2. DEFINISI dan KLASIFIKASI
Hipertensi adalah suatu penyakit, dimana tekanan darah
arteri (BP) terus mengalami peningkatan.
(Dipiro, et al., 2017. hal : 497)
(Dipiro, et al., 2017. hal : 501)
Klasifikasi SBP (mmHg) DBP (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
2
3. ETIOLOGI
3
Etiologi hipertensi :
1. Hipertensi primer atau esensial, yaitu
hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui.
Hipertensi jenis ini, tidak dapat disembuhkan
tetapi masih bisa dikendalikan.
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi yang
penyebabnya diketahui. Hipertensi jenis ini,
masih ada kemungkinan untuk bisa
disembuhkan. (Dipiro, et al., 2017. hal : 498)
4. PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor yang mengontrol tekanan darah merupakan komponen
potensial yang berkontribusi dalam pengembangan terjadinya hipertensi esensial.
Dalam hal ini, termasuk kerusakan pada sistem humoral (sistem renin-angiotensin-
aldosterone (RAAS)) maupun mekanisme vasodepresor, mekanisme neuron menjadi
abnormal, kerusakan pada autoregulasi perifer, dan adanya gangguan natrium, kalsium,
dan hormone natriutetik. Dari beberapa faktor di atas, secara kumulatif dipengaruhi
oleh keberagaman RAAS yang mana berpengaruh terhadap tekanan darah arteri.
(Dipiro, et al., 2017. hal : 499)
4
5. KASUS
Bp. TS (70 tahun, BB 65 kg, TB 170 cm) seorang purnawirawan datang ke poli penyakit dalam dengan keluhan
nyeri pada jari-jari kaki yang dialami sejak 1 minggu yang lalu. Bp. TS memiliki riwayat hipertensi sejak 1 tahun
yang lalu dan diterapi menggunakan HCT 25 mg 1x1 tab. Kedua orang tua Bp. TS menderita hipertensi dan
sudah meninggal.
Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 9 Maret 2019
TD: 140/80 mmHg Na: 140 mEq/L (135-145 mEq/L) Kolesterol total: 180 mg/dL (N: <
200 mg/dL)
RR: 22 X /menit K: 3,5 mEq/L (3,3-4,9 mEq/L) Trigliseride: 115 mg/dL (N: < 150
mg/dL)
HR: 110 X/ menit GDP: 110 mg/dL (N: < 126 mg/dL) Sr kreatinin: 0,8 mg/dL (N: 0,8-
1,2 mg/dL)
T: 370C GDPP: 170 mg/dL (N: < 200 mg/dL) UA: 9,5 mg/dL (N: 3 - 8 mg/dL)
Diagnosa: hipertensi + hiperurisemia
Terapi : HCT 25 mg 1x1; Allopurinol 100 mg 1x1; Asam mefenamat 500 mg 3x1
5
6. PEMANTAUAN PASIEN
IDENTITAS PASIEN
6
Nama Pasien : Bp. TS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ruang : Poli penyakit dalam
Umur : 70 Tahun
BB/TB : 65 kg/ 170 cm
Tanggal MRS : 9 Maret 2019
Diagnosa : Hipertensi + Hiperurisemia
Alergi : -
7. SUBYEKTIF (saat masuk rumah sakit)
OBYEKTIF
Keluhan utama : Nyeri pada jari-jari kaki
Riwayat penyakit sekarang : Nyeri pada jari-jari kaki yang dialami sejak 1 minggu yang lalu;
Hipertensi; Hiperurisemia
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Kedua orang tua Bp. TS menderita hipertensi dan sudah meninggal.
Riwayat social : Tidak ada
TD : 140/80 mmHg
Suhu : 37
0
C
Nadi : 110 X/ menit
RR : 22 X/ menit
7
8. RIWAYAT PENGOBATAN PASIEN
Nama Obat : HCT
Nama Generik : Hydrochlorothiazide
Indikasi : Antihipertensi mild sampai moderate
Rute : Peroral
Dosis : 25 mg
Frekuensi : 1 x 1 hari 1 tablet
Lama penggunaan : 1 tahun
Efek/kesulitan : Nyeri pada jari-jari kaki
(DIH 17th Ed, 2009)
8
9. DATA LABORATORIUM
Parameter Satuan Nilai rujukan 9 Maret 2019
Sr Kreatinin mg/dL 0,8 - 1,2 0,8 (N)
Natrium mmol/L 134 – 145 140 (N)
Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 3,5 (N)
Asam Urat
mg/dL
2,4 – 5,7 (P)
3,4 – 8,0 (L)
9,5 (↑)
Elektrolit
9
10. Profil Lipid
Lain-lain
Parameter Satuan Nilai rujukan 9 Maret 2019
Kolesterol Total mg/dL <200 180 (N)
Trigliserid mg/dL <150 115 (N)
Parameter Satuan Niali rujukan 9 Maret 2019
Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL <126 110 (N)
Gula Darah 2 jam PP mg/dL <200 170 (N)
10
11. TERAPI PASIEN
Nama Obat Rute Dosis Frekuensi
Hydrochlorothiazide peroral 25 mg 1 x sehari
Allopurinol Peroral 100 mg 1 x sehari
Asam mefenamat Peroral 500 mg 3 x sehari
11
12. MEKANISME KERJA OBAT
Hidroklorotiazid
Menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal yang menyebabkan
peningkatan ekskresi natrium dan air serta ion potasium dan hidrogen.
(DIH 17th Ed, 2009)
Obat Sebelumnya
12
13. 1. Hidroklorotiazid
Menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal menyebabkan peningkatan ekskresi natrium dan air
serta ion potasium dan hydrogen.
2. Allopurinol
Allopurinol menginhibisi xanthin oksidase, yaitu merupakan enzim yang bertanggung jawab dalam
pengubahan dari hipoxanthin menjadi xanthin lalu menjadi asam urat. Allopurinol di metabolisme
menjadi oxypurinol yang juga merupakan inhibitor xanthin oksidase; allopurinol beraksi pada
katabolisme purin, mereduksi produksi dari asam urat tanpa menganggu biosintesis purin yang penting.
3. Asam Mefenamat
Menghambat secara reversibel enzim cyclooxygenase-1 dan 2 (COX-1 dan 2), yang berakibat pada
penurunan pembentukan precursor prostaglandin, memiliki sifat antipiretik , analgetik dan antiinflamasi.
(DIH 17th Ed, 2009)
Obat Sekarang
13
14. Obat yang
Direkomendasikan
1. Amlodipine
Menghambat ion kalsium kedalam bidang sensitif pada otot polos pembuluh darah dan
miokardium sewaktu depolarisasi, menghasilkan relaksasi otot polos vaskular koroner dan
vasodilatasi koroner, meningkatkan pasokan oksigen miokard pada pasien dengan angina
vasospastik.
2. Acetaminophen
Menghambat sintesis prostaglandin di sistem syaraf pusat dan menghalangi perifer
menimbulkan impuls nyeri, menghasilkan antipiretik dari penghambatan hipotalamus
sebagai pusat pengatur panas.
(DIH 17th Ed, 2009)
14
15. PROBLEM MEDIK DAN DRPs
Problem medik : HIPERTENSI
Subyektif : -
Obyektif : TD 140/80 mmHg
TERAPI :
Hidroklortiazid 25 mg 1 x sehari tab
15
16. Analisis
Tepat Indikasi :
Berdasarkan algoritma pengobatan hipertensi, pasien
yang tidak memiliki kontraindikasi dengan beberapa
penyakit diantaranya; gagal jantung dengan penurunan
fraksi ejeksi, post myocardial infark, coronary arteri
disease, diabetes, chronic kidney disease, reccurent
stroke prevention, firstline pengobatannya adalah ACEi,
ARB, CCB, atau Thiazid (Dipiro 10th, hal : 514). Bp. TS
diindikasikan menderita hipertensi (stage 1) sehingga
pemberian hidroklortiazid merupakan pilihan yang tepat
sesuai dengan indikasi. (TEPAT INDIKASI).
Tepat Obat
Berdasarkan algoritma pengobatan hipertensi,
pasien yang tidak memiliki kontraindikasi dengan
beberapa penyakit diantaranya; gagal jantung
dengan penurunan fraksi ejeksi, post myocardial
infark, coronary arteri disease, diabetes, chronic
kidney disease, reccurent stroke prevention, firstline
pengobatannya adalah ACEi, ARB, CCB, atau Thiazid
(Dipiro 10th, hal : 514). Bp. TS diterapi dengan
hidroklortiazid, yang sudah sesuai dengan drug of
choice penderita hipertensi stage 1. (TEPAT OBAT).
16
17. Tepat Pasien
Diuretik thiazid (hidroklortiazid) dalam
penggunaannya, memiliki kontraindikasi dengan
pasien yang memiliki riwayat penyakit
hiperurisemia (BNF edisi 76, hal : 165). Bp. TS
didiagnosis menderita hipertensi dan
hiperurisemia, sehingga penggunaan
hidroclorthiazid tidak tepat. (TIDAK TEPAT
PASIEN).
Tepat Dosis
Dosis hidroklortiazid dengan rute peroral,
yaitu 12,5 – 50 mg per hari (DIH 17, 2009).
Bp. TS diterapi dengan hidroklortiazid 25 mg
1x 1 tablet, sehingga sudah sesuai dengan
dosis yang dianjurkan. (TEPAT DOSIS).
17
18. DRPs : TIDAK TEPAT PASIEN
REKOMENDASI :
Hidroklortiazid diganti dengan firstline
lainnya, yaitu obat golongan CCB contohnya
Amlodipin (2,5 – 10 mg/hari) (Dipiro 10th,
hal : 518) dengan dosis 5 mg satu kali
sehari dengan rute peroral dan dosis
maksimum 10 mg per hari (DIH 17th Ed,
2009).
MONITORING :
Efektifitas obat:
TD < 150/90 mmHg (JNC-8)
ESO:
Angina, aritmia, hipotensi postural,
takikardia, (DIH 17th Ed, 2009) dan
hiperurisemia (Dipiro 10th, 2017)
18
19. Problem medik : HIPERURISEMIA
Subyektif : Nyeri pada jari-jari kaki
Obyektif :UA 9,5 mg/dL
TERAPI :
1. Allopurinol 100 mg 1 x 1 tab.
2. Asam Mefenamat 500 mg 3 x sehari.
19
20. Analisis
Tepat Indikasi
Allopurinol
Berdasarkan algoritma Dipiro 9th Ed, pasien hiperurisemia
firstlinenya diantaranya adalah XOI, Allopurinol, dan
Febuxostat. Bp. TS mendapatkan terapi dengan
Allopurinol 100 mg 1 x 1 tab, sehingga sudah tepat
indikasi. (TEPAT INDIKASI)
Asam Mefenamat
Pemberian asam mefenamat dimaksudkan untuk
mengurangi nyeri pada jari-jari kaki akibat dari
hiperurisemia (DIH 17th Ed, 2009). Sehingga tepat
indikasi.
Tepat Obat
Allopurinol
Berdasarkan algoritma Dipiro 9th Ed, pasien
hiperurisemia firstlinenya diantaranya adalah XOI,
Allopurinol, dan Febuxostat. Bp. TS mendapatkan
terapi dengan Allopurinol 100 mg 1 x 1 tab,
sehingga sudah tepat obat.
Asam Mefenamat
Pemberian asam mefenamat dimaksudkan untuk
mengurangi nyeri pada jari-jari kaki akibat dari
hiperurisemia (DIH 17th Ed, 2009). Sehingga tepat
obat.
20
21. Tepat Pasien
Allopurinol
Berdasarkan algoritma Dipiro 9th Ed, pasien
hiperurisemia diberikan allopurinol agar dapat
menurunkan kadar asam urat sehingga tercapai goal
terapi.
Asam Mefenamat
Asam mefenamat dikontraindikasikan pada lansia,
karena dapat menyebabkan tukak peptik atau
pendarahan tanpa gejala (DIH 17th Ed, 2009).
Sehingga tidak tepat pasien.
Tepat Dosis
Penggunaan tablet Allopurinol dan Asam
Mefenamat sudah tepat dosis (DIH 17th Ed, 2009)
21
22. DRPs : TIDAK TEPAT PASIEN
REKOMENDASI :
Penggantian asam mefenamat menjadi
Parasetamol dengan dosis : 500 mg 3 x
sehari tab (DIH 17th Ed, 2009).
MONITORING :
Goals therapy kadar asam urat < 6 mg/dL
(Dipiro 9th Ed, 2015).
ESO:
Ruam, mual, dan muntah (DIH 17th Ed,
2009).
22
23. DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
DRUG RELATED PROBLEMS
(DRPs)
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Korelasi obat dg masalah medis
(Correlation between drug therapy
& medical problem)
Adakah obat tanpa indikasi medis?
Adakah masalah medis yang tidak
diobati
Ketepatan Pengobatan
(Appropriate Therapy)
Apakah obat yang digunakan
efektif/ mencapai hasil yang
diinginkan (therapeutic outcome)?
Apakah obat yang digunakan
dikontraindikasikan untuk pasien?
Apakah obat yang digunakan
merupakan drug of choice ?
Apakah terapi non-obat
diperlukan?
23
24. DRUG RELATED
PROBLEMS (DRPs)
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah
tepat untuk pasien?
Apakah frekuensi pemberian
sudah tepat?
Apakah lama pemberian obat
sudah tepat?
Duplikasi terapi/Polifarmasi Adakah terjadi duplikasi
terapi?
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis
yang disebabkan oleh obat?
Terjadi hiperurisemia,
karena efek samping
dari penggunaan HCT
24
25. DRUG RELATED
PROBLEMS (DRPs)
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg
berdampak klinis?
Adakah interaksi obat- makanan
yg berdampak klinis?
Adakah interaksi obat-
pemeriksaan laboratorium yang
berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi
terhadap obat ?
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan
pasien terhadap penggunaan
obat?
Apakah pasien mengalami
hambatan/ kesulitan dalam
penggunaan obat?
25
26. KESIMPULAN REKOMENDASI
Untuk terapi hipertensi, penggunaan Hidroklortiazid diganti dengan firstline
lain yaitu golongan Kalsium Chanel Blocker yaitu Amlodipin dengan dosis 5
mg 1 x sehari 1 tablet.
Untuk terapi hiperurisemia, tetap digunakan Allopurinol dengan dosis 100
mg 1 x sehari 1 tablet.
Untuk meredakan nyeri, penggunaan asam mefenamat kurang tepat untuk
pasien geriatri sehingga perlu diganti dengan parasetamol yang lebih aman
untuk pasien geriatri dengan dosis 500 mg 3 x sehari 1 tablet.
26
27. KONSELING
Dilarang mengonsumsi makanan golongan A (hati, ginjal, otak, jantung, paru-paru, jeroan, udang,
kerang, ragi tape, alkohol, dan makanan dalam kaleng).
Mengurangi konsumsi makanan golongan B (daging sapi, kacang-kacangan kering, kembang kol,
bayam, buncis, jamur, daun singkong, dan daun pepaya).
Membatasi konsumsi lemak, banyak minum air putih, olahraga secara teratur, minimal 30 menit per
hari (senam aerobik).
Bahan makanan yang diperbolehkan diantaranya semua bahan makanan sumber karbohidrat dan
semua jenis buah-buahan.
Meminum obat yang diberikan secara teratur, melakukan kontrol tekanan darah secara teratur, dan
mengontrol penggunaan obat allopurinol (jangan diminum ketika serangan akut terjadi).
27
28. DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J.A., Lacy,C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, and Lance, L.L., 2009, Drug Information
Handbook, 17th edition, Lexi-Comp for the American Pharmacists Association.
BNF, 2018, British National Formulary 76th Edition, BMJ Publishing Group, London.
Dipiro. Et al, 2015, Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 9th Edition, Mc Graw Hill, New
York.
Dipiro. Et al, 2017, Pharmacoterapy a Phatophysiologic Approach 10th Edition, Mc Graw Hill, New
York.
JNC 8, 2013. 2014 Evidence-Based Guideline for theManagement of High Blood Pressure in Adults
Report From the PanelMembers Appointed to the Eighth Joint National Committee.
Amerika:JAMA.
Khanna et al., 2012. "American College of Rheumatology Guidelines for Management of Gout. Part
2: Therapy and Antiinflammatory Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis". Arthritis Care &
Research, 64(10), 1447–1461.
28