SlideShare a Scribd company logo
FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA
” GEOMETRI NON EUCLID”
DI SUSUN OLEH :
1. Andriani Widi Astuti (06022681519001)
2. Dia marsella (06022681519003)
3. Marhamah Fajriyah N (06022681519005)
4. Rizky Putri Jannati (06022681519012)
5. Sri Widya Permatasari (06022681519004)
Dosen Pengasuh:
Prof. Dr. Fuad A Rahman, M.Pd
Dr. Somakim, M.Pd
Dr. Darmawijoyo, M.Si
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Penelitian Pendidikan
Matematika yang berjudul “Geometri Non Euclid” ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dan yang utama Allah SWT, untuk itu kami menghaturkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari isi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu. Oleh karena itu, kami dengan
kerendahan hati akan menerima masukan dan usul yang bermanfaat untuk
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Palembang, November 2015
Hormat Kami
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………… II
Daftar Isi ……………………………………………………………………… III
Geometri Non Euclid …………………….……………………..……………… 4
A. Pendahuluan ………………………………………………………...……… 4
A.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 4
A.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 6
A.3 Tujuan ……………………………………………………………... 6
B. Pembahasan ………………………………………………………………… 7
B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid ……………………………... 7
B.1.1 Matematikawan Arab ………………………………….... 7
B.1.2 Matematikawan Eropa …………………………………... 7
B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid …………… 9
B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid …………………………….. 9
B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid ………………………… 10
B.2 Geometri Non Euclid ………………………………………………… 11
B.2.1 Geometri Hiperbolik …………………………………….. 11
B.2.2 Geometri Eliptik ………………………………………….16
C. Penutup ……………………………………………………………………... 22
C.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 22
C.2 Saran …………………………………………………………….... 23
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….... 24
GEOMETRI NON EUCLID
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif
adalah Geometri dari Euclides. Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis
buku sebanyak 13 buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan
mengenai definisi, postulat, aksioma dan dalil (Moeharti, 1986: 1.9). Namun
Geomerti Euclid ini memiliki kelemahan, salah satu kelemahanya ada pada
postulat kelima dari Euclid 2 yang terkenal dengan Postulat. Parallel atau
Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehingga merisaukan para
matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap bahwa
postulat kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan
keempat postulat yang lain. Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini
berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh
yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 -
485) Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss
dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 -
1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh
Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13).
Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid
adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus
dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-
siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu
dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku-
siku”.
Gambar 1. Ilustrasi Postulat ke Lima
Pada gambar 1 garis c memotong garis a dan garis b yang
mengakibatkan sudut 1 dan sudut 2 kurang dari 180°, garis a dan garis b
akan bepotongan pada pihak sudut yang kurang dari 180°, yang pada gambar
adalah perpanjangan yang ke kanan.
Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa
matematikawan berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan
postulat yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan
sederhana adalah Aksioma Playfair oleh John Playfair (Prenowitz, 1965:25)
yang bunyinya: “Hanya ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang
melalui titik bukan pada garis tersebut”
Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The
Elements yang menyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari
postulat kelima. Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan
memberikan postulat yang ekuivalen dengan postulat kesejajaran “Jika
suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis parallel ia juga akan
memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan suatu garis
lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain”. Sedangkan John Wallis
menggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John
Wallis menyerah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri
Netral. Sebaliknya, ia mengusulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa
lebih masuk akal daripada postulat kelima Euclid (Prenowitz, 1965:28).
Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha
untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non
Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya
berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid
yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan
dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah
Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai
Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri
Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua
adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari
Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann
(Moeharti, 1986: 1.20).
A.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan geometri non Euclid?
2. Apa itu geometri non Euclid?
A.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan geometri non Euclid.
2. Untuk mengetahui apa saja geometri non Euclid tersebut.
B. PEMBAHASAN
B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid
B.1.1 Matematikawan Arab
Bangsa Arab mengembangkan keilmuan Geometri yang bersumber dari
India dan Yunani di bidang matematika. Mereka dikenal sangat luar biasa dalam
mengungkap permasalahan matematika terutama yang berkaitan dengan
Trigonometri dan juga beberapa masalah yang tak terpecahkan dalam hal teori
kesejajaran. Salah satunya, yang cukup populer adalah Omar Khayyam (Nishapur
– sekarang Iran, 1048 – 1131). Omar Khayyam mencoba untuk membuktikan
postulat kesejajaran Euclid dengan hanya memanfaatkan postulat yang pertama
dari empat postulat lainnya yang dikemukakan oleh Euclid. Di mana, dengan
menggunakan postulat-postulat tersebut ia memberikan kejelasan mengenai
teorema kesejajaran Euclid berdasarkan pada birectangular quadrilateral.
Satu tokoh matematikawan Arab lainnya yang juga berkontribusi terhadap
perkembangan keilmuan bidang Geometry adalah Nasîr Eddîn (1201-1274). Salah
satu hipotesisnya yang berkenaan dengan Postulat Ke-5 Euclid adalah ‘if two
straight lines r and s are the one perpendicular and the other oblique to the
segment AB, the perpendiculars drawn from s upon r are less than AB on the side
on which s makes an acute angle with AB, and greater on the side on which s
makes an obtuse angle with AB’. Hipotesisnya ini, menuntunnya untuk
menyimpulkan bahwa jumlah sudut dari suatu segitiga adalah sama dengan dua
kali sudut siku. Dan segitiga siku-siku merupakan setengah bagian dari suatu
segiempat yang ‘dipotong’ mengikuti diagonalnya.
B.1.2 Matematikawan Eropa
Beberapa matematikawan Eropa kemudian juga mencoba membuktikan
kebenaran Postulat Ke-5 Euclid, yang beberapa diantaranya adalah:
1. John Wallis (1616-1703), seorang profesor dari Oxford University.
Ia membuat pembuktian terhadap Postulat Ke-5 Euclid dengan berdasarkan
pada aksioma ‘to every figure there exists a similiar figure of arbitrary
magnitude’.
2. C. S. Clavio (1573 - 1612)
Ia mencoba untuk memunculkan model pembuktian baru terhadap hipotesis
Euclid dengan berlandaskan pada teorema ‘the line equidistant from a straight
line is straight line’. Dalam banyak hal, ternyata apa yang dihasilkannya
memiliki kemiripan dengan karya Nasîr Eddîn.
3. Jonh Playfair (1748-1819)
Postulat Playfair. Untuk suatu garis 𝑙 dan setiap titik 𝑃 yang tidak terletak
pada garis 𝑙, terdapat suatu garis 𝑚 yang melewati 𝑃 dan sejajar dengan 𝑙.
Dengan postulatnya, Playfair mencoba untuk mengkonstruksi postulat
kesejajaran yang dikemukakan oleh Euclid agar lebih mudah dipahami.
4. Adrien Marie Legendre (1752-1833)
Ia tidak sepenuhnya mengakui kebenaran hipotesis Saccheri, terutama yang
berkenaan dengan sudut tumpul (obtuse angle). Ia membuktikan bahwa
‘jumlah sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan dua
kali sudut siku’. Pada teorema ke-2nya, Legendre mengungkapkan bahwa ‘jika
jumlah sudut pada suatu segitiga kurang dari atau sama dengan dua kali sudut
siku dalam suatu segitiga maka ianya juga akan berlaku sama pada segitiga-
segitiga lainnya’
Playfair dan Legendre mengemukakan suatu pernyataan yang equivalen
dengan Postulat Ke-5 Euclid, yaitu :
‘Jumlah sudut-sudut pada suatu segitiga adalah sama dengan dua kali sudut siku’
(Adrien Marie Legendre, 1752-1833)
Aksioma Kesejajaran : ‘melalui suatu titik yang tidak berada pada suatu garis
yang diberikan, hanya akan terdapat satu garis sejajar’
(Jonh Playfair, 1748-1819)
Para matematikawan Eropa tersebut menggunakan pernyataan yang
equivalen dengan postulat ke-5 Euclid dalam pembuktian teori-teori geometri
mereka, walaupun kemudian diketahui bahwasannya ternyata pembuktian mereka
adalah mengandung suatu kontradiksi tertentu.
Selain Playfair dan Legendre, kami belum menemukan referensi yang secara
spesifik mengungkap karya dari John Wallis serta C. S. Clavio yang secara
spesifik terkait dengan perkembangan keilmuan geometri.
B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid
Gambar 2. Skema Perkembangan Geometri Non Euclid
B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid
Girolamo Saccheri (San Remo, 1667-1733). Ia adalah seorang profesor di
Pavia University. Ia-lah yang mempublikasikan keberadaan Euclides ab Omni
Saccheri
(1667-1773)
Lambert
(1728-1777)
Schweibart
(1780-1859)
Taurinus
(1794-1874)
Gauss
(1777-1855)
W Bolyai
(1775-1856)
M Barlels
(1769-1836)
Riemann
(1826-1866)
J Bolyai
(1802-1860)
Lobatchevsky
(1793-1856)
Geometri Hiperbolic Geometri Elliptic
Riemann
(1826-1866)
Beltrami
(1835-1900)
Klein
(1849-1925)
Naevo Vindicatus dan kemudian mencoba untuk membuktikan Postulat Ke-5
Euclid. Saccheri menggunakan Absurd Method dalam pengkonstruksian Postulat
Ke-5 Euclid. Hasil temuannya kemudian menjadi dasar bagi perkembangan
Geometri Non-Euclid.
Gambar 3. Saccheri Quadrilateral
Definition. Saccheri Quadrilateral adalah suatu segi empat 𝑃𝑅𝑄𝑆 di mana ∠𝑃𝑅𝑆
dan ∠𝑄𝑆𝑅 merupakan sudut siku-siku dengan 𝑃𝑅 = 𝑄𝑆. Segmen (ruas garis) 𝑅𝑆
disebut sebagai alas dan 𝑃𝑄 puncak.
Dari gambar Quadrilateral bentukan Saccheri, paling tidak ia melihat terdapat
tiga kemungkinan yang akan terjadi :
 Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut
besarnya lebih dari sudut siku
 Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut
besarnya sama dengan sudut siku
 Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut
besarnya kurang dari sudut siku
Walaupun sebenarnya beberapa ide dasar Saccheri telah terlebih dahulu diajukan
oleh seorang Ahli Matematika Persia pada abad ke-11, yaitu Omar Khayyam
dalam buku Omar Khayyam’s Discussion of Difficulties in Euclid, tetap saja
Saccheri dianggap sebagai peletak pondasi awal perkembangan geometri non
Euclid.
B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid
Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18
hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab
pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak
cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat
kemajuan, mereka adalah :
Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi
keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang
menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz
Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara
otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert
(1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius
tak berhingga dari sebuah bola.
Para ahli matematika dunia sadar bahwa Postulat Ke-5 Euclid tidak dapat
dibuktikan dengan menggunakan aksioma-aksioma yang terdapat pada Geometri
Euclid. Terdapat banyak fakta yang mengindikasikan penolakan ini. pada waktu
yang hampir bersamaan, tiga orang matematikawan ternyata berhasil menemukan
solusi dari perdebatan panjang mengenai keberadaan Postulat Ke-5 Euclid.
Mereka adalah :
 Karl Friedrich Gauss di Jerman (Brunswick 1777 – Gotinga 1855)
 Nicolai Ivanovitsch Lobatchevski di Rusia (Novgororod, sekarang Gorki,
1792-1856)
 János Bolyai di Hungaria (Kolozxvar, sekarang Napoca Rumania, 1802-
1860)
B.2 Geometri Non Euclid
B.2.1 Geometri Hiperbolik
Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang
berupa titik, garis, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis,
bidang dan segmen pada Geometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik
Ini bidang direpresentasikan oleh sebuah lingkaran O (Prenowitz,1965:
91). Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik.
Tabel 1. Representasi Geometri Hiperbolik
Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid
Titik Titik: Titik dalam lingkaran
Garis Penghubung terbuka lingkaran
Bidang Bagian dalam lingkaran
Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik
Postulat kesejajaran Hiperbolik (Prenowitz, 1965: 54)
Untuk suatu titik dan suatu garis yang tidak melalui titik tersebut
terdapat dua garis yang melalui titik tersebut yang sejajar dengan garis
pertama.
1. Jumlah besar sudut suatu segitiga di dalam Geometri Hiperbolik
Teorema 2.1 (Teorema sudut luar) (Prenowitz,1965: 22)
Sudut luar segitiga akan lebih besar daripada sudut interior
(dalam) yang tidak bersisian dengan sudut tersebut.
Gambar 4. Sudut luar segitiga
Bukti :
Misalkan Δ𝐴𝐵𝐶 adalah sembarang segitiga, dan misalkan D
merupakan perpanjangan dari 𝐵𝐶 melalui C. Pertama akan ditunjukkan
bahwa 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 lebih besar dari 𝑚∠𝐴. Misalkan E merupakan titik
tengah , dan misalkan 𝐵𝐸 merupakan perpanjangan garis yang melalui E
hingga F, maka 𝑚 𝐴𝐸 =𝑚 𝐸𝐶 , 𝑚 𝐵𝐸 =𝑚 𝐸𝐹 dan 𝑚∠𝐴𝐸𝐵=𝑚∠𝐶𝐸𝐹
(sudut bertolak belakang sama besar). Jadi Δ𝐴𝐸𝐵≅Δ𝐶𝐸𝐹 (𝑆.𝑆𝑑.𝑆), dan
𝑚∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚∠𝐹𝐶𝐸 (bagian segitiga kongruen sama besar). Karena
𝑚∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐹𝐶𝐸 (keseluruhan sudut selalu lebih besar dari
bagiannya), sehingga dapat disimpulkan 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚 ∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚 ∠ A.
Untuk menunjukkan bahwa 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐵, perpanjang 𝐴𝐶
melalui C hingga H, yang membentuk 𝑚 ∠𝐵𝐶𝐻>𝑚 ∠𝐵, dengan
menggunakan prosedur bagian pertama pembuktian: misalkan M
merupakan titik tengah , perpanjang 𝐴𝑀 melalui M, dan lain-lain. Untuk
melengkapi bukti, perhatikan bahwa ∠𝐵𝐶𝐻 dan ∠𝐴𝐶𝐷 merupakan sudut
bertolak belakang sehingga sudut tersebut sama besar.
Lemma 2.1 (Prenowitz, 1965: 57)
Jumlah besar dua sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama
dengan sudut luarnya.
Gambar 5. Jumlah besar dua sudut suatu segitiga
Bukti:
Menurut Teorema Sudut Eksterior m∠ACD > m∠ABC dan m∠ACD >
m∠BAC. Berikutnya, perhatikan bahwa
m ∠ ACD + m ∠ ACB = 180º
m ∠ ACD = 180º - m ∠ ACB
180º - m ∠ ACB > m ∠ ABC dan 180º - m ∠ ACB > m ∠ BAC
180º > m ∠ ACB + m ∠ ABC dan 180º > m ∠ ACB + m ∠ BAC
Dengan cara yang analog, dapat diperoleh m ∠ BAC + m ∠ ABC <
180º.
Lemma 2.2 (Prenowitz, 1965: 58)
Terdapat garis l, sebuah titik P yang tidak berada digaris l, dan titik
Q berada digaris l. Misal diberikan garis . sebagai sisinya, maka ada
suatu titik R di l, pada sisi 𝑃𝑄 yang diberikan, sedemikian sehingga
∠PRQ lebih kecil atau kurang dari sudut yang telah ditentukan, seperti
yang terdapat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6. Sudut terkecil pada segitiga
Bukti:
Misal ά yaitu sudut yang ditentukan (berapapun ukuran sudutnya),
perhatikan pada gambar di atas yang terdapat titik R pada garis l, yang
terbentuk dari sisi PQ, sedemikian sehingga ∠PRQ <ά. Pertama dibuat
langkah-langkah untuk mendapatkan barisan sudut.
∠P𝑅1 𝑄1∠P𝑅2 𝑄2….
Setiap sudut yang ditentukan tidak lebih besar dari setengahnya yaitu
dari hasil yang telah didapat.
Gambar 7. Sudut-sudut terkecil pada segitiga
Misal R1 adalah titik pada garis l pada sisi PQ sehingga QR1 = PQ
(gambar 23), maka ΔPQR1 sama kaki, dan ∠QP𝑅1 = ∠PR1Q = b1
Misal b adalah sudut luar ΔPQR1 pada Q, berdasar lemma 1
b1 + b1 = 2b1 ≤ b
sehingga b1 ≤ ½ b ……………………(1)
Sekarang dibentuk sudut baru dengan langkah yang sama.
Perpanjangan QR1 melalui R1 dan R2 sehingga R1R2 = PR1. Digambar
PR2, kemudian ΔP𝑅1R2 sama kaki dan
∠𝑅1P𝑅2 = ∠PR2R1 = ∠PR2Q = b2.
Dengan lemma 1 b2 + b2 = 2b2 ≤ b1
Sehingga b2 ≤ ½ b1
Dengan persamaan (1) didapat
b1 ≤ ½2 b.
dengan mengulangi proses pembagian dua n, sehingga didapat titik Rn
di L, pda sisi PQ, sehingga bn = ∠PRnQ ≤ ½n b.
Hasilnya nilai n sangat besar ½n b < ά. kemudian ∠PRnQ ≤ ά. Sehingga
teorema yang berlaku adalah R =Rn.
Dari kedua lemma yang disampaikan sebelumnya dapat diturunkan
teorema berikut ini.
Teorema 2.2 (Prenowitz, 1965: 59)
Pada segitiga jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 180°.
Gambar 8. Segitiga dengan jumlah sudutnya kurang dari 180°
Bukti:
Buat garis l dan itik P tidak pada l. Digambar garis m melalui P
sejajar l, dengan cara biasa. 𝑃𝑄 tegaklurus terhadap l pada Q dan m
tegaklurus terhadap 𝑃𝑄 pada P. Menurut postulat kesejajaran Hiperbolik,
ada garis selain m melewati P sejajar l. Misal garis tersebut adalah n,
sehingga sudut yang dibentuk oleh garis n dan 𝑃𝑄 besarnya harus kurang
dari 90°. Y titik pada garis m, dan X titik pada garis n, terdapat ά = ∠XPY,
maka ∠QPX = 90° - ά.
Dengan menggunakan Lemma 2.2 buat titik R pada l, sedemikian sehingga
∠PRQ < ά. terbentuk ΔPQR.
m∠PQR = 90°
m∠QRP < ά
m∠RPQ < m∠XPQ = 90° - ά
Dijumlahkan diperoleh
m∠PQR + m∠QRP + m∠RPQ < 90° + ά + 90° - ά = 180°
Jadi Δ PQR memiliki jumlah sudut kurang dari 180°.
Segiempat pada Geometri Hiperbolik
Dari teorema 2.2 di atas mengakibatkan adanya dua corollary untuk
segiempat sebagai berikut.
Corollary 2.2 (Prenowitz, 1965: 61)
Jumlah besar sudut-sudut dari segiempat kurang dari 360°.
Bukti:
Gambar 9. Segiempat yang jumlah besar sudutnya kurang dari 360°
Segiempat ABCD pada gambar 25 diatas, jika dibuat garis yang
menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I
dan segitiga II, berdasar teorema 2.2 bahwa jumlah besar sudut dari
segitiga kurang dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudut-
sudutnya kurang dari 360°.
B.2.2 Geometri Eliptik
Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada
postulat kesejajarannya saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah
sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17): “Tidak ada garis-garis sejajar
dengan garis lain”
Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua
garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri
Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri “single
elliptic” dan yang kedua Geometri “double elliptic”.
Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena
tidak ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat
memudahkan dalil-dalil berikut, maka sebagai model dari Geometri
“double elliptic” ialah bola dan untuk Geometri “single elliptic” adalah
setengah bola.
Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19)
Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada
garis yang memisahkan bidang tersebut.
Gambar 10. Model Geometri Eliptik tunggal
Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19)
Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan
bidang.
Gambar 11. Model Geometri Eliptik ganda
Tabel 2. Representai bola Euclid
Geometri Eliptik Ganda Representasi Euclid
Titik Titik pada bola
Garis Lingkaran besar bola
Bidang Bola
Segmen Busur dari suatu lingkaran bola
Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran
besar yang melalui kedua titik itu.
Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua
lingkaran besar.
Dalam Geometri Eliptik melalui satu titik pada suatu garis hanya
dapat dilukis satu garis yang tegak lurus garis tersebut. Untuk setiap garis l
ada kutup K sedemikian sehingga semua garis melalui K tegak lurus pada l
(gambarnya seperti semua meridian melalui kutub tegak lurus melalui
ekuator atau katulistiwa). Sifat kutub misalnya l suatu garis, maka ada
suatu titik K, yang disebut kutub dari l sedemikian sehigga :
1. Setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik l tegaklurus
pada l.
2. K berjarak sama dari setiap titik pada l.
Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut jarak polar. Jarak polar suatu
kutub sampai garisnya adalah konstan, demikian juga panjang suatu garis
adalah konstan.
Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini:
Dalil 3.1 (Moeharti, 1986: 5.20)
Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik
ujungnya.
Dalil 3.2 (Moeharti, 1986: 5.20)
Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang
disebut kutub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu
garis tegak lurus pada garis itu.
Bukti Dalil 3.2
Pada dalil 3.1 dua garis yang tegaklurus pada suatu garis bertemu pada
satu titik sudah terbukti, titik itulah yang disebut titik kutub, disini akan
berlaku untuk setiap garis yang tegak lurus pada garis l, begitu sebaliknya
jika pada titik C ditarik garis yang tegak lurus terhadap garis l maka semua
garis akan tegaklurus ke l.
Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik
Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku
beberapa dalil sebagai berikut :
Dalil 3.3 (Moeharti, 1986: 5.20)
Dalam sebarang ΔABC dengan ∠C = 90°, sudut A kurang dari, sama
dengan atau lebih besar dari 90°, tergantung dari segmen 𝐵𝐶 kurang dari,
sama dengan atau lebih besar dari jarak polar q.
Keabsahan dalil 3.3 diatas dapat ditunjukan dengan ilustrasi dibawah ini
Diketahui : segitiga ABC dengan ∠C = 90 °
a. Ditunjukkan ∠A < 90°, bila 𝐵𝐶 < dari jarak polar
Gambar 12. A < 90°, karena 𝑩𝑪 < jarak polar
b. Ditunjukkan ∠A = 90°, bila 𝐵𝐶 = dari jarak polar
Gambar 13. ∠A = 90°, karena BC = jarak polar
c. Ditunjukkan ∠A > 90°, bila BC > dari jarak polar
Gambar 14. ∠A > 90°, karena BC > jarak polar
Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini
berlaku dalil 3.4 berikut ini
Dalil 3.4 (Moeharti, 1986: 5.20)
Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180°.
Keabsahan dalil 3.4 diatas dapat ditunjukan dengan menggunakan gambar
13, dan gambar 14:
Pada gambar 13: ∠A = 90°,∠C = 90°, ∠B positif
Sehingga m∠A + m∠B + m∠C = > 180°
Pada gambar 14: ∠C = 90°,∠A tumpul
Sehingga m∠A + m∠B + m∠C > 180°.
1. Segiempat pada Geometri Eliptik
Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini
Dalil 3.5 (Moeharti, 1986: 5.21)
Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360°.
Bukti Dalil 3.5
Gambar 15. Ilustrasi Jumlah Besar sudut-sudut Segiempat Lebih
Besar dari 360°.
Segiempat ABCD pada gambar 15 diatas, jika dibuat garis yang
menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I
dan segitiga II, berdasar dalil 3.4 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga
lebih dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudutnya lebih dari
360°.
C. PENUTUP
C.1 Kesimpulan
Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha
untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non
Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya
berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid
yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan
dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah
Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai
Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri
Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua
adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari
Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann
(Moeharti, 1986: 1.20).
Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak
Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha
membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485)
Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari
Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 -
1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai
Ivanoviteh Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13).
Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid
adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus
dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-
siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu
dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku-
siku”.
C.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari masih terdapat banyak
kekurangan karena kurangya pengetahuan yang penyusun miliki. Maka dari itu
penyusun meminta saran untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Moeharti, H, W. (1986). Materi Pokok Sistem-Sistem Geometri. Jakarta: Kanika
Jakarta, Universitas Terbuka.
Prenowitz, W. Jordan, M. (1965). Basic Concepts of Geometry. Blaisdell
Publishing Company: Waltham, Manssachusetts. Toronto. London.

More Related Content

What's hot

PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
Nailul Hasibuan
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
Yadi Pura
 
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISMEFORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
NYAK MAULANA
 
Media pembelajaran aljabar
Media pembelajaran aljabarMedia pembelajaran aljabar
Media pembelajaran aljabar
Rfebiola
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Nailul Hasibuan
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Arvina Frida Karela
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
zachrison htg
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
Rahmawati Lestari
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
Penny Charity Lumbanraja
 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
Citra Chairani Haerul
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Acika Karunila
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupKabhi Na Kehna
 
Makalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilanganMakalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilangan
Fiqri ThaufiQurahman
 
perkalian dan pembagian Bilangan bulat
perkalian dan pembagian Bilangan bulatperkalian dan pembagian Bilangan bulat
perkalian dan pembagian Bilangan bulatFaris Dahrudj
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorial
Siti Khotijah
 
Media pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ictMedia pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ict
Heri Cahyono
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
maman wijaya
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group

What's hot (20)

PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABARPEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
PEMETAAN STRUKTUR ALJABAR
 
Sub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup faktoSub grup normal dan grup fakto
Sub grup normal dan grup fakto
 
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISMEFORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
FORMALISME,LOGIKALISME DAN INTUISIONISME
 
Media pembelajaran aljabar
Media pembelajaran aljabarMedia pembelajaran aljabar
Media pembelajaran aljabar
 
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat MatematikaAliran-Aliran Filsafat Matematika
Aliran-Aliran Filsafat Matematika
 
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
Analisis Real (Barisan Bilangan Real) Latihan bagian 2.2
 
Matrik
MatrikMatrik
Matrik
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
 
Grup siklik
Grup siklikGrup siklik
Grup siklik
 
Transformasi elementer
Transformasi elementerTransformasi elementer
Transformasi elementer
 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Contoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrupContoh soal dan pembahasan subgrup
Contoh soal dan pembahasan subgrup
 
Makalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilanganMakalah sejarah bilangan
Makalah sejarah bilangan
 
perkalian dan pembagian Bilangan bulat
perkalian dan pembagian Bilangan bulatperkalian dan pembagian Bilangan bulat
perkalian dan pembagian Bilangan bulat
 
Pembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematikaPembuktian dalam matematika
Pembuktian dalam matematika
 
Matematika Diskrit kombinatorial
Matematika Diskrit  kombinatorialMatematika Diskrit  kombinatorial
Matematika Diskrit kombinatorial
 
Media pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ictMedia pembelajaran matematika berbasis ict
Media pembelajaran matematika berbasis ict
 
Aljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabarAljabar 3-struktur-aljabar
Aljabar 3-struktur-aljabar
 
Teori Group
Teori GroupTeori Group
Teori Group
 

Similar to Sejarah Geometri non euclid

Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Geometri Eliptik
Geometri EliptikGeometri Eliptik
Geometri Eliptik
Nila Kumoro Manah
 
Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
sahala_ambarita7
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
sahala_ambarita7
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
windarti aja
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
Andriani Widi Astuti
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
windarti aja
 
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptxGEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
WidyaMeka
 
Sejarah kalkulus
Sejarah kalkulusSejarah kalkulus
Sejarah kalkulus
nurwa ningsih
 
Sejarah kalkulus
Sejarah kalkulusSejarah kalkulus
Sejarah kalkulus
sahala_ambarita7
 
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIIKarya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIICynthia Caroline
 
Sejarah Kalkulus
Sejarah KalkulusSejarah Kalkulus
Sejarah Kalkulus
Arif Abas
 
Makalah Integral.docx
Makalah Integral.docxMakalah Integral.docx
Makalah Integral.docx
yulinisa927
 
kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika
Nining Suryani
 
tugas 5
tugas 5tugas 5
tugas 5
itaannisar
 
Gravitasi universal
Gravitasi universalGravitasi universal
Gravitasi universal
Ika Nirva
 
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu Pengetahuan
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu PengetahuanTokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu Pengetahuan
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu PengetahuanDeuis Rosdiana
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
HelvyEffendi
 
Kosmologi ruang waktu dan gerak
Kosmologi ruang waktu dan gerakKosmologi ruang waktu dan gerak
Kosmologi ruang waktu dan gerak
Rizal Fahmi
 
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
RoySekaropaKetaren
 

Similar to Sejarah Geometri non euclid (20)

Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Geometri Eliptik
Geometri EliptikGeometri Eliptik
Geometri Eliptik
 
Sejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri EuclidSejarah Geometri Euclid
Sejarah Geometri Euclid
 
Sejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclidesSejarah geometri non euclides
Sejarah geometri non euclides
 
Geometri euclid
Geometri euclidGeometri euclid
Geometri euclid
 
Resume geometri euclid
Resume geometri euclidResume geometri euclid
Resume geometri euclid
 
Geometri non euclid
Geometri non euclidGeometri non euclid
Geometri non euclid
 
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptxGEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
GEOMETRI SEBAGAI SISTEM DEDUKTIF, POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES.pptx
 
Sejarah kalkulus
Sejarah kalkulusSejarah kalkulus
Sejarah kalkulus
 
Sejarah kalkulus
Sejarah kalkulusSejarah kalkulus
Sejarah kalkulus
 
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan IIIKarya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
Karya Ilmiah Hukum Kepler I,II Dan III
 
Sejarah Kalkulus
Sejarah KalkulusSejarah Kalkulus
Sejarah Kalkulus
 
Makalah Integral.docx
Makalah Integral.docxMakalah Integral.docx
Makalah Integral.docx
 
kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika kelompok 10 sejarah matematika
kelompok 10 sejarah matematika
 
tugas 5
tugas 5tugas 5
tugas 5
 
Gravitasi universal
Gravitasi universalGravitasi universal
Gravitasi universal
 
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu Pengetahuan
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu PengetahuanTokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu Pengetahuan
Tokoh-Tokoh Sejarahwan dan Ilmu Pengetahuan
 
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptxGeometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
Geometri analitik, mtk abad 17 ppt.pptx
 
Kosmologi ruang waktu dan gerak
Kosmologi ruang waktu dan gerakKosmologi ruang waktu dan gerak
Kosmologi ruang waktu dan gerak
 
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
14. Penelitian dan Diseminasi (Roy S. Ketaren_A2M022045).pptx
 

Recently uploaded

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
asepridwan50
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
fildiausmayusuf1
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
inganahsholihahpangs
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
muhamadsufii48
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
YuristaAndriyani1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
1 Kisi-kisi PAT Sosiologi Kelas X -www.kherysuryawan.id.docx
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptxGERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
GERAKAN KERJASAMA DAN BEBERAPA INSTRUMEN NASIONAL PENCEGAHAN KORUPSI.pptx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdfSeminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
Seminar Pendidikan PPG Filosofi Pendidikan.pdf
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudahrefleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
refleksi tindak lanjut d pmm agar lebih mudah
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdfMODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
MODUL P5 FASE B KELAS 4 MEMBUAT COBRICK.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 

Sejarah Geometri non euclid

  • 1. FILSAFAT DAN SEJARAH MATEMATIKA ” GEOMETRI NON EUCLID” DI SUSUN OLEH : 1. Andriani Widi Astuti (06022681519001) 2. Dia marsella (06022681519003) 3. Marhamah Fajriyah N (06022681519005) 4. Rizky Putri Jannati (06022681519012) 5. Sri Widya Permatasari (06022681519004) Dosen Pengasuh: Prof. Dr. Fuad A Rahman, M.Pd Dr. Somakim, M.Pd Dr. Darmawijoyo, M.Si PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2015
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas Penelitian Pendidikan Matematika yang berjudul “Geometri Non Euclid” ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak dan yang utama Allah SWT, untuk itu kami menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami juga menyadari bahwa dalam pembuatan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga tugas ini dapat selesai dengan tepat waktu. Oleh karena itu, kami dengan kerendahan hati akan menerima masukan dan usul yang bermanfaat untuk penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Palembang, November 2015 Hormat Kami
  • 3. DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………………… II Daftar Isi ……………………………………………………………………… III Geometri Non Euclid …………………….……………………..……………… 4 A. Pendahuluan ………………………………………………………...……… 4 A.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 4 A.2 Rumusan Masalah …………………………………………………. 6 A.3 Tujuan ……………………………………………………………... 6 B. Pembahasan ………………………………………………………………… 7 B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid ……………………………... 7 B.1.1 Matematikawan Arab ………………………………….... 7 B.1.2 Matematikawan Eropa …………………………………... 7 B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid …………… 9 B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid …………………………….. 9 B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid ………………………… 10 B.2 Geometri Non Euclid ………………………………………………… 11 B.2.1 Geometri Hiperbolik …………………………………….. 11 B.2.2 Geometri Eliptik ………………………………………….16 C. Penutup ……………………………………………………………………... 22 C.1 Kesimpulan ……………………………………………………….. 22 C.2 Saran …………………………………………………………….... 23 Daftar Pustaka ……………………………………………………………….... 24
  • 4. GEOMETRI NON EUCLID A. PENDAHULUAN A.1 Latar Belakang Geometri yang pertama-tama muncul sebagai suatu sistem deduktif adalah Geometri dari Euclides. Kira-kira tahun 330 SM, Euclides menulis buku sebanyak 13 buah. Dalam bukunya yang pertama Euclid menjelaskan mengenai definisi, postulat, aksioma dan dalil (Moeharti, 1986: 1.9). Namun Geomerti Euclid ini memiliki kelemahan, salah satu kelemahanya ada pada postulat kelima dari Euclid 2 yang terkenal dengan Postulat. Parallel atau Postulat Kesejajaran yang terlalu panjang sehingga merisaukan para matematikawan. Sehingga beberapa matematikawan menganggap bahwa postulat kelima Euclid bukan postulat dan dapat dibuktikan dengan keempat postulat yang lain. Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485) Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 - 1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13). Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku- siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku- siku”.
  • 5. Gambar 1. Ilustrasi Postulat ke Lima Pada gambar 1 garis c memotong garis a dan garis b yang mengakibatkan sudut 1 dan sudut 2 kurang dari 180°, garis a dan garis b akan bepotongan pada pihak sudut yang kurang dari 180°, yang pada gambar adalah perpanjangan yang ke kanan. Postulat kelima ini masih sukar diterima dan dipahami maka beberapa matematikawan berusaha untuk membuktikan dan menggantikannya dengan postulat yang ekuivalen. Salah satu postulat yang paling terkenal dan sederhana adalah Aksioma Playfair oleh John Playfair (Prenowitz, 1965:25) yang bunyinya: “Hanya ada satu garis sejajar (parallel) pada garis yang melalui titik bukan pada garis tersebut” Matematikawan lain, yaitu Proclus yang menulis komentar dari The Elements yang menyebutkan usaha pembuktian untuk menyimpulkan dari postulat kelima. Proclus kemudian memberikan bukti sendiri, dan memberikan postulat yang ekuivalen dengan postulat kesejajaran “Jika suatu garis lurus memotong salah satu dari dua garis parallel ia juga akan memotong yang lain, dan garis-garis lurus yang parallel dengan suatu garis lurus yang sama, adalah parallel satu sama lain”. Sedangkan John Wallis menggantikan postulat kesejajaran Euclid dengan postulat Wallis. John Wallis menyerah mencoba membuktikan dalil paralel dalam Geometri Netral. Sebaliknya, ia mengusulkan sebuah postulat baru, yang ia merasa lebih masuk akal daripada postulat kelima Euclid (Prenowitz, 1965:28). Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non
  • 6. Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann (Moeharti, 1986: 1.20). A.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan geometri non Euclid? 2. Apa itu geometri non Euclid? A.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui perkembangan geometri non Euclid. 2. Untuk mengetahui apa saja geometri non Euclid tersebut.
  • 7. B. PEMBAHASAN B.1 Perkembangan Geometri Non Euclid B.1.1 Matematikawan Arab Bangsa Arab mengembangkan keilmuan Geometri yang bersumber dari India dan Yunani di bidang matematika. Mereka dikenal sangat luar biasa dalam mengungkap permasalahan matematika terutama yang berkaitan dengan Trigonometri dan juga beberapa masalah yang tak terpecahkan dalam hal teori kesejajaran. Salah satunya, yang cukup populer adalah Omar Khayyam (Nishapur – sekarang Iran, 1048 – 1131). Omar Khayyam mencoba untuk membuktikan postulat kesejajaran Euclid dengan hanya memanfaatkan postulat yang pertama dari empat postulat lainnya yang dikemukakan oleh Euclid. Di mana, dengan menggunakan postulat-postulat tersebut ia memberikan kejelasan mengenai teorema kesejajaran Euclid berdasarkan pada birectangular quadrilateral. Satu tokoh matematikawan Arab lainnya yang juga berkontribusi terhadap perkembangan keilmuan bidang Geometry adalah Nasîr Eddîn (1201-1274). Salah satu hipotesisnya yang berkenaan dengan Postulat Ke-5 Euclid adalah ‘if two straight lines r and s are the one perpendicular and the other oblique to the segment AB, the perpendiculars drawn from s upon r are less than AB on the side on which s makes an acute angle with AB, and greater on the side on which s makes an obtuse angle with AB’. Hipotesisnya ini, menuntunnya untuk menyimpulkan bahwa jumlah sudut dari suatu segitiga adalah sama dengan dua kali sudut siku. Dan segitiga siku-siku merupakan setengah bagian dari suatu segiempat yang ‘dipotong’ mengikuti diagonalnya. B.1.2 Matematikawan Eropa Beberapa matematikawan Eropa kemudian juga mencoba membuktikan kebenaran Postulat Ke-5 Euclid, yang beberapa diantaranya adalah: 1. John Wallis (1616-1703), seorang profesor dari Oxford University.
  • 8. Ia membuat pembuktian terhadap Postulat Ke-5 Euclid dengan berdasarkan pada aksioma ‘to every figure there exists a similiar figure of arbitrary magnitude’. 2. C. S. Clavio (1573 - 1612) Ia mencoba untuk memunculkan model pembuktian baru terhadap hipotesis Euclid dengan berlandaskan pada teorema ‘the line equidistant from a straight line is straight line’. Dalam banyak hal, ternyata apa yang dihasilkannya memiliki kemiripan dengan karya Nasîr Eddîn. 3. Jonh Playfair (1748-1819) Postulat Playfair. Untuk suatu garis 𝑙 dan setiap titik 𝑃 yang tidak terletak pada garis 𝑙, terdapat suatu garis 𝑚 yang melewati 𝑃 dan sejajar dengan 𝑙. Dengan postulatnya, Playfair mencoba untuk mengkonstruksi postulat kesejajaran yang dikemukakan oleh Euclid agar lebih mudah dipahami. 4. Adrien Marie Legendre (1752-1833) Ia tidak sepenuhnya mengakui kebenaran hipotesis Saccheri, terutama yang berkenaan dengan sudut tumpul (obtuse angle). Ia membuktikan bahwa ‘jumlah sudut dari suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan dua kali sudut siku’. Pada teorema ke-2nya, Legendre mengungkapkan bahwa ‘jika jumlah sudut pada suatu segitiga kurang dari atau sama dengan dua kali sudut siku dalam suatu segitiga maka ianya juga akan berlaku sama pada segitiga- segitiga lainnya’ Playfair dan Legendre mengemukakan suatu pernyataan yang equivalen dengan Postulat Ke-5 Euclid, yaitu : ‘Jumlah sudut-sudut pada suatu segitiga adalah sama dengan dua kali sudut siku’ (Adrien Marie Legendre, 1752-1833) Aksioma Kesejajaran : ‘melalui suatu titik yang tidak berada pada suatu garis yang diberikan, hanya akan terdapat satu garis sejajar’ (Jonh Playfair, 1748-1819) Para matematikawan Eropa tersebut menggunakan pernyataan yang equivalen dengan postulat ke-5 Euclid dalam pembuktian teori-teori geometri
  • 9. mereka, walaupun kemudian diketahui bahwasannya ternyata pembuktian mereka adalah mengandung suatu kontradiksi tertentu. Selain Playfair dan Legendre, kami belum menemukan referensi yang secara spesifik mengungkap karya dari John Wallis serta C. S. Clavio yang secara spesifik terkait dengan perkembangan keilmuan geometri. B.1.3 Skema Perkembangan Geometri Non Euclid Gambar 2. Skema Perkembangan Geometri Non Euclid B.1.4 Dasar Geometri Non Euclid Girolamo Saccheri (San Remo, 1667-1733). Ia adalah seorang profesor di Pavia University. Ia-lah yang mempublikasikan keberadaan Euclides ab Omni Saccheri (1667-1773) Lambert (1728-1777) Schweibart (1780-1859) Taurinus (1794-1874) Gauss (1777-1855) W Bolyai (1775-1856) M Barlels (1769-1836) Riemann (1826-1866) J Bolyai (1802-1860) Lobatchevsky (1793-1856) Geometri Hiperbolic Geometri Elliptic Riemann (1826-1866) Beltrami (1835-1900) Klein (1849-1925)
  • 10. Naevo Vindicatus dan kemudian mencoba untuk membuktikan Postulat Ke-5 Euclid. Saccheri menggunakan Absurd Method dalam pengkonstruksian Postulat Ke-5 Euclid. Hasil temuannya kemudian menjadi dasar bagi perkembangan Geometri Non-Euclid. Gambar 3. Saccheri Quadrilateral Definition. Saccheri Quadrilateral adalah suatu segi empat 𝑃𝑅𝑄𝑆 di mana ∠𝑃𝑅𝑆 dan ∠𝑄𝑆𝑅 merupakan sudut siku-siku dengan 𝑃𝑅 = 𝑄𝑆. Segmen (ruas garis) 𝑅𝑆 disebut sebagai alas dan 𝑃𝑄 puncak. Dari gambar Quadrilateral bentukan Saccheri, paling tidak ia melihat terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi :  Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut besarnya lebih dari sudut siku  Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut besarnya sama dengan sudut siku  Sudut-sudut puncak (∠𝑅𝑃𝑄 dan ∠𝑆𝑄𝑃) pada quadrilateral tersebut besarnya kurang dari sudut siku Walaupun sebenarnya beberapa ide dasar Saccheri telah terlebih dahulu diajukan oleh seorang Ahli Matematika Persia pada abad ke-11, yaitu Omar Khayyam dalam buku Omar Khayyam’s Discussion of Difficulties in Euclid, tetap saja Saccheri dianggap sebagai peletak pondasi awal perkembangan geometri non Euclid. B.1.5 Kelahiran Geometri Non Euclid Selama sekian abad lamanya, para ahli matematika pada akhir abad 18 hingga awal abad 19, beberapa dari para matematikawan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Tapi apa yang kemudian mereka hasilkan ternyata tidak
  • 11. cukup memuaskan. Namun beberapa diantaranya ternyata berhasil membuat kemajuan, mereka adalah : Ferdinand Karl Schweikart (1780-1859). Ia yang kemudian membagi keilmuan Geometri ke dalam dua kutub yaitu Geometri euclid dan Geometri yang menolak kebenaran Postulat Ke-5 Euclid (atau Geometri Non-Euclid). Franz Adolf Taurinus (1728-1779). Ia adalah sepupu dari Schweikart, yang secara otomatis juga berperan sebagai rekan kerja Schweikart. Johann Heinrich Lambert (1728-1779). Ia yang mengajukan konsep Geometri pada bola nyata dan radius tak berhingga dari sebuah bola. Para ahli matematika dunia sadar bahwa Postulat Ke-5 Euclid tidak dapat dibuktikan dengan menggunakan aksioma-aksioma yang terdapat pada Geometri Euclid. Terdapat banyak fakta yang mengindikasikan penolakan ini. pada waktu yang hampir bersamaan, tiga orang matematikawan ternyata berhasil menemukan solusi dari perdebatan panjang mengenai keberadaan Postulat Ke-5 Euclid. Mereka adalah :  Karl Friedrich Gauss di Jerman (Brunswick 1777 – Gotinga 1855)  Nicolai Ivanovitsch Lobatchevski di Rusia (Novgororod, sekarang Gorki, 1792-1856)  János Bolyai di Hungaria (Kolozxvar, sekarang Napoca Rumania, 1802- 1860) B.2 Geometri Non Euclid B.2.1 Geometri Hiperbolik Pada kajian Geometri Hiperbolik ini objek-objek kajianya yang berupa titik, garis, bidang dan segmen tidak sama dengan titik, garis, bidang dan segmen pada Geometri Parabolik. Pada Geometri Hiperbolik Ini bidang direpresentasikan oleh sebuah lingkaran O (Prenowitz,1965: 91). Berikut ini adalah tabel representasi untuk Geometri Hiperbolik. Tabel 1. Representasi Geometri Hiperbolik Geometri Hiperbolik Representasi Geometri Euclid Titik Titik: Titik dalam lingkaran
  • 12. Garis Penghubung terbuka lingkaran Bidang Bagian dalam lingkaran Segmen Segmen: Segmen penghubung dua titik Postulat kesejajaran Hiperbolik (Prenowitz, 1965: 54) Untuk suatu titik dan suatu garis yang tidak melalui titik tersebut terdapat dua garis yang melalui titik tersebut yang sejajar dengan garis pertama. 1. Jumlah besar sudut suatu segitiga di dalam Geometri Hiperbolik Teorema 2.1 (Teorema sudut luar) (Prenowitz,1965: 22) Sudut luar segitiga akan lebih besar daripada sudut interior (dalam) yang tidak bersisian dengan sudut tersebut. Gambar 4. Sudut luar segitiga Bukti : Misalkan Δ𝐴𝐵𝐶 adalah sembarang segitiga, dan misalkan D merupakan perpanjangan dari 𝐵𝐶 melalui C. Pertama akan ditunjukkan bahwa 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 lebih besar dari 𝑚∠𝐴. Misalkan E merupakan titik tengah , dan misalkan 𝐵𝐸 merupakan perpanjangan garis yang melalui E hingga F, maka 𝑚 𝐴𝐸 =𝑚 𝐸𝐶 , 𝑚 𝐵𝐸 =𝑚 𝐸𝐹 dan 𝑚∠𝐴𝐸𝐵=𝑚∠𝐶𝐸𝐹 (sudut bertolak belakang sama besar). Jadi Δ𝐴𝐸𝐵≅Δ𝐶𝐸𝐹 (𝑆.𝑆𝑑.𝑆), dan 𝑚∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚∠𝐹𝐶𝐸 (bagian segitiga kongruen sama besar). Karena 𝑚∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐹𝐶𝐸 (keseluruhan sudut selalu lebih besar dari bagiannya), sehingga dapat disimpulkan 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚 ∠𝐵𝐴𝐸 = 𝑚 ∠ A.
  • 13. Untuk menunjukkan bahwa 𝑚 ∠𝐴𝐶𝐷 > 𝑚∠𝐵, perpanjang 𝐴𝐶 melalui C hingga H, yang membentuk 𝑚 ∠𝐵𝐶𝐻>𝑚 ∠𝐵, dengan menggunakan prosedur bagian pertama pembuktian: misalkan M merupakan titik tengah , perpanjang 𝐴𝑀 melalui M, dan lain-lain. Untuk melengkapi bukti, perhatikan bahwa ∠𝐵𝐶𝐻 dan ∠𝐴𝐶𝐷 merupakan sudut bertolak belakang sehingga sudut tersebut sama besar. Lemma 2.1 (Prenowitz, 1965: 57) Jumlah besar dua sudut suatu segitiga adalah kurang dari atau sama dengan sudut luarnya. Gambar 5. Jumlah besar dua sudut suatu segitiga Bukti: Menurut Teorema Sudut Eksterior m∠ACD > m∠ABC dan m∠ACD > m∠BAC. Berikutnya, perhatikan bahwa m ∠ ACD + m ∠ ACB = 180º m ∠ ACD = 180º - m ∠ ACB 180º - m ∠ ACB > m ∠ ABC dan 180º - m ∠ ACB > m ∠ BAC 180º > m ∠ ACB + m ∠ ABC dan 180º > m ∠ ACB + m ∠ BAC Dengan cara yang analog, dapat diperoleh m ∠ BAC + m ∠ ABC < 180º. Lemma 2.2 (Prenowitz, 1965: 58) Terdapat garis l, sebuah titik P yang tidak berada digaris l, dan titik Q berada digaris l. Misal diberikan garis . sebagai sisinya, maka ada suatu titik R di l, pada sisi 𝑃𝑄 yang diberikan, sedemikian sehingga ∠PRQ lebih kecil atau kurang dari sudut yang telah ditentukan, seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini.
  • 14. Gambar 6. Sudut terkecil pada segitiga Bukti: Misal ά yaitu sudut yang ditentukan (berapapun ukuran sudutnya), perhatikan pada gambar di atas yang terdapat titik R pada garis l, yang terbentuk dari sisi PQ, sedemikian sehingga ∠PRQ <ά. Pertama dibuat langkah-langkah untuk mendapatkan barisan sudut. ∠P𝑅1 𝑄1∠P𝑅2 𝑄2…. Setiap sudut yang ditentukan tidak lebih besar dari setengahnya yaitu dari hasil yang telah didapat. Gambar 7. Sudut-sudut terkecil pada segitiga Misal R1 adalah titik pada garis l pada sisi PQ sehingga QR1 = PQ (gambar 23), maka ΔPQR1 sama kaki, dan ∠QP𝑅1 = ∠PR1Q = b1 Misal b adalah sudut luar ΔPQR1 pada Q, berdasar lemma 1 b1 + b1 = 2b1 ≤ b sehingga b1 ≤ ½ b ……………………(1) Sekarang dibentuk sudut baru dengan langkah yang sama. Perpanjangan QR1 melalui R1 dan R2 sehingga R1R2 = PR1. Digambar PR2, kemudian ΔP𝑅1R2 sama kaki dan ∠𝑅1P𝑅2 = ∠PR2R1 = ∠PR2Q = b2. Dengan lemma 1 b2 + b2 = 2b2 ≤ b1 Sehingga b2 ≤ ½ b1 Dengan persamaan (1) didapat
  • 15. b1 ≤ ½2 b. dengan mengulangi proses pembagian dua n, sehingga didapat titik Rn di L, pda sisi PQ, sehingga bn = ∠PRnQ ≤ ½n b. Hasilnya nilai n sangat besar ½n b < ά. kemudian ∠PRnQ ≤ ά. Sehingga teorema yang berlaku adalah R =Rn. Dari kedua lemma yang disampaikan sebelumnya dapat diturunkan teorema berikut ini. Teorema 2.2 (Prenowitz, 1965: 59) Pada segitiga jumlah besar sudut-sudutnya kurang dari 180°. Gambar 8. Segitiga dengan jumlah sudutnya kurang dari 180° Bukti: Buat garis l dan itik P tidak pada l. Digambar garis m melalui P sejajar l, dengan cara biasa. 𝑃𝑄 tegaklurus terhadap l pada Q dan m tegaklurus terhadap 𝑃𝑄 pada P. Menurut postulat kesejajaran Hiperbolik, ada garis selain m melewati P sejajar l. Misal garis tersebut adalah n, sehingga sudut yang dibentuk oleh garis n dan 𝑃𝑄 besarnya harus kurang dari 90°. Y titik pada garis m, dan X titik pada garis n, terdapat ά = ∠XPY, maka ∠QPX = 90° - ά. Dengan menggunakan Lemma 2.2 buat titik R pada l, sedemikian sehingga ∠PRQ < ά. terbentuk ΔPQR. m∠PQR = 90° m∠QRP < ά m∠RPQ < m∠XPQ = 90° - ά Dijumlahkan diperoleh m∠PQR + m∠QRP + m∠RPQ < 90° + ά + 90° - ά = 180°
  • 16. Jadi Δ PQR memiliki jumlah sudut kurang dari 180°. Segiempat pada Geometri Hiperbolik Dari teorema 2.2 di atas mengakibatkan adanya dua corollary untuk segiempat sebagai berikut. Corollary 2.2 (Prenowitz, 1965: 61) Jumlah besar sudut-sudut dari segiempat kurang dari 360°. Bukti: Gambar 9. Segiempat yang jumlah besar sudutnya kurang dari 360° Segiempat ABCD pada gambar 25 diatas, jika dibuat garis yang menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I dan segitiga II, berdasar teorema 2.2 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga kurang dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudut- sudutnya kurang dari 360°. B.2.2 Geometri Eliptik Geometri Eliptik berbeda dengan Geometri Euclid hanya pada postulat kesejajarannya saja, Postulat kesejajaran dari Riemann adalah sebagai berikut (Moeharti, 1986: 5.17): “Tidak ada garis-garis sejajar dengan garis lain” Berdasarkan pada Postulat diatas, pada Geometri Eliptik ini dua garis selalu berpotongan dan tidak ada dua garis sejajar. Pada Geometri Eliptik terdapat dua macam pengkhususan yang pertama Geometri “single elliptic” dan yang kedua Geometri “double elliptic”. Kata Eliptik didasarkan atas klasifikasi Geometri Proyektif, karena tidak ada dua garis yang dapat dibuat sejajar garis tersebut. Untuk dapat memudahkan dalil-dalil berikut, maka sebagai model dari Geometri
  • 17. “double elliptic” ialah bola dan untuk Geometri “single elliptic” adalah setengah bola. Model Geometri Eliptik tunggal (Moeharti, 1986: 5.19) Sebarang dua garis yang berpotongan tepat pada satu titik, tetapi tidak ada garis yang memisahkan bidang tersebut. Gambar 10. Model Geometri Eliptik tunggal Model Geometri Eliptik ganda (Moeharti, 1986: 5.19) Dua garis berpotongan tepat pada dua titik, dan setiap garis memisahkan bidang. Gambar 11. Model Geometri Eliptik ganda Tabel 2. Representai bola Euclid Geometri Eliptik Ganda Representasi Euclid Titik Titik pada bola Garis Lingkaran besar bola Bidang Bola
  • 18. Segmen Busur dari suatu lingkaran bola Jarak antara dua titik Panjang busur terpendek dari lingkaran besar yang melalui kedua titik itu. Sudut yang dibentuk oleh dua garis Sudut pada bola yang dibentuk oleh dua lingkaran besar. Dalam Geometri Eliptik melalui satu titik pada suatu garis hanya dapat dilukis satu garis yang tegak lurus garis tersebut. Untuk setiap garis l ada kutup K sedemikian sehingga semua garis melalui K tegak lurus pada l (gambarnya seperti semua meridian melalui kutub tegak lurus melalui ekuator atau katulistiwa). Sifat kutub misalnya l suatu garis, maka ada suatu titik K, yang disebut kutub dari l sedemikian sehigga : 1. Setiap segmen yang menghubungkan K dengan suatu titik l tegaklurus pada l. 2. K berjarak sama dari setiap titik pada l. Jarak K sampai sebarang titik pada l disebut jarak polar. Jarak polar suatu kutub sampai garisnya adalah konstan, demikian juga panjang suatu garis adalah konstan. Berikut ini adalah dalil-dalil yang berlaku pada Geometri Elliptik ini: Dalil 3.1 (Moeharti, 1986: 5.20) Dua garis yang tegak lurus pada suatu garis bertemu pada suatu titik ujungnya. Dalil 3.2 (Moeharti, 1986: 5.20) Semua garis tegak lurus pada suatu garis berpotongan pada titik yang disebut kutub dari garis itu dan sebaliknya setiap garis melalui kutub suatu garis tegak lurus pada garis itu. Bukti Dalil 3.2 Pada dalil 3.1 dua garis yang tegaklurus pada suatu garis bertemu pada satu titik sudah terbukti, titik itulah yang disebut titik kutub, disini akan berlaku untuk setiap garis yang tegak lurus pada garis l, begitu sebaliknya
  • 19. jika pada titik C ditarik garis yang tegak lurus terhadap garis l maka semua garis akan tegaklurus ke l. Sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik Pembahasan sudut-sudut segitiga pada Geometri Eliptik ini berlaku beberapa dalil sebagai berikut : Dalil 3.3 (Moeharti, 1986: 5.20) Dalam sebarang ΔABC dengan ∠C = 90°, sudut A kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari 90°, tergantung dari segmen 𝐵𝐶 kurang dari, sama dengan atau lebih besar dari jarak polar q. Keabsahan dalil 3.3 diatas dapat ditunjukan dengan ilustrasi dibawah ini Diketahui : segitiga ABC dengan ∠C = 90 ° a. Ditunjukkan ∠A < 90°, bila 𝐵𝐶 < dari jarak polar Gambar 12. A < 90°, karena 𝑩𝑪 < jarak polar b. Ditunjukkan ∠A = 90°, bila 𝐵𝐶 = dari jarak polar
  • 20. Gambar 13. ∠A = 90°, karena BC = jarak polar c. Ditunjukkan ∠A > 90°, bila BC > dari jarak polar Gambar 14. ∠A > 90°, karena BC > jarak polar Untuk jumlah besar sudut-sudut segitiga dalam Geometri Eliptik ini berlaku dalil 3.4 berikut ini Dalil 3.4 (Moeharti, 1986: 5.20) Jumlah besar sudut-sudut segitiga lebih besar dari 180°. Keabsahan dalil 3.4 diatas dapat ditunjukan dengan menggunakan gambar 13, dan gambar 14: Pada gambar 13: ∠A = 90°,∠C = 90°, ∠B positif Sehingga m∠A + m∠B + m∠C = > 180° Pada gambar 14: ∠C = 90°,∠A tumpul Sehingga m∠A + m∠B + m∠C > 180°.
  • 21. 1. Segiempat pada Geometri Eliptik Segiempat pada Geometri Eliptik ini yang dibahas adalah berikut ini Dalil 3.5 (Moeharti, 1986: 5.21) Jumlah besar sudut-sudut segiempat lebih besar dari 360°. Bukti Dalil 3.5 Gambar 15. Ilustrasi Jumlah Besar sudut-sudut Segiempat Lebih Besar dari 360°. Segiempat ABCD pada gambar 15 diatas, jika dibuat garis yang menghubungkan titik B dan D maka akan terbentuk dua segitiga, segitiga I dan segitiga II, berdasar dalil 3.4 bahwa jumlah besar sudut dari segitiga lebih dari 180°, maka segiempat tersebut jumlah besar sudutnya lebih dari 360°.
  • 22. C. PENUTUP C.1 Kesimpulan Geometri Non Euclid timbul karena para matematikawan berusaha untuk membuktikan postulat kelima dari Euclides. Sehingga Geometri Non Euclid masih berdasarkan empat postulat pertama dari Euclides dan hanya berbeda pada 4 postulat kelimanya. Ada dua macam Geometri Non Euclid yang pertama adalah ditemukan hampir bersamaan oleh 3 tokoh berlainan dan masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh tersebut adalah Karl Friedrich Gauss dari Jerman, Yonos Bolyai dari Hongaria, dan Nicolai Ivanovitch Lobachevsky dari Rusia, Geometri ini disebut Geometri Hiperbolik atau Geometri Lobachevsky. Geometri Non Euclid yang kedua adalah Geometri yang diketemukan oleh G.F.B. Bernhard Riemann dari Jerman, Geometri ini disebut Geometri Eliptik atau Geometri Riemann (Moeharti, 1986: 1.20). Usaha untuk membuktikan postulat kelima ini berlangsung sejak Euclid masih hidup sampai kira-kira tahun 1820. Tokoh yang berusaha membuktikan ini antara lain Proclus dari Aleksandria (410 - 485) Girolamo Saccheri dari Italia (1607 - 1733), Karl Friedrich Gauss dari Jerman (1777 - 1855), Wolfgang (Farkas) Bolyai dari Hongaria (1775 - 1856), dan anaknya Yanos Bolyai (1802 - 18060) dan juga Nicolai Ivanoviteh Lobachevsky (1793 – 1856) (Moeharti, 1986: 1.13). Menurut Moeharti (1986: 1.12), postulat kesejajaran kelima Euclid adalah sebagai berikut: “ Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus
  • 23. dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku- siku, kedua garis itu jika diperpanjang tak terbatas, akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari sudut siku- siku”. C.2 Saran Dalam penulisan makalah ini, penyusun menyadari masih terdapat banyak kekurangan karena kurangya pengetahuan yang penyusun miliki. Maka dari itu penyusun meminta saran untuk memperbaiki makalah ini.
  • 24. DAFTAR PUSTAKA Moeharti, H, W. (1986). Materi Pokok Sistem-Sistem Geometri. Jakarta: Kanika Jakarta, Universitas Terbuka. Prenowitz, W. Jordan, M. (1965). Basic Concepts of Geometry. Blaisdell Publishing Company: Waltham, Manssachusetts. Toronto. London.