1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam
pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu, jam pelajaran sekolah lebih banyak di
bandingkan pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan
kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah
atas.
Begitu pentingnya peranan matematika, maka pemerintah perlu mengusahakan agar
mutu pengajaran matematika lebih baik dari masa sebelumnya. Untuk mewujudkan hal ini
berbagai usaha yang telah dilakukan pemerintah diantaranya melengkapi sarana dan
prasarana, meningkatkan kualitas guru serta mengembangkan dan memperbaiki kurikulum
tahun 2004 menjadi kurikulum 2013. Namun pada kenyataannya, usaha-usaha yang telah
dilakukan tersebut belum memberikan hasil yang memuaskan. Hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa, khususnya hasil belajar matematika yang masih rendah.
Rendahnya hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
faktor internal pribadi siswa maupun faktor eksternal. Salah satu faktor eksternal yang diduga
sangat mempengaruhi hasil belajar adalah model pembelajaran yang digunakan guru yang
mencakup pemilihan pendekatan pembelajaran, metode, strategi, dan media yang sesuai.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan disetiap
jenjang–pendidikan di Indonesia, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Hal ini dikarenakan pelajaran matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam
1
2. membekali siswa untuk dapat mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis, dan kreatif.
Matematika adalah salah satu bagian dari ilmu pengetahuan (sains), matematika mempunyai
peranan penting untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap, dan nilai
pada setiap diri siswa.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penulis pada tanggal 27 September 2012
dengan salah seorang guru matematika SMA Negeri 4 Kerinci, diperoleh informasi bahwa
proses pembelajaran matematika selama ini di sekolah belum mampu meningkatkan
pemahaman, ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika, dan masih banyak yang perlu
dibenahi. Diantaranya strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru selama ini dalam
kegiatan belajar mengajar masih menggunakan strategi pembelajaran konvensional yang
masih menjadikan guru sebagai pusat kegiatan pembelajaran, atau dengan kata lain dalam
proses belajar pembelajaran masih didominasi oleh guru. Guru sebagai salah satu komponen
utama dalam proses pembelajaran diharapkan mampu menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar aktif.
Dari sisi siswa terlihat bahwa sedikit sekali yang aktif dalam belajar matematika, siswa
hanya terpaku pada cara atau langkah-langkah yang disampaikan oleh guru. Selain itu
kurangnya minat atau ketertarikan siswa terhadap pelajaran matematika juga menjadi salah
satu faktor penyebab rendahnya nilai matematika siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci
Tahun Pelajaran 2016/2017.
Rendahnya nilai matematika siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci dapat terlihat
dari persentase Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum (KKM) matematika siswa pada
ulangan harian matematika semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 (Tabel 1).
Tabel 1. Rata-rata dan Persentase Ketuntasan Belajar Matematika Siswa Pada
Ulangan Harian Semester Ganjil Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci.
3. Kelas Rata-rata
Persentase
Ketuntasan
Tuntas Tidak Tuntas
XI IPS1 64,15 38,46 10 16
XI IPS2 64,40 56,00 14 11
Sumber : Guru Matematika Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci.
Berdasarkan Tabel 1 di atas, terlihat bahwa persentase ketuntasan belajar siswa yang
mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Belajar Minimum (KKM) 65,00 yaitu berkisar
antara 38,46 % - 56,00 %. Melihat rendahnya persentase ketuntasan yang diperoleh siswa
dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM. Jika
hal ini terus berlanjut maka sangat berpengaruh terhadap nilai matematika siswa. Salah satu
penyebab rendahnya nilai KKM ini adalah belum tepatnya strategi pembelajaran yang
diterapkan. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang cocok, mampu
meningkatkan hasil belajar siswa, dan mampu menumbuhkan rasa ketertarikan siswa
terhadap pelajaran matematika. Dalam hal ini, siswa bukan sekedar sebagai objek yang hanya
menerima pelajaran dari guru, melainkan ikut berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar.
Jika hal ini terus berlanjut maka sangat berpengaruh terhadap nilai matematika siswa.
Salah satu penyebab rendahnya nilai matematika siswa ini adalah belum tepatnya strategi
pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran yang
mampu meningkatkan hasil belajar siswa, dan mampu menumbuhkan rasa ketertarikan siswa
terhadap pelajaran matematika. Dalam hal ini, siswa bukan sekedar sebagai objek yang hanya
menerima pelajaran dari guru, melainkan ikut berpartisipasi aktif dalam proses belajar
mengajar.
Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicarikan suatu formula
pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa. Para
guru hendaknya terus berusaha menyusun dan menerapkan berbagai cara variansi agar siswa
4. tertarik dan bersemangat dalam mengikuti pelajaran matematika salah satunya melalui
strategi pembelajaran inquiring minds want to know dan strategi pembelajaran listening team.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembelajaran
matematika diperlukan suatu strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat
memotivasi siswa untuk belajar dan tertarik pada materi yang akan diajarkan.
Dari beberapa strategi pembelajaran yang ada, stretegi pembelajaran yang menarik dan
dapat diterapkan adalah strategi inquiring minds want to know. Strategi pembelajan ini
mampu membangkitkan keingintahuan peserta didik dengan meminta mereka membuat
perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau pertanyaan.
Untuk itu, dalam rangka peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 4 Kerinci, maka penulis sangat tertarik untuk membandingkan kedua strategi
pembelajaran tersebut di atas, strategi pembelajaran yang mana yang paling tepat untuk
menunjang peningkatan hasil belajar matematika siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci
Tahun Pelajaran 2016/2017. Sehingga judul yang penulis ajukan adalah “Peningkatan Hasil
Belajar Matematika Siswa Menggunakan Strategi Pembelajaran Inquiring Minds Want
to Know Pada Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Kerinci Tahun Pelajaran 2016/2017”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut “ Bagaimana meningkatkan hasil belajar matematika
siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci yang menggunakan Strategi pembelajaran
inquiring minds want to know.”
5. 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan
menggunakan strategi pembelajaran inquiring minds want to know pada kelas XI IPS2 SMA
Negeri 4 Kerinci Tahun Pelajaran 2016/2017.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah.
2. Bagi Guru
Sebagai alternatif baru bagi guru untuk menambah variasi strategi pembelajaran dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya matematika.
3. Bagi Siswa
Untuk membantu siswa agar lebih mempunyai tanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas matematika dan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika.
4. Bagi Penulis
Sebagai pengalaman dan pengetahuan bagi penulis dalam mengembang kan diri sebagai
guru.
6. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belajar Mengajar
Ahmad Sabri (2005:33) menyatakan bahwa “Belajar dan mengajar merupakan dua
konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjukkan apa yang harus
dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran (sasaran didik), sedangkan
mengajar menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pengajar”.
Menurut Oemar Hamalik (2008:37) “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Hilgard dan Bower dalam Rahim
(2010:79) juga menjelaskan bahwa “Belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang
terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam
situasi itu”. Sedangkan Menurut Suparano dalam Rahim (2010:79) “Belajar adalah proses
mengkontruksi pengetahuan dari pengalaman baik alami maupun manusiawi”.
Selanjutnya, menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:10) menyebutkan
“Belajar merupakan kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar
orang memiliki keterampilan, pengatahuan, sikap dan nilai”.
Slameto dalam Hamdu dan Agustina (2011:91) mengemukakan bahwa “Belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut
kognitif, efektif, dan psikomotorik. Dalam belajar, siswa mengalami sendiri proses dari tidak
tahu menjadi tahu”.
9
7. Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,
belajar hanya di alami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses
belajar. Proses belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan
sekitar. Skinner dalam Hamdani (2011:71) berpandangan bahwa “Belajar adalah suatu
prilaku. Pada saat orang belajar, responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya apabila ia tidak
belajar, responnya menurun”.
Selanjutnya menurut Gagne dalam Hamdani (2011:71), “Belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Hal belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar, orang memiliki
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari : (1)
stimulasi yang berasal dari lingkungan, (2) proses kognitif yang dilakukan oleh si
pembelajar”.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah
stimulasi lingkungan, melalui pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut
Piaget dalam Hamdani (2011:71), “Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab, individu
melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami
perubahan”. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan, fungsi intelek semakin
berkembang”.
Berdasarkan pengertian di atas tergambar bahwa belajar merupakan suatu proses
dalam mamperoleh pengalaman atau pengetahuan baru yang menghasilkan perubahan pada
individu yang belajar perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan
juga dalam bentuk tingkah laku, sikap, pemahaman, keterampilan, kebiasaan, minat dan
penyesuaian diri.
8. Mengajar pada dasarnya adalah membimbing siswa selama proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai motivator, fasilitator, dan pembimbing siswa
dalam belajar. Oemar Hamalik (2008:61) menyatakan bahwa “Mengajar adalah upaya
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik”. Jadi guru mempunyai peranan yang
sangat besar dalam upaya membentuk siswa mencapai keberhasilan.
Sardiman (2011:47) menjelaskan bahwa "Mengajar pada dasarnya merupakan suatu
usaha untuk menciptakan kondisi atau system lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar”. Selanjutnya, Sardiman (2011:48)
juga menjelaskan bahwa “Mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi
proses belajar. Atau dikatakan, mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif
untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa”.
Usman dalam Rahim (2010:79) juga mengatakan bahwa “Mengajar adalah merupakan
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan siswa dan bahan pengajaran
sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa”. Sedangkan Smith dalam
Rahim (2010:79) mengatakan bahwa “Mengajar adalah menanamkan pengetahuan dan
keterampilan (teaching imparting knowledge or skill)”.
Hasibuan dan Mudjiono (2009:3) menjelaskan bahwa “Mengajar adalah penciptaan
sistem lingkungan yang memungkinkan terjadi proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri
dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin
dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada
dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana
belajar mengajar yang tersedia”.
9. Kemudian, Sudjana (1996:7) menjelaskan “Mengajar adalah mengatur dan
mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar”.
Dari pengertian mengajar di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa mengajar
merupakan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaiknya dan
menghubungkan dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar mengajar. Kegiatan
mengajar bukan hanya terpusat pada guru tetapi juga pada aktivitas anak didik, dengan kata
lain anak didik harus berpatisifasi aktif dalam proses belajar mengajar.
2.2 Pembelajaran Matematika
Ensiklopedia Indonesia menyebutkan istilah matematika berasal dari bahasa Yunani
“Mathematikos” secara ilmu pasti atau “Mathesis” yang berarti ajaran, pengatahuan abstrak
dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keinderaan, tetapi
atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:157) menjelaskan bahwa “Pembelajaran ialah proses
yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana
belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
proses yang diselengarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu
pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud
adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kondisi dan situasi belajar
agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing.
Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar
pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistimatis dan
10. memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam
bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang tentu ada faktor-faktor yang
mempengaruhinya, faktor-faktor tersebut dapat menjadi pendorong namun dapat juga
menjadi penghambat dalam mencapai tujuan. Demikian halnya dalam belajar, menurut
Hamdani (2011:139) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari siswa. Faktor ini antara lain sebagai
berikut :
a. Kecerdasan
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan sangat ditentukan oleh tinggi-
rendahnya intelengensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan
tingkat perkembangan sebaya. Intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi
merupakan faktor yang sangat penting bagi anak dalam usaha belajar.
b. Faktor jasmaniah atau faktor fisiologis
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar seseorang. Faktor jasmaniah yaitu pancaindra yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna.
c. Sikap
11. Sikap yaitu suatu kecenderungan untuk mereaksi terhadap suatu hal, orang, atau
benda dengan suka, tidak suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.
d. Minat
Minat adalah suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat
sesuatu secara terus menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama
perasaan senang. Minat memeliki pengaruh yang besar terhadap pembelajaran. Jika
menyukai suatu mata pelajaran, siswa akan belajar dengan senang hati tanpa rasa
beban.
e. Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
masing-masing.
f. Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan
keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan
mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi
dapat ditingkatkan.
2) Faktor eksternal
Adapun Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :
a. Keadaan Keluarga
12. Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang
dilahirkan dan dibesarkan. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam
keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong
untuk belajar aktif karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari
luar yang menambah motivasi untuk belajar.
b. Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, lingkungan sekolah yang
baik dapat mendorong siswa untuk belajar lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi
cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran, dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi
hasil-hasil belajarnya.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Dapat dikatakan lingkungan
membentuk kepribadian anak karena dala mpergaulan sehari-hari, seorang anak
akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya.
Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal tinggal disuatu lingkungan
yang rajin belajar, kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada
dirinya sehingga ia akan turut belajar sebagaimana mestinya.
Disamping faktor-faktor yang mempengaruhi belajar diatas ada pula faktor-faktor lain
yang mempengaruhi belajar yang dikemukakan oleh Mustaqim dan Abdul Wahib (2010:63)
terdapat faktor yang mempengaruhi belajar yaitu :
13. 1) Kemampuan Pembawaan
Kemampuan pembawaan ini akan mempengaruhi belajarnya anak. Anak yang
mempunyai kemampuan pembawaan yang lebih mudah dan lebih cepat belajar dari pada
anak yang mempunyai kemampuan yang kurang.
2) Kondisi Pisik Orang yang Belajar
Orang yang belajar tidak terlepas dari kondisi pisiknya. Anak yang cacat misalnya kurang
pendengaran, kurang penglihatan prestasinya juga kurang apabila dibandingkan dengan
anak yang normal.
3) Kondisi Psikis Anak
Keadaan psikis yang kurang baik banyak sebabnya, mungkin ditimbulkan oleh keadaan
fisik yang tidak baik, sakit, cacat, mungkin disebabkan oleh gangguan atau keadaan
lingkungan, situasi rumah, keadaan keluarga, ekonomi.
4) Kemauan Belajar
Belajar harus ada dorongan dalam dirinya, yang dapat mendorongnya kesuatu tujuan
yang berarti kemauan belajar ini sangat erat hubungan dengan keinginan dan tujuan.
5) Sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka
sendiri.
6) Bimbingan
Bimbingan dapat diberikan sebelum ada usaha-usah belajar, atau sewaktu-waktu setelah
ada usaha-usaha yang tidak terpimpin. Keefektifan bimbingan ini tergantung dari
macam-macam tugas dan kebutuhan dari orang yang belajar.
14. 7) Ulangan
Adanya ulangan-ulangan ini dapat menunjukkan pada orang yang belajar kemajuan-
kemajuan dan kelemahan-kelemahannya. Dengan demikian orang yang belajar akan
menambah usahanya untuk belajar.
Slameto (2010:76) menjelaskan bahwa “Belajar yang efesien dapat tercapai apabila
dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat
mencapai hasil yang semaksimal mungkin”.
2.3 Strategi Pembelajaran
Hamdani (2010:18) menjelaskan bahwa “Startegi dapat diartikan sebagai suatu upaya
yang dilakukan oleh seseorang atau organisasi untuk sampai pada tujuan”.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1995:5) secara umum “Strategi mempunyai
pengertian suatu garis-garis haluan untuk bertindak dalam mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan pembelajaran strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
umum kegiatan guru dengan anak didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah digariskan.
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dengan
demikian konsep strategi menunjukkan pada karakteristik abstrak rentetan perbuatan guru-
peserta didik di dalam peristiwa belajar mengajar (Hamruni, 2011:2).
Menurut Hasibuan dan Mudjiono (2009:3) “Startegi pembelajaran adalah pola umum
perbuatan guru-murid dalam perwujudan kegiatan belajar. Pengertian strategi dalam hal ini
menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbutan guru-murid di dalam peristiwa
belajar-mengajar”.
15. Hamruni (2011:3) menyatakan bahwa “Strategi pembelajaran merupakan rencana
kegiatan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya dalam pembelajaran. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
bahwa arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan”.
Menurut Hamruni (2011:8) Strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Starategi pembelajaran langsung.
2. Strategi pembelajaran tak langsung.
3. Starategi pembelajaran interaktif.
4. Starategi pembelajaran empirik.
5. Starategi pembelajaran mandiri.
Ada empat stategi dasar dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut (Syaiful
Bahri dan Aswan Zain, 1995:5) :
1. Mengindentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran yang dianggap
paling tepat dan efektif sehinggga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan
kegiatan mengajaranya.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil dari kegiatan pembelajaran yang
16. selanjutnya dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Kegiatan pembelajaran merupakan upaya mengorganisir lingkungan sehingga tercipta
suatu kondisi belajar. Untuk menciptakan kondisi belajar yang baik diperlukan strategi
pembelajaran. Untuk itu perlu dirancang stategi pembelajaran. Adapun startegi pembelajaran
yang dimaksud adalah sebagai berikut (Lufri, 2006:2) :
1. Bagaimana guru mengajar, mendidik dan melatih secara tepat.
2. Bagaimana guru memotivasi anak didik supaya belajar dan mengembangkan kompetensi
secara maksimal.
3. Bagaimana anak didik memiliki akhlak mulia.
4. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhatikan untuk mencapai keberhasilan belajar anak
didik.
5. Bagaimana guru bisa menjadi teladan dalam berprilaku.
6. Bagaimana seharusnya peran guru dalam pembelajaran.
2.5 Strategi Pembelajaran Inquiring Minds Want To Know
Menurut Zaini H, Munthe B dan Aryani S.A (2008:18) “ Inquiring minds want to
know adalah strategi sederhana yang dapat membangkitkan keingintahuan peserta didik
dengan meminta mereka membuat perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau suatu
pernyataan. Biasanya peserta didik cenderung diam ketika diajak untuk membahas materi-
materi yang belum terpecahkan pada pertemuan sebelumnya jika diminta untuk menjawab
secara bersama-sama dikelas”.
17. startegi inquiring minds want to know adalah strategi yang merangsang rasa ingin
tahu peserta didik dengan meminta perkiraan-perkiraan tentang suatu topik atau pertanyaan
(Winarko A.S, Maridi dan Sugiharto 2011:2).
Menurut Elviana dalam http://elviana.teknologi-pendidkan-universitas-
baturaja.blogspot.com.2009.archive.html “Strategi inquiring minds want to know adalah
strategi pembelajaran yang digunakan untuk membangkitkan minat dan keingintahuan siswa
dalam proses belajar mengajar. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa diberikan kesempatan
untuk membuat perkiraan-perkiraan dari pertanyaan yang diajukan oleh guru”.
Adapun langkah-langkah strategi pembelajaran inquiring minds want to know
menurut Zaini H, Munthe B dan Aryani S.A (2008:18) adalah sebagai berikut :
1. Buat satu pernyataan tentang materi pelajaran yang dapat membangkitkan minat peserta
didik untuk mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikan dengan teman. Pertanyaan
tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil peserta didik.
2. Anjurkan peserta didik untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunakan
kata-kata; coba pikirkan, apa kira-kira, dan lain-lain.
3. Jangan memberi jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan-dugaan. Biarkan
peserta didik bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.
4. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengajarkan apa yang akan anda
ajarkan kepada peserta didik. Jangan lupa beri jawaban yang benar ditengah-tengah anda
menyampaikan pelajaran.
Dari langkah-langkah di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran
Inquiring minds want to know diawali pertanyaan yang dapat membangkitkan minat peserta
18. didik terhadap materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut bisa merangsang siswa untuk
berdiskusi dan bertanya dengan temannya.
Dalam strategi Inquiring minds want to know guru sebaiknya tidak memberikan
jawaban secara langsung. Guru hanya menampung dugaan jawaban dari para siswa dan guru
harus bisa membuat peserta didik untuk bertanya-tanya dan penasaran terhadap jawaban
yang benar. Akhir dari strategi Inquiring minds want to know ini adalah guru memberikan
jawaban yang benar terhadap materi yang sudah dibicarakan.
2.6 Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai titik tolak untuk mengetahui keberhasilan murid dalam mengusai
suatu mata pelajaran setelah mengikuti suatu proses pembelajaran. Seperti yang
dikemukakan oleh Purwanto (2004:3) “Hasil belajar merupakan tolak ukur yang diinginkan
untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui suatu mata pelajaran atau
sejauh mana tujuan–tujuan pengajaran telah dicapai, biasanya yang dinyatakan dengan nilai
yang berupa huruf atau angka-angka”.
Selanjutnya Agus Suprijono (2010:5) menyatakan “Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Jadi
hasil pembelajaran dapat merupakan keterampilan, nilai dan sikap setelah siswa mengalami
proses belajar”.
Selanjutnya Dimyati dan Mujiono (2002:237) menyatakan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal siswa (internal) dan dari luar siswa
(eksternal). Faktor internal meliputi sikap terhadap belajar, menyimpan perolehan hasil
belajar, menggali hasil belajar yang tersimpan, kemampuan yang berprestasi, rasa percaya
diri siswa, intelegensi atau keberhasilan belajar, kebiasaan belajar, dan cita–cita siswa.
19. Sedangkan faktor eksternal meliputi guru serbagai pembina siswa belajar, sarana dan
prasarana pembelajaran, kebijakan penilaian, lingkungan sosial siswa di sekolah, dan
kurikulum sekolah.
Dari beberapa pendapat mengenai hasil belajar di atas maka hasil belajar dapat
diartikan sebagai suatu hasil yang telah dicapai serta dikerjakan selama mengikuti pelajaran
atau didapat sesudah mempelajari suatu mata pelajaran yang perwujudannya dapat dilihat
nilai yang diperoleh siswa pada evaluasi hasil belajar yang diselenggarakan oleh guru bidang
studi.
20. BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 SubjekPenelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci. Jumlah siswa
kelas XI IPS 2 terdiri dari 25 orang; 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
Umur mereka rata-rata berkisar antara 15 tahun sampai 17 tahun. Mereka berasal dari keluarga
petani dengan latar belakang pendidikan orang tua tamatan sekolah dasar. Minat belajar siswa
kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Kerinci terlihat kurang. Karena selama observasi kelas terlihat
hanya sekatar 4 sampai 7 orang saja yang aktif dalam proses pembelajaran.
Ruang belajar kelas XI IPS 2 SMA Negeri 4 Kerinci cukup bersih dan dilengkapi dengan
penerangan yang cukup. Kursi tempat duduk siswa cukup bagus dan alat belajar lainnya seperti
papan tulis terlihat rapi.
3.2 ProsedurPenelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan; yaitu
perencanaan, pelaksanaan, obeservasi dan refleksi.
3.2.1 Perencanaan
Padatahapperencanaanpeneliti dan guru kolaborator telah mengerjakan beberapa kegiatan
seperti: a) mengobservasi kelas untuk mengidentifikasi masalah pemebelajaran; b) dan memilih
masalah yang paling urgen; c) mendiagnosa masalahyang akan diteliti serta menentukan
tindakan yang akan dilaksanakan; d) membuat RPP tindakan; e) membuat alat observasi dan
evaluasi; dan f) membuat media pembelajaran yang dibutuhkan.
21. a) Observasi kelas; Peneliti dan guru kolaborator telah menetapkan masalah yang akan
diteliti yaitu, rendahnya tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Setelah
berdiskusi dengan guru kolaborator maka masalah ini (rendahnya tingkat keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran) akan di tingkatkan dengan menerapkan model
selama proses pembelajaran.
Alasan pemilihan Model Inquiring minds want to know untuk mengatasi masalah ini
ialah karena Model ini mempunyai kelebihan-kelebihan untuk meningkatkan tingkat keaktifan
siswa dalam belajar.
1. dapat membangkitkan minat peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut atau mau
mendiskusikan dengan teman.
2. dengan memberikan pertanyaan bisa merangsang siswa untuk berdiskusi dan bertanya dengan
temannya.
Setelah penentuan tindakan diputuskan secara bersama dengan kolaborator, langkah
berikutnya ialah membuat RPP tindakan untuk siklus pertama penelitian. Penelitian ini akan
dilakukan untuk Standar Kompetensi “Operasi Hitung Bilangan yang Hasilnya Bilangan Tiga
Angka dan Kompetensi Dasar “Menghitung Perkalian yang Hasilnya Bilangan Tiga Angka dan
Menghitung Pembagian yang Hasilnya Bilangan Tiga Angka”.
Setelah pembuatan RPP tindakan selesai peneliti bersama kolaborator membuat alat
observasi kelas untuk mengumpulkan data penelitian. Alat observasi disesuaikan dengan
indikator data yang berhubungan dengan perbaikan proses pembelajaran yaitu meningkatkan
keaktifan siswa selama belajar di kelas dan pelaksanaan tindakan oleh peneliti.
Alat observasi untuk melihat keberhasilan pelaksanaan tindakan oleh guru dan peneliti di
rancang sedemikian rupa sehingga dapat merekam semua pelaksanaan langkah-langkah
22. pembelajaran yang khusus ditujukan untuk memperbaiki keaktifan siswa. Alat observasi ini
dikaitkan dengan langkah-langkah Model Inquiring minds want to know.
Lembaran observasi untuk melihat tingkat keaktifan siswa dirancang sedemikian rupa
sehingga dapat merekam indikator-indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Indikator keaktifan ini dapat di uraikan sebagai berikut; Pertma keaktifan siswa bertanya, ke dua,
keaktifan siswa menjawab pertanyaan, ke tiga keakrtifan siswa mengungkapkan pendapat, ke
empat keaktifan siswa berdiskusi dengan teman sekelompok, keaktifan siswa mengerjakan tugas
indifidu. Lembaran observasi pelaksanaan tindakan oleh guru dan lembaran observasi tingkat
keaktifan siswa dapat dilihat pada lampiran 3 proposal ini.
Untuk melihat terjadinya peningkatan atau penurunan tingkat keaktifan siswa, maka
tingkat keaktifan selama penelitian akan dibandingkan dengan tingkat keaktifan siswa sebelum
penelitian.
Pekerjaan berikutnya pengadaan media pembelajaran yang sesuai dengan topik atau tema
pembeleajaran dan materi sewaktu penelitian. Media pembelajaran yang akan dipakai selama
penelitian adalah buku paket.
Pekerjaan terakhir dalam perencanaan ini ialah membuat alat evaluasi untuk menentukan
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Bentuk alat evaluasi yang akan dipakai ialah LKS,
quiz, dan test. LKS, quiz dan test ini dapat dilihat pada lampiran 4 proposal ini.
3.2.2 Pelaksanaantindakan
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester I kelas IPS 2 SMA Negeri 4 Kerinci.
Pelaksanaan penelitian akan dilakukan oleh peneliti bersama guru kolaborator yaitu guru kelas
XI IPS 2 SMA Negeri 4 Kerinci. Pelaksanaan penelitian akan dilakukan setelah mendapat izin
23. meneliti dari Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Kerinci yang diketahui oleh Kepala Dinas
Pendidikan Nasional Kabupaten Kerinci.
3.2.3 Observasi
Observasi kelas akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan penelitian. Observasi
akan dilakukan oleh guru kolaborator dengan menggunakan lembearan observasi yang telah
disediakan. Observasi akan dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu selama 70 menit jam
pelajaran (2 x 35 menit).
(siapa, apa, dengan apa)
3.2.4 Refleksi
Refleksi terhadap hasil obervasi akan dilakukan dalam dua tahapan; yaitu setela setiap
selesai satu kali pertemuan dan setiap selesai satu siklus. Refleksi dilakukan secara bersama oleh
peneliti dan guru kolaborator. Peneliti dan guru kolaborator akan membahas, mengevaluasi dan
menentukan tindka lanjut setiap temuan yang telah direkam selama proses pembelajaran dengan
alat observasi. Temuan atau data yang menyangkut tentang pelaksanaan tindakan dan data
tentang keaktifaan siswa akan dibahas secara mendetail dengan menggunakan teori pembelajaran
khususnya tentang keaktifan siswa dalam belajar. Kelemahan-kelemahan baik yang berhubungan
dengan metodologi pembelajaran guru dan cara belajar siswa akan direkomendasikan untuk
diperbaiki pada siklus berikutnya yang akan ditulis dalam RPP siklus ke dua.
3.2.5 metode penelitian
3.2.6 Tempat dan Waktu Penelitian
24. 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XI IPS SMA Negeri 4 Kerinci Tahun
Pelajaran 2016/2017.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan pada tanggal 7 Januari sampai 28 Januari 2016.