Dokumen tersebut membahas tentang latar belakang masalah rendahnya hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur. Peneliti bermaksud meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal-Dua Tamu. Tujuan penelitian adalah mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran tersebut.
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional kita masih menghadapi aneka
persoalan, persoalan ini memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang
ditransformasikan selama proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada
dibawah tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan
masyarakat. Beberapa persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini
adalah rendahnya mutu proses dan output pendidikan, komitmen masyarakat dan
pemerintah yang belum sepenuhnya memadai untuk membangun pendidikan dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM), buku pelajaran silih berganti,
kurikulum yang terlalu membebani anak, intervensi kekuasaan terhadap guru dan
pelaksana pendidikan, otonomi daerah yang mencemaskan kemajuan pendidikan,
lemahnya kompetensi guru, daya bayar masyarakat terhadap pendidikan masih
lemah
Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan,
peranan guru sangatlah penting bahkan sangat utama. Untuk itu profesionalisme
guru harus ditegakkan dengan cara pemenuhan syarat-syarat kompetensi yang
2. 2
harus dikuasai oleh setiap guru, baik dibidang penguasaan keahlian materi
keilmuan maupun metodelogi. Guru harus bertanggungjawab atas tugas-tugasnya
dan harus mengembangkan kesejawatan dengan semua guru melalui keikutsertaan
dan pengembangan organisasi profesi guru.
Untuk mencapai kondisi guru yang professional, para guru harus
menjadikan orientasi mutu dan profesionalime guru sebagai etos kerja mereka dan
menjadikannya sebagai landasan orientasi perilaku dalam tugas-tugas profesinya.
Terutama bidang ilmu matematika. Karena Matematika merupakan induk dari
ilmu pengetahuan yang ruang lingkup sangat luas dan memberi konstribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Sehingga guru matematika harus
memiliki banyak inovasi dalam proses pembelajaran yang diharapkan dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika.
Namun fakta di lapangan menunjukkan masih ada guru yang minim dalam
menggunakan model-model pembelajaran , sehingga memberi dampak siswa
kurang aktiv dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar matematika
kurang memuaskan.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 8 Tanjung Jabung
Timur terungkap bahwa hasil belajar matematika kelas XI IPA1 belum maksimal.
Hal-hal yang diduga menjadi menyebabkan hasil belajar matematika kelas XI
IPA1 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur adalah guru masih menggunakan
metode ceramah/monoton, sarana dan prasarana belum memadai, aktivitas siswa
dalam mengikuti proses belajar rendah. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut penulis ingin mengadakan penelitian yang berjudul : ” Penerapan model
3. 3
pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal- Dua Tamu ( Two Stay-Two Stray)
untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika di kelas XI IPA1
SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur.
1.2. Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka didapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal- Dua
Tamu ( Two Stay-Two Stray ) dapat meningkatkan aktivitas belajar
matematika di kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur?.
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Dua Tinggal- Dua
Tamu ( Two Stay-Two Stray ) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika di kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur?.
1.3. Tujuan Penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Dua
Tinggal- Dua Tamu ( Two Stay-Two Stray ) dapat meningkatkan aktivitas
belajar matematika di kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur.
2. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Dua
Tinggal- Dua Tamu ( Two Stay-Two Stray ) dapat meningkatkan hasil belajar
matematika di kelas XI IPA1 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur.
4. 4
1.4. Manfaat dan Hasil Penelitian.
Adapun manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian tindakan kelas ini
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa: Siswa termotivasi sehingga aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran matematika dan diharapkan memiliki hasil belajar
matematika sesuai yang diharapkan.
2. Bagi Guru: Dapat menambah wawasan tentang penggunakan model-model
pembelajaran koorperatif.
3. Bagi Sekolah : Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, terutama
mata pelajaran matematika.
4. Bagi Pengembangan Kurikulum : Merupakan upaya penyempurnaan
kurikulum dalam rangka menuju pembelajaran yang bermutu.
5. Bagi pihak lain yang terkait Penelitian selanjutnya: Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi masukan yang berguna bagi pihak-pihak lain
dan penelitian selanjutnya di tingkat Sekolah, kabupaten dan kota lain di
seluruh Indonesia, dan kegunaan tersebut dapat berdampak baik secara
praktis maupun teoritis.
5. 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hakekat Pembelajaran
Dalam psikologi dan pendidikan , pembelajaran secara umum
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional,
lingkungan dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan, atau membuat
perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan pandangan dunia (Haryanto,
2010).
Selanjutnya Gagne dalam Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa : belajar
adalah suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat
diamati, diubah dan dikontrol. Sedangkan dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran
dalam bentuk hasil belajar. Tahapan proses pembelajaran tersebut meliputi
delapan fase yaitu: motivasi, pemahaman, pemerolehan, penyimpanan, ingatan
kembali, generelisasi, perlakuan dan umpan balik.
Lain halnya dengan teori Gestlat, teori ini memandang bahwa belajar
sebagai proses yang memerlukan aktivitas anak ( Nasution, 1993). Belajar akan
terjadi apabila siswa telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan
dan menemukan generelisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan
masalah dalam situasi lain.
Sadirman (1992) menyebutkan bahwa : belajar merupakan upaya
perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan, seperti membaca,
mendengar, mengamati, meniru atau lain sebagainya.
6. 6
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada
hakekatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
melakukan aktivitas tertentu.
2.2. Macam-macam Teori Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori
belajar (Haryanto 2010), yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar
kognitivisme, dan teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme
hanya berfokus pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan
pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana pelajar aktif
membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
Sedangkan menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004) belajar merupakan
suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru
diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari
dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasikan dalam
pikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya.
Pada proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang
berarti proses belajar mengajar terjadi secara optimal) jika pengetahuan itu
dipelajari dalam tahap-tahap sebagai berikut: a) Tahap Enaktif, suatu tahap
pembelajaran dimana pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau situasi yang nyata, b) Tahap Ikonik, suatu tahap
pembelajaran dimana pengetahuan direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk
7. 7
bayangan visual (visual imagery), gambar atau diagram yang menggambarkan
kegiatan konkret atau situasi konkret yang terdapat pada tahap enaktif, c) Tahap
Simbolik, suatu tahap pembelajaran dimana pengetahuan itu direpresentasikan
dalam bentuk simbol-simbol abstrak, baik simbol-simbol verbal (misalkan hurup-
hurup, kata-kata atau kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika maupun
lambang-lambang abstrak lainnya (Hidayat, 2004).
2.3. Aktivitas Belajar
Adapun pengertian aktivitas belajar Menurut Sardiman dalam Iin Isnaini
(2010) Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang
keberhasilan belajar. Sedangkan menurut Rochman Natawijaya dalam Iin Isnaini
(2010) aktivitas belajar adalah merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam
proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Jadi dapat kita tarik kesimpulan aktivitas belajar adalah segala sesuatu
yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan baik secara jasmani atau rohani yang
dilakukan dalam proses interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa
sehingga dapat mencapai tujuan belajar.
Menurut Paul dan Hamalik dalam Iin Isnaini (2010) membagi kegiatan
belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut:
a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja, atau
bermain.
8. 8
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,
mengemukakan pendapat, berwawancara, dan diskusi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu
permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa
karangan, membuat sketsa, atau, merangkum, mengerjakan tes, dan mengisi
angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram,
peta dan pola.
f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan
(stimulus), menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, dan membuat
keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan
sebagainya.
Pandangan ilmu jiwa modern memandang jiwa manusia itu sebagai sesuatu
yang dinamis, memiliki potensi dan energi sendiri. Jadi secara alami siswa bisa
menjadi aktif karena didorong oleh banyaknya siswa yang mempunyai potensi.
Sehingga tugas guru membimbing dan menyediakan kondisi agar siswa dapat
9. 9
mengembangkan bakat dan potensinya, dalam hal ini siswalah yang
berkreativitas, berbuat dan harus aktif sendiri.
Sedangkan guru berfungsi serta bertugas menyediakan bahan pelajaran,
tetapi yang mengolah dan merencanakan adalah siswa sesuai dengan bakat dan
kemampuannya. Dalam hal ini yang lebih penting bagi guru adalah menyediakan
kondisi yang kondusif untuk terjadinya kegiatan belajar atau aktivitas belajar dari
siswa.
Adapun rentang aktivitas siswa dapat di sajikan tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Aktivitas Siswa
No Skala Keterangan
1 26 - 43 Kurang baik
2 44 - 61 Baik
3 62 - 79 Sangat Baik
2.4. Hasil Belajar
Hasil Belajar menurut Rikianto dalam Suprijono (2011) menyatakan
bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis.
10. 10
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan konsep dan
lambang.
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.
d. Keterampilan motorik yaitu kemempuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otamatisme gerak
jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai seseorang setelah mengikuti
proses belajar. Sudjana (2001) menyatakan bahwa: ” Hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman
belajar.” Pengalaman didapat dari hasil tatap muka antara guru dan siswa
maupun pengalaman belajar yang didapat dari hasil membaca dan pengalaman
lain.
Hasil belajar juga merupakan sejumlah pengetahuan dan kemampuan yang
dicapai pada akhir pengajaran. Untuk mengetahui apakah pelajaran yang
dilakukan berhasil atau tidak dapat ditinjau dari proses pengajaran itu sendiri dan
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sedangkan hasil belajar dapat diketahui
dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.
Selanjutnya bila dihubungkan dengan hasil belajar, seorang siswa dapat
dikatakan telah mencapai hasil belajar jika pada dirinya telah terjadi perubahan
tertentu melalui kegiatan belajar. Arikunto (1993) mengatakan bahwa hasil
11. 11
belajar merupakan suatu hasil yang diperoleh siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf,
ataupun kata-kata.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan
perubahan tingkah laku karena adanya usaha. Perubahan tingkah laku tersebut
meliputi integrasi pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa yang merupakan
hasil aktifitas dan intensitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-
angka. Hasil belajar diperoleh setelah siswa melalui suatu tes hasil belajar, yang
dilakukan setelah selesai suatu program pembelajaran.
Adapun rentang ketuntasan belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2
Ketuntasan Belajar
No Skala Keterangan
1 76% - 100% Baik Sekali
2 56% - 75% Baik
3 26% - 55% Cukup
4 0% - 25% Kurang
2.5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Dua Tinggal-Dua Tamu ( Two
Stay- Two Stray ).
Sufri dan Husni Sabil (2008) mengatakan pembelajaran kooperatif
dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif yang didorong
dan atau dikehendaki untuk bekerja sama, dan mereka harus mengkoordinasikan
12. 12
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif, dua atau lebih anggota kelompok saling tergantung satu sama lain
untuk mencapai satu penghargaan bersama.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray yang kadang-
kadang disebut juga two stay-stray pertama kali dikembangkan oleh Spincer
Kagen pada tahun 1992. Model ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagikan hasil dan informasi dengan kelompok-kelompok lainnya.
Dalam penggunaannya pertama sekali guru membentuk kelompok-
kelompok belajar di dalam kelas. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang siswa yang
heterogen baik aspek intelektual maupun dari aspek etnis, budaya, agama dan
jenis kelamin dan sebagainya. Teknik penggunaan (sintaks) tipe ini secara lebih
rinci dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Siswa mendiskusikan materi atau tugas pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh
guru secara intensif dalam kelompok masing-masing.
2. Setelah diskusi selesai, sepasang (dua orang) dari setiap kelompok bertamu ke
kelompok yang lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam setiap kelompok bertugas membagikan hasil
kerjanya dan semua informasi kepada dua orang tamu mereka.
4. Setelah selesai, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka semula.
5. Sesampai di kelompok semula, mereka kembali berdiskusi membicarakan
semua informasi yang mereka peroleh di kelompok lainnya.
6. Semua anggota kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
secara bersama-sama.
13. 13
7. Guru memberikan kuis atau tes yang dikerjakan secara individual . Tes ini
untuk melihat apakah materi pelajaran yang diberikan guru sudah dikuasai
dengan baik.
8. Guru memberi penghargaan kepada setiap kelompok, berdasarkan perolehan
nilai peningkatan individual dari skor dasar ke skor tes atau kuis.
14. 14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian ini
mengkaji tentang aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal-Dua Tamu).
3.2. Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur, yang
beralamat di Jalan WR. Supratman RT.04 RW.01 Kelurahan Parit Culum I
Kecamatan Muara Sabak Barat Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
3.3. Subyek Penelitian.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA1 yang berjumlah 26 orang
Semester 2 SMA Negeri 8 Tanjung Jabung Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.
3.4. Waktu Penelitian
Penelitain ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Januari – April 2017
dengan rincian sebagai berikut:
15. 15
Tabel: 1
Waktu Penelitian
No Urain
Kegiatan
Januari Pebruari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 3 1 2 3 4
1 Perencanan
siklus 1
v v
2 Pelaksanan
siklus1
v v
3 Observasi
siklus1
v v
4 Refleksi
siklu 1
v
5 Pperencanan
siklus 2
v v
6 Pelaksanaan
siklus 2
v v
7 Observasi
siklus2
v v
8 Refleksi
siklus2
v
9 Penyusunan
laporan
v v
10 Seminar ptk v
11 Revisi
laporan ptk
v v
3.5. Prosedur Penelitian.
3.5.1. Perencanaan
Penulis menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
Instrumen Lembar Diskusi Siswa, Instrumen Lembar Kerja Siswa
(LKS), Instrumen Lembar Observasi Siswa (LOS), Instrumen
Lembar Observen, dan Jadwal kegiatan.
3.5.2. Pelaksanaan
Penelitian direncanakan 3 siklus dengan 1 siklus 2 kali pertemuan
Pertemuan pertama:
16. 16
1. Siswa mendiskusikan materi atau tugas pelajaran pada Lembar Kerja
Siswa (LKS) (bahan diskusi terlampir).
2. Setelah diskusi selesai, sepasang (dua orang) dari setiap kelompok
bertamu ke kelompok lain.
3. Dua orang yang tinggal dalam setiap kelompok bertugas membagikan
hasil kerjanya dan semua informasi kepada dua orang tamu mereka.
4. Setelah selesai, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka
semula.
5. Sesampai di kelompok semula, mereka kembali berdiskusi
membicarakan semua informasi yang mereka peroleh dari kelompok
lainnya.
6. Semua anggota kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja
mereka secara bersama- sama.
3.5.3. Observasi
Obserasi dilakukan untuk mengamati mengamati pelaksanaan
tindakan yang dilakukan oleh teman sejawat sebagai pengamat atau
observer. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal ini dilaksanakan untuk mengamati proses
pelaksanaan tindakan.
3.6. Teknik Pengumpulan dan Analisis data
3.6.1. Teknik Pengumpulan data
Data dikumpulkan dengan menggunakan 2 instrument yaitu:
17. 17
1. Observasi
2. Tes Hasil Belajar
3.6.2. Teknik Analisis data
Analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Data yang
dianalisis adalah data tentang analisis proses pelaksanaan pembelajaran,
dan data hasil belajar matematika.