SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
REFERAT
FISIOLOGI MENSTRUASI DAN KEHAMILAN
Pembimbing:
dr. Arie Widiyasa, Sp.OG
disusun oleh:
NOVITA - 07120120016
KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
PERIODE MEI – JULI 2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................4
DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................6
BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................7
2.1 Definisi.........................................................................................................................7
2.2 Anatomi.......................................................................................................................7
2.2.1 Ovarium.................................................................................................................7
2.2.2 Tuba Falopi (Oviduct) ...........................................................................................8
2.2.3 Uterus ....................................................................................................................9
2.3 Fisiologi Menstruasi.................................................................................................10
2.4 Fisiologi Kehamilan .................................................................................................20
2.5 Perubahan Fisiologi pada Perempuan Hamil (Maternal)....................................25
BAB III. KESIMPULAN ..................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................38
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1.0 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan
indeks massa tubuh
Tabel 1.1 Penambahan berat badan selama kehamilan
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Anatomi Ovarium
Gambar 2 Anatomi Uterus
Gambar 3 Siklus ovarium dan uterus
Gambar 4 Pembelahan zygote
Gambar 5 Perubahan diafragma pada ibu hamil
5
DAFTAR SINGKATAN
FSH follicle stimulating hormone
GFR glomerular filtration rate
GnRH gonadotropin releasing hormone
hCG human chorionic gonadotropin
LH luteinizing hormone
PAI-1 plasminogen Activator Inhibitor 1
PG prostaglandin
PGF 2α prostaglandin F 2 Alpha
PGE 2 prostaglandin E2
6
BAB I
PENDAHULUAN
Selama masa reproduksi, wanita-wanita yang tidak hamil pasti akan mengalami
perubahan siklus pada ovarium dan uterus. Setiap siklus membutuhkan waktu kurang
lebih sekitar satu bulan yang mencakup proses oogenesis dan persiapan dari uterus untuk
menerima ovum yang sudah dibuahi. Keadaan ini sepenuhnya diatur oleh hormon-hormon
yang di sekresi oleh hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium.
Siklus ovarium adalah serangkaian peristiwa yang terjadi di ovarium, yang muncul
selama hingga sesudah pematangan oosit hingga terjadinya ovulasi. Sedangkan siklus
uterus (menstruasi) merupakan suatu peristiwa terjadinya perubahan-perubahan pada
dinding endometrium pada uterus untuk mempersiapkan kedatangan dari ovum yang sudah
dibuahi yang nantinya akan terus berkembang hingga janin dapat bertumbuh atau terjadi
proses kehamilan. Namun apabila fertilisasi atau pembuahan ovum oleh sperma tidak
terjadi, maka terjadilah peluruhan dinding endometrium yang ditandai dengan keluarnya
darah dari vagina.1
Siklus menstruasi (haid) dialami mulai dari menarke sampai menopause. Menarke
adalah haid pertama kali yang dialami seorang wanita sekaligus pertanda berakhirnya
masa pubertas, masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, pada umumnya
terjadi pada usia sekitar 14 tahun. Sedangkan menopause adalah haid terakhir yang
dikenali bila setelah haid terakhir tersebut minimal satu tahun tidak mengalami haid lagi.2
Siklus-siklus seperti ini merupakan dasar dari proses biologis reproduksi seorang
wanita agar dapat mencapai kehamilan. Untuk itu, penting bagi para dokter untuk
menguasai serta mengerti mengenai siklus-siklus tersebut. Maka dari itu, pada karya tulis
ini, penulis berusaha memaparkan serta memberikan penjelasan mengenai siklus ovarium
hingga terjadinya siklus uterus (menstruasi) dan proses terjadinya kehamilan.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menstruasi atau haid merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi, dimana
apabila kurang lebih 14 hari paskaovulasi tidak terjadi suatu pembuahan, maka
dinding endometrium akan meluruh dan keluar darah melalui vagina. Pada
pengertian klinik, haid dinilai berdasarkan tiga hal. Yakni siklus, lama, dan jumlah
darah yang keluar selama satu kali haid. Siklus haid yaitu jarak antara hari pertama
haid dengan hari pertama haid berikutnya, dikatakan normal apabila tidak kurang
dari 24 hari dan tidak lebih dari 35 hari. Lama haid yaitu jarak dari hari pertama
haid sampai perdarahan haid berhenti, yakni 3-7 hari. Sedangkan jumlah darah
yakni tidak melebihi 80 mL, ganti pembalut 2-6 kali per hari.2
Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam
3 trimester, dimana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester
kedua 15 minggu (minggu ke -13 hingga ke- 27) dan trimester ketiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke-40). 3
2.2 Anatomi
2.2.1 Ovarium
Merupakan gonad wanita, sepasang kelenjar, berukuran dan berbentuk
seperti kacang almond. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan gamet, dan
hormon-hormon seperti progesteron, estrogen, inhibin dan relaxin. 1
8
Gambar 1. Ovarium, dikutip dari Gerrad J Tortora, Principles of Anatomy and
Physiology,13th ed.
2.2.2 Tuba Falopi (Oviduct)
Merupakan saluran yang membentang kearah lateral dari uterus. Dengan
kisaran panjang kurang lebih 10 cm. Tuba falopi berfungsi untuk
menyediakan tempat bagi sperma untuk menjangkau ovum dan menggiring
oosit sekunder dan ovum yang sudah dibuahi dari ovarium ke uterus.
Gambar 2. Uterus, dikutip dari Gerrad J, Principles of Anatomy and Physiology,13th ed.
Infundibulum adalah bagian tuba falopi yang berbentuk seperti corong dan
letaknya paling berdekatan dengan ovarium, pada bagian tepi didapati
proyeksi menyerupai jari-jari yang dinamakan fimbriae. Sedangkan ampulla
merupakan saluran terbesar, dan isthmus adalah saluran tersempit.
9
2.2.3 Uterus
Merupakan lokasi implantasi ovum yang sudah dibuahi, perkembangan
fetus selama masa kehamilan, dan persalinan. Selama siklus reproduksi
dimana implantasi tidak terjadi, uterus adalah sumber dari menstruasi.
Secara anatomis, uterus dibagi menjadi fundus, korpus, dan serviks. Bagian
dalam dari uterus disebut sebagai kavum uteri. Secara histologis, uterus
dibagi menjadi 3 lapisan jaringan, yakni :
1. Perimetrium (Serosa)
Merupakan lapisan terluar dari uterus dan
merupakan bagian dari peritoneum viseral.
2. Miometrium
Terdiri dari 3 lapisan otot polos, bagian
yang paling tebal terletak di fundus, dan
paling tipis di bagian serviks. Miometrium
berperan pada saat proses persalinan,
dimana terjadinya kontraksi yang
merupakan respon dari oksitosin yang
dihasilkan oleh hipofisis posterior untuk
membantu mengeluarkan fetus dari uterus.
3. Endometrium
Merupakan lapisan paling dalam dari uterus,
dimana lapisan ini paling kaya akan
vaskularisasi. Endometrium dibagi menjadi
lagi menjadi 2 lapisan yakni stratum
fungsionalis (melapisi kavum uteri dan
meluruh pada saat menstruasi) dan stratum
basalis (bagian yang lebih dalam, permanen,
dan dapat mengembalikan stratum
fungsionalis yang baru setelah terjadinya
menstruasi)
10
2.3 Fisiologi Menstruasi
Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari
sumbu Hipotalamus – Hipofisis – Ovarium (sumbu HHO).2 Terdapat dua siklus
yang memegang peran penting dalam terjadinya haid atau menstruasi yakni siklus
ovarium dan siklus uterus (endometrial).
 Siklus ovarium
Durasi rata-rata pada siklus ini kurang lebih 28 hari (dari rentang 25-32
hari). Terjadinya suatu peristiwa hormonal menyebabkan ovulasi dan
pada akhirnya mengarah ke siklus menstruasi. Perubahan histologis
pada endometrium (siklus uterus) selalu berjalan bersamaan dan
berkesinambungan dengan siklus ovarium.
Siklus ovarium dibagi menjadi 3 fase, yakni4 :
a. Fase folikuler (fase preovulasi)
Panjang fase folikuler berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini
terdapat proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan
oogenesis/meiosis yang saling terkait satu sama lain. Fase ini
diawali dengan pertumbuhan dari folikel antral, namun pada hari
ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat
sekresi FSH yang menurun.
Folikulogenesis sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum seorang
wanita dilahirkan, diawali dari folikel primordial, kemudian
folikel preantral, folikel antral hingga menjadi folikel
preovulasi.
 Folikel primordial
Folikel ini telah
dibentuk sejak
pertengahan
kehamilan hingga
beberapa saat paska
persalinan. Folikel
ini merupakan folikel
yang sedang tidak
tumbuh, berisi oosit dalam fase pembelahan meiosis
11
profase 1 yang terhenti pada tahap diplotene. Pada usia
kehamilan ibu 16-20 minggu, janin perempuan diduga
memiliki 6-7 juta. Seluruh folikel primordial tersebut
disimpan sebagai cadangan ovarium. Sejak pertengahan
kehamilan, dengan mekanisme yang belum jelas,
sekelompok folikel primordial ada yang mengalami
atresia, namun ada juga yang masuk kedalam fase
pertumbuhan menjadi oosit primer (dalam tahap profase
1 yang terhenti, diplotene, dan akan berlanjut pada saat
pubertas). Akibat hal ini, maka folikel primordial yang
tersisa hanya tinggal 1-2 juta saja saat janin dilahirkan.
Sesaat setelah seorang perempuan melewati masa
pubertas, dimulailah masa menarke. Sumbu HHO
kembali bangkit, kembali bekerja secara teratur dan
siklik, gonadotropin (FSH & LH) yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior pun mulai memacu ovarium. Folikel
primordial yang berada pada cadangan ovarium kembali
bertumbuh hingga masuk pada tahapan pertumbuhan
folikel berikutnya, yakni menjadi folikel preantral atau
folikel primer.
 Folikel preantral / folikel primer
Pada folikel ini
tampak oosit yang
dikelilingi oleh
basement membran,
zona pelusida, sel
granulosa yang
sudah mengalami
proliferasi menjadi berlapis-lapis, sel teka terbentuk dari
jaringan sekitarnya. Sel granulosa pada folikel preantral
ini sudah dapat menangkap stimulus dari gonadotropin
dan menghasilkan tiga macam steroid seks yakni
estrogen, androgen, dan progesteron.
12
 Folikel antral / folikel sekunder
Stimulus dari FSH
dan estrogen yang
bekerja secara
bersamaan
menghasilkan cairan
yang semakin
bertambah banyak,
dan berkumpul didalam ruangan antara sel granulosa.
Cairan yang semakin bertambah jumlahnya tersebut
membentuk ruangan atau rongga yang disebut sebagai
antrum. Cairan ini lama kelamaan akan memisahkan sel
granulosa menjadi 2 kubu, yakni sel granulosa yang
melekat pada dinding folikel dan sel granulosa yang
mengelilingi oosit. Sel granulosa yang mengelilingi oosit
ini disebut sebagai kumulus ooforus yang berperan untuk
menangkap sinyal yang berasal dari oosit. Pada tahap ini
awal siklus cairan folikel antral berisi FSH, estrogen
dalam jumlah banyak, sedikit androgen, dan belum ada
LH. Selain itu, sel teka juga terdiferensiasi menjadi 2
lapis yakni teka interna dan eksterna.
 Folikel preovulasi
Dari beberapa
folikel-folikel
sekunder yang sudah
bertumbuh, hanya
satu folikel sekunder
yang dapat berkuasa
untuk mencapai level
berikutnya, hal ini dikarenakan ia memiliki reseptor
FSH lebih banyak dibandingkan yang lain. Folikel ini
disebut sebagai folikel dominan. Folikel dominan terus
bertumbuh hingga menjadi folikel preovulasi atau
13
grafiaan folikel. Reseptor LH sudah mulai terbentuk di
sel granulosa, dan lonjakan LH menyebabkan androgen
intrafolikuler meningkat, hal ini bersamaan dengan
menurunnya kadar FSH menyebabkan apoptosis sel
granulosa pada folikel-folikel kecil yang tidak berhasil
menjadi dominan dan meningkatkan libido. Penurunan
dari FSH ini disebabkan oleh sel granulosa yang juga
menghasilkan inhibin B,semakin bertumbuh folikel-
folikel di ovarium, semakin tinggi juga kadar inhibin B,
yang dimana inhibin ini dapat memberikan umpan balik
ke hipofisis untuk inhibisi pelepasan dari FSH lagi.
Selain itu, pada masa ini, oosit primer menyelesaikan
proses meiosis I dan menjadi oosit sekunder. Oosit
sekunder akan mulai melakukan tahap meiosis II, namun
berhenti hingga metafase, apabila setelah fase ovulasi
terjadi pembuahan oleh sperma, ia akan melanjutkan
meiosis II, namun jika tidak maka ia akan mengalami
degenerasi).
b. Fase ovulasi
Pada fase ovulasi,
lonjakan LH sangat
penting untuk proses
keluarnya oosit dan
folikel. Lonjakan LH
disebabkan oleh kadar
estrogen yang tinggi
yang dihasilkan oleh
folikel preovulasi.
Ovulasi diperkirakan
terjadi 34-36 jam
setelah lonjakan estrogen dan 10-12 jam setelah paskapuncak
LH, 34-36 jam paskaawal lonjakan LH.
14
Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron
bersama lonjakan FSH mengaktivasi enzim proteolitik
menyebabkan dinding folikel pecah. Pecahnya dinding tersebut
menyebabkan oosit sekunder keluar yang nantinya akan
ditangkap oleh fimbriae tuba falopi. Lama kelamaan seluruh sel
granulosa yang melekat pada membran basalis pada seluruh
dinding folikel berubah menjadi sel luteal.
c. Fase luteal (fase paskaovulasi)
Menjelang dinding folikel pecah dan keluarnya oosit saat
ovulasi, sel granulosa menjadi membesar dan timbul vakuol
beserta penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi
yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum.
2 hari paskaovulasi, pembuluh-pembuluh darah dan kapiler-
kapiler menginvasi lapisan sel granulosa. Neovaskularisasi yang
berlangsung dengan cepat ini diakibatkan oleh produksi dari
VEGF (vascular endothelial growth factor) dan angipoetin
sebagai respon terhadap LH. Selama luteinisasi, sel-sel ini
menjadi hipertrofi, dan meningkatkan kapasitas mereka untuk
menghasilkan hormon-hormon. Korpus luteum mampu
menghasilkan baik progesteron, estrogen maupun androgen.
Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat
bergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar
progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari
paskalonjakan LH, dan kemudian menurun perlahan jika tidak
terjadi pembuahan, GnRH kembali meningkat sehingga kembali
lagi ke fase folikuler dan siklus ovarium yang baru dimulai lagi.
Korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 paskaovulasi,
diduga akibat luteolisis estrogen yang dihasilkan oleh korpus
luteum sendiri. Namun apabila terjadi pembuahan sekresi
progesteron tidak akan menurun karena diselamatkan oleh hCG
(human chorionic gonadotropin)
15
Gambar 3. Siklus ovarium& uterus, dikutip dari Williams Obs, 23rd ed.
 Siklus uterus (endometrial)
Uterus merupakan organ target steroid seks ovarium, sehingga
perubahan histologik pada dinding endometrium selaras dengan
pertumbuhan folikel atau seks steroid yang dihasilkannya. Lapisan
endometrium yang berperan dalam proses menstruasi hanyalah stratum
fungsionalis, hal ini dikarenakan lapisan ini memberi respons terhadap
stimulus steroid seks. Pada akhir fase luteal ovarium, sekresi estrogen
dan progesteron menurun drastis sehingga mengakibatkan stratum
fungsionalis terlepas atau meluruh, dan menyisakan stratum basalis
sedikit bagian dari stratum fungsionalis. Selanjutnya endometrium yang
tipis tersebut memasuki siklus haid berikutnya. Selama satu siklus haid
pertumbuhan dinding endometrium melalui beberapa fase, yakni4 :
a. Fase proliferasi (berlangsung selama 5-7 hari, atau cukup lama
21-30 hari5)
Fase ini dikaitkan dengan fase folikuler. Pada siklus haid, fase
akhir luteal, terdapat stratum basalis dan sedikit sisa lapisan
stratum fungsionalis dengan ketebalan yang beragam. Pada
16
fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan steroid seks.
Steroid seks terutama estrogen ini akan memicu pertumbuhan
dinding endometrium untuk kembali menebal. Pertumbuhan
endometrium dinilai dari penampakan histologi dari kelenjar,
stroma dan pembuluh darah (arteria spiralis). Pada awalnya
kelenjar lurus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek.
Kemudian epitel kelenjar mengalami proliferasi dan
pseudostratifikasi, melebar kesamping sehingga mendekati dan
bersentuhan dengan kelenjar disebelahnya. Epitel penutup
permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid
sebelumnya terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya
padat akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar.
Arteri spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma,
menuju permukaan kavum uteri sampai tepat dibawah
membran epitel penutup permukaan kavum uteri. Tepat
dibawah epitel permukaan kavum uteri, arteri spiralis
membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler. Ketiga
komponen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel
pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai
puncaknya pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak
kadar estradiol serum, dan kadar reseptor estrogen di
endometrium. Proliferasi endometrium tampak jelas pada
stratum fungsionalis, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat
sebagian besar implantasi blastosis terjadi. Tebal endometrium
pada awal fase proliferasi kurang lebih sekitar 0,5mm
kemudian tumbuh menjadi 3,5-5 mm.
Pada fase ini, hormon yang sangat berperan adalah estrogen.
Estrogen adalah hormon yang memacu terbentuknya
komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Selain itu
estrogen juga memiliki peran dalam meningkatnya jumlah sel
mikrovili yang memiliki silia, sel bersilia tersebut nantinya
agak bergerak sesuai pola dan irama yang dapat membantu
proses penyebaran dan distribui sekresi endometrium selama
fase sekresi. Stroma endometrium yang kempis pada saat haid
17
menjadi mengembang kembali dan merupakan komponen
pokok pertumbuhan penebalan kembali endometrium. Limfosit
dan makrofag banyak ditemukan didalam stroma sepanjang
siklus haid.
b. Fase sekresi (berlangsung selama kurang lebih 12-14 hari5)
Korpus luteum yang terbentuk selama fase luteal menghasilkan
estrogen dan progesteron ternyata juga ikut berperan dalam
pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase
sekresi. Aktivitas sekresi didalam sel kelenjar yang disertai
dengan pergerakan vakuol dari intraseluler menuju intraluminal
dapat dilihat 7 hari paskaovulasi. Pada fase sekresi, tampak
kelenjar menjadi lebih berliku-liku dan menggembung, dimana
epitel tersusun rapih seperti gigi, dengan stroma menjadi edem
serta arteri spiralis menjadi terpilin. Kelenjar-kelenjar juga
menjadi lebih aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida
kedalam kavum uteri, selain itu didapati pula transudasi
plasma.
c. Fase implantasi
Pada 7 hari paskaovulasi atau hari ke-21 -22 (siklus 28 hari),
yakni pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan
progesteron yang bertepatan dengan fase implantasi, stroma
mengalami edema hebat.
Kadar estrogen dan progesteron yang meningkat hebat pada
hari ke 7 paskaovulasi menyebabkan beberapa hal :
- Memicu sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan
permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat dan
terjadilah edema stroma
- Terjadinya proliferasi arteri spiralis
Pada hari ke 22-23 siklus mulai terjadi desidualisasi
endometrium, dimana tampak sel predesidua disekitar
pembuluh darah, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkat
18
dan membentuk membran basal. Desidua merupakan derivat
sel stroma yang berperan penting selama masa kehamilan. Sel
desidua berfungsi sebagai :
- Mengendalikan invasi trofoblas
- Menghasilkan hormon otokrin dan parakrin untuk jaringan
fetal maupun maternal
- Homeostasis baik pada proses implantasi/kehamilan
maupun pada saat proses perdarahan atau haid
Selama proses implantasi, sangat dibutuhkan endometrium
yang tidak mudah berdarah dan uterus maternal harus dapat
bertahan terhadap invasi. Hal ini dicegah oleh kadar aktivator
plasminogen dan ekspresi enzim yag menghancurkan matriks
stroma ekstraseluler (seperti kelompok Matrix
Metalloproteinase / MMPs) menurun. Selain itu kadar PAI -1
meningkat.
d. Fase deskuamasi
Pada hari ke 23 siklus menjelang haid, predesidual membentuk
lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis
endometrium. Bila tidak terhadi kehamilan maka usia korpus
luteum akan berakhir diikuti kadar estrogen dan progesteron
yang semakin menurun. Kadar estrogen dan progesteron yang
rendah dapat menyebabkan beberapa keadaan yakni :
- Tebal endometrium menurun. Hal ini menyebabkan aliran
darah ke pembuluh darah spiralis dan aliran vena menurun
dan terjadi vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis
mengalami vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik
dengan vasokonstriksi semakin dominan berlangsung
semakin lama dan endometrium menjadi pucat. Oleh
karena itu, 24 jam menjelang haid, endometrium
mengalami iskemia, dan terbendung stasis. Sel darah putih
keluar dari dinding pembuluh darah kapiler, dan menyebar
kedalam stroma. Sel darah merah juga memasuki rongga
19
interstitial, thrombin platelet plugs muncul di pembuluh
darah permukaan. Kadar PGF 2α dan PGE 2 endometrium
fase sekresi mencapai puncaknya. Vasokonstriksi dan
kontraksi miometrium terjadi. Hal ini dikaitkan dengan PG
yang dihasilkan oleh sel perivaskular dan vasokonstriktor
endotelin 1 derivat dari stroma sel desidua.
- Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan
enzim lisis yang kuat didapatkan didalam lisosom, dan
pelepasannya dihambat oleh progesteron. Sehingga pada
saat kadar estrogen dan progesteron menjadi rendah, enzim
tersebut menjadi lepas dan masuk kedalam sitoplasma
epitel, stroma, sel endotel, serta ruangan interseluler dan
menyebabkan hancurnya sel disekitarnya; dilepaskannya
prostaglandin; ekstravasasi sel darah merah; nekrosis
jaringan; dan trombosis pembuluh darah. Proses ini
dinamakan sebagai program kematian sel atau apoptosis.
- Pelepasan endometrium. Kadar progesteron yang menurun
memicu sekresi enzim MMPs, yang kemudian ekspresi
MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase sekresi.
Hal ini mengakibatkan membran sel hancur, dan matriks
ekstraseluler rusak, sehingga jaringan endometrium hancur
dan terlepas hingga terjadilah haid. Paska haid, ekspresi
MMPs kembali menurun, karena tertekan oleh kadar
estrogen yang kembali meningkat.
Hal yang menyebabkan perdarahan pada siklus haid berhenti
adalah kolaps jaringan; vasokonstriksi arteri radialis dan
spiralis pada stratum basalis; stasis vaskuler yang merupakan
hasil keseimbangan antara proses pembekuan (oleh Tissue
Factor yang dihasilkan oleh stroma dan PAI 1) dan fibrinolisis
(oleh Plasminogen yang berubah menjadi plasmin); estrogen
pada siklus setelahnya yang mulai meningkat memicu
penyembuhan endometrium.
20
2.4 Fisiologi Kehamilan
Untuk terjadinya suatu kehamilan maka diperlukan keikutsertaan dari
spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), serta nidasi (implantasi) hasil
konsepsi.3,4
 Pembuahan
Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen pada
fimbriae infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominalis dan di
giring terus kearah medial. Ditengah-tengah ovum dapat ditemukan
nukleus yang berada dalam tahap metafase meiosis II, terapung-apung
dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Ovum
dikelilingi oleh zona pelusida, dan diluarnya ditemukan korona radiata.
Jumlah sel-sel korona radiata ini akan semakin berkurang selama
perjalanan ovum di dalam ampula tuba, sehingga lama kelamaan ovum
hanya akan dikelilingi oleh zona pelusida pada waktu berada dekat
dengan perbatasan ampula dan istmus tuba, tempat pembuahan biasanya
terjadi.
Pada saat terjadi koitus dan penetrasi penis ke liang vagina, laki-laki
akan melakukan ejakulasi, dimana jutaan spermatozoa ditumpahkan di
forniks vagina dan disekitar porsio. Namun hanya beberapa ratus ribu
atau bahkan beberapa ratus spermatozoa saja yang dapat berhasil
sampai ke bagian ampula dimana spermatozoa dapat menemukan ovum
yang telah siap dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai
kemampuan untuk membuahi atau kapasitasi. Pada spermatozoa
ditemukan peningkatan konsentrasi DNA pada nukleus, dan kaputnya,
hal ini memudahkan mereka untuk menembus dinding ovum. Caranya
yakni suatu molekul komplemen khusus di permukaan kepala
spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida,
pengikatan ini memicu akrosom untuk melepaskan enzim yang
membantu spermatozoa menembus dinding zona pelusida. Enzim
tersebut adalah hialuronidase.3
Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder)
dan spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba falopi. Proses ini
21
meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa
dengan ovum, diakhir dengan fusi materi genetik.
Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi
korteks ovum. Granula korteks didalam ovum (oosit sekunder) berfusi
dengan plasma sel, sehingga enzim didalam granula-granula
dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan
glikoprotein pada zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk
suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa,
sehingga ovum tidak akan dibuahi oleh lebih dari satu sperma.
Spermatozoa yang
telah masuk ke vitelus
kehilangan membran
nukleusnya, dan hanya
pronukelusnya saja yang
tinggal, sedangkan ekor
spermatozoa dan
mitokondrianya
berdegenerasi. Akibat
masuknya spermatozoa
kedalam vitelus
membangkitkan nukleus
ovum yang masih dalam
metafase untuk proses
pembelahan selanjutnya.
Setelah menyelesaikan prosesnya, maka sekarang ovum hanya memiliki
pronukleus yang haploid dan spermatozoa juga telah mengandung
jumlah kromosom yang haploid. Kedua pronukelus mendekat dan
bersatu membentuk zigot.
Dalam beberapa jam setelah pembuahan maka mulailah pembelahan
zigot, dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya,
hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Kemudian hasil konsepsi
disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstitialis tuba dan
disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada
permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
22
Gambar 4. Pembelahan zygote,dikutip dari Williams Obs, 23rd ed.
 Nidasi (implantasi)
Selanjutnya pada hari ke-4 hasil konsepsi mencapai stadium blastula
yang disebut sebagai blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya
adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell6.
Massa ini yang nantinya akan berkembang menjadi janin dan trofoblas
akan berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi
hormon hCG dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa
endometrium akan menerima dalam proses implantasi embrio. Produksi
ini akan terus meningkat hingga hari ke -60 kehamilan dan kemudian
akan menurun. Diduga fungsinya adalah untuk mempengaruhi korpus
luteum agar dapat terus tumbuh dan terus menghasilkan progesteron
sampai plasenta dapat menghasilkan progesteron sendiri.
23
Trofoblas memiliki kemampuan untuk menghancurkan jaringan
endometrium pada masa sekresi. Sel-sel desidua berbentuk besar,
mengandung lebih banyak glikogen, serta mensekresikan faktor-faktor
aktif yang bersifat lokal (sitokin dan protease), sehingga lebih mudah
dihancurkan oleh trofoblas. Trofoblas dan endometrium mengalami
suatu proses yang sangat kompleks, dan keduanya memiliki peran
penting dalam proses nidasi. Kadang- kadang saat nidasi, terjadi
perdarahan akibat luka desidua yang disebut sebagai tanda Hartman
(bercak darah mirip haid dalam jumlah sedikit).
Proses nidasi dari blastokista biasanya terjadi 6-7 hari setelah
fertilisasi. Proses ini dapat dibagi menjadi 3 fase :
1. Aposisi – pelekatan awal blastokista ke dinding uterus
2. Adhesi - peningkatan kontak fisik antara blastokista dengan
epitel uterus
3. Invasi – penetrasi dan invasi dari sinsitiotrofoblas dan
sitotrofoblas ke endometrium, sepertiga dalam miometrium dan
pembuluh darah uterus.
Pada umumnya blastokista masuk ke endometrium dengan bagian
dimana masa inner cell berlokasi. Hal inilah yang menyebabkan tali
pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila sebaliknya dengan
bagian lain blastokista memasuki endometrium maka terdapatlah tali
pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding
depan atau belakang uterus dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini
terjadi, maka barulah disebut adanya kehamilan. Setelah nidasi berhasil,
maka hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang didalam
endometrium.
 Plasentasi
Proses pembentukan struktur dan jenis plasenta, setelah nidasi
embrio ke endometrium. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai
12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama
perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan
penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus
intertrofobastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari
24
pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini
berlanjut hingga akhirnya terbentuk ruangan-ruangan interviler dimana
vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan
tersebut sampai terbentuknya plasenta.
Tiga minggu paskafertilitas sirkulasi darah janin dini dapat
diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah
janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) didalam vili
korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang
dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili
korialis akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta.
Lapisan desidua yang meliputi hasil kosepsi ke arah kavum uteri
disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan
dinding uterus disebut desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk.
Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua
parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang
dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblas
mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam
trofoblas. Dengan demikian terbentuk chorionic membrane yang kelak
menjadi korion. Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan
desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik disini korion
disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua
kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh
ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang
gundul ini disebut korion laeve.
25
2.5 Perubahan Fisiologi pada Perempuan Hamil (Maternal)
Perubahan baik anatomi maupun fisiologi pada perempuan hamil sebagian
besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan.
Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin dan perubahan-
perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah persalinan dan
masa menyusui telah selesai. Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi
selama masa kehamilan pada maternal3,4 :
 Sistem reproduksi
Uterus
Selama masa kehamilan uterus akan berfungsi dan berusaha untuk
melindungi serta menerima hasil konsepsi (janin,plasenta, amnion)
sampai persalinan. Uterus memiliki kemampuan yang sangat luar biasa
untuk menjadi besar selama kehamilan, dan kembali ke ukuran semula
setelah beberapa minggu paskapersalinan. Pada keadaan tidak hamil
uterus memiliki berat 70g dan kapasitas 10 mL atau kurang. Sedangkan
pada masa kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang
mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5L -20L atau lebih dengan
berat rata-rata 1100g.
Uterus dapat membesar karena terjadi peregangan dan penebalan
sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas.
Bersamaan dengan itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan
elastik,terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada beberapa
bulan pertama akan menebal, seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan akan menipis dan pada akhir kehamilan ketebalannya hanya
1,5cm saja.
Penebalan pada dinding uterus di awal kehamilan distimulasi oleh
hormon estrogen dan sedikit progesteron. Hal ini dapat dilihat dengan
perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamilan
ektopik; selain itu posisi tuba falopi, ovarium dan ligamentum rotundum
yang awalnya berada sediki dibawah apeks fundus kini berada diatas
sedikit pertengahan uterus.
26
Setelah kehamilan 12 minggu lebih, penambahan ukuran uterus
didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Namun ternyata posisi
plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana
bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan
bertambah besar lebih cepat dibandingkan dengan bagian lainnya,
sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini disebut
Piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti
bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan
kehamilan, bagian fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi
bentuk sferis (usia kehamilan 12 minggu), panjang uterus bertambah
dengan cepat dibandingkan lebarnya sehingga membentuk oval. Ismus
uteri pada minggu pertama akan mengalami hipertrofi seperti korpus
uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang
disebut sebagai tanda Hegar.
Hingga akhirnya pada akhir kehamilan 12 minggu, uterus akan
menjadi terlalu besar dalam rongga pelvis dan lama kelamaan akan
menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan keatas,
dan terus tumbuh hingga hampir menyentuh hepar. Pada saat
pertumbuhan, uterus akan mengalami rotasi ke kanan, dekstrorotasi ini
disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis. Pada
triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah uterus.
Pada akhir kehamilan, otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi
sehingga segmen bawah uteri akan melebar dan menipis.
Pada trimester pertama kehamilan, uterus akan mengalami kontraksi
yang tidak teratur dan tidak nyeri. Pada trimester kedua, kontraksi ini
dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual, kontraksi ini disebut
sebagai Braxton Hicks (muncul tiba-tiba, sporadik, intensitas 5-
25mmHg). Sampai bulan terakhir biasanya kontraksi ini sangat jarang,
dan meningkat pada 1 atau 2 minggu sebelum persalinan. Hal ini
dikaitkan dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap
junction di antara sel-sel miometrium. Pada saat ini kontraksi akan
terjadi setiap 10-20 menit, dan pada akhir kehamilan, kontraksi ini akan
menyababkan rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu.
27
Serviks
Pada saat satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih
lunak dan kebiruan. Hal ini dikarenakan peningkatan vaskularisasi dan
edema pada seluruh serviks; terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada
kelenjar-kelenjar serviks, serta penurunan kadar kolagen pada serviks.
Ovarium
Siklus ovarium langsung terhenti pada saat terjadi kehamilan.
Hanya satu korpus luteum yang dapat kita temukan di ovarium. Korpus
luteum akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan,
dan setelah itu berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah
yang relatif minimal.
Selain itu korpus luteum juga akan menghasilkan relaksin, yang
berguna dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran
reproduksi, dan akan mengakomodasi kehamilan serta keberhasilan
proses persalinan. Peran secara kesuluruhannya belum dapat diketahui
secara menyeluruh, namun diduga memiliki efek pada perubahan
struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan
berimplikasi pada kehamilan preterm.
Vagina & Perineum
Pada masa kehamilan, vagina akan berwarna keunguan dan dikenal
dengan tanda Chadwick. Hal ini disebabkan oleh peningkatan
vaskularisasi dan hiperemia, dan sangat jelas terlihat pada kulit dan
otot-otot perineum dan vulva. Perubahan ini juga disebabkan oleh
penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi
dari sel-sel otot-otot polos.
Dinding vagina mengalami perubahan dimana menjadi lebih
panjang, karena meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos. Selain itu papilla mukosa juga
mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu.
Volume sekresi juga meningkat, dimana sekresi akan berwarna
keputihan, menebal, dan pH antara 3.5-6 yang merupakan hasil dari
peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel
vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus.
28
 Kulit
Pada kulit dinding perut terjadi perubahan warna menjadi
kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga ditemukan pada daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal sebagai striae gravidarum.
Pada multipara selain striae kemerahan itu juga ditemukan garis
berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae
sebelumnya.
Selain itu juga sering ditemukan garis pada pertengahan perutnya
berubah menjadi garis hitam kecoklatan yang disebut sebagai linea
nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada
wajah dan leher yang disebut sebagai chloasma atau melasma
gravidarum.
Pada bagian areola dan genital akan ditemukan pigmentasi yang
berlebihan, namun akan hilang atau sangat jauh berkurang saat
persalinan. Kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan hal yang sama.
Perubahan ini disebabkan oleh cadangan melanin pada daerah
epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya
peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir
bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen
dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan
diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
 Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya
menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah
ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan menjadi lebih terlihat.
Puting payudara akan menjadi lebih besar, kehitaman, dan tegak.
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut
kolostrum dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar
asinus yang sudah mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, akan
tetapi ASI belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan
oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron
dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron
terhadap α-laktabulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
29
merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan meningkatkan
produksi air susu.
Pada bulan yang sama aerola akan menjadi lebih besar dan
kehitaman. Kelenjar montgomery yaitu kelenjar sebasea dari areola
akan membesar dan cenderung menojol keluar. Jika payudara makin
membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran
payudara sebelum kehamilan tidak memiliki hubungan dengan
banyaknya air susu yang akan dihasilkan.
 Perubahan metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari
uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan
ekstraseluler. Diperkirakan selama masa kehamilan, berat badan
seseorang akan bertambah 12,5 kg.
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah < 19,8 12,5-18
Normal 19,8 – 26 11,5-16
Tinggi 26-29 7-11,5
Obesitas >29 ≥7
Gemeli 16-20,5
Tabel 1.0 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan
indeksmassa tubuh,dikutip dari Williams Obs. 23rd ed.
Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada wanita dengan gizi baik dianjurkan
untuk menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara
wanita dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat
badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
30
Tabel 1.1 Penambahan berat badan selama kehamilan, dikutip dari Williams Obs. 23rd ed.
Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang
fisiologis, hal ini dikarenakan turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg
yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi
vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan.
Pada saat aterm kurang lebih 3,5 L cairan berasal dari janin,
plasenta, dan cairan amnion. Sedangkan 3 L lainnya berasak dari
akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus dan payudara sehingga
minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 L. Penambahan
tekanan vena dibagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial
vena kava bermanifestasi pada adanya pitting edema di kaki dan tungkai
terutama pada akhir kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid di
interstitial juga akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan.
Hasil konsepsi, uterus dan darah ibu secara relatif memiliki kadar
protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat.
Hipoglikemi puasa juga terjadi karena kenaikan kadar insulin, dan
hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak,
lipoprotein, apolipoprotein dalam plasma akan meningkat selama
kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang
kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan
lemak itu akan berkurang. LDL akan meningkat dan mencapai
puncaknya pada minggu ke-36 kehamilan. Sedangkan HDL akan
mencapai puncaknya pada minggu ke -25 kehamilan dan akan terus
31
berkurang hingga mingu ke-32, dan menetap. Hal ini dipengaruhi oleh
kenaikan hormon progesteron dan estrogen.
Selama masa kehamilan, ibu akan menyimpan 30g kalsium yang
sebagian besar akan dipergunakan oleh pertumbuhan janin. Kadar zinc
selama kehamilan ibu kadarnya akan menurun dalam plasma ibu oleh
karena pengaruh dilusi. Maka dianjurkan untuk mendapat asupan
mineral ini sebanyak 7,3- 11,3 mg/hari. Asam folat juga sama
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya neural tube defect, dan
membantu pertumbuhan serta pembelahan sel dalam sintesis DNA atau
RNA. Asupan asam folat yang dianjurkan yakni 0,4 mg/hari.
 Perubahan hematologik
Pada ibu hamil sangat lazim ditemukan adanya hipervolemia 40-
45% diatas volume darah ibu dalam keadaan tidak hamil. Peningkatan
volume darah ibu dimulai dari trimester pertama, namun akan semakin
cepat di trimester kedua, kemudian kecepatan meningkatnya volume
darah pada trimester ketiga akan semakin menurun, dan stabil pada
minggu-minggu akhir kehamilan. Fungsi dari terjadinya hipervolemia
pada ibu hamil adalah untuk :
- Memenuhi kebutuhan metabolik pembesaran uterus dengan
sistem vaskularisasi yang mengalami hipertrofi.
- Untuk menyediakan nutrisi dan elemen penting untuk
mendukung pertumbuhan dari plasenta dan fetus.
- Untuk melindungi ibu dan fetus dari efek yang
membahayakan akibat terganggunya arus balik vena dalam
posisi duduk maupun tidur terlentang.
- Untuk melindungi ibu dari efek samping kehilangan darah
selama proses persalinan.
Volume darah yang mengalami ekspansi adalah hasil dari
peningkatan baik plasma maupun eritrosit (kenaikan plasma lebih
mendominasi dibandingkan eritrosit, kenaikan eritrosit dipengaruhi oleh
meningkatnya eritropoetin ginjal pada trimester ke 3). Akibat kenaikan
eritrosit tidak sebanding dengan kenaikan volume plasma, maka
32
terjadilah hemodilusi dan penurunan konsentrasi Hb dari 15g/dL
menjadi 12,5 g/dL, bahkan hingga 11 g/dL. Namun pada kehamilan
lanjut, kadar Hb < 11g/dL merupakan suatu kelainan dan berhubungan
dengan defisiensi zat besi daripada hipervolemia. (sehingga
membutuhkan supply zat besi sebanyak kurang lebih 1000mg atau rata-
rata 6-7 mg/hari). Selain itu kadar Retikulosit juga meningkat selama
kehamilan, hal ini dikarenakan adanya hiperplasia pada erythroid di
sumsum tulang belakang.
Jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 –
12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas
berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebabnya peningkatan ini belum
diketahui. Respons yang sama diketahui terjadi selama dan setelah
melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel juga akan mengalami
perubahan. Pada kehamilan, terutama trisemester ke-tiga, terjadi
peningkatan jumlah granulosit dan limfosit CD8 T dan secara
bersamaan penurunan limfosit dan monosit CD4 T. Pada awal
kehamilan aktivitas leukosit alkalin fosfatase juga akan meningkat.
Demikian juga konsentrasi dari penanda inflamasi seperti C-reactive
protein (CRP). Suatu reaktan serum akut dan erythrocyte sedimentation
rate (ESR) juga akan meningkat karena peningkatan plasma globulin
dan fibrinogen.
Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi
intravaskular dan fibrinolysis sehingga menginduksi suatu keadaan
hiperkoagulasi. Dengan pengecualian pada factor XI dan XIII, semua
konsentrasi plasma dari factor-faktor pembekuan darah dan fibrinogen
akan meningkat. Produksi platelet juga meningkat, tetapi karena adanya
dilusi dan konsumsinya, kadarnya akan menurun.
 Sistem kardiovaskular
Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini
terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga
terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi
peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload.
33
Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan
resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial.
Kapasitas vascular juga akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan.
Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan
terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer.
Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk
memfasilitasi perubahan cardiac output, tetapi kontraktilitasnya tidak
berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi diafragma, apeks akan
bergerak ke anterior dan ke kiri, sehingga pada pemeriksaan EKG akan
terjadi deviasi aksis kiri, depresi segmen ST, dan inverse atau
pendataran gelombang T pada lead III.
Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan
vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi
terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah
balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan
cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial
yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang
cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan
pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke
ginjal. Selama trisemester terakhir posisi terlentang akan membuat
fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena alasan
inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir
kehamilan.
 Sistem pernafasan
Diafragma pada ibu hamil akan meningkat sebanyak 4cm.
34
Gambar 5. Perubahan diafragma, dikutip dari Williams obs, 23rd ed.
Frekuensi pernapasan ibu hanya mengalami sedikit perubahan, tetapi
volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen per
menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut.
Perubahan ini mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan
kembali hampir seperti awal dalam 23 minggu paska persalinan.
 Traktus digestivus
Seiring dengan semakin besarnya uterus, posisi lambung dan usus
akan bergeser, hal ini juga terjadi pada apendiks yang akan bergeser ke
arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan
motilitas otot polos pada traktus digestivus (mengakibatkan mual dan
konstipasi); penurunan sekresi asam hidroklorid (mengakibatkan mual);
serta penurunan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala
berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung
ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan
menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah.
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama
kehamilan akan muncul, tetapi setelah kehamilan akan berkurang secara
spontan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi
35
sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian
bawah karena pembesaran uterus.
Hepar tidak mengalami perubahan secara anatomik maupun
morfologik selama kehamilan, akan tetapi fungsi hati kadar alkalin
fosfatase akan meningkat hampir 2x lipat, dan serum aspartat transamin;
alanin transamin; γ-glutamil transferase; albumin; dan bilirubin akan
menurun.
 Traktus urinarius
Pada bulan-bulan awal kehamilan kandung kemih akan tertekan
oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan keadaan
sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir
kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul,
keluhan itu akan timbul kembali.
Ginjal akan membesar, GFR & renal plasma flow akan meningkat.
Pada hasil eskresi ginjal akan ditemukan asam amino & vitamin yang
larut air dalam jumlah yang lebih banyak; glukosa pada urin juga sering
ditemukan namun kemungkinan diabetes mellitus perlu tetap
diperhitungkan, selain itu creatinine clearance juga lebih tinggi 30%.
Pada ureter akan ditemukan adanya dilatasi yang tampak lebih besar
pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri. Hal ini dikarenakan ureter kiri
dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi
kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium
kanan dengan posisi melintang diatas ureter kanan juga diperkirakan
sebagai faktor penyebabnya. Penyebab lainnya diduga karena hormon
progesteron.
 Sistem endokrin
Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis akan membesar kurang
lebih 135 %, tetapi hal ini tidak begitu mempunyai arti penting bagi
kehamilan. Hormon laktin akan meningkat 10x lipat pada saat
kehamilan aterm. Sebalikya setelah persalinan konsentrasinya akan
menurun pada plasma. Hal ini juga ditemui pada ibu-ibu menyusui.
36
Kelenjar tiroid juga akan mengalami pembesaran hingga 15 mL
pada saat persalinan dikarenakan hiperplasia kelenjar dan meningkatnya
vaskularisasi. Selain itu, pengaturan konsentrasi kalsium, sangat
berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hormon paratiroid,
vitamin D, dan kalsitonin. Sehingga apabila ada gangguan dari salah
satu faktor ini akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya.
Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester
pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang
penting dari hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan
kalsium yang adekuat. Selain itu juga untuk produksi peptida pada
janin, plasenta, dan ibu.
Kelenjar adrenal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion,
testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron dan kortisol akan
meningkat. Tetapi dehidroepiandrosteron akan menurun.
 Sistem muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh kompensasi dari pembesaran uterus
ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke
arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokokigis, dan pubis akan
meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal.
Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada
akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah
punggung terutama pada akhir kehamilan.
37
BAB III
KESIMPULAN
Pada wanita tidak hamil pasti akan mengalami perubahan siklus pada ovarium dan uterus.
Kedua siklus ini disebut sebagai siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ini terjadi secara
berkesinambungan dan bersamaan. Siklus ovarium terdiri dari 3 fase yakni fase folikular, fase
ovulasi dan fase luteal. Fase folikular atau fase preovulasi yang berlangsung selama 10-14 hari
dimana terjadi pematangan dari folikel primer menjadi folikel sekunder kemudian menjadi folikel
dominan dan folikel de graaf yang mengandung oosit sekunder yang siap untuk di keluarkan dari
folikel untuk ditangkap oleh fimbriae dari tuba falopi
Selanjutnya, fase ovulasi, dimana terdapat lonjakan dari hormon LH memicu sekresi
prostaglandin, progesterone, dan peningkatan FSH sehingga terjadi proses pecahnya dinding
folikel dan keluarnya oosit sekunder. Sementara saat oosit sekunder telah keluar dari folikel, maka
folikel de graaf mengalami proses luteinisasi dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum
mampu mengahasilkan hormone seperti progesterone, estrogen, dan androgen. Hormon-hormon
tersebut berguna untuk mempersiapkan dinding uterus untuk proses implantasi apabila ovum
dibuahi. Namun dalam 9-11 hari jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan regresi,
hormone-hormone yang dihasilkan kadarnya akan menurun, dan kembali ke fase folikular.
Pada siklus uterus, terdapat 4 fase. Yakni fase proliferasi, fase sekresi, fase implantasi, dan
fase deskuamasi. Fase proliferasi dikaitkan fase folikuler dimana terjadi folikulogenesis yang
menghasilkan steroid seks (estrogen) memicu pertumbuhan dinding endometrium untuk kembali
menebal. Setelah itu berlanjut ke fase sekresi, atau fase implantasi apabila terdapat pembuahan
yang nantinya akan berlanjut menjadi suatu kehamilan , dan yang terakhir adalah fase deskuamasi
dimana ketebalan endometrium mulai menurun, terjadi apoptosis dan pelepasan dinding
endometrium.
Apabila waktu coitus bertepatan dengan masa subur seorang wanita atau terjadinya
ovulasi, maka kemungkinan untuk terjadinya suatu kehamilan sangatlah besar. Setelah ovum
dibuahi oleh sperma maka terjadilah fertilisasi, dan kemudian akan terus bertumbuh hingga terjadi
proses implantasi dan janin akan mulai berkembang. Selain perkembangan janin, terdapat pula
beberapa perubahan pada fungsi anatomi serta fisiologi pada ibu. Yakni meliputi sistem
reproduksi, pernafasan, kardiovaskular, kulit, payudara, muskuloskeletal, endokrin, hematologi,
hingga metabolisme.
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Tortora, Gerrad J., Derrickson, Bryan. Principles of Anatomy and Physiology
Maintanence and Continuity of the Human Body, 13th ed. New Jersey: John
Wiley and Sons,Inc; 2012.
2. Prawihardjo S. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo; 2011.
3. Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo; 2014.
4. Cunningham FG, Gant NF, Laveno JK, Gauth JC, Gilstrap LC, Wenstron KD.
Maternal Physiology. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGrawHill
Medical Publishing Division. 2010.
5. Rajkovic A, Stephanie AP, Martin MM. Follicular Development : Mouse,
Sheep and Human Model. In. Neill Jimmy D. Knobil and Neill’s Physiology of
Reproduction. 3rd ed. London: Elsevier. 2006: 383-424
6. Sadler TW. Medical Embryology. 12th ed. Baltimore: Lippincott Williams &
Wilkins. 2001.

More Related Content

What's hot

Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Asyifa Robiatul adawiyah
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriEncepal Cere
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-pptZulfikar Fikar
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusregiregene
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUKharima SD
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converteddr. Bobby Ahmad
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHKharima SD
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisHerlan Boga
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiMalika Jamal
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
 

What's hot (20)

Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
Menstruasi (Siklus Menstruasi dan Gangguannya)
 
Ilmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit DisentriIlmu Penyakit Disentri
Ilmu Penyakit Disentri
 
Kista Bartholini
Kista BartholiniKista Bartholini
Kista Bartholini
 
119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt119920864 hernia-inguinalis-ppt
119920864 hernia-inguinalis-ppt
 
Anatomi panggul
Anatomi panggulAnatomi panggul
Anatomi panggul
 
Gawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatusGawat napas-pada-neonatus
Gawat napas-pada-neonatus
 
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARUCASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
 
Askep campak
Askep campak Askep campak
Askep campak
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Rumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack ConvertedRumus Johnson Toshack Converted
Rumus Johnson Toshack Converted
 
Laporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPHLaporan Kasus BPH
Laporan Kasus BPH
 
Laporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasisLaporan kolelitiasis
Laporan kolelitiasis
 
Case hernia putri
Case hernia putriCase hernia putri
Case hernia putri
 
Amenorhea
Amenorhea Amenorhea
Amenorhea
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
Diare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasiDiare akut dehidrasi
Diare akut dehidrasi
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 

Viewers also liked

43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis
43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis
43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologisEllsha Ockthavianna
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urinesusanrusli
 
Siklus menstruasi
Siklus menstruasiSiklus menstruasi
Siklus menstruasiSulton Gaza
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi pjj_kemenkes
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Adeline Dlin
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...Adeline Dlin
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseKehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseRifka Marwani
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAdeline Dlin
 
ppt Sistem reproduksi manusia
ppt Sistem reproduksi manusiappt Sistem reproduksi manusia
ppt Sistem reproduksi manusiaeuis_evha
 

Viewers also liked (20)

Fisiologi haid
Fisiologi haidFisiologi haid
Fisiologi haid
 
Siklus menstruasi dan fisiologi kehamilan
Siklus menstruasi dan fisiologi kehamilanSiklus menstruasi dan fisiologi kehamilan
Siklus menstruasi dan fisiologi kehamilan
 
Siklus menstruasi
Siklus menstruasiSiklus menstruasi
Siklus menstruasi
 
43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis
43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis
43395493 lp-ibu-persalinan-fisiologis
 
52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine52827738 refrat-retensi-urine
52827738 refrat-retensi-urine
 
Siklus menstruasi
Siklus menstruasiSiklus menstruasi
Siklus menstruasi
 
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi
 
ASUHAN KEBIDANAN METRITIS
ASUHAN KEBIDANAN METRITISASUHAN KEBIDANAN METRITIS
ASUHAN KEBIDANAN METRITIS
 
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
Pendarahan Eklampsia Berat (Pembimbing : dr Arie Widiyasa, spOG)
 
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
CephaloPelvicDisporportion (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Lapkas persalinan lama (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Oligohydramnion  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Oligohydramnion (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
Induksi persalinan (pembimbing : dr. Arie Widayasa, spOG)
 
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat obgyn  antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat obgyn antepartum (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
referat obgyn Anatomi alat reproduksi dan embriologi (pembimbing : dr. Arie W...
 
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Hepatitis B pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouseKehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
Kehidupan reproduksi wanita mulai dari masa menstruasi sampai menupouse
 
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOGAnemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
Anemia pada kehamilan (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG
 
ppt Sistem reproduksi manusia
ppt Sistem reproduksi manusiappt Sistem reproduksi manusia
ppt Sistem reproduksi manusia
 

Similar to Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)

Isimakalah 121129060940-phpapp02
Isimakalah 121129060940-phpapp02Isimakalah 121129060940-phpapp02
Isimakalah 121129060940-phpapp02Kurnia Wati
 
Proses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanProses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanpjj_kemenkes
 
Anatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriAnatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriNovita Cahyani
 
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Ichal Ichal
 
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9putribunga4
 
Leaflet Kardio vaskular
Leaflet Kardio vaskularLeaflet Kardio vaskular
Leaflet Kardio vaskularathox zoemanta
 
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21Daur mesntruasi chaidarwarianto_21
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21ikhwan215
 
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)Arij Asfari
 
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptx
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptxSistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptx
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptxRuniAwan
 
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifas
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifasMakalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifas
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifasSeptian Muna Barakati
 
Proses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanProses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanpjj_kemenkes
 

Similar to Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG) (20)

Isimakalah 121129060940-phpapp02
Isimakalah 121129060940-phpapp02Isimakalah 121129060940-phpapp02
Isimakalah 121129060940-phpapp02
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
REFRAT PUA.docx
REFRAT PUA.docxREFRAT PUA.docx
REFRAT PUA.docx
 
Proses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanProses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilan
 
Anatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteriAnatomi dan fisiologi uteri
Anatomi dan fisiologi uteri
 
Siklus menstruasi
Siklus menstruasiSiklus menstruasi
Siklus menstruasi
 
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
Contoh laporan kasus nifas menggunakan langkah varne1
 
Istilah dlam kehamilan
Istilah dlam kehamilanIstilah dlam kehamilan
Istilah dlam kehamilan
 
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9
MENSTRUASI dan FERTILISASI P3.pptx kelass 9
 
MASA NIFAS
MASA NIFASMASA NIFAS
MASA NIFAS
 
Leaflet Kardio vaskular
Leaflet Kardio vaskularLeaflet Kardio vaskular
Leaflet Kardio vaskular
 
256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin256898838 copy-of-askeb-bulin
256898838 copy-of-askeb-bulin
 
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docxBab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
 
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docxBab ii. tinjauan teori serotinus docx
Bab ii. tinjauan teori serotinus docx
 
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21Daur mesntruasi chaidarwarianto_21
Daur mesntruasi chaidarwarianto_21
 
Uji tugas AKPER PEMKAB MUNA
Uji tugas AKPER PEMKAB MUNA Uji tugas AKPER PEMKAB MUNA
Uji tugas AKPER PEMKAB MUNA
 
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)
Kehamilan (mulai dori proses kehamilan sampai persalinan)
 
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptx
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptxSistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptx
Sistem-reproduksi-wanita_kel-9..pptx
 
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifas
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifasMakalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifas
Makalah perubahan fisiologis sistem reproduksi pada ibu nifas
 
Proses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilanProses terjadinya kehamilan
Proses terjadinya kehamilan
 

More from Adeline Dlin

Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Adeline Dlin
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 

More from Adeline Dlin (9)

Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat hipertensi dalam kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat kelainan darah pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat vaginal discharge (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Referat konseling kontrasepsi (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
Referat penanganan dan tata laksana kejang pada kehamilan (pembimbing : dr. A...
 
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat post partum hemorrhage (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
Ketuban Pecah Dini (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Referat fisiologi menstruasi dan kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)

  • 1. REFERAT FISIOLOGI MENSTRUASI DAN KEHAMILAN Pembimbing: dr. Arie Widiyasa, Sp.OG disusun oleh: NOVITA - 07120120016 KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RUMAH SAKIT MARINIR CILANDAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN PERIODE MEI – JULI 2016
  • 2. 2 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ................................................................................................................3 DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................................4 DAFTAR SINGKATAN .....................................................................................................5 BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................................6 BAB II. PEMBAHASAN.....................................................................................................7 2.1 Definisi.........................................................................................................................7 2.2 Anatomi.......................................................................................................................7 2.2.1 Ovarium.................................................................................................................7 2.2.2 Tuba Falopi (Oviduct) ...........................................................................................8 2.2.3 Uterus ....................................................................................................................9 2.3 Fisiologi Menstruasi.................................................................................................10 2.4 Fisiologi Kehamilan .................................................................................................20 2.5 Perubahan Fisiologi pada Perempuan Hamil (Maternal)....................................25 BAB III. KESIMPULAN ..................................................................................................37 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................38
  • 3. 3 DAFTAR TABEL Tabel 1.0 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeks massa tubuh Tabel 1.1 Penambahan berat badan selama kehamilan
  • 4. 4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Anatomi Ovarium Gambar 2 Anatomi Uterus Gambar 3 Siklus ovarium dan uterus Gambar 4 Pembelahan zygote Gambar 5 Perubahan diafragma pada ibu hamil
  • 5. 5 DAFTAR SINGKATAN FSH follicle stimulating hormone GFR glomerular filtration rate GnRH gonadotropin releasing hormone hCG human chorionic gonadotropin LH luteinizing hormone PAI-1 plasminogen Activator Inhibitor 1 PG prostaglandin PGF 2α prostaglandin F 2 Alpha PGE 2 prostaglandin E2
  • 6. 6 BAB I PENDAHULUAN Selama masa reproduksi, wanita-wanita yang tidak hamil pasti akan mengalami perubahan siklus pada ovarium dan uterus. Setiap siklus membutuhkan waktu kurang lebih sekitar satu bulan yang mencakup proses oogenesis dan persiapan dari uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Keadaan ini sepenuhnya diatur oleh hormon-hormon yang di sekresi oleh hipotalamus, hipofisis anterior, dan ovarium. Siklus ovarium adalah serangkaian peristiwa yang terjadi di ovarium, yang muncul selama hingga sesudah pematangan oosit hingga terjadinya ovulasi. Sedangkan siklus uterus (menstruasi) merupakan suatu peristiwa terjadinya perubahan-perubahan pada dinding endometrium pada uterus untuk mempersiapkan kedatangan dari ovum yang sudah dibuahi yang nantinya akan terus berkembang hingga janin dapat bertumbuh atau terjadi proses kehamilan. Namun apabila fertilisasi atau pembuahan ovum oleh sperma tidak terjadi, maka terjadilah peluruhan dinding endometrium yang ditandai dengan keluarnya darah dari vagina.1 Siklus menstruasi (haid) dialami mulai dari menarke sampai menopause. Menarke adalah haid pertama kali yang dialami seorang wanita sekaligus pertanda berakhirnya masa pubertas, masa peralihan dari masa anak menuju masa dewasa, pada umumnya terjadi pada usia sekitar 14 tahun. Sedangkan menopause adalah haid terakhir yang dikenali bila setelah haid terakhir tersebut minimal satu tahun tidak mengalami haid lagi.2 Siklus-siklus seperti ini merupakan dasar dari proses biologis reproduksi seorang wanita agar dapat mencapai kehamilan. Untuk itu, penting bagi para dokter untuk menguasai serta mengerti mengenai siklus-siklus tersebut. Maka dari itu, pada karya tulis ini, penulis berusaha memaparkan serta memberikan penjelasan mengenai siklus ovarium hingga terjadinya siklus uterus (menstruasi) dan proses terjadinya kehamilan.
  • 7. 7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Menstruasi atau haid merupakan hasil akhir suatu siklus ovulasi, dimana apabila kurang lebih 14 hari paskaovulasi tidak terjadi suatu pembuahan, maka dinding endometrium akan meluruh dan keluar darah melalui vagina. Pada pengertian klinik, haid dinilai berdasarkan tiga hal. Yakni siklus, lama, dan jumlah darah yang keluar selama satu kali haid. Siklus haid yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid berikutnya, dikatakan normal apabila tidak kurang dari 24 hari dan tidak lebih dari 35 hari. Lama haid yaitu jarak dari hari pertama haid sampai perdarahan haid berhenti, yakni 3-7 hari. Sedangkan jumlah darah yakni tidak melebihi 80 mL, ganti pembalut 2-6 kali per hari.2 Kehamilan menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester ke satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke -13 hingga ke- 27) dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40). 3 2.2 Anatomi 2.2.1 Ovarium Merupakan gonad wanita, sepasang kelenjar, berukuran dan berbentuk seperti kacang almond. Ovarium berfungsi untuk menghasilkan gamet, dan hormon-hormon seperti progesteron, estrogen, inhibin dan relaxin. 1
  • 8. 8 Gambar 1. Ovarium, dikutip dari Gerrad J Tortora, Principles of Anatomy and Physiology,13th ed. 2.2.2 Tuba Falopi (Oviduct) Merupakan saluran yang membentang kearah lateral dari uterus. Dengan kisaran panjang kurang lebih 10 cm. Tuba falopi berfungsi untuk menyediakan tempat bagi sperma untuk menjangkau ovum dan menggiring oosit sekunder dan ovum yang sudah dibuahi dari ovarium ke uterus. Gambar 2. Uterus, dikutip dari Gerrad J, Principles of Anatomy and Physiology,13th ed. Infundibulum adalah bagian tuba falopi yang berbentuk seperti corong dan letaknya paling berdekatan dengan ovarium, pada bagian tepi didapati proyeksi menyerupai jari-jari yang dinamakan fimbriae. Sedangkan ampulla merupakan saluran terbesar, dan isthmus adalah saluran tersempit.
  • 9. 9 2.2.3 Uterus Merupakan lokasi implantasi ovum yang sudah dibuahi, perkembangan fetus selama masa kehamilan, dan persalinan. Selama siklus reproduksi dimana implantasi tidak terjadi, uterus adalah sumber dari menstruasi. Secara anatomis, uterus dibagi menjadi fundus, korpus, dan serviks. Bagian dalam dari uterus disebut sebagai kavum uteri. Secara histologis, uterus dibagi menjadi 3 lapisan jaringan, yakni : 1. Perimetrium (Serosa) Merupakan lapisan terluar dari uterus dan merupakan bagian dari peritoneum viseral. 2. Miometrium Terdiri dari 3 lapisan otot polos, bagian yang paling tebal terletak di fundus, dan paling tipis di bagian serviks. Miometrium berperan pada saat proses persalinan, dimana terjadinya kontraksi yang merupakan respon dari oksitosin yang dihasilkan oleh hipofisis posterior untuk membantu mengeluarkan fetus dari uterus. 3. Endometrium Merupakan lapisan paling dalam dari uterus, dimana lapisan ini paling kaya akan vaskularisasi. Endometrium dibagi menjadi lagi menjadi 2 lapisan yakni stratum fungsionalis (melapisi kavum uteri dan meluruh pada saat menstruasi) dan stratum basalis (bagian yang lebih dalam, permanen, dan dapat mengembalikan stratum fungsionalis yang baru setelah terjadinya menstruasi)
  • 10. 10 2.3 Fisiologi Menstruasi Menstruasi merupakan hasil kerja sama yang sangat rapi dan baku dari sumbu Hipotalamus – Hipofisis – Ovarium (sumbu HHO).2 Terdapat dua siklus yang memegang peran penting dalam terjadinya haid atau menstruasi yakni siklus ovarium dan siklus uterus (endometrial).  Siklus ovarium Durasi rata-rata pada siklus ini kurang lebih 28 hari (dari rentang 25-32 hari). Terjadinya suatu peristiwa hormonal menyebabkan ovulasi dan pada akhirnya mengarah ke siklus menstruasi. Perubahan histologis pada endometrium (siklus uterus) selalu berjalan bersamaan dan berkesinambungan dengan siklus ovarium. Siklus ovarium dibagi menjadi 3 fase, yakni4 : a. Fase folikuler (fase preovulasi) Panjang fase folikuler berkisar antara 10-14 hari. Selama fase ini terdapat proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan oogenesis/meiosis yang saling terkait satu sama lain. Fase ini diawali dengan pertumbuhan dari folikel antral, namun pada hari ke 5-7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH yang menurun. Folikulogenesis sebenarnya sudah terjadi jauh sebelum seorang wanita dilahirkan, diawali dari folikel primordial, kemudian folikel preantral, folikel antral hingga menjadi folikel preovulasi.  Folikel primordial Folikel ini telah dibentuk sejak pertengahan kehamilan hingga beberapa saat paska persalinan. Folikel ini merupakan folikel yang sedang tidak tumbuh, berisi oosit dalam fase pembelahan meiosis
  • 11. 11 profase 1 yang terhenti pada tahap diplotene. Pada usia kehamilan ibu 16-20 minggu, janin perempuan diduga memiliki 6-7 juta. Seluruh folikel primordial tersebut disimpan sebagai cadangan ovarium. Sejak pertengahan kehamilan, dengan mekanisme yang belum jelas, sekelompok folikel primordial ada yang mengalami atresia, namun ada juga yang masuk kedalam fase pertumbuhan menjadi oosit primer (dalam tahap profase 1 yang terhenti, diplotene, dan akan berlanjut pada saat pubertas). Akibat hal ini, maka folikel primordial yang tersisa hanya tinggal 1-2 juta saja saat janin dilahirkan. Sesaat setelah seorang perempuan melewati masa pubertas, dimulailah masa menarke. Sumbu HHO kembali bangkit, kembali bekerja secara teratur dan siklik, gonadotropin (FSH & LH) yang dihasilkan oleh hipofisis anterior pun mulai memacu ovarium. Folikel primordial yang berada pada cadangan ovarium kembali bertumbuh hingga masuk pada tahapan pertumbuhan folikel berikutnya, yakni menjadi folikel preantral atau folikel primer.  Folikel preantral / folikel primer Pada folikel ini tampak oosit yang dikelilingi oleh basement membran, zona pelusida, sel granulosa yang sudah mengalami proliferasi menjadi berlapis-lapis, sel teka terbentuk dari jaringan sekitarnya. Sel granulosa pada folikel preantral ini sudah dapat menangkap stimulus dari gonadotropin dan menghasilkan tiga macam steroid seks yakni estrogen, androgen, dan progesteron.
  • 12. 12  Folikel antral / folikel sekunder Stimulus dari FSH dan estrogen yang bekerja secara bersamaan menghasilkan cairan yang semakin bertambah banyak, dan berkumpul didalam ruangan antara sel granulosa. Cairan yang semakin bertambah jumlahnya tersebut membentuk ruangan atau rongga yang disebut sebagai antrum. Cairan ini lama kelamaan akan memisahkan sel granulosa menjadi 2 kubu, yakni sel granulosa yang melekat pada dinding folikel dan sel granulosa yang mengelilingi oosit. Sel granulosa yang mengelilingi oosit ini disebut sebagai kumulus ooforus yang berperan untuk menangkap sinyal yang berasal dari oosit. Pada tahap ini awal siklus cairan folikel antral berisi FSH, estrogen dalam jumlah banyak, sedikit androgen, dan belum ada LH. Selain itu, sel teka juga terdiferensiasi menjadi 2 lapis yakni teka interna dan eksterna.  Folikel preovulasi Dari beberapa folikel-folikel sekunder yang sudah bertumbuh, hanya satu folikel sekunder yang dapat berkuasa untuk mencapai level berikutnya, hal ini dikarenakan ia memiliki reseptor FSH lebih banyak dibandingkan yang lain. Folikel ini disebut sebagai folikel dominan. Folikel dominan terus bertumbuh hingga menjadi folikel preovulasi atau
  • 13. 13 grafiaan folikel. Reseptor LH sudah mulai terbentuk di sel granulosa, dan lonjakan LH menyebabkan androgen intrafolikuler meningkat, hal ini bersamaan dengan menurunnya kadar FSH menyebabkan apoptosis sel granulosa pada folikel-folikel kecil yang tidak berhasil menjadi dominan dan meningkatkan libido. Penurunan dari FSH ini disebabkan oleh sel granulosa yang juga menghasilkan inhibin B,semakin bertumbuh folikel- folikel di ovarium, semakin tinggi juga kadar inhibin B, yang dimana inhibin ini dapat memberikan umpan balik ke hipofisis untuk inhibisi pelepasan dari FSH lagi. Selain itu, pada masa ini, oosit primer menyelesaikan proses meiosis I dan menjadi oosit sekunder. Oosit sekunder akan mulai melakukan tahap meiosis II, namun berhenti hingga metafase, apabila setelah fase ovulasi terjadi pembuahan oleh sperma, ia akan melanjutkan meiosis II, namun jika tidak maka ia akan mengalami degenerasi). b. Fase ovulasi Pada fase ovulasi, lonjakan LH sangat penting untuk proses keluarnya oosit dan folikel. Lonjakan LH disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 34-36 jam setelah lonjakan estrogen dan 10-12 jam setelah paskapuncak LH, 34-36 jam paskaawal lonjakan LH.
  • 14. 14 Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin dan progesteron bersama lonjakan FSH mengaktivasi enzim proteolitik menyebabkan dinding folikel pecah. Pecahnya dinding tersebut menyebabkan oosit sekunder keluar yang nantinya akan ditangkap oleh fimbriae tuba falopi. Lama kelamaan seluruh sel granulosa yang melekat pada membran basalis pada seluruh dinding folikel berubah menjadi sel luteal. c. Fase luteal (fase paskaovulasi) Menjelang dinding folikel pecah dan keluarnya oosit saat ovulasi, sel granulosa menjadi membesar dan timbul vakuol beserta penumpukan pigmen kuning, lutein proses luteinisasi yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. 2 hari paskaovulasi, pembuluh-pembuluh darah dan kapiler- kapiler menginvasi lapisan sel granulosa. Neovaskularisasi yang berlangsung dengan cepat ini diakibatkan oleh produksi dari VEGF (vascular endothelial growth factor) dan angipoetin sebagai respon terhadap LH. Selama luteinisasi, sel-sel ini menjadi hipertrofi, dan meningkatkan kapasitas mereka untuk menghasilkan hormon-hormon. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron, estrogen maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum sangat bergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya sekitar 8 hari paskalonjakan LH, dan kemudian menurun perlahan jika tidak terjadi pembuahan, GnRH kembali meningkat sehingga kembali lagi ke fase folikuler dan siklus ovarium yang baru dimulai lagi. Korpus luteum akan mengalami regresi 9-11 paskaovulasi, diduga akibat luteolisis estrogen yang dihasilkan oleh korpus luteum sendiri. Namun apabila terjadi pembuahan sekresi progesteron tidak akan menurun karena diselamatkan oleh hCG (human chorionic gonadotropin)
  • 15. 15 Gambar 3. Siklus ovarium& uterus, dikutip dari Williams Obs, 23rd ed.  Siklus uterus (endometrial) Uterus merupakan organ target steroid seks ovarium, sehingga perubahan histologik pada dinding endometrium selaras dengan pertumbuhan folikel atau seks steroid yang dihasilkannya. Lapisan endometrium yang berperan dalam proses menstruasi hanyalah stratum fungsionalis, hal ini dikarenakan lapisan ini memberi respons terhadap stimulus steroid seks. Pada akhir fase luteal ovarium, sekresi estrogen dan progesteron menurun drastis sehingga mengakibatkan stratum fungsionalis terlepas atau meluruh, dan menyisakan stratum basalis sedikit bagian dari stratum fungsionalis. Selanjutnya endometrium yang tipis tersebut memasuki siklus haid berikutnya. Selama satu siklus haid pertumbuhan dinding endometrium melalui beberapa fase, yakni4 : a. Fase proliferasi (berlangsung selama 5-7 hari, atau cukup lama 21-30 hari5) Fase ini dikaitkan dengan fase folikuler. Pada siklus haid, fase akhir luteal, terdapat stratum basalis dan sedikit sisa lapisan stratum fungsionalis dengan ketebalan yang beragam. Pada
  • 16. 16 fase folikuler, folikulogenesis menghasilkan steroid seks. Steroid seks terutama estrogen ini akan memicu pertumbuhan dinding endometrium untuk kembali menebal. Pertumbuhan endometrium dinilai dari penampakan histologi dari kelenjar, stroma dan pembuluh darah (arteria spiralis). Pada awalnya kelenjar lurus pendek, ditutup oleh epitel silindris pendek. Kemudian epitel kelenjar mengalami proliferasi dan pseudostratifikasi, melebar kesamping sehingga mendekati dan bersentuhan dengan kelenjar disebelahnya. Epitel penutup permukaan kavum uteri yang rusak dan hilang saat haid sebelumnya terbentuk kembali. Stroma endometrium awalnya padat akibat haid sebelumnya menjadi edema dan longgar. Arteri spiralis lurus tidak bercabang, menembus stroma, menuju permukaan kavum uteri sampai tepat dibawah membran epitel penutup permukaan kavum uteri. Tepat dibawah epitel permukaan kavum uteri, arteri spiralis membentuk anyaman longgar pembuluh darah kapiler. Ketiga komponen endometrium, kelenjar, stroma, dan endotel pembuluh darah mengalami proliferasi dan mencapai puncaknya pada hari ke 8-10 siklus, sesuai dengan puncak kadar estradiol serum, dan kadar reseptor estrogen di endometrium. Proliferasi endometrium tampak jelas pada stratum fungsionalis, di dua pertiga atas korpus uteri, tempat sebagian besar implantasi blastosis terjadi. Tebal endometrium pada awal fase proliferasi kurang lebih sekitar 0,5mm kemudian tumbuh menjadi 3,5-5 mm. Pada fase ini, hormon yang sangat berperan adalah estrogen. Estrogen adalah hormon yang memacu terbentuknya komponen jaringan, ion, air, dan asam amino. Selain itu estrogen juga memiliki peran dalam meningkatnya jumlah sel mikrovili yang memiliki silia, sel bersilia tersebut nantinya agak bergerak sesuai pola dan irama yang dapat membantu proses penyebaran dan distribui sekresi endometrium selama fase sekresi. Stroma endometrium yang kempis pada saat haid
  • 17. 17 menjadi mengembang kembali dan merupakan komponen pokok pertumbuhan penebalan kembali endometrium. Limfosit dan makrofag banyak ditemukan didalam stroma sepanjang siklus haid. b. Fase sekresi (berlangsung selama kurang lebih 12-14 hari5) Korpus luteum yang terbentuk selama fase luteal menghasilkan estrogen dan progesteron ternyata juga ikut berperan dalam pertumbuhan endometrium dari fase proliferasi menjadi fase sekresi. Aktivitas sekresi didalam sel kelenjar yang disertai dengan pergerakan vakuol dari intraseluler menuju intraluminal dapat dilihat 7 hari paskaovulasi. Pada fase sekresi, tampak kelenjar menjadi lebih berliku-liku dan menggembung, dimana epitel tersusun rapih seperti gigi, dengan stroma menjadi edem serta arteri spiralis menjadi terpilin. Kelenjar-kelenjar juga menjadi lebih aktif mengeluarkan glikoprotein dan peptida kedalam kavum uteri, selain itu didapati pula transudasi plasma. c. Fase implantasi Pada 7 hari paskaovulasi atau hari ke-21 -22 (siklus 28 hari), yakni pertengahan fase luteal, saat puncak kadar estrogen dan progesteron yang bertepatan dengan fase implantasi, stroma mengalami edema hebat. Kadar estrogen dan progesteron yang meningkat hebat pada hari ke 7 paskaovulasi menyebabkan beberapa hal : - Memicu sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat dan terjadilah edema stroma - Terjadinya proliferasi arteri spiralis Pada hari ke 22-23 siklus mulai terjadi desidualisasi endometrium, dimana tampak sel predesidua disekitar pembuluh darah, inti sel membesar, aktivitas mitosis meningkat
  • 18. 18 dan membentuk membran basal. Desidua merupakan derivat sel stroma yang berperan penting selama masa kehamilan. Sel desidua berfungsi sebagai : - Mengendalikan invasi trofoblas - Menghasilkan hormon otokrin dan parakrin untuk jaringan fetal maupun maternal - Homeostasis baik pada proses implantasi/kehamilan maupun pada saat proses perdarahan atau haid Selama proses implantasi, sangat dibutuhkan endometrium yang tidak mudah berdarah dan uterus maternal harus dapat bertahan terhadap invasi. Hal ini dicegah oleh kadar aktivator plasminogen dan ekspresi enzim yag menghancurkan matriks stroma ekstraseluler (seperti kelompok Matrix Metalloproteinase / MMPs) menurun. Selain itu kadar PAI -1 meningkat. d. Fase deskuamasi Pada hari ke 23 siklus menjelang haid, predesidual membentuk lapisan kompaktum pada bagian atas lapisan fungsionalis endometrium. Bila tidak terhadi kehamilan maka usia korpus luteum akan berakhir diikuti kadar estrogen dan progesteron yang semakin menurun. Kadar estrogen dan progesteron yang rendah dapat menyebabkan beberapa keadaan yakni : - Tebal endometrium menurun. Hal ini menyebabkan aliran darah ke pembuluh darah spiralis dan aliran vena menurun dan terjadi vasodilatasi. Kemudian arteriol spiralis mengalami vasokonstriksi dan relaksasi secara ritmik dengan vasokonstriksi semakin dominan berlangsung semakin lama dan endometrium menjadi pucat. Oleh karena itu, 24 jam menjelang haid, endometrium mengalami iskemia, dan terbendung stasis. Sel darah putih keluar dari dinding pembuluh darah kapiler, dan menyebar kedalam stroma. Sel darah merah juga memasuki rongga
  • 19. 19 interstitial, thrombin platelet plugs muncul di pembuluh darah permukaan. Kadar PGF 2α dan PGE 2 endometrium fase sekresi mencapai puncaknya. Vasokonstriksi dan kontraksi miometrium terjadi. Hal ini dikaitkan dengan PG yang dihasilkan oleh sel perivaskular dan vasokonstriktor endotelin 1 derivat dari stroma sel desidua. - Apoptosis. Pada awal fase sekresi, asam fosfatase dan enzim lisis yang kuat didapatkan didalam lisosom, dan pelepasannya dihambat oleh progesteron. Sehingga pada saat kadar estrogen dan progesteron menjadi rendah, enzim tersebut menjadi lepas dan masuk kedalam sitoplasma epitel, stroma, sel endotel, serta ruangan interseluler dan menyebabkan hancurnya sel disekitarnya; dilepaskannya prostaglandin; ekstravasasi sel darah merah; nekrosis jaringan; dan trombosis pembuluh darah. Proses ini dinamakan sebagai program kematian sel atau apoptosis. - Pelepasan endometrium. Kadar progesteron yang menurun memicu sekresi enzim MMPs, yang kemudian ekspresi MMPs meningkat di sel desidua pada akhir fase sekresi. Hal ini mengakibatkan membran sel hancur, dan matriks ekstraseluler rusak, sehingga jaringan endometrium hancur dan terlepas hingga terjadilah haid. Paska haid, ekspresi MMPs kembali menurun, karena tertekan oleh kadar estrogen yang kembali meningkat. Hal yang menyebabkan perdarahan pada siklus haid berhenti adalah kolaps jaringan; vasokonstriksi arteri radialis dan spiralis pada stratum basalis; stasis vaskuler yang merupakan hasil keseimbangan antara proses pembekuan (oleh Tissue Factor yang dihasilkan oleh stroma dan PAI 1) dan fibrinolisis (oleh Plasminogen yang berubah menjadi plasmin); estrogen pada siklus setelahnya yang mulai meningkat memicu penyembuhan endometrium.
  • 20. 20 2.4 Fisiologi Kehamilan Untuk terjadinya suatu kehamilan maka diperlukan keikutsertaan dari spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), serta nidasi (implantasi) hasil konsepsi.3,4  Pembuahan Ovum yang dilepas oleh ovarium disapu oleh mikrofilamen pada fimbriae infundibulum tuba ke arah ostium tuba abdominalis dan di giring terus kearah medial. Ditengah-tengah ovum dapat ditemukan nukleus yang berada dalam tahap metafase meiosis II, terapung-apung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitelus. Ovum dikelilingi oleh zona pelusida, dan diluarnya ditemukan korona radiata. Jumlah sel-sel korona radiata ini akan semakin berkurang selama perjalanan ovum di dalam ampula tuba, sehingga lama kelamaan ovum hanya akan dikelilingi oleh zona pelusida pada waktu berada dekat dengan perbatasan ampula dan istmus tuba, tempat pembuahan biasanya terjadi. Pada saat terjadi koitus dan penetrasi penis ke liang vagina, laki-laki akan melakukan ejakulasi, dimana jutaan spermatozoa ditumpahkan di forniks vagina dan disekitar porsio. Namun hanya beberapa ratus ribu atau bahkan beberapa ratus spermatozoa saja yang dapat berhasil sampai ke bagian ampula dimana spermatozoa dapat menemukan ovum yang telah siap dibuahi. Hanya satu spermatozoa yang mempunyai kemampuan untuk membuahi atau kapasitasi. Pada spermatozoa ditemukan peningkatan konsentrasi DNA pada nukleus, dan kaputnya, hal ini memudahkan mereka untuk menembus dinding ovum. Caranya yakni suatu molekul komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida, pengikatan ini memicu akrosom untuk melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus dinding zona pelusida. Enzim tersebut adalah hialuronidase.3 Fertilisasi (pembuahan) adalah penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang berlangsung di ampula tuba falopi. Proses ini
  • 21. 21 meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dengan ovum, diakhir dengan fusi materi genetik. Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks didalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan plasma sel, sehingga enzim didalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein pada zona pelusida berikatan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa, sehingga ovum tidak akan dibuahi oleh lebih dari satu sperma. Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya, dan hanya pronukelusnya saja yang tinggal, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Akibat masuknya spermatozoa kedalam vitelus membangkitkan nukleus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya. Setelah menyelesaikan prosesnya, maka sekarang ovum hanya memiliki pronukleus yang haploid dan spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid. Kedua pronukelus mendekat dan bersatu membentuk zigot. Dalam beberapa jam setelah pembuahan maka mulailah pembelahan zigot, dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya, hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Kemudian hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstitialis tuba dan disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
  • 22. 22 Gambar 4. Pembelahan zygote,dikutip dari Williams Obs, 23rd ed.  Nidasi (implantasi) Selanjutnya pada hari ke-4 hasil konsepsi mencapai stadium blastula yang disebut sebagai blastokista, suatu bentuk yang di bagian luarnya adalah trofoblas dan dibagian dalamnya disebut massa inner cell6. Massa ini yang nantinya akan berkembang menjadi janin dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta. Sejak trofoblas terbentuk, produksi hormon hCG dimulai, suatu hormon yang memastikan bahwa endometrium akan menerima dalam proses implantasi embrio. Produksi ini akan terus meningkat hingga hari ke -60 kehamilan dan kemudian akan menurun. Diduga fungsinya adalah untuk mempengaruhi korpus luteum agar dapat terus tumbuh dan terus menghasilkan progesteron sampai plasenta dapat menghasilkan progesteron sendiri.
  • 23. 23 Trofoblas memiliki kemampuan untuk menghancurkan jaringan endometrium pada masa sekresi. Sel-sel desidua berbentuk besar, mengandung lebih banyak glikogen, serta mensekresikan faktor-faktor aktif yang bersifat lokal (sitokin dan protease), sehingga lebih mudah dihancurkan oleh trofoblas. Trofoblas dan endometrium mengalami suatu proses yang sangat kompleks, dan keduanya memiliki peran penting dalam proses nidasi. Kadang- kadang saat nidasi, terjadi perdarahan akibat luka desidua yang disebut sebagai tanda Hartman (bercak darah mirip haid dalam jumlah sedikit). Proses nidasi dari blastokista biasanya terjadi 6-7 hari setelah fertilisasi. Proses ini dapat dibagi menjadi 3 fase : 1. Aposisi – pelekatan awal blastokista ke dinding uterus 2. Adhesi - peningkatan kontak fisik antara blastokista dengan epitel uterus 3. Invasi – penetrasi dan invasi dari sinsitiotrofoblas dan sitotrofoblas ke endometrium, sepertiga dalam miometrium dan pembuluh darah uterus. Pada umumnya blastokista masuk ke endometrium dengan bagian dimana masa inner cell berlokasi. Hal inilah yang menyebabkan tali pusat berpangkal sentral atau parasentral. Bila sebaliknya dengan bagian lain blastokista memasuki endometrium maka terdapatlah tali pusat dengan insersio velamentosa. Umumnya nidasi terjadi di dinding depan atau belakang uterus dekat pada fundus uteri. Jika nidasi ini terjadi, maka barulah disebut adanya kehamilan. Setelah nidasi berhasil, maka hasil konsepsi akan bertumbuh dan berkembang didalam endometrium.  Plasentasi Proses pembentukan struktur dan jenis plasenta, setelah nidasi embrio ke endometrium. Pada manusia plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi. Dalam 2 minggu pertama perkembangan hasil konsepsi, trofoblas invasif telah melakukan penetrasi ke pembuluh darah endometrium. Terbentuklah sinus intertrofobastik yaitu ruangan-ruangan yang berisi darah maternal dari
  • 24. 24 pembuluh-pembuluh darah yang dihancurkan. Pertumbuhan ini berlanjut hingga akhirnya terbentuk ruangan-ruangan interviler dimana vili korialis seolah-olah terapung-apung diantara ruangan-ruangan tersebut sampai terbentuknya plasenta. Tiga minggu paskafertilitas sirkulasi darah janin dini dapat diidentifikasi dan dimulai pembentukan vili korialis. Sirkulasi darah janin ini berakhir di lengkung kapilar (capillary loops) didalam vili korialis yang ruang intervilinya dipenuhi dengan darah maternal yang dipasok oleh arteri spiralis dan dikeluarkan melalui vena uterina. Vili korialis akan bertumbuh menjadi suatu massa jaringan yaitu plasenta. Lapisan desidua yang meliputi hasil kosepsi ke arah kavum uteri disebut desidua kapsularis; yang terletak antara hasil konsepsi dan dinding uterus disebut desidua basalis, disitu plasenta akan dibentuk. Desidua yang meliputi dinding uterus yang lain adalah desidua parietalis. Hasil konsepsi sendiri diselubungi oleh jonjot-jonjot yang dinamakan vili korialis dan berpangkal pada korion. Sel-sel fibroblas mesodermal tumbuh disekitar embrio dan melapisi pula sebelah dalam trofoblas. Dengan demikian terbentuk chorionic membrane yang kelak menjadi korion. Selain itu vili korialis yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh dan bercabang-cabang dengan baik disini korion disebut korion frondosum. Yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan, karena hasil konsepsi bertumbuh ke arah kavum uteri sehingga lambat laun menghilang; korion yang gundul ini disebut korion laeve.
  • 25. 25 2.5 Perubahan Fisiologi pada Perempuan Hamil (Maternal) Perubahan baik anatomi maupun fisiologi pada perempuan hamil sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respons terhadap janin dan perubahan- perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah persalinan dan masa menyusui telah selesai. Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi selama masa kehamilan pada maternal3,4 :  Sistem reproduksi Uterus Selama masa kehamilan uterus akan berfungsi dan berusaha untuk melindungi serta menerima hasil konsepsi (janin,plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus memiliki kemampuan yang sangat luar biasa untuk menjadi besar selama kehamilan, dan kembali ke ukuran semula setelah beberapa minggu paskapersalinan. Pada keadaan tidak hamil uterus memiliki berat 70g dan kapasitas 10 mL atau kurang. Sedangkan pada masa kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5L -20L atau lebih dengan berat rata-rata 1100g. Uterus dapat membesar karena terjadi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan itu terjadi akumulasi jaringan ikat dan elastik,terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah korpus pada beberapa bulan pertama akan menebal, seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis dan pada akhir kehamilan ketebalannya hanya 1,5cm saja. Penebalan pada dinding uterus di awal kehamilan distimulasi oleh hormon estrogen dan sedikit progesteron. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan mirip dengan kehamilan ektopik; selain itu posisi tuba falopi, ovarium dan ligamentum rotundum yang awalnya berada sediki dibawah apeks fundus kini berada diatas sedikit pertengahan uterus.
  • 26. 26 Setelah kehamilan 12 minggu lebih, penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Namun ternyata posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan dengan bagian lainnya, sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini disebut Piscaseck. Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti buah avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilan, bagian fundus dan korpus akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis (usia kehamilan 12 minggu), panjang uterus bertambah dengan cepat dibandingkan lebarnya sehingga membentuk oval. Ismus uteri pada minggu pertama akan mengalami hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus menjadi lebih panjang dan lunak yang disebut sebagai tanda Hegar. Hingga akhirnya pada akhir kehamilan 12 minggu, uterus akan menjadi terlalu besar dalam rongga pelvis dan lama kelamaan akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke samping dan keatas, dan terus tumbuh hingga hampir menyentuh hepar. Pada saat pertumbuhan, uterus akan mengalami rotasi ke kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di daerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah uterus. Pada akhir kehamilan, otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen bawah uteri akan melebar dan menipis. Pada trimester pertama kehamilan, uterus akan mengalami kontraksi yang tidak teratur dan tidak nyeri. Pada trimester kedua, kontraksi ini dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual, kontraksi ini disebut sebagai Braxton Hicks (muncul tiba-tiba, sporadik, intensitas 5- 25mmHg). Sampai bulan terakhir biasanya kontraksi ini sangat jarang, dan meningkat pada 1 atau 2 minggu sebelum persalinan. Hal ini dikaitkan dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin dan gap junction di antara sel-sel miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10-20 menit, dan pada akhir kehamilan, kontraksi ini akan menyababkan rasa tidak nyaman dan dianggap sebagai persalinan palsu.
  • 27. 27 Serviks Pada saat satu bulan setelah konsepsi, serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Hal ini dikarenakan peningkatan vaskularisasi dan edema pada seluruh serviks; terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks, serta penurunan kadar kolagen pada serviks. Ovarium Siklus ovarium langsung terhenti pada saat terjadi kehamilan. Hanya satu korpus luteum yang dapat kita temukan di ovarium. Korpus luteum akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan, dan setelah itu berperan sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal. Selain itu korpus luteum juga akan menghasilkan relaksin, yang berguna dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran reproduksi, dan akan mengakomodasi kehamilan serta keberhasilan proses persalinan. Peran secara kesuluruhannya belum dapat diketahui secara menyeluruh, namun diduga memiliki efek pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi pada kehamilan preterm. Vagina & Perineum Pada masa kehamilan, vagina akan berwarna keunguan dan dikenal dengan tanda Chadwick. Hal ini disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan hiperemia, dan sangat jelas terlihat pada kulit dan otot-otot perineum dan vulva. Perubahan ini juga disebabkan oleh penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot-otot polos. Dinding vagina mengalami perubahan dimana menjadi lebih panjang, karena meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos. Selain itu papilla mukosa juga mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu. Volume sekresi juga meningkat, dimana sekresi akan berwarna keputihan, menebal, dan pH antara 3.5-6 yang merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus acidophilus.
  • 28. 28  Kulit Pada kulit dinding perut terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga ditemukan pada daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal sebagai striae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu juga ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya. Selain itu juga sering ditemukan garis pada pertengahan perutnya berubah menjadi garis hitam kecoklatan yang disebut sebagai linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut sebagai chloasma atau melasma gravidarum. Pada bagian areola dan genital akan ditemukan pigmentasi yang berlebihan, namun akan hilang atau sangat jauh berkurang saat persalinan. Kontrasepsi oral juga dapat menyebabkan hal yang sama. Perubahan ini disebabkan oleh cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum melanocyte stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan sebagai penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.  Payudara Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan menjadi lebih terlihat. Puting payudara akan menjadi lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang sudah mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan, akan tetapi ASI belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron terhadap α-laktabulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
  • 29. 29 merangsang sintesis laktosa dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama aerola akan menjadi lebih besar dan kehitaman. Kelenjar montgomery yaitu kelenjar sebasea dari areola akan membesar dan cenderung menojol keluar. Jika payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak memiliki hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan.  Perubahan metabolik Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraseluler. Diperkirakan selama masa kehamilan, berat badan seseorang akan bertambah 12,5 kg. Kategori IMT Rekomendasi (kg) Rendah < 19,8 12,5-18 Normal 19,8 – 26 11,5-16 Tinggi 26-29 7-11,5 Obesitas >29 ≥7 Gemeli 16-20,5 Tabel 1.0 Rekomendasi penambahan berat badan selama kehamilan berdasarkan indeksmassa tubuh,dikutip dari Williams Obs. 23rd ed. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada wanita dengan gizi baik dianjurkan untuk menambah berat badan per minggu sebesar 0,4 kg, sementara wanita dengan gizi kurang atau berlebih dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar 0,5 kg dan 0,3 kg.
  • 30. 30 Tabel 1.1 Penambahan berat badan selama kehamilan, dikutip dari Williams Obs. 23rd ed. Peningkatan jumlah cairan selama kehamilan adalah suatu hal yang fisiologis, hal ini dikarenakan turunnya osmolaritas dari 10 mOsm/kg yang diinduksi oleh makin rendahnya ambang rasa haus dan sekresi vasopresin. Fenomena ini mulai terjadi pada awal kehamilan. Pada saat aterm kurang lebih 3,5 L cairan berasal dari janin, plasenta, dan cairan amnion. Sedangkan 3 L lainnya berasak dari akumulasi peningkatan volume darah ibu, uterus dan payudara sehingga minimal tambahan cairan selama kehamilan adalah 6,5 L. Penambahan tekanan vena dibagian bawah uterus dan mengakibatkan oklusi parsial vena kava bermanifestasi pada adanya pitting edema di kaki dan tungkai terutama pada akhir kehamilan. Penurunan tekanan osmotik koloid di interstitial juga akan menyebabkan edema pada akhir kehamilan. Hasil konsepsi, uterus dan darah ibu secara relatif memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan lemak dan karbohidrat. Hipoglikemi puasa juga terjadi karena kenaikan kadar insulin, dan hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Konsentrasi lemak, lipoprotein, apolipoprotein dalam plasma akan meningkat selama kehamilan. Lemak akan disimpan sebagian besar di sentral yang kemudian akan digunakan janin sebagai nutrisi sehingga cadangan lemak itu akan berkurang. LDL akan meningkat dan mencapai puncaknya pada minggu ke-36 kehamilan. Sedangkan HDL akan mencapai puncaknya pada minggu ke -25 kehamilan dan akan terus
  • 31. 31 berkurang hingga mingu ke-32, dan menetap. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan hormon progesteron dan estrogen. Selama masa kehamilan, ibu akan menyimpan 30g kalsium yang sebagian besar akan dipergunakan oleh pertumbuhan janin. Kadar zinc selama kehamilan ibu kadarnya akan menurun dalam plasma ibu oleh karena pengaruh dilusi. Maka dianjurkan untuk mendapat asupan mineral ini sebanyak 7,3- 11,3 mg/hari. Asam folat juga sama dibutuhkan untuk mencegah terjadinya neural tube defect, dan membantu pertumbuhan serta pembelahan sel dalam sintesis DNA atau RNA. Asupan asam folat yang dianjurkan yakni 0,4 mg/hari.  Perubahan hematologik Pada ibu hamil sangat lazim ditemukan adanya hipervolemia 40- 45% diatas volume darah ibu dalam keadaan tidak hamil. Peningkatan volume darah ibu dimulai dari trimester pertama, namun akan semakin cepat di trimester kedua, kemudian kecepatan meningkatnya volume darah pada trimester ketiga akan semakin menurun, dan stabil pada minggu-minggu akhir kehamilan. Fungsi dari terjadinya hipervolemia pada ibu hamil adalah untuk : - Memenuhi kebutuhan metabolik pembesaran uterus dengan sistem vaskularisasi yang mengalami hipertrofi. - Untuk menyediakan nutrisi dan elemen penting untuk mendukung pertumbuhan dari plasenta dan fetus. - Untuk melindungi ibu dan fetus dari efek yang membahayakan akibat terganggunya arus balik vena dalam posisi duduk maupun tidur terlentang. - Untuk melindungi ibu dari efek samping kehilangan darah selama proses persalinan. Volume darah yang mengalami ekspansi adalah hasil dari peningkatan baik plasma maupun eritrosit (kenaikan plasma lebih mendominasi dibandingkan eritrosit, kenaikan eritrosit dipengaruhi oleh meningkatnya eritropoetin ginjal pada trimester ke 3). Akibat kenaikan eritrosit tidak sebanding dengan kenaikan volume plasma, maka
  • 32. 32 terjadilah hemodilusi dan penurunan konsentrasi Hb dari 15g/dL menjadi 12,5 g/dL, bahkan hingga 11 g/dL. Namun pada kehamilan lanjut, kadar Hb < 11g/dL merupakan suatu kelainan dan berhubungan dengan defisiensi zat besi daripada hipervolemia. (sehingga membutuhkan supply zat besi sebanyak kurang lebih 1000mg atau rata- rata 6-7 mg/hari). Selain itu kadar Retikulosit juga meningkat selama kehamilan, hal ini dikarenakan adanya hiperplasia pada erythroid di sumsum tulang belakang. Jumlah leukosit akan meningkat yakni berkisar antara 5.000 – 12.000 /ul dan mencapai puncaknya pada saat persalinan dan masa nifas berkisar 14.000 – 16.000 /ul. Penyebabnya peningkatan ini belum diketahui. Respons yang sama diketahui terjadi selama dan setelah melakukan latihan yang berat. Distribusi tipe sel juga akan mengalami perubahan. Pada kehamilan, terutama trisemester ke-tiga, terjadi peningkatan jumlah granulosit dan limfosit CD8 T dan secara bersamaan penurunan limfosit dan monosit CD4 T. Pada awal kehamilan aktivitas leukosit alkalin fosfatase juga akan meningkat. Demikian juga konsentrasi dari penanda inflamasi seperti C-reactive protein (CRP). Suatu reaktan serum akut dan erythrocyte sedimentation rate (ESR) juga akan meningkat karena peningkatan plasma globulin dan fibrinogen. Kehamilan juga mempengaruhi keseimbangan koagulasi intravaskular dan fibrinolysis sehingga menginduksi suatu keadaan hiperkoagulasi. Dengan pengecualian pada factor XI dan XIII, semua konsentrasi plasma dari factor-faktor pembekuan darah dan fibrinogen akan meningkat. Produksi platelet juga meningkat, tetapi karena adanya dilusi dan konsumsinya, kadarnya akan menurun.  Sistem kardiovaskular Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vascular sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke-10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga juga terjadi peningkatan preload.
  • 33. 33 Performa ventrikel selama kehamilan dipengaruhi oleh penurunan resistensi vascular sistemik dan perubahan pada aliran pulsasi arterial. Kapasitas vascular juga akan meningkat untuk memenuhi kebutuhan. Peningkatan estrogen dan progesterone juga akan menyebabkan terjadinya vasodilatasi dan penurunan resistensi vascular perifer. Ventrikel kiri akan mengalami hipertrofi dan dilatasi untuk memfasilitasi perubahan cardiac output, tetapi kontraktilitasnya tidak berubah. Bersamaan dengan perubahan posisi diafragma, apeks akan bergerak ke anterior dan ke kiri, sehingga pada pemeriksaan EKG akan terjadi deviasi aksis kiri, depresi segmen ST, dan inverse atau pendataran gelombang T pada lead III. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran. Penekanan pada aorta ini juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Selama trisemester terakhir posisi terlentang akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan posisi miring. Karena alasan inilah tidak dianjurkan ibu hamil dalam posisi terlentang pada akhir kehamilan.  Sistem pernafasan Diafragma pada ibu hamil akan meningkat sebanyak 4cm.
  • 34. 34 Gambar 5. Perubahan diafragma, dikutip dari Williams obs, 23rd ed. Frekuensi pernapasan ibu hanya mengalami sedikit perubahan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut. Perubahan ini mencapai puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti awal dalam 23 minggu paska persalinan.  Traktus digestivus Seiring dengan semakin besarnya uterus, posisi lambung dan usus akan bergeser, hal ini juga terjadi pada apendiks yang akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus (mengakibatkan mual dan konstipasi); penurunan sekresi asam hidroklorid (mengakibatkan mual); serta penurunan peptin di lambung sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagian bawah. Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama kehamilan akan muncul, tetapi setelah kehamilan akan berkurang secara spontan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi
  • 35. 35 sebagai akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian bawah karena pembesaran uterus. Hepar tidak mengalami perubahan secara anatomik maupun morfologik selama kehamilan, akan tetapi fungsi hati kadar alkalin fosfatase akan meningkat hampir 2x lipat, dan serum aspartat transamin; alanin transamin; γ-glutamil transferase; albumin; dan bilirubin akan menurun.  Traktus urinarius Pada bulan-bulan awal kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan keadaan sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu akan timbul kembali. Ginjal akan membesar, GFR & renal plasma flow akan meningkat. Pada hasil eskresi ginjal akan ditemukan asam amino & vitamin yang larut air dalam jumlah yang lebih banyak; glukosa pada urin juga sering ditemukan namun kemungkinan diabetes mellitus perlu tetap diperhitungkan, selain itu creatinine clearance juga lebih tinggi 30%. Pada ureter akan ditemukan adanya dilatasi yang tampak lebih besar pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri. Hal ini dikarenakan ureter kiri dilindungi oleh kolon sigmoid dan adanya tekanan yang kuat pada sisi kanan uterus sebagai konsekuensi dari dekstrorotasi uterus. Ovarium kanan dengan posisi melintang diatas ureter kanan juga diperkirakan sebagai faktor penyebabnya. Penyebab lainnya diduga karena hormon progesteron.  Sistem endokrin Selama kehamilan normal, kelenjar hipofisis akan membesar kurang lebih 135 %, tetapi hal ini tidak begitu mempunyai arti penting bagi kehamilan. Hormon laktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm. Sebalikya setelah persalinan konsentrasinya akan menurun pada plasma. Hal ini juga ditemui pada ibu-ibu menyusui.
  • 36. 36 Kelenjar tiroid juga akan mengalami pembesaran hingga 15 mL pada saat persalinan dikarenakan hiperplasia kelenjar dan meningkatnya vaskularisasi. Selain itu, pengaturan konsentrasi kalsium, sangat berhubungan erat dengan magnesium, fosfat, hormon paratiroid, vitamin D, dan kalsitonin. Sehingga apabila ada gangguan dari salah satu faktor ini akan menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Konsentrasi plasma hormon paratiroid akan menurun pada trimester pertama dan kemudian akan meningkat secara progresif. Aksi yang penting dari hormon paratiroid ini adalah untuk memasok janin dengan kalsium yang adekuat. Selain itu juga untuk produksi peptida pada janin, plasenta, dan ibu. Kelenjar adrenal akan mengecil, sedangkan hormon androstenedion, testosteron, dioksikortikosteron, aldosteron dan kortisol akan meningkat. Tetapi dehidroepiandrosteron akan menurun.  Sistem muskuloskeletal Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada kehamilan. Hal ini diakibatkan oleh kompensasi dari pembesaran uterus ke posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai. Sendi sakroiliaka, sakrokokigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung terutama pada akhir kehamilan.
  • 37. 37 BAB III KESIMPULAN Pada wanita tidak hamil pasti akan mengalami perubahan siklus pada ovarium dan uterus. Kedua siklus ini disebut sebagai siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ini terjadi secara berkesinambungan dan bersamaan. Siklus ovarium terdiri dari 3 fase yakni fase folikular, fase ovulasi dan fase luteal. Fase folikular atau fase preovulasi yang berlangsung selama 10-14 hari dimana terjadi pematangan dari folikel primer menjadi folikel sekunder kemudian menjadi folikel dominan dan folikel de graaf yang mengandung oosit sekunder yang siap untuk di keluarkan dari folikel untuk ditangkap oleh fimbriae dari tuba falopi Selanjutnya, fase ovulasi, dimana terdapat lonjakan dari hormon LH memicu sekresi prostaglandin, progesterone, dan peningkatan FSH sehingga terjadi proses pecahnya dinding folikel dan keluarnya oosit sekunder. Sementara saat oosit sekunder telah keluar dari folikel, maka folikel de graaf mengalami proses luteinisasi dan berubah menjadi korpus luteum. Korpus luteum mampu mengahasilkan hormone seperti progesterone, estrogen, dan androgen. Hormon-hormon tersebut berguna untuk mempersiapkan dinding uterus untuk proses implantasi apabila ovum dibuahi. Namun dalam 9-11 hari jika tidak terjadi pembuahan maka korpus luteum akan regresi, hormone-hormone yang dihasilkan kadarnya akan menurun, dan kembali ke fase folikular. Pada siklus uterus, terdapat 4 fase. Yakni fase proliferasi, fase sekresi, fase implantasi, dan fase deskuamasi. Fase proliferasi dikaitkan fase folikuler dimana terjadi folikulogenesis yang menghasilkan steroid seks (estrogen) memicu pertumbuhan dinding endometrium untuk kembali menebal. Setelah itu berlanjut ke fase sekresi, atau fase implantasi apabila terdapat pembuahan yang nantinya akan berlanjut menjadi suatu kehamilan , dan yang terakhir adalah fase deskuamasi dimana ketebalan endometrium mulai menurun, terjadi apoptosis dan pelepasan dinding endometrium. Apabila waktu coitus bertepatan dengan masa subur seorang wanita atau terjadinya ovulasi, maka kemungkinan untuk terjadinya suatu kehamilan sangatlah besar. Setelah ovum dibuahi oleh sperma maka terjadilah fertilisasi, dan kemudian akan terus bertumbuh hingga terjadi proses implantasi dan janin akan mulai berkembang. Selain perkembangan janin, terdapat pula beberapa perubahan pada fungsi anatomi serta fisiologi pada ibu. Yakni meliputi sistem reproduksi, pernafasan, kardiovaskular, kulit, payudara, muskuloskeletal, endokrin, hematologi, hingga metabolisme.
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA 1. Tortora, Gerrad J., Derrickson, Bryan. Principles of Anatomy and Physiology Maintanence and Continuity of the Human Body, 13th ed. New Jersey: John Wiley and Sons,Inc; 2012. 2. Prawihardjo S. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2011. 3. Prawihardjo S. Ilmu Kebidanan. 4th ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo; 2014. 4. Cunningham FG, Gant NF, Laveno JK, Gauth JC, Gilstrap LC, Wenstron KD. Maternal Physiology. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGrawHill Medical Publishing Division. 2010. 5. Rajkovic A, Stephanie AP, Martin MM. Follicular Development : Mouse, Sheep and Human Model. In. Neill Jimmy D. Knobil and Neill’s Physiology of Reproduction. 3rd ed. London: Elsevier. 2006: 383-424 6. Sadler TW. Medical Embryology. 12th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins. 2001.