SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN
Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia
Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NIM : 151040157
Kelompok : B2
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
I. ACARA III PENGENALAN PESTISIDA NABATI DAN PESTISIDA KIMIA
II. TUJUAN
1. Membuat pestisida nabati dari daun mimba
2. Mengenal beberapa jenis pestisida berdasarkan nama dagang, formulasi, nama
bahan aktif, dan hama sasaran.
3. Mengenal beberapa alat dan perlengkapan untuk pengendalian hama
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan
lain yang bersifat racun dan bioaktif. Oleh sebab sifatnya sebagai racun pestisida
dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman
(OPT). Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act,
pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah
gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan,
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman
(Kardinan, 2000).
a. Pestisida Nabati
Pestisida nabati disebut juga pestisida hayati atau bio-pestisida. Pestisida
nabati adalah pestisida yang dibuat dari bagian tanaman dengan tujuan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Beberapa kelebihan
pestisida nabati menurut Harjono (1999), daya kerjanya selektif, residu cepat terurai
dan tidak beracun, tidak menimbulkan pencemaran air, tanah, udara dan tanaman,
serangga-serangga berguna/predator tidak ikut musnah, tidak menimbulkan
kekebalan serangga, murah dan mudah di dapat.
Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (singleactive
ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active ingredient). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida nabati cukup efektif
terhadap beberapa jenis hama, baik hama di lapangan, rumah tangga (nyamuk dan
lalat), maupun di gudang (Kardinan dan Iskandar, 1999).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah
daun mimba. Berikut merupakan klasifikasi mimba sebagai berikut (Heyne, 1987)
Divisio : Spermatophyta
Class : Dikotiledonae
Sub class : Angiospermae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Species : Azadirachta indica A.Juss
Terdapat tiga spesies mimba yaitu A. indica, A. siamensis, dan A. excelsa.
Spesies pertama tumbuh di Asia Selatan, termasuk Indonesia. Dua spesies lainnya
tumbuh di Thailand (Soeseno, 1993).
Mimba mengandung bahan aktif azadirachtin (C35H44O16), meliantriol,
salanin, nimbin, nimbidin dan bahan lainnya (Utami, 1999). Azadirachtin
mengandung sekitar 17 komponen dan terdapat di semua bagian tanaman, terutama
biji (Kardinan, 2000). Senyawa azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak),
zat anti feedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat
pertumbuhan (Nurtiati, dkk, 2001).
Dari beberapa pengujian di laboratorium diketahui bahwa ekstrak tanaman
mimba bersifat toksik terhadap siput air Biomphalaria glabarata, siput ini
merupakan inang cacing parasit penyebab schistosomiasis (bilharzia). Ekstrak buah
mimba mampu mematikan hingga 100% siput Melania scabra, siput ini banyak
ditemukan di Asia Timur, merupakan vektor penyakit cacing hati (Gopalsamy,1990)
Kematian hama akibat dari penggunaan mimba terjadi pada proses
metamorfosis. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh
terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit,
hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan dan komunikasi
seksual, penurunan daya tetas telur, menghambat pembentukan kitin dan sebagai
pemandul (Kardinan, 2004).
b. Pestisida Kimia
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Herwanto, 1998).
Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran
disebut bahan aktif. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif
dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat
menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus
digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan
interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi
tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga
menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam
banyak macam formulasi, sebagai berikut (Djojosumarto, 2008)
1. Formulasi Padat
a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan aktivitas bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang
jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP
dengan cara disemprotkan.
b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika
dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara
disemprotkan. Universitas Sumatera Utara
c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm.
Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan
(baik secara manual maupun dengan mesin penabur).
d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi
penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih
dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam
air dan digunakan dengan cara disemprotkan bedanya, jika dicampur dengan
air, SG akan membentuk larutan sempurna.
f. Tepung hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan
air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi
bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
2. Formulasi Cair
a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan
sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak,
konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP,
formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat
ini.
b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan
EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat
Universitas Sumatera Utara ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air.
Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang
memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk
ini digunakan dengan cara disemprotkan.
d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair
ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara
disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar.
Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
IV. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia dilaksanakan
pada tanggal 29 Mei 2017. Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas
Pertanian di P.02.03. Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa blender,
saringan, toples kecil 4 buah, pinset, gelas ukur 100 ml, gelas ukur plastic 1000 ml
timbangan dan handsprayer. Sedangkan bahan yang gunakan diantaranya, ulat
hongkong, daun mimba, aquades, Decis 2 EC dan Matador 25 EC.
Cara pembuatan pestisida dengan mimba dilakukan dengan cara mengukur
daun mimba sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam blender.
Menambahkan air sebanyak 1 liter kemudian memblendernya. Setelah selesai maka
menyaring daun mimba dan larutannya dimasukkan ke dalam handsprayer.
Sedangkan untuk membuat pestisida kimia Matador dilakukan dengan mengukur 2
ml air dan dicampurkan ke dalam air 1 liter, begitupun juga dengan Decis. Setelah
pestisida terbentuk semua maka 10 ulat hongkong dipilih dan diletakkan kedalam
toples kecil. Masing-masing toples diberi 10 ulat hongkong untuk disemprotkan
control dari aquades, pestisida mimba, pestisida Matador dan Decis. Memberi label
pada masing-masing toples agar perlakuan tidak tertukar satu dnegan yang lainnya.
Setelah itu mengamati berapa ulat hongkong yang mati setiap harinya selama 7 hari
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis pestisida kimia
Berikut ini merupakan jenis-jenis pestisida kimia yang digunakan sebagai
pengenalan pestisida kimia. Pestisida ini kemudian akan diaplikasikan dalam
pengendalian ulat hongkong.
a. Decis 25 EC
Nama dagang :Decis 25 EC
Nama bahan aktif :deltametrin 25 g/l
Formulasi :25 EC
Sifat racun :insectisida racun kontak dan langsung
Nomor izin :RI.387/11-2002/T
Hama sasaran :Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Sitophilus
zeamays, Thrips sp. kutu daun, lalat buah dan lain
sebagainya.
b. Matador 25 EC
Nama dagang :Matador 25 EC
Nama bahan aktif :lamda sihalotrin 25g/l
Formulasi :25 EC
Sifat racun :insektisida racun kontak dan lambung
Nomor pendaftaran :RI.0101011984716
Hama sasaran :Spodoptera exigua, Oxya chinensis, kutu daun,
penggerek polong dan lain sebagainya.
Berikut adalah hasil pengamatan pada ulat hongkong dengan penyemprotan
menggunakan kontrol (aquades), pestisida nabati mimba, pestisida kimia decis 25
EC dan matador 25 EC
Perlakuan
Pengamataan hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
Control 1
Control 2
Control 3
Control 4
2
3
0
0
4
7
1
0
-
0
0
9
5
- -
2
0
0
1
Mimba 1
Mimba 2
Mimba 3
Mimba 4
5
7
0
0
3
3
2
0
-
1
0
1
2
- -
0
0
0
2
Decis 25 EC 1
Decis 25 EC 2
Decis 25 EC 3
Decis 25 EC 4
7
10
0
0
2
0
0
0
-
0
6
0
9
- -
1
0
2
0
Matador 25 EC 1
Matador 25 EC 2
Matador 25 EC 3
Matador 25 EC 4
9
10
10
9
1
0
0
1
- 0 - - 0
Pestisida nabati meruapakan jenis pestisida yang dibuat dengan
memanfaatkan bahan alam seperti tanaman yang memilki bau yang khas yang tidak
disukai oleh hama. Pestisida nabati akan dirasa lebih aman digunakan sebagai
pengendalian hama karena tidak akan mencemari lingkungan. Dalam praktikum ini
digunakan daun mimba sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan populasi ulat
hongkong. Sedangkan penggunaan aquades digunakan sebagai control untuk
mengetahui keefektifan dari penggunaan pestisida nabati mimba. Selain itu
digunakan decis 25 EC dan matador 25 EC sebagai penggunaan dari pestisida kimia.
Pestisida daun mimba merupakan pestisida nabati yang memiliki bahan aktif
azadirachtin. Bahan aktif ini berfungsi sebagai racun sistemik, maupun racun
kontak. Ketika pestisida nabati dari daun mimba ini disemprotkan pada ulat
hongkonng maka racun akan menghambat pertumbuhan dari ulat hongkong
tersebut. Kerja dari pestisida mimba ini bekerja secara sistemik maupun racun
kontak yang nantinya bahan aktif yang ada pada daun mimba akan mengenai ulat
hongkong dan masuk ke dalam tubuh ulat hongkong. Akan tetapi para praktikum ini
kecepatan pestisida daun mimba mematikan secara perlahan-lahan. Efek yang
ditimbulkan pertama dari pestisida nabati ini ulat hongkong akan pingsan dapat akan
hidup kembai pada hari berikutnya. Namun dilihat pula bahwa pestisida ini juga
mampu langsung bekerja secara efektif membunuh ulat hongkong yang nantinya
tubuh ulat ini akan berwarna kehitaman dan pertumbuhannya akan terhambat akibat
kerja dari bahan aktif azadirachtin.
Pada perlakuan dengan menggunakan decis 25 EC dan matador banyak ulat
hongkong yang telah mati akibat penyemprotan dengan pestisida kimia tersebut.
Penggunaan pestisida kimia ini memiliki kecepatan mematikan ulat hongkong
dengan cepat. Dengan bahan aktif deltametrin oleh decis 25 EC dan lamda sihalotrin
oleh matador 25 EC sangat efektif menyerang ulat hongkong secara sitemik dan
merusak pambung pada hama ulat hongkong. Karena pada dasarnya kedua pestisida
kimia ini merupakan insectisida racun kontak dan lambung langsung bekerja secara
efektif mengenai ulat ini dan mengakibatkan ulat seperti terbakar dengan warn
kehitaman. Pada percobaan ini matador 25 EC memiliki kecepatan mematikan hama
lebih cepat, dapat dibuktikan pada tabel di atas bahwa pada hari pertama
penyemprotan sebagian besar ulat hongkong langsung mati, sedangkan pada decis
25 EC lebih efektif mematikan hama dibandingkan dengan pestisida mimba dan
perlakuan control.
Pada perlakuan digunakan dengan menggunakan aquadest untuk
membandingkan kecepatan kematian ulat hongkong dengan yang lainnya. Dapat
dilihat bahwa pada perlakuan control juga banyak ulat hongkong yang mengalami
kematian. Banyaknya ulat hongkong yang mati dimungkinkan karena banyaknya air
yang disemprotkan. Sehingga menyebabkan ulat hongkong akan terendam oleh air
dan menyebabkan air akan masuk ke tubuh ulat dan mengganggu pernafasan pada
ulat hongkong. Pada perlakuan control ini, aquadest tidak mengandung zat yang
dirasa berbahaya sehingga kematian ulat hongkong pada aquadest hanya dirasa
karena banyaknya air yang disemprotkan pada ualt hongkong.
Maka dapat diketahui bahwa kecepatan aplikasi penggunaan pestisida di atas
lebih efektif dimulai dari matador 25 EC, decis 25 EC daun mimba dan aquadest.
Pestisida kimia memiliki kemampuan mematikan dengan cepat dikarenakan
mengandung racun yang kerjanya sangat cepat masuk kedalam lambung ulat
hongkong. Namun, penggunaan pestisida kimia ini dirasa kurang aman digunakan
karena racun yang dikandungnya itu juga berbahaya bagi pekerjanya. Sedangkan
pestisida nabati daun mimba kurang cepat mematikan ulat hongkong karena kerja
dari pestisida nabati daun mimba ini hanya menghambat pada pertumbuhannya,
pembentukan menjadi serangga, daya makan maupun reproduksinya. Walaupun
pestisida nabati ini lambat bereaksi akan tetapi secara pengaplikasiannya dapat
dimanfaatkan sebagai pengendalian ulat hongkong.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam
mengaplikasian penggunaan pestisida urutan kecepatan dalam mematikan ulat
hongkong adalah sebagai berikut, matador 25 EC, decis 25 EC, pestisida nabati
daun mimba dan control (menggunakan aquadest). Pestisida kimia matador dirasa
sangat efektif dalam mengendalikan hama ulat hongkong dibandingkan dengan
pestisida nabati, karena racun yang dikandungnya yang memilki bahan aktif lamda
sihalotrin sangat bekerja secara cepat menyerang lambunghama ulat hongkong.
Begitupun juga dengan decis. Sedangkan pestisida nabati daun mimba memiliki
kecepatan agak lambat dalam mengendalikan ulat hongkong karena kerjanya hanya
menghambat dari pertumbuhan ulat hongkong, daya makan, daya reproduksi
maupun membentuk serangga. Akan tetapi pestisida nabati daun mimba lebih aman
diunakan dibandingkan pestisida kimia matador 25 EC dan decis 25 EC untuk
mengendalikan hama ulat hongkong.
DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Gopalsamy, N., J. Gueho, H.R. Jullien, A.W. Owadally, and K. Hostettmann. 1990.
Moluscicidal Saponins of Polyscias dichroostachya. Phytochemistry. 29 (3).
Harjono, I. 1999. Sistem Pertanian Organic. Penerbit Aneka Solo.
Herwanto, Totok. 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit
Tanaman. Bandung:Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (De Nutingge Planten van Indonesie).
Jakarta: Balitbang Kehutanan Dephut RI.
Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999. Potensi Tephrosia vogelii sebagai insektisida
nabati. Prosiding Seminar Nasional Entomologi, Perhimpunan Entomologi
Indonesia 1: 207-217
Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta
Kardinan, Agus, 2002, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Nurtiati, Hamidah, dan T. Widya. 2001. Pemanfaatan bioinsektisida ekstrak daun
Azadirachta indica A. Juss. sebagai pengendali hayati ulat daun kubis Plutella
xyclostella. Jurnal MIPA. 6 (1).
Soeseno, S. 1993. Mimba tanaman obat yang bersifat toksik. Trubus. 279 (XXIV)
Utami, K. P. 1999. Pestisida nabati perangi hama penyakit. Trubus. 358 (XXX).

More Related Content

What's hot

TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANRepository Ipb
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaWarnet Raha
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanabdul gonde
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...Moh Masnur
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandafahmiganteng
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camfahmiganteng
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanFirlita Nurul Kharisma
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMANovia Dwi
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihTidar University
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihUnhy Doel
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanperdos5 cuy
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atauSyarif Udin
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisfahmiganteng
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihTidar University
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihNur Haida
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaSeptian Muna Barakati
 
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...Moh Masnur
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN Repository Ipb
 

What's hot (20)

TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATANTEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
TEKNIK PERSILANGA,N BUATAN
 
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannyaMakalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
Makalah pengendalian gulma dengan pemanfaatannya
 
Penyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan AirPenyerapan dan Pengangkutan Air
Penyerapan dan Pengangkutan Air
 
Laporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutanLaporan inventarisasi hutan
Laporan inventarisasi hutan
 
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunanMakalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
Makalah_68 praktikum 10 opt tanaman perkebunan
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tandaLaporan praktikum dpt hama dan tanda
Laporan praktikum dpt hama dan tanda
 
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan camLaporan praktikum c3, c4 dan cam
Laporan praktikum c3, c4 dan cam
 
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahanLaporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
Laporan pengaruh alelopati terhadap perkecambahan
 
IDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMAIDENTIFIKASI GULMA
IDENTIFIKASI GULMA
 
Laporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benihLaporan praktikum kemurnian benih
Laporan praktikum kemurnian benih
 
Vigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benihVigor dan viabilitas benih
Vigor dan viabilitas benih
 
Acara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanamanAcara iv pemeliharaan tanaman
Acara iv pemeliharaan tanaman
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
 
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesisLaporan praktikum fotosintesis fotosintesis
Laporan praktikum fotosintesis fotosintesis
 
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benihLaporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
Laporan praktikum pengujian daya tumbuh benih
 
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan BenihStruktur dan Tipe Perkecambahan Benih
Struktur dan Tipe Perkecambahan Benih
 
Makalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten munaMakalah jambu mete di kabupaten muna
Makalah jambu mete di kabupaten muna
 
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
Kajian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Kopi (Coffea sp.) serta Cara Peng...
 
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
KEBIJAKAN PERLINDUNGAN TANAMAN
 

Similar to Pengenalan pestisida nabati dan kimia

04. bab ii nailul husni
04. bab ii nailul husni04. bab ii nailul husni
04. bab ii nailul husniNailul Husni
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPy Bayu
 
Pengertian pestisida
Pengertian pestisidaPengertian pestisida
Pengertian pestisidaCici Indra
 
MATERI ACARA 4-A5.docx
MATERI ACARA 4-A5.docxMATERI ACARA 4-A5.docx
MATERI ACARA 4-A5.docxarskafbr
 
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptx
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptxPestisida Nabati Daun Kemangi.pptx
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptxdyaharum14
 
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DAS
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DASKimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DAS
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DASSusantri Susantri
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatiEla Afellay
 
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakershahasan
 
Insektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaInsektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaNurma Fauzaniar
 
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae  - Kartiawati AlipinThe Power of Zingiberaceae  - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipinikabiounpad
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitIrpandi Uciha
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaNike Triwahyuningsih
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiMuhammad Saifuddin
 
53 101-1-sm
53 101-1-sm53 101-1-sm
53 101-1-smqheqhe96
 
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokTumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokWahono Syahida
 

Similar to Pengenalan pestisida nabati dan kimia (20)

04. bab ii nailul husni
04. bab ii nailul husni04. bab ii nailul husni
04. bab ii nailul husni
 
Laporan pestisda
Laporan pestisdaLaporan pestisda
Laporan pestisda
 
Pengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawiPengendalian OPT secara kimiawi
Pengendalian OPT secara kimiawi
 
Pengertian pestisida
Pengertian pestisidaPengertian pestisida
Pengertian pestisida
 
MATERI ACARA 4-A5.docx
MATERI ACARA 4-A5.docxMATERI ACARA 4-A5.docx
MATERI ACARA 4-A5.docx
 
BIOPESTISIDA
BIOPESTISIDABIOPESTISIDA
BIOPESTISIDA
 
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptx
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptxPestisida Nabati Daun Kemangi.pptx
Pestisida Nabati Daun Kemangi.pptx
 
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DAS
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DASKimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DAS
Kimia Lingkungan : Pencemaran Pestisida Terhadap DAS
 
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabatipestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
pestisida dan teknik aplikasi pest. hayati dan pest. nabati
 
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsakFormulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
Formulasi sediaan losio ekstrak etanol daun sirsak
 
Bahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptxBahaya Kimia.pptx
Bahaya Kimia.pptx
 
Insektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisidaInsektisida dan fungisida
Insektisida dan fungisida
 
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae  - Kartiawati AlipinThe Power of Zingiberaceae  - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan BiopestisidaMateri Bimtek Pembuatan Biopestisida
Materi Bimtek Pembuatan Biopestisida
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
 
53 101-1-sm
53 101-1-sm53 101-1-sm
53 101-1-sm
 
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompokTumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
Tumbuhan penghasil pestisida nabati dibagi menjadi lima kelompok
 

More from Tidar University

Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisTidar University
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifTidar University
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringTidar University
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairTidar University
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaTidar University
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaTidar University
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamTidar University
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosisTidar University
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Tidar University
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTidar University
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanTidar University
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airTidar University
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorTidar University
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiTidar University
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiTidar University
 

More from Tidar University (20)

Sop tanaman kentang
Sop tanaman kentangSop tanaman kentang
Sop tanaman kentang
 
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosisPengikatan n oleh bakteri simbiosis
Pengikatan n oleh bakteri simbiosis
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Pengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatifPengecatan bakteri secara negatif
Pengecatan bakteri secara negatif
 
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miringPenanaman bakteri pada nutrien agar miring
Penanaman bakteri pada nutrien agar miring
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Makalah dasar padi
Makalah dasar padiMakalah dasar padi
Makalah dasar padi
 
Makalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australiaMakalah bioteknologi pertanian australia
Makalah bioteknologi pertanian australia
 
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannyaKualitas plastik dan berbagai macam bahannya
Kualitas plastik dan berbagai macam bahannya
 
Gasohol be 10
Gasohol be 10Gasohol be 10
Gasohol be 10
 
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekamBudidaya mentimun menggunakan arang sekam
Budidaya mentimun menggunakan arang sekam
 
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
Bakteri pengikat n secara  non simbiosisBakteri pengikat n secara  non simbiosis
Bakteri pengikat n secara non simbiosis
 
Pengendalian gulma
Pengendalian gulmaPengendalian gulma
Pengendalian gulma
 
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
Pembibitan kelapa sawit (elaeis guineensis jacq)
 
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padiTeknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
Teknik panen dan penanganan pasca panen benih padi
 
Proposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaanProposal bidang kewirausahaan
Proposal bidang kewirausahaan
 
Laporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar airLaporan praktikum kadar air
Laporan praktikum kadar air
 
Laporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigorLaporan pengujian indeks vigor
Laporan pengujian indeks vigor
 
Laporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansiLaporan praktikum dormansi
Laporan praktikum dormansi
 
Laporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasiLaporan praktikum evapotranspirasi
Laporan praktikum evapotranspirasi
 

Recently uploaded

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasMuhamadIlham361836
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptxfurqanridha
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugasTeks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
Teks Debat Bahasa Indonesia Yang tegas dan lugas
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI RUPA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Pengenalan pestisida nabati dan kimia

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia Oleh : Nama : Inayatul Fitria Dewi NIM : 151040157 Kelompok : B2 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2017
  • 2. I. ACARA III PENGENALAN PESTISIDA NABATI DAN PESTISIDA KIMIA II. TUJUAN 1. Membuat pestisida nabati dari daun mimba 2. Mengenal beberapa jenis pestisida berdasarkan nama dagang, formulasi, nama bahan aktif, dan hama sasaran. 3. Mengenal beberapa alat dan perlengkapan untuk pengendalian hama III. TINJAUAN PUSTAKA Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan lain yang bersifat racun dan bioaktif. Oleh sebab sifatnya sebagai racun pestisida dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman (OPT). Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman (Kardinan, 2000). a. Pestisida Nabati Pestisida nabati disebut juga pestisida hayati atau bio-pestisida. Pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat dari bagian tanaman dengan tujuan untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Beberapa kelebihan pestisida nabati menurut Harjono (1999), daya kerjanya selektif, residu cepat terurai dan tidak beracun, tidak menimbulkan pencemaran air, tanah, udara dan tanaman, serangga-serangga berguna/predator tidak ikut musnah, tidak menimbulkan kekebalan serangga, murah dan mudah di dapat. Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (singleactive ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active ingredient). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida nabati cukup efektif terhadap beberapa jenis hama, baik hama di lapangan, rumah tangga (nyamuk dan lalat), maupun di gudang (Kardinan dan Iskandar, 1999). Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah daun mimba. Berikut merupakan klasifikasi mimba sebagai berikut (Heyne, 1987) Divisio : Spermatophyta Class : Dikotiledonae
  • 3. Sub class : Angiospermae Ordo : Rutales Famili : Meliaceae Genus : Azadirachta Species : Azadirachta indica A.Juss Terdapat tiga spesies mimba yaitu A. indica, A. siamensis, dan A. excelsa. Spesies pertama tumbuh di Asia Selatan, termasuk Indonesia. Dua spesies lainnya tumbuh di Thailand (Soeseno, 1993). Mimba mengandung bahan aktif azadirachtin (C35H44O16), meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin dan bahan lainnya (Utami, 1999). Azadirachtin mengandung sekitar 17 komponen dan terdapat di semua bagian tanaman, terutama biji (Kardinan, 2000). Senyawa azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak), zat anti feedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat pertumbuhan (Nurtiati, dkk, 2001). Dari beberapa pengujian di laboratorium diketahui bahwa ekstrak tanaman mimba bersifat toksik terhadap siput air Biomphalaria glabarata, siput ini merupakan inang cacing parasit penyebab schistosomiasis (bilharzia). Ekstrak buah mimba mampu mematikan hingga 100% siput Melania scabra, siput ini banyak ditemukan di Asia Timur, merupakan vektor penyakit cacing hati (Gopalsamy,1990) Kematian hama akibat dari penggunaan mimba terjadi pada proses metamorfosis. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, menghambat pembentukan kitin dan sebagai pemandul (Kardinan, 2004). b. Pestisida Kimia Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Herwanto, 1998).
  • 4. Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran disebut bahan aktif. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi, sebagai berikut (Djojosumarto, 2008) 1. Formulasi Padat a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel beberapa mikron) dengan aktivitas bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara disemprotkan. b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara disemprotkan. Universitas Sumatera Utara c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm. Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual maupun dengan mesin penabur). d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan. e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam air dan digunakan dengan cara disemprotkan bedanya, jika dicampur dengan air, SG akan membentuk larutan sempurna. f. Tepung hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
  • 5. 2. Formulasi Cair a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak, konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini. b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat Universitas Sumatera Utara ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan. c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini digunakan dengan cara disemprotkan. d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan. e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar. Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus. IV. METODE PRAKTIKUM Praktikum ini Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2017. Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas Pertanian di P.02.03. Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa blender, saringan, toples kecil 4 buah, pinset, gelas ukur 100 ml, gelas ukur plastic 1000 ml timbangan dan handsprayer. Sedangkan bahan yang gunakan diantaranya, ulat hongkong, daun mimba, aquades, Decis 2 EC dan Matador 25 EC.
  • 6. Cara pembuatan pestisida dengan mimba dilakukan dengan cara mengukur daun mimba sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam blender. Menambahkan air sebanyak 1 liter kemudian memblendernya. Setelah selesai maka menyaring daun mimba dan larutannya dimasukkan ke dalam handsprayer. Sedangkan untuk membuat pestisida kimia Matador dilakukan dengan mengukur 2 ml air dan dicampurkan ke dalam air 1 liter, begitupun juga dengan Decis. Setelah pestisida terbentuk semua maka 10 ulat hongkong dipilih dan diletakkan kedalam toples kecil. Masing-masing toples diberi 10 ulat hongkong untuk disemprotkan control dari aquades, pestisida mimba, pestisida Matador dan Decis. Memberi label pada masing-masing toples agar perlakuan tidak tertukar satu dnegan yang lainnya. Setelah itu mengamati berapa ulat hongkong yang mati setiap harinya selama 7 hari V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis pestisida kimia Berikut ini merupakan jenis-jenis pestisida kimia yang digunakan sebagai pengenalan pestisida kimia. Pestisida ini kemudian akan diaplikasikan dalam pengendalian ulat hongkong. a. Decis 25 EC Nama dagang :Decis 25 EC Nama bahan aktif :deltametrin 25 g/l Formulasi :25 EC Sifat racun :insectisida racun kontak dan langsung Nomor izin :RI.387/11-2002/T Hama sasaran :Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Sitophilus zeamays, Thrips sp. kutu daun, lalat buah dan lain sebagainya. b. Matador 25 EC Nama dagang :Matador 25 EC Nama bahan aktif :lamda sihalotrin 25g/l Formulasi :25 EC Sifat racun :insektisida racun kontak dan lambung Nomor pendaftaran :RI.0101011984716
  • 7. Hama sasaran :Spodoptera exigua, Oxya chinensis, kutu daun, penggerek polong dan lain sebagainya. Berikut adalah hasil pengamatan pada ulat hongkong dengan penyemprotan menggunakan kontrol (aquades), pestisida nabati mimba, pestisida kimia decis 25 EC dan matador 25 EC Perlakuan Pengamataan hari ke- 1 2 3 4 5 6 7 Control 1 Control 2 Control 3 Control 4 2 3 0 0 4 7 1 0 - 0 0 9 5 - - 2 0 0 1 Mimba 1 Mimba 2 Mimba 3 Mimba 4 5 7 0 0 3 3 2 0 - 1 0 1 2 - - 0 0 0 2 Decis 25 EC 1 Decis 25 EC 2 Decis 25 EC 3 Decis 25 EC 4 7 10 0 0 2 0 0 0 - 0 6 0 9 - - 1 0 2 0 Matador 25 EC 1 Matador 25 EC 2 Matador 25 EC 3 Matador 25 EC 4 9 10 10 9 1 0 0 1 - 0 - - 0 Pestisida nabati meruapakan jenis pestisida yang dibuat dengan memanfaatkan bahan alam seperti tanaman yang memilki bau yang khas yang tidak disukai oleh hama. Pestisida nabati akan dirasa lebih aman digunakan sebagai pengendalian hama karena tidak akan mencemari lingkungan. Dalam praktikum ini digunakan daun mimba sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan populasi ulat hongkong. Sedangkan penggunaan aquades digunakan sebagai control untuk
  • 8. mengetahui keefektifan dari penggunaan pestisida nabati mimba. Selain itu digunakan decis 25 EC dan matador 25 EC sebagai penggunaan dari pestisida kimia. Pestisida daun mimba merupakan pestisida nabati yang memiliki bahan aktif azadirachtin. Bahan aktif ini berfungsi sebagai racun sistemik, maupun racun kontak. Ketika pestisida nabati dari daun mimba ini disemprotkan pada ulat hongkonng maka racun akan menghambat pertumbuhan dari ulat hongkong tersebut. Kerja dari pestisida mimba ini bekerja secara sistemik maupun racun kontak yang nantinya bahan aktif yang ada pada daun mimba akan mengenai ulat hongkong dan masuk ke dalam tubuh ulat hongkong. Akan tetapi para praktikum ini kecepatan pestisida daun mimba mematikan secara perlahan-lahan. Efek yang ditimbulkan pertama dari pestisida nabati ini ulat hongkong akan pingsan dapat akan hidup kembai pada hari berikutnya. Namun dilihat pula bahwa pestisida ini juga mampu langsung bekerja secara efektif membunuh ulat hongkong yang nantinya tubuh ulat ini akan berwarna kehitaman dan pertumbuhannya akan terhambat akibat kerja dari bahan aktif azadirachtin. Pada perlakuan dengan menggunakan decis 25 EC dan matador banyak ulat hongkong yang telah mati akibat penyemprotan dengan pestisida kimia tersebut. Penggunaan pestisida kimia ini memiliki kecepatan mematikan ulat hongkong dengan cepat. Dengan bahan aktif deltametrin oleh decis 25 EC dan lamda sihalotrin oleh matador 25 EC sangat efektif menyerang ulat hongkong secara sitemik dan merusak pambung pada hama ulat hongkong. Karena pada dasarnya kedua pestisida kimia ini merupakan insectisida racun kontak dan lambung langsung bekerja secara efektif mengenai ulat ini dan mengakibatkan ulat seperti terbakar dengan warn kehitaman. Pada percobaan ini matador 25 EC memiliki kecepatan mematikan hama lebih cepat, dapat dibuktikan pada tabel di atas bahwa pada hari pertama penyemprotan sebagian besar ulat hongkong langsung mati, sedangkan pada decis 25 EC lebih efektif mematikan hama dibandingkan dengan pestisida mimba dan perlakuan control. Pada perlakuan digunakan dengan menggunakan aquadest untuk membandingkan kecepatan kematian ulat hongkong dengan yang lainnya. Dapat dilihat bahwa pada perlakuan control juga banyak ulat hongkong yang mengalami kematian. Banyaknya ulat hongkong yang mati dimungkinkan karena banyaknya air
  • 9. yang disemprotkan. Sehingga menyebabkan ulat hongkong akan terendam oleh air dan menyebabkan air akan masuk ke tubuh ulat dan mengganggu pernafasan pada ulat hongkong. Pada perlakuan control ini, aquadest tidak mengandung zat yang dirasa berbahaya sehingga kematian ulat hongkong pada aquadest hanya dirasa karena banyaknya air yang disemprotkan pada ualt hongkong. Maka dapat diketahui bahwa kecepatan aplikasi penggunaan pestisida di atas lebih efektif dimulai dari matador 25 EC, decis 25 EC daun mimba dan aquadest. Pestisida kimia memiliki kemampuan mematikan dengan cepat dikarenakan mengandung racun yang kerjanya sangat cepat masuk kedalam lambung ulat hongkong. Namun, penggunaan pestisida kimia ini dirasa kurang aman digunakan karena racun yang dikandungnya itu juga berbahaya bagi pekerjanya. Sedangkan pestisida nabati daun mimba kurang cepat mematikan ulat hongkong karena kerja dari pestisida nabati daun mimba ini hanya menghambat pada pertumbuhannya, pembentukan menjadi serangga, daya makan maupun reproduksinya. Walaupun pestisida nabati ini lambat bereaksi akan tetapi secara pengaplikasiannya dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian ulat hongkong. VI. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam mengaplikasian penggunaan pestisida urutan kecepatan dalam mematikan ulat hongkong adalah sebagai berikut, matador 25 EC, decis 25 EC, pestisida nabati daun mimba dan control (menggunakan aquadest). Pestisida kimia matador dirasa sangat efektif dalam mengendalikan hama ulat hongkong dibandingkan dengan pestisida nabati, karena racun yang dikandungnya yang memilki bahan aktif lamda sihalotrin sangat bekerja secara cepat menyerang lambunghama ulat hongkong. Begitupun juga dengan decis. Sedangkan pestisida nabati daun mimba memiliki kecepatan agak lambat dalam mengendalikan ulat hongkong karena kerjanya hanya menghambat dari pertumbuhan ulat hongkong, daya makan, daya reproduksi maupun membentuk serangga. Akan tetapi pestisida nabati daun mimba lebih aman diunakan dibandingkan pestisida kimia matador 25 EC dan decis 25 EC untuk mengendalikan hama ulat hongkong.
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Gopalsamy, N., J. Gueho, H.R. Jullien, A.W. Owadally, and K. Hostettmann. 1990. Moluscicidal Saponins of Polyscias dichroostachya. Phytochemistry. 29 (3). Harjono, I. 1999. Sistem Pertanian Organic. Penerbit Aneka Solo. Herwanto, Totok. 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman. Bandung:Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (De Nutingge Planten van Indonesie). Jakarta: Balitbang Kehutanan Dephut RI. Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999. Potensi Tephrosia vogelii sebagai insektisida nabati. Prosiding Seminar Nasional Entomologi, Perhimpunan Entomologi Indonesia 1: 207-217 Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta Kardinan, Agus, 2002, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya, Jakarta. Nurtiati, Hamidah, dan T. Widya. 2001. Pemanfaatan bioinsektisida ekstrak daun Azadirachta indica A. Juss. sebagai pengendali hayati ulat daun kubis Plutella xyclostella. Jurnal MIPA. 6 (1). Soeseno, S. 1993. Mimba tanaman obat yang bersifat toksik. Trubus. 279 (XXIV) Utami, K. P. 1999. Pestisida nabati perangi hama penyakit. Trubus. 358 (XXX).