Kurikulum humanistik berdasarkan filsafat eksistensialisme dan konsep pendidikan John Dewey dan Rousseau. Tujuannya membina manusia secara utuh, tidak hanya kognitif tetapi juga afektif dan sosial. Hal ini relevan dengan tujuan pendidikan Indonesia untuk membentuk kepribadian yang utuh.
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Suatu kurikulum, apakah kurikulum pendidikan dasar, pendidikan mnenegah atau
pendidikan tinggi, kurikulumsekolah umum, kejuruan, dan lain-lain merupakan
perwujudan atau penerapan teori-teori kurikulum. Teori-teori tersebut merupakan hasil
pengkajian, penelitian dan pengembangan ahli kurikulum. Kumpulan teori-teori
kurikulum membentuk suatu ilmu atau bidang studi kurikulum.
Menulusuri pendidikan nasional, kita ternyata banyak mengalami malpraktik, jika
dilihat dari aspek kurikulumnya. Artinya, implementasi kurikulum di berbagai jenjang
pendidikan kurang memperhatikan tujuan akhir pendidikan. Akibatnya, sekolah
menjadi terlalu memusatkan diri kepada pencapaian target kurikulum dalam domain
kognitif semata. Persoalan sistim nilai, kreativitas, dan kompetensi peserta didik
kurang diperhatikan secara proposional.
Berangkat dari hal ini para praktisi pendidikan merumuskan sebuah model konsep
kurikulum humanistic, yaitu bertujuan untuk mengarahkan dan membina manusia
yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan afektif
(emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal-hal yang tertulis dalam latar belakang, maka penulis dalam hal ini
akan membatasi permasalahan dalam beberapa pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum, humanistic dan pendidikan ?
2. Bagaimana konsep dasar kurikulum humanistic ?
3. Apa ciri-ciri kurikulum humanistic ?
4. Apa relevansinya antara kurikulum humanistic dengan tujuan pendidikan di
Indonesia ?
1.3. TUJUAN MASALAH
Dengan berdasar kepada poin-poin pertanyaan tersebut di atas, maka penulis
mempunyai tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu :
1. Memahami dan mengerti tentang kurikulum, humanistic dan pendidikan ?
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar kurikulum humanistic ?
3. Memahami cirri-ciri kurikulum humanistic ?
4. Mengetahui dan memahami relevansi anatara kurikulum humanistic dengan tujuan
pendidikan di Indonesia ?
1
2. BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN KURIKULUM, HUMANISTIK, PENDIDIKAN.
2.1.1. KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.1
2.1.2. HUMANISTIK
Humanistik berasal dari akar kata Humanis yang secara etimologis adalah orang
yg mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yg lebih
baik, berdasarkan asas perikemanusiaan; pengabdi kepentingan sesama umat
manusia. Humanis juga didefinisikan sebagai paham yang menganut bahwa
manusia adalah subjek terpenting.2
Dalam kaitanya dengan kurikulum, bahwa yang di maksud dengan kurikulum
humanistic adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan
kepribadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik.
2.1.3. PENDIDIKAN
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.3
Sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4
1
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 19
2
Artikata.com
3
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 Ayat 1
4
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3
2
3. 2.2 KONSEP DASAR KURIKULUM HUMANISTIK
Kurikulum humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum
ini berdasarkan filsafat eksistensialisme (Jean Paul Sartre) dan berdasarkan konsep
aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey dan J.J Rousseau. Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada peserta didik. Mereka bertolak dari asumsi bahwa
anak atau peserta didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah
subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa peserta didik
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.para pendidik
humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan membina manusia yang utuh bukan
saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan,
nilai, dll).5
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih
menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh pendidik. Pendidikan
humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan merupkan suatu upaya untuk
menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak
mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. Menurut Mc Neil, tugas Guru adalah
menciptakan situasi yang permisif dan mendorong siswa untuk mencari
danmengembangkan pemecahan sendiri.
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar peserta didik (mendorong
peserta didik), dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan
pengajaran memperluas kesadran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan
keterasingan dari lingkungan.
2.3 KARAKTERISTIK KURIKULUM HUMANISTIK
Kurikulum humanistic mempunyai beberapa karakteristik berkenaan tujuan, metode, isi
dan evaluasi.
1. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis
yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi keperibadian, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, oranglain, dan belajar.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 86-87
3
4. 2. Metode yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
siswa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya.
3. Isi mencakup seluruh aspek pribadi yang harus dimiliki peserta didik (kognitif,
estetika, maupun moral)
4. Dalam evaluasi, kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Lebih
mengutamakan proses daripada hasil. Kalau kurikulum yang biasa terutama subjek
akademis mempunyai criteria pencapaian, maka dalam kurikulum humanistic tidak
ada criteria. Sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia
yang seutuhnya.
2.4. RELEVANSI DENGAN TUJUAN PENDIDIKAN DI INDONESIA
Berbicara tujuan pendidikan Indonesia, maka tidak bisa lepas dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 yahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
khusunya pada Bab II pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Menulusuri pendidikan nasional, kita ternyata banyak mengalami malpraktik, jika
dilihat dari aspek kurikulumnya. Artinya, implementasi kurikulum di berbagai jenjang
pendidikan kurang memperhatikan tujuan akhir pendidikan. Akibatnya, sekolah menjadi
terlalu memusatkan diri kepada pencapaian target kurikulum dalam domain kognitif
semata. Persoalan sistim nilai, kreativitas, dan kompetensi peserta didik kurang
diperhatikan secara proposional.6 Berangkat dari hal ini para praktisi pendidikan
merumuskan sebuah model konsep kurikulum humanistic, yaitu bertujuan untuk
mengarahkan dan membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual
tetapi juga segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll).
Berdasarkan tujuan kurikulum humanistic tersebut maka relevansi konsep pokok
kurikilum humanistic dengan tujuan pendidikan di Indonesia adalah terletak pada nilai
dasar humanisme untuk tidak hanya membina domain kognitif saja tetapi menbina
domain afektif dengan unsure-unsurnya yang pada gilirannya dapat mewujudkan
6
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA IVOL14INo.3ISep-Des2009I336-447
4
5. perilaku, yang mencerminkan tergambarnya kepribadian yang utuh. Hal itu bisa
dijelaskan sebagai:
1. Konsep dasar kurikulum humanistic yang bertujuan untuk mengarahkan dan
membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi
social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Hal ini dapat sebagai jalan
untuk mengantarkan pemikiran dan praksis pendidikan untuk menuju terwujudnya
kepribadian yang utuh, yakni sebagai manusia yang tepat dalam menentukan minat,
sikap, dan apresiasi terhadap nilai-nilai, dan norma kehidupan.
2. Pendidikan humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan merupkan
suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi
tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya. Hal ini dapat
mendorong kearah pemikiran dan praksis pendidikan untuk mengantarkan peserta
didik memiliki sikap disiplin, bertanggung jawab, dan beretos kerja. Pada giliranya
hal itu dapat untuk mewujudkan gambaran manusia yang cerdas, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kepribadian
yang mantap.
5
6. BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Kurikulum humanistik berdasarkan filsafat eksistensialisme (Jean Paul Sartre)
dan berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey dan J.J
Rousseau.
2. Berdasarkan tujuan kurikulum humanistic maka relevansi konsep pokok
kurikilum humanistic dengan tujuan pendidikan di Indonesia adalah terletak
pada nilai dasar humanisme untuk tidak hanya membina domain kognitif saja
tetapi menbina domain afektif dengan unsure-unsurnya yang pada gilirannya
dapat mewujudkan perilaku, yang mencerminkan tergambarnya kepribadian
yang utuh. Hal itu bisa dijelaskan sebagai:
1. Konsep dasar kurikulum humanistic yang bertujuan untuk mengarahkan dan
membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga
segi social dan afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Hal ini dapat
sebagai jalan untuk mengantarkan pemikiran dan praksis pendidikan untuk
menuju terwujudnya kepribadian yang utuh, yakni sebagai manusia yang
tepat dalam menentukan minat, sikap, dan apresiasi terhadap nilai-nilai, dan
norma kehidupan.
2. Pendidikan humanistic menekankan peranan peserta didik. Pendidikan
merupkan suatu upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab.
Berkat situasi tersebut anak mengembangkan segala potensi yang dimiliknya.
Hal ini dapat mendorong kearah pemikiran dan praksis pendidikan untuk
mengantarkan peserta didik memiliki sikap disiplin, bertanggung jawab, dan
beretos kerja. Pada giliranya hal itu dapat untuk mewujudkan gambaran
manusia yang cerdas, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kepribadian yang mantap.
6
7. DAFTAR PUSTAKA
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, INSANIA IVOL14INo.3ISep-Des2009I336-447.
artikata.com
7