SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR CLAVICULA
DEXTRA DENGAN GENERAL ANESTESI
DI INSTALASI BEDAH CENTRAL RUMAH SAKIT PKU GAMPING,
YOGYAKARTA
Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktek KLinik anestesi
komprehensif ( PK-5 )
Dosen Pengampu : Ns. Ida Mardalena, S.Kep, M.Si
Pembimbing Lapangan : Hanna Asiyaningsih, S.Tr.Kep
Disusun oleh:
SALMAN
NIM : P07120722045
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik,
kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan
lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau
tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada
fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada fraktur tibia
dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena
periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi
kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit
maka sering ditemukan adanya fraktur.
Cara mendiagnosa fraktur adalah dengan melakukan pemeriksaan klinis dan di
ikuti dengan pemeriksaan radiologi (X-ray). Umumnya para ahli radiologi melakukan
analisa fraktur tulang melalui hasil gambar X-ray secara manual dan membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk mempelajari gambar tersebut dan gambar X-ray tulang
tersebut tidak hanya dilihat oleh satu ahli radiologi saja. Ahli radiologi sering
mengalami kesulitan membaca gambar X-ray dan kondisi mata lelah ahli radiologi
setelah melihat banyak gambar X-ray serta gambar X-ray yang mengandung banyak
noise yang terjadi saat pengambilan gambar X-ray dapat mengakibatkan kesulitan
diagnosis. Pembacaan gambar X-ray membutuhkan pencahayaan yang kuat untuk
membuat gambar X-ray tampak lebih jelas. Oleh karena itu sampai saat ini telah
banyak penelitian yang dilakukan berbasis pengolahan citra untuk identifikasi fraktur
tulang dengan mengembangkan berbagai metode untuk memperoleh akurasi yang
tinggi.
B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari Fraktur Clavikula?
b) Bagaimana dengan klasifikasi penyakit Fraktur Clavikula?
c) Bagaimana dengan etiologi Fraktur Clavikula?
d) Bagaimana dengan anatomi fisiologi Fraktur Clavikula?
e) Bagaimana dengan fisiologi Fraktur Clavikula?
f) Bagaimana dengan patofisiologi Fraktur Clavikula?
g) Bagaimana manifestasi klinik penyakit Fraktur Clavikula?
h) Bagaimana dengan komplikasi Fraktur Clavikula?
i) Bagaimana dengan pemeriksaan penunjang Fraktur Clavikula?
j) Bagaimana dengan penatalaksanaan medis Fraktur Clavikula?
C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan anestesi
pada Tn.M Diagnosa Fraktur Clavikula Dextra Tindakan ORIF Dengan General
Anestesi.
D. Waktu dan Tempat
RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
10 NOVEMBER 2022 PUKUL 11.00 WIB
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Teori General Anestesi Inhalasi
1. Pengertian
General anestesi sebagai tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible) yang menyebabkan mati rasa karena obat
masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi (Latief, 2007). General
anestesi sesuai sediaan obat dibagi menjadi 3 jenis yaitu anestesi inhalasi, anestesi
intravena dan anestesi imbang. Hasil penelitian Harahap (2014) di Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung, mengatakan lebih dari 80% operasi dilakukan menggunakan
teknik general anestesi dibandingkan degan spinal anestesi. Obat anastesi umum yang
diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di
antaranya adalah N2O dan sevoflurane.
2. Indikasi
 Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan.
 Infant dan anak usia muda
 Dewasa yang memilih anestesi umum
3. Kontra Indikasi
Tergantung efek farmakologi yang mengalami kelainan (harus dihindarkan
pemakaian obat atau dosis dikurangi/diturunkan) :
- hepar : obat hepatotoksik/obat yang toksis terhadap hepar
- Jantung : obat obat yang mendepresi miokard/menurunkan aliran darah
koroner
- Ginjal : obat yang diekskresi di ginjal
- Paru : obat yang merangsang sekresi paru/bronkus
- Endokrin : Hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah/hindarkan
pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis.
4. Teknik (Insersi)
Teknik general anestesi ada 3 yaitu teknik anestesi intravena, inhalasi, dan
imbang. Yang digunakan pada kasus ini yaitu teknik anestesi inhalasi menggunakan
LMA. Anestesi inhalasi adalah teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang
mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
5. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada intubasi antara lain trauma jalan nafas, salah
letak dari LMA, dan tidak berfungsinya LMA. Komplikasi yang biasa terjadi adalah:
a. Saat Intubasi
1) Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi
balon di laring.
2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan
lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring.
3) Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial dan
intra okuler, laringospasme.
4) Kebocoran balon.
b. Saat LMA di tempatkan
1) Malposisi (kesalahan letak)
2) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet
mukosa hidung.
c. Setelah ekstubasi
1) Trauma jalan nafas : Udema dan stenosis (glotis, subglotis dan
trakhea), sesak, aspirasi, nyeri tenggorokan.
2) Laringospasme.
B. Konsep Teori (Fraktur Clavikula)
1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya
disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon,
kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer &
Bare, 2016). Fraktur klavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang
klavikula, salah satu tulang pada sendi bahu. Mekanisme cedera pada fraktur
klavikula yang paling sering adalah jatuh dengan tangan terentang, jatuh
bertumpu pada bahu, atau trauma langsung pada klavikula. Pasien dengan
fraktur klavikula dapat mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area klavikula,
disertai penurunan kemampuan menggerakan lengan di sisi yang cedera.
2. Klasifikasi
Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari
fraktur oleh Allman menjadi proximal (Group I), middle (Group II), dan
distal (Group III) third fractures. Pembagian secara general berhubungan
dengan pendekatan klinis yang akan dikerjakan. Karena tingginya tingkat
delayed union and non-union pada fraktur 1/3 distal, Neer membaginya
menjadi tiga subklasifikasi berdasarkan kondisi ligamentum dan derajat
pergeseran. Neer tipe I (ligamentum korakoklavikular masih intak), Neer
tipe II (ligamentum korakoklavikular robek atau lepas dari fragmen medial
tetapi ligamentum trapezoid tetap intak dengan segmen distal), dan Neer tipe
III (intraartikular). Neer tipe II disubklasifikasikan menjadi dua oleh
Rockwood menjadi tipe IIA: konoid dan trapezoid melekat pada fragmen
distal dan tipe IIB: konoid lepas dari fragmen medial.
3. Etiologi
Etiologi fraktur klavikula adalah trauma baik secara langsung
maupun tidak langsung. Trauma dapat terjadi karena terjatuh atau
kecelakaan lalu lintas dengan bagian samping bahu langsung mengenai
bagian yang keras. Etiologi lain yang dapat menyebabkan fraktur klavikula
adalah terjatuh dengan tangan terentang. Penyebab lainnya adalah kelainan
bawaan, kelainan patologis, dan trauma lahir. Kelainan bawaan dapat berupa
osteogenesis imperfekta yaitu gangguan pembentukan kolagen akibat
kesalahan metabolisme yang ditandai dengan jumlah garam oksalat yang
berlebih dalam tubuh
4. Anatomi Fisiologi
Tulang klavikula relatif tipis, bagian paling lebar adalah sisi medial
dan lateral tempatnya berartikulasi dengan sternum dan akromion. Tulang ini
mempunyai dua lengkungan: yang lebih besar adalah bagian koronal yang
memberi bentuk huruf S (konveks anterior sisi medial dan konkaf anterior
sisi lateral).
5. Fisiologi
Operasi pada fraktur Clavicula 1/3 distal dilakukan incise pada daerah
Clavicula. Dengan tindakan operasi akan terjadi pendarahan sehingga akan
terjadi kerusakan jaringan lunak dibawah kulit maupun pembuluh darah
yang akan diikuti dengan keluarnya cairan dari pembuluh darah yang akan
terjadi proses peradangan sehingga menimbulkan oedema. Timbulnya
oedemadapat menekan nociceptor sehingga meragsang timbulnya nyeri.
Nyeri juga timbul karena luka sayatan pada operasi yang menyebabkan
ujung-ujung saraf sensoris teriritasi sehingga penderita engan untuk
mengerakan daerah yang sakit. Keadaan ini apabila dibiarkan terus menerus
akan menimbulkan spasme otot dan penurunan lingkup gerak sendi (LGS)
yang lama-kelamaan akan mengakibatkan penurunan kekuatan otot dan
menurunya aktifitas fungsional..
6. Patofisiologi
Patofisiologi fraktur klavikula berkaitan dengan anatominya.
Klavikula adalah tulang berbentuk S yang merupakan penghubung osseus
antara ekstremitas atas dan trunkus. Pada klavikula terdapat artikulasi
secara distal dengan akromion pada sendi akromioklavikular dan artikulasi
secara proksimal dengan sternum pada sendi sternoklavikula. Banyaknya
artikulasi ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan klavikula mudah
fraktur.
7. Manifestasi Klinis
Pada fraktur klavikula, ujung tulang yang patah dapat menyebabkan
terlihatnya formasi (tenda) pada kulit di atas tempat fraktur. Dokter juga
akan melakukan tes untuk memastikan tidak ada saraf atau pembuluh darah
yang rusak ketika patah tulang terjadi. Sinar-X memungkinkan dokter untuk
mendapat gambar jaringan padat seperti tulang. Dokter akan melakukan X-
ray untuk membantu menentukan lokasi fraktur dan untuk mempelajari lebih
lanjut tentang tingkat keparahan fraktur.
8. Komplikasi
a. Awal
Meskipun klavikula bagian proksimal terletak dekat dengan struktur
vital, kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh darah subklavia, dan cedera
pleksus brachialis jarang terjadi.
b. Lanjut
Pada fraktur shaft yang mengalami pergeseran, non-union terjadi pada
1-15% kasus. Fraktur risiko meliputi usia yang bertambah tua, besar
pergeseran, komunitif fraktur, dan pasien perempuan, namun prediksi akurat
mengenai fraktur yang akan mengalami non-union sulit dikerjakan. Non-
union yang simptomatik diterapi dengan fiksasi plat dan graft tulang jika
diperlukan. Tindakan ini biasanya memuaskan dan memiliki tingkat union
yang tinggi. Fraktur klavikula 1/3 lateral mempunyai tingkat non-union yang
tinggi (11,5- 40%). Pilihan terapi untuk non-union simptomatik adalah eksisi
bagian lateral dari klavikula (bila fragmen kecil dan ligamentum
korakoklavikular intak) atau reduksi terbuka, fiksasi interna dan graft tulang
bila fragmen besar. Implan yang digunakan adalah locking plates and hooked
plates.
9. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fraktur clavikula dibuttuhkan
untuk konfirmasi fraktur, menilai komplikasi dan konfirmasi setelah
tindakan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : rontgen
clavikula, rontgen thoraks, CT scan, dan USG
10. Penatalaksanaan Medis
Fraktur Klavikula 1/3 Tengah Terdapat kesepakatan bahwa fraktur
klavikula 1/3 tengah non displaced seharusnya diterapi secara non operatif.
Sebagian besar akan berlanjut dengan union yang baik, dengan kemungkinan
non union di bawah 5% dan kembali ke fungsi normal. Manajemen non
operatif meliputi pemakaian simple sling untuk kenyamanan. Sling dilepas
setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien disarankan untuk mulai
menggerakkan lengannya. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa
penggunaan figure-of-eight bandage memberikan manfaat dan dapat berisiko
terjadinya peningkatan insidens terjadinya luka akibat penekanan pada
bagian fraktur dan mencederai struktur saraf; bahkan akan meningkatkan
risiko terjadinya nonunion.
Sebagian besar fraktur 1/3 distal klavikula mengalami pergeseran
minimal dan ekstra-artikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak
mencegah pergeseran jauh dan manajemen non operatif biasanya dipilih.
Penatalaksanaannya meliputi pemakaian sling selama 2-3 minggu sampai
nyeri menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi dalam batas nyeri yang
dapat diterima. Fraktur klavikula 1/3 distal displaced berhubungan dengan
robeknya ligamentum korakoklavikula dan merupakan injuri yang tidak
stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur ini mempunyai tingkat non-union
yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif. Pembedahan untuk
stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi menggunakan
plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan sling
techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking
plates klavikula
C. Konsep Teori (ORIF)
1. Pengertian
Reduction Interna Fixation (ORIF) adalah fiksasi interna dengan
pembedahan terbuka untuk mengistirahatkan fraktur dengan melakukan
pembedahan untuk memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur
untuk menguatkan/mengikat bagian-bagian tulang yang fraktur secara
bersamaan. Fiksasi interna sering digunakan untuk merawat fraktur pada
tulang panggul yang sering terjadi pada orang tua (Reeves, 2001).
2. Indikasi
Indikasi dilakukan ORIF menurut Apley (1995) :
1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi Fraktur yang
tidak stabil
2. Secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran kembali setelah
reduksi, selain itu juga fraktur yang cenderung ditarik terpisah oleh kerja
otot.
3. Fraktur yang penyatuannya kurang sempurna dan perlahan-lahan terutama
fraktur pada leher femur.
4. Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan.
5. Fraktur multiple, bila fiksasi dini mengurangi resiko komplikasi umum
dan kegagalan organ pada bagian system.
6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.
3. Kontra Indikasi
Reduksi terbuka juga kontraindikasi jika jaringan lunak tidak
memfasilitasi tindakan bedah dengan baik, misalnya karena kualitas jaringan
yang buruk akibat kerusakan saat trauma, atau luka bakar, pembengkakan
yang berlebih, jaringan parut operasi sebelumnya, atau infeksi yang aktif .
Kontraindikasi lain adalah adanya kondisi medis yang merupakan
kontraindikasi tindakan operatif atau anestesi (contohnya baru terkena infark
miokard).
Daftar Pustaka
1. Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik
(Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. (2009). Petunjuk Praktis Anestesiologi.
Edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
3. Pusat, Umum, Sanglah Denpasar, Ni Nyoman, Shinta Prasista, A. A. Gde Yuda
Asmara, Agus Roy H. Hamid, Program Studi, Sarjana Kedokteran, Dokter Fakultas,
Bagian Orthopaedi, Rsup Sanglah, Bedah Plastik, Estetik Rsup, and Sanglah
Denpasar. 2020. “Gambaran Karakteristik Fraktur Klavikula Di Rumah Sakit Umum
Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013-2017.” Jurnal Medika Udayana 9(1):8–12
4. Sabiston d. c. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta EGC
LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI
PADA PASIEN FRAKTUR CLAVIKULA DENGAN GENERAL ANESTESI
(LMA)
DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
OLEH
REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS A’ISYIYAH YOGYAKARTA 2021
DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan
Anestesi Kasus umum
OLEH :
REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107
Telah diperiksa dan disetujui tanggal 25 maret 2021
Mengetahui
Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik
(Hana Asryaningsih, Str.Kep) ( Astiqah Nur Rohmah,
S.Kep, Ns, M.Biomed )
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.K
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Gamping
No RM : 2517xx
Diagnosa medis : Fraktur Clavikula Sinistra
Tindakan operasi :
ORIF
Tanggal operasi : 25 Maret 2021
Dokter Bedah : dr.Meiky Sp.OT
Dokter Anestesi : dr.Yossi Sp.An
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan bahwa ia jatuh dan mengalami fraktur
Pasien mengatakan pundak atau sekitar bahu merasakan nyeri hasil pengkajian nyeri
pasien :
Penyebab nyeri: Fraktur
Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu
Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3
Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan pundak dan bahu
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa tulangnya patah pasien merasakan nyeri pada daerah
sekitar bahu dan pundak jika digerakkan rasanya seperti ditusuk-tusuk , pasien
periksa ke RS PKU GAMPING, sesuai kondisi pasien dokter mengatakan harus
dilakukan tindakan operasi
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan tanda vital
Kesadaran : Composmetis
GCS: verbal: 5, Motorik 6, dan Mata : 4
TD = 141/79 mmHg,
Nadi = 77 x/menit,
RR = 18 x/menit BB : 72 kg TB : 170 cm
4. Pemeriksaan Generalis
1) Kepala
Simetris, tidak ada lesih, kulit kepala bersih, warna rambut hitam,
dan tidak ada nyeri tekan (Normal)
2) Pemeriksaan Mata
Mata simetris dan lengkap, tidak ada oedema, luka dan benjolan,
dan bulu mata tidak rontok (Normal)
3) Pemeriksaan Hidung
Tidak ada polip, tidak ada sekret, dan bentuk simetris (Normal)
4) Pemeriksaan Mulut
Bibir pasien cerah, gigi lengkap dan tidak goyang mulut bersih
dan tidak berbau (Normal)
5) Pemeriksaan Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan
(Normal)
6) Pemeriksaan Torak
a) Pulmo
Bentuk normal pergerakan dada simetris, vesikuler () sonor
() dan tidak ada lesi
b) Jantung
Tidak tampak ictis cordis, ictus cordis tidak teraba, bunyi
jantung s1 dan s2 reguler, suara jantung tudak murmur
c) Abdomen
NTE ()
7) Genetalia
Tidak terpasang DC dan bersih
8) Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
- Inspeksi
Terdapat luka diperban area clavikula dan terdapat sedikit
pembengkakan
- Palpasi
Pasien mengatakan nyeri didaerah bahu dan pundak
Pengkajian nyeri
Penyebab nyeri: Fraktur
Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu
Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3
Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan
pundak dan bahu
b) Ekstremitas Bawah :
Inspeksi :
Terdapat bengkak di kedua pasien, kaki kanan pasien diperban
kerna terdapat luka yang ada nanah, terdapat nyeri tekan pada
kaki kanan pasien, dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Palpasi :
Edema : -
9) Vertebrata
Normal, tidak ada edema, dan tidak ada nyeri
1) Psikologis
Pasien mengatakan siap untuk menjalani prosedur operasi
2) Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium Tanggal 24 Maret 2021
Tanggal
pemeriksaan
Jenis
pemeriksaan
Nilai rujukan Hasil
24-03-2021 Lekosit 5000-10000 8700
24-03-2021 Basofil 0,5-1 0
24-03-2021 Eosinofil 0-6 0
24-03-2021 Netrofil segmen 50-70 66
24-03-2021 Limfosit 10-48 24
24-03-2021 Monosit 3-7 4
24-03-2021 Eritrosit 4-5 5,6
24-03-2021 Hemoglobin 12-15 14,3
24-03-2021 Hematokrit 34-44 39
24-03-2021 MCV 80-100 72
24-03-2021 MCH 26-38 28
24-03-2021 MCHC 32-36 34
24-03-2021 Trombosit 150-400 256
24-03-2021 RDW CV 11-14 15.9
24-03-2021 RDW SD 39-47 42,8
24-03-2021 Golongan darah - -
24-03-2021 Glukosa darah
sewaktu
70-130 115
24-03-2021 HBS AG Non reactive
24-03-2021 PPT 3,2 22.0
24-03-2021 APTT 15 39.6
24-03-2021 Antigen covid Negative
 Diagnosis anestesi
Pasien dengan diagnosis medis Fraktur Clavikula Sinistra rencana operasi
ORIF, ASA 1 direncanakan general anestesi dengan LMA
B. Persiapan penatalaksanaan anestesi
1. Persiapan alat
Alat general anestesi
a. S (Scope) : Laryngoscope dan stetoscope
b. T (Tube) : LMA ukuran 3 dan 4
c. A (Aiway) : OPA
d. T (Tape) : Plester
e. I (Introducer) : Mandring dan stilet
f. C (Conector)
g. S (Suction) : Spuit (3ml, 5 dan 10 ml), Nasal Kanul dan selang
suction
Alat Regional anestesi
a. Jarum spinal : ukuran 25, 26, dan 27
b. Alkohol
c. Handscoon steril : ukuran 7, 7,5, dan 8
d. Betadine dan Nacl
e. Kasa steril
f. Spuit : 3 ml, 5 ml, dan 10 ml
2. Obat2an Anestesi :
a. Anti emetic
b. Analgesik
c. Obat induksi
d. Vasokontriktor
e. Anti fibrinolitik
Ondansentron 4 mg/ 2ml (1 ampul)
Ketorolac 30mg/ml ( 1 ampul)
Recofol 10mg/ml (1 ampul) dan Fentanyl 100 mcg
(equiv. 005 mg base) / ml (1 ampul) Sedacum 2,5
mg
Ephedrin 50mg/ml (1 ampul)
Asam traneksamat 500 mg/5ml (1ampul)
Cairan Infus
Cairan kristaloid : RL 500 cc
Cairan koloid : -
Darah : -
3. Persiapan pasien
a. Mengecek kelengkapan status pasien
b. Mengganti baju paien dengan pakaian kamar ok, menggunakan nurse cup,
dan masker
c. Mengecek lokasi operasi telah diberii tanda
d. Mengecek TTV
e. Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi
f. Memposisikan pasien
g. Memasang nasal kanul (oksigen) pada pasien dan berfungsi
4. Penatalaksanaan anestesi
Pasien akan dilakukan general anestesi dengan LMA
C. Maintanance
Monitoring cairan menggunakan
 O2: 2 lt/mnt, N2O: 2lt/menit dengan sevo 2 % vol
 Balance cairan
 Rumus maintenance (M): 2xkgBB
2x 72 kg = 144 ml
 Rumus pengganti puasa (PP):
2cc x jam puasa x bb
2 cc x 6 jam x 72 kg = 864 ml
 Rumus stress operasi (SO):
Jenis operasi (b/s/k) x BB
6 x 72 kg = 432 ml
 Kebutuhan Cairan : Jam 1 : M + ½ PP + SO = 144 + 432 + 432 = 1.008 cc
Jam II : M + ¼ PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc
Jam III : M + ¼ PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc
Jam IV : M + SO = 144 + 432 = 576 cc
D. Monitoring Selama Operasi ( Setiap 5 Menit )
Jam TD Nadi SpO2 RR Tindakan
09.40 138/77 75 99 % 18x/menit Pre-oksigenasi
09.45 144/83 67 100% 18x/menit Intubasi LMA
09.50 129/72 64 91% 18x/menit Ketidakefektifan
jalan nafas
09.55 118/74 68 99% 18x/menit Setelah perbaiki
posisi LMA
10.00 121/76 72 100% 18x/menit Monitoring
11,05 124/76 73 100% 18x/menit Injeksi
Ondansentron
dan Ketorolac
11.10 127/72 70 100% 18x/menit Monitoring
E. Pengakhiran Anestesi
Pasien dilakukan ekstubasi LMA Pukul 11.17 wib. Pasien masih belum sadar masih
terdapat pengaruh obat-obatan anestesi
F. Pemantauan di Recovery Room
Jam TD Nadi SpO2 RR Aldrete
Score
Tindakan
11.25 126/76 72 99% 18x/menit 7 Monitor
11.30 128/77 71 100% 18x/menit 9 Monitor
11.35 123/72 74 100% 18x/menit 9 Pasien
dipindahkan
ke Bangsal
Asuhan Keperawatan Anestesi
 Analisa Data
No Symptom Problem
PREANESTESI
Ds:
 Pasien mengatakan daerah sekitar
bahu dan pundak sakit dan nyeri
 Pasien mengatakan bahwa ia jatuh
dan mengalami fraktur
Do:
 Penyebab nyeri: Fraktur
 Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk
 Regio nyeri : Sekitar pundak dan
bahu
 Subjektif nyeri : Pasien mengatakan
nyeri dengan skor 3
 Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika
pasien menggerakkan pundak dan
bahu
 TD : 138/83 mmHg
Nyeri akut
 Nadi : 86x/menit
 SpO2 : 99%
INTRAANESRESI
Ds :
-
Do:
 Suara nafas pasien terdengar ngorok
dan tidak bersih
 Pasien terpasang LMA
 SpO2 : 91%
 Nadi : 87x/menit
 TD : 128/73 mmHg
Ketidakefektifan Jalan Nafas
POSTANESTESI
2 Ds :
-
Do :
 Pasien belum sadar
 Aldrete score 7
 Penyangga bed disisi kiri dan kanan
dinaikkan
 Bed dalam posisi terkunci
 Pasien terpasang mayo dibantu
dengan oksigen
 TD : 126/76 mmHg
 Nadi : 72x/menit
 SpO2 : 99%
Resiko Jatuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre anestesi
Nyeri Akut
2. Intra anestesi
Ketidakefektifan Jalan Nafas
3. Post anestesi
Resiko Jatuh
Rencana/Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x15 menit diharapkan
nyeri akut berkurang/hilang dengan
kriteria :
 Pasien tampak lebih rileks
 Pasien melaporkan nyeri
berkurang
 Hemodinamik stabil
 Indetifikasi penyebab nyeri
 Kaji nyeri
 Atur posisi imobilisasi
pasien
 Ajarkan relaksasi teknik-
teknik mengurangi
ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi
intensitas nyeri
 Kolaborasi dengan dokter
anestesi pemberian obat
analgesik
2 Ketidakefektifan
Jalan Nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x 30 menit diharapkan
ketidakefektifan jalan nafas hilang
dengan kriteria :
 Jalan nafas bersih dan paten
 Identifikasi factor penyebab
ketidakefektifan jalan nafas
 Monitor (Saturasi oksigen)
 Atur posisi pasien dan atur
posisi LMA
 Pasien nafas spontan
 Suara nafas vesikuler
 SpO2 : 99-100%
 Frekuensi RR dalam batas 16-
24x/menit
 Jaga kepatenan jalan napas
pasien dengan
memposisikan kepala
pasien tetap ekstensi
3 Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan
anestesi selama 1x 15 menit diharapkan
Pasien tidak beresiko jatuh dengan
kriteria :
 Pasien sadar penuh
 Pasien dalam posisi yang aman
dengan pagar bed terpasang, dan
bed terkunci dengan baik
 Hemodinamik dalam batas
normal
 Ciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien dengan
memberitahu perawat untuk
tidak memposisikan pasien
terlalu di pinggir dengan
penyangga bed terbuka
 Monitor vital
sign/hemodinamik pasien
 Dampingi dan pantau
pasien
 Jelaskan kepada perawat
bangsal bahwa agar
posisikan pasien dengan
aman bed dalam posisi
terkunci setelah serah
terima pasien
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tanggal
Waktu
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Pre anetesi
Kamis,
25/3/2021
09.10
Nyeri Akut  Mengindetifikasi
penyebab nyeri
 Mengkaji nyeri
 Mengatur posisi
imobilisasi pasien
 Mengajarkan relaksasi
teknik-teknik mengurangi
ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi
intensitas nyeri
 Kolaborasikan dengan
dokter anestesi pemberian
obat analgesic
Kamis, 25/3/2021
09.17
S :
 Pasien mengatakan
nyerinya berkurang
 Pasien lebih rilek
O :
 Hasil pengkajian nyeri
berkurang dari skor 3
menjadi 2
 Hemodinamik stabil TD :
127/76 mmHg
 Nadi : 73x/menit
 SpO2 : 99%
 Terpasang Infus RL
ditangan kanan 20 Tpm
A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Hentikan intervensi
Intra Anestesi
Kamis
25/3/2021
09.45
Ketidakefektifan
Jalan Nafas
 Mengidentifikasi factor penyebab
ketidakefektifan jalan nafas
 Monitoring (Saturasi oksigen)
 Mengatur posisi pasien dan atur
posisi LMA
 Menjaga kepatenan jalan napas
pasien dengan memposisikan kepala
pasien tetap ekstensi
Kamis 25/3/2021
09.55
S : -
O :
 Suara nafas pasien
vesikuler dan paten
 SpO2 : 99%
 Tidak terdapat suara
ngorok
A : Masalah
ketidakefektifan jalan nafas
teratasi
P : Hentikan intervensi
Post Anestesi
Kamis
25/3/2021
11.25
Resiko Jatuh  Menciptakan lingkungan yang
aman untuk pasien dengan
memberitahu perawat untuk tidak
memposisikan pasien terlalu di
Kamis 25/3/2021
11.30
S :
 Pasien mengatakan
pinggir dengan penyangga bed
terbuka
 Monitoring vital
sign/hemodinamik pasien
 Mendampingi dan pantau pasien
 Menjelaskan kepada perawat
bangsal bahwa agar posisikan
pasien dengan aman bed dalam
posisi terkunci setelah serah
terima pasien
masih sedikit terasa
ngantuk
O :
 Pasien sudah sadar
 Aldrete score 9
 Terpasang pengaman
disisi kanan dan kiri
pasien
 TD : 128/77
 Nadi : 71
 Spo2 : 100%
Kesimpulan
Berdasarkan kasus Tn.K dengan diagnosa fraktur clavikula yang telah saya
analisis. Saya telah membuat asuhan keperawatan anestesi yang meliputi
pengkajian data, merumuskan diagnosa, prioritas diagnosa, intervensi diagnosa,
implementasi diagnosa, dan evaluasi asuhan keperawatan anetesi yang merujuk
pada kondisi pasien dan lynda juall carpenito.
Diagnosa yang diambil yaitu :
Nyeri Akut
Ketidakefektifan Jalan Nafas
Resiko Jatuh
Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx

More Related Content

What's hot

Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!
Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!
Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!Vaibhav Bagaria
 
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.20193 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019MukulJain81
 
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plants
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plantsTransgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plants
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plantsCIAT
 
Total contact cast
Total contact castTotal contact cast
Total contact castJoe Antony
 
Design and function of surgical screws
Design and function of surgical screwsDesign and function of surgical screws
Design and function of surgical screwsOrthosurg2016
 
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysis
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysisFlash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysis
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysisAndrea Telatin
 
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...VHIR Vall d’Hebron Institut de Recerca
 
Genetik çalışmalarda etik
Genetik çalışmalarda etikGenetik çalışmalarda etik
Genetik çalışmalarda etikFatih University
 
RNA-seq differential expression analysis
RNA-seq differential expression analysisRNA-seq differential expression analysis
RNA-seq differential expression analysismikaelhuss
 
Criteria for acceptable reduction of forearm fractures
Criteria for acceptable reduction of forearm fracturesCriteria for acceptable reduction of forearm fractures
Criteria for acceptable reduction of forearm fracturesSintayehu Asrat
 
2015 functional genomics variant annotation and interpretation- tools and p...
2015 functional genomics   variant annotation and interpretation- tools and p...2015 functional genomics   variant annotation and interpretation- tools and p...
2015 functional genomics variant annotation and interpretation- tools and p...Gabe Rudy
 
Uriel spine surgery instruments
Uriel spine surgery instrumentsUriel spine surgery instruments
Uriel spine surgery instrumentsAfaz Anwar
 
Implant screw plate
Implant screw plate Implant screw plate
Implant screw plate Rem Kulung
 
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injury
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injuryHumerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injury
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injuryDuanerid
 
S4.1 Genomics-assisted breeding for maize improvement
S4.1  Genomics-assisted breeding for maize improvementS4.1  Genomics-assisted breeding for maize improvement
S4.1 Genomics-assisted breeding for maize improvementCIMMYT
 

What's hot (20)

G08 biomechanics
G08 biomechanicsG08 biomechanics
G08 biomechanics
 
Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!
Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!
Orthobiologics - PRP, BMC the real story so far!
 
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.20193 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019
3 d printing in orthopaedics seminar_mukul jain_12.10.2019
 
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plants
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plantsTransgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plants
Transgene-free CRISPR/Cas9 genome-editing methods in plants
 
Total contact cast
Total contact castTotal contact cast
Total contact cast
 
Design and function of surgical screws
Design and function of surgical screwsDesign and function of surgical screws
Design and function of surgical screws
 
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysis
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysisFlash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysis
Flash introduction to Qiime2 -- 16S Amplicon analysis
 
Rflp marker
Rflp markerRflp marker
Rflp marker
 
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...
Introduction to NGS Variant Calling Analysis (UEB-UAT Bioinformatics Course -...
 
Genetik çalışmalarda etik
Genetik çalışmalarda etikGenetik çalışmalarda etik
Genetik çalışmalarda etik
 
Intro to illumina sequencing
Intro to illumina sequencingIntro to illumina sequencing
Intro to illumina sequencing
 
RNA-seq differential expression analysis
RNA-seq differential expression analysisRNA-seq differential expression analysis
RNA-seq differential expression analysis
 
Criteria for acceptable reduction of forearm fractures
Criteria for acceptable reduction of forearm fracturesCriteria for acceptable reduction of forearm fractures
Criteria for acceptable reduction of forearm fractures
 
2015 functional genomics variant annotation and interpretation- tools and p...
2015 functional genomics   variant annotation and interpretation- tools and p...2015 functional genomics   variant annotation and interpretation- tools and p...
2015 functional genomics variant annotation and interpretation- tools and p...
 
Uriel spine surgery instruments
Uriel spine surgery instrumentsUriel spine surgery instruments
Uriel spine surgery instruments
 
Implant screw plate
Implant screw plate Implant screw plate
Implant screw plate
 
Lcp
LcpLcp
Lcp
 
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injury
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injuryHumerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injury
Humerus External Fixation, Avoiding Neuro vascular injury
 
S4.1 Genomics-assisted breeding for maize improvement
S4.1  Genomics-assisted breeding for maize improvementS4.1  Genomics-assisted breeding for maize improvement
S4.1 Genomics-assisted breeding for maize improvement
 
Spine Instrumentation.pptx
Spine Instrumentation.pptxSpine Instrumentation.pptx
Spine Instrumentation.pptx
 

Similar to Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx

FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxDwiNoviyani4
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9ermawijaya
 
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdfMuhammadSyarif783439
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletalpjj_kemenkes
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisMartin Pa Docc
 
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptxKLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptxirmayantitoalib
 
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialKb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialpjj_kemenkes
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xivdekcin
 
Presentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxPresentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxYayangMinansal
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfLuisa Polanco
 
Referat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptxReferat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptxamirah203733
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur editzxrickyjack
 

Similar to Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx (20)

FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docxFRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
FRAKTUR POST ORIF - Salin.docx
 
27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal27798620 askep-muskuloskletaal
27798620 askep-muskuloskletaal
 
Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4 Sgd 1 lbm 4
Sgd 1 lbm 4
 
M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9M. pbl ( blok 14 ) s.9
M. pbl ( blok 14 ) s.9
 
Kamis
KamisKamis
Kamis
 
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
10-Article Text-21-2-10-20200930.pdf
 
Laminektomi
LaminektomiLaminektomi
Laminektomi
 
105810253 case
105810253 case105810253 case
105810253 case
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System MuskuluskeletalAsuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
Asuhan Keperawatan Akibat Trauma Pada System Muskuluskeletal
 
Power poin fraktur
Power poin frakturPower poin fraktur
Power poin fraktur
 
Document1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr crurisDocument1 tugas tr cruris
Document1 tugas tr cruris
 
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptxKLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
KLP.2 TRAUMA MEDULLA SPINALIS.pptx
 
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkialKb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
Kb 1 asuhan keperawatan medikal bedah fraktur asma bronkial
 
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptxCopy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
Copy_of_Spinal_Cord_Injury.pptx
 
Bab xiv
Bab xivBab xiv
Bab xiv
 
Presentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptxPresentasi Knee Disorders.pptx
Presentasi Knee Disorders.pptx
 
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdfASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR FEMUR.pdf
 
Referat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptxReferat Orthopedi.pptx
Referat Orthopedi.pptx
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 

Recently uploaded

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfAuliaAulia63
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxzidanlbs25
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxheru687292
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Shary Armonitha
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxImahMagwa
 

Recently uploaded (7)

Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdfGeologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
Geologi Jawa Timur-Madura Kelompok 6.pdf
 
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptxUKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
UKURAN PENTYEBARAN DATA PPT KELOMPOK 2.pptx
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptxPENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
 
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
Sistem operasi adalah program yang bertindak sebagai perantara antara user de...
 
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptxMenggunakan Data matematika kelas 7.pptx
Menggunakan Data matematika kelas 7.pptx
 

Askan individu pku gamping fraktur clavikula (1).docx

  • 1. LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN GENERAL ANESTESI DI INSTALASI BEDAH CENTRAL RUMAH SAKIT PKU GAMPING, YOGYAKARTA Tugas ini disusun untuk memenuhi Tugas Praktek KLinik anestesi komprehensif ( PK-5 ) Dosen Pengampu : Ns. Ida Mardalena, S.Kep, M.Si Pembimbing Lapangan : Hanna Asiyaningsih, S.Tr.Kep Disusun oleh: SALMAN NIM : P07120722045 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2022
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur. Cara mendiagnosa fraktur adalah dengan melakukan pemeriksaan klinis dan di ikuti dengan pemeriksaan radiologi (X-ray). Umumnya para ahli radiologi melakukan analisa fraktur tulang melalui hasil gambar X-ray secara manual dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mempelajari gambar tersebut dan gambar X-ray tulang tersebut tidak hanya dilihat oleh satu ahli radiologi saja. Ahli radiologi sering mengalami kesulitan membaca gambar X-ray dan kondisi mata lelah ahli radiologi setelah melihat banyak gambar X-ray serta gambar X-ray yang mengandung banyak noise yang terjadi saat pengambilan gambar X-ray dapat mengakibatkan kesulitan diagnosis. Pembacaan gambar X-ray membutuhkan pencahayaan yang kuat untuk membuat gambar X-ray tampak lebih jelas. Oleh karena itu sampai saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan berbasis pengolahan citra untuk identifikasi fraktur tulang dengan mengembangkan berbagai metode untuk memperoleh akurasi yang tinggi.
  • 3. B. Rumusan Masalah a) Apa pengertian dari Fraktur Clavikula? b) Bagaimana dengan klasifikasi penyakit Fraktur Clavikula? c) Bagaimana dengan etiologi Fraktur Clavikula? d) Bagaimana dengan anatomi fisiologi Fraktur Clavikula? e) Bagaimana dengan fisiologi Fraktur Clavikula? f) Bagaimana dengan patofisiologi Fraktur Clavikula? g) Bagaimana manifestasi klinik penyakit Fraktur Clavikula? h) Bagaimana dengan komplikasi Fraktur Clavikula? i) Bagaimana dengan pemeriksaan penunjang Fraktur Clavikula? j) Bagaimana dengan penatalaksanaan medis Fraktur Clavikula? C. Tujuan Penulisan Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan anestesi pada Tn.M Diagnosa Fraktur Clavikula Dextra Tindakan ORIF Dengan General Anestesi. D. Waktu dan Tempat RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 10 NOVEMBER 2022 PUKUL 11.00 WIB
  • 4. BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Teori General Anestesi Inhalasi 1. Pengertian General anestesi sebagai tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible) yang menyebabkan mati rasa karena obat masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat yang tinggi (Latief, 2007). General anestesi sesuai sediaan obat dibagi menjadi 3 jenis yaitu anestesi inhalasi, anestesi intravena dan anestesi imbang. Hasil penelitian Harahap (2014) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, mengatakan lebih dari 80% operasi dilakukan menggunakan teknik general anestesi dibandingkan degan spinal anestesi. Obat anastesi umum yang diberikan secara inhalasi (gas dan cairan yang mudah menguap) yang terpenting di antaranya adalah N2O dan sevoflurane. 2. Indikasi  Pembedahan dimana anestesi lokal tidak praktis atau tidak memuaskan.  Infant dan anak usia muda  Dewasa yang memilih anestesi umum 3. Kontra Indikasi Tergantung efek farmakologi yang mengalami kelainan (harus dihindarkan pemakaian obat atau dosis dikurangi/diturunkan) : - hepar : obat hepatotoksik/obat yang toksis terhadap hepar - Jantung : obat obat yang mendepresi miokard/menurunkan aliran darah koroner - Ginjal : obat yang diekskresi di ginjal - Paru : obat yang merangsang sekresi paru/bronkus - Endokrin : Hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah/hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan saraf simpatis.
  • 5. 4. Teknik (Insersi) Teknik general anestesi ada 3 yaitu teknik anestesi intravena, inhalasi, dan imbang. Yang digunakan pada kasus ini yaitu teknik anestesi inhalasi menggunakan LMA. Anestesi inhalasi adalah teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi. 5. Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi pada intubasi antara lain trauma jalan nafas, salah letak dari LMA, dan tidak berfungsinya LMA. Komplikasi yang biasa terjadi adalah: a. Saat Intubasi 1) Salah letak : Intubasi esofagus, intubasi endobronkhial, posisi balon di laring. 2) Trauma jalan nafas : Kerusakan gigi, laserasi mukosa bibir dan lidah, dislokasi mandibula, luka daerah retrofaring. 3) Reflek fisiologi : Hipertensi, takikardi, hipertense intra kranial dan intra okuler, laringospasme. 4) Kebocoran balon. b. Saat LMA di tempatkan 1) Malposisi (kesalahan letak) 2) Trauma jalan nafas : inflamasi dan laserasi mukosa, luka lecet mukosa hidung. c. Setelah ekstubasi 1) Trauma jalan nafas : Udema dan stenosis (glotis, subglotis dan trakhea), sesak, aspirasi, nyeri tenggorokan. 2) Laringospasme.
  • 6. B. Konsep Teori (Fraktur Clavikula) 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer & Bare, 2016). Fraktur klavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang klavikula, salah satu tulang pada sendi bahu. Mekanisme cedera pada fraktur klavikula yang paling sering adalah jatuh dengan tangan terentang, jatuh bertumpu pada bahu, atau trauma langsung pada klavikula. Pasien dengan fraktur klavikula dapat mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area klavikula, disertai penurunan kemampuan menggerakan lengan di sisi yang cedera. 2. Klasifikasi Fraktur klavikula biasanya diklasifikasikan berdasarkan posisi dari fraktur oleh Allman menjadi proximal (Group I), middle (Group II), dan distal (Group III) third fractures. Pembagian secara general berhubungan dengan pendekatan klinis yang akan dikerjakan. Karena tingginya tingkat delayed union and non-union pada fraktur 1/3 distal, Neer membaginya menjadi tiga subklasifikasi berdasarkan kondisi ligamentum dan derajat pergeseran. Neer tipe I (ligamentum korakoklavikular masih intak), Neer tipe II (ligamentum korakoklavikular robek atau lepas dari fragmen medial tetapi ligamentum trapezoid tetap intak dengan segmen distal), dan Neer tipe III (intraartikular). Neer tipe II disubklasifikasikan menjadi dua oleh Rockwood menjadi tipe IIA: konoid dan trapezoid melekat pada fragmen distal dan tipe IIB: konoid lepas dari fragmen medial.
  • 7. 3. Etiologi Etiologi fraktur klavikula adalah trauma baik secara langsung maupun tidak langsung. Trauma dapat terjadi karena terjatuh atau kecelakaan lalu lintas dengan bagian samping bahu langsung mengenai bagian yang keras. Etiologi lain yang dapat menyebabkan fraktur klavikula adalah terjatuh dengan tangan terentang. Penyebab lainnya adalah kelainan bawaan, kelainan patologis, dan trauma lahir. Kelainan bawaan dapat berupa osteogenesis imperfekta yaitu gangguan pembentukan kolagen akibat kesalahan metabolisme yang ditandai dengan jumlah garam oksalat yang berlebih dalam tubuh 4. Anatomi Fisiologi Tulang klavikula relatif tipis, bagian paling lebar adalah sisi medial dan lateral tempatnya berartikulasi dengan sternum dan akromion. Tulang ini mempunyai dua lengkungan: yang lebih besar adalah bagian koronal yang memberi bentuk huruf S (konveks anterior sisi medial dan konkaf anterior sisi lateral).
  • 8. 5. Fisiologi Operasi pada fraktur Clavicula 1/3 distal dilakukan incise pada daerah Clavicula. Dengan tindakan operasi akan terjadi pendarahan sehingga akan terjadi kerusakan jaringan lunak dibawah kulit maupun pembuluh darah yang akan diikuti dengan keluarnya cairan dari pembuluh darah yang akan terjadi proses peradangan sehingga menimbulkan oedema. Timbulnya oedemadapat menekan nociceptor sehingga meragsang timbulnya nyeri. Nyeri juga timbul karena luka sayatan pada operasi yang menyebabkan ujung-ujung saraf sensoris teriritasi sehingga penderita engan untuk mengerakan daerah yang sakit. Keadaan ini apabila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan spasme otot dan penurunan lingkup gerak sendi (LGS) yang lama-kelamaan akan mengakibatkan penurunan kekuatan otot dan menurunya aktifitas fungsional.. 6. Patofisiologi Patofisiologi fraktur klavikula berkaitan dengan anatominya. Klavikula adalah tulang berbentuk S yang merupakan penghubung osseus antara ekstremitas atas dan trunkus. Pada klavikula terdapat artikulasi secara distal dengan akromion pada sendi akromioklavikular dan artikulasi secara proksimal dengan sternum pada sendi sternoklavikula. Banyaknya artikulasi ini adalah salah satu faktor yang menyebabkan klavikula mudah fraktur. 7. Manifestasi Klinis Pada fraktur klavikula, ujung tulang yang patah dapat menyebabkan terlihatnya formasi (tenda) pada kulit di atas tempat fraktur. Dokter juga akan melakukan tes untuk memastikan tidak ada saraf atau pembuluh darah yang rusak ketika patah tulang terjadi. Sinar-X memungkinkan dokter untuk mendapat gambar jaringan padat seperti tulang. Dokter akan melakukan X- ray untuk membantu menentukan lokasi fraktur dan untuk mempelajari lebih lanjut tentang tingkat keparahan fraktur.
  • 9. 8. Komplikasi a. Awal Meskipun klavikula bagian proksimal terletak dekat dengan struktur vital, kejadian pneumotoraks, ruptur pembuluh darah subklavia, dan cedera pleksus brachialis jarang terjadi. b. Lanjut Pada fraktur shaft yang mengalami pergeseran, non-union terjadi pada 1-15% kasus. Fraktur risiko meliputi usia yang bertambah tua, besar pergeseran, komunitif fraktur, dan pasien perempuan, namun prediksi akurat mengenai fraktur yang akan mengalami non-union sulit dikerjakan. Non- union yang simptomatik diterapi dengan fiksasi plat dan graft tulang jika diperlukan. Tindakan ini biasanya memuaskan dan memiliki tingkat union yang tinggi. Fraktur klavikula 1/3 lateral mempunyai tingkat non-union yang tinggi (11,5- 40%). Pilihan terapi untuk non-union simptomatik adalah eksisi bagian lateral dari klavikula (bila fragmen kecil dan ligamentum korakoklavikular intak) atau reduksi terbuka, fiksasi interna dan graft tulang bila fragmen besar. Implan yang digunakan adalah locking plates and hooked plates. 9. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada fraktur clavikula dibuttuhkan untuk konfirmasi fraktur, menilai komplikasi dan konfirmasi setelah tindakan. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain : rontgen clavikula, rontgen thoraks, CT scan, dan USG 10. Penatalaksanaan Medis Fraktur Klavikula 1/3 Tengah Terdapat kesepakatan bahwa fraktur klavikula 1/3 tengah non displaced seharusnya diterapi secara non operatif. Sebagian besar akan berlanjut dengan union yang baik, dengan kemungkinan
  • 10. non union di bawah 5% dan kembali ke fungsi normal. Manajemen non operatif meliputi pemakaian simple sling untuk kenyamanan. Sling dilepas setelah nyeri hilang (setelah 1-3 minggu) dan pasien disarankan untuk mulai menggerakkan lengannya. Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa penggunaan figure-of-eight bandage memberikan manfaat dan dapat berisiko terjadinya peningkatan insidens terjadinya luka akibat penekanan pada bagian fraktur dan mencederai struktur saraf; bahkan akan meningkatkan risiko terjadinya nonunion. Sebagian besar fraktur 1/3 distal klavikula mengalami pergeseran minimal dan ekstra-artikular. Ligamentum korakoklavikula yang intak mencegah pergeseran jauh dan manajemen non operatif biasanya dipilih. Penatalaksanaannya meliputi pemakaian sling selama 2-3 minggu sampai nyeri menghilang, dilanjutkan dengan mobilisasi dalam batas nyeri yang dapat diterima. Fraktur klavikula 1/3 distal displaced berhubungan dengan robeknya ligamentum korakoklavikula dan merupakan injuri yang tidak stabil. Banyak studi menyebutkan fraktur ini mempunyai tingkat non-union yang tinggi bila ditatalaksana secara non operatif. Pembedahan untuk stabilisasi fraktur sering direkomendasikan.1 Teknik operasi menggunakan plate dan screw korakoklavikular, fiksasi plat hook, penjahitan dan sling techniques dengan graft ligamen Dacron dan yang terbaru adalah locking plates klavikula C. Konsep Teori (ORIF) 1. Pengertian Reduction Interna Fixation (ORIF) adalah fiksasi interna dengan pembedahan terbuka untuk mengistirahatkan fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukkan paku, screw, pen kedalam tempat fraktur untuk menguatkan/mengikat bagian-bagian tulang yang fraktur secara
  • 11. bersamaan. Fiksasi interna sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang panggul yang sering terjadi pada orang tua (Reeves, 2001). 2. Indikasi Indikasi dilakukan ORIF menurut Apley (1995) : 1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan operasi Fraktur yang tidak stabil 2. Secara bawaan dan cenderung mengalami pergeseran kembali setelah reduksi, selain itu juga fraktur yang cenderung ditarik terpisah oleh kerja otot. 3. Fraktur yang penyatuannya kurang sempurna dan perlahan-lahan terutama fraktur pada leher femur. 4. Fraktur patologik dimana penyakit tulang dapat mencegah penyembuhan. 5. Fraktur multiple, bila fiksasi dini mengurangi resiko komplikasi umum dan kegagalan organ pada bagian system. 6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya. 3. Kontra Indikasi Reduksi terbuka juga kontraindikasi jika jaringan lunak tidak memfasilitasi tindakan bedah dengan baik, misalnya karena kualitas jaringan yang buruk akibat kerusakan saat trauma, atau luka bakar, pembengkakan yang berlebih, jaringan parut operasi sebelumnya, atau infeksi yang aktif . Kontraindikasi lain adalah adanya kondisi medis yang merupakan kontraindikasi tindakan operatif atau anestesi (contohnya baru terkena infark miokard).
  • 12. Daftar Pustaka 1. Carpenito, L. J. 2013. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinik (Terjemahan). Edisi 6. Jakarta: EGC 2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. (2009). Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi kedua. Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Pusat, Umum, Sanglah Denpasar, Ni Nyoman, Shinta Prasista, A. A. Gde Yuda Asmara, Agus Roy H. Hamid, Program Studi, Sarjana Kedokteran, Dokter Fakultas, Bagian Orthopaedi, Rsup Sanglah, Bedah Plastik, Estetik Rsup, and Sanglah Denpasar. 2020. “Gambaran Karakteristik Fraktur Klavikula Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013-2017.” Jurnal Medika Udayana 9(1):8–12 4. Sabiston d. c. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta EGC
  • 13. LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA PASIEN FRAKTUR CLAVIKULA DENGAN GENERAL ANESTESI (LMA) DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA OLEH REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS A’ISYIYAH YOGYAKARTA 2021
  • 14. DI IBS RS PKU GAMPING MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Laporan ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Keperawatan Anestesi Kasus umum OLEH : REZI AKHSANI TAQWIM 1811604107 Telah diperiksa dan disetujui tanggal 25 maret 2021 Mengetahui Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik (Hana Asryaningsih, Str.Kep) ( Astiqah Nur Rohmah, S.Kep, Ns, M.Biomed )
  • 15. A. Pengkajian 1. Identitas Pasien Nama : Tn.K Umur : 53 Tahun Jenis Kelamin : Laki laki Agama : Islam Status Perkawinan : Kawin Alamat : Gamping No RM : 2517xx Diagnosa medis : Fraktur Clavikula Sinistra Tindakan operasi : ORIF Tanggal operasi : 25 Maret 2021 Dokter Bedah : dr.Meiky Sp.OT Dokter Anestesi : dr.Yossi Sp.An
  • 16. 2. Riwayat Kesehatan a) Keluhan Utama Pasien mengatakan bahwa ia jatuh dan mengalami fraktur Pasien mengatakan pundak atau sekitar bahu merasakan nyeri hasil pengkajian nyeri pasien : Penyebab nyeri: Fraktur Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3 Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan pundak dan bahu b) Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengatakan bahwa tulangnya patah pasien merasakan nyeri pada daerah sekitar bahu dan pundak jika digerakkan rasanya seperti ditusuk-tusuk , pasien periksa ke RS PKU GAMPING, sesuai kondisi pasien dokter mengatakan harus dilakukan tindakan operasi c) Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik d) Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan 3. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum dan tanda vital Kesadaran : Composmetis
  • 17. GCS: verbal: 5, Motorik 6, dan Mata : 4 TD = 141/79 mmHg, Nadi = 77 x/menit, RR = 18 x/menit BB : 72 kg TB : 170 cm 4. Pemeriksaan Generalis 1) Kepala Simetris, tidak ada lesih, kulit kepala bersih, warna rambut hitam, dan tidak ada nyeri tekan (Normal) 2) Pemeriksaan Mata Mata simetris dan lengkap, tidak ada oedema, luka dan benjolan, dan bulu mata tidak rontok (Normal) 3) Pemeriksaan Hidung Tidak ada polip, tidak ada sekret, dan bentuk simetris (Normal) 4) Pemeriksaan Mulut Bibir pasien cerah, gigi lengkap dan tidak goyang mulut bersih dan tidak berbau (Normal) 5) Pemeriksaan Leher Bentuk leher simetris, tidak ada edema dan tidak ada nyeri tekan (Normal) 6) Pemeriksaan Torak a) Pulmo Bentuk normal pergerakan dada simetris, vesikuler () sonor () dan tidak ada lesi b) Jantung
  • 18. Tidak tampak ictis cordis, ictus cordis tidak teraba, bunyi jantung s1 dan s2 reguler, suara jantung tudak murmur c) Abdomen NTE () 7) Genetalia Tidak terpasang DC dan bersih 8) Ekstremitas a) Ekstremitas Atas - Inspeksi Terdapat luka diperban area clavikula dan terdapat sedikit pembengkakan - Palpasi Pasien mengatakan nyeri didaerah bahu dan pundak Pengkajian nyeri Penyebab nyeri: Fraktur Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3 Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan pundak dan bahu b) Ekstremitas Bawah : Inspeksi :
  • 19. Terdapat bengkak di kedua pasien, kaki kanan pasien diperban kerna terdapat luka yang ada nanah, terdapat nyeri tekan pada kaki kanan pasien, dan mengeluarkan bau tidak sedap. Palpasi : Edema : - 9) Vertebrata Normal, tidak ada edema, dan tidak ada nyeri 1) Psikologis Pasien mengatakan siap untuk menjalani prosedur operasi 2) Pemeriksaan penunjang  Laboratorium Tanggal 24 Maret 2021 Tanggal pemeriksaan Jenis pemeriksaan Nilai rujukan Hasil 24-03-2021 Lekosit 5000-10000 8700 24-03-2021 Basofil 0,5-1 0 24-03-2021 Eosinofil 0-6 0 24-03-2021 Netrofil segmen 50-70 66 24-03-2021 Limfosit 10-48 24
  • 20. 24-03-2021 Monosit 3-7 4 24-03-2021 Eritrosit 4-5 5,6 24-03-2021 Hemoglobin 12-15 14,3 24-03-2021 Hematokrit 34-44 39 24-03-2021 MCV 80-100 72 24-03-2021 MCH 26-38 28 24-03-2021 MCHC 32-36 34 24-03-2021 Trombosit 150-400 256 24-03-2021 RDW CV 11-14 15.9 24-03-2021 RDW SD 39-47 42,8 24-03-2021 Golongan darah - - 24-03-2021 Glukosa darah sewaktu 70-130 115 24-03-2021 HBS AG Non reactive 24-03-2021 PPT 3,2 22.0 24-03-2021 APTT 15 39.6 24-03-2021 Antigen covid Negative  Diagnosis anestesi Pasien dengan diagnosis medis Fraktur Clavikula Sinistra rencana operasi ORIF, ASA 1 direncanakan general anestesi dengan LMA B. Persiapan penatalaksanaan anestesi 1. Persiapan alat
  • 21. Alat general anestesi a. S (Scope) : Laryngoscope dan stetoscope b. T (Tube) : LMA ukuran 3 dan 4 c. A (Aiway) : OPA d. T (Tape) : Plester e. I (Introducer) : Mandring dan stilet f. C (Conector) g. S (Suction) : Spuit (3ml, 5 dan 10 ml), Nasal Kanul dan selang suction Alat Regional anestesi a. Jarum spinal : ukuran 25, 26, dan 27 b. Alkohol c. Handscoon steril : ukuran 7, 7,5, dan 8 d. Betadine dan Nacl e. Kasa steril f. Spuit : 3 ml, 5 ml, dan 10 ml 2. Obat2an Anestesi : a. Anti emetic b. Analgesik c. Obat induksi d. Vasokontriktor e. Anti fibrinolitik Ondansentron 4 mg/ 2ml (1 ampul) Ketorolac 30mg/ml ( 1 ampul) Recofol 10mg/ml (1 ampul) dan Fentanyl 100 mcg (equiv. 005 mg base) / ml (1 ampul) Sedacum 2,5 mg Ephedrin 50mg/ml (1 ampul) Asam traneksamat 500 mg/5ml (1ampul)
  • 22. Cairan Infus Cairan kristaloid : RL 500 cc Cairan koloid : - Darah : - 3. Persiapan pasien a. Mengecek kelengkapan status pasien b. Mengganti baju paien dengan pakaian kamar ok, menggunakan nurse cup, dan masker c. Mengecek lokasi operasi telah diberii tanda d. Mengecek TTV e. Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi f. Memposisikan pasien g. Memasang nasal kanul (oksigen) pada pasien dan berfungsi 4. Penatalaksanaan anestesi Pasien akan dilakukan general anestesi dengan LMA C. Maintanance Monitoring cairan menggunakan  O2: 2 lt/mnt, N2O: 2lt/menit dengan sevo 2 % vol  Balance cairan  Rumus maintenance (M): 2xkgBB 2x 72 kg = 144 ml  Rumus pengganti puasa (PP):
  • 23. 2cc x jam puasa x bb 2 cc x 6 jam x 72 kg = 864 ml  Rumus stress operasi (SO): Jenis operasi (b/s/k) x BB 6 x 72 kg = 432 ml  Kebutuhan Cairan : Jam 1 : M + ½ PP + SO = 144 + 432 + 432 = 1.008 cc Jam II : M + ¼ PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc Jam III : M + ¼ PP + SO = 144 + 216 + 432 = 792 cc Jam IV : M + SO = 144 + 432 = 576 cc D. Monitoring Selama Operasi ( Setiap 5 Menit ) Jam TD Nadi SpO2 RR Tindakan 09.40 138/77 75 99 % 18x/menit Pre-oksigenasi 09.45 144/83 67 100% 18x/menit Intubasi LMA 09.50 129/72 64 91% 18x/menit Ketidakefektifan jalan nafas 09.55 118/74 68 99% 18x/menit Setelah perbaiki posisi LMA 10.00 121/76 72 100% 18x/menit Monitoring 11,05 124/76 73 100% 18x/menit Injeksi Ondansentron dan Ketorolac 11.10 127/72 70 100% 18x/menit Monitoring
  • 24. E. Pengakhiran Anestesi Pasien dilakukan ekstubasi LMA Pukul 11.17 wib. Pasien masih belum sadar masih terdapat pengaruh obat-obatan anestesi F. Pemantauan di Recovery Room Jam TD Nadi SpO2 RR Aldrete Score Tindakan 11.25 126/76 72 99% 18x/menit 7 Monitor 11.30 128/77 71 100% 18x/menit 9 Monitor 11.35 123/72 74 100% 18x/menit 9 Pasien dipindahkan ke Bangsal
  • 25. Asuhan Keperawatan Anestesi  Analisa Data No Symptom Problem PREANESTESI Ds:  Pasien mengatakan daerah sekitar bahu dan pundak sakit dan nyeri  Pasien mengatakan bahwa ia jatuh dan mengalami fraktur Do:  Penyebab nyeri: Fraktur  Qualitas nyeri : Seperti ditusuk-tusuk  Regio nyeri : Sekitar pundak dan bahu  Subjektif nyeri : Pasien mengatakan nyeri dengan skor 3  Time nyeri : Nyeri dirasakan ketika pasien menggerakkan pundak dan bahu  TD : 138/83 mmHg Nyeri akut
  • 26.  Nadi : 86x/menit  SpO2 : 99% INTRAANESRESI Ds : - Do:  Suara nafas pasien terdengar ngorok dan tidak bersih  Pasien terpasang LMA  SpO2 : 91%  Nadi : 87x/menit  TD : 128/73 mmHg Ketidakefektifan Jalan Nafas POSTANESTESI 2 Ds : - Do :  Pasien belum sadar  Aldrete score 7  Penyangga bed disisi kiri dan kanan dinaikkan  Bed dalam posisi terkunci  Pasien terpasang mayo dibantu dengan oksigen  TD : 126/76 mmHg  Nadi : 72x/menit  SpO2 : 99% Resiko Jatuh B. Diagnosa Keperawatan
  • 27. 1. Pre anestesi Nyeri Akut 2. Intra anestesi Ketidakefektifan Jalan Nafas 3. Post anestesi Resiko Jatuh Rencana/Intervensi Keperawatan No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Keperawatan 1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi selama 1x15 menit diharapkan nyeri akut berkurang/hilang dengan kriteria :  Pasien tampak lebih rileks  Pasien melaporkan nyeri berkurang  Hemodinamik stabil  Indetifikasi penyebab nyeri  Kaji nyeri  Atur posisi imobilisasi pasien  Ajarkan relaksasi teknik- teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri  Kolaborasi dengan dokter anestesi pemberian obat analgesik 2 Ketidakefektifan Jalan Nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi selama 1x 30 menit diharapkan ketidakefektifan jalan nafas hilang dengan kriteria :  Jalan nafas bersih dan paten  Identifikasi factor penyebab ketidakefektifan jalan nafas  Monitor (Saturasi oksigen)  Atur posisi pasien dan atur posisi LMA
  • 28.  Pasien nafas spontan  Suara nafas vesikuler  SpO2 : 99-100%  Frekuensi RR dalam batas 16- 24x/menit  Jaga kepatenan jalan napas pasien dengan memposisikan kepala pasien tetap ekstensi 3 Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan anestesi selama 1x 15 menit diharapkan Pasien tidak beresiko jatuh dengan kriteria :  Pasien sadar penuh  Pasien dalam posisi yang aman dengan pagar bed terpasang, dan bed terkunci dengan baik  Hemodinamik dalam batas normal  Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien dengan memberitahu perawat untuk tidak memposisikan pasien terlalu di pinggir dengan penyangga bed terbuka  Monitor vital sign/hemodinamik pasien  Dampingi dan pantau pasien  Jelaskan kepada perawat bangsal bahwa agar posisikan pasien dengan aman bed dalam posisi terkunci setelah serah terima pasien
  • 29. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Tanggal Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Pre anetesi Kamis, 25/3/2021 09.10 Nyeri Akut  Mengindetifikasi penyebab nyeri  Mengkaji nyeri  Mengatur posisi imobilisasi pasien  Mengajarkan relaksasi teknik-teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri  Kolaborasikan dengan dokter anestesi pemberian obat analgesic Kamis, 25/3/2021 09.17 S :  Pasien mengatakan nyerinya berkurang  Pasien lebih rilek O :  Hasil pengkajian nyeri berkurang dari skor 3 menjadi 2  Hemodinamik stabil TD : 127/76 mmHg  Nadi : 73x/menit  SpO2 : 99%  Terpasang Infus RL ditangan kanan 20 Tpm
  • 30. A : Masalah nyeri akut teratasi P : Hentikan intervensi Intra Anestesi Kamis 25/3/2021 09.45 Ketidakefektifan Jalan Nafas  Mengidentifikasi factor penyebab ketidakefektifan jalan nafas  Monitoring (Saturasi oksigen)  Mengatur posisi pasien dan atur posisi LMA  Menjaga kepatenan jalan napas pasien dengan memposisikan kepala pasien tetap ekstensi Kamis 25/3/2021 09.55 S : - O :  Suara nafas pasien vesikuler dan paten  SpO2 : 99%  Tidak terdapat suara ngorok A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas teratasi P : Hentikan intervensi Post Anestesi Kamis 25/3/2021 11.25 Resiko Jatuh  Menciptakan lingkungan yang aman untuk pasien dengan memberitahu perawat untuk tidak memposisikan pasien terlalu di Kamis 25/3/2021 11.30 S :  Pasien mengatakan
  • 31. pinggir dengan penyangga bed terbuka  Monitoring vital sign/hemodinamik pasien  Mendampingi dan pantau pasien  Menjelaskan kepada perawat bangsal bahwa agar posisikan pasien dengan aman bed dalam posisi terkunci setelah serah terima pasien masih sedikit terasa ngantuk O :  Pasien sudah sadar  Aldrete score 9  Terpasang pengaman disisi kanan dan kiri pasien  TD : 128/77  Nadi : 71  Spo2 : 100% Kesimpulan Berdasarkan kasus Tn.K dengan diagnosa fraktur clavikula yang telah saya analisis. Saya telah membuat asuhan keperawatan anestesi yang meliputi pengkajian data, merumuskan diagnosa, prioritas diagnosa, intervensi diagnosa, implementasi diagnosa, dan evaluasi asuhan keperawatan anetesi yang merujuk pada kondisi pasien dan lynda juall carpenito. Diagnosa yang diambil yaitu : Nyeri Akut Ketidakefektifan Jalan Nafas Resiko Jatuh