1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Akhir dari rangkaian proses belajar mengajar adalah tes akhir suatu
mata pelajaran yang dilakukan melalui soal ujian , tes akhir cawu, tes akhir
semester atau tes ujian kenaikan kelas bagi siswa kelas enam sekolah dasar. Di
dalam menghadapi tes ujian kenaikan kelas bagi siswa Kelas V sekolah dasar
perlu adanya refreshing terhadap materi ajar yang telah diterima oleh siswa
selama mengikuti proses belajar mengajar.
Bagaimanakah caranya agar siswa tidak melupakan materi pelajaran
yang telah diterimanya agar siswa nantinya siap menghadapi ujian kenaikan
kelas yang siap atau tidak siap harus mereka hadapi. Bagaimanakah membuat
suatu materi ajar agar agar tidak terlupakan oleh anak didik. Dalam hal ini
guru harus mencari metode untuk mengingatkan segala memori di benak
siswa yang telah mereka terima. Guru harus bisa membangkitkan kembali
memori itu.
Salah satu metode pengajaran yang bisa membuat anak bisa dan harus
mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka terima adalah cara
belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan Kerja
Kelompok .
Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan Kinerja KKG
yang hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar manjadi aktif, siswa harus mengerjakan banyak sekali
tugas.Mereka haru menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan
masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit,
menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering
meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras
(moving about dan thinking aloud).
2. 2
Bertitik tolak dari latar belakang permasalahan tersebut di atas maka
dalam penelitian ini penulis mengambil tema “Upaya Meningkatkan Kinerja
Guru Mengajar Matematika Di Kelas Melalui Metode Belajar Aktif Model
Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok Di SDN 9 Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta hasil pengamatan
peneliti dengan menggunakan model gabungan antara ceramah dengan kerja
kelompok , maka dapat diidentifikasi masalahnya sebagai berikut:
1.2.1 Pendekatan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh
peran guru, dan guru satu-satunya sumber belajar,selain
buku paket.
1.2.2 Pembelajaran yang dikembangkan di kelas – kelas
kelihatannya lebih ditekankan pada pemikiran reproduktif,
menekankan pada hafalan dan mencari satu jawaban benar
terhadap soal-soal yang diberikan
1.2.3 Dalam kegiatan pembelajaran guru belum mampu
menerapkan model gabungan antara ceramah dengan
kerja kelompok pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik materi yang diajarkan sehingga kurang
mengembangkan daya nalar siswa secara optimal.
1.2.4 Dalam proses pembelajaran guru sangat jarang
memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar,
walaupun materi pelajaran ada kaitannya dengan
lingkungan sekolah.
1.2.5 Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) belum
dimanfaatkan dan dilaksanakan secara optimal
1.3 Analisis Masalah
Karena banyak faktor yang diperkirakan turut memberikan dapat
meningkatkan kemampuan mengajar, guru dalam memanfaatkan lingkungan
sekolah sebagai sumber belajar melalui KKG agar menciptakan pembelajaran
yang aktif inovatif kreatif efektif dan menyenangkan.
3. 3
Guna memperoleh fokus penelitian, maka penelitian ini dibatasi
pada Peningkatan Keterampilan mengajar dengan metoda kreativitas guru
SD melalui kegiatan KKG gugus V kecamatan pedamaran.
Alasan memilih metode kreativitas dan kegiatan KKG sebagai
faktor yang diharapkan memiliki pengaruh terhadap Peningkatan
Keterampilan mengajar kelompok kerja guru kecamatan pedamaran
pembelajaran dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam
proses pembelajaran dan pada achirnya tercipta pembalajaran yang
menyenangkan dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai
persoalan dan kesulitan dalam belajar dan pada achirnya nanti akan
tercipta pembelajaran pembelajaran yang aktif inovatif kreatif efektif dan
menyenangkan sehingga daya serap dan hasil siswa akan manfaatkan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar inofatip.
1.4 Perumusan Masalah Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada permasalahan yang
mengacu pada latar belakang masalah di atas, yang timbul dalam penelitian
ini yakni sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat penguasaan materi pelajaran matematika siswa di
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir ?
2. Bagaimanakah tingkat kompetensi guru materi pelajaran matematika yang
dalam menghadapi ujian kenaikan kelas di SDN 9 Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir ? Bagaimana pengaruh metode belajar aktif
model Gabungan Ceramah dan kerja Kelompok matematika yang
diarahkan oleh peneliti kepada guru di SDN 9 Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir
4. 4
1.5 Tujuan Penelitian
Dilandaskan dan disesuaikan dengan focus permasalahan di atas,
maka penelitian ini memiliki sasaran untuk:
1. Mengetahui tingkat pengusasaan materi pelajaran matematika yang telah
dipelajari di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
2. Mengetahui pengaruh positif setelah metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan kerja Kelompok matematika diterapkan oleh guru di SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
1.6 Manfaat Penelitian
Peneliti berasumsi bahwa dalam penelitian tindakan ini dapat
memberikan manfaat yang sangat berharga demi perkembangan dan kemajuan
di dunia pendidikan terutama bagi :
1. Sekolah sebagai institusi folse guna meningkatkan komitmen guru
dalam memprejuangkan pengajaran di kelas khususnya pada mata
pelajaran matematika
2. Guru, sebagai input edukatif dalam menentukan model pembelajaran
inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi siswa dan bermuara pada
peningkatan prestasi belajar.
1.7 Hipotesis Masalah
1. Metode Ceramah
Adalah suatu cara penyampain bahan pelajaran dengan komunikasi lisan.
2. Metode simulasi adalah:
Tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang dimaksudkan,
dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam tentang
bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Jadi siswa itu berlatih
memegang perenan sebagai orang lain
5. 5
3. Motivasi belajar adalah:
Dorongan dan kemauan belajar yang dinyatakan dalam nilai atau skor
yang setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar.
4. Kinerja Guru adalah:
Kinerja Guru yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
1.8 Batasan Masalah Penelitian Tindakan
Penulis mendapatkan sedikit hambatan dalam melakukan penelitian
yakni keterbatasan waktu, oleh karena itu diperlukan pembatasan masalah,
agar cakupan yang diteliti oleh penulis selaku pengawas TK/SD di Kecamatan
9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir tidak luas, sehingga
dalam batasan masalah ini hanya meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan di pada guru yang mengajar matematika di
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September– Nopember 2014 pada
semester Ganjil tahun Pelajaran 2014-2015
6. 6
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Hakekat Matematika
Matematika berkembang sesuai dengan perkembangan zaman peradapan
dan kebutuhan dimana masyarakat berada. Orang-orang disekitar kita dahulu
mengenal istilah matematika dengan nama ilmu pasti. Pemakaian istilah ini
mengakibatkan timbulnya anggapan bahwa ilmu pasti adalah suatu ilmu yang
tidak ada kurang lebihnya serta tidak pernah berubah lagi. Tetapi itu masih
kurang tepat pengunaan kata ilmu pasti untuk matematika seakan akan
membenarkan bahwa di dalam matematika semua hal sudah pasti kemudian
orang cenderung untuk menggunakan istilah matematika, sebab dengan belajar
matematika orang akan belajar mengatur jalan pikirannya dan belajar
menambah ilmu pengetahuan dan kepandaiannya. Para ahli pendidikan
banyak yang mendefinisikan tentang makna istilah matematika diantaranya :
Menurut Tambunan ( 2001:24) matematika adalah angka-angka dan per-
hitungan yang merupakan bagian dari hidup manusia. Matematika menolong
manusia menafsirkan secara eksak berbagai ide kesimpulan-kesimpulan.
Menurut Hudoyo ( 2001:96), hakekat matematika berkenaan dengan ide-
ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan
yang logis.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa matematika pada
hakekatnya merupakan masalah yang berkenaan dengan struktur-struktur, ide-
ide dan hubungan-hubungan yang diatur menurut aturan yang logis jadi
matematika berkanaan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran
matematika di-kembangkan berdasarkan atas alasan logis dengan
menggunakan pembuktian deduktif oleh karena itu matematika sering disebut
ilmu deduktif. Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa matematika
berkanaan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun secara interaksi
7. 7
dan penalarannya secara deduktif yang akan membawa akibat-akibat
bagaimana terjadinya proses belajar matematika.
2.2 Ruang Lingkup
Menurut Hudoyo ( 2001:7), mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya mengajar dan belajar matematika meliputi antara
lain :
.Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangatlah tergantung
pada peserta didik misalnya saja bagaimana kemampuan dan
kesiapan peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar
matematika bagaimana sikap dan minat terhadap matematika
disamping itu juga bagaimana kondisi peserta didik. Misalnya
diskusi psikologisnya orang yang dalam keadaan segar jasmaninya
akan lebih baik belajarnya dari pada orang yang dalam keadaan
lelah. Kondisi psiko-loginya seperti perhatian, pengamatan, ingatan
dan bagaimana juga pengaruh terhadap kegiatan belajar sekarang
serta intelegensi peserta didik juga berpengaruh terhadap
kelancaran belajarnya.
Pengajar
Faktor berikutnya setelah peserta didik adalah pengajar,
pengajar melaksanakan kegiatan mengajar sehingga proses belajar
diharapkan dapat berlangsung efektif. Kemampuan pengajar
didalam menyampaikan materi matematika dan sekaligus
menguasai materi yang diajarkan sangat mem-pengaruhi terjadinya
proses belajar kepribadian, pengalaman dan motivasi belajar
mengajar.Dalam mengajar materi matematika juga dapat
berpengaruh terhadap efektifitas belajar.
8. 8
Prasarana dan sarana
Prasarana yang mapan seperti ruangan yang sejuk dan
bersih dan dengan tempat duduk yang nyaman biasanya lebih
memperlancar terjadinya proses belajar demikian pula yang
lengkap seperti adanya buku paket dan alat bantu belajar dan
merupakan fasilitas belajar yang penting. Penyediaan sumber
belajar yang lain. Seperti majalah tentang perjanjian matematika
laboratorium matematika dan lain-lain akan meningkatkan pula
kualitas belajar peserta didik.
Penilaian
Penilaian dipergunakan disamping untuk melihat
bagaimana hasil belajar, juga untuk melihat bagaimana
berlangsungnya interaksi antara pelajar dan peserta.
2.3 Metode Kreativitas
Prestasi hasil belajar berarti sebagai keberhasilan dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan bentuk nilai atau skor yang
diperoleh dari hasil test .
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan prestas belajar matematika
adalah tingkat keberhasilan proses yang disengaja pada siswa yang
menimbulkan perubahan kemampuan dan ketrampilan menggunakan
matematika dengan arah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam bentuk nilai
atau skor yang diperoleh dari hasil test.
2.4 Karakteristik pengembangan siswa
Pendekatan mengajar merupakan suatu komponen di dalam kurikulum
matematika agar dalam suatu kurikulum matematika dapat tersusun menjadi
suatu komponen yang utuh. Empat pernyataan kurikulum matematika :
9. 9
Mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa materi matematika diajarkan perlu
dijawab dengan kata lain bagaimana cara kita untuk menyampaikan struktur-
struktur dan kosep-konsep matematika kepada anak didik sedemikian rupa
sehingga mereka ikut aktif berpartisipasi di dalam proses pelajarannya.
Dengan proses belajar mengajar mengikutsertakan anak secara aktif
dapat berjalan efektif, bila pengorganisasian dan penyampaian materi sesuai
dengan kesiapan mental anak kita dapat memilih suatu pedekatan mengajar
yang tepat, apabila kita megetahui berbagai pendekatan pengajaran.
2.5 Definisi Pembelajaran
Untuk mengupas suatu istilah tentu ada pendekatan makna dan arti dari
kata tersebut, maka definisi pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (Diknas, 2002: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah
laku yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik,
tetapi perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya
pikir, sikap dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang pendidikan
nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu.
10. 10
2.6 Hasil penelitian yang relevan
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah banyak dikemukakan dalam kepustakaan.
Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material,
formal serta fungsional pada umumnya dan bidang intelektual pada
khususnya. Jadi belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan
suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang lebih baik, tetapi
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan harus merupakan
akhir dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu
berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah
merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung brhari-hari,
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar
merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata proses itu
terjadai dalam diri seserorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang
dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi
prosesnya terjadi secara internal di dalam diri individu dalam
mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru.
Agar belajar dapat dicapai hasil yang baik, siswa harus mau belajar
dengan sebaik mungkin. Supaya mereka mau belajar dengan baik yaitu
belajar dengan baik dan teratur secara sendiri-sendiri, secara kelompok
dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah
dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri. Belajar dengan
baik dapat diciptakan, apabila guru dapat mengorganisir belajar siswa,
sehigga minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana
kelas yang menggairahkan. Tugas siswa mengorganisir terletak pada si
pendidik, oleh karena itu bagaimana cara membantu si pendidik dalam
menggunakan alat pelajaran yang ada.
Belajar merupakan aktivitas/usaha perubahan tingkah laku yang
terjadi pada dirinya atau diri individu. Perubahan tingkah laku tersebut
merupakan pengalaman-pengalaman baru. Dengan belajar individu
11. 11
mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Perubahan dalam kepribadian
yang menyatakan sebagai suatu pola baru dan pda reaksi yang berupa
kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Untuk mempertegas
pengertian belajar penulis akan memberikan kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu proses lahir maupun batin pada diri individu untuk
memperoleh pengalaman baru dengan jalan mengalami atau latihan.
2. Pengertian Kinerja Guru
Sebelum dijelaskan pengertian mengenai Kinerja Guru, terlebih
dahulu akan dikemukakan tentang pengertian prestasi. Sudah dijelaskan di
muka bahwa yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil yang telah
dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas
tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena itu semua
individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap individu
belajar menginginkan hasil yang yang sebaik mungkin. Oleh karena itu
setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya prestasinya
berhasil dengan baik. Sedang pengertian prestasi juga ada yang
mengatakan prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang
dimampui individu dalam mengerjakan sesuatu. Jika dibandingkan dengan
pendapat yang pertama, maka pengertiannya sama yaitu berupa hasil yang
diperoleh dari kemampuan seseorang.
Pengertian dari dua kata prestasi dan belajar atau Kinerja Guru
berarti Kinerja Guru, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti
pelajaran dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan penilaian yang
dilaksanakan guru di sekolah, maka Kinerja Guru dituangkan atau
diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan pernyatan verbal
(kualitatif). Kinerja Guru yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya
10, 9, 8, dan seterusnya. Sedangkan Kinerja Guru yang dituangkan dalam
bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang, kurang, dan
sebagainya.
12. 12
Berdasarkan kapan tes atau evaluasi harus dilaksanakan evaluasi
sumatif, evaluasi formatif dan evaluasi belajar tahab akhir, dengan
demikian ada Kinerja Guru formatif yaitu Kinerja Guru yang diproleh
siswa setelah mengikuti satuan pelajaran, prestasi sumatif yaitu prestasi
yang diperoleh setelah mengikuti peralajaran selama satu semester/catur
wulan, dan prestasi ujian kenaikan kelas pada jenjang tertentu.
3. Pedoman Cara Belajar
Untuk memperoleh prestasi/Kinerja Guru yang baik harus
dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang tepat. Setiap orang
mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.
Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi
mungkin kurang sesuai untuk anak/siswa yang lain. Hal ini disebabkan
karena mempunyai perbedaan individu dalam hal kemampuan, kecepatan
dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh karena itu tidaklah ada suatu petunjuk yang pasti yang harus
dikerjakan oleh seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan belajar adalah para siswa itu
sendiri. Untuk dapat mencapai Kinerja Guru yang sebaik-baiknya harus
mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
2.7 Kerangka berfikir
Telah dikatakan di muka bahwa belajar adalah berusaha memperoleh
kepandaian, ilmu pengetahuan. Sampai dimanakah perubahan itu dapat
dicapai atau dengan kata lain berhasil baik atau tidaknya belajar itu tergantung
pada macam-macam faktor.
Adapun faktor-faktor itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendir yang kita sebut faktor individu.
Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan
atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi.
13. 13
b. Faktor yang da pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial
Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan
yang ada atau tersedia dn motivasi sosial.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas
menunjukkan bahwa belajar itu merupaka proses yang cukup kompleks.
Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di
atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung kegiatan
belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan
memperoleh prestasi atau Kinerja Guru yang baik.
Sebaliknya bagi siswa yang berada dalam kondisi belajar yang
tidak menguntungkan, dalam arti tidak ditunjang atau didukung oleh
faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses belajarnya akan terhambat
atau menemui kesulitan.
Aktivitas belajar individu memang tidak selamanya
menguntungkan. Kadang-kadang juga tidak lancar. Kadang-kadang mudah
menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang sulit mencerna materi
pelajaran. Dalam keadaan dimana anak didik/siswa dapat belajar
sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.
2.7.1 Bagaimana Menjadikan Siswa Aktif Sejak Awal
Dalam memulai pelajaran apapun, kita sangat perlu
menjadikan siswa aktif semenjak awal. Jika tidak, kemungkinan besar
kepasifan siswa akan melekat seperti semen yang butuh waktu lama
untuk mengeringkannya. Susunlah aktivitas pembuka yang
menjadikan siswa lebih leluasa, ikut berfikir, dan memperlihatkan
minat terhadap pelajaran. Pengalaman-pengalaman ini bisa dianggap
sebagai hidangan pembuka sebelum makana utama, pengalaman ini
membuat siswa berselera untuk menikmati hidangan selanjutnya.
Memang ada sebagian guru yang memilih untuk memulai pelajaran
hanya dengan pengenalan singkat, namun menambahkan setidaknya
satu latihan pembuka pada rencana pengajaran.
14. 14
2.7.2 Bagaimana Menjadikan Belajar Tidak Terlupakan
Sebagian guru mengajar hingga batas akhir masa sekolah,
semester, atau bidang studi. Mereka mmungkin beranggapanbahwa
pada saat –saat akhri mereka dapat mejejalkan lebih banyak informasi
dan menyelesaikan topic dan materi yang masih dalam agenda mereka.
Makna dari “meyelesaiakan” mata pelajaran masih pernli
dipertanyakan, karena adakalanya guru hanya sekedar menyelesaikan
materi yang masih tersisa. Memaksakan diri untuk mengajar hingga
batas akhir sering kali berakibat pada terjadinya pengajaran yang tidak
tertata, ada yang terlewatkan, atau ada yang masih belum jelas.
Sebaliknya, bila kegiatan belajar berisfat aktif, adas peluang untuk
terjadinya pemahaman. Baila kita menyediakan waktu untuk
memantapkan apa yang telah dipelajari, maka ada peluang untuk
terjadinya pengigatan.
Pikirkanlah apa yang terjadi bila anda bekerja keras
menggunakan computer, mencari informasi, memecahkan masalah,
dan menyusun konsep – namun, anda lupa menyimpan hasil pekerjaan
anda. Tentu saja, semua pekerjaan anda aan hilang sia-sia. Demikian
pula, hasil pembelajaran dapat menghilang bila siswa tidak diberi
kesempatan untuk menyimpannya.
Di samping menyimpan apa yang telah dipelajari, penting pula
untuk menikmatinya. Seperti halnya pengalaman, pembelajaran akan
dapat dinikmati bila ada kesempatan untuk mengingatnya dan
memberinya sentuhan akhir yang menyentuh perasaan. Sebagaimana
yang telah kita bicarakan tentang “hidangan pembuka” dan “entri” dari
kegiatan belajar akatif, sekarang akan kita bahas adalah “hidangan
penutup”.
2.7.3 Sepuluh Strategi untuk Membentuk Kelompok Kecil
Kerja kelompok kecil merupakan kegiatan penting dari
kegiatan belajar aktif. Ini penting untuk membentuk kelompok secara
cepat dan efisien dan, pada saat bersamaan, memvariasikan komposisi
15. 15
serta besaran kelompok di dalam kelas. Pilihan-pilihan berikut ini
merupakan alternatif menarik untuk membebaskan siswa dalam
memilih kelompok mereka sendiri atau menentukan jumlah anggota
sesuai yang anda perintahkan.
1. Kartu pengelompokan: Tentukan berapa banyak siswa yang ada di
kelas dan berapa banyak pengelompokan yang anda inginkan
selama pelajaran berlangsung. Sebagai contoh, dalam kelas yang
berisi dua puluh siswa, satu kegiatan dapat memerlukan empat
kelompok yang beranggotakan lima siswa; kegiatan lain bisa
memerlukan lima kelompok beranggotakan empat siswa; kegiatan
lainnya lagi memerlukan enam kelompok beranggotakan tiga
siswa dengan dua siswa sebagai pengamat. Tandai kelompok-
kelompok ini menggukan titik-titik berwarna (merah, biru, hijau,
dan kungin untuk empat kelompok), stiker hias (lima stiker
berbeda dengan tema yang sama untuk lima kelompok, misalnya
gambar singa, monyet, macan, jerapah, gajah), dan nomor (1
hingga 6 untuk enam kelompok). Tempatkan secara acak angka,
titik berwarna, dan striker pada sebuah kartu untuk masing-masing
siswa dan sertakan kartu untuk masing-masing siswa. Bila anda
sudah siap untuk membentuk kelompok, kenalilah kode yang anda
gunakan dan arahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok
mereka dalam tempat yang telah ditentukan. Siswa akan dapat
bergerak cepat menuju kelomoik mereka, menghemat waktu,
dantidak lagi bingung dengan apa yang harus dikerjakan. agar
prosesnya lebih efisien lagi, anda mungkin perlu menempelkan
tanda yang menunjukan area pertemuan kelompok.
2. Puzzle: Belilah Puzzle Jigsaw (teka-teki menyusun potongan
gambar) atau buatlah sendiri dengan memotong-motong gambar
dari majalah; tempelkan potongan-potongan itu pada kertas karton
tebal; dan potonglah menjadi bentuk, ukuran dan jumlah yang
dikehendaki. Pilih jumlah puzzle sesuai dengan jumlah kelompok
yang hendak anda buat. Pisahkan puzzle kepada tiap satu orang
16. 16
siswa. Bila anda sudah siap membentuk kelompok, perintahkan
siswa untuk menempatkan potongan-potongan gambar yang
diperlukan agar terbentuk gambar utuh.
3. Menemuan sahabat dan keluarga fiktif terkenal: Susunlah sebuah
daftar berisi anggota keluarg aatau sahabat fiktif terkenal dalam
kelompok yang beranggotakan tiga atau empat siswa (misalnya,
Peter, Pan, Tinker, Kanten Hook, Wendy; Alice, Chesire, Cat,
Queen of Heart, Mad Hatter; Superman, Lois Lane, Jimmy Olsen,
Clark Kent). Pilihlah jumlah yang sama dari karakter fiksional
sesuai jumlah siswa. Tulislah nama-nama fisonal pada kartu
indeks, satu nam satu kartu, untuk membuat kelompok keluarga
kartu. Acaklah kartu-kartu itu dan tiap siswa diberi satu kartu
denga sebuah nama fiksional. Bila anda sudah siap cari anggota
keluarga yang lain dari “keluarga” mereka. Bila kelompok orang
terkenal sudah terbentuk, mereka dapat mencari tempat untuk
berkumpul.
4. Label nama: Gunakan label nama dengan bentuk atau warna yang
berbeda untuk menandai pengelompokkan yang berberda.
5. Hari kelahiran: Perintahkan siswa untuk berbaris sesuai urutan
kelahiran, kemudian pecah menjadi sejumlah kelompok-kelompok
yang anda perlukan untuk kegiatan tertentu. Dalm kelas yang
besar, bentuklah kelompok berdasarkan bulan kelahiran. Sebagai
contoh, 60 siswa bisa dibagi menjadi tiga kelompok dengan
anggota yang kira-kira sama dengan menyusun kelompok yang
dianggotai oleh siswa yang lahir pada (1) Januari, February, April
dan April, (2) April, Juni, Juli, Agustus, dan (3) September,
Oktober, November, dan April.
6. Kartu remi: Gunakan satu dus kartu remain untuk menandai
kelompok. Sebagi contoh, gunakan yoker, ratu, raja, dan as untuk
membuat kelompok beranggotakan empat siswa, dan tambahkan
jumlah kartu sesuai dengan jumlah kartu sesuai denga jumlah
siswa. Kocoklah kartu itu dan bagikan satu kartu satu siswa,
17. 17
selanjutnya arahkan siswa untuk menemukan siswa yang
memegang kartu yang sama guna membentuk kelompok.
7. Sebut angka: tentukan jumlah dan kuran kelompok yang ingin
anda buat, tempatkan anka pada masing-masing selipan kertas, dan
tempatkan di dalam sebuah kotak. Siswa mengambil satu angka
dari kotak untuk menandai kelompoknya. Sebagai contoh, jika
anda menginginkan empat kelompok beranggotakan empat siswa.
Anda mesti memiliki enam belar selipan kertas dengan empat
kumpulan yang masing-masing terdiri dari angka 1 hingga 4.
8. Rasa permen: Beri siswa masing-masing satu permen bebas gula
deng aberbagai rasa untuk menunjukan pengelompokan. Sebagi
contoh, keempat kelompok anda bisa terdiri dari lemon, anggur,
cerry, dan strawberry.
9. Pilih benda-benda yang mirip: Pilihlah mainan dengan tema yang
sama dan gunakan untuk menunjukan atau melambangkan
kelompok. Sebagai contoh, anda dapat memilih tema transportasi
dan menggunakan mobil, pesawat terbang, perahu, dan kereta api.
Tiap siswa akan mengambil mainan yang sama untuk membentuk
kelompok.
10. Materi siswa: Anda dapat menandai materi belajar siswa dengan
mengunaan klip kertas berwarna, handout berwarna, atau stiker
pada map untuk menandai kelompok.
2.7.4 Kerja Kelompok
Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Ialah
suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai
suatu kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 (lima) atau 7 (tujuh)
siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau
melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran
yang ditentukan pula oleh guru.
Robert L. Cilstrap dan William R Marti, memberikan
pengertian kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang
18. 18
biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar.
Keberhasilan kerja kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar
siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai
tujuan bersama.
Adapun pengelompokkan itu biasanya didasarkan pada:
1. Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka
siswa perlu dijadikan kelomok-kelompok kecil. Karena bila
seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin.
Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-
alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu
gilirannya.
2. Kemampuan belajar siswa
Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.
Siswa yang pandai di dalam bahasa Inggris, belum tentu sama
pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan
kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut
kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat belajar
sesuai kemampunnya.
3. Minat Khusus
Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu
dikembangkan: hal mana yang satu pasti bereda dengan yang lain.
Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat
khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok,
agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat
khusus tersebut.
4. Memperbesar partisipasi siswa.
Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu
besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat
terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung
sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap murid dalam
kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif,
19. 19
yang tidak disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila
berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing
kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta
melaksanakan dan memecahkannya.
5. Pembagian tugas atau pekerjaan.
Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang
meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-
masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan
yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok
harus membahas tugas yang diberikan. Itu.
6. Kerja sama yang efektif.
Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu
menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga
untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan
bersama pula.
Apakah keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok itu?
Keuntungannya ialah:
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk
lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
sesuatu kasus atau masalah.
Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk
lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai
sesuatu kasus atau masalah.
Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan
mengajarkan keterampilan berdiskusi.
Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan
siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran
mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam
diskusi.
20. 20
Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati
pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal
mana mereka telah saling membantu kelompok dalam
usahanya mencapai tujuan bersama.
Tetapi ini tidak ditunjang oleh penelitian yang khusus.
- Kerja kelompok sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka
yang kurang.
- Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang
berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
- Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan
siswa memimpin kekompok atau untuk bekerja sendiri.
Bentuk-bentuk kerja kelompok yang bisa dilaksanakan ialah:
a. Keja kelompok berjangka pendek.
Bentuk ini dapat disebutu pula “rapat kilat” karena hanya mengambil
waktu ± 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan
persoalan khusus yang terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya:
Ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat suatu masalah
yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau
membagi kelas menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah
itu dalam waktu yang singkat.
b. Kerja Kelompok berjangka panjang.
Pembicaraan di sini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan
waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada
luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila
siswa telah menyelesaikan tugasnya di dalam suatu kelompok, ia boleh
memilih membantu kelompok lain sesuai dengan minat mereka.
Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan:
21. 21
b.1. Membahas masalah yang benar-benar ada di dalam masyarakat,
umpamanya: masalah koperasi, lingkungan sehat, pembuangan
sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa
mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di
dalam masyarakat tersebut.
b.2. Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan
sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien,
menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja kelompok
di sini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke
dalam praktek hidup sehari-hari, di samping dapat
menyumbangkan pemikirannya/ide-ide serta tenagannya bagi
masyarakat sekitarnya.
b.3. Dengan melaksanakan kerja kelompok kerja kelompok memberi
pengalaman kepada siswa untuk mengenal
kepemimpinan/leadership, seperti membuat rencana sebelum
melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan
masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama.
b.4. Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan-
bahan informasi atau data lebih banyak tentang berbagai jenis
aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat.
c. Kerja Kelompok Campuran
Di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan
dengan kemampuan belajar siswa. Dalam kerja kelompok ini siswa
diberi kesempatan untuk bekerja sessuai dengan kemampuan masing-
masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu
tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak
lamban, diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai
dengan kemampuannya.agar kerja kelompok campuran itu mencapai
sasaran, guru perlu memperhatikan hal-hal ialah harus menyediakan
22. 22
tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar
setiap kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun sedemikian rupa
sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan
orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang
jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dilakukan, dan apa yang
diharapkan dari mereka masing-masing.
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
- Menjelaskan tugas kepada siswa.
- Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu.
- Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
- Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat
laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut.
- Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu
memberi saran/pertanyaan.
- Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil
kerja kelompok.
23. 23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH
3.1 Metode Penelitian
Penelitian yang akan penulis lakukan berfokus pada masalah
tindakan guru materi pelajaran matematika dengan menerapkan konsepsi
cara belajar aktif model pembelajaran Gabungan model Ceramah dan
Kerja Kelompok
Jenis penelitian yang akan digunakan tergolong pada penelitian
kelas (classroom reaserch) yang berkolaborasi dengan tindakan sekolah,
dimana penulis selak peneliti hanya melakukan observasi di kelas dan guru
materi pelajaran matematika melakukan tindakan kelas, penelitian ini biasa
lazim disebut penelitian tindakan kolabaratif .
Penelitian tindakan kelas dan penelitian tindakan sekolah mampu
menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan
dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan
profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar di kelas atau
implementasi berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai
indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada
siswa. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Stenhause di
Hopkin 1993 dalam kasbollah bahwa :
"Penelitian Tindakan membuat guru dapat meneliti dan mengkaji
pembelajaran yang ia lakukan di kelas sehingga permasalahan yang
dihadapi adalah permasalahan aktual. Dengan demikian guru dapat
langsung berbuat sesuatu untuk memperbaiki praktik-praktik pengajaran
yang kurang berhasil agar menjadi lebih baik dan lebih efektif. Dalam hal
ini guru dilatih untuk dapat mengendalikan kehidupan profesinya serta
terlibat dalam pengambilan keputusan secara profesional."
Selain itu Ebbuf`(1285) dalam Kasbollah mengemukakan bahwa :
24. 24
"Penelitian tindakan kelas merupakan studi yang sistimatis yang
dilakukan dalam upaya memperbaiki praktik-praktik dalam pendidikan
dengan melakukan tindakan-tindakan praktis serta refleksi dari tindakan
tersebut yang berupa suatu rangkaian siklus yang berkelanjutan dan
diantara siklus-siklus itu ada informasi yang merupakan balikan."
Bentuk penelitian kelas yang penulis gunakan adalah penelitian
tindakan kelas yang bersifat kolaboratif dan partisipatoris. Sesuai dengan
yang diungkapkan Kasbolah (1999: 14), bahwa sebagai dasar pemikiran,
Lewin (orang yang mempopulerkan penelitian tindakan) menekankan
pentingnya kolaboratif dan partisipatoris. Kolaboratif diterapkan untuk
menciptakan adanya hubungan kesejawatan kerja sedangkan partisipatoris
merupakan penelitian tindakan kelas yang pada pelaksanaannya
melibatkan guru kelas.
Penulis memilih metode ini dengan pertimbangan bahwa guru
kelas merupakan pihak yang langsung mengalami dan menemukan
berbagai masalah pembelajaran.
Dengan penelitian tindakan kelas diharapkan dapat meningkatkan
kinerja dan kemampuan guru dalam rangka meningkatkan mutu
pembelajaran serta terciptanya hubungan antar guru SD dalam mencari
jalan pemecahan permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran.
3.2 Subjek dan objek penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi dalam penelitian tindakan ini
sebagai langkah konkrit melakukan penelitian tindakan sekolah di
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir
Tahun Pelajaran 2014-2015.
3.2.2 Subyek Penelitian
Penulis menentukan subyek penelitian adalah beberapa
guru yang sedang dan pernah mengajar materi pelajaran
matematika di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogn
komering ilir.
25. 25
3.3 Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian
atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Agustus sampai Nopember pada semester ganjil tahun
pelajaran 2013-2014.
3.4 Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kolaboratif
antara PTK dengan PTS, dimana penulis hanya sebagai observer dalam
penelitian ini sementara guru yang melaksanakan tindakan namun penulis
menganalis dan membahas atas hasil tindakan. Menurut Tim Pelatih
Proyek KKG, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional
dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta
memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk
memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara
berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian
tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari
Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari
26. 26
siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning
(rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut.
27. 27
Gambar diatas adalah Alur Penelitian Tindakan
1. Rencana permulaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Aktivitas observasi, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model gabungan
ceramah dan kerja kelompok.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan
yang diisi oleh pengamat.
4. Rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)
dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan soal ujian di
28. 28
akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk
memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
3.5 Instrumen Penelitian Tindakan
Penulis dalam melakukan penelitian menggunakan Instrumen
sebagai berikut :
3.5.1 Silabus Kepengawasan
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan
pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian Kinerja Guru.
3.5.2 Rencana Pembelajaran
Rencana pembelajaran biasanya digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran.
Masing-masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian
Kinerja Guru, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
mengajar.
3.5.3 Form LKS
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk
membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
3.5.4 Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep
matematika pada yang telah dipelajari selama ini. Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah
pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal
yang telah diujicoba, kemudian penulis mengadakan analisis butir soal
tes yang telah diuji validitas dan reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini
digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat
digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal
adalah sebagai berikut:
29. 29
Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk
mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal.
Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang
diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi
Product Moment:
2222
YYNXXN
YXXYN
rxy
(Suharsimi
Arikunto, 2001: 72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hasil kali skor butir soal
Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
)1(
2
2/21/1
2/21/1
11
r
r
r
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
Dengan: r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r11 dari perhitungan lebih
besar dari harga r pada tabel product moment maka tes tersebut
reliable.
30. 30
Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu
soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk
menentukan taraf kesukaran adalah:
Js
B
P
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan
benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal
adalah sebagai berikut:
Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal
untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks
diskriminasi adalah sebagai berikut:
BA
B
B
A
A
PP
J
B
J
B
D
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
31. 31
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
A
A
A
J
B
P
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
B
B
B
J
B
P
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal
sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui
observasi pengolahan metode pembelajaran aktif mdel Gabungan Ceramah
dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran, dan soal ujian .
Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam
kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu
metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau
fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui Kinerja Guru yang dicapai siswa juga untuk
32. 32
memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase
keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa
soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic sederhana
yaitu:
1. Untuk menilai ulangan atau soal ujian
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang
diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah
siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-
rata soal ujian dapat dirumuskan:
N
X
X
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunju
pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud,
1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas
belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan
rumus sebagai berikut:
%100
...
x
Siswa
belajartuntasyangSiswa
P
33. 33
BAB IV
HASIL PENELITIAN TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
Di bab IV ini, penulis menguraikan terhadap hasil penelitian tindakan
sejauh mana hasil obrsevasi peneliti yang sekaligus pengawas TK/SD di SDN 9
Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir akan dijelaskan di bawah
ini sebagai berikut :
4.1. Hasil Penelitian Siklus I
4.1.1 Siklus I
a. Tahap Planning
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal
ujian 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Action
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
I dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 di Kelas V
dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
34. 34
Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I
Responden
Nilai
Point
Responden
Nilai
Pont
B KB B KB
1 70 √ 19 80 √
2 60 √ 20 70 √
3 70 √ 21 40 √
4 80 √ 22 80 √
5 80 √ 23 60 √
6 40 √ 24 50 √
7 70 √ 25 80 √
8 50 √ 26 60 √
9 80 √ 27 80 √
10 40 √ 28 70 √
11 70 √ 29 80 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 80 √
14 60 √ 32 70 √
15 70 √ 33 40 √
16 80 √ 34 80 √
17 80 √ 35 60 √
18 60 √ Jumlah 1160 11 6
Jumlah 1180 12 6
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode
belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi
pelajaran diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 66,80 dan ketuntasan belajar
mencapai 64,00% atau ada 16 siswa dari 35 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar
35. 35
65,71% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar
85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang lupa dengan materi
pelajaran yang telah diajarkan selama hampir satu semester ini.
4.1.2 Siklus II
a. Tahap Planing
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal
ujian II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Action
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
II dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2014 di Kelas V
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering
ilir dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah soal ujian II. Adapun data hasil penelitian pada
siklus II adalah sebagai berikut.
Table 4. Nilai Tes Formatif Pada Siklus II
Responden
Nilai
Point
Responden
Nilai
Point
B KB B KB
1 80 √ 19 70 √
2 70 √ 20 80 √
3 60 √ 21 70 √
36. 36
4 70 √ 22 50 √
5 60 √ 23 70 √
6 70 √ 24 70 √
7 70 √ 25 60 √
8 80 √ 26 50 √
9 70 √ 27 70 √
10 70 √ 28 80 √
11 50 √ 29 90 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 70 √
14 80 √ 32 80 √
15 70 √ 33 70 √
16 60 √ 34 50 √
17 70 √ 35 70 √
18 70 √ Jumlah 1180 14 3
Jumlah 1220 13 5
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata siswa adalah 68,57%
dan ketuntasan belajar mencapai 77,14% atau ada 27 siswa dari 35
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II
ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan
sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan Kinerja Guru
siswa ini karena siswa-siswa telah mulai mengulang pelajaran yang
sudah diterimanya selama ini sehingga para siswa sebagian sudah
mengingat meteri yang telah diajarkan oleh guru.
4.1.3 Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat
pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal soal
ujian 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus
III dilaksanakan pada tanggal 8 Nopember 2014 di Kelas V
SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering
37. 37
ilir dengan jumlah siswa 35 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang laig pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi soal ujian III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang
digunakan adalah soal ujian III. Adapun data hasil penelitian pada
siklus III adalah sebagai berikut.
Table 6.
Nilai Ujian Pada Siklus III
Responden
Nilai
Point
Responden
Nilai
Point
B KB B KB
1 90 √ 19 50 √
2 70 √ 20 80 √
3 70 √ 21 80 √
4 70 √ 22 70 √
5 80 √ 23 80 √
6 70 √ 24 80 √
7 60 √ 25 70 √
8 80 √ 26 80 √
9 70 √ 27 60 √
10 90 √ 28 80 √
11 70 √ 29 80 √
12 70 √ 30 90 √
13 90 √ 31 50 √
14 90 √ 32 80 √
15 70 √ 33 80 √
16 70 √ 34 70 √
17 70 √ 35 80 √
18 80 √ Jumlah 1260 14 3
Jumlah 1360 17 1
38. 38
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata soal ujian
sebesar 74,85 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 31 siswa
dan 4 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 88,57% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan
lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan Kinerja Guru pada siklus
III ini dipengaruhi oleh adanya usaha siswa untuk mempelajari
kembali materi ajar yang telah disampaikan oleh guru. Disamping itu
siswa juga merasa belajar mengulang ini adalah juga sebagai persiapan
untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang sudah dekat waktunya.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan
baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar
dengan penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang
belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-
masing aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Kinerja Guru siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode belajar aktif
model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta Kinerja Guru siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
39. 39
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada
pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan metode
belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada
materi pelajaran dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga
tujuan pembelajaran dapat tercapai.
4.2. Pembahasan Atas Hasil Tindakan
4.2.1 Ketuntasan Kinerja Guru Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode
belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada
materi pelajaran memiliki dampak positif dalam meningkatkan
Kinerja Guru siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya
pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru untuk
menghadapi ujian kenaikan kelas (ketuntasan belajar meningkat
dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 65,71%, 71,14%, dan
88,57%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
4.2.2 Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam
proses metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap Kinerja Guru
siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
4.2.3 Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran matematika dengan metode belajar aktif model
40. 40
Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran
yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan
alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan
diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan
bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode belajar aktif model
Gabungan Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran
dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam
mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan materi yang
sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana
prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
41. 41
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran memiliki dampak positif dalam
meningkatkan Kinerja Guru yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,71%), siklus II
(77,14%), siklus III (88,57%).
3. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata
jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat
dengan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran sehingga mereka menjadi termotivasi
untuk belajar.
4. Penerapan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan Kerja
Kelompok pada materi pelajaran efektif untuk mengingatkan kembali
materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa
siap untuk menghadapi ujian kenaikan kelas yang segera akan
dilaksanakan.
42. 42
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar
proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih efektif dan lebih memberikan
hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode belajar aktif model Gabungan Ceramah dan
Kerja Kelompok pada materi pelajaran memerlukan persiapan yang cukup
matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang
benar-benar bisa diterapkan dengan metode belajar aktif model Gabungan
Ceramah dan Kerja Kelompok pada materi pelajaran proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagi metode, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemuan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SDN 9 Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan komering
ilir.
43. 43
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineksa Cipta
Ali, Muhammad. 2003. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindon.
Hadi, Sutrisno. 2001. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak.
Psikologi UGM.
Lee, W.R. 1985. Language Teaching Games and Contests. London: Oxfortd
University Press.
Melvin, L. Siberman. 2004. Aktif Learning, 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Nusamedia dan Nuansa.
Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Weed, Gretchen, E. 1971. Using Games in Teaching Children. ELEC Bulletin No.
32. Winter. Tokyo. Japan.
44. 44
Lampiran I
Data Tabel Hasil Peningkatan Per siklus
Tabel . Nilai Ujian Pada Siklus I
Responden Nilai
Point
Responden
Nilai
Pont
B KB B KB
1 70 √ 19 80 √
2 60 √ 20 70 √
3 70 √ 21 40 √
4 80 √ 22 80 √
5 80 √ 23 60 √
6 40 √ 24 50 √
7 70 √ 25 80 √
8 50 √ 26 60 √
9 80 √ 27 80 √
10 40 √ 28 70 √
11 70 √ 29 80 √
12 50 √ 30 80 √
13 70 √ 31 80 √
14 60 √ 32 70 √
15 70 √ 33 40 √
16 80 √ 34 80 √
17 80 √ 35 60 √
18 60 √ Jumlah 1160 11 6
Jumlah 1180 12 6
48. 48
Lampiran III
TABEL
DAFTAR HADIR SUBJEK PENELITIAN TINDAKAN
Aspek Kegiatan PTS : Pembelajaran Gabungan Model Ceramah DanKerja
Kelompok
Tanggal Kegiatan : 8 September 2014
Tempat Kegiatan : SDN 9 Pedamaran
No Nama SP Uraian Kegiatan TTD
1 Armitik 1
2 Sumarni 2
3 Rukmini 3
4 Ernawati 4
5 Damro 5
6 Netty Ekaria 6
7 Sumarni S.Pd 7
8 Astuti 8
Pedamaran, 8 September 2014
Peneliti
YULIANI.K.S.Pd.
NIP: 196007011980112001
49. 49
Lampiran IV
Sampel Draf : Surat permohonan Ijin Tempat
Penelitian Tindakan Kepada
Kepala Sekolah di SD Binaan
Kepada YTH. Bapak / Ibu Kepala Sekolah SDN 9 Pedamaran
Di
T e m p a t
Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Sdr. Kepala Sekolah : SDN
9 Pedamaran untuk mengadakan Penelitian Tindakan Sekolah.
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin peneyelenggaran
kegiatan tersebut di Sekolah Dasar Negeri 9 Pedamaran.
Demikian Surat permohonan ijin ini, saya buat dan terima kasih atas
kerjasamanya.
Pedamaran , September 2014
Hormat Saya,
YULIANI.K.S.Pd.
NIP: 196007011980112001
50. 50
Lampiran V
Sampel Draf : Surat Permohonan Ijin Penyelenggaraan
Penelitian Tindakan Sekolah di Lingkungan
Kantor Pendidikan Kecamatan Pedamaran
Kepada YTH. Kepala dinas UPTD Kecamatan Pedamaran
Kabupaten Ogan komering ilir
Di
T e m p a t
Dengan Hormat,
Dengan surat ini, saya selaku Pengawas TK/SD Di Kecamatan
Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir memohon Ijin kepada Ibu selaku
Kepala dinas pendidikan Kecamatan pedamaran, untuk mengadakan Penelitian
Tindakan Sekolah di Lingkungan Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Pedamaran Kabupaten Ogan komering ilir.
Adapun Jadwal Kegiatan PTS, saya lampirkan di bawah ini
Untuk itu, saya mohon sekiranya untuk memberikan izin penyelenggaran
Kegiatan tersebut.
Demikian Surat permohonan izin ini saya buat, dan terima kasih atas
kerjasamanya.
Pedamaran, September 2014
Hormat Saya,
YULIANI.K.S.Pd.
NIP: 196007011980112001