2. PERKEMBANGAN SOSIAL
Yusuf (2007) menyatakan bahwa “Perkembangan sosial
merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-
norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri
menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja
sama”.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa ”Hubungan
sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia
yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari
tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh
kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan
bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks
dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga
berkembang amat kompleks”.
4. Proses Belajar Hidup
Bermasyarakat
Belajar berperilaku yang dapat diterima secara
sosial.
Memainkan peran sosial yang dapat diterima.
Perkembangan sikap sosial.
5. Kesempatan dan waktu untuk bersosialisasi,hidup
dalam masyarakat dengan orang lain.
Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang
dapat dimengerti peserta didik maupun orang
dewasa lain
Motivasi peserta didik untuk mau belajar
bersosialisasi
Metode belajar efektif dan bimbingan bersosialisasi
6. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
SOSIAL REMAJA
Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal
berbagai norma pergaulan. Pergaulan sesama teman lawan jenis
dirasakan sangat penting, tetapi cukup sulit, karena di samping
harus memperhatikan norma pergaulan sesama remaja juga
terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk
memilih teman hidup.
Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi
intelektual dan emosional. Remaja sering mengalami sikap
hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah
yang dialaminya.
Menurut Erick Erison “Bahwa pada masa remaja terjadi masa
krisis, masa pencarian jati diri”. Dia berpendapat bahwa
penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural.
Sedangkan menurut Freud, Kehidupan sosial remaja didorong
oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual.
Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok –
kelompok, baik kelompok besar maupun kelompok kecil.
7. BENTUK-BENTUK TINGKAH LAKU
SOSIAL
1. Pembangkangan (Negativisme)
Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap
penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau
lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak.
Tingkah laku ini mulai muncul pada usia 18 bulan dan
mencapai puncaknya pada usia tiga tahun dan mulai
menurun pada usia empat hingga enam tahun.
Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak
memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras
kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya
orang tua mau memahami sebagai proses
perkembangan anak dari sikap dependent menuju
kearah independent.
8. 2. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal)
maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah
bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena
tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya
bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ;
mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya.
Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi
agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau
keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang
agresif maka egretifitas anak akan semakin memingkat.
3. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau
terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.
9. 4. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif,
menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain
dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang
menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
5. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu
didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia
empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada usia enam
tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
6. Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini
mulai nampak pada usia tiga tahun atau awal empat tahun,
pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini semakin
berkembang dengan baik.
10. 7. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial,
mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap
ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam
dan sebagainya.
8. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau
keinginannya
9. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk
menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati
atau bekerjasama dengan dirinya.
11. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga,
tingkat pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan
inteligensi.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk
perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan
keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi
anak. Di dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan
keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga
merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan
yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak
ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma
dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas
ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga.
12. b. Kematangan anak
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan
menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan
berbahasa ikut pula menentukan. Dengan demikian, untuk
mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan
fungsinya dengan baik.
c. Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya
yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak
langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan
kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku di
dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya
akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah
ditanamkan oleh keluarganya.
13. d. Pedidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian
ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan
sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di
masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus
diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.
Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja
diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah). Kepada peserta didik
bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan
dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan
bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat
dan bernegara.
14. e. Kapasitas Mental, Emosi, dan Integensi
Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak
hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa
secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian
emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap
saling pengertian dan kemampuan memahami orang
lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial
dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja
yang berkemampuan intelektual tinggi.
15. Pengaruh Perkembangan Sosial Terhadap Tingkah
Laku Anak
Dalam perkembangan sosial anak, mereka dapat
memikirkan dirinya dan orang lain. Pemikiran itu terwujud
dalam refleksi diri, yang sering mengarah kepenilaian diri
dan kritik dari hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil
pemikiran dirinya tidak akan diketahui oleh orang lain,
bahkan sering ada yang menyembunyikannya atau
merahasiakannya.
Pikiran anak sering dipengaruhi oleh ide-ide dari
teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi
dan orang lain, termasuk kepada orang tuanya. Kemampuan
abstraksi anak sering menimbulkan kemampuan
mempersalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan
keadaan bagaimana yang semstinya menurut alam
pikirannya.
16. Pengaruh egoisentris sering terlihat, diantaranya berupa :
1. Cita-cita dan idealism yangbaik, terlalu menitik beratkan
pikiran sendiri, tanpa memikirkan akibat labih jauh dan
tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin
menyebabkan tidak berhasilnya menyelesaikan persoalan.
2. Kemampuan berfikir dengan pendapat sendiri, belum
disertai pendapat orang lain daalm penilaiannya.
Melalui banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta
dalam menghadapi pendapat orang lain, maka sikap ego
semakin berkurang dan diakhir masa remaja sudah sangat
kecil rasa egonya sehingga mereka dapat bergaul dengan baik.
17. Peranan orang tua sangat penting, terutama dalam
mengembangkan keterampilan bergaul anak. Oleh
karena itu memberikan kepercayaan dan
kesempatan kepada anak, orang tua juga
diharapkan dapat memberi penguatan melalui
pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak
berperilaku positif. Lebih lanjut masalah ganjaran
dan hukuman diuraikan sebagai berikut ;
18. 1.Ganjaran atau Hadiah
Ganjaran atau hadiah adalah berbagai bentuk apresiasi
terhadap suatu prestasi yang telah dicapai oleh suatu atau
sekelompok anak dalam aktivitas tertentu.Pada umumnya
hadiah atau ganjaran diberikan setelah anak mencapai
prestasi atau menghasilkan sesuatu yang dapat di
banggakan baik teman, orang tua, guru, dan dirinya
sendiri.Dengan demikian anak berbuat sesuatu yang
melebihi temannya tidak perlu memperoleh upah atau
bayaran.
Fungsi hadiah ada 3 yaitu :
1. Memiliki nilai pendidikan.
2. Memberikan motivasi kepada anak.
3. Memperkuat perilaku.
19. 2. Hukuman
Hukuman merupakan sangsi fisik maupun
psikis terhadap sesuatu kesalahan atau pelanggaran
yang dilakukan oleh anak dengan sengaja.Oleh karena
itu terhadap anak yang sudah besar dapat diasumsikan
bahwa apabila mereka membuat suatu kesalahan yang
disengaja, maka harus bersedia menerima hukuman
baik dari orang tua maupun dari gurunya.
A. Fungsi Hukuman
1) Fungsi restriktif.
2) Hukuman sebagai fungsi pendidikan.
3) Hukuman sebagai penguat motivasi.
20. B. Syarat-syarat Hukuman
1) Sebaiknya hukuman segera diberikan kepada anak
yang membuat kesalahan dan patut mendapat
hukuman.
2) Diberikan secara konsisten.
3) Hukuman yang diberikan harus konstruktif.
4) Bersifat impresional.
5) Disertai alasan
6) Dapat digunakan sebagai alat mengembangkan hati
nurani anak.
7) Diberikan pada tempat dan waktu yang tepat
21. Penyesuaian Sosial adalah keberhasilan
seseorang dalam menyesuaikan diri
terhadap orang lain pada umumnya,dan
terhadap kelompok pada khususnya .
22. Tampilan nyata
Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok
Sikap sosial
Kepuasan pribadi
23. Dalam perkembangan sosial anak,mereka
dapat memikirkan dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri
yang sering mengarah kepenilaian diri dan
kritik dari hasil pergaulannya dengan orang
lain.