Dokumen tersebut merupakan ringkasan 60 langkah persalinan normal yang mencakup tahapan persiapan, pemantauan, bantuan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, dan tindakan pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut bertujuan untuk memastikan proses persalinan berjalan lancar dan aman bagi ibu dan bayinya.
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kala I, II, III dan IVpjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut memberikan instruksi langkah-langkah persiapan dan tindakan bidan dalam menolong persalinan normal, mulai dari persiapan ruangan dan peralatan hingga tahap-tahap kelahiran bayi.
2. Langkah-langkah tersebut meliputi observasi kemajuan persalinan, pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bimbingan meneran, hingga persiapan kelahiran kepala dan bahu bayi
Dokumen tersebut membahas tentang abortus, termasuk definisi, jenis, gejala, diagnosa, dan penatalaksanaan abortus. Jenis abortus yang disebutkan antara lain abortus imminen, abortus inkompletus, abortus kompletus, missed abortion, dan abortus infeksius. Dokumen juga membahas hiperemesis gravidarum dan KPD serta partus prematur.
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan Kala I, II, III dan IVpjj_kemenkes
1. Dokumen tersebut memberikan instruksi langkah-langkah persiapan dan tindakan bidan dalam menolong persalinan normal, mulai dari persiapan ruangan dan peralatan hingga tahap-tahap kelahiran bayi.
2. Langkah-langkah tersebut meliputi observasi kemajuan persalinan, pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, bimbingan meneran, hingga persiapan kelahiran kepala dan bahu bayi
Dokumen tersebut membahas tentang abortus, termasuk definisi, jenis, gejala, diagnosa, dan penatalaksanaan abortus. Jenis abortus yang disebutkan antara lain abortus imminen, abortus inkompletus, abortus kompletus, missed abortion, dan abortus infeksius. Dokumen juga membahas hiperemesis gravidarum dan KPD serta partus prematur.
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien abortus. Abortus adalah proses berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Terdapat beberapa klasifikasi abortus yaitu abortus spontan, provokatus, dan komplikasinya seperti perdarahan dan infeksi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah tes kehamilan
Abortus merupakan pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia 20 minggu. Terdapat beberapa jenis abortus seperti abortus iminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion. Penanganannya meliputi pengosongan rahim, pemberian obat, dan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang kala 1 persalinan, meliputi definisi persalinan dan bentuknya, tanda-tanda kala 1, fase-fasenya, perbedaan antara primigravida dan multigravida, serta langkah-langkah pemberian asuhan kebidanan selama kala 1 persalinan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, penggunaan partograf, dan lain-lain.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai mekanisme persalinan normal yang terdiri dari beberapa kala. Kala pertama dimulai dari pembukaan serviks hingga 10 cm dan terbagi atas fase laten dan aktif. Anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu diperlukan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan janin serta menentukan tindakan selanjutnya.
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan dan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan persalinan kala I fase aktif. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, fisiologi, fase-fase, tanda bahaya, manajemen, dukungan, dan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama persalinan kala I.
Dokumen tersebut membahas tentang abortus atau keguguran, yang didefinisikan sebagai berakhirnya kehamilan sebelum usia 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Dibahas etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, patofisiologi, komplikasi, dan diagnosis keperawatan dari abortus. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus diantaranya faktor genetik, lingkungan, peny
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Faktor penyebabnya antara lain gangguan pertumbuhan janin, kelainan plasenta, dan penyakit ibu. Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Gejala klinisnya meliputi perdarahan dan keluarnya jaringan janin. Penatalaksanaannya meliputi pengosongan rahim, pember
SKRINING DAN DETEKSI DINI PADA IBU BERSALINLilis c'Ben
Dokumen tersebut membahas tentang skrining ibu bersalin dan deteksi dini komplikasi persalinan. Beberapa alat untuk skrining dan deteksi dini yang disebutkan adalah partograf dan kardiotokografi. Dokumen ini juga menjelaskan tanda-tanda komplikasi yang perlu dirujuk selama keempat fase persalinan.
Dokumen ini memberikan pedoman untuk mengawasi ibu setelah melahirkan selama dua jam pertama, termasuk memantau tanda vital, suhu tubuh, kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, dan tonus rahim. Ibu perlu diobservasi setiap 15 menit selama jam pertama dan 30 menit selama jam kedua untuk memastikan kondisinya stabil. Keluarga diajarkan cara menilai tonus dan perdarahan rahim serta melakukan pemijatan bila perlu.
1. Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien abortus. Abortus adalah proses berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar rahim dengan kriteria usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
2. Terdapat beberapa klasifikasi abortus yaitu abortus spontan, provokatus, dan komplikasinya seperti perdarahan dan infeksi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah tes kehamilan
Abortus merupakan pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia 20 minggu. Terdapat beberapa jenis abortus seperti abortus iminens, insipiens, inkomplit, komplit, dan missed abortion. Penanganannya meliputi pengosongan rahim, pemberian obat, dan antiseptik untuk mencegah infeksi.
Dokumen tersebut membahas tentang kala 1 persalinan, meliputi definisi persalinan dan bentuknya, tanda-tanda kala 1, fase-fasenya, perbedaan antara primigravida dan multigravida, serta langkah-langkah pemberian asuhan kebidanan selama kala 1 persalinan seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, penggunaan partograf, dan lain-lain.
Dokumen tersebut membahas tentang Kala IV persalinan yang dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelahnya. Dokumen ini menjelaskan tanda-tanda yang harus diamati pada kala IV seperti tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi rahim, dan perdarahan. Dokumen juga membahas tanda bahaya, mekanisme fisiologis, asuhan, dan kemungkinan komplikasi pada kala IV seperti at
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah: Dokumen tersebut menjelaskan proses dan asuhan persalinan kala dua mulai dari tanda-tanda awal hingga kelahiran bayi beserta penatalaksanaannya oleh bidan, termasuk posisi meneran yang tepat dan tindakan pencegahan serta penanganan komplikasi.
Teks tersebut memberikan penjelasan mengenai mekanisme persalinan normal yang terdiri dari beberapa kala. Kala pertama dimulai dari pembukaan serviks hingga 10 cm dan terbagi atas fase laten dan aktif. Anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu diperlukan untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan janin serta menentukan tindakan selanjutnya.
Dokumen tersebut merupakan laporan pendahuluan dan asuhan kebidanan pada Ny. A dengan persalinan kala I fase aktif. Dokumen tersebut menjelaskan definisi, fisiologi, fase-fase, tanda bahaya, manajemen, dukungan, dan pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis ibu selama persalinan kala I.
Dokumen tersebut membahas tentang abortus atau keguguran, yang didefinisikan sebagai berakhirnya kehamilan sebelum usia 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Dibahas etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, patofisiologi, komplikasi, dan diagnosis keperawatan dari abortus. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus diantaranya faktor genetik, lingkungan, peny
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Faktor penyebabnya antara lain gangguan pertumbuhan janin, kelainan plasenta, dan penyakit ibu. Ada dua jenis abortus, yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Gejala klinisnya meliputi perdarahan dan keluarnya jaringan janin. Penatalaksanaannya meliputi pengosongan rahim, pember
SKRINING DAN DETEKSI DINI PADA IBU BERSALINLilis c'Ben
Dokumen tersebut membahas tentang skrining ibu bersalin dan deteksi dini komplikasi persalinan. Beberapa alat untuk skrining dan deteksi dini yang disebutkan adalah partograf dan kardiotokografi. Dokumen ini juga menjelaskan tanda-tanda komplikasi yang perlu dirujuk selama keempat fase persalinan.
Dokumen ini memberikan pedoman untuk mengawasi ibu setelah melahirkan selama dua jam pertama, termasuk memantau tanda vital, suhu tubuh, kontraksi rahim, perdarahan, kandung kemih, dan tonus rahim. Ibu perlu diobservasi setiap 15 menit selama jam pertama dan 30 menit selama jam kedua untuk memastikan kondisinya stabil. Keluarga diajarkan cara menilai tonus dan perdarahan rahim serta melakukan pemijatan bila perlu.
Sistem reproduksi pria terdiri dari organ eksternal seperti penis dan skrotum, serta organ internal seperti testis, epididimis, vas deferens, kelenjar prostat, dan uretra. Testis bertanggung jawab untuk memproduksi sperma, sedangkan organ lainnya membantu transportasi dan pematangan sperma.
Keperawatan maternitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita, pasangan, dan keluarga selama masa kehamilan, persalinan, nifas, dan setelah melahirkan hingga 3 bulan, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan fisik dan psikososial untuk membantu dalam adaptasi.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, alasan pentingnya, prinsip, cara melakukan, jenis, dan hambatan pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang merupakan proses pelimpahan kewenangan dan tanggung jawab kepada bawahan untuk melaksanakan tugas tertentu guna mencapai tujuan organisasi secara lebih efisien dan mengembangkan kompetensi karyawan. Terdapat dua jenis pendelegasian yaitu pen
Negosiasi adalah pendekatan kompromi untuk menyelesaikan konflik dengan mengakomodasi perbedaan antara pihak-pihak terkait. Terdapat dua tipe negosiasi, yaitu setiap pihak mendapat kemenangan dan hanya satu pihak yang menang. Langkah penting sebelum negosiasi adalah mengumpulkan informasi, menentukan tujuan, dan mempersiapkan alternatif. Selama negosiasi, penting untuk mendeng
Manajemen konflik melibatkan identifikasi penyebab dan jenis konflik serta upaya penanganannya untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif melalui komunikasi terbuka dan tanggung jawab bersama dalam penyelesaian perbedaan. Konflik dapat diselesaikan dengan berbagai cara seperti musyawarah, konfrontasi, atau bekerjasama untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi semua pihak.
Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar manajemen dan manajemen keperawatan. Secara ringkas, manajemen keperawatan adalah proses bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk memberikan pelayanan keperawatan dan pengobatan kepada pasien secara efektif. Proses manajemen keperawatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf, pengarahan, dan pengendalian. Tujuannya adalah menyelenggarak
Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan fungsi ginjal dan sistem urinaria. Ginjal berbentuk kacang merah dan terletak di belakang peritoneum. Satuan fungsional ginjal adalah nefron yang terdiri atas glomerulus, tubulus proksimal, loop of Henle, tubulus distal dan duktus koligentes. Ginjal berfungsi untuk mengatur homeostasis cairan tubuh, tekanan darah, dan memproduksi urine dengan proses filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
Dokumen tersebut membahas tentang luka bakar, yang merupakan kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Terdapat penjelasan mengenai anatomi kulit dan fisiologi luka bakar beserta derajatnya. Juga dibahas mengenai patofisiologi, pemeriksaan, rumus perhitungan luas luka bakar dan resusitasi cairan untuk penanganan luka bakar.
Dokumen tersebut merupakan daftar 58 langkah asuhan persalinan normal yang mencakup tahapan sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Langkah-langkah tersebut meliputi pengenalan gejala persalinan kala dua, persiapan peralatan dan obat, pemantauan pembukaan dan keadaan janin, bimbingan meneran, pertolongan kelahiran bayi, penanganan bayi baru lahir, penatalaksanaan persalinan kala tiga termas
Dokumen tersebut merupakan pedoman 58 langkah asuhan persalinan normal yang meliputi tahap persiapan, tahap aktif, tahap transisi, tahap kelahiran bayi dan plasenta, serta tahap pasca persalinan. Langkah-langkah tersebut mencakup pemeriksaan ibu hamil, persiapan peralatan, pemantauan proses persalinan, bantuan kelahiran, penanganan bayi dan ibu pasca persalinan, serta dekontaminasi
Dokumen tersebut merangkum 58 langkah asuhan persalinan normal (APN) yang meliputi: (1) mengenali gejala dan tanda kala dua, (2) menyiapkan pertolongan persalinan, (3) memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik, (4) mempersiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran, (5) mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi, (6) persiapan pertolong
Persalinan Kala 2
Kala II merupakan fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi lahir. Pada kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai instruksi penolong persalinan, yaitu mengejan bersamaan dengan kontraksi uterus. Proses fase ini normalnya berlangsung maksimal 2 jam pada primipara, dan maksimal 1 jam pada multipara.
Pada lama persalinan kala II pada primigravida memiliki rata-rata waktu 21 menit (0,35 jam), sedangkan pada multigravida memiliki rata-rata waktu 11 menit (0,18 jam).
Dokumen tersebut merupakan Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang Perlindungan, Promosi, dan Pendukung Pemberian ASI di Rumah Sakit. SPO ini menjelaskan tentang tujuan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI, kebijakan mendukung ASI seperti pelatihan petugas dan dukungan kelompok, serta prosedur teknik menyusui yang benar dan cara memerah ASI.
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013chantieq
Dokumen tersebut merupakan ringkasan 58 langkah asuhan persalinan normal (APN) yang mencakup tahapan persiapan, proses persalinan, penanganan bayi baru lahir, dan penatalaksanaan pascapersalinan. Langkah-langkah tersebut diambil dari pedoman pelatihan klinik APN yang diterbitkan Departemen Kesehatan RI tahun 2008.
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasintan kurniawati
Dokumen tersebut membahas tentang asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas. Dokumen ini menjelaskan standar pelayanan untuk bayi baru lahir dan neonatus, termasuk pencegahan infeksi, pemberian ASI, imunisasi, dan penimbangan berkala untuk memantau pertumbuhan bayi.
1. Dokumen tersebut membahas tentang patofisiologi diare, yang terjadi akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang merusak sel-sel usus dan mengganggu absorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini menyebabkan peningkatan cairan di usus dan diare.
2. Jika diare berkepanjangan dapat menyebabkan dehidrasi berat, asidosis metabolik, dan gangguan sirkulasi darah sehingga menimbulkan resiko syok.
3. T
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan pada Anak Todler dengan DiareFransiska Oktafiani
Diare merupakan masalah kesehatan umum di Indonesia, terutama di provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon. Dokumen ini membahas asuhan keperawatan pada anak toddler dengan diare, meliputi pengkajian gejala klinis, diagnosa, dan intervensi seperti pemantauan cairan dan elektrolit, manajemen nyeri, dan edukasi orang tua.
Dokumen tersebut membahas sejarah pengembangan obat herbal di Indonesia sejak zaman dahulu hingga saat ini. Pengembangan obat herbal di Indonesia dipengaruhi oleh budaya Hindu, Buddha, Islam, dan Tiongkok sejak ribuan tahun lalu. Pada abad ke-15 dan 16, istilah "Jampoe" mulai digunakan untuk menyebut pengobatan dengan ramuan herbal. Saat ini, pendidikan herbal dikembangkan lebih lanjut di berbagai perg
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai prosedur diagnostik invasif dan intervensi non bedah di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Mencakup penjelasan tentang kateterisasi jantung, angioplasti, pemasangan alat bantu jantung, dan prosedur lainnya beserta persiapan, teknik, dan perawatan pasca tindakan.
Dokumen tersebut membahas tentang defibrilasi dan obat-obat yang digunakan untuk menangani aritmia ventrikel seperti fibrilasi ventrikel dan takikardia ventrikel. Defibrilasi dilakukan untuk menghentikan fibrilasi dan takikardia ventrikel dengan dosis 360 Joule. Selain itu, dokumen ini juga menjelaskan algoritma dan obat-obat seperti epinefrin, lidokain, bretylium, dan magnesium sulfat yang digunakan untuk menangani kon
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit jantung koroner dan sindrom koroner akut, mulai dari patofisiologi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya.
This document provides instructions for performing defibrillation to treat cardiac fibrillation. It describes the defibrillator equipment including the monitoring screen, connecting leads, electrodes, and energy setting panels. It outlines the technique for defibrillation including turning on the defibrillator, applying pads and gel to the chest, positioning the pads in anterolateral locations on the chest, setting the appropriate energy level, charging and discharging the defibrillator, and assessing the patient after each attempt. The goal is to provide safe and effective treatment to restore a normal heart rhythm through defibrillation.
Ada tiga jenis ambulans, yaitu ambulans darat (mobil dan kereta api), ambulans udara (helikopter dan pesawat terbang), dan ambulans air. Ambulans darat digunakan untuk evakuasi darurat ke rumah sakit dan memiliki peralatan medis darurat serta petugas medis. Ambulans udara berupa helikopter atau pesawat terbang untuk memindahkan pasien dengan cepat, sementara ambulans air digunakan untuk wilayah tertentu.
Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau Resusitasi Jantung Paru-paruFransiska Oktafiani
Dokumen tersebut membahas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung. Ia menjelaskan penyebab, diagnosa, dan tindakan awal yang harus dilakukan yaitu A-B-C-D (Airway, Breathing, Circulation, Defibrillation) serta tindakan selanjutnya seperti intubasi, akses IV, pemberian obat, dan kapan BHD dihentikan.
Dokumen tersebut membahas proses keperawatan jiwa, meliputi pengertian, tujuan, ciri-ciri, manfaat, dan tahapan-tahapannya. Proses keperawatan jiwa merupakan metode sistematis untuk memenuhi kebutuhan klien dan mencapai kondisi optimal secara biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Karya tulis ilmiah merupakan tulisan hasil penelitian, tinjauan, atau pemikiran sistematis yang ditulis secara ilmiah. Karya tulis ilmiah bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memberikan penjelasan, ramalan, dan kontrol terhadap suatu topik. Jenis karya tulis ilmiah antara lain makalah, monografi, jurnal ilmiah, buku ilmiah, dan prosiding. Karya tulis ilmiah
Dokumen ini membahas tentang penyelenggaraan penyegaran kader di desa Argasunya. Terdapat rapat persiapan di puskesmas, kunjungan ke kepala desa untuk meminta izin, pelaksanaan penyegaran selama 2 hari di balai desa yang mencakup tes dan pemberian materi pelatihan. Penyegaran bertujuan meningkatkan kinerja kader agar partisipasi masyarakat pada pemeriksaan kesehatan mingguan meningkat.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
3. KEGIATAN
I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua:
• Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
• Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan/atau vaginanya
• Perineum menonjol
• Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
4. II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul
oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik
steril sekali pakai di dalam partus set
3. Mengenakan barak short yang bersih
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di
bawah siku, mencuci kedua tangan dgn sabun dan
air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dgn handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih
5. 5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril
untuk semua pemeriksaan dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung
suntik (dgn memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat
tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung
suntik)
6. III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN
BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati-hati dari depan ke belakang dgn menggunakan kapas
atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, membersihkannya dgn seksama dgn cara
menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau
kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.
Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dgn benar di dalam larutan
dekontaminasi, langkah # 9).
7. 8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9. Mendekontaminasi sarung tangan dgn cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
(seperti di atas).
8. 10. Memeriksa Denyut Jantung Janin
(DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ
dalam batas normal ( 100 – 180
kali / menit ). Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak
normal. Mendokumentasikan
hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian
serta asuhan lainnya pada
partograf.
9. IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK
MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN
11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan
keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi
yang nyaman sesuai keinginannya. Menunggu hingga ibu
mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin
sesuai dgn pedoman persalinan aktif dan
mendokumentasikan temuan-temuan. Menjelaskan
kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu
mulai meneran.
10. 12. Meminta bantuan
keluarga untuk menyiapkan
posisi ibu untuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu
ibu dalam posisi setengah
duduk dan pastikan ia
merasa nyaman).
11. 13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu
mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu
mempunyai keinganan untuk meneran
Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk meneran. Membantu ibu mengambil posisi
yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu
berbaring terlentang).
• Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara
kontraksi.
• Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
12. • Menganjurkan asupan cairan per oral.
• Menilai DJJ setiap lima menit.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2
jam) meneran untuk ibu primipara atau
60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk
segera.
• Ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran:
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok
atau mengambil posisi yang aman.
13. • Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit :
menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada
puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat di antara kontraksi.
• Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum
akan terjadi segera setelah 60 menit meneran,
merujuk ibu dgn segera.
14. V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan
diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di
atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian,
di bawah bokong ibu.
16. Membuka partus set.
17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada
kedua tangan.
15. VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI
Lahirnya kepala
18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
kain tadi, letakkan tangan yang lain di kepala bayi dan
lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat
pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-
lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-
lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. Jika ada
mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut
dan hidung setelah kepala lahir menggunakan
penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
16. 19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung
bayi dengan kain atau kasa yang bersih.
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil
tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi
: Jika tali pusat melilit leher janin dgn longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali
pusat melilit leher bayi dgn erat, mengklemnya di
dua tempat dan memotongnya.
21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran
paksi luar secara spontan.
17. Lahir bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar,
tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi
muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut
menariknya ke arah bawah dan kearah keluar
hingga bahu anterior muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke
arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan
bahu posterior.
18. Lahir badan dan tungkai
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan
tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian
bawah ke arah perineum tangan, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan
tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh
bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan
anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
19. 24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan
tangan yang ada di atas (anterior) dari
punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat panggung dari kaki lahir.
Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
20. VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi
di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih
rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek,
meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan).
26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan
badan bayi kecuali bagian pusat.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai
dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm
dari klem pertama (ke arah ibu).
21. 28. Memegang tali pusat dgn satu tangan,
melindungi bayi dari gunting dan memotong tali
pusat di antara dua klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dgn kain atau selimut yang
bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi
mengalami kesulitan bernapas, mengambil
tindakan yang sesuai.
30. Memberikan bayi kepada ibunya dan
menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan
memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
22. VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
Oksitosin
31. Meletakkan kain yang bersih dan kering.
Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi
kedua.
32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan
disuntik.
33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi,
memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
23. Penegangan tali pusat terkendali
34. Memindahkan klem pada tali pusat
35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di
perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan
menggunakan tangan ini untuk melakukan
palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus.
Memegang tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
24. 36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian
melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat
dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dgn cara menekan uterus ke
arah atas dan belakang (dorso kranial) dgn hati-hati
untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri.
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,
menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau
seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan
puting susu.
25. Mengeluarkan plasenta
37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk
meneran sambil menarik tali pusat ke arah
bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti
kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan
berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.
26. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan
penegangan tali pusat selama 15 menit :
• Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.
• Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi
kandung kemih dengan menggunakan teknik
aseptik jika perlu.
• Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
• Mengulangi penegangan tali pusat selama 15
menit berikutnya.
• Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam
waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
27. 38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina,
melanjutkan kelahiran plasenta dgn
menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta
dgn dua tangan scr hati-hati memutar plasenta
hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut
perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung
tangan steril untuk memeriksa vagina dan serviks.
Gunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps
steril untuk melepaskan bagian selaput yang
tertinggal.
28. Pemijatan Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban
lahir, melakukan masase uterus, meletakkan
telapak tangan di fundus dan melakukan
masase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
menjadi keras).
29. VIII. MENILAI PERDARAHAN
40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang
menempel ke ibu maupun janin dan selaput
ketuban untuk memastikan bahwa selaput
ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta
di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Jika uterus tidak berkontraksi setelah
melakukan masase selama 15 detik mengambil
tindakan yang sesuai.
41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang
mengalami perdarahan aktif.
30. IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi
dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan
vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung
tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua
tangan yang masih bersarung tangan tersebut dgn air
disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dgn kain
yang bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi
atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi
dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm
dari pusat.
31. 45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat
yang berseberangan dengan simpul mati yang
pertama.
46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya
ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi
bagian kepalanya. Memastikan handuk atau
kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian
ASI.
32. EVALUASI
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan
perdarahan pervaginam : 2-3 kali dalam 15 menit
pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit pada 1
jam pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit
pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. Jika
ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan
menggunakan teknik yang sesuai.
33. 50. Mengajarkan pada ibu/klg bgmn melakukan
masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi & kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam
pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan. Memeriksa
temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama
dua jam pertama pasca persalinan. Melakukan
tindakan yg sesuai untuk temuan abnormal.
34. Kebersihan dan keamanan
53. Menempatkan semua peralatan di dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi
ke dalam tempat sampah yang sesuai.
55. Membersihkan ibu dgn menggunakan air
disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
35. 56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu
memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk
memberikan ibu minuman dan makanan yang
diinginkan.
57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk
melahirkan dgn larutan klorin 0,5% dan membilas
dgn air bersih.
58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke
luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
59. Mencuci kedua tangan dgn sabun dan air
mengalir.