SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1. AISYAH TURIDHO (06081281520073)
2. HANIFA ZULFITRI (06081281520065)
3. ROGAYAH (06081381520054)
4. WAHYU ADI NEGARA (06081381520043)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ i
TEORI BELAJAR JEROME S.BRUNER.............................................................. 1
1. Biografi J.S Bruner.................................................................................... 1
2. Teori Belajar Bruner ................................................................................. 3
A. Proses Kognitif yang terjadi dalam belajar ................................................. 3
B. Tahap-Tahap penerapan belajar penemuan ( Metode Discovery)............... 4
3. Teori Belajar Matematika Bruner............................................................ 5
A. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Matematika........................................ 6
B. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika ........ 8
4. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner............................................... 10
5. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika................... 11
6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner ............................................ 12
7. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Discovery .................................... 12
KESIMPULAN ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
1
TEORI BELAJAR JEROME S.BRUNER
1. Biografi J.S Bruner
Jerome Seymour Bruner ini,
dilahirkan di New York City pada
tanggal 1 Oktober 1915. Ia
berkebangsaan Amerika. Bruner
menyelesaikan pendidikan sarjana di
Duke University di mana ia menerima
gelar sarjananya (B.A) pada tahun 1937.
Selanjutnya, Bruner belajar psikologi di
Harvard University dan mendapat gelar
doktornya pada tahun 1939 dan
mendapat gelar Ph.D. Pada tahun 1939
dibawah bimbingan Gordon Allport.
Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya meliputi
persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari
manusia, Bruner mengganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan
pencipta informasi. Bruner menerbitkan artikel psikologis pertama yang
berisi tentang mempelajari pengaruh ekstrak timus pada perilaku seksual
tikus betina. Pada tahun 1941, tesis doktornya berjudul "A Psychological
Analysis of International Radio Broadcasts of Belligerent Nations".
Setelah menyelesaikan program doktornya, Bruner memasuki
Angkatan Darat Amerika Serikat dan bertugas di Divisi Warfare Psikologis
dari Markas Agung Sekutu Expeditory Angkatan Eropa komite di bawah
Eisenhower, meneliti fenomena psikologi sosial di mana karyanya berfokus
pada propaganda (subyek tesis doktornya) serta opini publik di Amerika
Serikat. Dia adalah editor Public Opinion Quarterly (1943-1944).
2
Pada tahun 1945, Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor
psikologi dan sangat terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan
psikologi kognitif dan psikologi pendidikan. Ia dengan cepat naik pangkat
dari dosen menjadi profesor pada tahun 1952. Dia berperan penting dalam
membangun Path Breaking Center For Cognitive Studies pada tahun 1960
menjabat sebagai direktur pada tahun 1972. Lalu pada tahun 1964-1965 ia
terpilih dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological
Association. Pada tahun 1970, Bruner meninggalkan Harvard untuk mengajar
di Universitas Oxford di Inggris. Dia kembali ke Amerika Serikat pada tahun
1980 untuk melanjutkan penelitian di bidang psikologi perkembangan. Pada
tahun 1972, Bruner berlayar melintasi Atlantik. Hal ini dikarenakan untuk
mengambil posisi Watts Professor of Experimental Psychology at Oxford
University. Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan fakultas di New York
University Law School. Selain itu, Bruner juga telah dianugerahi gelar
doktor kehormatan dari Yale dan Columbia, serta perguruan tinggi dan
universitas seperti Sorbonne, Berlin, dan Roma, dan merupakan Fellow dari
American Academy of Arts dan Ilmu.
Dari pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa Jerome S Bruner
merupakan ahli psikologi perkembangan dan khususnya psikologi
kognitif, yang tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat jelas dari riwayat
hidupnya, dan kontribusi yang dilakukan Bruner dalam mengembangkan
penelitiannya tentang psikologi kognitif. Kiprah dan pengalaman yang sangat
luas mengenai psikologi telah membawanya pada banyak penghargaan yang
diterimanya. Penelitian-penelitian yang dilakukan Jerome S Bruner, mampu
membuktikan dan memunculkan teori baru, yang kemudian teori itu memiliki
ciri khas sendiri, dan berbeda dengan teori sebelumnya, inilah yang
dinamakan teori kognitif menurut pandangan Jerome S Bruner. Yaitu
menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
3
2. Teori Belajar Bruner
Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai
pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya
A. Proses Kognitif yang terjadi dalam belajar
Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu :
1) Proses perolehan informasi baru
Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca,
mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau
mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat
penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki.
2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima
Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita
memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan
kebutuhan.
3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala atau masalah yang dihadapi.
Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang
menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus,
yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini
mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri.
4
B. Tahap-Tahap penerapan belajar penemuan ( Metode Discovery)
Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang
menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus,
yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini
mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri.
Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah sebagai berikut :
1) Stimulasi
Kegiatan belajar di mulai dengan memberikan pertanyaan yang
merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk
membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
2) Problem Statement (mengindentifikasi masalah)
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak
mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih
dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah
tersebut).
3) Data collection (pengumpulan data)
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesa tersebut.
4) Data prosessing (pengolahan data)
Yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan
wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan.
5) Verifikasi
Mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan benar
tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan
processing.
6) Generalisasi
5
Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan
berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verivikasi.
Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di
kelas. Untuk itu, bruner memakai cara dengan apa yang
disebutnya “discovery learning”, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan
yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda
dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru
menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/
informasi itu.
3. Teori Belajar Matematika Bruner
Adapun menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai
konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam
materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika itu. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran
matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai
dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah
kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai
konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran,
sekolah diharapkan menggunakan alat peraga atau media lainnya.
Pendekatan dan strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah
pedagogi secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak,
dari sederhana kekompleks, dari yang mudah kesulit dengan menggunakan
berbagai sumber belajar.
Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak,
dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera
manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak
sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat
peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung
6
bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang
sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak
dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya.
Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui
keaktifannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk
menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan pada
dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mempelajari bilangan prima
akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan menarik tentang
bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan sedikit
informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut.
Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap
perkembangan (berbeda dengan Teori Piaget). Ada dua bagian yang
penting dari teori Bruner , yaitu :
A. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Matematika
Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan
(Misalnya mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses
internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses
belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu
dipelajari dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah sebagai
berikut :
a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan
situasi yang nyata.
b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan
di mana pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam
bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram,
7
yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang
terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas.
c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol
abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai
berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang
bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun
lambang-lambang abstrak lainnya.
Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika
proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap
belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar
tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi
ikonik, dan selanjutnya, kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan
belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus
representasi simbolik.
Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah,
pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari
hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya
menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung
banyaknya kelereng semuanya ini merupakan tahap enaktif). Kemudian,
kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram
yang mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (dan
kemudian dihitung banyaknya kelereng semuanya, dengan menggunakan
gambar atau diagram tersebut/ tahap yang kedua ikonik, siswa bisa
melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual dari
kelereng tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa
melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang-
lambang bialngan, yaitu : 3 + 2 = 5.
8
B. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika
Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan
mengajar matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut
adalah teorema penyusunan (Construction theorem), teorema notasi
(Notation theorem), teorema kekontrasan dan
keanekaragaman (Contras and variation theorem), teorema
pengaitan (Connectivity theorem) .
a) Teorema penyusunan (Construction theorem)
Teorema ini menyatakan bahwa bagi anak cara yang paling baik
untuk belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan
melakukan penyusunan representasinya. Pada permulaan belajar
konsep pengertian akan menjadi lebih melekat apabila kegiatan yang
menujukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri.
Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila anak
disertai dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah
mengingat ide-ide tersebut. Dengan demikian, anak lebih mudah
menerapkan ide dalam situasi nyata secara tepat. Dalam hal ini
ingatan diperoleh bukan karena penguatan, akan tetapi pengertian
yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan pengertian
itu dapat dicapai karena anak memanipulasi benda-benda konkrit.
Oleh karena itu pada permulaan belajar, pengertian itu dapat dicapai
oleh anak bergantung pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan
benda-benda konkrit.
Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka
guru memperlihatkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang
berbentuk kubus atau balok.
b) Teorema Notasi
Teorema notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep,
notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam
menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah
9
rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak,
tidak rumit dan mudah dimengerti.
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan
dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan
penggunaan notasi disesuaikan dengan tingkat
perkembangan kognitif anak.
c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman
Dalam teorema ini dinyatakan bahwa dalam mengubah dari
representasi konkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatu
konsep dalam matematika, dilakukan dengan kegiatan pengontrasan
dan keanekaragaman. Artinya agar suatu konsep yang akan
dikenalkan pada anak mudah dimengerti, konsep tersebut disajikan
dengan mengontraskan dengan konsep-konsep lainnya dan konsep
tersebut disajikan dengan beranekaragam contoh. Dengan demikian
anak dapat memahami dengan mudah karakteristik konsep yang
diberikan tersebut.
Untuk menyampaikan suatu konsep dengan cara mengontraskan
dapat dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh.
Sebagai contoh untuk menyampaikan konsep bangun ruang maka
pada anak diberikan beberapa gambar dan siswa menunjukkan
gambar yang termasuk bangun ruang dan yang bukan merupakan
bangun ruang.
Dengan contoh soal yang beranekaragam, kita dapat
menanamkan suatu konsep dengan lebih baik daripada hanya contoh-
contoh soal yang sejenis saja. Dengan keanekaragaman contoh yang
diberikan siswa dapat mengenal dengan jelas karakteristik konsep
yang diberikan kepadanya. Misalnya, dalam pembelajaran konsep
persegi panjang, persegi panjang sebaiknya ditampilkan dengan
berbagai contoh yang bervariasi, misalnya ada persegi panjang yang
posisinya bervariasi (ada yang kedua sisinya yang berhadapan
10
terletak horisontal dan dua sisi yang lainnya vertikal, ada yang
posisinya miring, dan sebagainya).
d) Teorema pengaitan (Konektivitas)
Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu
konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan
saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan.
Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya,
atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep
lainnya. Seperti pada penentuan luas sisi bangun ruang balok maka
dibutuhkan pengetahuan prasyarat siswa tentang luas persegi
panjang.
Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa.
Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil.
Dengan melihat kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak
beranggapan bahwa cabang-cabang dalam matematika itu sendiri
berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama lainnya.
Perlu dijelaskan bahwa keempat teorema tersebut di atas tidak
dimaksudkan untuk diterapkan satu persatu dengan urutan seperti di
atas. Dalam penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan
secara bersamaan dalam proses pembelajaran suatu materi
matematika tertentu. Hal tersebut bergantung pada karakteristik dari
materi atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik dari
siswa yang belajar.
4. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut
fungsinya antara lain:
1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai
pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang
sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal
ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya.
11
2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau
prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang;
3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa
atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang
suatu idea atau gejala;
4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran
berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur
dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa. Telah
banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah
bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang
terintegrasi.
5. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika
Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan:
1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan.
Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat,
sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima
atau lingkaran.
2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep.
Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah
nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah?
Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan?
3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari
jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun
Ubin tersebut?
4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat
berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa,
kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk
berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
12
6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner
Seperti teori-teori yang lain Teori bruner juga memiliki kelebihan dan
kekurangan. Berikut akan sedikit dibahas mengenai kelebihan dan
kekurangan dari teori Bruner.
 Kelebihan Teori Bruner
1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar
sudah bermakna.
2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan
mudah diingat.
3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah
sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat
mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan
sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh
dalam menciptakan motivasi belajar.
6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir
secara bebas.
 Kekurangan Teori Bruner
1. Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan
dan kematangan mental. Peserta didik harus berani dan
berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak
memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal.
2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau
kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan
kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari.
7. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Discovery
Untuk mengurangi kelemahan dalam penerapan metode discovery diperlukan
beberapa strategi yang harus dilaksanakan guru yaitu :
13
1. Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa
pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing
siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar
dalam penggunaan metode ini dapat diatasi.
2. Memulai dengan penemuan terbimbing atau terpimpin (guided discovery)
yakni adanya bantuan atau petunjuk dari guru. Bantuan guru dapat dimulai
dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan
informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat
di dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan guru sebelum
pembelajaran dimulai.
14
KESIMPULAN
Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya
abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera
manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya
diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat
peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan
dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu.
Bruner membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga
tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Beberapa konsep
dalam pembelajaran matematika dapat diuraikan langkah-langkah pembelajaran
menurut Bruner, mulai modus representasi enaktif, ikonik, dan simbolik. Seperti
pada materi bangun ruang sisi datar contohnya pemahaman konsep volum balok
atau membuat jaring-jaring kubus.
Selain teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema-
teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika yaitu:
a. Teorema konstruksi (Construction Theorem)
b. Teorema Notasi (Notation Theorem).
c. Teorema kekontrasan dan variasi (Contrast and variation theorem)
d. Teorema konektivitas (Connectivity theorem)
15
HASIL DISKUSI
i. Atikarani Noer Saleha
Bagaimana cara kita untuk memperlakukan informasi yang diterima agar
sesusi kebutuhan kita dan untuk siswa?
Agar dapat memperlakukan informasi sesuai kebuhan maka kita harus
dapat melibatkan informasi yang sudah kita ketahui dengan informasi yang
baru didapat.
ii. Yulianita Maharani
Jelaskan yang dimaksud “ dimana murid mengorganisasi bahan yang
dipelajari dengan suatu bentuk akhir?”
Maksudnya murid dapat menyimpulkan suatu permasalah yang ada
iii. Reno Sutriono
Apakah teori brunner cocok untuk K13?
Metode yang digunakan pada teori bruner yaitu metode discovery learning,
hal ini sesuai dengan pendekatan saintifik yang diterapkan dalam kurikulum
2013. Namun, kembali lagi kepada materi yang diajarkan karena tidak semua
materi bisa menggunakan metode discovery, untuk materi yang tidak bisa
menggunakkan metode ini maka bisa digunakan metode lain dan ditinjau dari
teori belajar yang lainnya.
iv. Nety Wahyu Saputri
Teori Bruner memiliki perbedaan dengan Piaget yaitu tidak mengelompokkan
berdasarkan usia? Lalu dari mana kita tahu kapan siswa memasuki tahap
tersebut.
Tahap-tahap tersebut tidak mempertimbangkan usia tetapi dilihat dari
langkah-langkah pembelajarannya, jadi untuk menegtahui kapan kita
memasuki tahap tersebut maka harus disesuaikan dengan cara penyampaian
16
pembelajarannya, misal jiak menggunakan bahasa komunikasi berarti tahap
yang dilakukan adalah tahap simbolik.
v. Kori Auga Islamirta
Bagaimana cara guru mengetahui kapan ia harus memakai tahap enaktif,
ikonik, maupun simbolik?
Pertanyaan kori hampir sama dengan pertanyaan nety, jadi untuk
mengetahui kapan memasuki thap enaktif, ikonik dan simbolik kembali lagi
ke pengertian tahap tersebut dan kita sesuaikan dengan cara kita
menyampaikan materi pembelajaran
vi. Rahma Wulandari
Jika teorema-teorema tentang cara belajar dan mengajar Matematika, sudah
dilakukan dengan baik, tetapi siswa belum paham dengan konsep yang kita
ajarkan, lalu apa yang salah pada teorema tersebut? Bagaimana cara
mengatasi kelemahan metode discovery pada siswa privat?
Tidak ada kesalahan pada teorema melainkan kesalahan atau kurangnya
dalam pengaplikasian pembelajaran tersebut. Sehingga dalam proses
pembelajaran harus dilakukan sebuah evaluasi sebagai bentuk penilaian
sehingga tidak terulangnya kesalahan yang terjadi pada pembelajaran
17
DAFTAR PUSTAKA
Ardi. (07, 10 2009). Retrieved 09 19, 2016, from
http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori-belajar-bruner/
Newboenagin. (2013, 10). Aplikasi teori bruner dalam pembelajaran matematika
di tingkat SD. Retrieved 09 19, 2016, from
https://made82math.files.wordpress.com
pendidik, I. (2014, 10). Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner. Retrieved 09
19, 2016, from http://www.ilmupendidik.com
Suhendi. (2013, 06 08). Teori Belajar Matematika Menurut
Bruner,Gagne,Thorndike,Skinner,Piaget. Retrieved 09 19, 2016, from
https://hendisuhendi2012.wordpress.com

More Related Content

What's hot

Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaPrincess Indry
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES Andina Aulia Rachma
 
Model-model Penelitian Pengembangan
Model-model Penelitian PengembanganModel-model Penelitian Pengembangan
Model-model Penelitian PengembanganYamanto Isa
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfSalwa695608
 
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip BelajarJenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip BelajarEndah Rizkiani
 
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranMusafirCinta7
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerDimas Dwi Senggono S
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS V
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS VRPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS V
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS VSuci Lintiasri
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Yoshiie Srinita
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiazrin10
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by DesignSMK Negeri 6 Malang
 
Model pembelajaran yang berpusat pada guru
Model pembelajaran yang berpusat pada guruModel pembelajaran yang berpusat pada guru
Model pembelajaran yang berpusat pada guruMitha Ye Es
 
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxRUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxCiciPRahmawati
 
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfKelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfzhenkekamahendra
 

What's hot (20)

Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Teori bruner ppt
Teori bruner pptTeori bruner ppt
Teori bruner ppt
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
teknik dan Instrumen Penilaian NON TES
 
Model-model Penelitian Pengembangan
Model-model Penelitian PengembanganModel-model Penelitian Pengembangan
Model-model Penelitian Pengembangan
 
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdfKEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
KEL 1_Pembelajaran paradigma baru dan asesmen.pdf
 
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip BelajarJenis - Jenis & Prinsip Belajar
Jenis - Jenis & Prinsip Belajar
 
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan PembelajaranPengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pembelajaran
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
Pembelajaran terpadu model connected
Pembelajaran terpadu model connectedPembelajaran terpadu model connected
Pembelajaran terpadu model connected
 
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan BrunnerTeori Piaget, Ausubel, dan Brunner
Teori Piaget, Ausubel, dan Brunner
 
Topik 2.pdf
Topik 2.pdfTopik 2.pdf
Topik 2.pdf
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS V
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS VRPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS V
RPP TEMATIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KELAS V
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
 
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisiContoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
Contoh soal penerapan taksonomi bloom revisi
 
memahami Understanding by Design
memahami Understanding by Designmemahami Understanding by Design
memahami Understanding by Design
 
Model pembelajaran yang berpusat pada guru
Model pembelajaran yang berpusat pada guruModel pembelajaran yang berpusat pada guru
Model pembelajaran yang berpusat pada guru
 
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptxRUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
RUANG KOLABORASI-TOPIK 3, kelompok 5.pptx
 
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdfKelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
Kelompok 5_TBPP_Ruang Kolaborasi (Topik 1) (1).pdf
 

Viewers also liked

Viewers also liked (9)

36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori36039471 perbezaan-teori
36039471 perbezaan-teori
 
Pengantar matakuliah teori belajar dan pembelajaran
Pengantar matakuliah teori belajar dan pembelajaranPengantar matakuliah teori belajar dan pembelajaran
Pengantar matakuliah teori belajar dan pembelajaran
 
Pembelajaran masteri dalam RBT
Pembelajaran masteri dalam RBTPembelajaran masteri dalam RBT
Pembelajaran masteri dalam RBT
 
Teori behavioristik
Teori behavioristikTeori behavioristik
Teori behavioristik
 
02 teori-belajar-behaviorisme-penerapannya-dalam-pembelajaran
02 teori-belajar-behaviorisme-penerapannya-dalam-pembelajaran02 teori-belajar-behaviorisme-penerapannya-dalam-pembelajaran
02 teori-belajar-behaviorisme-penerapannya-dalam-pembelajaran
 
Teori Behaviorisme
Teori BehaviorismeTeori Behaviorisme
Teori Behaviorisme
 
Reciprocal teaching windi widiawati (0903575)
Reciprocal teaching  windi widiawati (0903575)Reciprocal teaching  windi widiawati (0903575)
Reciprocal teaching windi widiawati (0903575)
 
4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajar4.2 macam macam teori belajar
4.2 macam macam teori belajar
 
Strategi Pendekatan Kaedah dan Teknik
Strategi Pendekatan Kaedah dan Teknik Strategi Pendekatan Kaedah dan Teknik
Strategi Pendekatan Kaedah dan Teknik
 

Similar to Teori Belajar Bruner

Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahnurasiyahnabil
 
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep Bruner
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep BrunerTeori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep Bruner
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep BrunerAtifah Ruzana Abd Wahab
 
Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1 Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1 Ryni Svinndal
 
Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe64258
 
1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasiZack Razz
 
Teori belajar bruner
Teori belajar brunerTeori belajar bruner
Teori belajar brunerSri Sukmawati
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistikPujiati Puu
 
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptx
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptxKELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptx
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptxAfdalLuthfi1
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikM. Ifaldi Sidik
 
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdf
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdfBuku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdf
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdfNorma Gladme Rambe
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitianFela Aziiza
 

Similar to Teori Belajar Bruner (20)

Teori Belajar Bruner
Teori Belajar BrunerTeori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner
 
Ppt teori j.bruner
Ppt teori j.brunerPpt teori j.bruner
Ppt teori j.bruner
 
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiahTeori belajar humanistik bu nur asyiah
Teori belajar humanistik bu nur asyiah
 
Teori Belajar Brunner
Teori Belajar BrunnerTeori Belajar Brunner
Teori Belajar Brunner
 
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep Bruner
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep BrunerTeori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep Bruner
Teori Pembelajaran Kognitif - Teori Pembentukan Konsep Bruner
 
Teori belajar
Teori belajarTeori belajar
Teori belajar
 
Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1 Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1
 
Teori Belajar Jerome S Bruner
Teori Belajar Jerome S BrunerTeori Belajar Jerome S Bruner
Teori Belajar Jerome S Bruner
 
Erlawati Iia Pe
Erlawati Iia PeErlawati Iia Pe
Erlawati Iia Pe
 
1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi1.03 teori belajar dan motivasi
1.03 teori belajar dan motivasi
 
Teori belajar bruner
Teori belajar brunerTeori belajar bruner
Teori belajar bruner
 
Makalah teori humanistik
Makalah teori humanistikMakalah teori humanistik
Makalah teori humanistik
 
TEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISMETEORI KOGNITIVISME
TEORI KOGNITIVISME
 
hakikat penelitian pendidikan
hakikat penelitian pendidikanhakikat penelitian pendidikan
hakikat penelitian pendidikan
 
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptx
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptxKELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptx
KELOMPOK 8 PSIKOPEN (1).pptx
 
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi SidikMartikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
Martikulasi Pascasarjana "Teori Belajar dan Pembelajaran" M. Ifaldi Sidik
 
Makalah inquiry
Makalah inquiryMakalah inquiry
Makalah inquiry
 
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdf
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdfBuku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdf
Buku-Metodologi-Penelitian-by-W-Gulo.pdf
 
Web laksmi purnayanti
Web laksmi purnayantiWeb laksmi purnayanti
Web laksmi purnayanti
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitian
 

More from Aisyah Turidho

Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi Aisyah Turidho
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
 
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Aisyah Turidho
 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaAisyah Turidho
 
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
 
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)Aisyah Turidho
 
Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Aisyah Turidho
 
RPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatRPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatAisyah Turidho
 
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarSilabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarAisyah Turidho
 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungAisyah Turidho
 
Cara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahCara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahAisyah Turidho
 
Cara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaCara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaAisyah Turidho
 
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Aisyah Turidho
 
Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Aisyah Turidho
 
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Aisyah Turidho
 
soal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometrisoal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometriAisyah Turidho
 
makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata Aisyah Turidho
 

More from Aisyah Turidho (20)

Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi
 
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Rpp spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
 
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
Ppt spltv (sistem persamaan linear tiga variabel)
 
Lkpd spltv
Lkpd spltvLkpd spltv
Lkpd spltv
 
Sejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematikaSejarah perkembangan matematika
Sejarah perkembangan matematika
 
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
rpp operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
 
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd soal operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
 
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
lkpd prosedural operasi bentuk aljabar (aisyah turidho)
 
Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9Prota dan prosem SMP kelas 9
Prota dan prosem SMP kelas 9
 
RPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkatRPP operasi bilangan berpangkat
RPP operasi bilangan berpangkat
 
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akarSilabus Perpangkatan dan bentuk akar
Silabus Perpangkatan dan bentuk akar
 
Laporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan JagungLaporan Pertumbuhan Jagung
Laporan Pertumbuhan Jagung
 
Cara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merahCara membuat srikaya gula merah
Cara membuat srikaya gula merah
 
Cara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik TelaCara Membuat Kripik Tela
Cara Membuat Kripik Tela
 
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
Makalah "pemanfaatan aplikasi geogebra pada pembelajaran matematika"
 
Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis Makalah uji hipotesis
Makalah uji hipotesis
 
Uji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis pptUji Hipotesis ppt
Uji Hipotesis ppt
 
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
Uji Normalitas dan Homogenitas ppt-
 
soal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometrisoal dan pembahasan trigonometri
soal dan pembahasan trigonometri
 
makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata makalah uji hipotesis dua rata rata
makalah uji hipotesis dua rata rata
 

Recently uploaded

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

Teori Belajar Bruner

  • 1. 1 TEORI BELAJAR MENURUT BRUNER DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9 1. AISYAH TURIDHO (06081281520073) 2. HANIFA ZULFITRI (06081281520065) 3. ROGAYAH (06081381520054) 4. WAHYU ADI NEGARA (06081381520043) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
  • 2. i DAFTAR ISI DAFTAR ISI............................................................................................................ i TEORI BELAJAR JEROME S.BRUNER.............................................................. 1 1. Biografi J.S Bruner.................................................................................... 1 2. Teori Belajar Bruner ................................................................................. 3 A. Proses Kognitif yang terjadi dalam belajar ................................................. 3 B. Tahap-Tahap penerapan belajar penemuan ( Metode Discovery)............... 4 3. Teori Belajar Matematika Bruner............................................................ 5 A. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Matematika........................................ 6 B. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika ........ 8 4. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner............................................... 10 5. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika................... 11 6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner ............................................ 12 7. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Discovery .................................... 12 KESIMPULAN ..................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
  • 3. 1 TEORI BELAJAR JEROME S.BRUNER 1. Biografi J.S Bruner Jerome Seymour Bruner ini, dilahirkan di New York City pada tanggal 1 Oktober 1915. Ia berkebangsaan Amerika. Bruner menyelesaikan pendidikan sarjana di Duke University di mana ia menerima gelar sarjananya (B.A) pada tahun 1937. Selanjutnya, Bruner belajar psikologi di Harvard University dan mendapat gelar doktornya pada tahun 1939 dan mendapat gelar Ph.D. Pada tahun 1939 dibawah bimbingan Gordon Allport. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar, dan berpikir. Dalam mempelajari manusia, Bruner mengganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. Bruner menerbitkan artikel psikologis pertama yang berisi tentang mempelajari pengaruh ekstrak timus pada perilaku seksual tikus betina. Pada tahun 1941, tesis doktornya berjudul "A Psychological Analysis of International Radio Broadcasts of Belligerent Nations". Setelah menyelesaikan program doktornya, Bruner memasuki Angkatan Darat Amerika Serikat dan bertugas di Divisi Warfare Psikologis dari Markas Agung Sekutu Expeditory Angkatan Eropa komite di bawah Eisenhower, meneliti fenomena psikologi sosial di mana karyanya berfokus pada propaganda (subyek tesis doktornya) serta opini publik di Amerika Serikat. Dia adalah editor Public Opinion Quarterly (1943-1944).
  • 4. 2 Pada tahun 1945, Bruner kembali ke Harvard sebagai profesor psikologi dan sangat terlibat dalam penelitian yang berkaitan dengan psikologi kognitif dan psikologi pendidikan. Ia dengan cepat naik pangkat dari dosen menjadi profesor pada tahun 1952. Dia berperan penting dalam membangun Path Breaking Center For Cognitive Studies pada tahun 1960 menjabat sebagai direktur pada tahun 1972. Lalu pada tahun 1964-1965 ia terpilih dan menjabat sebagai presiden dari American Psychological Association. Pada tahun 1970, Bruner meninggalkan Harvard untuk mengajar di Universitas Oxford di Inggris. Dia kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1980 untuk melanjutkan penelitian di bidang psikologi perkembangan. Pada tahun 1972, Bruner berlayar melintasi Atlantik. Hal ini dikarenakan untuk mengambil posisi Watts Professor of Experimental Psychology at Oxford University. Pada tahun 1991, Bruner bergabung dengan fakultas di New York University Law School. Selain itu, Bruner juga telah dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Yale dan Columbia, serta perguruan tinggi dan universitas seperti Sorbonne, Berlin, dan Roma, dan merupakan Fellow dari American Academy of Arts dan Ilmu. Dari pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa Jerome S Bruner merupakan ahli psikologi perkembangan dan khususnya psikologi kognitif, yang tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat jelas dari riwayat hidupnya, dan kontribusi yang dilakukan Bruner dalam mengembangkan penelitiannya tentang psikologi kognitif. Kiprah dan pengalaman yang sangat luas mengenai psikologi telah membawanya pada banyak penghargaan yang diterimanya. Penelitian-penelitian yang dilakukan Jerome S Bruner, mampu membuktikan dan memunculkan teori baru, yang kemudian teori itu memiliki ciri khas sendiri, dan berbeda dengan teori sebelumnya, inilah yang dinamakan teori kognitif menurut pandangan Jerome S Bruner. Yaitu menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi.
  • 5. 3 2. Teori Belajar Bruner Dasar pemikiran teori Bruner memandang bahwa manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya A. Proses Kognitif yang terjadi dalam belajar Ada tiga proses kognitif yang terjadi dalam belajar, yaitu : 1) Proses perolehan informasi baru Perolehan informasi baru dapat terjadi melalui kegiatan membaca, mendengarkan penjelasan guru mengenai materi yang diajarkan atau mendengarkan audiovisual dan lain-lain. Informasi ini mungkin bersifat penghalusan dari informasi sebelumnya yang telah dimiliki. 2) Proses mentransformasikan informasi yang diterima Proses transformasi pengetahuan merupakan suatu proses bagaimana kita memperlakukan pengetahuan yang sudah diterima agar sesuai dengan kebutuhan. 3) Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan Dalam tahap evaluasi, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri.
  • 6. 4 B. Tahap-Tahap penerapan belajar penemuan ( Metode Discovery) Bruner berpendapat bahwa belajar merupakan faktor yang menentukan dalam pembelajaran dibandingkan dengan perolehan khusus, yaitu metode penemuan (dicovery). Metode discovery learning ini mendorong siswa untuk belajar sendiri secara mandiri. Adapun tahap-tahap penerapan belajar penemuan adalah sebagai berikut : 1) Stimulasi Kegiatan belajar di mulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. 2) Problem Statement (mengindentifikasi masalah) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut). 3) Data collection (pengumpulan data) Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut. 4) Data prosessing (pengolahan data) Yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan. 5) Verifikasi Mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing. 6) Generalisasi
  • 7. 5 Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verivikasi. Yang menjadikan dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif di dalam belajar di kelas. Untuk itu, bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, di mana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan/ informasi itu. 3. Teori Belajar Matematika Bruner Adapun menurut Bruner belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan alat peraga atau media lainnya. Pendekatan dan strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah pedagogi secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari sederhana kekompleks, dari yang mudah kesulit dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung
  • 8. 6 bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan keterangan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dengan memanipulasi alat-alat peraga, siswa dapat belajar melalui keaktifannya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan pada dirinya. Sebagai contoh, seorang siswa yang mempelajari bilangan prima akan bisa menemukan berbagai hal yang penting dan menarik tentang bilangan prima, sekalipun pada awal mula guru hanya memberikan sedikit informasi tentang bilangan prima kepada siswa tersebut. Teori Bruner tentang kegiatan manusia tidak terkait dengan umur atau tahap perkembangan (berbeda dengan Teori Piaget). Ada dua bagian yang penting dari teori Bruner , yaitu : A. Tahap-Tahap Dalam Proses Belajar Matematika Menurut Bruner, jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan (Misalnya mempelajari suatu konsep Matematika), pengetahuan itu perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu, agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga tahap, yang macamnya dan urutannya adalah sebagai berikut : a. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda kongkret atau menggunakan situasi yang nyata. b. Tahap Ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana pegetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram,
  • 9. 7 yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif tersebut di atas. c. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (Abstract symbols yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (Misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat) lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak lainnya. Menurut Bruner, proses belajar akan berlangsung secara optimal jika proses pembelajaran diawali dengan tahap enaktif, dan kemudian jika tahap belajar yang pertama ini telah dirasa cukup, siswa beralih ke kegiatan belajar tahap kedua, yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi ikonik, dan selanjutnya, kegiatan belajar itu diteruskan dengan kegiatan belajar tahap ketiga yaitu tahap belajar dengan menggunakan modus representasi simbolik. Sebagai contoh, dalam mempelajari penjumlahan dua bilangan cacah, pembelajaran akan terjadi secara optimal jika mula-mula siswa mempelajari hal itu dengan menggunakan benda-benda konkret (misalnya menggabungkan 3 kelereng dengan 2 kelereng, dan kemudian menghitung banyaknya kelereng semuanya ini merupakan tahap enaktif). Kemudian, kegiatan belajar dilanjutkan dengan menggunakan gambar atau diagram yang mewakili 3 kelereng dan 2 kelereng yang digabungkan tersebut (dan kemudian dihitung banyaknya kelereng semuanya, dengan menggunakan gambar atau diagram tersebut/ tahap yang kedua ikonik, siswa bisa melakukan penjumlahan itu dengan menggunakan pembayangan visual dari kelereng tersebut. Pada tahap berikutnya yaitu tahap simbolis, siswa melakukan penjumlahan kedua bilangan itu dengan menggunakan lambang- lambang bialngan, yaitu : 3 + 2 = 5.
  • 10. 8 B. Teorema-Teorema Tentang Cara Belajar Dan Mengajar Matematika Menurut Bruner ada empat prinsip prinsip tentang cara belajar dan mengajar matematika yang disebut teorema. Keempat teorema tersebut adalah teorema penyusunan (Construction theorem), teorema notasi (Notation theorem), teorema kekontrasan dan keanekaragaman (Contras and variation theorem), teorema pengaitan (Connectivity theorem) . a) Teorema penyusunan (Construction theorem) Teorema ini menyatakan bahwa bagi anak cara yang paling baik untuk belajar konsep dan prinsip dalam matematika adalah dengan melakukan penyusunan representasinya. Pada permulaan belajar konsep pengertian akan menjadi lebih melekat apabila kegiatan yang menujukkan representasi konsep itu dilakukan oleh siswa sendiri. Dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide, apabila anak disertai dengan bantuan benda-benda konkrit mereka lebih mudah mengingat ide-ide tersebut. Dengan demikian, anak lebih mudah menerapkan ide dalam situasi nyata secara tepat. Dalam hal ini ingatan diperoleh bukan karena penguatan, akan tetapi pengertian yang menyebabkan ingatan itu dapat dicapai. Sedangkan pengertian itu dapat dicapai karena anak memanipulasi benda-benda konkrit. Oleh karena itu pada permulaan belajar, pengertian itu dapat dicapai oleh anak bergantung pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan benda-benda konkrit. Contoh, untuk memahami tentang konsep kubus atau balok maka guru memperlihatkan benda-benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus atau balok. b) Teorema Notasi Teorema notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Ini berarti untuk menyatakan sebuah
  • 11. 9 rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Urutan penggunaan notasi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif anak. c) Teorema pengkontrasan dan keanekaragaman Dalam teorema ini dinyatakan bahwa dalam mengubah dari representasi konkrit menuju representasi yang lebih abstrak suatu konsep dalam matematika, dilakukan dengan kegiatan pengontrasan dan keanekaragaman. Artinya agar suatu konsep yang akan dikenalkan pada anak mudah dimengerti, konsep tersebut disajikan dengan mengontraskan dengan konsep-konsep lainnya dan konsep tersebut disajikan dengan beranekaragam contoh. Dengan demikian anak dapat memahami dengan mudah karakteristik konsep yang diberikan tersebut. Untuk menyampaikan suatu konsep dengan cara mengontraskan dapat dilakukan dengan menerangkan contoh dan bukan contoh. Sebagai contoh untuk menyampaikan konsep bangun ruang maka pada anak diberikan beberapa gambar dan siswa menunjukkan gambar yang termasuk bangun ruang dan yang bukan merupakan bangun ruang. Dengan contoh soal yang beranekaragam, kita dapat menanamkan suatu konsep dengan lebih baik daripada hanya contoh- contoh soal yang sejenis saja. Dengan keanekaragaman contoh yang diberikan siswa dapat mengenal dengan jelas karakteristik konsep yang diberikan kepadanya. Misalnya, dalam pembelajaran konsep persegi panjang, persegi panjang sebaiknya ditampilkan dengan berbagai contoh yang bervariasi, misalnya ada persegi panjang yang posisinya bervariasi (ada yang kedua sisinya yang berhadapan
  • 12. 10 terletak horisontal dan dua sisi yang lainnya vertikal, ada yang posisinya miring, dan sebagainya). d) Teorema pengaitan (Konektivitas) Teorema ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Seperti pada penentuan luas sisi bangun ruang balok maka dibutuhkan pengetahuan prasyarat siswa tentang luas persegi panjang. Guru harus dapat menjelaskan kaitan-kaitan tersebut pada siswa. Hal ini penting agar siswa dalam belajar matematika lebih berhasil. Dengan melihat kaitan-kaitan itu diharapkan siswa tidak beranggapan bahwa cabang-cabang dalam matematika itu sendiri berdiri sendiri-sendiri tanpa keterkaitan satu sama lainnya. Perlu dijelaskan bahwa keempat teorema tersebut di atas tidak dimaksudkan untuk diterapkan satu persatu dengan urutan seperti di atas. Dalam penerapannya, dua teorema atau lebih dapat diterapkan secara bersamaan dalam proses pembelajaran suatu materi matematika tertentu. Hal tersebut bergantung pada karakteristik dari materi atau topik matematika yang dipelajari dan karakteristik dari siswa yang belajar. 4. Alat Mengajar Menurut Jerome Bruner Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam empat macam menurut fungsinya antara lain: 1. Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicaorus” (sebagai pengganti pengalaman yang langsung) yaitu menyajikan bahan yang sedianya tidak dapat mereka peroleh secara langsung di sekolah. Hal ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dan sebagainya.
  • 13. 11 2. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala misalnya model molekul, model bangun ruang; 3. Alat dramatisasi, yakni mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam, untuk memberikan pengertian tentang suatu idea atau gejala; 4. Alat automatisasi seperti teaching machine atau pelajaran berprograma yang menyajikan suatu masalah dalam urutan teratur dan memberikan balikan atau feedback tentang respon siswa. Telah banyak alat-alat yang tersedia bagi guru namun yang penting adalah bagaimana menggunakan alat-alat itu sebagai suatu system yang terintegrasi. 5. Aplikasi Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: 1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk bangun datar segiempat, sedangkan bukan contoh adalah berikan bangun datar segitiga, segi lima atau lingkaran. 2. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” apakah nama bentuk ubin yang sering digunakan untuk menutupi lantai rumah? Berapa cm ukuran ubin-ubin yang dapat digunakan? 3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri. Misalnya Jelaskan ciri-ciri/ sifat-sifat dari bangun Ubin tersebut? 4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya. Jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya.
  • 14. 12 6. Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner Seperti teori-teori yang lain Teori bruner juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut akan sedikit dibahas mengenai kelebihan dan kekurangan dari teori Bruner.  Kelebihan Teori Bruner 1. Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna. 2. Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat. 3. Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima. 4. Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi. 5. Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar. 6. Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas.  Kekurangan Teori Bruner 1. Teori belajar ini menuntut peserta didik untuk memiliki kesiapan dan kematangan mental. Peserta didik harus berani dan berkeinginan mengetahuai keadaan disekitarnya. Jika tidak memiliki keberanian dan keinginan tentu proses belajar akan gagal. 2. Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari. 7. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Discovery Untuk mengurangi kelemahan dalam penerapan metode discovery diperlukan beberapa strategi yang harus dilaksanakan guru yaitu :
  • 15. 13 1. Membentuk kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari siswa pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi. 2. Memulai dengan penemuan terbimbing atau terpimpin (guided discovery) yakni adanya bantuan atau petunjuk dari guru. Bantuan guru dapat dimulai dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat. Pertanyaan dan informasi tersebut dapat dimuat di dalam lembar kerja siswa (LKS) yang telah dipersiapkan guru sebelum pembelajaran dimulai.
  • 16. 14 KESIMPULAN Menurut Bruner untuk memahami konsep-konsep yang sifatnya abstrak, dibutuhkan wakil (representasi) yang dapat ditangkap oleh indera manusia.Bruner juga mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Bruner membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu tahap enaktif, tahap ikonik dan tahap simbolik. Beberapa konsep dalam pembelajaran matematika dapat diuraikan langkah-langkah pembelajaran menurut Bruner, mulai modus representasi enaktif, ikonik, dan simbolik. Seperti pada materi bangun ruang sisi datar contohnya pemahaman konsep volum balok atau membuat jaring-jaring kubus. Selain teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema- teorema tentang cara belajar dan mengajar matematika yaitu: a. Teorema konstruksi (Construction Theorem) b. Teorema Notasi (Notation Theorem). c. Teorema kekontrasan dan variasi (Contrast and variation theorem) d. Teorema konektivitas (Connectivity theorem)
  • 17. 15 HASIL DISKUSI i. Atikarani Noer Saleha Bagaimana cara kita untuk memperlakukan informasi yang diterima agar sesusi kebutuhan kita dan untuk siswa? Agar dapat memperlakukan informasi sesuai kebuhan maka kita harus dapat melibatkan informasi yang sudah kita ketahui dengan informasi yang baru didapat. ii. Yulianita Maharani Jelaskan yang dimaksud “ dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir?” Maksudnya murid dapat menyimpulkan suatu permasalah yang ada iii. Reno Sutriono Apakah teori brunner cocok untuk K13? Metode yang digunakan pada teori bruner yaitu metode discovery learning, hal ini sesuai dengan pendekatan saintifik yang diterapkan dalam kurikulum 2013. Namun, kembali lagi kepada materi yang diajarkan karena tidak semua materi bisa menggunakan metode discovery, untuk materi yang tidak bisa menggunakkan metode ini maka bisa digunakan metode lain dan ditinjau dari teori belajar yang lainnya. iv. Nety Wahyu Saputri Teori Bruner memiliki perbedaan dengan Piaget yaitu tidak mengelompokkan berdasarkan usia? Lalu dari mana kita tahu kapan siswa memasuki tahap tersebut. Tahap-tahap tersebut tidak mempertimbangkan usia tetapi dilihat dari langkah-langkah pembelajarannya, jadi untuk menegtahui kapan kita memasuki tahap tersebut maka harus disesuaikan dengan cara penyampaian
  • 18. 16 pembelajarannya, misal jiak menggunakan bahasa komunikasi berarti tahap yang dilakukan adalah tahap simbolik. v. Kori Auga Islamirta Bagaimana cara guru mengetahui kapan ia harus memakai tahap enaktif, ikonik, maupun simbolik? Pertanyaan kori hampir sama dengan pertanyaan nety, jadi untuk mengetahui kapan memasuki thap enaktif, ikonik dan simbolik kembali lagi ke pengertian tahap tersebut dan kita sesuaikan dengan cara kita menyampaikan materi pembelajaran vi. Rahma Wulandari Jika teorema-teorema tentang cara belajar dan mengajar Matematika, sudah dilakukan dengan baik, tetapi siswa belum paham dengan konsep yang kita ajarkan, lalu apa yang salah pada teorema tersebut? Bagaimana cara mengatasi kelemahan metode discovery pada siswa privat? Tidak ada kesalahan pada teorema melainkan kesalahan atau kurangnya dalam pengaplikasian pembelajaran tersebut. Sehingga dalam proses pembelajaran harus dilakukan sebuah evaluasi sebagai bentuk penilaian sehingga tidak terulangnya kesalahan yang terjadi pada pembelajaran
  • 19. 17 DAFTAR PUSTAKA Ardi. (07, 10 2009). Retrieved 09 19, 2016, from http://blog.unnes.ac.id/ardhi/2009/10/07/teori-belajar-bruner/ Newboenagin. (2013, 10). Aplikasi teori bruner dalam pembelajaran matematika di tingkat SD. Retrieved 09 19, 2016, from https://made82math.files.wordpress.com pendidik, I. (2014, 10). Kelebihan dan Kekurangan Teori Bruner. Retrieved 09 19, 2016, from http://www.ilmupendidik.com Suhendi. (2013, 06 08). Teori Belajar Matematika Menurut Bruner,Gagne,Thorndike,Skinner,Piaget. Retrieved 09 19, 2016, from https://hendisuhendi2012.wordpress.com