SlideShare a Scribd company logo
1 of 55
Download to read offline
LAPORAN PTS


         UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN
REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI
              KABUPATEN PANDEGLANG




                         Oleh :
                 SUMARSO, S.Pd.,M.Pd.
                NIP : 196912131997021001
               NUPTK : 5545747649200003




      DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG
            SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI
                         2010
HALAMAN PENGESAHAN




          UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN
 REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI
               KABUPATEN PANDEGLANG




                                 Oleh :

                      SUMARSO, S.Pd.,M.Pd.
                     NIP : 196912131997021001
                     NUPTK : 5545747649200003




  Laporan PTS ini Telah Diperiksa dan Disyahkan untuk Dipresentasikan
  Pada Kegiatan In Service Learning II Diklat Penguatan Kepala Sekolah
                                   Di
                         LPMP Provinsi Banten




             Hari / Tanggal : ………………………………..



 Mengetahui :                                   Kepala SMPN 3 Mandalawangi
 Pengawas SMP                                   Kabupaten Pandeglang




 H. ENDANG SUTISNA, S.Pd.                      SUMARSO, S.Pd.,M.Pd
 NIP : 196106151986031012                      NIP : 196912131997021001
UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU
    DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN
     REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI
                   KABUPATEN PANDEGLANG


                                       ABSTRAK


Peningkatan mutu pembelajaran disekolah sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor
yang sangat penting antara lain adalah penerapan budaya sekolah kearah peningkatan
mutu. Budaya sekolah merupakan hal yang positif yang harus dipertahankan dan
dilaksanakan oleh semua warga sekolah tanpa merasa terpaksa.
Budaya sekolah yang harus dipertahankan salah satunya adalah masalah kedisiplinan,
termasuk disiplin para guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar.
Untuk meningkatkan disiplin para guru dapat diupayakan melalui bermacam-macam
cara.
Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, dicobakan tindakan berupa penerapan
Reward and Punishment untuk para guru di SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten
Pandeglang.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, karena dari hasil penelitian dan analisa data,
ternyata pada siklus kedua, kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar
mengajar meningkat dan memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 75%.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru
dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan
penerapan Reward and Punishment kepada guru.


Kata Kunci : Disiplin Guru, Reward and Punishment




                                             i
KATA PENGANTAR


        Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat,

hidayah, dan pertolongan-Nya PTS yang berjudul “Upaya Meningkatkan Disiplin Guru

dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui Penerapan Reward and Punishment di

SMP Negeri 3 Mandalawangi Kabupaten Pandeglang” dapat diselesaikan.

        PTS ini merupakan hasil penelitian penulis dalam rangka rangka Diklat Penguatan

Kepala Sekolah oleh LPMP Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya dari

penulis untuk berupaya meningkatkan disiplin guru dalam proses belajar mengajar.

        Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PTS ini masih banyak yang perlu

diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi

untuk perbaikan dimasa mendatang.

        Dalam kesempatan ini perkenankanlah Penulis menyampaikan terima kasih

kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian PTS ini,

antara lain :

1. Bapak Drs. Muhamad Nur, M.Pd. selaku Kepala LPMP Provinsi Banten;

2. Bapak Drs. Undang Suhendar, M.Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

    Pandeglang;

3. Bapak H. Endang Sutisna, S.Pd. Pengawas SMP yang telah memberikan arahan dan

    bimbingan;

4. Bapak Iwan Hermawan, S.Pd. selaku Ketua Tim PTS di SMP Negeri 3

    Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang;

5. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang yang

    telah berperan aktif dalam kegiatan penelitian ini;

                                             ii
6. Siswa-siswi SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang yang telah

   membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini;

7. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan serta kerjasama dari awal sampai

   akhir penyusunan tesis ini.

      Akhirnya penulis berharap, PTS ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya.



                                                Pandeglang,    November 2010

                                                Penulis




                                        iii
DAFTAR ISI



Abstrak ……………………………………………………..………………….                                   i
Kata Pengantar     ……………………………………..…………………………                           ii
Daftar Isi   ………………………………………..……………………….........                        iv


BAB I        PENDAHULUAN                 ……………………..………………….........      1
             A. Latar Belakang          ……………………………..…………………             1
             B. Identifikasi Masalah          …………………………………………..         3
             C. Pembatasan Masalah            …………………………………………..        4
             D. Rumusan Masalah           …………………………………………….             4
             E. Tujuan Penelitian             ………………….………………………...       4
             H. Manfaat Penelitian            …………….……………………….......    4
             G. Definisi Istilah              …………………….…………………….         5


BAB II       KAJIAN PUSTAKA                   ……………….…………………………          6
             A. Deskripsi Sekolah       ……………………….………………………..            6
             B. Kajian Teori …………………………..               ………………………….      6




BAB III      METODE PENELITIAN                      ………………………………………     31
             A. Pentahapan Penelitian         …………….……………………………..       31
             B. Lokasi dan Waktu Penelitian            ………..……………………    33
             C. Subjek Penelitian ………………………………………………..             ..   67
             D. Tindakan ……………….              …………………………………………          70
             E. Teknik Pengumpulan Data         …………….…………………………        82
             F. Instrumen Penelitian ………………            …………………………….     34
             G. Teknik Analisa Data ………………             …………………………….     35




                                               iv
BAB IV   SIKLUS TINDAKAN ……………………………….      ……………..   36
         A. Siklus 1 ………………   …………………………………………..      36
         B. Siklus 2 ……   ……………………………………………………..      41


BAB V    KESIMPULAN DAN SARAN       ……………………………………    46
         A. Kesimpulan …………………………………………………………...      46
         B. Saran   ………………………………………………………………….        46


DAFTAR PUSTAKA       ………………………………………………………………         47
LAMPIRAN     ………………………………………………………………………..            49




                                v
BAB I
                                PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

           Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa

   Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

   bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan

   ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan.


           Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka

   diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah

   terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di

   sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan

   melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan

   kondisi siswanya dalam menerima pelajaran.


           Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil

   belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang

   efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik profesional dengan

   tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia

   dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara

   pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota

   masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan

   pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru

   diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua

                                                                                  1
ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung

jawab.

         Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, kedisiplinan guru dan pegawai

adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada

dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan

anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan

(pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap

disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap

hasil pendidikan yang jauh lebih baik.

         Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor

diantaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan penting dalam

keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik

tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran.

         Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai

seorang pendidik. Pendidik adalah seiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi

orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam

Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki

kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas

mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci.

Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran

utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak

kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah

“manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada



                                                                                2
Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk

   mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat

   dibutuhkan.

            Keteladanan guru dapat dilihat dari prilaku guru sehari-hari baik didalam

   sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru juga

   menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar

   dan pendidik.

            Fakta dilapangan yang sering kita jumpai disekolah adalah kurang

   disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk kedalam kelas pada saat

   kegiatan pembelajaran dikelas.

            Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

   tindakan sekolah dengan judul : ”Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam

   Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui penerapan Reward and Punishment di SMP

   Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.”



B. Identifikasi Masalah

            Masalah-masalah yang mendasari dari penelitian ini adalah :

   1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah.

   2. Masih kurangnya disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas.

   3. Guru masih sering terlambat masuk kelas.




                                                                                      3
C. Pembatasan Masalah

               Penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan disiplin guru dalam

   kehadiran mengajar dikelas melalui penerapan Reward and Punishment.



D. Rumusan Masalah

               Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah penerapan Reward

   and Punishment dapat meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar

   dikelas?”



E. Tujuan Penelitian

               Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari alternatif pemecahan

   masalah sebagai upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas

   melalui penerapan Reward and Punishment.



F. Manfaat Penelitian

               Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sbb :

   1. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam

      memecahkan berbagai masalah disekolah melalui kegiatan penelitian.

   2. Bagi guru diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan

      kedisiplinan dalam kehadiran.

   3. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang

      dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran.




                                                                                   4
G. Definisi Istilah

             Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini

   timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata

   disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama,

   disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada

   pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan

   mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Menurut Kamus Bahasa

   Indonesia, disiplin adalah ketaatan pada peraturan (tata tertib). Dalam penelitian ini,

   disiplin dibatasi hanya pada kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar.

             Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

   membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

   pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan

   menengah. (UU No. 14, Tahun 2005)

             Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru

   hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik,

   kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan

   jenjang pendidikan tertentu.

             Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan dan

   hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi saja

   termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang disiplin dalam

   kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran atau hukuman kepada

   guru yang sering terlambat masuk kelas.



                                                                                         5
BAB II
                               KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Sekolah

            SMP Negeri 3 Mandalawangi adalah merupakan salah satu dari lima SMP

   negeri yang berada di wilayah Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.

   Terletak dikaki Gunung Pulosari sehingga mempunyai hawa yang sejuk dan

   pemandangan yang indah. SMP Negeri 3 Mandalawangi, beralamat di JL. Raya Pari,

   KM.15, Desa Nembol, Kecamatan Mandalawangi.

            Jarak sekolah dari Ibu Kota Kabupaten, lebih kurang adalah 15 Km, dan

   jarak dari Ibu Kota Kecamatan, lebih kurang 2,5 Km. Sekolah ini berdiri pada tahun

   2003. Jumlah guru sekarang berjumlah 23 Orang, dan jumlah siswa sebanyak 481

   orang.



B. Kajian Teori

            Di masa lalu, kepala sekolah yang berperan sebagai manajer yang efektif

   telah dianggap cukup. Di masa itu, kebanyakan kepala sekolah diharapkan mentaati

   ketentuan dan kebijakan Dinas Pendidikan, mengatasi isu-isu ketenagaan, pengadaan

   fasilitas dan infrastruktur, menyesuaikan anggaran, memelihara agar gedung sekolah

   nyaman dan aman, memelihara hubungan dengan masyarakat, memastikan kantin

   sekolah dan UKS berjalan lancar. Semua ini masih tetap harus dilakukan oleh kepala

   sekolah. Akan tetapi, sekarang kepala sekolah harus melakukan hal yang lebih dari

   semua itu.




                                                                                   6
Berbagai penelitian menunjukkan peran kunci yang dapat dilakukan kepala

sekolah agar dapat meningkatkan belajar dan pembelajaran, jelas bahwa kepala

sekolah harus berperan sebagai leaders for learning (The Institute for Educational

Leadership, 2000). Para kepala sekolah harus mengetahui isi pelajaran dan teknik-

teknik pedagogis. Para kepala sekolah harus bekerja bersama guru untuk

meningkatkan keterampilan. Kepala sekolah harus mengumpulkan, menganalisis, dan

menggunakan data dengan cara-cara yang menumbuhkan keunggulan. Mereka harus

berkumpul siswa, guru, orang tua, organisasi-organisasi layanan sosial dan kesehatan.

Organisasi kepemudaan, dunia usaha, warga sekitar sekolah untuk meningkatkan

kinerja siswa. Selanjutnya para kepala sekolah itu juga harus memiliki keterampilan

dan pengetahuan kepemimpinan dalam rangka memanfaatkan kewenangannya untuk

mencari strategi-strategi yang diperlukan.

         Mereka seharusnya melakukan itu semua, akan tetapi sayang, sering

dijumpai bahwa mereka tidak melakukannya. Meskipun masyarakat pada umumnya

memberi sorotan kepada kepala sekolah ketika hasil Ujian Nasional siswa

diumumkan dan mengajukan usul untuk memberi sanksi apabila sekolah tidak

menunjukkan hasil sebagaimana diharapkan, para kepala sekolah di masa lalu tidak

banyak melalukan persiapan atau melakukan pengembangan keprofesionalan

berkelanjutan untuk membekali diri dalam rangka melaksanakan peran baru tersebut.

Pihak pemerintah daerah, atau dinas pendidikan, selama ini juga lebih banyak mendo-

rong kepala sekolah untuk sekedar mentaati peraturan yang ada, berusaha untuk

mengelola tuntutan menjalankan kepala sekolah yang berlipat ganda di era




                                                                                   7
meningkatnya harapan, kebutuhan siswa yang kompleks, akuntabilitas yang terus

meningkat, peningkatan keberagaman, dan sabagainya.

         Tidak ada alternatif lain, masyarakat di seluruh negeri ini harus “reinvent

the principalship” untuk memampukan para kepala sekolah dalam menghadapi

tantangan abad 21, dan untuk menjamin para pemimpin bagi belajar siswa yang

dibutuhkan untuk membimbing agar sekolah dan siswanya yang dipimpinnya

mencapai keberhasilan.

        Pendidikan   bukan    hanya    sekedar   mengawetkan     kebudayaan     dan

meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan pendidikan ini

dapat mengubah dan mengembangkan suatu pengetahuan. Pendidikan bukan hanya

menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, namun harus dapat meramalkan

berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus

menemukan cara yang tepat dan cepat dikuasai oleh anak didik.(Budiningsih,2005).

        Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang tentu sesuai tingkat

pendidikan yang diikutinya. Semakin tinggi pendidikan, maka di asumsikan semakin

tinggi pula tingkat pengetahuan. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pendidikan

dapat meningkatkan kesejahteraan, karena seseorang yang berpendidikan atau

memiliki pendidikan tersebut dapat terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan.

Dapat ditegaskan fungsi pendidikan adalah membimbing anak didik ke arah suatu

tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil

membawa anak didik kepada tujuan itu (Sagala, 2003).

         Pada kegiatan belajar mengajar tenaga kependidikan (guru) merupakan

suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru sebagai



                                                                                   8
tenaga pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola

kegiatan belajar mengajar, serta seperangkat lainnya yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Berdasarkan atas tugas

mengajarnya, maka dia harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan

kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Kedudukan guru dipahami demikian penting

sebagai ujung tombak dalam pembelajaran dan pencapaian mutu hasil belajar peserta

didik (Sagala, 2003).

         Keberhasilan siswa dalam pembelajaran serta peningkatan mutu sekolah

tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja, akan tetapi menjadi

tanggung jawab bersama antara, guru, orang tua atau masyarakat serta pemerintah.

         Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian

sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas

dapat disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness

to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai

perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan

global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud mutu

sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan pendidikan itu

sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Garvin seperti dikutip Gaspersz

mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis

karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3) kehandalan

(reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan

(servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan

yang bersifat subjektif. Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa



                                                                                      9
mutu sekolah atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti

gedung dan jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang

berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut

yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami kualitas

pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah

sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen yang

membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan hasil.

            Kinerja guru menjadi salah satu unsur dalam upaya peningkatan mutu

sekolah. Kinerja guru meliputi kedisiplinan guru dan etos kerja. Apabila kedisiplinan

telah menjadi budaya sekolah, maka arah pencapaian peningkatan mutu sekolah akan

tercapai.

            Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau

falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen

sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di

sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah.

Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang

diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku

alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama

diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa

dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad

Sudrajat, 2010).


            Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya

sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka

                                                                                   10
seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal

maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan

dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa

kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6)

dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain beberapa

manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan kelompok adalah : (1)

meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4)

pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin

berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin

memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.


         Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada

beberapa prinsip berikut ini.


1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan budaya sekolah

   harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi,

   dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi

   tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang

   nyata mengenai penciptaan budaya sekolah.

2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi merupakan dasar

   bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan

   pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan

   komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu

   digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.



                                                                                 11
3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi

   adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah

   menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu.

   Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin

   mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.

4. Memiliki Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang

   oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan

   program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan

   program merupakan dua hal yang selalu berkaitan.

5. Berorientasi Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada

   sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan

   mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.

6. Sistem Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya

   sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek,

   sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi

   terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan

   mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan.

7. Memiliki Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah

   sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya

   sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari

   pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.

8. Keputusan Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah

   pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan



                                                                              12
secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun

   pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi

   dalam melaksanakan keputusan tersebut.

9. Sistem Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai

   dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang.

   Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang

   menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya

   sekolah.

10. Evaluasi Diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui

   masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan

   menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri.

   Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi

   pengembangan budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh

   untuk mengukur budaya sekolah.


Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, upaya pengembangan budaya

sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini:


1. Kerjasama tim (team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah

   merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai

   tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama

   merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau

   sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah.




                                                                            13
2. Kemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan

   tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran,

   kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik

   tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik.

3. Keinginan. Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk

   melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa

   dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi

   dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk

   memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam

   melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri

   pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan

   kepada siswa dan masyarakat.

4. Kegembiraan (happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh

   personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi

   pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas,

   nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu

   dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang

   indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik

   dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.

5. Hormat (respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan

   penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan

   stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan

   tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah



                                                                                  14
kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi

   senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan

   memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan

   penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang

   secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan

   sebagaianya.

6. Jujur (honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam

   lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada

   orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan

   pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang

   obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu

   budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa

   dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola

   keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan

   tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah

   yang baik.

7. Disiplin (discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan

   dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan

   dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran

   dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu

   sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang

   harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat

   pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan



                                                                               15
merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung

   dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya

   berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah

   tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf.

8. Empati (empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat

   merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam

   perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam

   berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami

   penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu

   menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati

   warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena

   dilandasi oleh perasaan yang saling memahami.

9. Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah

   yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja

   akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut

   para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam

   memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan

   masyarakat.


Penerapan budaya sekolah termasuk penerapan disiplin semua warga sekolah dapat

terwujud apabila semua warga sekolah mempunyai komitmen yang kuat untuk

mewujudkannya.




                                                                                16
Penerapan   disiplin   warga   sekolah,   khususnya   disiplin   guru   dalam

melaksanakan proses belajar mengajar sangat berkit kepada kinerja guru itu sendiri.

Kinerja atau prestasi kerja guru dalam mengemban tugas keprofesionalan seperti

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

merupakan aspek utama dalam meningkatkan kecerdasan siswa yang membawa pada

peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan. Kinerja diartikan sebagai tingkat

atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya.

Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil

dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam

mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja

dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara

seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil

kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang

diberikan kepadanya.

       Apabila disiplin guru telah dilaksanakan dengan baik dan kinerja guru juga

baik, serta didukung oleh faktor-faktor lain yang mendukung maka akan tercipta

kondisi sekolah yang kondusif yang pada akhirnya tujuan sekolah untuk menjadi

sekolah yang bermutu akan dapat tercapai

       Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah

sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas

dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku,

dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis



                                                                                 17
maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan

sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi

(Mangkunegara, 2000 : 129).

       Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam

bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan

sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan

melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal

dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan

kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja

sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang

sudah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat

kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan

kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4)

keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan

(8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213).

       Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia

yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin

maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal (Sedarmayanti, 221:10).

       Heidjrachman dan Husnan, (2002: 15) mengungkapkan “Disiplin adalah

setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap

perintah” dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan

seandainya tidak ada perintah”. Menurut Davis (2002: 112) “Disiplin adalah tindakan

manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini



                                                                                18
adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan

pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada

diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”.

       Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan

kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peratuan yang berlaku dalam organisasi.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil telah diatur secara jelas bahwa kewajiban yang harus ditaati

oleh setiap pegawai negeri sipil merupakan bentuk disiplin yang ditanamkan kepada

setiap pegawai negeri sipil. Menurut Handoko (2001: 208) disiplin adalah kegiatan

manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan

pendisiplinan yaitu preventif dan korektif. Dalam pelaksanaan disiplin, untuk

memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka pemimpin dalam usahanya perlu

menggunakan pedoman tertentu sebagai landasan pelaksanaan.

       Menurut Nitisemito (1986:199) menyatakan masalah kedisiplinan kerja,

merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan adanya kedisiplinan,

dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (1993:104) memandang disiplin melalui

adanya hukuman. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk

ketaatan dari perilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun

peraturan-peraturan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan

dalam suatu organisasi atau perusahaan (Subekti D., 1995).

       Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua

kegiatan pendisiplinan :



                                                                                  19
1. Preventif, pada pokoknya, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin

   diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau aturan.

   Sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah.

2. Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan

   dan     mencoba    untuk    menghindari      pelanggaran-pelanggaran   lebih   lanjut

   (Heldjrachman dkk, 1990).

         Perlu   disadari   bahwa       untuk   menciptakan   disiplin    kerja   dalam

organisasi/perusahaan dibutuhkan adanya :

a. Tata tertib/ peraturan yang jelas.

b. Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas.

c. Tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam

   organisasi.

         Menurut Byars and Rue (1995:357) menyatakan ada beberapa hal yang dapat

dipakai, sebagai indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu :

Ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang,

ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja.

Sedangkan De Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemukakan tipe permasalahan

dalam kedisiplinan, antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan

kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja.

         Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan

organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin

tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi

guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja



                                                                                     20
di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain,

atau lingkungannya.

       Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran dikelas dalam

kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya

dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem

pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin

dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru untuk

mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d)

pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang

aturan kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan

kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah.

Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa

terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga

siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.


       Sekolah yang menegakkan disiplin akan menjadi sekolah yang berkualitas,

baik dari segi apapun juga, benarkah itu? Ini adalah bahasan sekilas dari satu sisi

namun justru sangat primer (proses belajar-mengajar saja), tapi ini banyak terjadi di

beberapa sekolah. Konon bagaimanapun atau apapun model dan kualitas inputnya

semua akan menjadi berkualitas, semua bisa dilakukan lewat disiplin. Mungkin ada

benarnya. Setidaknya membuat lingkungan sekolah berdisiplin, terutama disiplin

dalam belajar dan proses mengajar. Setidaknya pengkondisian dalam soal disiplin

akan membuat image tersendiri di lingkungan sekitar tentang kondisi sekolah.

Disiplin di sini diartikan ketaatan pada peraturan. Dari sini semuanya bermula,

                                                                                  21
sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar

realistik menuju suatu titik, yaitu kualitas tadi. Lalu mengapa banyak sekolah yang

mutunya rendah baik ditinjau dari nilai-nilai siswa, kinerja personal sekolah.

Jawabanya mungkin disebabkan masih belum jelasnya peraturan sehingga tidak

mudah diaplikasikan, atau buruknya pengawalan penerapan peraturan itu. Dalam hal

ini kekurangkonsistenan semua pihak. Bahkan kadang gurupun tidak tahu apa yang

harus dilakukan dalam kelas, sehingga ia hanya mengajar apa adanya terkesan

menghabiskan waktu mengajar saja.


       Banyak hal yang harus ditangani dalam ranah pendidikan di sekolah, tapi jika

itu terlalu berat mungkin bisa saja sedikit dikurangi hanya untuk hal belajar dan

mengajar saja. Selama ini yang terjadi di beberapa sekolah adalah seringnya kelas

kosong saat jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas

yang harus dikerjakan siswa. Ketidak masukan guru itu bisa saja karena kepentingan

dinas atau yang lain.


       Ketidak tepatan dalam hal guru masuk kelas sehingga jeda waktu pergantian

jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Komitmen guru

dalam hal ini kadang sering menjadi penyebabnya. Dalam manajemen sekolah,

biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih jika

komitmen guru dan siswa rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit majunya.


       Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward and

punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam

memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya.

                                                                                 22
Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam

dunia kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu

terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan

punishment?

Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep

manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para

pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang

dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan

suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga

bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau

meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan

sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang

positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini

adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan

membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat

pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.

Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang,

termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya

merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang

telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran

untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi




                                                                                 23
pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk

dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.


         Reward dan punishment dikenal sebagai ganjaran, merupakan dua metode

yang lazim diterapkan di sebuah organisasi, instansi, atau perusahaan yang

menargetkan adanya produktivitas kerja yang tinggi dari para karyawannya.


         Menurut Amaryllia, konsultan manajemen dan strategi dari Sien Consultan,

dalam sejarahnya, reward dan punishment kali pertama banyak diterapkan di bidang

penjualan (sales). Namun, kini metode tersebut banyak diadopsi oleh organisasi,

perusahaan yang bergerak di pelbagi bidang, bahkan dunia pendidikan.


        Penerapan reward dan punishment dalam dunia pendidikan dapat diterapkan

sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Penerapan reward dan punishment juga tidak hanya diterapkan kepada siswa yang

berprestasi atau yang melanggar tata-tertib, tetapi juga dapat diterapkan kepada guru-

guru agar mereka berdisiplin dalam mengajar untuk memenuhi tugas mereka

memberikan pelajaran kepada siswanya.


        Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi

seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode

ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja,

dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi

perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan

punishment?



                                                                                   24
Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep

manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para

pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang

dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan

suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga

bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau

meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya.


        Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward

merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk

reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi

alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada

seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang

dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah

yang lebih baik.


        Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi

seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan

kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan

produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan

jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya

berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi

lebih   baik,   termasuk   dalam    memotivasi    para   pegawai     dalam    bekerja.

Dalam proses penataan birokrasi menjadi efektif lagi menyenangkan, hendaklah



                                                                                   25
pemerintah dengan tegas memperhatikan dan menata sistem reward dan punishment.

Hal ini harus diimplemntasikan sampai level bawah pemerintahan. Dengan begitu,

diharapkan kualitas birokrasi meningkat, begitu pula kinerja aparat birorasi dalam

dunia kerja semakin bermutu. Reward yang diberikan pun harus secara adil dan bijak.

Jika tidak, reward malah menimbulkan rasa cemburu dan ”persaingan yang tidak

sehat” serta memicu rasa sombong bagi pegawai yang memperolehnya. Tidak pula

membuat seseorang terlena dalam pujian dan hadiah yang diberikan sehingga

membuatnya lupa diri. Oleh karena itu, prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam

pemberian reward.


        Sebaliknya,    jika   punishment    memang   harus   diberlakukan,   maka

laksanakanlah dengan cara yang bijak lagi mendidik, tidak boleh sewenang-wenang,

tidak pula menimbulkan rasa kebencian yang berlebihan sehingga merusak tali

silaturrahim. Dalam proses penataan birokrasi, hendaknya punishment yang diberikan

kepada pegawai yang melanggar aturan telah disosialisasikan sebelumnya. Dan

sebaiknya sanksi itu sama-sama disepakati, sehingga mendorong si terhukum untuk

bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan ikhlas.


        Selanjutnya hukuman yang diberikan bukanlah dengan kekerasan, tetapi

diberikan dengan ketegasan. Jika hukuman dilakukan dengan kekerasan, maka

hukuman tidak lagi memotivasi seseorang berbuat baik, melainkan membuatnya

merasa takut dan benci sehingga bisa menimbulkan pemberontakan batin. Di sinilah

dibutuhkan skill dari para pimpinan atau si pemberi punishment sehingga tujuan yang

diinginkan dapat tercapai secara efektif.



                                                                                26
Dalam konteks pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kedisiplinan

guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga

dapat meningkatkan motivasi guru untuk hadir tepat waktu pada kegiatan

pembelajaran didalam kelas.


        Bukanlah hal yang aneh kalau siswa sering mengeluh tentang ketidakhadiran

guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak pula asing kita dengan siswa mengeluh

tentang adanya guru yang menyampaikan pelajaran kurang dari waktu yang telah

ditentukan, atau menyampaikan materi seadanya. Yang ironis, ada pula guru yang

menuliskan kehadirannya di kelas padahal sebenarnya ia tidak menyampaikan

pelajaran kepada siswanya. Hal seperti ini tentu sangat mengecewakan siswa yang

serius untuk mengikuti perkuliahan.

        Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang

merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan, mengingat suatu kali mereka

mempunyai keperluan yang mendadak dalam waktu yang sama sehingga tidak

mengajar. Namun hal demikian menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau

keterlambatan mengajar dikelas selalu dan sering terjadi.

        Hal ini berdampak buruk terhadap proses pembelajaran. Pertama, siswa

menjadi kecewa, dan hal ini dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Siswa

memperoleh contoh yang buruk tentang kedisiplinan. Kedua, guru yang mengajar

dengan sungguh-sungguh merasa usahanya menjadi sia-sia dan sekaligus kecewa.

Apa yang mereka bangun dipatahkan oleh rekan seprofesinya. Belum lagi, apabila

guru yang disiplin dalam mengajar, memperoleh pendapatan yang sama dengan guru

yang jarang mengajar di kelas.

                                                                              27
Dampak dari guru yang malas untuk mengajar bukan semata ditanggung

mereka namun juga seluruh institusi atau warga sekolah.        Perilaku malas untuk

mengajar juga bisa menjadi virus bagi guru yang biasanya rajin mengajar


        Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi

seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward artinya

ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward

merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa

meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia,

senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik

secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang

menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah

dapat dicapainya.


        Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward

merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk

reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi

alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada

seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang

dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah

yang lebih baik.


        Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi

seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan

kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan

                                                                                   28
produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan

jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya

berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi

lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.


        Peran reward dan punishment bagi SDM inipun juga harus dibawa menjadi

bentuk participative. Likert (1967) menyebutkan dalam salah satu sistem manajemen

participative ini mengakui dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawi

para pekerja. Tidak saja kebutuhan faali, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Motivasi kerja tidak saja ditimbulkan melalui hadiah-hadiah ekonomis, tetapi juga

melalui partisipasi dalam kelompok dan keterlibatannya dalam menentukan tujuan-

tujuan pekerjaannya. Sikap kooperatif dan tenggang rasa (favorable) terhadap para

tenaga kerja lainnya dalam organisasi. Bentuk partisipasi pengambilan keputusan

dilakukan meluas dalam organisasi. Namun terintegrasi dengan baik. Dalam sistem

manajemen ini dapat dikatakan tidak dirasakan adanya hubungan ketergantungan

yang tidak seimbang dari bawahan terhadap atasan.


        Penerapan lain juga bisa diterapkan bagi karyawan atau aparatur

meningkatkan disiplin SDM aparatur yang masih rendah dengan perubahan perilaku

yang mendasar. Hal itu terjadi melalui revitalisasi pembinaan kepegawaian dan

proses pembelajaran dengan membangun komitmen kuat dalam mengemban tugas

sebagai pegawai negeri sipil, disertai pengembangan sistem reward dan punishment

yang tepat dan efektif (Bambang Nugroho, 2006). Pemberian rewards and




                                                                                 29
punishments sangat berkaitan dengan terlaksananya kedisiplinan guru dalam kegiatan

belajar mengajar dikelas.


        Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang

sangat strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah

satu faktor yang penting adalah adanya keteladanan (contoh) dalam kedisiplinan yang

diberikan oleh kepala sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan

oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, ”Ing Ngarso Sung Tuladha.”


Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada

semua wara sekolah agar tercipta budaya disiplin disekolah, yang pada akhirnya akan

meningkatkan mutu sekolah.




                                                                                30
BAB III

                              METODE PENELITIAN



A. Pentahapan Penelitian Tindakan

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

   Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi

   dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan

   Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, 2009 : 73). Penelitian tindakan sekolah

   merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi

   berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap

   suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang

   dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah / pembelajaran secara

   praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari

   pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari

   jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu

   tindakan perbaikan.

            Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan

   kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan

   rendahnya tingkat kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada proses kegiatan

   belajar mengajar. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menerapkan sebuah

   model pembinaan kepada guru berupa penerapan Reward dan Punishment yang

   dilakukan oleh kepala sekolah, kegiatan tersebut diamati kemudian dianalisis dan

   direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya.



                                                                                         31
Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc.

Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) yang kemudian diadaptasikan

dalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai

dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang

merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang

diungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis has created a well known

representation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model ini

karena dianggap paling praktis dan aktual.

         Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu :

1. Perencanaan

2. Pelaksanaan

3. Pengamatan

4. Refleksi

Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah dapat digambarkan seperti gambar

dibawah ini :

                                             Perencanaan


                            Refleksi          SIKLUS I         Pelaksanaan

                                              Pengamatan
                                              dan Evaluasi

                                             Perencanaan


                             Refleksi        SIKLUS II         Pelaksanaan

                                             Pengamatan
                                             Dan Evaluasi


                                        ?



                                                                                     32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

   1. Lokasi Penelitian     : SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang

   2. Waktu Penelitian      : 08 Oktober 2010 s.d. 30 Oktober 2010



C. Subjek Penelitian

   Yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SMP Negeri

   3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, sejumlah 22 orang guru, terdiri atas 14

   orang guru PNS, dan 8 orang guru Non PNS.



D. Tindakan

   Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan

   punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam

   proses pembelajaran oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan pemberian reward dan

   punishment yang diberikan oleh kepala sekolah akan terjadi perubahan atau

   peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam proses pembelajaran.

   Karena keterbatasan waktu, penelitian tindakan sekolah ini hanya dilaksanakan

   sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan selama satu minggu.



E. Teknik Pengumpulan Data

   Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data

   kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara.

   1. Wawancara



                                                                                      33
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung.

      Dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka.


   2. Pengumpulan data sekunder


      Teknik ini digunakan untuk mengumpul data sekunder melalui dokumen-dokumen

      tertulis yang diyakini integritasnya karena mengambil dari berbagai sumber yang

      relevan dengan penelitian. Pengambilan sumber yang bersifat sekunder ini dapat

      diperoleh dari hasil dialog bersama kolaborator, data base sekolah, dan lain-lain.


   3. Observasi atau pengamatan


      Observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan

      dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati

      impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam

      kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar.




F. Instrumen Penelitian

   Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain

   adalah :

   1. Skala Penilaian

   2. Lembar Pengamatan

   3. Angket




                                                                                           34
G. Teknik Analisis Data

   Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang

   bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui

   ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas melalui

   pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan

   sekolah ini.




                                                                                    35
BAB IV

                                SIKLUS TINDAKAN



       Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali ini

dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis

anggap cukup untuk peningkatan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan

belajar mengajar.

A. Siklus 1

   Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3)

   Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.

   1. Perencanaan

       Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai

       tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang

       akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai

       berikut :

       (a) Merumusan masalah yang akan dicari solusinya. Dalam penelitian ini masalah

           yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin

           dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar.

       (b) Merumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan

           melakukan inovasi/tindakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil rencana

           untuk melakukan tindakan memberikan Reward dan Punishment kepada guru-

           guru untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada

           proses belajar mengajar.



                                                                                   36
(c) Merumusan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam

   meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar

   mengajar. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan

   sebesar 75%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 75% guru tidak

   terlambat masuk kelas dalam proses pembelajaran.

(d) Merumusan     langkah-langkah    kegiatan   penyelesaian    masalah/kegiatan

   menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan.

   Langkah-langkah yang diambil penulis dalam melakukan tindakan antara

   lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang

   akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang

   dilakukan oleh penulis.

   Kepada para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment

   yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini, akan

   dipampang/ditempel diruang guru, maupun diruang TU, peringkat nama-nama

   guru yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang

   paling tinggi tingkat keterlambatannya.

(e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang

   terlibat   dalam   penyelesaian   masalah/menghadapi     tantangan/melakukan

   tindakan. Penulis melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam

   penelitian ini. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru,

   guru piket, TU, dan siswa.

(f) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan.




                                                                               37
Metode pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data

       kualitatif melalui observasi, pengamatan serta wawancara kepada siswa

       mengenai kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar.

   (g) Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi.

       Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar

       observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan kepada

       siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat kehadiran

       guru dikelas dalam proses kegiatan belajar mengajar.

   (h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan.

       Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

       kertas (lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam dinding yang

       ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru.



2. Pelaksanaan

   Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa

   kegiatan, antara lain :

   (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris

       kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di

       SMP Negeri 3 Mandalawangi sebanyak 12 rombongan belajar. Dalam lembar

       pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam

       dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan

       dapat dilihat pada lampiran.




                                                                                 38
(b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang

      petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu

      dan satu orang dari tata usaha. Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir

      guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru

      disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat

      lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Daftar hadir

      guru dapat dilihat dalam lampiran.

   (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan,

      baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis.

   (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu

      minggu (satu siklus).

3. Pengamatan dan Evaluasi

   Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar

   observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 23

   orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket.

   Pengamatan oleh peneliti meliputi :

   (a) Kehadiran guru dikelas

   (b) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas

   (c) Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran

   Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan

   kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas.

   Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses

   belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut :



                                                                                  39
REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN

                   GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS

                                   SIKLUS I

                   Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase

  Kurang dari 10 Menit      10 Menit s.d. 15 Menit       Lebih dari 15 Menit

            5                          7                           11

        21,74%                      30,43%                     47,83%



Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses

pembelajaran diperoleh data, sebanyak 5 orang guru terlambat masuk kelas

kurang dari 10 menit, 7 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai

dengan 15 menit, dan 11 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit.

Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :




                                                                                40
Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterlambatan guru

      masuk kelas lebih dari 15 menit pada proses kegiatan belajar mengajar masih

      tinggi yaitu 11 orang atau 47,83 %. Berdasarkan indicator yang telah ditetapkan

      bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat

      lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat lebih dari

      10 menit baru 21,74%, jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau

      tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua.

   4. Refleksi

      Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau

      kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama.

      Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan

      perbaikan pada siklus berikutnya.

      Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward

      dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama.

B. Siklus 2

   Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu : (1) Perencanaan, (2)

   Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi.

   1. Perencanaan

      Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan

      tindakan Reward dan Punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus

      pertama.




                                                                                        41
Peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat

   keterlambatan guru masuk kelas dalam proses belajar mengajar, pada kegiatan

   upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua

   guru pada saat refleksi siklus pertama.

2. Pelaksanaan

   Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan

   melalui beberapa kegiatan, antara lain :

   (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris

      kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di

      SMP Negeri 3 Mandalawangi sebanyak 12 rombongan belajar. Dalam lembar

      pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam

      dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan

      dapat dilihat pada lampiran.

   (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang

      petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu

      dan satu orang dari tata usaha. Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir

      guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru

      disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat

      lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Daftar hadir

      guru dapat dilihat dalam lampiran.

   (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan,

      baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis.




                                                                                  42
Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu

   minggu (satu siklus) pada siklus kedua

3. Pengamatan dan Evaluasi

   Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar

   observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 23

   orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket.

   Pengamatan oleh peneliti meliputi :

   (d) Kehadiran guru dikelas

   (e) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas

   (f) Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran

   Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan

   kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas.

   Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses

   belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut :



                   REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN

                       GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS

                                         SIKLUS II

                       Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase

     Kurang dari 10 Menit        10 Menit s.d. 15 Menit        Lebih dari 15 Menit

              18                            5                              0

            78,26%                        21,74%                      0,00%




                                                                                     43
Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses

   pembelajaran diperoleh data, sebanyak 18 orang guru terlambat masuk kelas

   kurang dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai

   dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas

   lebih dari 15 menit.

   Untuk lebih jelasnya, tingkat keterlambatan guru masuk kelas pada proses belajar

   mengajar pada siklus kedua ini dapat digambarkan pada grafik dibawah ini :




   Dari hasil observasi pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat ada

   penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar,

   atau terdapat peningkatan kehadiran guru dikelas.

4. Refleksi

   Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi

   mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus

   kedua tersebut.

                                                                                44
Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan

bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus kedua dinyatakan berhasil, karena

terdapat 78,26% guru yang terlambat kurang dari 10 menit, atau melebihi target

yang telah ditentukan sebesar 75%.




                                                                           45
BAB V

                           KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan

           Berdasarkan analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa

   penerapan Reward dan Punishment efektif untuk meningkatkan disiplin kehadiran

   guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar.

           Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan

   berupa Reward dan Punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0,

   dan guru yang terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 18 orang guru. Penerapan

   Reward dan Punishment dapat meningkat disiplin guru hadir didalam kelas pada

   kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 3 Mandalawangi.



B. Saran

           Karena adanya pengaruh positif         Penerapan Reward dan Punishment

   terhadap disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka

   melalui kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran :

   1.   Semua Kepada Kepala Sekolah disarakan melakukan Penerapan Reward dan

        Punishment untuk meningkatkan disiplin guru hadir didalam kelas pada

        kegiatan belajar mengajar di sekolah.

   2.   Kepada semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan

        disiplin dalam kehadiran dikelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada

        peserta didik disekolah.



                                                                                     46
DAFTAR PUSTAKA


Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On
     Line]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat-
     prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010]


Amstrong. Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia

Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda
     Karya

__________________________ (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
      Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka
       Cipta

Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta


Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin CiptaKarya Departemen
       Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006



Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
       Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas


Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri
       Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta:Prisma


Megawangi, Ratna. (2007). Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik
       Berbasis Karakter. Jakarta:Indonesian Heritage Foundation


Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan
       Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media
       Group



                                                                                     47
Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line].
      Tersedia : http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-guru-dalam-
      meningkatkan-mutu.html



Syamsul Hadi, (2009). Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan pada
      Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran.
      Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
      Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan




                                                                                 48

More Related Content

What's hot

Laporan pts & ptk total
Laporan pts & ptk totalLaporan pts & ptk total
Laporan pts & ptk totalHeldy Eriston
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A NNASuprawoto Sunardjo
 
Pts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaPts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaAnwar Sari
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanMaman_Lukman
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)Mulyati Rahman
 
Laporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanLaporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanOmay Widyana
 
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesiaApa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesiaMuhammad Nuroni
 
Laporan pts bakar
Laporan pts bakarLaporan pts bakar
Laporan pts bakarAnwar Sari
 
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruAnwar Sari
 
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...Non Formal Education
 
Pengawas Sekolah
Pengawas SekolahPengawas Sekolah
Pengawas Sekolahfauzan74
 

What's hot (20)

Penelitian Tindakan Sekolah
Penelitian  Tindakan  SekolahPenelitian  Tindakan  Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah
 
Laporan pts
Laporan ptsLaporan pts
Laporan pts
 
Laporan pts & ptk total
Laporan pts & ptk totalLaporan pts & ptk total
Laporan pts & ptk total
 
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELASPENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
 
Pts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapanggaPts pengawas sman 1 madapangga
Pts pengawas sman 1 madapangga
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikan
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIKSUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
 
Penilaian kinerja guru
Penilaian kinerja guruPenilaian kinerja guru
Penilaian kinerja guru
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
 
Kinerja guru
Kinerja guruKinerja guru
Kinerja guru
 
Laporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanLaporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraan
 
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesiaApa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
 
Laporan pts bakar
Laporan pts bakarLaporan pts bakar
Laporan pts bakar
 
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guruLaporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
Laporan ptk upaya peningkatan kompetensi guru
 
Kompetensi Evaluasi
Kompetensi EvaluasiKompetensi Evaluasi
Kompetensi Evaluasi
 
PENILAIAN KINERJA GURU
PENILAIAN KINERJA GURUPENILAIAN KINERJA GURU
PENILAIAN KINERJA GURU
 
Presentase pts victor
Presentase pts victorPresentase pts victor
Presentase pts victor
 
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...
Penelitian Sosial Pengaruh Kinerja Guru yang Bersertifikat dan Belum Berserti...
 
Pengawas Sekolah
Pengawas SekolahPengawas Sekolah
Pengawas Sekolah
 

Viewers also liked

KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHKARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHNASuprawoto Sunardjo
 
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )Drs. HM. Yunus
 
Aturan ttg seragam sekolah
Aturan ttg seragam sekolahAturan ttg seragam sekolah
Aturan ttg seragam sekolahRederika
 
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smksonifirstson
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahsman 2 mataram
 
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH)
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH)
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) REVINA SRI UTAMI,S.Pd
 
Keterampilan dasar mengajar matematika
Keterampilan dasar mengajar matematikaKeterampilan dasar mengajar matematika
Keterampilan dasar mengajar matematikaSusand Susand
 
Instrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialInstrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialMuhamad Anugrah
 
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Operator Warnet Vast Raha
 
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi Manajerial Kepala SekolahKompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi Manajerial Kepala SekolahNASuprawoto Sunardjo
 
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertama
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertamaMakalah keterampilan dasar_mengajar_pertama
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertamaiskawia
 
Format laporan-ojl-2016
Format laporan-ojl-2016Format laporan-ojl-2016
Format laporan-ojl-2016amrahmat77
 
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber BelajarPemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber BelajarDiahRD_07
 

Viewers also liked (20)

KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAHKARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
KARYA TULIS ILMIAH PENGAWAS SEKOLAH
 
Laporan pts 3
Laporan pts 3Laporan pts 3
Laporan pts 3
 
Penelitian Kepengawasan
Penelitian KepengawasanPenelitian Kepengawasan
Penelitian Kepengawasan
 
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )
Program pengawas ( Hasil Kerja kelompok 2 )
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
sikap
sikapsikap
sikap
 
Upacara bendera
Upacara benderaUpacara bendera
Upacara bendera
 
1
11
1
 
Aturan ttg seragam sekolah
Aturan ttg seragam sekolahAturan ttg seragam sekolah
Aturan ttg seragam sekolah
 
Analisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bosAnalisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bos
 
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
01 ps-2015 bantuan operasional sekolah (bos) smk
 
Kemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolahKemampuan manajerial kepala sekolah
Kemampuan manajerial kepala sekolah
 
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH)
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH) MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH)
MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY (CRH)
 
Keterampilan dasar mengajar matematika
Keterampilan dasar mengajar matematikaKeterampilan dasar mengajar matematika
Keterampilan dasar mengajar matematika
 
Instrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerialInstrumen supervisi-manajerial
Instrumen supervisi-manajerial
 
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...Pkp  penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
Pkp penggunaan pendekatan keterampilan proses untuk meningkatkan pemahaman s...
 
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi Manajerial Kepala SekolahKompetensi Manajerial Kepala Sekolah
Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah
 
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertama
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertamaMakalah keterampilan dasar_mengajar_pertama
Makalah keterampilan dasar_mengajar_pertama
 
Format laporan-ojl-2016
Format laporan-ojl-2016Format laporan-ojl-2016
Format laporan-ojl-2016
 
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber BelajarPemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
 

Similar to Pts sumarso

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)MythaChan
 
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007UNRAM
 
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 merangin
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 meranginLaporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 merangin
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 meranginMaryanto Sumringah SMA 9 Tebo
 
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMAL
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMALEKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMAL
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMALNur Arifaizal Basri
 
Contoh osn guru 2013
Contoh osn guru 2013Contoh osn guru 2013
Contoh osn guru 2013Agus Adibrata
 
Makalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikanMakalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikanRicky Ramadhan
 
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdfsdnngampel3kediri
 
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosong
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosongDokumen pengembangan diri naik pangkat kosong
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosongAkang Juve
 
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruBuku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruFarahYudian
 
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guru
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guruKelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guru
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guruNurHidayah332
 
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruBuku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruFarahYudian
 
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sdGhok An Aan
 
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfMODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfEstiHandayani14
 
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdfSahat Hutajulu
 

Similar to Pts sumarso (20)

pts-sumarso.pdf
pts-sumarso.pdfpts-sumarso.pdf
pts-sumarso.pdf
 
Pengkajian program
Pengkajian programPengkajian program
Pengkajian program
 
Ptk sq3 r
Ptk   sq3 rPtk   sq3 r
Ptk sq3 r
 
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR (SPPKB)
 
SPPKB
SPPKBSPPKB
SPPKB
 
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007Laporan Ppl Fkip Unram 2007
Laporan Ppl Fkip Unram 2007
 
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 merangin
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 meranginLaporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 merangin
Laporan pengembangan diri anjur pardosi sma 4 merangin
 
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMAL
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMALEKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMAL
EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR DI PENDIDIKAN FORMAL
 
Contoh osn guru 2013
Contoh osn guru 2013Contoh osn guru 2013
Contoh osn guru 2013
 
Makalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikanMakalah pengelolaan pendidikan
Makalah pengelolaan pendidikan
 
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf
1. PTS gemar membaca Cover (6 files merged).pdf
 
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosong
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosongDokumen pengembangan diri naik pangkat kosong
Dokumen pengembangan diri naik pangkat kosong
 
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruBuku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
 
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guru
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guruKelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guru
Kelas 03 sd_pendidikan_agama_islam_dan_budi_pekerti_guru
 
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guruBuku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
Buku BSE Kelas 03 sd pendidikan agama islam dan budi pekerti guru
 
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd
48340570 model-pembelajaran-tematik-kelas-awal-sd
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfMODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
 
0. daftar isi gi
0. daftar isi gi0. daftar isi gi
0. daftar isi gi
 
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf
3. Modul C Pedagogik (1)_REV 17 MEI.pdf
 

More from Sumarso M.Pd.

Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarSumarso M.Pd.
 
Contoh bahan ajar interaktif
Contoh bahan ajar interaktifContoh bahan ajar interaktif
Contoh bahan ajar interaktifSumarso M.Pd.
 
5 project based learning
5 project based learning5 project based learning
5 project based learningSumarso M.Pd.
 
Acuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soalAcuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soalSumarso M.Pd.
 
Naskah simposium gtk 2016 sumarso
Naskah simposium gtk 2016 sumarsoNaskah simposium gtk 2016 sumarso
Naskah simposium gtk 2016 sumarsoSumarso M.Pd.
 
Laporan the best practice pengawas ojl
Laporan the best practice pengawas ojlLaporan the best practice pengawas ojl
Laporan the best practice pengawas ojlSumarso M.Pd.
 
Presentasi ojl 2012-sumarso
Presentasi ojl 2012-sumarsoPresentasi ojl 2012-sumarso
Presentasi ojl 2012-sumarsoSumarso M.Pd.
 
Presentasi best practice sumarso
Presentasi best practice sumarsoPresentasi best practice sumarso
Presentasi best practice sumarsoSumarso M.Pd.
 

More from Sumarso M.Pd. (17)

Pengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajarPengembangan bahan ajar
Pengembangan bahan ajar
 
Contoh bahan ajar interaktif
Contoh bahan ajar interaktifContoh bahan ajar interaktif
Contoh bahan ajar interaktif
 
5 project based learning
5 project based learning5 project based learning
5 project based learning
 
4 games
4 games4 games
4 games
 
3 flipped classroom
3 flipped classroom3 flipped classroom
3 flipped classroom
 
2 discovery inquiri
2 discovery inquiri2 discovery inquiri
2 discovery inquiri
 
1 blendid learning
1 blendid learning1 blendid learning
1 blendid learning
 
Level Kognitif
Level Kognitif Level Kognitif
Level Kognitif
 
Desain pakem
Desain pakemDesain pakem
Desain pakem
 
Acuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soalAcuan pengembangan-soal
Acuan pengembangan-soal
 
Paparan sumarso
Paparan sumarsoPaparan sumarso
Paparan sumarso
 
Naskah simposium gtk 2016 sumarso
Naskah simposium gtk 2016 sumarsoNaskah simposium gtk 2016 sumarso
Naskah simposium gtk 2016 sumarso
 
Media Pembelajaran
Media PembelajaranMedia Pembelajaran
Media Pembelajaran
 
Karya Tulis Ilmiah
Karya Tulis IlmiahKarya Tulis Ilmiah
Karya Tulis Ilmiah
 
Laporan the best practice pengawas ojl
Laporan the best practice pengawas ojlLaporan the best practice pengawas ojl
Laporan the best practice pengawas ojl
 
Presentasi ojl 2012-sumarso
Presentasi ojl 2012-sumarsoPresentasi ojl 2012-sumarso
Presentasi ojl 2012-sumarso
 
Presentasi best practice sumarso
Presentasi best practice sumarsoPresentasi best practice sumarso
Presentasi best practice sumarso
 

Recently uploaded

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Recently uploaded (20)

tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

Pts sumarso

  • 1. LAPORAN PTS UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI KABUPATEN PANDEGLANG Oleh : SUMARSO, S.Pd.,M.Pd. NIP : 196912131997021001 NUPTK : 5545747649200003 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI 2010
  • 2. HALAMAN PENGESAHAN UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI KABUPATEN PANDEGLANG Oleh : SUMARSO, S.Pd.,M.Pd. NIP : 196912131997021001 NUPTK : 5545747649200003 Laporan PTS ini Telah Diperiksa dan Disyahkan untuk Dipresentasikan Pada Kegiatan In Service Learning II Diklat Penguatan Kepala Sekolah Di LPMP Provinsi Banten Hari / Tanggal : ……………………………….. Mengetahui : Kepala SMPN 3 Mandalawangi Pengawas SMP Kabupaten Pandeglang H. ENDANG SUTISNA, S.Pd. SUMARSO, S.Pd.,M.Pd NIP : 196106151986031012 NIP : 196912131997021001
  • 3. UPAYA MENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEHADIRAN MENGAJAR DIKELAS MELALUI PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT DI SMP NEGERI 3 MANDALAWANGI KABUPATEN PANDEGLANG ABSTRAK Peningkatan mutu pembelajaran disekolah sangat tergantung dari beberapa faktor. Faktor yang sangat penting antara lain adalah penerapan budaya sekolah kearah peningkatan mutu. Budaya sekolah merupakan hal yang positif yang harus dipertahankan dan dilaksanakan oleh semua warga sekolah tanpa merasa terpaksa. Budaya sekolah yang harus dipertahankan salah satunya adalah masalah kedisiplinan, termasuk disiplin para guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan disiplin para guru dapat diupayakan melalui bermacam-macam cara. Dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, dicobakan tindakan berupa penerapan Reward and Punishment untuk para guru di SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, karena dari hasil penelitian dan analisa data, ternyata pada siklus kedua, kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar meningkat dan memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 75%. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan dengan penerapan Reward and Punishment kepada guru. Kata Kunci : Disiplin Guru, Reward and Punishment i
  • 4. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan pertolongan-Nya PTS yang berjudul “Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui Penerapan Reward and Punishment di SMP Negeri 3 Mandalawangi Kabupaten Pandeglang” dapat diselesaikan. PTS ini merupakan hasil penelitian penulis dalam rangka rangka Diklat Penguatan Kepala Sekolah oleh LPMP Provinsi Banten. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya dari penulis untuk berupaya meningkatkan disiplin guru dalam proses belajar mengajar. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan PTS ini masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi untuk perbaikan dimasa mendatang. Dalam kesempatan ini perkenankanlah Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian PTS ini, antara lain : 1. Bapak Drs. Muhamad Nur, M.Pd. selaku Kepala LPMP Provinsi Banten; 2. Bapak Drs. Undang Suhendar, M.Pd. selaku Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang; 3. Bapak H. Endang Sutisna, S.Pd. Pengawas SMP yang telah memberikan arahan dan bimbingan; 4. Bapak Iwan Hermawan, S.Pd. selaku Ketua Tim PTS di SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang; 5. Bapak dan Ibu Guru SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang yang telah berperan aktif dalam kegiatan penelitian ini; ii
  • 5. 6. Siswa-siswi SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang yang telah membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini; 7. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan serta kerjasama dari awal sampai akhir penyusunan tesis ini. Akhirnya penulis berharap, PTS ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu pembelajaran pada umumnya. Pandeglang, November 2010 Penulis iii
  • 6. DAFTAR ISI Abstrak ……………………………………………………..…………………. i Kata Pengantar ……………………………………..………………………… ii Daftar Isi ………………………………………..………………………......... iv BAB I PENDAHULUAN ……………………..…………………......... 1 A. Latar Belakang ……………………………..………………… 1 B. Identifikasi Masalah ………………………………………….. 3 C. Pembatasan Masalah ………………………………………….. 4 D. Rumusan Masalah ……………………………………………. 4 E. Tujuan Penelitian ………………….………………………... 4 H. Manfaat Penelitian …………….………………………....... 4 G. Definisi Istilah …………………….……………………. 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………….………………………… 6 A. Deskripsi Sekolah ……………………….……………………….. 6 B. Kajian Teori ………………………….. …………………………. 6 BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………… 31 A. Pentahapan Penelitian …………….…………………………….. 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ………..…………………… 33 C. Subjek Penelitian ……………………………………………….. .. 67 D. Tindakan ………………. ………………………………………… 70 E. Teknik Pengumpulan Data …………….………………………… 82 F. Instrumen Penelitian ……………… ……………………………. 34 G. Teknik Analisa Data ……………… ……………………………. 35 iv
  • 7. BAB IV SIKLUS TINDAKAN ………………………………. …………….. 36 A. Siklus 1 ……………… ………………………………………….. 36 B. Siklus 2 …… …………………………………………………….. 41 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 46 A. Kesimpulan …………………………………………………………... 46 B. Saran …………………………………………………………………. 46 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 47 LAMPIRAN ……………………………………………………………………….. 49 v
  • 8. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, di mana pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, dan ketrampilan. Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan maka diadakan proses belajar mengajar, guru merupakan figur sentral, di tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu tugas dan peran guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi dan kondisi siswanya dalam menerima pelajaran. Untuk meningkatkan peranan guru dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa, maka guru diharapkan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan mampu mengelola kelas. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Sementara pegawai dunia pendidikan merupakan bagian dari tenaga kependidikan, yaitu anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dalam informasi tentang wawasan Wiyatamandala, kedisiplinan guru diartikan sebagai sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi semua 1
  • 9. ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tangung jawab. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, kedisiplinan guru dan pegawai adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak didiknya. Karena bagaimana pun seorang guru atau tenaga kependidikan (pegawai), merupakan cermin bagi anak didiknya dalam sikap atau teladan, dan sikap disiplin guru dan tenaga kependidikan (pegawai) akan memberikan warna terhadap hasil pendidikan yang jauh lebih baik. Keberhasilan proses pembelajaran sangat bergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah faktor guru. Guru sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Guru yang mempunyai kompetensi yang baik tentunya akan sangat mendukung keberhasilan proses pembelajaran. Peranan guru selain sebagai seorang pengajar, guru juga berperan sebagai seorang pendidik. Pendidik adalah seiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi (Sutari Imam Barnado, 1989:44). Sehinggga sebagai pendidik, seorang guru harus memiliki kesadaran atau merasa mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendidik. Tugas mendidik adalah tugas yang amat mulia atas dasar “panggilan” yang teramat suci. Sebagai komponen sentral dalam sistem pendidikan, pendidik mempunyai peran utama dalam membangun fondamen-fondamen hari depan corak kemanusiaan. Corak kemanusiaan yang dibangun dalam rangka pembangunan nasional kita adalah “manusia Indonesia seutuhnya”, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada 2
  • 10. Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri disiplin, bermoral dan bertanggung jawab. Untuk mewujudkan hal itu, keteladanan dari seorang guru sebagai pendidik sangat dibutuhkan. Keteladanan guru dapat dilihat dari prilaku guru sehari-hari baik didalam sekolah maupun diluar sekolah. Selain keteladanan guru, kedisiplinan guru juga menjadi salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh guru sebagai seorang pengajar dan pendidik. Fakta dilapangan yang sering kita jumpai disekolah adalah kurang disiplinnya guru, terutama masalah disiplin guru masuk kedalam kelas pada saat kegiatan pembelajaran dikelas. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul : ”Upaya Meningkatkan Disiplin Guru dalam Kehadiran Mengajar Dikelas Melalui penerapan Reward and Punishment di SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.” B. Identifikasi Masalah Masalah-masalah yang mendasari dari penelitian ini adalah : 1. Masih banyak guru yang datang terlambat ke sekolah. 2. Masih kurangnya disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas. 3. Guru masih sering terlambat masuk kelas. 3
  • 11. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas melalui penerapan Reward and Punishment. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Apakah penerapan Reward and Punishment dapat meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran mengajar dikelas?” E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mencari alternatif pemecahan masalah sebagai upaya meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar dikelas melalui penerapan Reward and Punishment. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sbb : 1. Bagi kepala sekolah adalah merupakan wujud nyata kepala sekolah dalam memecahkan berbagai masalah disekolah melalui kegiatan penelitian. 2. Bagi guru diharapkan dapat menjadi motivasi guru dalam meningkatkan kedisiplinan dalam kehadiran. 3. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan mutu pembelajaran. 4
  • 12. G. Definisi Istilah Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peratuaran atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku tertib. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, disiplin adalah ketaatan pada peraturan (tata tertib). Dalam penelitian ini, disiplin dibatasi hanya pada kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan pendidikan menengah. (UU No. 14, Tahun 2005) Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Reward and Punisment diartikan sebagai pemberian penghargaan dan hukuman, penghargaan disini bukan hanya penghargan dalam bentuk materi saja termasuk didalamnya adalah pujian kepada guru yang dipandang disiplin dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar dan teguran atau hukuman kepada guru yang sering terlambat masuk kelas. 5
  • 13. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Sekolah SMP Negeri 3 Mandalawangi adalah merupakan salah satu dari lima SMP negeri yang berada di wilayah Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang. Terletak dikaki Gunung Pulosari sehingga mempunyai hawa yang sejuk dan pemandangan yang indah. SMP Negeri 3 Mandalawangi, beralamat di JL. Raya Pari, KM.15, Desa Nembol, Kecamatan Mandalawangi. Jarak sekolah dari Ibu Kota Kabupaten, lebih kurang adalah 15 Km, dan jarak dari Ibu Kota Kecamatan, lebih kurang 2,5 Km. Sekolah ini berdiri pada tahun 2003. Jumlah guru sekarang berjumlah 23 Orang, dan jumlah siswa sebanyak 481 orang. B. Kajian Teori Di masa lalu, kepala sekolah yang berperan sebagai manajer yang efektif telah dianggap cukup. Di masa itu, kebanyakan kepala sekolah diharapkan mentaati ketentuan dan kebijakan Dinas Pendidikan, mengatasi isu-isu ketenagaan, pengadaan fasilitas dan infrastruktur, menyesuaikan anggaran, memelihara agar gedung sekolah nyaman dan aman, memelihara hubungan dengan masyarakat, memastikan kantin sekolah dan UKS berjalan lancar. Semua ini masih tetap harus dilakukan oleh kepala sekolah. Akan tetapi, sekarang kepala sekolah harus melakukan hal yang lebih dari semua itu. 6
  • 14. Berbagai penelitian menunjukkan peran kunci yang dapat dilakukan kepala sekolah agar dapat meningkatkan belajar dan pembelajaran, jelas bahwa kepala sekolah harus berperan sebagai leaders for learning (The Institute for Educational Leadership, 2000). Para kepala sekolah harus mengetahui isi pelajaran dan teknik- teknik pedagogis. Para kepala sekolah harus bekerja bersama guru untuk meningkatkan keterampilan. Kepala sekolah harus mengumpulkan, menganalisis, dan menggunakan data dengan cara-cara yang menumbuhkan keunggulan. Mereka harus berkumpul siswa, guru, orang tua, organisasi-organisasi layanan sosial dan kesehatan. Organisasi kepemudaan, dunia usaha, warga sekitar sekolah untuk meningkatkan kinerja siswa. Selanjutnya para kepala sekolah itu juga harus memiliki keterampilan dan pengetahuan kepemimpinan dalam rangka memanfaatkan kewenangannya untuk mencari strategi-strategi yang diperlukan. Mereka seharusnya melakukan itu semua, akan tetapi sayang, sering dijumpai bahwa mereka tidak melakukannya. Meskipun masyarakat pada umumnya memberi sorotan kepada kepala sekolah ketika hasil Ujian Nasional siswa diumumkan dan mengajukan usul untuk memberi sanksi apabila sekolah tidak menunjukkan hasil sebagaimana diharapkan, para kepala sekolah di masa lalu tidak banyak melalukan persiapan atau melakukan pengembangan keprofesionalan berkelanjutan untuk membekali diri dalam rangka melaksanakan peran baru tersebut. Pihak pemerintah daerah, atau dinas pendidikan, selama ini juga lebih banyak mendo- rong kepala sekolah untuk sekedar mentaati peraturan yang ada, berusaha untuk mengelola tuntutan menjalankan kepala sekolah yang berlipat ganda di era 7
  • 15. meningkatnya harapan, kebutuhan siswa yang kompleks, akuntabilitas yang terus meningkat, peningkatan keberagaman, dan sabagainya. Tidak ada alternatif lain, masyarakat di seluruh negeri ini harus “reinvent the principalship” untuk memampukan para kepala sekolah dalam menghadapi tantangan abad 21, dan untuk menjamin para pemimpin bagi belajar siswa yang dibutuhkan untuk membimbing agar sekolah dan siswanya yang dipimpinnya mencapai keberhasilan. Pendidikan bukan hanya sekedar mengawetkan kebudayaan dan meneruskannya dari generasi ke generasi, akan tetapi juga diharapkan pendidikan ini dapat mengubah dan mengembangkan suatu pengetahuan. Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, namun harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang, dan sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat dikuasai oleh anak didik.(Budiningsih,2005). Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang tentu sesuai tingkat pendidikan yang diikutinya. Semakin tinggi pendidikan, maka di asumsikan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan. Hal ini menggambarkan bahwa fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan, karena seseorang yang berpendidikan atau memiliki pendidikan tersebut dapat terhindar dari kebodohan dan juga kemiskinan. Dapat ditegaskan fungsi pendidikan adalah membimbing anak didik ke arah suatu tujuan yang kita nilai tinggi. Pendidikan yang baik adalah usaha yang berhasil membawa anak didik kepada tujuan itu (Sagala, 2003). Pada kegiatan belajar mengajar tenaga kependidikan (guru) merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Guru sebagai 8
  • 16. tenaga pendidik adalah seseorang atau sekelompok orang yang berprofesi mengelola kegiatan belajar mengajar, serta seperangkat lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar lebih efektif. Berdasarkan atas tugas mengajarnya, maka dia harus mempunyai wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Kedudukan guru dipahami demikian penting sebagai ujung tombak dalam pembelajaran dan pencapaian mutu hasil belajar peserta didik (Sagala, 2003). Keberhasilan siswa dalam pembelajaran serta peningkatan mutu sekolah tidak hanya menjadi tanggung jawab kepala sekolah saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara, guru, orang tua atau masyarakat serta pemerintah. Dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan mutu memiliki pengertian sesuai dengan makna yang terkandung dalam siklus pembelajaran. Secara ringkas dapat disebutkan beberapa kata kunci pengertian mutu, yaitu: sesuai standar (fitness to standard), sesuai penggunaan pasar/pelanggan (fitness to use), sesuai perkembangan kebutuhan (fitness to latent requirements), dan sesuai lingkungan global (fitness to global environmental requirements). Adapun yang dimaksud mutu sesuai dengan standar, yaitu jika salah satu aspek dalam pengelolaan pendidikan itu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Garvin seperti dikutip Gaspersz mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik suatu mutu, yaitu: (1) kinerja (performance), (2) feature, (3) kehandalan (reliability), (4) konfirmasi (conformance), (5) durability, (6) kompetensi pelayanan (servitability), (7) estetika (aestetics), dan (8) kualitas yang dipersepsikan pelanggan yang bersifat subjektif. Dalam pandangan masyarakat umum sering dijumpai bahwa 9
  • 17. mutu sekolah atau keunggulan sekolah dapat dilihat dari ukuran fisik sekolah, seperti gedung dan jumlah ekstra kurikuler yang disediakan. Ada pula masyarakat yang berpendapat bahwa kualitas sekolah dapat dilihat dari jumlah lulusan sekolah tersebut yang diterima di jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk dapat memahami kualitas pendidikan formal di sekolah, perlu kiranya melihat pendidikan formal di sekolah sebagai suatu sistem. Selanjutnya mutu sistem tergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses yang berlangsung hingga membuahkan hasil. Kinerja guru menjadi salah satu unsur dalam upaya peningkatan mutu sekolah. Kinerja guru meliputi kedisiplinan guru dan etos kerja. Apabila kedisiplinan telah menjadi budaya sekolah, maka arah pencapaian peningkatan mutu sekolah akan tercapai. Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah. (Akhmad Sudrajat, 2010). Beberapa manfaat yang bisa diambil dari upaya pengembangan budaya sekolah, diantaranya : (1) menjamin kualitas kerja yang lebih baik; (2) membuka 10
  • 18. seluruh jaringan komunikasi dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal; (3) lebih terbuka dan transparan; (4) menciptakan kebersamaan dan rasa saling memiliki yang tinggi; (4) meningkatkan solidaritas dan rasa kekeluargaan; (5) jika menemukan kesalahan akan segera dapat diperbaiki; dan (6) dapat beradaptasi dengan baik terhadap perkembangan IPTEK. Selain beberapa manfaat di atas, manfaat lain bagi individu (pribadi) dan kelompok adalah : (1) meningkatkan kepuasan kerja; (2) pergaulan lebih akrab; (3) disiplin meningkat; (4) pengawasan fungsional bisa lebih ringan; (5) muncul keinginan untuk selalu ingin berbuat proaktif; (6) belajar dan berprestasi terus serta; dan (7) selalu ingin memberikan yang terbaik bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri. Upaya pengembangan budaya sekolah seyogyanya mengacu kepada beberapa prinsip berikut ini. 1. Berfokus pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah. Pengembangan budaya sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah. Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya sekolah. 2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal. Komunikasi merupakan dasar bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan pentingnya budaya sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien. 11
  • 19. 3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko. Salah satu dimensi budaya organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat. 4. Memiliki Strategi yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah perlu ditopang oleh strategi dan program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua hal yang selalu berkaitan. 5. Berorientasi Kinerja. Pengembangan budaya sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah. 6. Sistem Evaluasi yang Jelas. Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak lanjut yang harus dilakukan. 7. Memiliki Komitmen yang Kuat. Komitmen dari pimpinan dan warga sekolah sangat menentukan implementasi program-program pengembangan budaya sekolah. Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik. 8. Keputusan Berdasarkan Konsensus. Ciri budaya organisasi yang positif adalah pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan 12
  • 20. secara konsensus. Meskipun hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut. 9. Sistem Imbalan yang Jelas. Pengembangan budaya sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku positif yang sejalan dengan pengembangan budaya sekolah. 10. Evaluasi Diri. Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur budaya sekolah. Selain mengacu kepada sejumlah prinsip di atas, upaya pengembangan budaya sekolah juga seyogyanya berpegang pada asas-asas berikut ini: 1. Kerjasama tim (team work). Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya yang dimilki oleh personil sekolah. 13
  • 21. 2. Kemampuan. Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi pendidik. 3. Keinginan. Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan kepada siswa dan masyarakat. 4. Kegembiraan (happiness). Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah. Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya. 5. Hormat (respect). Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah 14
  • 22. kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya. 6. Jujur (honesty). Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik. 7. Disiplin (discipline). Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang dipajang dimana-mana bahkan 15
  • 23. merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk dipatuhi apabila tidak didukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan staf. 8. Empati (empathy). Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat menumbuhkan budaya sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh perasaan yang saling memahami. 9. Pengetahuan dan Kesopanan. Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan masyarakat. Penerapan budaya sekolah termasuk penerapan disiplin semua warga sekolah dapat terwujud apabila semua warga sekolah mempunyai komitmen yang kuat untuk mewujudkannya. 16
  • 24. Penerapan disiplin warga sekolah, khususnya disiplin guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sangat berkit kepada kinerja guru itu sendiri. Kinerja atau prestasi kerja guru dalam mengemban tugas keprofesionalan seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi merupakan aspek utama dalam meningkatkan kecerdasan siswa yang membawa pada peningkatan mutu pendidikan yang diselenggarakan. Kinerja diartikan sebagai tingkat atau derajat pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi yang dimilikinya. Istilah kinerja tidak dapat dipisahkan dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari proses bekerja. Dalam konteks tersebut maka kinerja adalah hasil kerja dalam mencapai suatu tujuan atau persyaratan pekerjaan yang telah ditetapkan. Kinerja dapat dimaknai sebagai ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara seseorang dalam melaksanakan tugas, sehingga menghasilkan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud dari semua tugas serta tanggung jawab pekerjaan yang diberikan kepadanya. Apabila disiplin guru telah dilaksanakan dengan baik dan kinerja guru juga baik, serta didukung oleh faktor-faktor lain yang mendukung maka akan tercipta kondisi sekolah yang kondusif yang pada akhirnya tujuan sekolah untuk menjadi sekolah yang bermutu akan dapat tercapai Disiplin adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Adapun arti kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Sedangkan arti kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan perusahaan baik yang tertulis 17
  • 25. maupun tidak (Hasibuan ,1997:212). Menurut Davis disiplin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemen untuk memperteguh pedoman-pedoman organisasi (Mangkunegara, 2000 : 129). Disiplin pada hakikatnya adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan. Dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan disiplin diri, disiplin belajar dan disiplin kerja. Disiplin kerja merupakan kemampuan seseorang untuk secara teratur, tekun secara terus-menerus dan bekerja sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dengan tidak melanggar aturan-aturan yang sudah ditetapkan. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi di antaranya ialah : (1) tujuan dan kemampuan, (2) teladan pimpinan, (3) balas jasa (gaji dan kesejahteraan), (4) keadilan, (5) waskat (pengawasan melekat), (6) sanksi hukuman, (7) ketegasan, dan (8) hubungan kemanusiaan (Hasibuan, 1997:213). Disiplin juga merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting dan merupakan kunci terwujudnya tujuan, karena tanpa adanya disiplin maka sulit mewujudkan tujuan yang maksimal (Sedarmayanti, 221:10). Heidjrachman dan Husnan, (2002: 15) mengungkapkan “Disiplin adalah setiap perseorangan dan juga kelompok yang menjamin adanya kepatuhan terhadap perintah” dan berinisiatif untuk melakukan suatu tindakan yang diperlukan seandainya tidak ada perintah”. Menurut Davis (2002: 112) “Disiplin adalah tindakan manajemen untuk memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi, ini 18
  • 26. adalah pelatihan yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan prestasi yang lebih baik”. Disiplin itu sendiri diartikan sebagai kesediaan seseorang yang timbul dengan kesadaran sendiri untuk mengikuti peraturan-peratuan yang berlaku dalam organisasi. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil telah diatur secara jelas bahwa kewajiban yang harus ditaati oleh setiap pegawai negeri sipil merupakan bentuk disiplin yang ditanamkan kepada setiap pegawai negeri sipil. Menurut Handoko (2001: 208) disiplin adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasional. Ada dua tipe kegiatan pendisiplinan yaitu preventif dan korektif. Dalam pelaksanaan disiplin, untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, maka pemimpin dalam usahanya perlu menggunakan pedoman tertentu sebagai landasan pelaksanaan. Menurut Nitisemito (1986:199) menyatakan masalah kedisiplinan kerja, merupakan masalah yang perlu diperhatikan, sebab dengan adanya kedisiplinan, dapat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan menurut Greenberg dan Baron (1993:104) memandang disiplin melalui adanya hukuman. Disiplin kerja, pada dasarnya dapat diartikan sebagai bentuk ketaatan dari perilaku seseorang dalam mematuhi ketentuan-ketentuan ataupun peraturan-peraturan tertentu yang berkaitan dengan pekerjaan, dan diberlakukan dalam suatu organisasi atau perusahaan (Subekti D., 1995). Dilihat dari sisi manajemen, terjadinya disiplin kerja itu akan melibatkan dua kegiatan pendisiplinan : 19
  • 27. 1. Preventif, pada pokoknya, dalam kegiatan ini bertujuan untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan, agar mengikuti berbagai standar atau aturan. Sehingga penyelewengan kerja dapat dicegah. 2. Korektif, kegiatan yang ditujukan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut (Heldjrachman dkk, 1990). Perlu disadari bahwa untuk menciptakan disiplin kerja dalam organisasi/perusahaan dibutuhkan adanya : a. Tata tertib/ peraturan yang jelas. b. Penjabaran tugas dari wewenang yang cukup jelas. c. Tata kerja yang sederhana, dan mudah diketahui oleh setiap anggota dalam organisasi. Menurut Byars and Rue (1995:357) menyatakan ada beberapa hal yang dapat dipakai, sebagai indikasi tinggi rendahnya kedisplinan kerja karyawan, yaitu : Ketepatan waktu, kepatuhan terhadap atasan, peraturan terhadap perilaku terlarang, ketertiban terhadap peraturan yang berhubungan langsung dengan produktivitas kerja. Sedangkan De Cenzo dan Robbins (1994:451) mengemukakan tipe permasalahan dalam kedisiplinan, antara lain : kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, aktivitas di luar lingkungan kerja. Melalui disiplin pula timbul keinginan dan kesadaran untuk menaati peraturan organisasi dan norma sosial. Namun tetap pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin tersebut perlu dilakukan. Disiplin kerja adalah persepsi guru terhadap sikap pribadi guru dalam hal ketertiban dan keteraturan diri yang dimiliki oleh guru dalam bekerja 20
  • 28. di sekolah tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan dirinya, orang lain, atau lingkungannya. Dalam upaya penerapan kedisiplinan guru pada kehadiran dikelas dalam kegiatan belajar mengajar, bisa ditempuh dengan beberapa upaya. Adapun upaya dalam meningkatkan disiplin guru adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku dimulai dari pimpinan sekolah, (c) mewajibkan guru untuk mengisi agenda kelas dan mengisi buku absen yang diedarkan oleh petugas piket, (d) pada awal masuk sekolah kepala sekolah bersama guru membuat kesepakatan tentang aturan kedisiplinan, (e) memperkecil kesempatan guru untuk ijin meninggalkan kelas, dan (f) setiap rapat pembinaan diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin guru dalam kegiatan pembelajaran bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal. Sekolah yang menegakkan disiplin akan menjadi sekolah yang berkualitas, baik dari segi apapun juga, benarkah itu? Ini adalah bahasan sekilas dari satu sisi namun justru sangat primer (proses belajar-mengajar saja), tapi ini banyak terjadi di beberapa sekolah. Konon bagaimanapun atau apapun model dan kualitas inputnya semua akan menjadi berkualitas, semua bisa dilakukan lewat disiplin. Mungkin ada benarnya. Setidaknya membuat lingkungan sekolah berdisiplin, terutama disiplin dalam belajar dan proses mengajar. Setidaknya pengkondisian dalam soal disiplin akan membuat image tersendiri di lingkungan sekitar tentang kondisi sekolah. Disiplin di sini diartikan ketaatan pada peraturan. Dari sini semuanya bermula, 21
  • 29. sebelum disiplin diterapkan perlu dibuat peraturan atau tata tertib yang benar-benar realistik menuju suatu titik, yaitu kualitas tadi. Lalu mengapa banyak sekolah yang mutunya rendah baik ditinjau dari nilai-nilai siswa, kinerja personal sekolah. Jawabanya mungkin disebabkan masih belum jelasnya peraturan sehingga tidak mudah diaplikasikan, atau buruknya pengawalan penerapan peraturan itu. Dalam hal ini kekurangkonsistenan semua pihak. Bahkan kadang gurupun tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam kelas, sehingga ia hanya mengajar apa adanya terkesan menghabiskan waktu mengajar saja. Banyak hal yang harus ditangani dalam ranah pendidikan di sekolah, tapi jika itu terlalu berat mungkin bisa saja sedikit dikurangi hanya untuk hal belajar dan mengajar saja. Selama ini yang terjadi di beberapa sekolah adalah seringnya kelas kosong saat jam belajar. Ini dikarenakan guru tidak masuk kelas dan tanpa ada tugas yang harus dikerjakan siswa. Ketidak masukan guru itu bisa saja karena kepentingan dinas atau yang lain. Ketidak tepatan dalam hal guru masuk kelas sehingga jeda waktu pergantian jam bisa dimanfaatkan siswa untuk melakukan tindakan indisipliner. Komitmen guru dalam hal ini kadang sering menjadi penyebabnya. Dalam manajemen sekolah, biasanya pengawasan banyak yang tidak bisa berjalan dengan baik, lebih-lebih jika komitmen guru dan siswa rendah maka sekolah-pun akhirnya sulit majunya. Penerapan disiplin dapat ditegakan melalui pemberian reward and punishment. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. 22
  • 30. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment? Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi 23
  • 31. pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja. Reward dan punishment dikenal sebagai ganjaran, merupakan dua metode yang lazim diterapkan di sebuah organisasi, instansi, atau perusahaan yang menargetkan adanya produktivitas kerja yang tinggi dari para karyawannya. Menurut Amaryllia, konsultan manajemen dan strategi dari Sien Consultan, dalam sejarahnya, reward dan punishment kali pertama banyak diterapkan di bidang penjualan (sales). Namun, kini metode tersebut banyak diadopsi oleh organisasi, perusahaan yang bergerak di pelbagi bidang, bahkan dunia pendidikan. Penerapan reward dan punishment dalam dunia pendidikan dapat diterapkan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Penerapan reward dan punishment juga tidak hanya diterapkan kepada siswa yang berprestasi atau yang melanggar tata-tertib, tetapi juga dapat diterapkan kepada guru- guru agar mereka berdisiplin dalam mengajar untuk memenuhi tugas mereka memberikan pelajaran kepada siswanya. Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Tidak hanya dalam dunia kerja, dalam dunia penidikan pun kedua ini kerap kali digunakan. Namun selalu terjadi perbedaan pandangan, mana yang lebih diprioritaskan antara reward dengan punishment? 24
  • 32. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja. Dalam proses penataan birokrasi menjadi efektif lagi menyenangkan, hendaklah 25
  • 33. pemerintah dengan tegas memperhatikan dan menata sistem reward dan punishment. Hal ini harus diimplemntasikan sampai level bawah pemerintahan. Dengan begitu, diharapkan kualitas birokrasi meningkat, begitu pula kinerja aparat birorasi dalam dunia kerja semakin bermutu. Reward yang diberikan pun harus secara adil dan bijak. Jika tidak, reward malah menimbulkan rasa cemburu dan ”persaingan yang tidak sehat” serta memicu rasa sombong bagi pegawai yang memperolehnya. Tidak pula membuat seseorang terlena dalam pujian dan hadiah yang diberikan sehingga membuatnya lupa diri. Oleh karena itu, prinsip keadilan sangat dibutuhkan dalam pemberian reward. Sebaliknya, jika punishment memang harus diberlakukan, maka laksanakanlah dengan cara yang bijak lagi mendidik, tidak boleh sewenang-wenang, tidak pula menimbulkan rasa kebencian yang berlebihan sehingga merusak tali silaturrahim. Dalam proses penataan birokrasi, hendaknya punishment yang diberikan kepada pegawai yang melanggar aturan telah disosialisasikan sebelumnya. Dan sebaiknya sanksi itu sama-sama disepakati, sehingga mendorong si terhukum untuk bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan ikhlas. Selanjutnya hukuman yang diberikan bukanlah dengan kekerasan, tetapi diberikan dengan ketegasan. Jika hukuman dilakukan dengan kekerasan, maka hukuman tidak lagi memotivasi seseorang berbuat baik, melainkan membuatnya merasa takut dan benci sehingga bisa menimbulkan pemberontakan batin. Di sinilah dibutuhkan skill dari para pimpinan atau si pemberi punishment sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai secara efektif. 26
  • 34. Dalam konteks pembelajaran dikelas yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam melaksanakan tugas, penerapan metode reward dan punishment juga dapat meningkatkan motivasi guru untuk hadir tepat waktu pada kegiatan pembelajaran didalam kelas. Bukanlah hal yang aneh kalau siswa sering mengeluh tentang ketidakhadiran guru dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak pula asing kita dengan siswa mengeluh tentang adanya guru yang menyampaikan pelajaran kurang dari waktu yang telah ditentukan, atau menyampaikan materi seadanya. Yang ironis, ada pula guru yang menuliskan kehadirannya di kelas padahal sebenarnya ia tidak menyampaikan pelajaran kepada siswanya. Hal seperti ini tentu sangat mengecewakan siswa yang serius untuk mengikuti perkuliahan. Bagi guru, ketidakhadiran dalam mengajar sesuai jadwal terkadang merupakan suatu hal yang tidak terhindarkan, mengingat suatu kali mereka mempunyai keperluan yang mendadak dalam waktu yang sama sehingga tidak mengajar. Namun hal demikian menjadi tidak wajar jika ketidak hadiran atau keterlambatan mengajar dikelas selalu dan sering terjadi. Hal ini berdampak buruk terhadap proses pembelajaran. Pertama, siswa menjadi kecewa, dan hal ini dapat menurunkan motivasi belajar mereka. Siswa memperoleh contoh yang buruk tentang kedisiplinan. Kedua, guru yang mengajar dengan sungguh-sungguh merasa usahanya menjadi sia-sia dan sekaligus kecewa. Apa yang mereka bangun dipatahkan oleh rekan seprofesinya. Belum lagi, apabila guru yang disiplin dalam mengajar, memperoleh pendapatan yang sama dengan guru yang jarang mengajar di kelas. 27
  • 35. Dampak dari guru yang malas untuk mengajar bukan semata ditanggung mereka namun juga seluruh institusi atau warga sekolah. Perilaku malas untuk mengajar juga bisa menjadi virus bagi guru yang biasanya rajin mengajar Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan 28
  • 36. produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja. Peran reward dan punishment bagi SDM inipun juga harus dibawa menjadi bentuk participative. Likert (1967) menyebutkan dalam salah satu sistem manajemen participative ini mengakui dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusiawi para pekerja. Tidak saja kebutuhan faali, tetapi juga kebutuhan-kebutuhan lainnya. Motivasi kerja tidak saja ditimbulkan melalui hadiah-hadiah ekonomis, tetapi juga melalui partisipasi dalam kelompok dan keterlibatannya dalam menentukan tujuan- tujuan pekerjaannya. Sikap kooperatif dan tenggang rasa (favorable) terhadap para tenaga kerja lainnya dalam organisasi. Bentuk partisipasi pengambilan keputusan dilakukan meluas dalam organisasi. Namun terintegrasi dengan baik. Dalam sistem manajemen ini dapat dikatakan tidak dirasakan adanya hubungan ketergantungan yang tidak seimbang dari bawahan terhadap atasan. Penerapan lain juga bisa diterapkan bagi karyawan atau aparatur meningkatkan disiplin SDM aparatur yang masih rendah dengan perubahan perilaku yang mendasar. Hal itu terjadi melalui revitalisasi pembinaan kepegawaian dan proses pembelajaran dengan membangun komitmen kuat dalam mengemban tugas sebagai pegawai negeri sipil, disertai pengembangan sistem reward dan punishment yang tepat dan efektif (Bambang Nugroho, 2006). Pemberian rewards and 29
  • 37. punishments sangat berkaitan dengan terlaksananya kedisiplinan guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran mempunyai peran yang sangat strategis dalam pencapaian tujuan sekolah dalam meningkatkan mutu. Salah satu faktor yang penting adalah adanya keteladanan (contoh) dalam kedisiplinan yang diberikan oleh kepala sekolah. Hal ini seperti falsafah pendidikan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, ”Ing Ngarso Sung Tuladha.” Kepala sekolah selaku pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan contoh kepada semua wara sekolah agar tercipta budaya disiplin disekolah, yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu sekolah. 30
  • 38. BAB III METODE PENELITIAN A. Pentahapan Penelitian Tindakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). PTS merupakan suatu prosedur penelitian yang diadaptasi dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) (Panitia Pelaksana Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 10 Jawa Barat, 2009 : 73). Penelitian tindakan sekolah merupakan “(1) penelitian partisipatoris yang menekankan pada tindakan dan refleksi berdasarkan pertimbangan rasional dan logis untuk melakukan perbaikan terhadap suatu kondisi nyata; (2) memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan; dan (3) memperbaiki situasi dan kondisi sekolah / pembelajaran secara praktis” (Depdiknas, 2008 : 11-12). Secara singkat, PTS bertujuan untuk mencari pemecahan permasalahan nyata yang terjadi di sekolah-sekolah, sekaligus mencari jawaban ilmiah bagaimana masalah-masalah tersebut bisa dipecahkan melalui suatu tindakan perbaikan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan ini ialah pendekatan kualitatif. Artinya, penelitian ini dilakukan karena ditemukan permasalahan rendahnya tingkat kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada proses kegiatan belajar mengajar. Permasalahan ini ditindaklanjuti dengan cara menerapkan sebuah model pembinaan kepada guru berupa penerapan Reward dan Punishment yang dilakukan oleh kepala sekolah, kegiatan tersebut diamati kemudian dianalisis dan direfleksi. Hasil revisi kemudian diterapkan kembali pada siklus-siklus berikutnya. 31
  • 39. Penelitian ini adalah penelitian tindakan model Stephen Kemmis dan Mc. Taggart (1998) yang diadopsi oleh Suranto (2000; 49) yang kemudian diadaptasikan dalam penelitian ini. Model ini menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi, dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Mills (200;17) “Stephen Kemmis has created a well known representation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model ini karena dianggap paling praktis dan aktual. Kegiatan penelitian tindakan sekolah ini, terdiri atas beberapa tahap, yaitu : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi Langkah-langkah penelitian tindakan sekolah dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini : Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan dan Evaluasi Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Dan Evaluasi ? 32
  • 40. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian : SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang 2. Waktu Penelitian : 08 Oktober 2010 s.d. 30 Oktober 2010 C. Subjek Penelitian Yang menjadi subjek penelitian tindakan sekolah ini adalah guru-guru di SMP Negeri 3 Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, sejumlah 22 orang guru, terdiri atas 14 orang guru PNS, dan 8 orang guru Non PNS. D. Tindakan Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemberian reward dan punishment kepada guru mengenai kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam proses pembelajaran oleh kepala sekolah. Diharapkan dengan pemberian reward dan punishment yang diberikan oleh kepala sekolah akan terjadi perubahan atau peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas dalam proses pembelajaran. Karena keterbatasan waktu, penelitian tindakan sekolah ini hanya dilaksanakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan selama satu minggu. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dari penelitian tindakan sekolah ini adalah melalui data kualitatif yang diperoleh dari observasi, pengamatan, maupun wawancara. 1. Wawancara 33
  • 41. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data dari informan secara langsung. Dalam melakukan wawancara dipergunakan pedoman wawancara yang terbuka. 2. Pengumpulan data sekunder Teknik ini digunakan untuk mengumpul data sekunder melalui dokumen-dokumen tertulis yang diyakini integritasnya karena mengambil dari berbagai sumber yang relevan dengan penelitian. Pengambilan sumber yang bersifat sekunder ini dapat diperoleh dari hasil dialog bersama kolaborator, data base sekolah, dan lain-lain. 3. Observasi atau pengamatan Observasi digunakan untuk melengkapi data dari wawancara dan pengumpulan dokumentasi, terutama dalam lingkup masalah penelitian, antara lain mengamati impelementasi kebijakan yang berkaitan dengan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini antara lain adalah : 1. Skala Penilaian 2. Lembar Pengamatan 3. Angket 34
  • 42. G. Teknik Analisis Data Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data kualitatif yang bersumber dari data primer maupun empiris. Melalui analisa data ini, dapat diketahui ada tidaknya peningkatan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas melalui pemberian reward dan punishment yang merupakan fokus dari penelitian tindakan sekolah ini. 35
  • 43. BAB IV SIKLUS TINDAKAN Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan dalam dua siklus. Hali ini dikarenakan keterbatasan waktu yang tersedia, serta dengan dua siklus sudah penulis anggap cukup untuk peningkatan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada kegiatan belajar mengajar. A. Siklus 1 Siklus 1 terdiri atas beberapa tahap, yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi. 1. Perencanaan Perencanaan adalah langkah awal yang dilakukan oleh penulis saat akan memulai tindakan. Agar perencanaan mudah dipahami dan dilaksanakan oleh penulis yang akan melakukan tindakan, maka penulis membuat rencana tindakan sebagai berikut : (a) Merumusan masalah yang akan dicari solusinya. Dalam penelitian ini masalah yang akan dicari solusinya adalah masih banyaknya guru yang kurang disiplin dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar. (b) Merumusan tujuan penyelesaian masalah/tujuan menghadapi tantangan/tujuan melakukan inovasi/tindakan. Dalam penelitian ini penulis mengambil rencana untuk melakukan tindakan memberikan Reward dan Punishment kepada guru- guru untuk meningkatkan kedisiplinan guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar. 36
  • 44. (c) Merumusan indikator keberhasilan penerapan Reward dan Punishment dalam meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran dikelas pada proses belajar mengajar. Indikator keberhasilan penerapan tindakan ini penulis tetapkan sebesar 75%, artinya tindakan ini dinyatakan berhasil bila 75% guru tidak terlambat masuk kelas dalam proses pembelajaran. (d) Merumusan langkah-langkah kegiatan penyelesaian masalah/kegiatan menghadapi tantangan/kegiatan melakukan tindakan. Langkah-langkah yang diambil penulis dalam melakukan tindakan antara lain adalah melakukan sosialisasi kepada para guru mengenai penelitian yang akan dilaksanakan, serta menyampaikan tujuan dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh penulis. Kepada para guru disampaikan mengenai penerapan Reward dan Punishment yang akan diterapkan dalam penelitian ini. Pada siklus pertama ini, akan dipampang/ditempel diruang guru, maupun diruang TU, peringkat nama-nama guru yang paling rendah tingkat keterlambatan masuk kelasnya sampai yang paling tinggi tingkat keterlambatannya. (e) Mengidentifikasi warga sekolah dan atau pihak-pihak terkait lainnya yang terlibat dalam penyelesaian masalah/menghadapi tantangan/melakukan tindakan. Penulis melakukan identifikasi siapa saja yang dilibatkan dalam penelitian ini. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah : guru, guru piket, TU, dan siswa. (f) Mengidentifikasi metode pengumpulan data yang akan digunakan. 37
  • 45. Metode pengumpulan data yang diambil oleh penulis merupakan data kualitatif melalui observasi, pengamatan serta wawancara kepada siswa mengenai kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar. (g) Penyusunan instrumen pengamatan dan evaluasi. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan instrument berupa lembar observasi/pengamatan, skala penilaian serta angket yang disebarkan kepada siswa, untuk mengetahui penilaian dari siswa mengenai tingkat kehadiran guru dikelas dalam proses kegiatan belajar mengajar. (h) Mengidenifikasi fasilitas yang diperlukan. Fasilitas atau alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : kertas (lembar pengamatan), alat tulis berupa balpoin, serta jam dinding yang ada disetiap kelas, serta rekap jumlah kehadiran dari setiap guru. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SMP Negeri 3 Mandalawangi sebanyak 12 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran. 38
  • 46. (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha. Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran. (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis. (d) Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus). 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 23 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (a) Kehadiran guru dikelas (b) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas (c) Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel berikut : 39
  • 47. REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS SIKLUS I Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase Kurang dari 10 Menit 10 Menit s.d. 15 Menit Lebih dari 15 Menit 5 7 11 21,74% 30,43% 47,83% Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 5 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 7 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan 11 orang guru terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada grafik dibawah ini : 40
  • 48. Dari data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterlambatan guru masuk kelas lebih dari 15 menit pada proses kegiatan belajar mengajar masih tinggi yaitu 11 orang atau 47,83 %. Berdasarkan indicator yang telah ditetapkan bahwa keberhasilan tindakan ini adalah 75%, atau bila 75% guru tidak terlambat lebih dari 10 menit. Pada siklus pertama ini guru yang tidak terlambat lebih dari 10 menit baru 21,74%, jadi peneliti berkesimpulan harus diadakan penelitian atau tindakan lagi pada siklus berikutnya atau siklus kedua. 4. Refleksi Setelah selesai satu siklus maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Refleksi dilaksanakan bersama-sama kolaborator untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Dari hasil refleksi dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlu penerapan Reward dan Punishment yang lebih tegas lagi daripada siklus pertama. B. Siklus 2 Siklus 2 terdiri atas beberapa tahap, sama seperti siklus 1 yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan dan Evaluasi, dan (4) Refleksi. 1. Perencanaan Dari hasil refleksi pada siklus pertama, peneliti merencanakan untuk melakukan tindakan Reward dan Punishment yang lebih tegas dibandingkan dengan siklus pertama. 41
  • 49. Peneliti merencanakan untuk mengumumkan hasil observasi mengenai tingkat keterlambatan guru masuk kelas dalam proses belajar mengajar, pada kegiatan upacara bendera hari Senin. Hal ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada semua guru pada saat refleksi siklus pertama. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan penelitian tindakan sekolah pada siklus yang kedua ini dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain : (a) Menyebarkan lembar pengamatan kepada setiap Ketua Kelas atau Sekretaris kelas sebanyak 12 set, sesuai dengan banyaknya jumlah rombongan belajar di SMP Negeri 3 Mandalawangi sebanyak 12 rombongan belajar. Dalam lembar pengamatan itu, telah dibuat daftar guru yang mengajar dikelas itu setiap jam dan diberi kolom jam masuk kelas serta jam keluar kelas. Lembar pengamatan dapat dilihat pada lampiran. (b) Berkoordinasi dengan petugas piket yang setiap hari terdiri dari 2 orang petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada hari itu dan satu orang dari tata usaha. Petugas piket akan mengedarkan daftar hadir guru dikelas yang telah dibuat agar dapat melihat tingkat kehadiran guru disetiap kelas dan disetiap pergantian jam pelajaran. Guru yang terlambat lebih dari 15 menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Daftar hadir guru dapat dilihat dalam lampiran. (c) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil pengamatan, baik dari guru piket , dari siswa maupun dari penulis. 42
  • 50. Kegiatan tersebut dilakukan terus setiap hari kepada setiap guru selama satu minggu (satu siklus) pada siklus kedua 3. Pengamatan dan Evaluasi Pengamatan atau observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar observasi selama satu minggu (satu siklus), untuk semua guru yang berjumlah 23 orang. Selama pengamatan peneliti dibantu atau berkolaborasi dengan guru piket. Pengamatan oleh peneliti meliputi : (d) Kehadiran guru dikelas (e) Tingkat keterlambatan guru masuk kelas (f) Waktu meninggalkan kelas setelah selesai pelajaran Peneliti juga melakukan penilaian dari hasil lembar observasi yang dibagikan kepada pengurus kelas untuk mengamati kehadiran guru dikelas. Dari hasil pengamatan serta rekap dari tingkat kehadiran guru dikelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut : REKAPITULASI TINGKAT KETERLAMBATAN GURU PADA KEHADIRAN DIKELAS SIKLUS II Waktu Keterlambatan/Jumlah/Prosentase Kurang dari 10 Menit 10 Menit s.d. 15 Menit Lebih dari 15 Menit 18 5 0 78,26% 21,74% 0,00% 43
  • 51. Dari hasil rekapitulasi tingkat keterlambatan guru dikelas pada proses pembelajaran diperoleh data, sebanyak 18 orang guru terlambat masuk kelas kurang dari 10 menit, 5 orang guru terlambat masuk kelas 10 menit sampai dengan 15 menit, dan tidak ada satu orangpun guru yang terlambat masuk kelas lebih dari 15 menit. Untuk lebih jelasnya, tingkat keterlambatan guru masuk kelas pada proses belajar mengajar pada siklus kedua ini dapat digambarkan pada grafik dibawah ini : Dari hasil observasi pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat ada penurunan tingkat keterlambatan guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar, atau terdapat peningkatan kehadiran guru dikelas. 4. Refleksi Setelah selesai pelaksanaan tindakan pada siklus kedua maka diadakan refleksi mengenai kelemahan atau kekurangan dari pelaksanaan tindakan pada siklus kedua tersebut. 44
  • 52. Dari hasil observasi dan data yang diperoleh, peneliti mengambil kesimpulan bahwa tindakan yang dilaksanakan pada siklus kedua dinyatakan berhasil, karena terdapat 78,26% guru yang terlambat kurang dari 10 menit, atau melebihi target yang telah ditentukan sebesar 75%. 45
  • 53. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data, dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Reward dan Punishment efektif untuk meningkatkan disiplin kehadiran guru dikelas pada kegiatan belajar mengajar. Data yang diperoleh menunjukan bahwa setelah diadakan penerapan tindakan berupa Reward dan Punishment, guru yang terlambat lebih dari 15 menit adalah 0, dan guru yang terlambat kurang dari 10 menit sebanyak 18 orang guru. Penerapan Reward dan Punishment dapat meningkat disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 3 Mandalawangi. B. Saran Karena adanya pengaruh positif Penerapan Reward dan Punishment terhadap disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar, maka melalui kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran : 1. Semua Kepada Kepala Sekolah disarakan melakukan Penerapan Reward dan Punishment untuk meningkatkan disiplin guru hadir didalam kelas pada kegiatan belajar mengajar di sekolah. 2. Kepada semua guru dalam melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam kehadiran dikelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada peserta didik disekolah. 46
  • 54. DAFTAR PUSTAKA Akhmad Sudrajat, (2010) Manfaat Prinsip dan Asas Pengembangan Budaya Sekolah. [On Line]. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/03/04/manfaat- prinsip-dan-asas-pengembangan-budaya-sekolah/ [06 Oktober 2010] Amstrong. Michael, (1991). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakrta:Ghalia Indonesia Anwar Prabu Mangkunegara. (1994). Psikologi Perusahaan. Bandung:PT. Trigenda Karya __________________________ (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Bambang Nugroho. (2006). Reward dan Punishment. Bulletin CiptaKarya Departemen Pekerjaan Umum Edisi No. 6/IV/Juni 2006 Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:Depdiknas Hidayat, Sucherli. (1986). Peningkatan Produktivitas Organisasi dan Pegawai Negeri Sipil: Kasus Indonesia, Jakarta:Prisma Megawangi, Ratna. (2007). Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter. Jakarta:Indonesian Heritage Foundation Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana Prenada Media Group 47
  • 55. Subagio. (2010) Kompetensi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran [On Line]. Tersedia : http://subagio-subagio.blogspot.com/2010/03/kompetensi-guru-dalam- meningkatkan-mutu.html Syamsul Hadi, (2009). Kepemimpinan Pembelajaran, Makalah Disampaikan pada Sosialisasi Akuntabilitas Kinerja Kepala Sekolah Dalam Inovasi Pembelajaran. Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan 48