2. Definisi
Pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai
berat 1.000 gram (ensiklopedia indonesia)
pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin
kurang dari 500 gram
suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk
bertumbuh (Kapita Seleksi Kedokteran, Edisi 3, halaman 260)
3. Klasifikasi
A. Berdasrkan penyebabnya
1. Abortus spontan
terjadi dengan sendirinya dan tanpa disengaja
2. Abortus provokatus (induksi abortus)
abortus yang disengaja tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-
obatan maupun dengan alat-alat
4. Cont””””””
B. Berdasarkan legalitas
1. Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
dengan indikasi medis, perlu persetujuan 2-3 dokter ahli
2. Abortus kriminalis
tindakan melanggar hukum dan tidak berdasrkan indikasi medis
6. 1. Abortus membakat (imminens)
- Tingkat permulaan
- Trerjadi perdarahan pervaginam
- Ostium uteri masih tertutup
- Hasil konsepsi masih baik dalam kandungan
Keluarnya fetus masih bisa di cegah dengan memberikan obat-obat hormonal
dan antispasmodika serta istirahat
7. 2. Abortus insipiens
abortus yang sedang berlangsung dan mengancam dimana serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, ketuban yang
teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri,
kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi.
Terapi seperti abortus inkomplit
8. 3. Abortus inkomplit
(keguguran yang tersisa)
- Sebagian hasil konsepsi di keluarkan dan sebagin
tersisa di dalam
- Yang tertinggal adalah desidua atau plasenta
10. 5. Abortus habitualis
(keguguran berulang)
• Terjadi abortus 3 kali berturut-turut atau lebih
Menurut HERTIG abortus spontan terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan
abortus habitualis3,6-9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah
mengalami 2 abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan
berikutnya berjalan normal, hanya sekitar 16 %.
11. 6. Abortus infeksiosa dan abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital
Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran
kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau peritonium
12. 7. Missed abortion
• fetus atau embrio telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu,
• akan tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6
minggu atau lebih.
• Fetus yang meninggal ini bisa keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah
fetus mati,
• bisa diresorbsi kembali sehingga hilang,
• bisa terjadi mengering dan menipis yang disebut fetus papyraceus, atau
• bisa jadi mola karnosa dimana fetus yang sudah mati 1 minggu akan mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
13. ETIOLOGI
1. Kelainan pada zigot
2. Ganggan fungsi endomertrium yang menyebabkan gangguan nidasi dan
pertumbuhan janin
faktor- faktor :
a. kelainan hormonal
b. Gangguan nutrisi
c. Penyakit infeksi
d. Kelainan imonologik
e. faktor psikologis
14. ETIOLOGI cont,,,
3. Kelainan anatomik pada uterus yang dapat menghalangi
berkembangnya janin didalamnya dengan sempurna.
15. Manifestasi klinis
1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik :Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
16. Cont,,,
5. Pemeriksaaan genekologi
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
18. Pemeriksaan penunjang
• Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah
abortus
• Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
• Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
20. 1. Abortus Iminens
• Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
• Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat
jam bila pasien panas
• Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan
USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
• Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik
misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
• Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
• Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi
terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
21. 2. Abortus insipiens
• Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan
selama 36 jam dengan diberikan morfin
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani
dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul
dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose
5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai
terjadi abortus komplit
22. 3. Abortus inkomplit
• Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau
ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
• Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran
plasenta secara manual.
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
23. 4. Abortus komplit
• Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
• Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi
darah
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
• Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
24. 5. Missed abortion
• Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan
kuret tajam
• Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika
mengeluarkan konsepsi
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama
12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam
dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus.
Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah
pasien istirahat satu hari.
• Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam
20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
25. 6. Abortus septik
• Penanggulangan infeksi :
- Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah
kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
- Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah
metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
- Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin
dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
• Tingkatkan asupan cairan
• Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
• Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi
perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
26. Komplikasi
• Perforasi Dalam .
• Luka pada serviks uteri
• Pelekatan pada kavum uteri
• Perdarahan.
• Infeksi.
• Lain-lain
27. Diagonosa keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.
• Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan aktif pervaginam.
• Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan penurunan
sirkulasi.