SlideShare a Scribd company logo
1 of 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sumber
bahan untuk dipelajari berkembang demikian cepat. Dalam kondisi demikian, tuntutan
terhadap kualitas manusia terdidik, baik kemampuan intelektual, kemampuan
vokasional dan rasa tanggung jawab kemasyarakatakan, kemanusiaan dan kebangsaan
juga meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Heterogenitas peserta didik
dalam berbagai dimensi (intelektual, kultural, dan ekonomi); terus berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai objek belajar; terus berubahnya masyarakat dengan
tuntutannya, merupakan faktor yang menjadikan guru harus memiliki dan profesional.
Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia
pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi
mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah,
jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan
komunikasi, seperti komputer dengan internetnya. Setiap perkembangan atau kemajuan
yang dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu
pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif
mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan
kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan
tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru
yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan
pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang tinggi
serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya memperkaya
2
alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi dasar membuat
kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi
dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menetapkan Standarisasi Kompetensi Tenaga Kependidikan dengan
menerapkan Standar Kompetensi bagi Tenaga Kependidikan, baik pendidik maupun
tenaga kependidikan lainya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
Standar-standar tersebut merupakan acuan dan kriteria dalam menetapkan keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu standar yang
memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru yang
profesional adalah yang telah menguasai empat kompetensi utama antara lain: (1)
kompetensi pedagogik (akademik); (2) kompetensi kepribadian (personal); (3)
kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Kemampuan yang harus dimiliki guru adalah pemahaman
tentang kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, mampu mengembangkan
kurikulum atau silabus, mampu merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
mengadakan evaluasi hasil belajar, bisa memanfaatkan teknologi, dan memahami
perkembangan peserta didik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88),
3
yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman tentang peserta didik: (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d)
perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
(f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki kepribadian yang beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa,
stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi lisan, tulis,
dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul
secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya,
misalnya memahami materi pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, serta
teknologi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
4
Pembinaan kemampuan guru sebagai suatu sistem didalamnya terdapat beberapa
komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan yang erat. Komponen-
komponen yang terkait dalam pembinaan kemampuan guru adalah: (a) pengawas selaku
pembina guru yang melakukan tugas fungsinya disertai dedikasi dan komitmen terhadap
tugasnya. (b) anggota MGMP semua mapel, (c) perencanaan program pembinaan
melalui kegiatan pelatihan, diskusi, seminar, tutorial. Pengawas sekolah merupakan
salah satu tenaga kependidikan yang memegang peran yang signifikan dan strategis
dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah. Peran
pengawas meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut
pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan (PP19 Tahun
2005, pasal 55). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru yang
diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan melakukan tugas pembimbingan
dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan.
Peningkatkan mutu tenaga pendidik yang berkualitas perlu dilakukan secara
terprogram, terstruktur dan berkelanjutan melalui pembinaan profesional oleh pengawas
sekolah. Upaya peningkatan kemampuan guru perlu adanya wadah yang mampu
menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran
untuk dapat menemukan cara-cara pemecahan permasalahan tersebut. Surat Keputusan
Dirjen Dikdasmen Nomor : 079/C/Kep. I / 93, tanggal 7 April 1993 memutuskan
tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui
Pembentukan Gugus Sekolah di SMA, hal tersebut sebagai wujud nyata dalam upaya
pemberdayaan dan meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat.
Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan
5
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan
negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu
ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan
fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional
guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20, menyatakan bahwa guru
dalam kegiatan pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran,
hal tersebut dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas )
Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran. Dalam perencanaan proses pembelajaran yang
dimaksud adalah bahwa seorang pendidik pada satuan pendidikan dituntut mampu
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam
RPP adalah sumber belajar. Guru diharapkan untuk mengembangkan kompetensinya
dalam pembuatan bahan ajar yang merupakan salah satu sumber pembelajaran. Sumber
pembelajaran berupa bahan ajar merupakan komponen yang sangat penting dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk dapat mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran.
Guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran karena
fungsi guru memiliki fungsi utama mulai dari merancang, mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran dalam suatu sekolah. Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali
dengan perencanaan yang sangat matang. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan
6
dengan baik, ini merupakan setengah dari suatu keberhasilan sudah dapat tercapai,
tinggal setengahnya lagi yang terletak pada pelaksanaan pembelajaran. Secara umum
pada saat ini ada gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran seringkali tanpa
didukung dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan tanpa persiapan dari guru menjadikan proses
pembelajaran yang tidak dapat diterima dan tidak menarik bahkan tidak menyenangkan
bagi siswa, kedatangan guru tidak tepat waktu, meninggalkan kelas sebelum waktunya,
kegiatan penilaian yang tidak terorganisir dengan baik sehingga hasil evaluasi tidak
mengatasi fenomena tersebut maka guru dituntut mampu menyusun perangkat
pembelajaran yang meliputi analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru diharapkan menyusun sendiri perangkat
pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik siswa dan daya dukung sekolah.
Kenyataan di lapangan saat ini ditemukan berbagai masalah dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berakibat buru pada peningkatan kualitas pendidikan
di Indonesia. Permasalah yang paling krusial adalah rendahnya kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan para guru, umumnya guru jarang membuat perencanaan
pembelajaran yang dapat membangkitkan potensi siswa. Guru hanya sekedar
menggugurkan kewajibannya.
Sementara itu sistem pembinaan profesional yang seharusnya dapat
diberdayakan keberadaannya kini semakin jarang dimanfaatkan seperti forum
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP sebagai salah satu wadah bagi
guru yang bergabung dalam organisasi gugus sekolah bertujuan menjadikan guru lebih
profesional dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendekatan sistem
pembinaan profesional diharapkan guru mampu merencanakan, melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan pembelajaran, termasuk dalam mengembangkan kurikulum.
7
MGMP adalah wadah pembinaan profesionalisme bagi guru dalam upaya peningkatan
kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola
pembelajaran di SMA, yang berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan,
penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, dan
lain-lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.
Fokus pemberdayaan MGMP dalam kajian ini dimaksudkan sebagai suatu
kegiatan untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di
dalam mencapai tujuan. Baedhowie, (dalam PMPTK, 2009: 9) menyatakan bahwa
tujuan MGMP adalah untuk lebih mengaktifkan komunikasi antar guru, baik yang
sebidang (dalam kelompok mata pelajaran) atau dalam suatu klaster tertentu, sehingga
dalam proses selanjutnya akan menjadi grup-grup dinamis (dynamic groups) yang aktif
untuk berkembang dengan berbagai kegiatan inovatif.
Tujuan kegiatan MGMP adalah sebagai berikut. 1) memperluas wawasan dan
pengetahuan guru dalam berbagai hal, seperti penyusunan dan pengembangan silabus,
Rencana Program Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar berbasis Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK), membahas materi esensial yang sulit dipahami,
strategi/metode/ pendekatan/media pembelajaran, sumber belajar, kriteria ketuntasan
minimal, pembelajaran remedial, soal tes untuk berbagai kebutuhan, menganalisis hasil
belajar, menyusun program dan pengayaan, dan membahas berbagai permasalahan serta
mencari alternatif solusinya; 2) memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi
pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3) meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengadopsi pendekatan pembelajaran yang
lebih inovatif bagi guru; 4) memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan
tugas-tugas guru di sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran sesuai standar
mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya
8
menjamin mutu pendidikan; 5) meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran
yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dalam rangka mewujudkan
pelayanan pendidikan yang berkualitas; 6) mengembangkan kegiatan mentoring dari
guru senior kepada guru junior; dan 7) meningkatkan kesadaran guru terhadap
permasalahan pembelajaran di kelas yang selama ini tidak disadari dan tidak
terdokumentasi dengan baik. (Depdiknas, 2009: 12).
Fungsi MGMP adalah: 1) Sebagai prasana pembinaan profesinal tenaga
kependidikan melalui wadah MGMP dibimbing oleh pengawas sekolah, Tutor dan guru
pemandu; 2) Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama, kompetitif di
kalangan anggota gugus dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; 3) Tempat
penyebaran informasi, inovasi dan pembinaan tenaga kependidikan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan; 4) Wadah koordinasi peningkatan partisipasi orang tua
siswa dan masyarakat dalam upaya ikut membantu penyelenggaraan pendidikan; 5)
Tempat penyemaian jiwa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa percaya diri
guru dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dari MGMP adalah merupakan suatu usaha
membantu meningkatkan kemampuan guru secara profesional dalam melaksanakan
tugasnya yaitu peningkatan mutu pembelajaran. Dengan kata lain, pengembangan
berperan untuk menjembatani siklus kegiatan dalam mata rantai peningkatan mutu
program pendidikan pada SMA secara berkelanjutan.
Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tanpa didukung dengan
perencanaan pembelajaran yang baik terjadi di SMAN 1 Madapangga. Mereka hanya
menggunakan RPP yang diberikan dari kecamatan, melaksanakan proses pembelajaran
tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang tersedia. Melihat fenomena
yang terjadi, maka dipandang perlu mengadakan penelitian tindakan sekolah tentang
peningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
9
mengacu pada Permendiknas 41 tahun 2007 melalui supervisi akademik berbasis
teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1 Madapangga , karena sekolah ini
merupakan salah satu sekolah binaan peneliti, dan dari sebanyak 46 orang guru, peneliti
melaksanakan penelitian terhadap guru. Setelah penulis melaksanakan supervisi
terhadap perangkat pembelajaran, khususnya supervisi terhadap perencanaan
pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran, RPP belum disusun secara optimal.
Kekurangan-kekurangan dalam penyusunan RPP, meliputi: 1) Penyusunan RPP belum
berpedoman kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses. 2)
Sistematika penyusunan RPP, tidak lengkap (misalnya prosedur penilaian dan alat
penilaian). 3) Kurang tepatnya: a. Indikator; b. Penentuan metode/media pembelajaran;
c. Proses pembelajaran: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,dan kegiatan akhir kurang
tepat. d. Keselarasan tujuan atau indikator dengan materi, metode, media, langkah
kegiatan dan evaluasi kurang sesuai.
Pembinaan yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Dari 46 orang guru SMAN 1 Madapangga yang telah menunjukkan
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 47
Tahun 2007 tentang standar proses hanya 149 orang atau sekitar 80%, sisanya 20%
atau sebanyak 40 orang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Karena itu,
peneliti memandang perlu melakukan suatu tindakan perbaikan. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan melakukan supervisi akademik secara efektif dan efisien
kepada guru-guru, khususnya untuk kemampuan melaksanakan Pembelajaran. Melalui
supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi diharapkan guru
dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih profesional. Usaha ini merupakan suatu
pembinaan guru yang dilakukan secara berkesinambungan.
10
Berdasarkan kelemahan-kelemahan itulah peneliti ingin meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksankan proses pembelajar, yang sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses. Sebenarnya pembinaan
oleh kepala sekolah dan pengawas telah dilakukan. Upaya pembinaan tersebut telah
dilakukan di sekolah masing-masing maupun pada saat guru tersebut melakukan
MGMP pada sekolah (SMAN 1 Madapangga) Sekolah Binaan Peneliti.
Berdasarkan latar belakang di atas dan sejalan dengan visi SMAN 1
Madapangga “Unggul dalam proses, kompetitif dalam mutu dan mulia dalam akhlak”.
Sejalan dengan itu maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Upaya
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui
supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1
Madapangga.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan penulis, maka penulis selaku Kepala
SMAN 1 Madapangga merumuskan masalah, yaitu “Bagaimana meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui supervisi akademik
berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1 Madapangga”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran.
2. Meningkatnya kemampuan Guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam menunjang proses belajar mengajarnya di kelas.
11
3. Menumbuhkan persesi positif guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sebagai layanan bantuan proses
pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Meningkatkan intensitas kegiatan Kelompok Kerja Guru sebagai wahana
peningkatan kemampuan profesionalisme Guru.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru, meningkatkannya kemampuan guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran
2. Bagi kepala sekolah, mampu mengembangkan kebijakan sekolah agar dapat
meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru maupun kepala sekolah sendiri.
3. Bagi Dinas Pendidikan, hendaknya menjadi salah satu referensi dalam upaya
meningkatkan sistem pembinaan profesional tenaga pendidik dan kependidikan
serta mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses
pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan lancar.
4. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui
penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel
dan valid.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Visi Misi SMA Negeri 1 Madapangga Kabupaten Bima
1. Visi
Untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan
dan juga mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Bima SMA Negeri 1 Madapangga merumuskan Visi sebagai
berikut :
“Unggul dalam proses, kompetitif dalam mutu dan mulia dalam akhlak”
2. Misi
Mengembangkan sistem pendidikan menengah atas yang dituangkan melalui
proses pengajaran dan pelatihan secara berkelanjutan guna mencerdaskan kehidupan
bangsa berdasarkan nilai-nilai moral bangsa Indonesia. Penjabaran dari misi di atas:
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa
berkembag secara maksimal sesuai dengan potensi dirinya
2. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah
3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga
dapat berkembang secara optimal
4. Menumbuhkan dan mendorong siswa untuk memiliki keterampilan khsusu untuk
bekal hidup di tengah masyarakat
5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa
sehingga terbentuk siswa yang berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
13
6. Mendorong siswa lulusan yang berkualitas untuk berprestasi, berahlak tinggi,
melanjutkan pendidikan kejenjang PT dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas
pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggungjawab; guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma
moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma
tersebut. Guru juga harus bertanggungjawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajarannya di sekolah, dan dalan kehiduapan masyarakat.
Menurut PP No. 74 tahun 2008, jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari tiga
jenis, yaitu guru kelas, guru bidang studi, dan guru mata pelajaran. Adapaun tugas
masing-masingnya disajikan sebagai beikut; 1) Menyusun kurikulum pembelajaran
pada satuan pendidikan; 2) Menyusun silabus pembelajaran; 3) Menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran; 4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran; 5) Menyusun alat
ukur/soal sesuai mata pelajaran; 6) Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar
pada pelajaran di kelasnya; 7) Menganalisis hasil penilaian pembelajaran; 8)
Melakasanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil
penilaian dan evaluasi; 9) Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang
menjadi tanggung jawabnya; 10) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap
proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; 11) Membimbing guru pemula
dalam program induksi; 12) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses
pembelajaran; 13) Melaksanakan pengembangan diri; 14) Melaksanakan publikasi
ilmiah; 15) Membuat karya inovatif.
14
Kemampuan guru disebut juga kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru
sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial. Dalam hal keterampilan, seorang guru harus menguasai
keterampilan mengajar, yaitu: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi
penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, guru
memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor dan merupakan faktor yang sangat
dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar di kelas.
Dalam hal profesional, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar
dalam hal: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan
mengadakan variasi mengajar. Wijaya (1992: 25-30) menyatakan bahwa kemampuan
profesional yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar adalah: (1)
menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4)
menggunakan media sumber, (5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6)
mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi peserta didik untuk
kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10)
memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna
keperluan pengajaran.
Kemampuan mengajar merupakan hal esensial yang harus dimiliki oleh guru
sebagai tugas profesinya. Depdiknas (2007) membagi kompetensi guru atas empat
dimensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
15
profesional, dan (4) kompetensi sosial. Raka Joni (1984) mengemukakan 10 macam
kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu; (1) menguasai bahan, (2) menguasai
landasan pendidikan, (3) menyusun program pembelajaran, (4) melaksanakan
pembelajaran, (5) menilai proses dan hasil belajar, (6) melaksanakan program
bimbingan dan penyuluhan, (7) menyelenggarakan administrasi sekolah, (8)
mengembangkan kepribadian, (9) berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat, dan (10)
menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan mengajar. Kesepuluh
kompetensi ini, Sudiarto mengguguskan ke dalam tiga aspek, yaitu; (1) kemampuan
merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan (3)
kemampuan mengevaluasi pembelajaran.
Depdiknas mengidentifikasi kemampuan mengajar guru dalam tiga gugus yang
lebih dikenal dengan alat penilaian kemampuan guru (APKG) yaitu; (1) kemampuan
merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan Pembelajaran, dan (3)
kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi (sosial). Sedangkan BSNP (dalam
Priatna, 2013) dikemukakan 14 kompetensi guru yaitu kemampuan: (1) menguasai
karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mendidik, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran yang
mendidik, (5) pengembangan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta
didik, (7) penilaian dan evaluasi, (8) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional. (9) menunjukkan pribadi yang dewasa dan tauladan,
(10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru, (11)
bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, (12) komunikasi dengan
sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat, (13)
penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
16
pelajaran yang diampu, dan (14) mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan
yang reflektif.
Mengacu pada beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa kemampuan guru dikelompokkan ke dalam empat aspek pokok yaitu,
kemampuan mendisain pelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan melaksanakan evaluasi dan kemampuan melaksanakan hubungan antara
pribadi guru, sesama guru, siswa, orang tua dan masyarakat.
C. Supervisi Akademik
a. Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak
terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987)
menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik
adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan,
misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan
oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas
di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh
guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan
bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan
penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus
17
dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan
melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Supervisi akademik adalah merupakan kegiatan terencana yang ditujukan pada
aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru melalui dukungan evaluasi pada proses
belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar (Dirjen PMPTK, 2009:5).
Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), supervisi
akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41
tahun 2007. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui supervisi
akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui saling
berbagi pengalaman dengan guru lain, dengan pembina gugus, dan dengan pengawas
sekolah, sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat teratasi secara maksimal.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah Supervisi akademik
merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah/madrasah.
Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman 1981, dalam PMPTK, 2008:12). Oleh
sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep
supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan
dimensi-dimensi substansi supervisi akademik.
b. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru
dalam menyusun RPP yang sesuai dengan Permen Diknas No. 41 tahun 2007.
18
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui Supervisi Akademik dilakukan
dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui saling berbagi pengalaman
dengan guru lain, dengan pembina dari pengawas sekolah. Sehingga masalah kurangnya
kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat teratasi.
Tujuan supervisi akademik adalah: 1) membantu guru mengembangkan
kompetensinya, 2) mengembangkan kurikulum, 3) mengembangkan kelompok kerja
guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007,
Sergiovanni, 1987).
Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar
di bawah ini.
Gambar 2.1. Tiga tujuan supervisi akademik
Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function)
dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan
Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi
bagi pengembangan profesionalisme guru.
c. Prinsip-prinsip supervisi akademik
1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
19
2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang
dan tujuan pembelajaran.
3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan
terjadi.
6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran.
8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam
mengembangkan pembelajaran.
9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi
akademik.
10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis,
terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
12) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan
oleh Kepala sekolah).
13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd,
1972).
d. Dimensi Supervisi Akademik
1) Kompetensi kepribadian.
20
2) Kompetensi pedagogik.
3) Kompotensi profesional.
4) Kompetensi sosial.
Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru. Apalagi bila
tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya dalam arti sempit, yaitu mengkalkulasi
kualitas keberadaan guru dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka. Hal ini
sangat berbeda dengan konsep supervisi akademik. Secara konseptual, supervisi
akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi
akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk
kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi
akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja guru dalam mengelola proses
pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik.
Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka
21
untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru,
sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh
kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan
pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam
mengenai supervisi akademik.
a. Model Supervisi Tradisional
1) Observasi Langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru
yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-observasi.
a) Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta
diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup
kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b) Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru
dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas.
Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan
penutup.
c) Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara
dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
22
kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.
2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas,
reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan
yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu.
b) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses
Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan
guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari
berbagai alternatif jalan keluarnya.
c) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan
penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.
d) Model Kontemporer (masa kini)
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis,
sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan
pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur
supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi
kelas, namun pendekatannya berbeda.
D. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan teknologi
informasi (ICT), yang telah memperngaruhi sluruh aspek kehidupan tak terkeculai
23
pendidikan, sesungguhnya bias dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap
adanya tuntutan reformasi dalam system pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan
media pembelajaran berbasik TI baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa
dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat.
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang relatif
singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan data perkiraan APJII
(Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) sampai dengan akhir tahun 2005
pengguna internet indonesia mencapai 16 juta pengguna, naik hampir 50 %
dibandingkan dengan data pengguna internet tahun 2004 yang mencapai 11 juta
pengguna (www.wahanakom.com).
Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi
proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan
(sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus
menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat
dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu
menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini.
Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni
dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan
seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK sebagai
pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah).
1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah payung besar terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
24
TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu,
teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak
terpisahkan.
Istilah “Teknologi Informasi dan Komunikasi‟ tidak dapat dipisahkan dari
konsep yang membangunnya, yakni konsep “Teknologi Informasi‟ dan “Teknologi
Komunikasi‟.
Istilah teknologi informasi juga disebutkan di dalam WordNet Glossary Universitas
Princeton sebagai suatu cabang ilmu teknik yang khusus berhubungan dengan teknik-teknik
pemanfaatan komputer dan perangkat telekomunikasi guna menerima, menyimpan dan
meneruskan suatu informasi.
Istilah “teknologi komunikasi‟, lebih merujuk kepada proses
pentransmisian/penyebaran informasi yang telah diolah. Munir (2008: 14)
mengemukakan bahwa teknologi komunikasi adalah perangkat-perangkat teknologi
yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk
membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil (komunikatif).
Teknologi informasi bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi guna
keperluan pengolahan informasi. Hal ini senada dengan definisi yang dicantumkan
Dictionary of Information Technology yang menyebutkan bahwa teknologi informasi
merupakan, “the acquisition, processing, storage and dissemination of vocal, pictorial,
25
textual and numerical information by a microelectronics-based combination of
computing and telecommunications ...” (Longley & Shain 2012: 164).
Berdasarkan penjabaran dari istilah „teknologi informasi‟ dan „teknologi
komunikasi‟ di atas maka dapat dilihat sebuah diferensiasi dari kedua istilah tersebut.
Teknologi informasi lebih menekankan pada aspek pengolahan informasi agar menjadi
efektif dan komunikatif Sedangkan istilah teknologi komunikasi lebih menitikberatkan
pada segi pentransmisian/penyebaran dari informasi yang telah diolah tersebut.
Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan
informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi
komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi
pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat
melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus
mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi
adalah suatu kegiatan pengolahan dan penyebaran informasi dengan menggunakan
teknologi komputasi elektronik agar menjadi suatu informasi yang efektif dan
komunikatif guna disampaikan/ditransmisikan kepada pihak-pihak yang
membutuhkannya.
2. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Perkembangan teknologi yang berlangsung dengan sangat pesat dimulai dari
pertengahan abad ke-20 hingga saat ini (awal abad ke-21) telah menyebabkan hampir
seluruh aspek dalam kehidupan manusia telah mendapatkan sentuhan teknologi.
Teknologi pada dasarnya memang diciptakan untuk mempermudah hidup manusia,
26
sehingga manusia bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya dengan lebih cepat,
efektif, efisien dan juga optimal.
Dunia pendidikan tidak terlepas dari mendapatkan pengaruh yang besar dari
terjadinya perkembangan teknologi yang sangat pesat itu. Dimulai dari awal abad ke-20,
telah banyak dikembangkan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran guna
mendapatkan hasil pendidikan yang optimal yang akan berimbas kepada peningkatan
taraf hidup dan kemajuan umat manusia di seluruh dunia.
Di masa-masa awal pemanfaatan TIK untuk kegiatan pembelajaran, teknologi
media yang sedang berkembang pada saat itu sering dimanfaatkan sebagai media
penyampaian informasi pembelajaran. Media televisi dan radio memegang peranan
penting dalam hal pemanfaatan teknologi untuk penyebarluasan materi pembelajaran
selama abad ke-20. Radio telah dimanfaatkan untuk mengantarkan informasi
pembelajaran ke tempat-tempat terpencil seperti pelosok desa atau kota yang jauh dari
pusat pemerintahan, sedangkan televisi digunakan untuk menyampaikan informasi
pembelajaran ke seluruh penjuru dunia.
Menjelang akhir abad ke-20 di mana teknologi komputer dan jaringan komputer
mulai berkembang, peranan televisi dan radio sebagai aplikasi teknologi penyampaian
materi pembelajaran mulai tergeser dengan hadirnya teknologi internet dan aplikasi-
aplikasi pembelajaran elektronik. Akan tetapi sesuai dengan hakikat perkembangan
teknologi di mana kehadiran teknologi baru tidak bertujuan untuk menggantikan fungsi
teknologi yang telah ada sebelumnya, pemanfaatan teknologi komputer dan internet pun
bertujuan untuk menambah media-media yang bisa digunakan untuk menyampaikan
materi pembelajaran. Tren yang berkembang saat ini, seluruh teknologi informasi dan
27
komunikasi yang ada digunakan secara beriringan sesuai dengan fungsi dan
keunggulannya untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran yang sesuai.
TIK sebagai sebuah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran bila didesain dan
diintegrasikan dengan baik bisa membantu meningkatkan penyerapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup peserta didik. Dengan pengintegrasian TIK, sebuah
kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya akan berpusat kepada pengajar sebagai pusat
pengetahuan, akan tetapi akan lebih berpusat kepada peserta didik (student-centered)
sebagai pihak yang benar-benar memiliki kendali atas kegiatan pembelajaran yang
dilakukannya. Cynthia (2009: 6) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima kondisi
efektif pembelajaran yang bisa dicapai melalui pemanfaatan TIK sebagai berikut:
1) Pembelajaran Aktif; Dengan pemanfaatan TIK, suasana pembelajaran tidak akan
lagi menjadi abstrak, melainkan lebih nyata dan relevan dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Keterlibatan peserta didik akan meningkat, dan peserta
didik akan dengan lebih mudah memilih materi pelajaran yang dibutuhkannya.
2) Pembelajaran Kolaboratif; TIK memungkinkan peserta didik untuk belajar
secara kolaboratif, baik dengan sesama peserta didik, dengan pengajar, maupun
narasumber yang berhubungan dengan topik yang sedang mereka pelajari. TIK
telah memudahkan peserta didik untuk saling berkomunikasi dan berbagi
informasi dengan beragam format kapanpun dan di manapun mereka sedang
berada.
3) Pembelajaran Kreatif; TIK telah memungkinkan peserta didik untuk
menghasilkan produk yang unik dan menarik, karena TIK memiliki kemampuan
untuk menggabungkan berbagai format sajian ke dalam satu kesatuan, seperti
materi multimedia, flm, website dll.
28
4) Pembelajaran Integratif; Penggunaan TIK telah memungkinkan peserta didik
untuk lebih mudah menggabungkan berbagai informasi dari ragam disiplin ilmu
ke dalam satu kesatuan informasi. Dengan informasi yang lebih mudah didapat,
peserta didik akan memiliki pemahaman yang lebih komprehensif mengenai
topik yang sedang mereka bahas.
5) Pembelajaran Evaluatif; TIK memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi
sendiri kegiatan pembelajaran mereka. Dengan menggunakan aplikasi tertentu,
peserta didik mampu mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap
sebuah materi pembelajaran dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan mereka
agar bisa lebih menyempurnakan pemahamannya.
Selain berguna untuk membuat suatu kegiatan pembelajaran menjadi lebih
berpusat kepada siswa (student centered), lebih lanjut Haddad & Jurich (2002: 29)
mengemukakan hasil risetnya mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan di
beberapa negara berkembang. Dalam hasil risetnya tersebut mereka mengatakan bahwa
bila dimanfaatkan dengan baik dan tepat guna, maka TIK memiliki potensi untuk
memperluas akses pendidikan (expanding access), meningkatkan efisiensi (promoting
efficiency), memperbaiki kualitas belajar dan meningkatkan kualitas pengajaran
(improving the quality of learning and enhancing the quality of teaching), serta
memperbaiki sistem pengelolaan dan administrasi pendidikan (improving management
system).
3. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Gugus Sekolah
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa kebutuhan
pemanfaatan TIK di dalam dunia pendidikan adalah mutlak untuk diadakan guna
29
kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Abdulhak (2010: 4) mengemukakan
bahwa secara garis besar TIK memiliki empat peranan sebagai berikut:
a. Memperluas akses pendidikan
TIK dapat membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan. Dengan TIK,
kegiatan pembelajaran tidak terbatas lagi pada dinding-dinding ruang kelas, akan tetapi
dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja asal peserta didik yang bersangkutan
terhubung ke internet. Contohnya, aplikasi TIK seperti distance education (pendidikan
jarak jauh) telah memberi kesempatan kepada mereka yang misalnya waktunya terbatas
karena pekerjaan menjadi tetap bisa mengikuti pendidikan dengan bantuan teknologi.
b. Meningkatkan efisiensi pendidikan
Efisiensi dalam bidang pendidikan berarti sebuah pendidikan bisa tersampaikan
dengan kualitas terbaik dan menuju hasil yang optimal tanpa biaya yang mahal.
Pemanfaatan TIK memungkinkan hal itu terjadi. Melalui pemanfaatan TIK, peserta
didik dapat melakukan kegiatan akademik sesuai dengan tuntutan kurikulum walaupun
mereka tidak menghabiskan waktunya di kelas. Selain itu bagi siswa yang memiliki
disiplin diri dan motivasi belajar yang tinggi, pemanfaatan TIK dapat mempercepat
proses untuk mencapai tingkat penguasaan, dan memperluas pilihan belajar sesuai
dengan kemampuan dan kondisi diri peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri (self
learning) (Abdulhak 2010: 4).
c. Memperbaiki proses belajar mengajar
TIK dengan segala potensi dan kemampuannya dalam menyajikan materi yang
variatif dalam berbagai format mampu mengantarkan proses belajar mengajar yang
lebih baik guna memberikan hasil belajar yang lebih optimal pada diri peserta didik.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bila dibandingkan dengan mengikuti
30
pembelajaran konvensional tatap muka dan ceramah yang monoton di dalam kelas,
peserta didik akan lebih memiliki ketertarikan untuk belajar melalui penggunaan media
yang bisa mengantarkan beragam format seperti gambar, suara, video, animasi, atau
program interaktif. Selain itu Haddad & Jurich dalam Abdulhak (2010: 5) juga
mengemukakan bahwa,
“... TIK memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
peningkatan motivasi, memfasilitasi penguasaan keterampilan dasar,
membantu meningkatkan inkuiri dan eksplorasi, serta menyiapkan individu
untuk dunia yang dikendalikan oleh teknologi.”
Dalam pemanfaatannya, TIK diharapkan bisa menghasilkan suatu kegiatan
pembelajaran efektif yang dapat mendorong keingintahuan intelektual siswa dan yang
menyenangkan sehingga mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembentukan pengetahuannya.
d. Memperbaiki Sistem Pengelolaan
Dalam hal manajemen dan administrasi pendidikan, TIK dapat dipergunakan
untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan pembelajaran,
seperti keadaan peserta didik dan pengajar, hasil penilaian peserta didik, keuangan,
keadaan sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan dll. Hal ini dilakukan demi
menghasilkan suatu lembaga pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang berkualitas
yang mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta
dapat diperoleh dengan tepat waktu.
Selain empat peranan TIK dalam pendidikan seperti yang telah disebutkan di
atas, TIK juga memiliki peranan-peranan lain yang lebih spesifik dalam dunia
pendidikan. Peranan tersebut lebih terkait kepada kegiatan pembelajaran sebagai
31
kegiatan sentral dalam sebuah sistem pendidikan. Berikut adalah enam peranan TIK
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Munir (2010: 185) :
e. TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi
Setiap pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan pendidikan, baik itu peserta
didik, pengajar, administrator maupun para pengambil kebijakan pendidikan, harus
memiliki kompetensi dan keahlian di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
khususnya aplikasi TIK yang spesifik diperuntukkan bagi pendidikan. Hal ini
dikarenakan TIK saat ini sudah menjadi suatu bidang ilmu yang sudah menyentuh
hampir semua aspek kehidupan dan wajib dikuasai oleh siapapun. Penguasaan TIK oleh
setiap pihak pemangku kepentingan di bidang pendidikan akan melahirkan satu visi dan
pandangan yang sama mengenai apa dan bagaiman TIK dimanfaatkan guna
menghasilkan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif.
f. TIK sebagai infrastruktur pembelajaran
Penggunaan TIK sebagai salah satu komponen pembelajaran akan meningkatkan
kualitas pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran jadi bisa dilaksanakan di mana saja dan
kapan saja, serta tidak terkendala lagi oleh keadaan di mana peserta didik, pengajar dan
bahan ajar terpisah secara geografis.
g. TIK sebagai sumber bahan belajar
Pemanfaatan TIK sebagai suatu sumber bahan belajar akan menjamin
tersedianya materi-materi pembelajaran yang selalu terperbaharui dan selalu tersedia
untuk diakses setiap saat. Selain itu materi-materi pembelajaran pun akan lebih mudah
untuk diperbaharui menyesuaikan dengan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan
yang terjadi.
h. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
32
Melalui pemanfaatan TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran, suatu
materi pembelajaran akan tersampaikan dengan lebih baik dengan mempertimbangkan
konteks dunia nyatanya. Ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan akan
tersampaikan dengan lebih riil sehingga penyerapan bahan ajar pun terjadi dengan lebih
cepat. Melalui pemanfaatan TIK juga interaksi antar peserta didik akan lebih tinggi
sehingga akuisisi ilmu pengetahuan di antara mereka akan berlangsung dengan lebih
baik, baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, peserta didik akan menjadi
mampu melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih bebas dan mandiri.
i. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam mendukung manajemen pembelajaran dapat
dipergunakan untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas yang
mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta dapat
diperoleh dengan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan salah satu visi UNESCO mengenai
pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang menyebutkan bahwa TIK dapat menciptakan
suatu administrasi, pengaturan kebijakan, dan manajemen pendidikan yang lebih efisien
(more efficient education management, governance and administration).
j. TIK sebagai sistem pendukung keputusan.
Ketersediaan data-data pendidikan yang akurat dapat digunakan oleh para
pembuat keputusan dan pemegang kewenangan untuk membuat keputusan yang tepat
bagi sistem pendidikan yang berlangsung. Sistem kerja TIK yang membuat suatu data
bisa selalu diperbaharui dan tersedia setiap saat akan memberikan jaminan terhadap
ketersediaan data-data yang valid dan reliabel guna terciptanya keputusan dan kebijakan
yang menguntungkan suatu pihak.
33
Satu hal yang jelas dari kegiatan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, bahwa
TIK kini memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu sistem
pendidikan guna menjamin terciptanya pendidikan yang berkualitas, perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan umat manusia.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di SMAN 1 Madapangga berlokasi di Desa Dena
Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima dengan jumlah subyek sebanyah 94 dengan
jumlah guru PNS sebanyak 64 orang. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran
2014/2015.
B. Jenis dan Prosedur Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan
Sekolah (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian Tindakan
Sekolah merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan meningkatkan
menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien. jenis penelitian ini
perlu diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah nelalui pendidikan
dan pelatihan (diklat) PTS. Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan kepala sekolah
dan pengawas sekolah dapat (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah,
(2) memahami makna PTS, (3) memahami penyusunan usulan PTS, (4) melaksanakan
dan melaporkan hasil PTS yang dilakukannya.
Menurut Direktorat Tendik (2008) Langkah – Langkah PTS terdiri atas empat
tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan
reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS dapat dilihat pada gambar
berikut:
35
1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian yang
akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian.
3. Pengamatan dilakukan waktu guru dibombing menggunakan komputer. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang
umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan yang dipakai untuk
memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi,
misalnya aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka,
atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan
untuk keperluan refleksi.
4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2006: 8-
13) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: (1) peneliti
bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan
menganalisis data peneliti juga terlibat langsung dalam proses penelitian, (2)
mempunyai latar alami (natural setting), data yang diteliti dan dihasilkan akan
dipaparkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat diskriptif,
karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan berupa kata-kata
atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5) adanya batas
permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung
bersifat induktif.
36
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69). Proses penelitian merupak
proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek , mengembangkan perencanaan,
melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan
kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap akhir tindakan
dinilai dengan instrument bimbingan setelah belajar. Alur Penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Langkah PTS (Direktorat Tendik (2008)
2. Prosedur Penelitian Tindakan
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah
yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan
upaya memperbaiki kekurangan guru dalam menggunakan komputer kegiatan yang
akan dilakukan adalah (1) menyusun jadwal bimbingan belajar, (2) membuat dan
meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi memperoleh data nontes,
(3) menyiapkan refleksi dan perbaikan guru dalam mengajar.
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
Refleksi
37
b. Tindakan
Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk
menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran di lakukan guru lebih maksimal dan baik sehingga
pembelajaran
Dengan adanya bimbingan belajar TIK guru bisa meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar dan menguasai knmpetensi – kompetensi guru
secara keseluruhan. Dengan hal ini guru akan mudah dalam mengerjakan admistrasi
yang menyakut dengan tugas pokoknya
c. Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang
dilakukan guru dalam bimbingan belajar TIK. Observasi dilaksanakan peneliti
selama kegiatan berlangsung. Observasi meliputi observasi guru menngunakan
komputer.
d. Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi
terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal siklus II.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil kemampuan guru dalam mengajar
siklus I. Jika kemampuan tersebut belum memenuhi nilai target yang telah
ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul
pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II.
38
3. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan yang berlangsung
selama 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan
melaksanakan supervise akademik yang meliputi supervise tradisional dan supervise
model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Awal
Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari
beberapa kegiatan, yakni:
1) Identifikasi Masalah Kemampuan Awal
2) Pengajuan Proposal
3) Melakukan Sosialisasi rencana penelitian tindakan sekolah di Kelompok Kerja Guru
Gugus Binaan V Kecamatan Cimanggis.
4) Mempersiapkan instrument
b. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi tradisional dengan
merencanakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pada tahap perencanaan, tindakan pertama yang dilaksanakan adalah
menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi
guru dalam menyusun RPP dan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal
ini dilakukan dengan cara menanyakan bagian penyusunan RPP yang belum
mereka pahami, mengacu kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses.
39
b) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP pada
pertemuan MGMP .
c) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran
d) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kualitatif
e) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan.
f) Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual atau
kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah).
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi
individual/kelompok untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Pelaksanaan supervisi ini termasuk dalam kegiatan Pra
Observasi yang dilakukan dengan pertemuan individual office-conference. Hal ini
dilakukan terutama kepada guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran,
untuk mengetahui penyebab/masalahnya.
Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan pra observasi, melakukan analisis
dan menetapkan strategi tentang cara mengatasi kendala yang dihadapi guru
utamanya dalam penyusunan RPP. Supervisor dan guru-guru melakukan analisis
dokumen RPP mereka dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan Guru
(APKG 1). Peneliti menilai RPP dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan
Guru (APKG 1). Guru mencatat bagian-bagian / komponen RPP yang tidak sesuai
dengan Alat Penilaian Keterampilan Guru (APKG 1). Guru mencermati butir-butir
APKG 1, selanjutnya melaksanakan diskusi menyusun RPP yang mengacu kepada
APKG 1 dan Standar Proses untuk menentukan cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Peran supervisor membimbing keproses pemecahan masalah. Tahap ini
peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu.
40
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia
diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi
dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan
mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain
itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus 1. Adapun Instrumen yang digunakan adalah
Instrumen Supervisi Akademik
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.
c. Siklus II
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi kontermporer.
Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan MGMP adalah menyiapkan
percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
41
melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan
cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus II adalah
sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I
b) Melaksanakan pertemuan MGMP untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus
I secara umum.
c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif
d) Melaksanakan Peer Teaching
e) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke II
f) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan
mengikutsertakan semua guru kelas.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru saat
workshop tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I kemudian para guru
bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif
dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran.
Tahap berikutnya guru di bawah bimbingan Pengawas dalam kegiatan
MGMP melaksanakan Peer Teaching dengan tujuan sebagai alat latih bagi para
guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya.
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia
diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya dengan guru
menggunakan Instrumen Penilaian Keterampilan Guru dalam Melaksanakan
42
Pembelajaran. Pengawas menugaskan guru untuk membuat RPP yang terbaik dan
dikirim melalui email pengawas.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi
dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan
mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu
peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus I1.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya.
d. Siklus III
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif.
Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan MGMP adalah menyiapkan
percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus II. Hal ini dilakukan dengan
cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
43
proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus III adalah
sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II
b) Melaksanakan pertemuan MGMP untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus
II secara umum.
c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif
d) Melaksanakan Peer Teaching yang dilakukan dengan merekam proses peer
teaching menggunakan camera video digital.
e) Melatih Guru dalam pengenalan Penggunaan Camera Video Digital dalam
pembelajaran.
f) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke III dengan
model supervisi klinis. Dalam kegiatan ini supervisor tidak melakukan observasi
langsung ke dalam kelas melainkan menerima rekaman pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan setiap guru.
g) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan
mengikutsertakan semua guru kelas.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru saat
workshop tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II kemudian para guru
bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif
dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran
serta penggunaan Camera Video Digital untuk merekam proses pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan setiap guru.
44
Pada pertemuan MGMP di bawah bimbingan Pengawas para guru
melaksanakan Peer Teaching yang pelaksanaan direkam dengan menggunakan
Camera Video Digital dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Pada kesempatan ini juga guru
diperkenalkan penggunaan Camera video dan pembuatan Movie Maker.
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terbaik kemudian direkam
dengan menggunakan camera video digital. Hasil Rekaman pelaksanaan
Pembelajaran diserahkan kepada Supervisor untuk dilakukan penilaian.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap hasil rekaman
Camera Video Digital. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi
selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan
tindakan siklus III. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah
lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus berikutnya.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya.
45
C. Indikator Keberhasilan
Tingkat kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat ditentukan dengan
membandingkan M atau rata-rata kemampuan guru ke dalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Skala Lima
No Persentase (%) Kriteria Kriteria
1 91 -100 Sangat Baik
2 75 – 90 Baik
3 65 – 74 Cukup
4 40 – 64 Kurang
5 0 – 39 Sangat Kurang
Sumber: Dantes (2008)
Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari ketercapaian peningkatan
kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran sesuai Permendiknas No. 41
Tahun 2007. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 100% berada pada kategori baik.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam PTS ini dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen
penelitian (alat monitoring), seperti: catatan harian, lapangan, lembar observasi;
pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner, lembar masukan guru (refleksi
tindakan); lembar penilaian unjuk kerja, dan instrumen perekam gambar/suara (video).
E. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara
deskriptif. Analisis data dalam PTS bertujuan bukan untuk digeneralisasikan,
melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan,
dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah yang
diangkat dalam PTS bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan
46
dihadapi oleh guru yang melakukan PTS tersebut dan alternatif pemecahan masalah
yang dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa.
Oleh karena itu ketika suatu PTS berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yg diharapkan, maka berarti sekaligus
peneliti (guru) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang
memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut.
Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/
diting-katkan, misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran,
frekuensi dan kualitas pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama
kelompok, aktivitas, partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas,
kemandirian, dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau
kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang menggambarkan
bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan,
dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan supervisi sebelumnya di SMAN
1 Madapangga, diperoleh data bahwa dari 64 guru berstatus PNS yang telah disupervisi
oleh kepala sekolah dan pengawas yang telah menunjukkan kinerja dalam pelaksanaan
pembelajaran hanya 73% saja atau sebanyak 47 orang, sisanya 27% atau sebanyak 17
orang guru belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Kondisi ini sangat
memprihatinkan mengingat peran dan tugas guru di kelas sangat penting dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Berdasarkan data di atas maka peneliti melakukan penelitian tindakan sekolah
dengan melakukan supervisi akademik kepada 64 orang guru untuk semua mata
pelajaran di SMAN 1 Madapangga yang semuanya berstatus sebagai PNS. Dari data
awal yang diperoleh penulis bahwa 64 orang guru tersebut memiliki kemampuan dalam
proses belajar mengajar di bawah rata-rata atau sekitar 40 – 64 dengan kriteria kurang.
Langkah identifikasi dilakukan oleh peneliti dengan cara menggunakan data
hasil supervisi akademik meliputi perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah dan peneliti yang telah dilakukan kepada
64 orang. Ini peneliti lakukan pada hari Sabtu tanggal 4 SD 9 April 2016.
B. Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif.
Tindakan pertama yang dilaksanakan adalah menyiapkan percakapan awal
(preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses
48
pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan
pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan proses
pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses.
Berdasarkan data awal hasil pengolahan data dan percakapan awal yang
dilakukan kepada 64 orang guru, peneliti melakukan sosialisasi melalui
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan pada saar rapat dinas terhadap
guru-guru yang tergabung dalam MGMP tersebut. Pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan kondisi awal kemampuan Guru SMAN 1 Madapangga, selanjutnya
peneliti melakukan penelitian berkolaborasi dengan Guru Inti yang tergabung dalam
MGMP pada SMAN 1 Madapangga juga melaksanakan kegiatan workshop dan
diskusi tentang Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang Interaktif,
menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan program semester masing-
masing guru yang dilanjutkan dengan implementasi RPP dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
Pada tahap perencanaan ini juga peneliti menyusun Jadwal Supervisi
Akademik, menyiapkan instrumen supervisi akademik dan mensosialisasikannya
kepada para guru di MGMP yang ada di SMAN 1 Madapangga tersebut.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1 dilakukan pada Mulai tanggal 4 SD 9 April 2016.
Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru saat rapat dinas dan sesuai dengan
program dan jadwal supervisi kepala sekolah. Peneliti melakukan Supervisi
Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan
yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan post observasi.
49
Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b) cara menggunakan media pengajaran
c) variasi metode,
d) ketepatan penggunaan media dengan materi
e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadp guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I ini merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pengamatan yang dilakukan kepada 64 orang guru ditekankan pada kegiatan
pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
50
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan
apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan
inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai
dengan tahapan pembelajaran.
Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru belum dapat melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber. Para guru juga masih mendominasi proses pembelajaran belum
dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya guru belum dapat
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan kata lain belum dapat
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahap elaborasi seharusnya guru memberikan dorongan agar membiasakan
siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan
diskusi yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.
51
Proses elaborasi juga semestinya dapat memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Pada Siklus I yang diamati oleh observer
belum nampak siswa dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Kegiatan individual dan kelompok masih didominasi oleh sebagian kecil
kelompok yang aktif melakukan diskusi dan melaporkan secara lisan maupun
tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru untuk memberikan
kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat
berdampak pada rendahnya rasa bangga dan rasa percaya diri siswa.
Pada tahapan konfirmasi guru belum dapat memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Hal inilah yang
mengakibatkan siswa belum dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna
dalam mencapai indikator atau kompetensi dasar.
Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan
memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang
melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini
hanya saja umumnya penilauan dilakukan kurang menggunakan variasi model
penilaian, guru masih menggunakan tes lisan atau tertulis padahal semestinya
memperhatikan konteks atau esesi materi dan indikator yang ingin dicapai.
Pada kegiatan akhir juga jarang para guru melakukan proses refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
apalagi memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
52
sehingga guru beranggapan kegiatan akhir ini merupakan akhir proses
pembelajaran. Semestinya guru dapat merencanakan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas balikan, tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, supervisor melakukan analisis dari
kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas,
dengan maksud sebagai pembinaan khusus. Guru yang dijadikan subyek penelitian
dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual
melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan
masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini
peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi
dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada
saat supervisi berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan
melalui Kelompok Kerja Guru di Gugus V (Gugus Melati) yang disesuaikan dengan
hasil analisis dan rekomendasi. Materi Kegiatan MGMP difokuskan kepada analisis
kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Inti dalam
proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Adapun model pelatihan saat workshop para guru belajar sesama guru dengan
model peer teaching sebelum diterapkan dalam pembelajaran sesungguhnya di
kelas.
53
C. Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilakukan melalui tahapan seperti Siklus I yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
didasarkan atas hasil refleksi dan evaluasi siklus I dengan kata laian kelemahan yang
ditemukan pada Siklus I diperbaiki melalui daur kedua (Siklus II).
Berdasarkan kelemahan pada Siklus I, maka peneliti melakukan tindakan
dengan melakukan supervisi akademik menggunakian model kontemporer yang
dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model
supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi
akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi
akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari
tiga tahap berikut :
a. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini supervisor memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (1) penciptaan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji
rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi
hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan
fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.
b. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang
terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
54
c. Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan
pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4)
mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil
pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara
langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak
lanjut proses perbaikan.
Persiapan lain yang dilakukan oleh supervisor adalah menyiapkan instrumen
pra observasi, observasi dan pasca observasi. Pada tahapan Pra Observasi supervisor
memfokuskan pada perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses.
Sedangkan tahapan observasi menggunakan instrumen yang telah disepakati dengan
guru. Pada tahapan Pasca observasi merupakan diskusi balikan untuk merumuskan
kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1I dilakukan mulai tanggal 18 Sd 23 April 2016. Sesuai
dengan kesepakatan dengan para guru, peneliti melakukan Supervisi Akademik
yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan
oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan pasca observasi.
Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b) cara menggunakan media pengajaran,
c) variasi metode,
55
d) ketepatan penggunaan media dengan materi
e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadap guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II ini merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan kepada 64 orang guru
ditekankan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan
apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
56
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan
inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai
dengan tahapan pembelajaran.
Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru sudah melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dari aneka sumber. Para guru juga sudah tidak mendominasi proses
pembelajaran dan dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media
pembelajaran, dan sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya
guru dapat memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta
didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan kata lain belum
dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pada tahap elaborasi guru memberikan dorongan agar membiasakan siswa
membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan diskusi
yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.
Pada Siklus II yang diamati oleh observer para siswa belum dapat
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Karena proses
diskusi masih didominasi oleh sekelompok siswa saja yang aktif melakukan diskusi
dan melaporkan secara lisan maupun tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kemampuan guru untuk memberikan dorongan dan kesempatan kepada siswa
melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat berdampak pada rendahnya
rasa bangga dan rasa percaya diri siswa.
Pada tahapan konfirmasi guru sudah mampu memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
57
keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan
memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang
melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini
umumnya belum penerapan jenis penilaian yang bervariasi sesuai dengan indikator
yang diharapkan.
Pada kegiatan akhir guru mulai melakukan proses refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram hal ini terlihat
dari guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, Guru yang dijadikan subyek penelitian
dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Supervisor melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang
telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas, dengan maksud sebagai
pembinaan khusus melalui kegiatan kelompok kerja guru.
Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual
melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan
masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini
peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi
dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada
saat supervisi berikutnya.
Proses pembinaan selanjutnya dilakukan pada kegiatan MGMP ini
memfokuskan pada kekurangan guru dari hasil evaluasi dan refleksi Siklus II dan
58
dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang meliputi pemanfaatan TIK dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan
melalui workshop yang disesuaikan dengan hasil analisis dan rekomendasi. Materi
Kegiatan MGMP difokuskan kepada analisis kebutuhan guru terutama yang
berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Inti dalam proses pembelajaran antara lain
penggunaan pendekatan, metode, model-model pembelajaran, penggunaan media
dan sumber belajar yang berbasis IT, dan penilaian hasil belajar.
Khusus pada penerapan pembelajaran berbasis IT guru dibina melalui
pertemuan gugus untuk dapat memanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya
membuat alat peraga menggunakan media power point, memperkenalkan
penggunaan camera digital dan Movie Maker. Selanjutnya kegiatan Peer Teaching
saat workshop dimanfaatkan oleh para guru sebagai latihan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis TIK di kelas.
Kegiatan Pembinaan diakhiri bersama dimana diperoleh kesepakatan antara
pengawas dengan para guru bahwa kegiatan Siklus III berikut dilaksanakan
supervisi akademik oleh kepala sekolah masing-masing, RPP dibuat guru harus
dikirim melalui email pengawas kemudian proses pembelajaran harus direkam
dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melalui CDRW dan dikirim kepada
pengawas.
D. Siklus III
1. Perencanaan
Sesuai dengan kesepakatan antara guru dan peneliti perencanaan Siklus III
dilakukan karena masih rendahnya hasil proses pembelajaran di kelas yang masih di
bawah kriteria ketuntasan yang ingin dicapai.
59
Pada tahap perencanaan Siklus III, peneliti dengan para guru menyepakati
bahwa proses supervisi akademik berikutnya dinilai oleh observer masing-masing
kepala sekolah. Hasil Penyusunan RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk
pelaksanaan proses pembelajaran dikirim melalui email pengawas. Sedangkan
proses pelaksanaan pembelajaran yang disupervisi oleh kepala sekolah harus
direkam dengan handycam dan dibuat softcopinya selanjutnya diserahkan atau
dikirim kepada pengawas sekolah.
Pengawas melakukan pengolahan data dengan menggunakan instrumen yang
telah disepakati bersama untuk menilai RPP dan softcopy hasil rekaman
pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan pengawas
disosialisasikan baik secara individu maupun pada kegiatan kelompok kerja guru.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus III dilakukan sesuai jadwal yaitu pada tanggal 26 Sd 30
April 2016. Supervisi Akademik yang dilakukan pada Siklus III berbeda dengan
model pada siklus-siklus sebelumnya.
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik Siklus III dimulai melalui kegiatan
pra observasi oleh kepala sekolah kemudian kepala sekolah bersama guru
melakukan kesepakatan untuk melaksanakan observasi kelas terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan TIK dalam pembelajaran.
Peneliti hanya menilai secara tidak langsung melalui RPP yang diemail dan hasil
rekaman proses pembelajaran yang telah dilakukan para guru.
Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan RPP
dan rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan pasca observasi
secara individu kepada para guru.
60
3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini peneliti melakukan penilaian terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikirim para guru melalui email pengawas,
kemudian pengamatan dilanjutkan dengan mengamati proses pelaksanaan
pembelajaran yang direkam oleh para guru (64 orang).
Pada tahap ini juga peneliti melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Adapun fokus penelitian
adalah proses pelaksanaan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan
menantang dan melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan para guru juga menitik
beratkan pada implementasi model pembelajaran yang inovatif dan menggunakan
media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
4. Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap komponen RPP dan
Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di Gugus V Kecamatan
Cimanggis diperoleh hasil bahwa secara umum para guru telah menunjukkan
kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran hal ini terlihat dari
hasil rekaman rekaman yang telah dilakukan oleh masing-masing sekolah para guru
dapat menggunakan pendekatan pembelajaran lain seperi misalnya pembelajaran
kooperatif, pembelajaran beregu, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
berbasis proyek, dan pembelajaran dengan aneka sumber.
Pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD dapat dilakukan oleh para guru secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi (I2M3) peserta didik berpartisipasi
aktif.
61
Kegiatan evaluasi dan refleksi siklus III dilaksanakan pada kegiatan
workshop. Pada tahapan evaluasi selaku peneliti menyampaikan hasil evaluasi
kegiatan supervisi akademik yang telah dilakukan pada Siklus III. Pada kesempatan
ini supervisor melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilaksanakan para gru dan telah mampu menunjukkan efektivitas proses
pembelajaran yang optimal.
Pertemuan MGMP yang dilakukan menurut peneliti sangat efektif dalam
pengembangan kompetensi guru. Pertemuan dalam kelompok kerja merupakan
suatu pertemuan yang dihadiri oleh guru supervisor. Melalui forum ini guru dan
pengawas menyamakan persepsi menyangkut kegiatan pembelajaran, membahas
isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang sedang berkembang, serta bersama-sama
mencari solusi pemecahannya, sharing dengan para guru tentang praktik baik yang
perlu ditularkan.
E. Pembahasan
1. Kemampuan Awal Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Sebelum
Penelitian
Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tidak inspiratis,
menyenangkan dan menantang, kurang memberikan otivasi kepada peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, siswa tidak diberikan ruang prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan perkembangan bakat, minat dan pisik dan psikologi
siswa telah terjadi di SMAN 1 Madapangga.
Dari 64 guru yang mampu melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang cukup baik hanya sebanyak 47 orang saja atau 73% sisanya 27%
atau sebanyak 17 orang guru sangat jauh dari harapan. Hasil supervisi yang
dilakukan kepada 64 orang guru tersebut menunjukkan nilai yang sangat
62
memprihatinkan. Mereka tidak membuat perencanaan pembelajaran, sehingga
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pun hanya sebatas menggugurkan tugas
dan kewajiban saja. Di bawah ini disajikan hasil supervisi akademik yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan.
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Pra Siklus
No Aspek yang disupervisi Jumlah Nilai Rata-rata Kategori
1 Perencanaan 2,510.57 62.76 Kurang
2 Pelaksanaan 2,581.50 64.54 Kurang
Jumlah 5,092.07 63.65 Kurang
Berdasarkan Tabel 4.1. di atas bahwa rata-rata tingkat kemampuan guru 63,65
dengan kategori kurang. Setelah dilakukan identifikasi penyebab rendahnya
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, diperoleh hasil bahwa guru
tidak melaksanakan pembelajaran sesuai skenario rencana pembelajaran, kurang
mengarahkan belajar siswa sesuai dengan prinsip belajar yang mendidik, tidak
memfasilitasi pengembangan potensi seluruh siswa menguasi materi.
Dalam menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran guru memiliki
kelemahan pada kemampuan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang direncanakan hal ini nampak pada rencana pembelajaran tidak disusun
secara sistematik dan sistemik, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang secara kreatif dan mandiri sehingga siswa tidak memiliki
pengalaman belajar yang permanen. Seharusnya pembelajaran yang dibuat dapat
memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kemampuan Guru Dalam MelaksanakanPembelajaran pada Siklus I
Berdasarkan kelemahan yang ditemukan pada kemampuan awal maka
peneliti melakukan bimbingan dan pembinaan di Gugus V untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran. Adapun materi
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan Kompetensi Guru

More Related Content

What's hot

Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)Mulyati Rahman
 
Laporan penelitian tindakan_sekolah
Laporan penelitian tindakan_sekolahLaporan penelitian tindakan_sekolah
Laporan penelitian tindakan_sekolahMuhammad Setiawan
 
Penelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolahPenelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolahekatrisnawati
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A NNASuprawoto Sunardjo
 
Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010Dapit Takka
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiDanajaya Mahmudz
 
Transformasi Sekolah: SMK Kuala Penyu
Transformasi Sekolah: SMK Kuala PenyuTransformasi Sekolah: SMK Kuala Penyu
Transformasi Sekolah: SMK Kuala PenyuAbu Bakar Sani
 
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala Penyu
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala PenyuTs25 Kohort 5: SMK Kuala Penyu
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala PenyuAbu Bakar Sani
 
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesiaApa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesiaMuhammad Nuroni
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanMaman_Lukman
 

What's hot (20)

Laporan pts
Laporan ptsLaporan pts
Laporan pts
 
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)Mulyati ojl 3  (RTK Cakep Bab 3)
Mulyati ojl 3 (RTK Cakep Bab 3)
 
Prosedur pts
Prosedur ptsProsedur pts
Prosedur pts
 
Laporan penelitian tindakan_sekolah
Laporan penelitian tindakan_sekolahLaporan penelitian tindakan_sekolah
Laporan penelitian tindakan_sekolah
 
Penelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolahPenelitian tindakan manajemen sekolah
Penelitian tindakan manajemen sekolah
 
Pts sumarso
Pts sumarsoPts sumarso
Pts sumarso
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
 
Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010Dokumen skpm 2010
Dokumen skpm 2010
 
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyutiTugas 14 hasil laporan rps suyuti
Tugas 14 hasil laporan rps suyuti
 
1 sm
1 sm1 sm
1 sm
 
Transformasi Sekolah: SMK Kuala Penyu
Transformasi Sekolah: SMK Kuala PenyuTransformasi Sekolah: SMK Kuala Penyu
Transformasi Sekolah: SMK Kuala Penyu
 
Skpmg2
Skpmg2Skpmg2
Skpmg2
 
karya ilmiah
karya ilmiahkarya ilmiah
karya ilmiah
 
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala Penyu
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala PenyuTs25 Kohort 5: SMK Kuala Penyu
Ts25 Kohort 5: SMK Kuala Penyu
 
PTS Pengawas 2013
PTS Pengawas 2013PTS Pengawas 2013
PTS Pengawas 2013
 
SUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIKSUPERVISI AKADEMIK
SUPERVISI AKADEMIK
 
Penelitian Tindakan Sekolah
Penelitian  Tindakan  SekolahPenelitian  Tindakan  Sekolah
Penelitian Tindakan Sekolah
 
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesiaApa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts)   forum guru indonesia
Apa dan bagaimana penelitian tindakan sekolah (pts) forum guru indonesia
 
Supervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikanSupervisi dan evalusi pendidikan
Supervisi dan evalusi pendidikan
 
kajian
kajiankajian
kajian
 

Similar to Peningkatan Kompetensi Guru

Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
Teknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxTeknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxanwarjuli
 
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfGuru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfDefison Chan
 
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas TinggiPower Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas TinggiHeru Supanji
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docDelianaDeliana6
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptZOLKEPLEBINIBRAHIMIP1
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptZOLKEPLEBINIBRAHIMIP1
 
Persiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalPersiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalneviyarni
 
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis buku 1 (1)
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis  buku 1 (1)Kurikulum smp negeri 1 batang kuis  buku 1 (1)
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis buku 1 (1)Haris Kul
 
Makalah spi kelompok5
Makalah spi kelompok5Makalah spi kelompok5
Makalah spi kelompok5asikin1
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasHariyatunnisa Ahmad
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasHariyatunnisa Ahmad
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dBang Mohtar
 
Pelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanPelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanAsrori Asrori
 

Similar to Peningkatan Kompetensi Guru (20)

Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
Teknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docxTeknologi Pendidikan.docx
Teknologi Pendidikan.docx
 
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfGuru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
 
Standar proses
Standar prosesStandar proses
Standar proses
 
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas TinggiPower Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
 
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.docREVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
REVITALISASI_PENGEMBANGAN_KURIKULUM.doc
 
Sbt
SbtSbt
Sbt
 
Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1Artikel ilmiah1
Artikel ilmiah1
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.pptPeranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
Peranan-guru dalam pembentukan Kurikulum.ppt
 
Persiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikalPersiapan akademik lbk f klasikal
Persiapan akademik lbk f klasikal
 
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis buku 1 (1)
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis  buku 1 (1)Kurikulum smp negeri 1 batang kuis  buku 1 (1)
Kurikulum smp negeri 1 batang kuis buku 1 (1)
 
Makalah spi kelompok5
Makalah spi kelompok5Makalah spi kelompok5
Makalah spi kelompok5
 
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru Manajemen Kelas
 
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen KelasPemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Pemikiran-pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
 
Ipi359208
Ipi359208Ipi359208
Ipi359208
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
 
Pelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanPelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikan
 

Recently uploaded

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSyudi_alfian
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 

Recently uploaded (20)

PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPSKisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 

Peningkatan Kompetensi Guru

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sumber bahan untuk dipelajari berkembang demikian cepat. Dalam kondisi demikian, tuntutan terhadap kualitas manusia terdidik, baik kemampuan intelektual, kemampuan vokasional dan rasa tanggung jawab kemasyarakatakan, kemanusiaan dan kebangsaan juga meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Heterogenitas peserta didik dalam berbagai dimensi (intelektual, kultural, dan ekonomi); terus berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai objek belajar; terus berubahnya masyarakat dengan tuntutannya, merupakan faktor yang menjadikan guru harus memiliki dan profesional. Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah, jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan komunikasi, seperti komputer dengan internetnya. Setiap perkembangan atau kemajuan yang dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang tinggi serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya memperkaya
  • 2. 2 alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi dasar membuat kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Standarisasi Kompetensi Tenaga Kependidikan dengan menerapkan Standar Kompetensi bagi Tenaga Kependidikan, baik pendidik maupun tenaga kependidikan lainya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Standar-standar tersebut merupakan acuan dan kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan. Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu standar yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru yang profesional adalah yang telah menguasai empat kompetensi utama antara lain: (1) kompetensi pedagogik (akademik); (2) kompetensi kepribadian (personal); (3) kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kemampuan yang harus dimiliki guru adalah pemahaman tentang kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, mampu mengembangkan kurikulum atau silabus, mampu merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengadakan evaluasi hasil belajar, bisa memanfaatkan teknologi, dan memahami perkembangan peserta didik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88),
  • 3. 3 yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik: (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan. Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya, misalnya memahami materi pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, serta teknologi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
  • 4. 4 Pembinaan kemampuan guru sebagai suatu sistem didalamnya terdapat beberapa komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan yang erat. Komponen- komponen yang terkait dalam pembinaan kemampuan guru adalah: (a) pengawas selaku pembina guru yang melakukan tugas fungsinya disertai dedikasi dan komitmen terhadap tugasnya. (b) anggota MGMP semua mapel, (c) perencanaan program pembinaan melalui kegiatan pelatihan, diskusi, seminar, tutorial. Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang memegang peran yang signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah. Peran pengawas meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan berkesinambungan (PP19 Tahun 2005, pasal 55). Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan. Peningkatkan mutu tenaga pendidik yang berkualitas perlu dilakukan secara terprogram, terstruktur dan berkelanjutan melalui pembinaan profesional oleh pengawas sekolah. Upaya peningkatan kemampuan guru perlu adanya wadah yang mampu menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran untuk dapat menemukan cara-cara pemecahan permasalahan tersebut. Surat Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor : 079/C/Kep. I / 93, tanggal 7 April 1993 memutuskan tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui Pembentukan Gugus Sekolah di SMA, hal tersebut sebagai wujud nyata dalam upaya pemberdayaan dan meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan
  • 5. 5 mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20, menyatakan bahwa guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran, hal tersebut dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas ) Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Dalam perencanaan proses pembelajaran yang dimaksud adalah bahwa seorang pendidik pada satuan pendidikan dituntut mampu mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam RPP adalah sumber belajar. Guru diharapkan untuk mengembangkan kompetensinya dalam pembuatan bahan ajar yang merupakan salah satu sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran berupa bahan ajar merupakan komponen yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk dapat mempermudah pelaksanaan proses pembelajaran. Guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran karena fungsi guru memiliki fungsi utama mulai dari merancang, mengelola dan mengevaluasi pembelajaran dalam suatu sekolah. Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali dengan perencanaan yang sangat matang. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan
  • 6. 6 dengan baik, ini merupakan setengah dari suatu keberhasilan sudah dapat tercapai, tinggal setengahnya lagi yang terletak pada pelaksanaan pembelajaran. Secara umum pada saat ini ada gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran seringkali tanpa didukung dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tanpa persiapan dari guru menjadikan proses pembelajaran yang tidak dapat diterima dan tidak menarik bahkan tidak menyenangkan bagi siswa, kedatangan guru tidak tepat waktu, meninggalkan kelas sebelum waktunya, kegiatan penilaian yang tidak terorganisir dengan baik sehingga hasil evaluasi tidak mengatasi fenomena tersebut maka guru dituntut mampu menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru diharapkan menyusun sendiri perangkat pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik siswa dan daya dukung sekolah. Kenyataan di lapangan saat ini ditemukan berbagai masalah dalam penyelenggaraan pendidikan yang berakibat buru pada peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Permasalah yang paling krusial adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran yang dilakukan para guru, umumnya guru jarang membuat perencanaan pembelajaran yang dapat membangkitkan potensi siswa. Guru hanya sekedar menggugurkan kewajibannya. Sementara itu sistem pembinaan profesional yang seharusnya dapat diberdayakan keberadaannya kini semakin jarang dimanfaatkan seperti forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). MGMP sebagai salah satu wadah bagi guru yang bergabung dalam organisasi gugus sekolah bertujuan menjadikan guru lebih profesional dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendekatan sistem pembinaan profesional diharapkan guru mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran, termasuk dalam mengembangkan kurikulum.
  • 7. 7 MGMP adalah wadah pembinaan profesionalisme bagi guru dalam upaya peningkatan kemampuan profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di SMA, yang berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, dan lain-lain yang berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif. Fokus pemberdayaan MGMP dalam kajian ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam mencapai tujuan. Baedhowie, (dalam PMPTK, 2009: 9) menyatakan bahwa tujuan MGMP adalah untuk lebih mengaktifkan komunikasi antar guru, baik yang sebidang (dalam kelompok mata pelajaran) atau dalam suatu klaster tertentu, sehingga dalam proses selanjutnya akan menjadi grup-grup dinamis (dynamic groups) yang aktif untuk berkembang dengan berbagai kegiatan inovatif. Tujuan kegiatan MGMP adalah sebagai berikut. 1) memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam berbagai hal, seperti penyusunan dan pengembangan silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), membahas materi esensial yang sulit dipahami, strategi/metode/ pendekatan/media pembelajaran, sumber belajar, kriteria ketuntasan minimal, pembelajaran remedial, soal tes untuk berbagai kebutuhan, menganalisis hasil belajar, menyusun program dan pengayaan, dan membahas berbagai permasalahan serta mencari alternatif solusinya; 2) memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3) meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengadopsi pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif bagi guru; 4) memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan tugas-tugas guru di sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran sesuai standar mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya
  • 8. 8 menjamin mutu pendidikan; 5) meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dalam rangka mewujudkan pelayanan pendidikan yang berkualitas; 6) mengembangkan kegiatan mentoring dari guru senior kepada guru junior; dan 7) meningkatkan kesadaran guru terhadap permasalahan pembelajaran di kelas yang selama ini tidak disadari dan tidak terdokumentasi dengan baik. (Depdiknas, 2009: 12). Fungsi MGMP adalah: 1) Sebagai prasana pembinaan profesinal tenaga kependidikan melalui wadah MGMP dibimbing oleh pengawas sekolah, Tutor dan guru pemandu; 2) Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama, kompetitif di kalangan anggota gugus dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; 3) Tempat penyebaran informasi, inovasi dan pembinaan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; 4) Wadah koordinasi peningkatan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat dalam upaya ikut membantu penyelenggaraan pendidikan; 5) Tempat penyemaian jiwa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa percaya diri guru dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dari MGMP adalah merupakan suatu usaha membantu meningkatkan kemampuan guru secara profesional dalam melaksanakan tugasnya yaitu peningkatan mutu pembelajaran. Dengan kata lain, pengembangan berperan untuk menjembatani siklus kegiatan dalam mata rantai peningkatan mutu program pendidikan pada SMA secara berkelanjutan. Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tanpa didukung dengan perencanaan pembelajaran yang baik terjadi di SMAN 1 Madapangga. Mereka hanya menggunakan RPP yang diberikan dari kecamatan, melaksanakan proses pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang tersedia. Melihat fenomena yang terjadi, maka dipandang perlu mengadakan penelitian tindakan sekolah tentang peningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
  • 9. 9 mengacu pada Permendiknas 41 tahun 2007 melalui supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1 Madapangga , karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah binaan peneliti, dan dari sebanyak 46 orang guru, peneliti melaksanakan penelitian terhadap guru. Setelah penulis melaksanakan supervisi terhadap perangkat pembelajaran, khususnya supervisi terhadap perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran, RPP belum disusun secara optimal. Kekurangan-kekurangan dalam penyusunan RPP, meliputi: 1) Penyusunan RPP belum berpedoman kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses. 2) Sistematika penyusunan RPP, tidak lengkap (misalnya prosedur penilaian dan alat penilaian). 3) Kurang tepatnya: a. Indikator; b. Penentuan metode/media pembelajaran; c. Proses pembelajaran: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,dan kegiatan akhir kurang tepat. d. Keselarasan tujuan atau indikator dengan materi, metode, media, langkah kegiatan dan evaluasi kurang sesuai. Pembinaan yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dari 46 orang guru SMAN 1 Madapangga yang telah menunjukkan kemampuan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 47 Tahun 2007 tentang standar proses hanya 149 orang atau sekitar 80%, sisanya 20% atau sebanyak 40 orang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Karena itu, peneliti memandang perlu melakukan suatu tindakan perbaikan. Tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan supervisi akademik secara efektif dan efisien kepada guru-guru, khususnya untuk kemampuan melaksanakan Pembelajaran. Melalui supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi diharapkan guru dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih profesional. Usaha ini merupakan suatu pembinaan guru yang dilakukan secara berkesinambungan.
  • 10. 10 Berdasarkan kelemahan-kelemahan itulah peneliti ingin meningkatkan kemampuan guru dalam melaksankan proses pembelajar, yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses. Sebenarnya pembinaan oleh kepala sekolah dan pengawas telah dilakukan. Upaya pembinaan tersebut telah dilakukan di sekolah masing-masing maupun pada saat guru tersebut melakukan MGMP pada sekolah (SMAN 1 Madapangga) Sekolah Binaan Peneliti. Berdasarkan latar belakang di atas dan sejalan dengan visi SMAN 1 Madapangga “Unggul dalam proses, kompetitif dalam mutu dan mulia dalam akhlak”. Sejalan dengan itu maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul Upaya meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1 Madapangga. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi yang dipaparkan penulis, maka penulis selaku Kepala SMAN 1 Madapangga merumuskan masalah, yaitu “Bagaimana meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SMAN 1 Madapangga”. C. Tujuan Penelitian Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan dengan tujuan untuk : 1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran. 2. Meningkatnya kemampuan Guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam menunjang proses belajar mengajarnya di kelas.
  • 11. 11 3. Menumbuhkan persesi positif guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sebagai layanan bantuan proses pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4. Meningkatkan intensitas kegiatan Kelompok Kerja Guru sebagai wahana peningkatan kemampuan profesionalisme Guru. D. Manfaat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan bermanfaat bagi : 1. Bagi Guru, meningkatkannya kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran 2. Bagi kepala sekolah, mampu mengembangkan kebijakan sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru maupun kepala sekolah sendiri. 3. Bagi Dinas Pendidikan, hendaknya menjadi salah satu referensi dalam upaya meningkatkan sistem pembinaan profesional tenaga pendidik dan kependidikan serta mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan lancar. 4. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel dan valid.
  • 12. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Visi Misi SMA Negeri 1 Madapangga Kabupaten Bima 1. Visi Untuk mencapai kondisi ideal yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan dan juga mendukung keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bima SMA Negeri 1 Madapangga merumuskan Visi sebagai berikut : “Unggul dalam proses, kompetitif dalam mutu dan mulia dalam akhlak” 2. Misi Mengembangkan sistem pendidikan menengah atas yang dituangkan melalui proses pengajaran dan pelatihan secara berkelanjutan guna mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan nilai-nilai moral bangsa Indonesia. Penjabaran dari misi di atas: 1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembag secara maksimal sesuai dengan potensi dirinya 2. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah 3. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal 4. Menumbuhkan dan mendorong siswa untuk memiliki keterampilan khsusu untuk bekal hidup di tengah masyarakat 5. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa sehingga terbentuk siswa yang berahlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
  • 13. 13 6. Mendorong siswa lulusan yang berkualitas untuk berprestasi, berahlak tinggi, melanjutkan pendidikan kejenjang PT dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. B. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggungjawab; guru harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggungjawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajarannya di sekolah, dan dalan kehiduapan masyarakat. Menurut PP No. 74 tahun 2008, jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari tiga jenis, yaitu guru kelas, guru bidang studi, dan guru mata pelajaran. Adapaun tugas masing-masingnya disajikan sebagai beikut; 1) Menyusun kurikulum pembelajaran pada satuan pendidikan; 2) Menyusun silabus pembelajaran; 3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; 4) Melaksanakan kegiatan pembelajaran; 5) Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran; 6) Menilai dan mengevaluasi proses dan hasil belajar pada pelajaran di kelasnya; 7) Menganalisis hasil penilaian pembelajaran; 8) Melakasanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi; 9) Melaksanakan bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya; 10) Menjadi pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah dan nasional; 11) Membimbing guru pemula dalam program induksi; 12) Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran; 13) Melaksanakan pengembangan diri; 14) Melaksanakan publikasi ilmiah; 15) Membuat karya inovatif.
  • 14. 14 Kemampuan guru disebut juga kompetensi guru. Kompetensi guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam hal keterampilan, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar, yaitu: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor dan merupakan faktor yang sangat dominan dalam menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar di kelas. Dalam hal profesional, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar dalam hal: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan mengadakan variasi mengajar. Wijaya (1992: 25-30) menyatakan bahwa kemampuan profesional yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar adalah: (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media sumber, (5) menguasai landasan-landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Kemampuan mengajar merupakan hal esensial yang harus dimiliki oleh guru sebagai tugas profesinya. Depdiknas (2007) membagi kompetensi guru atas empat dimensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi
  • 15. 15 profesional, dan (4) kompetensi sosial. Raka Joni (1984) mengemukakan 10 macam kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu; (1) menguasai bahan, (2) menguasai landasan pendidikan, (3) menyusun program pembelajaran, (4) melaksanakan pembelajaran, (5) menilai proses dan hasil belajar, (6) melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan, (7) menyelenggarakan administrasi sekolah, (8) mengembangkan kepribadian, (9) berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat, dan (10) menyelenggarakan penelitian sederhana untuk kepentingan mengajar. Kesepuluh kompetensi ini, Sudiarto mengguguskan ke dalam tiga aspek, yaitu; (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran. Depdiknas mengidentifikasi kemampuan mengajar guru dalam tiga gugus yang lebih dikenal dengan alat penilaian kemampuan guru (APKG) yaitu; (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan Pembelajaran, dan (3) kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi (sosial). Sedangkan BSNP (dalam Priatna, 2013) dikemukakan 14 kompetensi guru yaitu kemampuan: (1) menguasai karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) pengembangan kurikulum, (4) kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) pengembangan potensi peserta didik, (6) komunikasi dengan peserta didik, (7) penilaian dan evaluasi, (8) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional. (9) menunjukkan pribadi yang dewasa dan tauladan, (10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan rasa bangga menjadi guru, (11) bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif, (12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik dan masyarakat, (13) penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
  • 16. 16 pelajaran yang diampu, dan (14) mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif. Mengacu pada beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dikelompokkan ke dalam empat aspek pokok yaitu, kemampuan mendisain pelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan melaksanakan evaluasi dan kemampuan melaksanakan hubungan antara pribadi guru, sesama guru, siswa, orang tua dan masyarakat. C. Supervisi Akademik a. Konsep Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus
  • 17. 17 dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Supervisi akademik adalah merupakan kegiatan terencana yang ditujukan pada aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru melalui dukungan evaluasi pada proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar (Dirjen PMPTK, 2009:5). Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui supervisi akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui saling berbagi pengalaman dengan guru lain, dengan pembina gugus, dan dengan pengawas sekolah, sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dapat teratasi secara maksimal. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah Supervisi akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah/madrasah. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman 1981, dalam PMPTK, 2008:12). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. b. Tujuan dan fungsi supervisi akademik Supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan Permen Diknas No. 41 tahun 2007.
  • 18. 18 Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui Supervisi Akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui saling berbagi pengalaman dengan guru lain, dengan pembina dari pengawas sekolah. Sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat teratasi. Tujuan supervisi akademik adalah: 1) membantu guru mengembangkan kompetensinya, 2) mengembangkan kurikulum, 3) mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987). Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 2.1. Tiga tujuan supervisi akademik Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru. c. Prinsip-prinsip supervisi akademik 1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
  • 19. 19 2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran. 3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen. 4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya. 5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi. 6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran. 7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran. 8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran. 9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik. 10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi. 11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor 12) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah). 13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan. 14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972). d. Dimensi Supervisi Akademik 1) Kompetensi kepribadian.
  • 20. 20 2) Kompetensi pedagogik. 3) Kompotensi profesional. 4) Kompetensi sosial. Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru. Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya dalam arti sempit, yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan guru dalam memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka. Hal ini sangat berbeda dengan konsep supervisi akademik. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka
  • 21. 21 untuk pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya. Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik. a. Model Supervisi Tradisional 1) Observasi Langsung Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-observasi. a) Pra-Observasi Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis. b) Observasi Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup. c) Post-Observasi Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
  • 22. 22 kelemahan guru, identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. 2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung a) Tes dadakan Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu itu. b) Diskusi kasus Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai alternatif jalan keluarnya. c) Metode angket Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya. d) Model Kontemporer (masa kini) Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. D. Teknologi Informasi dan Komunikasi Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan teknologi informasi (ICT), yang telah memperngaruhi sluruh aspek kehidupan tak terkeculai
  • 23. 23 pendidikan, sesungguhnya bias dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap adanya tuntutan reformasi dalam system pendidikan. Pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasik TI baik yang bersifat off-line maupun on-line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat. Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang relatif singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan data perkiraan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) sampai dengan akhir tahun 2005 pengguna internet indonesia mencapai 16 juta pengguna, naik hampir 50 % dibandingkan dengan data pengguna internet tahun 2004 yang mencapai 11 juta pengguna (www.wahanakom.com). Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1) effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga pendidikan (sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu pengetahuan seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan (Sekolah). 1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
  • 24. 24 TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Istilah “Teknologi Informasi dan Komunikasi‟ tidak dapat dipisahkan dari konsep yang membangunnya, yakni konsep “Teknologi Informasi‟ dan “Teknologi Komunikasi‟. Istilah teknologi informasi juga disebutkan di dalam WordNet Glossary Universitas Princeton sebagai suatu cabang ilmu teknik yang khusus berhubungan dengan teknik-teknik pemanfaatan komputer dan perangkat telekomunikasi guna menerima, menyimpan dan meneruskan suatu informasi. Istilah “teknologi komunikasi‟, lebih merujuk kepada proses pentransmisian/penyebaran informasi yang telah diolah. Munir (2008: 14) mengemukakan bahwa teknologi komunikasi adalah perangkat-perangkat teknologi yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil (komunikatif). Teknologi informasi bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi guna keperluan pengolahan informasi. Hal ini senada dengan definisi yang dicantumkan Dictionary of Information Technology yang menyebutkan bahwa teknologi informasi merupakan, “the acquisition, processing, storage and dissemination of vocal, pictorial,
  • 25. 25 textual and numerical information by a microelectronics-based combination of computing and telecommunications ...” (Longley & Shain 2012: 164). Berdasarkan penjabaran dari istilah „teknologi informasi‟ dan „teknologi komunikasi‟ di atas maka dapat dilihat sebuah diferensiasi dari kedua istilah tersebut. Teknologi informasi lebih menekankan pada aspek pengolahan informasi agar menjadi efektif dan komunikatif Sedangkan istilah teknologi komunikasi lebih menitikberatkan pada segi pentransmisian/penyebaran dari informasi yang telah diolah tersebut. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah suatu kegiatan pengolahan dan penyebaran informasi dengan menggunakan teknologi komputasi elektronik agar menjadi suatu informasi yang efektif dan komunikatif guna disampaikan/ditransmisikan kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. 2. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Perkembangan teknologi yang berlangsung dengan sangat pesat dimulai dari pertengahan abad ke-20 hingga saat ini (awal abad ke-21) telah menyebabkan hampir seluruh aspek dalam kehidupan manusia telah mendapatkan sentuhan teknologi. Teknologi pada dasarnya memang diciptakan untuk mempermudah hidup manusia,
  • 26. 26 sehingga manusia bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya dengan lebih cepat, efektif, efisien dan juga optimal. Dunia pendidikan tidak terlepas dari mendapatkan pengaruh yang besar dari terjadinya perkembangan teknologi yang sangat pesat itu. Dimulai dari awal abad ke-20, telah banyak dikembangkan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran guna mendapatkan hasil pendidikan yang optimal yang akan berimbas kepada peningkatan taraf hidup dan kemajuan umat manusia di seluruh dunia. Di masa-masa awal pemanfaatan TIK untuk kegiatan pembelajaran, teknologi media yang sedang berkembang pada saat itu sering dimanfaatkan sebagai media penyampaian informasi pembelajaran. Media televisi dan radio memegang peranan penting dalam hal pemanfaatan teknologi untuk penyebarluasan materi pembelajaran selama abad ke-20. Radio telah dimanfaatkan untuk mengantarkan informasi pembelajaran ke tempat-tempat terpencil seperti pelosok desa atau kota yang jauh dari pusat pemerintahan, sedangkan televisi digunakan untuk menyampaikan informasi pembelajaran ke seluruh penjuru dunia. Menjelang akhir abad ke-20 di mana teknologi komputer dan jaringan komputer mulai berkembang, peranan televisi dan radio sebagai aplikasi teknologi penyampaian materi pembelajaran mulai tergeser dengan hadirnya teknologi internet dan aplikasi- aplikasi pembelajaran elektronik. Akan tetapi sesuai dengan hakikat perkembangan teknologi di mana kehadiran teknologi baru tidak bertujuan untuk menggantikan fungsi teknologi yang telah ada sebelumnya, pemanfaatan teknologi komputer dan internet pun bertujuan untuk menambah media-media yang bisa digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Tren yang berkembang saat ini, seluruh teknologi informasi dan
  • 27. 27 komunikasi yang ada digunakan secara beriringan sesuai dengan fungsi dan keunggulannya untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran yang sesuai. TIK sebagai sebuah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran bila didesain dan diintegrasikan dengan baik bisa membantu meningkatkan penyerapan pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup peserta didik. Dengan pengintegrasian TIK, sebuah kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya akan berpusat kepada pengajar sebagai pusat pengetahuan, akan tetapi akan lebih berpusat kepada peserta didik (student-centered) sebagai pihak yang benar-benar memiliki kendali atas kegiatan pembelajaran yang dilakukannya. Cynthia (2009: 6) mengemukakan bahwa setidaknya ada lima kondisi efektif pembelajaran yang bisa dicapai melalui pemanfaatan TIK sebagai berikut: 1) Pembelajaran Aktif; Dengan pemanfaatan TIK, suasana pembelajaran tidak akan lagi menjadi abstrak, melainkan lebih nyata dan relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik. Keterlibatan peserta didik akan meningkat, dan peserta didik akan dengan lebih mudah memilih materi pelajaran yang dibutuhkannya. 2) Pembelajaran Kolaboratif; TIK memungkinkan peserta didik untuk belajar secara kolaboratif, baik dengan sesama peserta didik, dengan pengajar, maupun narasumber yang berhubungan dengan topik yang sedang mereka pelajari. TIK telah memudahkan peserta didik untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi dengan beragam format kapanpun dan di manapun mereka sedang berada. 3) Pembelajaran Kreatif; TIK telah memungkinkan peserta didik untuk menghasilkan produk yang unik dan menarik, karena TIK memiliki kemampuan untuk menggabungkan berbagai format sajian ke dalam satu kesatuan, seperti materi multimedia, flm, website dll.
  • 28. 28 4) Pembelajaran Integratif; Penggunaan TIK telah memungkinkan peserta didik untuk lebih mudah menggabungkan berbagai informasi dari ragam disiplin ilmu ke dalam satu kesatuan informasi. Dengan informasi yang lebih mudah didapat, peserta didik akan memiliki pemahaman yang lebih komprehensif mengenai topik yang sedang mereka bahas. 5) Pembelajaran Evaluatif; TIK memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi sendiri kegiatan pembelajaran mereka. Dengan menggunakan aplikasi tertentu, peserta didik mampu mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap sebuah materi pembelajaran dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan mereka agar bisa lebih menyempurnakan pemahamannya. Selain berguna untuk membuat suatu kegiatan pembelajaran menjadi lebih berpusat kepada siswa (student centered), lebih lanjut Haddad & Jurich (2002: 29) mengemukakan hasil risetnya mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan di beberapa negara berkembang. Dalam hasil risetnya tersebut mereka mengatakan bahwa bila dimanfaatkan dengan baik dan tepat guna, maka TIK memiliki potensi untuk memperluas akses pendidikan (expanding access), meningkatkan efisiensi (promoting efficiency), memperbaiki kualitas belajar dan meningkatkan kualitas pengajaran (improving the quality of learning and enhancing the quality of teaching), serta memperbaiki sistem pengelolaan dan administrasi pendidikan (improving management system). 3. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Gugus Sekolah Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa kebutuhan pemanfaatan TIK di dalam dunia pendidikan adalah mutlak untuk diadakan guna
  • 29. 29 kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Abdulhak (2010: 4) mengemukakan bahwa secara garis besar TIK memiliki empat peranan sebagai berikut: a. Memperluas akses pendidikan TIK dapat membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan. Dengan TIK, kegiatan pembelajaran tidak terbatas lagi pada dinding-dinding ruang kelas, akan tetapi dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja asal peserta didik yang bersangkutan terhubung ke internet. Contohnya, aplikasi TIK seperti distance education (pendidikan jarak jauh) telah memberi kesempatan kepada mereka yang misalnya waktunya terbatas karena pekerjaan menjadi tetap bisa mengikuti pendidikan dengan bantuan teknologi. b. Meningkatkan efisiensi pendidikan Efisiensi dalam bidang pendidikan berarti sebuah pendidikan bisa tersampaikan dengan kualitas terbaik dan menuju hasil yang optimal tanpa biaya yang mahal. Pemanfaatan TIK memungkinkan hal itu terjadi. Melalui pemanfaatan TIK, peserta didik dapat melakukan kegiatan akademik sesuai dengan tuntutan kurikulum walaupun mereka tidak menghabiskan waktunya di kelas. Selain itu bagi siswa yang memiliki disiplin diri dan motivasi belajar yang tinggi, pemanfaatan TIK dapat mempercepat proses untuk mencapai tingkat penguasaan, dan memperluas pilihan belajar sesuai dengan kemampuan dan kondisi diri peserta didik melalui kegiatan belajar mandiri (self learning) (Abdulhak 2010: 4). c. Memperbaiki proses belajar mengajar TIK dengan segala potensi dan kemampuannya dalam menyajikan materi yang variatif dalam berbagai format mampu mengantarkan proses belajar mengajar yang lebih baik guna memberikan hasil belajar yang lebih optimal pada diri peserta didik. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bila dibandingkan dengan mengikuti
  • 30. 30 pembelajaran konvensional tatap muka dan ceramah yang monoton di dalam kelas, peserta didik akan lebih memiliki ketertarikan untuk belajar melalui penggunaan media yang bisa mengantarkan beragam format seperti gambar, suara, video, animasi, atau program interaktif. Selain itu Haddad & Jurich dalam Abdulhak (2010: 5) juga mengemukakan bahwa, “... TIK memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan motivasi, memfasilitasi penguasaan keterampilan dasar, membantu meningkatkan inkuiri dan eksplorasi, serta menyiapkan individu untuk dunia yang dikendalikan oleh teknologi.” Dalam pemanfaatannya, TIK diharapkan bisa menghasilkan suatu kegiatan pembelajaran efektif yang dapat mendorong keingintahuan intelektual siswa dan yang menyenangkan sehingga mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses pembentukan pengetahuannya. d. Memperbaiki Sistem Pengelolaan Dalam hal manajemen dan administrasi pendidikan, TIK dapat dipergunakan untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan pembelajaran, seperti keadaan peserta didik dan pengajar, hasil penilaian peserta didik, keuangan, keadaan sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan dll. Hal ini dilakukan demi menghasilkan suatu lembaga pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang berkualitas yang mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta dapat diperoleh dengan tepat waktu. Selain empat peranan TIK dalam pendidikan seperti yang telah disebutkan di atas, TIK juga memiliki peranan-peranan lain yang lebih spesifik dalam dunia pendidikan. Peranan tersebut lebih terkait kepada kegiatan pembelajaran sebagai
  • 31. 31 kegiatan sentral dalam sebuah sistem pendidikan. Berikut adalah enam peranan TIK tersebut seperti yang dikemukakan oleh Munir (2010: 185) : e. TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi Setiap pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan pendidikan, baik itu peserta didik, pengajar, administrator maupun para pengambil kebijakan pendidikan, harus memiliki kompetensi dan keahlian di bidang teknologi informasi dan komunikasi, khususnya aplikasi TIK yang spesifik diperuntukkan bagi pendidikan. Hal ini dikarenakan TIK saat ini sudah menjadi suatu bidang ilmu yang sudah menyentuh hampir semua aspek kehidupan dan wajib dikuasai oleh siapapun. Penguasaan TIK oleh setiap pihak pemangku kepentingan di bidang pendidikan akan melahirkan satu visi dan pandangan yang sama mengenai apa dan bagaiman TIK dimanfaatkan guna menghasilkan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif. f. TIK sebagai infrastruktur pembelajaran Penggunaan TIK sebagai salah satu komponen pembelajaran akan meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran jadi bisa dilaksanakan di mana saja dan kapan saja, serta tidak terkendala lagi oleh keadaan di mana peserta didik, pengajar dan bahan ajar terpisah secara geografis. g. TIK sebagai sumber bahan belajar Pemanfaatan TIK sebagai suatu sumber bahan belajar akan menjamin tersedianya materi-materi pembelajaran yang selalu terperbaharui dan selalu tersedia untuk diakses setiap saat. Selain itu materi-materi pembelajaran pun akan lebih mudah untuk diperbaharui menyesuaikan dengan cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi. h. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
  • 32. 32 Melalui pemanfaatan TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran, suatu materi pembelajaran akan tersampaikan dengan lebih baik dengan mempertimbangkan konteks dunia nyatanya. Ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan akan tersampaikan dengan lebih riil sehingga penyerapan bahan ajar pun terjadi dengan lebih cepat. Melalui pemanfaatan TIK juga interaksi antar peserta didik akan lebih tinggi sehingga akuisisi ilmu pengetahuan di antara mereka akan berlangsung dengan lebih baik, baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu, peserta didik akan menjadi mampu melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih bebas dan mandiri. i. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran Pemanfaatan TIK dalam mendukung manajemen pembelajaran dapat dipergunakan untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan pembelajaran sehingga menghasilkan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas yang mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta dapat diperoleh dengan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan salah satu visi UNESCO mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang menyebutkan bahwa TIK dapat menciptakan suatu administrasi, pengaturan kebijakan, dan manajemen pendidikan yang lebih efisien (more efficient education management, governance and administration). j. TIK sebagai sistem pendukung keputusan. Ketersediaan data-data pendidikan yang akurat dapat digunakan oleh para pembuat keputusan dan pemegang kewenangan untuk membuat keputusan yang tepat bagi sistem pendidikan yang berlangsung. Sistem kerja TIK yang membuat suatu data bisa selalu diperbaharui dan tersedia setiap saat akan memberikan jaminan terhadap ketersediaan data-data yang valid dan reliabel guna terciptanya keputusan dan kebijakan yang menguntungkan suatu pihak.
  • 33. 33 Satu hal yang jelas dari kegiatan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, bahwa TIK kini memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan guna menjamin terciptanya pendidikan yang berkualitas, perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan umat manusia.
  • 34. 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di SMAN 1 Madapangga berlokasi di Desa Dena Kecamatan Madapangga Kabupaten Bima dengan jumlah subyek sebanyah 94 dengan jumlah guru PNS sebanyak 64 orang. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2014/2015. B. Jenis dan Prosedur Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian Tindakan Sekolah merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan meningkatkan menejemen sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien. jenis penelitian ini perlu diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah nelalui pendidikan dan pelatihan (diklat) PTS. Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan kepala sekolah dan pengawas sekolah dapat (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah, (2) memahami makna PTS, (3) memahami penyusunan usulan PTS, (4) melaksanakan dan melaporkan hasil PTS yang dilakukannya. Menurut Direktorat Tendik (2008) Langkah – Langkah PTS terdiri atas empat tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS dapat dilihat pada gambar berikut:
  • 35. 35 1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian yang akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian. 3. Pengamatan dilakukan waktu guru dibombing menggunakan komputer. Data yang dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi, misalnya aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan untuk keperluan refleksi. 4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2006: 8- 13) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: (1) peneliti bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan menganalisis data peneliti juga terlibat langsung dalam proses penelitian, (2) mempunyai latar alami (natural setting), data yang diteliti dan dihasilkan akan dipaparkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat diskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan berupa kata-kata atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5) adanya batas permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung bersifat induktif.
  • 36. 36 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69). Proses penelitian merupak proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek , mengembangkan perencanaan, melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap akhir tindakan dinilai dengan instrument bimbingan setelah belajar. Alur Penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1. Langkah PTS (Direktorat Tendik (2008) 2. Prosedur Penelitian Tindakan a. Perencanaan Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan upaya memperbaiki kekurangan guru dalam menggunakan komputer kegiatan yang akan dilakukan adalah (1) menyusun jadwal bimbingan belajar, (2) membuat dan meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi memperoleh data nontes, (3) menyiapkan refleksi dan perbaikan guru dalam mengajar. Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi Perencanaan Pelaksanaan Pengamatan Refleksi
  • 37. 37 b. Tindakan Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di lakukan guru lebih maksimal dan baik sehingga pembelajaran Dengan adanya bimbingan belajar TIK guru bisa meningkatkan kemampuannya dalam mengajar dan menguasai knmpetensi – kompetensi guru secara keseluruhan. Dengan hal ini guru akan mudah dalam mengerjakan admistrasi yang menyakut dengan tugas pokoknya c. Observasi Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam bimbingan belajar TIK. Observasi dilaksanakan peneliti selama kegiatan berlangsung. Observasi meliputi observasi guru menngunakan komputer. d. Refleksi Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal siklus II. Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil kemampuan guru dalam mengajar siklus I. Jika kemampuan tersebut belum memenuhi nilai target yang telah ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II.
  • 38. 38 3. Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan yang berlangsung selama 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan melaksanakan supervise akademik yang meliputi supervise tradisional dan supervise model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan Awal Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari beberapa kegiatan, yakni: 1) Identifikasi Masalah Kemampuan Awal 2) Pengajuan Proposal 3) Melakukan Sosialisasi rencana penelitian tindakan sekolah di Kelompok Kerja Guru Gugus Binaan V Kecamatan Cimanggis. 4) Mempersiapkan instrument b. Siklus I 1) Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi tradisional dengan merencanakan langkah-langkah sebagai berikut: a) Pada tahap perencanaan, tindakan pertama yang dilaksanakan adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam menyusun RPP dan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan bagian penyusunan RPP yang belum mereka pahami, mengacu kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses.
  • 39. 39 b) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP pada pertemuan MGMP . c) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran d) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kualitatif e) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan. f) Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual atau kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah). 2) Pelaksanaan Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi individual/kelompok untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru. Pelaksanaan supervisi ini termasuk dalam kegiatan Pra Observasi yang dilakukan dengan pertemuan individual office-conference. Hal ini dilakukan terutama kepada guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran, untuk mengetahui penyebab/masalahnya. Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan pra observasi, melakukan analisis dan menetapkan strategi tentang cara mengatasi kendala yang dihadapi guru utamanya dalam penyusunan RPP. Supervisor dan guru-guru melakukan analisis dokumen RPP mereka dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan Guru (APKG 1). Peneliti menilai RPP dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan Guru (APKG 1). Guru mencatat bagian-bagian / komponen RPP yang tidak sesuai dengan Alat Penilaian Keterampilan Guru (APKG 1). Guru mencermati butir-butir APKG 1, selanjutnya melaksanakan diskusi menyusun RPP yang mengacu kepada APKG 1 dan Standar Proses untuk menentukan cara untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peran supervisor membimbing keproses pemecahan masalah. Tahap ini peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu.
  • 40. 40 Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya. 3) Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus 1. Adapun Instrumen yang digunakan adalah Instrumen Supervisi Akademik 4) Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data- data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua. c. Siklus II 1) Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi kontermporer. Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan MGMP adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
  • 41. 41 melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus II adalah sebagai berikut : a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I b) Melaksanakan pertemuan MGMP untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus I secara umum. c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif d) Melaksanakan Peer Teaching e) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke II f) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas. 2) Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru saat workshop tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I kemudian para guru bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran. Tahap berikutnya guru di bawah bimbingan Pengawas dalam kegiatan MGMP melaksanakan Peer Teaching dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya dengan guru menggunakan Instrumen Penilaian Keterampilan Guru dalam Melaksanakan
  • 42. 42 Pembelajaran. Pengawas menugaskan guru untuk membuat RPP yang terbaik dan dikirim melalui email pengawas. 3) Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus I1. 4) Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data- data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya. d. Siklus III 1) Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif. Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan MGMP adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus II. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
  • 43. 43 proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus III adalah sebagai berikut : a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II b) Melaksanakan pertemuan MGMP untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus II secara umum. c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif d) Melaksanakan Peer Teaching yang dilakukan dengan merekam proses peer teaching menggunakan camera video digital. e) Melatih Guru dalam pengenalan Penggunaan Camera Video Digital dalam pembelajaran. f) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke III dengan model supervisi klinis. Dalam kegiatan ini supervisor tidak melakukan observasi langsung ke dalam kelas melainkan menerima rekaman pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan setiap guru. g) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas. 2) Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru saat workshop tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II kemudian para guru bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran serta penggunaan Camera Video Digital untuk merekam proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan setiap guru.
  • 44. 44 Pada pertemuan MGMP di bawah bimbingan Pengawas para guru melaksanakan Peer Teaching yang pelaksanaan direkam dengan menggunakan Camera Video Digital dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Pada kesempatan ini juga guru diperkenalkan penggunaan Camera video dan pembuatan Movie Maker. Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terbaik kemudian direkam dengan menggunakan camera video digital. Hasil Rekaman pelaksanaan Pembelajaran diserahkan kepada Supervisor untuk dilakukan penilaian. 3) Observasi Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap hasil rekaman Camera Video Digital. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus III. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus berikutnya. 4) Refleksi Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data- data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya.
  • 45. 45 C. Indikator Keberhasilan Tingkat kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat ditentukan dengan membandingkan M atau rata-rata kemampuan guru ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut : Tabel 3.1. Pedoman Konversi Skala Lima No Persentase (%) Kriteria Kriteria 1 91 -100 Sangat Baik 2 75 – 90 Baik 3 65 – 74 Cukup 4 40 – 64 Kurang 5 0 – 39 Sangat Kurang Sumber: Dantes (2008) Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari ketercapaian peningkatan kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran sesuai Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 100% berada pada kategori baik. D. Teknik Pengumpulan Data Data dalam PTS ini dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen penelitian (alat monitoring), seperti: catatan harian, lapangan, lembar observasi; pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner, lembar masukan guru (refleksi tindakan); lembar penilaian unjuk kerja, dan instrumen perekam gambar/suara (video). E. Teknik Analisis Data Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Analisis data dalam PTS bertujuan bukan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah yang diangkat dalam PTS bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan
  • 46. 46 dihadapi oleh guru yang melakukan PTS tersebut dan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh karena itu ketika suatu PTS berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yg diharapkan, maka berarti sekaligus peneliti (guru) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut. Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/ diting-katkan, misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, frekuensi dan kualitas pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama kelompok, aktivitas, partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas, kemandirian, dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.
  • 47. 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan supervisi sebelumnya di SMAN 1 Madapangga, diperoleh data bahwa dari 64 guru berstatus PNS yang telah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas yang telah menunjukkan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran hanya 73% saja atau sebanyak 47 orang, sisanya 27% atau sebanyak 17 orang guru belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat peran dan tugas guru di kelas sangat penting dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Berdasarkan data di atas maka peneliti melakukan penelitian tindakan sekolah dengan melakukan supervisi akademik kepada 64 orang guru untuk semua mata pelajaran di SMAN 1 Madapangga yang semuanya berstatus sebagai PNS. Dari data awal yang diperoleh penulis bahwa 64 orang guru tersebut memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar di bawah rata-rata atau sekitar 40 – 64 dengan kriteria kurang. Langkah identifikasi dilakukan oleh peneliti dengan cara menggunakan data hasil supervisi akademik meliputi perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah dan peneliti yang telah dilakukan kepada 64 orang. Ini peneliti lakukan pada hari Sabtu tanggal 4 SD 9 April 2016. B. Siklus 1 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif. Tindakan pertama yang dilaksanakan adalah menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam melaksanakan proses
  • 48. 48 pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Berdasarkan data awal hasil pengolahan data dan percakapan awal yang dilakukan kepada 64 orang guru, peneliti melakukan sosialisasi melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dan pada saar rapat dinas terhadap guru-guru yang tergabung dalam MGMP tersebut. Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan kondisi awal kemampuan Guru SMAN 1 Madapangga, selanjutnya peneliti melakukan penelitian berkolaborasi dengan Guru Inti yang tergabung dalam MGMP pada SMAN 1 Madapangga juga melaksanakan kegiatan workshop dan diskusi tentang Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang Interaktif, menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan program semester masing- masing guru yang dilanjutkan dengan implementasi RPP dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada tahap perencanaan ini juga peneliti menyusun Jadwal Supervisi Akademik, menyiapkan instrumen supervisi akademik dan mensosialisasikannya kepada para guru di MGMP yang ada di SMAN 1 Madapangga tersebut. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan Siklus 1 dilakukan pada Mulai tanggal 4 SD 9 April 2016. Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru saat rapat dinas dan sesuai dengan program dan jadwal supervisi kepala sekolah. Peneliti melakukan Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan post observasi.
  • 49. 49 Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, b) cara menggunakan media pengajaran c) variasi metode, d) ketepatan penggunaan media dengan materi e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Pengamatan Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadp guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor : 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I ini merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan kepada 64 orang guru ditekankan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
  • 50. 50 pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai dengan tahapan pembelajaran. Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru belum dapat melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Para guru juga masih mendominasi proses pembelajaran belum dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya guru belum dapat memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan kata lain belum dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pada tahap elaborasi seharusnya guru memberikan dorongan agar membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan diskusi yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.
  • 51. 51 Proses elaborasi juga semestinya dapat memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Pada Siklus I yang diamati oleh observer belum nampak siswa dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Kegiatan individual dan kelompok masih didominasi oleh sebagian kecil kelompok yang aktif melakukan diskusi dan melaporkan secara lisan maupun tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru untuk memberikan kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat berdampak pada rendahnya rasa bangga dan rasa percaya diri siswa. Pada tahapan konfirmasi guru belum dapat memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Hal inilah yang mengakibatkan siswa belum dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dalam mencapai indikator atau kompetensi dasar. Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini hanya saja umumnya penilauan dilakukan kurang menggunakan variasi model penilaian, guru masih menggunakan tes lisan atau tertulis padahal semestinya memperhatikan konteks atau esesi materi dan indikator yang ingin dicapai. Pada kegiatan akhir juga jarang para guru melakukan proses refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram apalagi memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
  • 52. 52 sehingga guru beranggapan kegiatan akhir ini merupakan akhir proses pembelajaran. Semestinya guru dapat merencanakan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balikan, tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa. 4. Evaluasi dan Refleksi Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, supervisor melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas, dengan maksud sebagai pembinaan khusus. Guru yang dijadikan subyek penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada saat supervisi berikutnya. Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan melalui Kelompok Kerja Guru di Gugus V (Gugus Melati) yang disesuaikan dengan hasil analisis dan rekomendasi. Materi Kegiatan MGMP difokuskan kepada analisis kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Inti dalam proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Adapun model pelatihan saat workshop para guru belajar sesama guru dengan model peer teaching sebelum diterapkan dalam pembelajaran sesungguhnya di kelas.
  • 53. 53 C. Siklus II 1. Perencanaan Siklus II dilakukan melalui tahapan seperti Siklus I yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan Tindakan Siklus II didasarkan atas hasil refleksi dan evaluasi siklus I dengan kata laian kelemahan yang ditemukan pada Siklus I diperbaiki melalui daur kedua (Siklus II). Berdasarkan kelemahan pada Siklus I, maka peneliti melakukan tindakan dengan melakukan supervisi akademik menggunakian model kontemporer yang dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda. Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari tiga tahap berikut : a. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini supervisor memperhatikan hal-hal sebagai berikut (1) penciptaan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan obeservasi. b. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5) menentukan teknik pelaksanaan observasi.
  • 54. 54 c. Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4) mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. Persiapan lain yang dilakukan oleh supervisor adalah menyiapkan instrumen pra observasi, observasi dan pasca observasi. Pada tahapan Pra Observasi supervisor memfokuskan pada perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses. Sedangkan tahapan observasi menggunakan instrumen yang telah disepakati dengan guru. Pada tahapan Pasca observasi merupakan diskusi balikan untuk merumuskan kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan Siklus 1I dilakukan mulai tanggal 18 Sd 23 April 2016. Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru, peneliti melakukan Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan pasca observasi. Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, b) cara menggunakan media pengajaran, c) variasi metode,
  • 55. 55 d) ketepatan penggunaan media dengan materi e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar. 3. Pengamatan Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor : 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II ini merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan kepada 64 orang guru ditekankan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
  • 56. 56 minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai dengan tahapan pembelajaran. Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru sudah melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dari aneka sumber. Para guru juga sudah tidak mendominasi proses pembelajaran dan dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya guru dapat memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan kata lain belum dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pada tahap elaborasi guru memberikan dorongan agar membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan diskusi yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis. Pada Siklus II yang diamati oleh observer para siswa belum dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Karena proses diskusi masih didominasi oleh sekelompok siswa saja yang aktif melakukan diskusi dan melaporkan secara lisan maupun tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru untuk memberikan dorongan dan kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat berdampak pada rendahnya rasa bangga dan rasa percaya diri siswa. Pada tahapan konfirmasi guru sudah mampu memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
  • 57. 57 keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini umumnya belum penerapan jenis penilaian yang bervariasi sesuai dengan indikator yang diharapkan. Pada kegiatan akhir guru mulai melakukan proses refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram hal ini terlihat dari guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. 4. Evaluasi dan Refleksi Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, Guru yang dijadikan subyek penelitian dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Supervisor melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas, dengan maksud sebagai pembinaan khusus melalui kegiatan kelompok kerja guru. Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada saat supervisi berikutnya. Proses pembinaan selanjutnya dilakukan pada kegiatan MGMP ini memfokuskan pada kekurangan guru dari hasil evaluasi dan refleksi Siklus II dan
  • 58. 58 dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang meliputi pemanfaatan TIK dalam pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan melalui workshop yang disesuaikan dengan hasil analisis dan rekomendasi. Materi Kegiatan MGMP difokuskan kepada analisis kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Inti dalam proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang berbasis IT, dan penilaian hasil belajar. Khusus pada penerapan pembelajaran berbasis IT guru dibina melalui pertemuan gugus untuk dapat memanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya membuat alat peraga menggunakan media power point, memperkenalkan penggunaan camera digital dan Movie Maker. Selanjutnya kegiatan Peer Teaching saat workshop dimanfaatkan oleh para guru sebagai latihan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK di kelas. Kegiatan Pembinaan diakhiri bersama dimana diperoleh kesepakatan antara pengawas dengan para guru bahwa kegiatan Siklus III berikut dilaksanakan supervisi akademik oleh kepala sekolah masing-masing, RPP dibuat guru harus dikirim melalui email pengawas kemudian proses pembelajaran harus direkam dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melalui CDRW dan dikirim kepada pengawas. D. Siklus III 1. Perencanaan Sesuai dengan kesepakatan antara guru dan peneliti perencanaan Siklus III dilakukan karena masih rendahnya hasil proses pembelajaran di kelas yang masih di bawah kriteria ketuntasan yang ingin dicapai.
  • 59. 59 Pada tahap perencanaan Siklus III, peneliti dengan para guru menyepakati bahwa proses supervisi akademik berikutnya dinilai oleh observer masing-masing kepala sekolah. Hasil Penyusunan RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran dikirim melalui email pengawas. Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran yang disupervisi oleh kepala sekolah harus direkam dengan handycam dan dibuat softcopinya selanjutnya diserahkan atau dikirim kepada pengawas sekolah. Pengawas melakukan pengolahan data dengan menggunakan instrumen yang telah disepakati bersama untuk menilai RPP dan softcopy hasil rekaman pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan pengawas disosialisasikan baik secara individu maupun pada kegiatan kelompok kerja guru. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan Siklus III dilakukan sesuai jadwal yaitu pada tanggal 26 Sd 30 April 2016. Supervisi Akademik yang dilakukan pada Siklus III berbeda dengan model pada siklus-siklus sebelumnya. Tahapan pelaksanaan supervisi akademik Siklus III dimulai melalui kegiatan pra observasi oleh kepala sekolah kemudian kepala sekolah bersama guru melakukan kesepakatan untuk melaksanakan observasi kelas terhadap proses pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan TIK dalam pembelajaran. Peneliti hanya menilai secara tidak langsung melalui RPP yang diemail dan hasil rekaman proses pembelajaran yang telah dilakukan para guru. Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan RPP dan rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan pasca observasi secara individu kepada para guru.
  • 60. 60 3. Pengamatan Pada tahap pengamatan ini peneliti melakukan penilaian terhadap Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikirim para guru melalui email pengawas, kemudian pengamatan dilanjutkan dengan mengamati proses pelaksanaan pembelajaran yang direkam oleh para guru (64 orang). Pada tahap ini juga peneliti melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Adapun fokus penelitian adalah proses pelaksanaan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan menantang dan melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan para guru juga menitik beratkan pada implementasi model pembelajaran yang inovatif dan menggunakan media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. 4. Evaluasi dan Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap komponen RPP dan Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di Gugus V Kecamatan Cimanggis diperoleh hasil bahwa secara umum para guru telah menunjukkan kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran hal ini terlihat dari hasil rekaman rekaman yang telah dilakukan oleh masing-masing sekolah para guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran lain seperi misalnya pembelajaran kooperatif, pembelajaran beregu, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran dengan aneka sumber. Pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD dapat dilakukan oleh para guru secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi (I2M3) peserta didik berpartisipasi aktif.
  • 61. 61 Kegiatan evaluasi dan refleksi siklus III dilaksanakan pada kegiatan workshop. Pada tahapan evaluasi selaku peneliti menyampaikan hasil evaluasi kegiatan supervisi akademik yang telah dilakukan pada Siklus III. Pada kesempatan ini supervisor melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan para gru dan telah mampu menunjukkan efektivitas proses pembelajaran yang optimal. Pertemuan MGMP yang dilakukan menurut peneliti sangat efektif dalam pengembangan kompetensi guru. Pertemuan dalam kelompok kerja merupakan suatu pertemuan yang dihadiri oleh guru supervisor. Melalui forum ini guru dan pengawas menyamakan persepsi menyangkut kegiatan pembelajaran, membahas isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang sedang berkembang, serta bersama-sama mencari solusi pemecahannya, sharing dengan para guru tentang praktik baik yang perlu ditularkan. E. Pembahasan 1. Kemampuan Awal Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Sebelum Penelitian Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tidak inspiratis, menyenangkan dan menantang, kurang memberikan otivasi kepada peserta didik untuk berpartisipasi aktif, siswa tidak diberikan ruang prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan perkembangan bakat, minat dan pisik dan psikologi siswa telah terjadi di SMAN 1 Madapangga. Dari 64 guru yang mampu melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang cukup baik hanya sebanyak 47 orang saja atau 73% sisanya 27% atau sebanyak 17 orang guru sangat jauh dari harapan. Hasil supervisi yang dilakukan kepada 64 orang guru tersebut menunjukkan nilai yang sangat
  • 62. 62 memprihatinkan. Mereka tidak membuat perencanaan pembelajaran, sehingga pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pun hanya sebatas menggugurkan tugas dan kewajiban saja. Di bawah ini disajikan hasil supervisi akademik yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan. Tabel 4.1. Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Pra Siklus No Aspek yang disupervisi Jumlah Nilai Rata-rata Kategori 1 Perencanaan 2,510.57 62.76 Kurang 2 Pelaksanaan 2,581.50 64.54 Kurang Jumlah 5,092.07 63.65 Kurang Berdasarkan Tabel 4.1. di atas bahwa rata-rata tingkat kemampuan guru 63,65 dengan kategori kurang. Setelah dilakukan identifikasi penyebab rendahnya kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, diperoleh hasil bahwa guru tidak melaksanakan pembelajaran sesuai skenario rencana pembelajaran, kurang mengarahkan belajar siswa sesuai dengan prinsip belajar yang mendidik, tidak memfasilitasi pengembangan potensi seluruh siswa menguasi materi. Dalam menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran guru memiliki kelemahan pada kemampuan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang direncanakan hal ini nampak pada rencana pembelajaran tidak disusun secara sistematik dan sistemik, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang secara kreatif dan mandiri sehingga siswa tidak memiliki pengalaman belajar yang permanen. Seharusnya pembelajaran yang dibuat dapat memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. 2. Kemampuan Guru Dalam MelaksanakanPembelajaran pada Siklus I Berdasarkan kelemahan yang ditemukan pada kemampuan awal maka peneliti melakukan bimbingan dan pembinaan di Gugus V untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran. Adapun materi