SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Perkembangan Moral Remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan,
peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu,
seperti:
1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.
Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang
harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan
kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing,
diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan
merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya.
Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang
sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima
perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu:
1). Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret.
2). Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominant.
3). Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis
kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan
terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.
4). Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5). Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral
merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis.
Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut
tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu
mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan
mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat
memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak
faktor sebagai dasar pertimbangan.
Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional
harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip
dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan
dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila
hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua
individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk
menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas
didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat
pribadi.
Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu:
1). Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum.
2). Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode
prilaku.
3). Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri.
Perkembangan moral adalah salah satu topic tertua yang menarik minat mereka yang ingin
tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat
mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan
tidak etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat
diterima dan etis kepada remaja.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan
nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat
potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan
orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang
perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak
boleh dikerjakan.
Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral,
teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego,
dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan
tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem
ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur
kepribadian yang terdiri atas aspek social yang berisikan system nilai dan moral, yang benar-
benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu.
Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk
mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku
moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral sesorang, akan
semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawabdari perbuatan-
perbuatannya.
font-size: 12pt; line-height: 150%;">B. Perkembangan Keagamaan Remaja.
Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan
hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang
apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia.
Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem
tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya
berpusat sekitar pemujaan.
Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan
terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap
kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan
untuk menopang harapan-harapannya.
Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki
hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama
dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama
merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan
kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya kembali lagi kepada
kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala
mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka
abaikan (Bossard dan Boll, 1943).
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman
dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga
membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan
tingkah laku dan bias memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia
ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari
eksistensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah
mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka
baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada
diawan, maka pada masa remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih
mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan
agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua
mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan
kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.
Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama
masa remaja ini.
Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman
agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget,
ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal
operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih
abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada
anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan
bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan,
pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang
agama.
Apa yang dikemukakan tentang perkembangan dalam masa remaja ini hanya merupakan
cirri-ciri pokoknya saja.
James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius.
Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja
akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk
pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan
religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan
seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk
menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks
pranikah.
Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih
penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks
pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadat keagamaan dapat mendengarkan pesan-
pesan untuk menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan
penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan dengan membahas
masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi,
mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama.
Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan,
yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional
(konatif) mengalami perkembangan.
Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada
garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang
secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan
remaja adalah sebagai berikut:
1). Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai berikut:
a) Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang
kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan
ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau
mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau
bertentangan satu sama lain.
c) Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic(diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang
enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan.
2). Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini:
a) Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual,
bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa.
b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan
dipilihnya.
c) Penghayatan rohaniahnya kembali tenanh setelah melalui proses identifikasi dan merindu
puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya,
yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan
jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup
didunia ini.
Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari
rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan
pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan
agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima
agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas
menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.

More Related Content

What's hot

Pendugaan parameter
Pendugaan parameterPendugaan parameter
Pendugaan parametersiti Julaeha
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaOperator Warnet Vast Raha
 
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ProtestanMakalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ProtestanReynes E. Tekay
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamNovita Widianingsih
 
Pancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiPancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiMuhammad Ridwan
 
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszLaporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszKlara Tri Meiyana
 
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)Teknik korelasi tata jenjang (rank order)
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)ariyana96
 
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaBabyHenry
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanFATHATUL FIKRIYAH
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamKris Feby
 
Desain penililitian kuantitatif non eksperimen
Desain penililitian kuantitatif non eksperimenDesain penililitian kuantitatif non eksperimen
Desain penililitian kuantitatif non eksperimenRahmadi Pribadi Muclis
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basanurwiji
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanOperator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Pendugaan parameter
Pendugaan parameterPendugaan parameter
Pendugaan parameter
 
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remajaKarya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
Karya ilmiah pergaulan bebas di kalangan remaja
 
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen ProtestanMakalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
Makalah Mata Kuliah Pendidikan Agama Kristen Protestan
 
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan DarahLaporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
Laporan Denyut Nadi & Tekanan Darah
 
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam IslamAkhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
Akhlak, Moral, dan Etika dalam Islam
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Pancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai IdeologiPancasila Sebagai Ideologi
Pancasila Sebagai Ideologi
 
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan IngenhouszLaporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
Laporan praktikum biologi Percobaan Ingenhousz
 
1.01 dinul islam
1.01 dinul islam1.01 dinul islam
1.01 dinul islam
 
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)Teknik korelasi tata jenjang (rank order)
Teknik korelasi tata jenjang (rank order)
 
Makalah tawuran
Makalah tawuranMakalah tawuran
Makalah tawuran
 
Peran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budayaPeran agama dalam perkembangan budaya
Peran agama dalam perkembangan budaya
 
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivanTeori kepribadian menurut harry stack sullivan
Teori kepribadian menurut harry stack sullivan
 
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut IslamMakalah Konsep Manusia Menurut Islam
Makalah Konsep Manusia Menurut Islam
 
soal pilihan ganda.docx
soal pilihan ganda.docxsoal pilihan ganda.docx
soal pilihan ganda.docx
 
Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3Laporan biologi xii ipa 3
Laporan biologi xii ipa 3
 
Desain penililitian kuantitatif non eksperimen
Desain penililitian kuantitatif non eksperimenDesain penililitian kuantitatif non eksperimen
Desain penililitian kuantitatif non eksperimen
 
Laporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam BasaLaporan Praktikum Asam Basa
Laporan Praktikum Asam Basa
 
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuanObyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
Obyek material dan obyek formal ilmu pengetahuan
 
Tabulasi kation
Tabulasi kationTabulasi kation
Tabulasi kation
 

Similar to Perkembangan moral remaja.docx ary

Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikPerkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikbilqis123
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaZuraHarahap20
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7rayn mboeik
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Nanang Galing
 
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdfSriIkaAnggeliaAlfare1
 
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamUpaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamJihan Alive
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPoetra Chebhungsu
 
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didikPerkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didikLala DrealMinoz
 
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...siskadhewi3
 
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfperkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfjoocodename
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moralfara dillah
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Stephanie Unsil
 
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxPerkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxardise2
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptMUJI40
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptZelaFamilta2
 
Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi endaDevandy Enda
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemmasriyah91
 

Similar to Perkembangan moral remaja.docx ary (20)

Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didikPerkembangan moral dan spiritual peserta didik
Perkembangan moral dan spiritual peserta didik
 
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral RemajaBimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja
 
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
Perkembangan nilai dan moral kelompok 7
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
 
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
124-Article Text-377-1-10-20200927.pdf
 
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalamUpaya guru pendidikan agama islam dalam
Upaya guru pendidikan agama islam dalam
 
Perkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isiPerkembangan peserta didik isi
Perkembangan peserta didik isi
 
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didikPerkembangan moral dan spritual peserta didik
Perkembangan moral dan spritual peserta didik
 
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...
14. Dimensi Agama pada Anak yang akan menjadi dasar dalam anak melewati prose...
 
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdfperkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
perkembanganmoral-en-140214060558-phpapp02.pdf
 
Teori perkembangan moral
Teori perkembangan moralTeori perkembangan moral
Teori perkembangan moral
 
Perkembangan moral
Perkembangan moral Perkembangan moral
Perkembangan moral
 
Perkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didikPerkembangan peserta didik
Perkembangan peserta didik
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
Perkembangan Kanak-Kanak (EDU 3102)
 
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptxPerkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
Perkembangan Sosial, Moral dan Agama Peserta Didik.pptx
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
 
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.pptfdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
fdokumen.com_psikologi-perkembangan-remaja-568280eed9145.ppt
 
Makalah etika profesi depandi enda
Makalah etika profesi   depandi endaMakalah etika profesi   depandi enda
Makalah etika profesi depandi enda
 
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yemPerkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
Perkembangan kanak kanak.assgmen hj yem
 

Perkembangan moral remaja.docx ary

  • 1. Perkembangan Moral Remaja Istilah moral berasal dari kata Latin "mos" (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti: 1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan 2. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Mitchell telah meringkaskan lima perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja yaitu: 1). Pandangan moral individu semakin lama semakin menjadi lebih abstrak dan kurang konkret. 2). Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominant. 3). Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Ia mendorong remaja lebih berani menganalisis kode social dan kode pribadi dari pada masa anak-anak dan berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. 4). Penilaian moral menjadi kurang egosentris. 5). Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan psikologis. Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Sekarang remaja mampu
  • 2. mempertimbangkan semua kemungkinan untuk menyelesaikan suatu masalah dan mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Jadi ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan. Menurut Kohlberg, tahap perkembangan moral ketiga, moral moralitas pascakonvensional harus dicapai selama masa remaja.tahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip dan terdiri dari dua tahap. Dalam tahap pertama individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan standar apabila hal ini menguntungkan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan. Dalam tahap kedua individu menyesuaikan dengan standar sosial dan ideal yang di internalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada sensor sosial. Dalam tahap ini, moralitas didasarkan pada rasa hormat kepada orang-orang lain dan bukan pada keinginan yang bersifat pribadi. Ada tiga tugas pokok remaja dalam mencapai moralitas remaja dewasa, yaitu: 1). Mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum. 2). Merumuskan konsep moral yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai kode prilaku. 3). Melakukan pengendalian terhadap perilaku sendiri. Perkembangan moral adalah salah satu topic tertua yang menarik minat mereka yang ingin tahu mengenai sifat dasar manusia. Kini kebanyakan orang memiliki pendapat yang kuat mengenai tingkah laku yang dapat diterima dan yang tidak dapat di terima, tingkah laku etis dan tidak etis, dan cara-cara yang harus dilakukan untuk mengajarkan tingkah laku yang dapat diterima dan etis kepada remaja. Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.
  • 3. Teori Psikoanalisis tentang perkembangan moral menggambarkan perkembangan moral, teori psikoanalisa dengan pembagian struktur kepribadian manusia menjadi tiga, yaitu id, ego, dan superego. Id adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek biologis yang irasional dan tidak disadari. Ego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek psikologis, yaitu subsistem ego yang rasional dan disadari, namun tidak memiliki moralitas. Superego adalah struktur kepribadian yang terdiri atas aspek social yang berisikan system nilai dan moral, yang benar- benar memperhitungkan "benar" atau "salahnya" sesuatu. Hal penting lain dari teori perkembangan moral Kohlberg adalah orientasinya untuk mengungkapkan moral yang hanya ada dalam pikiran dan yang dibedakan dengan tingkah laku moral dalam arti perbuatan nyata. Semakin tinggi tahap perkembangan moral sesorang, akan semakin terlihat moralitas yang lebih mantap dan bertanggung jawabdari perbuatan- perbuatannya. font-size: 12pt; line-height: 150%;">B. Perkembangan Keagamaan Remaja. Latar belakang kehidupan keagamaan remaja dan ajaran agamanya berkenaan dengan hakekat dan nasib manusia, memainkan peranan penting dalam menentukan konsepsinya tentang apa dan siapa dia, dan akan menjadi apa dia. Agama, seperti yang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, terdiri atas suatu sistem tentang keyakinan-keyakinan, sikap-sikap danpraktek-praktek yang kita anut, pada umumnya berpusat sekitar pemujaan. Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi kebanyakan orang, agama merupakan jawaban terhadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan dirinya dan untuk menopang harapan-harapannya. Dari sudut pandangan social, seseorang berusaha melalui agamanya untuk memasuki hubungan-hubungan bermakna dengan orang lain, mencapai komitmen yang ia pegang bersama dengan orang lain dalam ketaatan yang umum terhadapnya.bagi kebanyakan orang, agama merupakan dasar terhadap falsafah hidupnya.
  • 4. Penemuan lain menunjukkan, bahwa sekalipun pada masa remaja banyak mempertanyakan kepercayaan-kepercayaan keagamaan mereka, namun pada akhirnya kembali lagi kepada kepercayaan tersebut. Banyak orang yang pada usia dua puluhan dan awal tiga puluhan, tatkala mereka sudah menjadi orang tua, kembali melakukan praktek-praktek yang sebelumnya mereka abaikan (Bossard dan Boll, 1943). Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaiman dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bias memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. Dibandingkan dengan masa awal anak-anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti. Kalau pada masa awal anak-anak ketika mereka baru memiliki kemampuan berpikir simbolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada diawan, maka pada masa remajamereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya. Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuann dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Sehubungan dengan pengaruh perekembangan kognitif terhadap perkembangan agama selama masa remaja ini. Dalam suatu studi yang dilakukan Goldman (1962) tentang perkembangan pemahaman agama anak-anak dan remaja dengan latar belakang teori perkembangan kognitif Piaget, ditemukan bahwa perkembangan pemahaman agama remaja berada pada tahap 3, yaitu formal operational religious thought, di mana remaja memperlihatkann pemahaman agama yang lebih abstrak dan hipotesis. Peneliti lain juga menemukan perubahan perkembangan yang sama, pada anak-anak dan remaja. Oser & Gmunder, 1991 (dalam Santrock, 1998) misalnya menemukan bahwa remaja usia sekitar 17 atau 18 tahun makin meningkat ulasannya tentang kebebasan, pemahaman, dan pengharapan konsep-konsep abstrak ketika membuat pertimbangan tentang agama.
  • 5. Apa yang dikemukakan tentang perkembangan dalam masa remaja ini hanya merupakan cirri-ciri pokoknya saja. James Fowler (1976) mengajukan pandangan lain dalam perkembangan konsep religius. Indiduating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan Fawler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Sebelumnya mereka mengandalkan semuanya pada keyakinan orang tuanya. Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegiatan seksual. Walaupun keanakaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keagamaan, tetapi sebagian besar agama tidak mendukung seks pranikah. Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja dalam organisai keagamaan mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka. Remaja yang sering menghadiri ibadat keagamaan dapat mendengarkan pesan- pesan untuk menjauhkan diri dari seks. Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan dengan membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah dan perguruan tinggi, mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama. Sejalan dengan perkembangan kesadaran moralitas, perkembangan penghayatan keagamaan, yang erat hubungannya dengan perkembangan intelektual disamping emosional dan volisional (konatif) mengalami perkembangan. Para ahli umumnya (Zakiah Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan penghayatan keagamaan itu dapat di bagi dalam tiga tahapan yang secara kulitatif menunjukkan karakteristik yang berbeda. Adapun penghayatan keagamaan remaja adalah sebagai berikut: 1). Masa awal remaja (12-18 tahun) dapat dibagi ke dalam dua sub tahapan sebagai berikut: a) Sikap negative (meskipun tidak selalu terang-terangan) disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara hipocrit (pura-pura) yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu selaras dengan perbuatannya.
  • 6. b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran atau aliran paham banyak yang tidak cocok atau bertentangan satu sama lain. c) Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptic(diliputi kewas-wasan) sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual yang selama ini dilakukannya dengan kepatuhan. 2). Masa remaja akhir yang ditandai antara lain oleh hal-hal berikut ini: a) Sikap kembali, pada umumnya, kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual, bahkan agama dapat menjadi pegangan hidupnya menjelanh dewasa. b) Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkannya dalam konteks agama yang dianut dan dipilihnya. c) Penghayatan rohaniahnya kembali tenanh setelah melalui proses identifikasi dan merindu puja ia dapat membedakan antara agama sebagai doktrin atau ajaran dan manusia penganutnya, yang baik shalih) dari yang tidak. Ia juga memahami bahwa terdapat berbagai aliran paham dan jenis keagamaan yang penuh toleransi seyogyanya diterima sebagai kenyataan yang hidup didunia ini. Menurut Wagner (1970) banyak remaja menyelidiki agama sebagai suatu sumber dari rangsangan emosial dan intelektual. Para pemuda ingin mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerimanya secara begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin manjadi agnostik atau atheis, melainkan karena ingin menerima agama sebagai sesuatu yang bermakna berdasarkan keinginan mereka untuk mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan mereka sendiri.