1. CHAPTER BOOK REPORT
OLEH
ASNIAR SILALAHI
NIM 8156132059
Kelas AW2 AP Kepengawasan
Mata Kuliah
ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu
PROF. DR. H. ABDUL MUNIR, M.PD
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016
2. SUMMARY
IS THERE A MORAL INTELLIGENCE?
(APAKAH ADA KECERDASAN MORAL?)
Menurut Howard Gardner , moral mewakili bagian dari sistem nilai budaya. Moral
lahir dar interaksi sosial anatra individu dengan individu lain dan lingkungannya. Setiap
orang menguasai sistem nilai budaya mereka melalui bahasa, logika, dan kecerdasan
individu. Apakah mereka kemudian mematuhi sistem nilai atau merevisi dengan cara yang
positif atau merusak adalah keputusan pribadi, bukan suatu pelaksanaan sistem komputasi
yang disebut Gardner sebagai sebuah kecerdasan.
Seperti karakter, moralitas mungkin penting, lebih penting daripada kecerdasan. Jika
ranah moral yang samar-samar bukan kognitif , maka dipastikan sebuah eksistensial ( dan ,
yang paling pasti , sipritual ) dari kecerdasan akan digolongkan sama . Namun , dari sudut
pandang lain , kecerdasan eksistensial tidak termasuk dari kecerdasan moral . Kecerdasan
eksistensial dapat diwujudkan oleh siapa saja yang menunjukkan fasilitas , kejelasan , atau
kedalaman berfikir tentang " pokok" masalah , apakah pikiran positif atau negatif , moral atau
tidak bermoral , membuka berakhir atau konklusif .
Adanya kecerdasan moral terletak pada keberadaan domain moral yang diidentifikas.
Domain yang harus ada, di satu sisi, melampaui lingkup kecerdasan intrapersonal dan
interpersonal dan, di sisi lain, tidak bertepatan dengan serangkaian perilaku moral yang
diamanatkan atau sikap. Dalam upaya untuk menggambarkan domain moral, termasuk
hubungan antara tindakan moral dan pertimbangan moral; kemungkinan kode moral
3. universal; dan peran kebajikan utama seperti keadilan, kebenaran, dan peduli. Mengingat
sikap filosofis segudang dan data penelitian sosial-ilmiah yang berlimpah terkait dengan isu-
isu seperti itu, tidak mengherankan bahwa tidak ada satu gambaran "moral" memenuhi semua
pihak.
Kecerdasan moral adalah kemampuan manusia untuk membedakan benar dan salah,
baik dan buruk, moral meliputi penerimaan individu atas aturan dan nantinya berpengaruh
pada perilaku individu terhadap orang lain. Kecerdasan moral dipengarubhi oleh kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Bagaimana seseorang memahami dan
mengendalikan diri sendiri, dan bagaimana hubungannya dengan orang lain dan
lingkungannya. Keseimbagan antara kecerdasan interpersonal dan intrapersonal akan
melahirkan kecerdasan moral yang baik dan pemahaman yang baik seseorang terhadap hal-
hal yang baik dan buruk, benar dan salah, yang akan kelihatan nyata dalam tindakan baik
terhadap diri sendiri dan hubungan terhadap orang lain. Kecerdasan moral seseorang dilihat
dari bagaimana sikapnya terhadap hubungan sosialnya dengan orang lain. Gardner tidak
dapat menyimpulkan bahwa ranah moral dikelompokkan pada kecerdasan, tetapi menurtunya
adalah merupakan karakteristik manusia.
Kecerdasan moral meliputi penerimaan individu atas aturan dan nantinya
berpengaruh pada perilaku individu terhadap orang lain. Kecerdasan moral menitikberatkan
pada karakter. Kecerdasan moral tidak sama dengan kecerdasan eksistensial, karena
Kecerdasan eksistensial adalah suatu kemampuan kognitif untuk merenungi dalam-dalam
pertanyaan-pertanyaan besar paling mendasar mengenai kehidupan, “the Big Questions”.
Kecerdasan seperti ini dijumpai dalam diri para filsuf, para pemuka keagamaan, para
negarawan besar, para seniman, dan para guru agung umat manusia.
4. Moral Quotient adalah kemampuan seseorang untuk membedakan mana yang benar
dari mana yang salah berdasarkan keyakinan yang kuat akan etika dan menerapkannya dalam
tindakan. Kualitas moral anak berkembang melalui proses yang terus menerus berkelanjutan
sepanjang hidup. Kecerdasan moral dipengaruhi oleh faktor indvidu dan sosial. Faktor
individu yang dimaksud adalah temperamen, kontrol diri, harga diri, umur dan kecerdasan,
pendidikan, interaksi sosial, emosi; sedangkan faktor sosial meliputi keluarga, teman sebaya,
sekolah, media massa, dan masyarakat. Meningkatnya kapasitas moral anak dan didukung
dengan lingkungan yang kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai moralitas yang lebih
tinggi. Ketika anak berhasil menguasai satu kebajikan, kecerdasan moralnya semakin
meningkat dan anak mencapai tingkat kecerdasan moral yang lebih tinggi.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN MORAL DENGAN
PENDIDIKAN DAN KEPENGAWASAN
Menurut pandangan saya, saya setuju dengan pendapat Gardner bahwa kecerdasan
moral tidak dapat dikategorikan dengan kecerdasan. Karena moral seseorang tidak dapat
dikaegorikan secara spesifik seperti halnya dengan kecersasan lainnya. Tetapi moral
seseorang individu lahir dari kombinasi kecerdasan-kecerdasan lain yaitu kecerdasan
interpersonal, intrapersonal, kecerdassan spiritual, kecerdasan eksistensial dan kecerdasan
naturalis.
Pada masa sekarang banyak peserta didik tidak mencerminkan pribadi yang cerdas
secara moral, terjadinya dekadensi moral diberbagai bidang. Hal ini terlihat dari naluri yang
lemah, kontrol diri yang rapuh, kepekaan moral yang kurang dan keyakinan yang salah.
Menurut saya, kemerosotan moral ini terjadi karena berbagai hal yang sudah sangat
5. kompleks, diantaranya lingkungan moral tempat anak dibesarkan sudah sangat meracuni
perkembangam kecerdasan moral anak. Sejumlah faktor sosial kritis yang membentuk
karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh yaitu pengawasan orang tua, teladan hidup
bermoral yang sudah semakin sedikit, pendidikan spiritual dan agama yang rendah, hubungan
dengan orang dewasa, sekolah-sekolah khusus dan pola asuh yang tidak benar. Sehingga
anak-anak banyak menerima masukan didikan yang tidak sesuai dengan aturan moral yang
benar.
Tantangan pertumbuhan kecerdasan moral anak juga semakin besar dengan adanya
perkembangan teknologi yang sangat pesat yang tidak bisa dipungkiri juga menimbulkan
dampak negatif terhadap perkembangan moral anak. Televisi, film, video permainan musik
dan iklan yang menimbulkan pengaruh buruk bagi anak karena menyajikan sinsime,
pelecehan, materialisme, seks bebas dan mengagung-agungkan kekerasan. Hal-hal buruk
yang disajikan diinernet juga sangat mengejutkan, yaitu adanya pornografi, pemujaan setan,
pedofilia dan begitu banyak situs-situs yang mengajarkan kebencian.
Perkembangan moral berfokus pada munculnya, perubahan, dan pemahaman
moralitas dari bayi sampai dewasa. bagaimana individu memahami moralitas, adalah penting
untuk mengukur keyakinan mereka, emosi, sikap, dan perilaku yang berkontribusi terhadap
pemahaman moral. Bidang perkembangan moral mempelajari peran teman sebaya dan orang
tua dalam memfasilitasi perkembangan moral, peran hati nurani dan nilai-nilai, sosialisasi
dan pengaruh budaya, empati dan altruisme, dan perkembangan positif. Kepentingan dalam
moralitas mencakup banyak disiplin ilmu (misalnya, filsafat, ekonomi, biologi, dan ilmu
politik) dan spesialisasi dalam psikologi (misalnya, sosial, kognitif, dan budaya). Moralitas
adalah kemampuan manusia untuk mempelajari perbedaan antara benar atau salah dan
mengerti bagaimana membuat pilihan yang tepat. Seperti aspek lain dari perkembangan,
6. moralitas tidak membentuk independen dari wilayah sebelumnya. Pengalaman anak-anak di
rumah, lingkungan sekitar mereka, dan keterampilan fisik, kognitif, emosional, dan sosial
mempengaruhi perkembangan mengenlai sesuatu yang hak melawan yang salah.
Kualitas moral yang tinggi dibutuhkan untuk membuat anak sukses dalam kehidupan
di rumah maupun di sekolah. Anak membutuhkan keterampilan moral bukan hanya sekedar
prestasi akademik terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Anak yang memiliki
kualitas moral yang tinggi dapat dikatakan anak cerdas secara moral. Kecerdasan moral dapat
ditinjau dari tujuh kebajikan yaitu : emphaty, conscience, self control, respect, kindness,
tolerance dan fairness. Kualitas moral anak berkembang melalui proses yang terus menerus
berkelanjutan sepanjang hidup. Kecerdasan moral dipengaruhi oleh faktor indvidu dan sosial.
Faktor individu yang dimaksud adalah temperamen, kontrol diri, harga diri, umur dan
kecerdasan, pendidikan, interaksi sosial, emosi; sedangkan faktor sosial meliputi keluarga,
teman sebaya, sekolah, media massa, dan masyarakat. Meningkatnya kapasitas moral anak
dan didukung dengan lingkungan yang kondusif, sehingga anak berpotensi menguasai
moralitas yang lebih tinggi. Ketika anak berhasil menguasai satu kebajikan, kecerdasan
moralnya semakin meningkat dan anak mencapai tingkat kecerdasan moral yang lebih tinggi.