistem bilangan bulat seperti tertutup, komutatif, asosiatif, dan distributif, serta penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat.
Dokumen tersebut membahas tentang uji Mann-Whitney dan uji Fisher untuk menguji perbedaan antar dua kelompok data. Secara singkat, dijelaskan prosedur pelaksanaan uji Mann-Whitney untuk sampel kecil dan besar beserta contoh kasusnya, serta penjelasan singkat tentang uji Fisher beserta contoh kasusnya.
Dokumen tersebut membahas mengenai pengukuran variabilitas pada data, yang meliputi jenis-jenis pengukuran variabilitas seperti range, rentang antar kuartil, rata-rata deviasi, standar deviasi, angka baku, ukuran variasi relatif, kemiringan dan kurtosis. Dokumen ini juga menjelaskan cara menghitung masing-masing jenis pengukuran variabilitas tersebut baik untuk data tidak berkelompok maupun data berkel
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang point biserial, yaitu korelasi yang digunakan untuk satu variabel diukur dalam skala interval atau rasio dan variabel lainnya adalah variabel nominal dengan dua tingkatan klasifikasi. Diberikan rumus untuk menghitung point biserial beserta contoh perhitungannya menggunakan data gender dan tingkat kecemasan. Point biserial kemudian diinterpretasikan dengan membandingkannya terhadap nilai r tabel.
1. Makalah ini membahas analisis korelasi, yaitu teknik untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih. Beberapa jenis analisis korelasi dijelaskan seperti Pearson, Spearman, dan koefisien penentu.
Buku ini membahas pengantar statistika untuk penelitian ekonomi dan bisnis. Terdiri dari tujuh bab yang membahas pengertian statistika, statistik deskriptif, distribusi populasi, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis korelasi, pengujian hipotesis komparasi, dan validasi instrumen penelitian. Statistika digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menarik kesimpulan dari data penelitian.
Statistik 2 mean,median,modus data kelompokUlil Ay
Dokumen tersebut membahas pengukuran data kelompok melalui penghitungan nilai rata-rata, median, dan modus. Langkah-langkah penghitungan mencakup penentuan interval kelas, perhitungan frekuensi kumulatif, dan identifikasi nilai tengah yang mengandung median dan frekuensi tertinggi untuk menentukan modus. Contoh soal juga diberikan beserta penyelesaiannya.
Dokumen ini membahas tentang regresi linier sederhana dan ganda. Regresi linier digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas. Persamaan regresi sederhana adalah y = a + bx, sedangkan regresi ganda adalah y = a + bx + cz. Contoh penerapan regresi adalah menganalisis hubungan antara penjualan dengan biaya iklan berdasarkan data tahunan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang point biserial, yaitu korelasi yang digunakan untuk satu variabel diukur dalam skala interval atau rasio dan variabel lainnya adalah variabel nominal dengan dua tingkatan klasifikasi. Diberikan rumus untuk menghitung point biserial beserta contoh perhitungannya menggunakan data gender dan tingkat kecemasan. Point biserial kemudian diinterpretasikan dengan membandingkannya terhadap nilai r tabel.
Point biserial adalah korelasi yang digunakan ketika satu variabel diukur skala interval/rasio dan variabel lainnya bersifat nominal dengan dua kategori. Korelasi ini mengukur hubungan antara skor kelompok dan skor total. Rumus point biserial menghitung ratarata, proporsi, dan simpangan baku untuk menentukan koefisien korelasi antara variabel tersebut. Koefisien tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel untuk menguji
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah dua atau lebih kelompok sampel berasal dari populasi yang sama. Terdapat dua jenis uji homogenitas, yaitu Uji Fisher untuk dua kelompok dan Uji Bartlett untuk lebih dari dua kelompok. Kedua uji menghitung nilai statistik dan membandingkannya dengan nilai kritis untuk menentukan apakah varian antar kelompok berbeda secara signifikan. Contoh menunjukkan b
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang daftar distribusi frekuensi yang disusun oleh beberapa mahasiswa. Terdapat contoh distribusi frekuensi tinggi badan 100 mahasiswa beserta penjelasan tentang batas kelas, nilai tengah, dan cara membuat tabel distribusi frekuensi. Dokumen ini juga menjelaskan tentang distribusi frekuensi relatif dan kumulatif serta ukuran pemusatan data seperti rata-rata, median, dan modus.
Dokumen tersebut membahas analisis regresi dan korelasi dengan variabel dummy satu kategori untuk memprediksi pengeluaran harian mahasiswa dan mahasiswi berdasarkan jenis kelamin. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier tunggal dan uji F untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap pengeluaran. Hasilnya menunjukkan pengaruh signifikan antara jenis kelamin dengan pengeluaran.
Subunit 1 membahas tentang arah dan angka korelasi antara dua variabel. Korelasi dapat berupa positif, jika kedua variabel bergerak searah, atau negatif, jika berlawanan arah. Arah korelasi dapat dilihat dari tanda di depan angka indeks korelasi. Angka indeks korelasi menunjukkan seberapa kuat hubungan antar variabel, berkisar antara -1 hingga 1.
Bab ini membahas proses analisis data kuantitatif yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu penyiapan dan pengorganisasian data, menentukan jenis skor, memilih program statistik, dan melakukan analisis. Langkah pertama adalah mengorganisikan data dengan memberi kode dan skor pada jawaban. Jenis skor yang dianalisis harus ditentukan terlebih dahulu, seperti skor butir tunggal, jumlahan skor, atau perbedaan skor. Program
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian dan jenis-jenis korelasi antara dua variabel, yaitu korelasi Pearson, Spearman, dan Kendall. Korelasi menunjukkan hubungan antara dua variabel, baik hubungan positif maupun negatif. Korelasi Pearson digunakan untuk variabel kontinu, sedangkan Spearman dan Kendall untuk variabel ordinal atau ranking. Contoh data nilai UTS siswa juga diberikan.
Laporan ini membahas analisis deskriptif dan crosstab menggunakan SPSS untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel. Data yang digunakan adalah data mengenai jenis kelamin, jam belajar, dan nilai tes siswa. Analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan jam belajar, namun terdapat hubungan lemah antara jam belajar dan nilai tes. Laporan ini berisi latar belakang, teori, langkah kerja, hasil, dan
1. Statistika Pendidikan 4 - 1
Hubungan Antara Dua Variabel Dengan
Statistik Nonparametrik
Dr. Laura F. N. Sudarnoto
Pendahuluan
ateri ajar unit 4 mempunyai fungsi yang sama dengan materi ajar unit 3 yaitu
akan membantu Anda untuk menguasai prinsip-prinsip korelasi antara dua
variabel dengan pengolahan data melalui analisis korelatif. Pada unit 3 Anda telah
mempelajari analisis korelasional dengan statistik parametrik. Pada unit 4 Anda akan
mempelajari dan membahas tentang analisis korelasional dengan statistik non
parametrik. Persamaan keduanya adalah menghitung hubungan dua variabel atau
lebih. Perbedaan antara keduanya terletak pada persyaratan asumsi yang mendasari
data yang diolah. Pada statistik parametrik ada beberapa persyaratan asumsi yang
harus dipenuhi sebelum menggunakan teknik statistik tersebut, sedangkan pada
statistik non parametrik tidak diharuskan persyaratan asumsi tertentu.
Ada beberapa analisis korelasional yang tergolong statistik non parametrik,
antara lain: Teknik korelasi Tata Jenjang (Rank Order Correlation), Teknik Korelasi
Point Biserial, Teknik Korelasi Biserial, Teknik Korelasi Phi, Teknik Korelasi
Kontigensi, Teknik Korelasi Kendall Tau, Teknik Korelasi Tetrakorik, dan lainnya.
Penggunaan teknik korelasi tersebut ditentukan oleh jenis data yang akan dianalisis.
Materi ajar unit 4 hanya menguraikan dua teknik korelasi yaitu teknik korelasi Tata
Jenjang sebagai subunit 1 dan teknik korelasi Point Biserial sebagai subunit 2.
Setelah mempelajari unit 4 diharapkan Anda dapat memiliki kompetensi
utama mampu memahami pengolahan data teknik korelasi antara dua variabel
dengan statistik non parametrik. Kompetensi utama dapat Anda capai apabila Anda
sudah menguasai kompetensi-kompertensi berikut ini.
M
Unit 4
2. 4 - 2 Unit 4
1. Menguasai pengujian signifikansi hubungan antara dua variabel dengan
perhitungan korelasi tata jenjang.
2. Menguasai pengujian signifikansi hubungan antara dua variabel dengan
perhitungan rumus korelasi point biserial.
Oleh karena itu, untuk mencapai kompetensi yang dimaksudkan tersebut,
perhatikanlah petunjuk berikut dalam mempelajari unit ini.
1. Kerjakan tugas atau latihan yang ada dalam setiap subunit ini dengan baik,
perhatikan rambu-rambu yang diberikan. Jangan lupa Anda mengerjakan tes
formatif yang telah disiapkan. Setelah itu, cocokkan jawaban Anda dengan kunci
jawaban yang tersedia di akhir uraian setiap subunit sehingga Anda dapat
mengetahui penguasaan dan kemampuan Anda.
2. Gunakan data yang sebenarnya dari siswa Anda sendiri di kelas, tentukan dua
variabel yang akan dicari hubungannya, coba dianalisis dan interpretasikan
hubungan dua variabel tersebut dalam situasi pembelajaran
Anda dapat berhasil dalam belajar apabila secara teratur Anda membaca
uraian pembahasan tiap subunit dengan seksama dan berulang-ulang. Topik-topik
dalam subunit yang belum jelas dapat didiskusikan dengan teman-teman. Biasakan
untuk membaca uraian lengkap setelah itu barulah membaca rangkumannya.
Kerjakan latihan secara teratur dan disiplin. Semua tes formatif dikerjakan terlebih
dahulu sebelum melihat kunci jawaban lalu lakukan evaluasi diri terhadap
penguasaan materi dengan mencocokkan pada kunci jawaban. Jika Anda tekun dan
sungguh-sungguh mengerjakan latihan tentu Anda berhasil menguasai penerapan
statistik dengan baik, dan memiliki pondasi pengetahuan yang kuat untuk
melaksanakan penelitian dalam pembelajaran.
Kerajinan Pangkal Kepandaian.
Selamat Belajar, Semoga Sukses
3. Statistika Pendidikan 4 - 3
Subunit 1
Korelasi Tata Jenjang
(Rank Order Correlation, Rank Difference orrelation)
Pengantar
eknik korelasi tata jenjang diciptakan oleh Spearman. Teknik ini adalah salah
satu teknik analisis korelasional yang paling sederhana. Pada teknik ini besar
kecilnya korelasi antara variabel yang dianalis dihitung berdasarkan perbedaan
urutan kedudukan skor pasangan dari tiap subjek. Skor tiap subjek diubah dahulu
menjadi urutan kedudukan dalam kelompoknya pada kedua variabel yang akan
dikorelasikan. Dengan kata lain, data yang semula berupa data interval diubah
menjadi data ordinal atau data berjenjang. Persyaratan teknik ini adalah kedua
variabel yang akan dikorelasikan merupakan skala atau data ordinal
Teknik korelasi tata jenjang dapat efektif digunakan apabila subjek yang
dijadikan sampel dalam penelitian lebih dari sembilan tetapi kurang dari 30 yaitu
antara 10 – 29. Bila jumlah subjek 30 atau lebih sebaiknya tidak menggunakan
teknik korelasi ini. Lambang korelasi tata jenjang adalah huruf (baca:Rho).
Besarnya sebagai angka indeks korelasi sama dengan prinsip pada rxy yaitu
berkisar antara - 1,00 sampai dengan 1,00. Prinsip yang sama seperti korelasi Product
Moment bahwa tanda minus (–) di depan angka indeks korelasi menunjukkan arah
korelasi yang negatif, demikian pula sebaliknya.
A. Cara Menghitung Korelasi Tata Jenjang
Menurut Sudijono, (1987), ada tiga macam cara menghitung korelasi tata
jenjang, yaitu dalam keadaan (1) tidak terdapat urutan yang kembar, (2) terdapat
urutan yang kembar dua, atau (3) urutan yang kembar ada tiga atau lebih. Apabila
tidak ada skor yang sama pada tiap variabel maka tergolong pada keadaan (1) yaitu
masing-masing kedudukan hanya satu. Apabila ada dua skor yang sama pada satu
atau dua variabel berarti termasuk keadaan (2) yaitu terdapat dua urutan kedudukan
yang sama. Dalam keadaan ini maka urutan kedudukan yang kembar tersebut
dijumlahkan lalu dibagi dua, sehingga kedua skor tersebut mendapat urutan
kedudukan yang sama. Apabila ada tiga skor yang sama atau lebih, maka perlu
T
4. 4 - 4 Unit 4
dilakukan perhitungan yang lebih teliti. Cara yang sederhana adalah menjumlahkan
urutan kedudukan yang sama lalu dibagi dengan banyaknya skor yang sama.
Contoh.
Apabila ada empat skor yang sama pada nilai Matematika dari 10 siswa di suatu
kelas.
No. Nilai Jenjang
1. 8 2
2. 7 3
3. 4 7,5
4. 2 10
5. 4 7,5
6. 9 1
7. 4 7,5
8. 6 4
9. 4 7,5
10. 5 5
Empat siswa mendapat nilai yang sama yaitu nilai 4 pada tes Matematika. Jenjang
atau urutan kedudukan yang ditempati adalah urutan 6, 7, 8, 9. Cara yang sederhana
adalah menjumlahkan keempat urutan tersebut lalu dibagi 4 (6 + 7 + 8 + 9 = 30 : 4),
maka keempat siswa tersebut mendapatkan jenjang atau urutan kedudukan yang
sama yaitu 7,5.
Cara lain menentukan urutan kedudukan yang sama dengan menggunakan rumus
berikut.
12
12
2 n
MR Re
Keterangan:
Re = Rank (urutan kedudukan) dari skor yang sama
MR = rata-rata dari urutan kedudukan yang sama
N = banyaknya skor yang sama
1 dan 2 = bilangan konstan
5. Statistika Pendidikan 4 - 5
Bila empat nilai Matematika yang sama pada contoh sebelumnya dimasukkan dalam
rumus maka keempat skor tersebut mendapat urutan kedudukan 7,58 untuk
semuanya.
12
14
5,7
2
2
eR = 7,58
Langkah-langkah menghitung korelasi tata jenjang berikut ini.
1. Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungan. Kolom 1 memuat no urut subjek,
kolom 2 memuat beberapa skor variabel 1 dan kolom 3 memuat beberapa skor
variabel 2.
2. Menetapkan urutan kedudukan skor yang terdapat pada variabel 1 (R1) pada
kolom 4 dan variabel 2 (R2) pada kolom 5, urutan dimulai dari skor yang
tertinggi ke skor yang terendah.
3. Menghitung perbedaan urutan kedudukan tiap pasangan skor antara variabel 1
dan variabel 2 (B = R1 – R2) pada kolom 6, lalu jumlahkan B ( B).
4. Mengkuadratkan tiap-tiap B (B2
) pada kolom 7, lalu dijumlahkan ( B2
).
5. Menghitung korelasi tata jenjang dengan rumus berikut ini.
1
6
1
2
NN
B
6. Memberikan interpretasi terhadap hasil korelasi dengan membandingkan pada
nilai tabel RHO (Spearman) pada taraf signifikansi tertentu.
Contoh perhitungan
No. X Y R 1 R 2 B B2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
59
64
47
55
52
65
50
60
45
63
39
36
42
40
43
35
44
38
41
37
6
9
2
5
4
10
3
7
1
8
5
2
8
6
9
1
10
4
7
3
1
7
-6
-1
-5
9
-7
3
-6
5
1
49
36
1
25
81
49
9
36
25
312
)1100(10
3126
1 = -0,891
6. 4 - 6 Unit 4
B. Cara Menginterpretasikan Indeks Korelasi
Hasil perhitungan korelasi ( -0,891) menunjukkan arah korelasi yang negatif.
Nilai korelasi tabel Rho pada taraf signifikansi 5% dengan db 10 sebesar 0,648. Hasil
perhitungan korelasi tersebut lebih besar dari nilai tabel pada taraf signifikansi 5%.
Hasil analisis korelasi ini signifikan.
Bila sebelum analisis dirumuskan hipotesis maka keputusan tersebut adalah
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Interpretasi: Ada hubungan
yang negatif dan signifikan antara kecepatan membaca dengan pemahaman bacaan.
Semakin cepat membaca semakin sedikit yang dipahami.
Latihan
Kerjakan latihan ini secara individual lalu diskusikan dengan teman-teman Anda.
1. Mengapa teknik korelasi tata jenjang efektif bila jumlah yang diteliti kurang dari
30 subjek?
2. Jelaskan syarat variabel yang dapat dianalisis dengan korelasi tata jenjang?
3. Berikan contoh data riil (minimal dari 10 subjek) lalu analisis dengan korelasi
tata jenjang dan uji signifikansinya!
Rambu-rambu Mengerjakan Latihan
1. Anda dapat mengulas soal ini dari karakteristik statistik non parametrik.
2. Syarat penggunaan analisis dengan korelasi tata jenjang dapat dijelaskan, baik
dari variabel independen maupun variabel dependen.
3. Ambillah 10 kertas kerja siswa yang sudah dikoreksi dari dua mata pelajaran.
Lalu masukkan nilai tersebut dalam tabel. Tiap-tiap nilai pada dua mata pelajaran
tersebut diurutkan berdasarkan jenjang dan masukkan dalam rumus tata jenjang.
Interpretasi hasil korelasi berdasarkan tabel korelasi Rho dengan taraf
signifikansi tertentu.
7. Statistika Pendidikan 4 - 7
Rangkuman
Teknik korelasi tata jenjang merupakan salah satu teknik statistik non parametrik.
Besar kecilnya korelasi antara variabel yang dianalis dihitung berdasarkan perbedaan
urutan kedudukan skor pasangan dari tiap subjek. Skor tiap subjek diubah dahulu
menjadi urutan kedudukan dalam kelompoknya pada kedua variabel yang akan
dikorelasikan. Data yang semula berupa data interval diubah menjadi data ordinal
atau data berjenjang. Persyaratan teknik ini adalah kedua variabel yang akan
dikorelasikan merupakan skala atau data ordinal. Pengujian signifikansi korelasi
adalah membandingkan hasil korelasi hitung dengan tabel korelasi Rho atau
Spearman.
Tes Formatif 1
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini maka
kerjakan soal-soal berikut ini.
1. Bagaimana cara mengubah data interval menjadi data ordinal bila ada data yang
sama dari beberapa siswa?
2. Bagaimana cara menginterpretasikan indeks korelasi tata jenjang?
3. Berikan kesimpulan konsistensi penilaian dua juri terhadap 12 peserta lomba.
A: 7, 3, 4, 5, 3, 7, 7, 6, 6, 5, 4, 2
B: 9, 5, 4, 7, 5, 9, 9, 6, 7, 6, 6, 5
4. Berikan kesimpulan terhadap hubungan antara nilai Aritmatika dan nilai Kumon
berdasarkan sebagian dari data berikut ini.
X: 27, 29, 15, 40, 29, 43, 29, 22, 29, 18, 27, 25, 24, 30
Y: 59, 71, 59, 59, 53, 63, 77, 59, 44, 59, 60, 71, 44, 45
8. 4 - 8 Unit 4
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Bandingkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat
di bagian akhir materi subunit ini. Mintalah teman Anda untuk memberi bobot
ketepatan jawaban Anda tiap-tiap butir berdasarkan pedoman penskoran yang
ditentukan. Hitunglah bobot skor jawaban Anda, kemudian gunakan rumus berikut
ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi subunit ini.
Rumus
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
40
Interpretasi tingkat penguasaan yang Anda kuasai adalah
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, hal itu berarti
penguasaan Anda terhadap materi tersebut berkualitas Baik. Anda telah memahami
materi subunit ini. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya.
Apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80%, berarti
Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama sub bagian yang belum
Anda kuasai.
9. Statistika Pendidikan 4 - 9
Subunit 2
Korelasi Point Biserial
Pengantar
eknik korelasi Point Biserial adalah salah satu teknik analisis korelasional
bivariat. Persyaratan data dalam teknik ini adalah variabel 1 merupakan variabel
diskrit (data nominal atau data dikotomi) dan variabel 2 merupakan variabel kontinu
(data interval). Teknik korelasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui validitas
soal yaitu skor tiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Angka indeks korelasi
Point Biserial dilambangkan dengan rpbi.
A. Cara Menghitung Indeks Korelasi Point Biserial.
1. Mencari Mean total (Mt) dengan rumus
N
X
M t
t (Penjelasan tentang mean dapat dilihat pada unit 2)
2. Mencari Mean skor dari jawaban yang menjawab ya (kode1sebanyak n)
n
XXX
M n
p
...21
3. Mencari Standar Deviasi total (SDt) dengan rumus
N
X
N
X
SD
tt
t
22
(Penjelasan tentang standar deviasi dapat dilihat pada unit 2)
4. Mencari proporsi (p) yaitu perbandingan banyaknya subjek yang menjawab ya
dengan jumlah seluruh subjek. Proporsi (q) adalah 1 – p
5. Mencari angka indeks korelasi dengan rumus berikut ini.
q
p
SD
MM
r
t
tp
pbi
Keterangan
rpbi = Angka indeks korelasi Point Biserial
Mp = Mean skor dari subjek yang menjawab benar/ya
Mt = Mean skor total
SDt= Standar deviasi total
p = Proporsi subjek yang menjawab benar/ya terhadap jumlah total subjek
q = 1 – p
T
10. 4 - 10 Unit 4
B. Cara Memberikan Interpretasi Angka Indeks Korelasi Point Biserial
Untuk memberikan interpretasi terhadap korelasi Point Biserial digunakan
tabel nilai korelasi Product Moment. Hal yang perlu ditentukan terlebih dahulu
adalah menentukan taraf signifikansi dan mencari derajat kebebasan (db = N – 2).
Bila indeks korelasi (rpbi) sama atau lebih besar daripada nilai korelasi tabel maka
kedua variabel atau antara butir soal dan total berkorelasi secara signifikan. Jika hasil
rpbi lebih kecil daripada nilai korelasi tabel berarti tidak ada korelasi yang signifikan.
Contoh Perhitungan
Berikut ini diberikan contoh sebagian skor siswa dari tes Bahasa Indonesia. Misalkan
soal no. 1 akan dicari korelasinya dengan skor total. Jawaban siswa yang sesuai
dengan kunci jawaban diberi skor 1 dan jawaban yang tidak sesuai dengan kunci
jawaban diberi skor 0.
No. Skor no. 1
(X 1)
Skor total
(X t)
X t2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
6
4
9
7
8
5
8
6
4
3
36
16
81
49
64
25
64
36
16
9
7 60 396
Diketahui:
Mt = 6
SDt = 1,897
p = 7/10 = 0,7
q = 3/10 = 0,3
Mp = (6 + 4 + 9 + 8 + 8 + 6 + 3) : 7 = 6,286
3,0
7,0
897,1
6286,6
pbir = 0,231
11. Statistika Pendidikan 4 - 11
db = 10 – 2 = 8
Nilai tabel pada taraf signifikansi 1% dengan db sebesar 8 adalah 0,765.
Hasil rpbis (0,231) lebih kecil dari nilai tabel. Hal ini berarti soal nomor 1 tidak
berkorelasi dengan skor total. Kesimpulannya bahwa soal nomor 1 tidak valid.
Latihan
Kerjakan latihan ini secara individual, lalu Anda dapat diskusikan dengan teman-
teman
1. Bandingkan antara teknik korelasi tata jenjang dengan teknik korelasi point
biserial?
2. Jelaskan persyaratan data yang dapat dianalisis dengan teknik korelasi point
biserial?
3. Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit ini maka
kerjakan tugas berikut ini. Buatlah tabel analisis butir dari data siswa Anda
sendiri pada salah satu tes pilihan ganda yang telah Anda koreksi (soal no. 1
sampai dengan soal no. 10). Berdasarkan hasil hitungan korelasi tersebut berapa
butir yang dapat dipakai dan berapa butir yang tidak dipakai kerena tidak valid?
Rambu-rambu Pengerjaan Latihan
1. Pada latihan nomor 1 Anda diminta membandingkan maka berikan persamaan
dan perbedaan dari kedua teknik tersebut.
2. Persyaratan teknik point biserial pada kedua variabel yang dikorelasikan harus
jelas.
3. Validitas soal dapat diketahui dengan menghitung korelasi skor tiap soal dengan
skor total, perhitungan korelasi dapat dikerjakan dengan korelasi point biserial.
4. Mahasiswa berlatih menghitung dengan data riil, dirangkum dalam tabel lalu
dihitung berapa soal yang valid dan berapa soal yang dikeluarkan. Jawaban
bervariasi tergantung data riil dari tiap-tiap mahasiswa. Mahasiswa secara
berpasangan saling mengoreksi 10 soal hasil analisis butir dari data masing-
masing, hal ini penting dilakukan untuk berlatih dalam peer assesment.
12. 4 - 12 Unit 4
Rangkuman
Teknik korelasi Point Biserial adalah salah satu teknik statistik non
parametrik dengan analisis korelasional bivariat. Persyaratan data dalam teknik ini
adalah variabel 1 merupakan variabel diskrit (data nominal atau data dikotomi) dan
variabel 2 merupakan variabel kontinu (data interval). Teknik korelasi ini juga dapat
digunakan untuk mengetahui validitas soal.
Tes Formatif 2
Bagaimana menginterpretasi validitas soal tes objektif?
1. Berikan contoh dua variabel (selain bentuk butir tes) yang dapat dianalisis
dengan korelasi point biserial?
2. Seorang peneliti mempunyai data tentang skor kemandirian. Skor tersebut
diperoleh dari 40 siswa yang terdiri dari 22 anak sulung dan 18 anak bungsu.
Menurut Anda bagaimana menganalisis data tersebut bila akan diketahui
keterkaitan dua variabel tersebut?
3. Bila Anda ingin menggunakan teknik korelasi point biserial, bagaimana data
yang akan dipersiapkan agar dapat dianalisis dengan tepat?
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Hitunglah jawaban Anda yang benar berdasarkan koreksi dari teman Anda,
kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi subunit ini.
Rumus Jumlah jawaban yang benar
Tingkat penguasaan = x 100 %
10
Interpretasi tingkat penguasaan teman Anda adalah
90 % - 100 % = baik sekali
80 % - 89 % = baik
70 % - 79 % = cukup
< 70 % = kurang
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, hal itu berarti
penguasaan Anda terhadap materi tersebut berkualitas Baik. Anda telah memahami
materi subunit ini. Anda dapat meneruskan dengan materi subunit selanjutnya.
Apabila tingkat penguasaan Anda terhadap materi ini masih di bawah 80%, berarti
Anda perlu mengulang kembali materi subunit ini, terutama subbagian yang belum
Anda kuasai.
13. Statistika Pendidikan 4 - 13
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1.
1. Bila Anda menemukan skor atau nilai yang sama dari beberapa siswa yang akan
diberikan urutan, maka dapat dilakukan dengan cara sederhana atau dengan
rumus. Kedua cara tersebut dijelaskan dengan diberikan contoh data. (skor 5).
2. Soal ini dapat Anda jawab dengan memperhatikan taraf signifikansi, mencari
derajat kebebasan, menghitung korelasi, melihat nilai tabel korelasi,
membandingkan hasil perhitungan dengan nilai tabel. (skor 5)
3. = 0,90 (skor 15) .
4. = 0,12 (skor 15)
Tes Formatif 2.
1. Menentukan taraf signifikansi tertentu, mencari nilai tabel korelasi, menghitung
korelasi antara skor butir dengan skor total, dan membandingkan hasil hitung
korelasi dengan nilai tabel korelasi.(skor 4).
2. Contoh dapat bervariasi. Salah satu contoh: variabel 1 adalah jenis kelamin,
variabel 2 adalah ketelitian menghitung. (skor 2).
3. Untuk menganalisis data tersebut digunakan rumus korelasi point biserial. (skor
2).
4. Variabel 1 harus memenuhi bentuk variabel diskrit atau data nomimal, variabel 2
harus berbentuk variabel kontinu atau variabel interval. (skor 2).
14. 4 - 14 Unit 4
Glosarium
Konsistensi : ketetapan, kemantapan, keajegan sesuatu kondisi dan data
yang dianalisis.
Konstan : sesuatu yang tetap dan tertentu sehingga tidak dapat diubah.
Signifikan : keadaan, kondisi, atau data yang berarti dan bermakna.
Variabel diskrit : sesuatu kondisi atau data yang merupakan satuan-satuan yang
tidak dapat terpisahkan atau sesuatu yang tergolong dalam
beberapa klasifikasi yang tidak berjenjang.
Variabel kontinu : sesuatu kondisi atau data yang berkesinambungan atau satuan-
satuan data yang merupakan variasi yang tidak mempunyai batas
pemisah yang jelas.
15. Statistika Pendidikan 4 - 15
Daftar Pustaka
Shavelson, R. J. (1996). Statistical Reasoning for the Behavioral Sciences. Boston:
Allyn and Bacon.
Sudijono, A. (2004). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sutrisno Hadi. (1987). Statistik. Jilid II. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.