Laporan praktikum ini membahas pengenalan pestisida nabati dan kimia. Pestisida nabati dibuat dari daun mimba dan diuji efektivitasnya melawan ulat hongkong. Pestisida kimia yang diuji adalah Decis 25 EC dan Matador 25 EC. Hasilnya menunjukkan pestisida nabati dan kimia mampu membunuh ulat hongkong dalam 7 hari, dengan pestisida kimia paling efektif.
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Pengenalan pestisida nabati dan kimia
1. LAPORAN PRAKTIKUM ILMU HAMA TANAMAN
Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia
Oleh :
Nama : Inayatul Fitria Dewi
NIM : 151040157
Kelompok : B2
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2017
2. I. ACARA III PENGENALAN PESTISIDA NABATI DAN PESTISIDA KIMIA
II. TUJUAN
1. Membuat pestisida nabati dari daun mimba
2. Mengenal beberapa jenis pestisida berdasarkan nama dagang, formulasi, nama
bahan aktif, dan hama sasaran.
3. Mengenal beberapa alat dan perlengkapan untuk pengendalian hama
III. TINJAUAN PUSTAKA
Pestisida merupakan bahan kimia, campuran bahan kimia, atau bahan-bahan
lain yang bersifat racun dan bioaktif. Oleh sebab sifatnya sebagai racun pestisida
dibuat, dijual, dan digunakan untuk meracuni organisme pengganggu tanaman
(OPT). Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act,
pestisida merupakan suatu zat yang fungsinya untuk memberantas atau mencegah
gangguan OPT diantaranya serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan,
gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama pengganggu tanaman
(Kardinan, 2000).
a. Pestisida Nabati
Pestisida nabati disebut juga pestisida hayati atau bio-pestisida. Pestisida
nabati adalah pestisida yang dibuat dari bagian tanaman dengan tujuan untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT). Beberapa kelebihan
pestisida nabati menurut Harjono (1999), daya kerjanya selektif, residu cepat terurai
dan tidak beracun, tidak menimbulkan pencemaran air, tanah, udara dan tanaman,
serangga-serangga berguna/predator tidak ikut musnah, tidak menimbulkan
kekebalan serangga, murah dan mudah di dapat.
Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (singleactive
ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active ingredient). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida nabati cukup efektif
terhadap beberapa jenis hama, baik hama di lapangan, rumah tangga (nyamuk dan
lalat), maupun di gudang (Kardinan dan Iskandar, 1999).
Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah
daun mimba. Berikut merupakan klasifikasi mimba sebagai berikut (Heyne, 1987)
Divisio : Spermatophyta
Class : Dikotiledonae
3. Sub class : Angiospermae
Ordo : Rutales
Famili : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Species : Azadirachta indica A.Juss
Terdapat tiga spesies mimba yaitu A. indica, A. siamensis, dan A. excelsa.
Spesies pertama tumbuh di Asia Selatan, termasuk Indonesia. Dua spesies lainnya
tumbuh di Thailand (Soeseno, 1993).
Mimba mengandung bahan aktif azadirachtin (C35H44O16), meliantriol,
salanin, nimbin, nimbidin dan bahan lainnya (Utami, 1999). Azadirachtin
mengandung sekitar 17 komponen dan terdapat di semua bagian tanaman, terutama
biji (Kardinan, 2000). Senyawa azadirachtin berfungsi sebagai reppelent (penolak),
zat anti feedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat
pertumbuhan (Nurtiati, dkk, 2001).
Dari beberapa pengujian di laboratorium diketahui bahwa ekstrak tanaman
mimba bersifat toksik terhadap siput air Biomphalaria glabarata, siput ini
merupakan inang cacing parasit penyebab schistosomiasis (bilharzia). Ekstrak buah
mimba mampu mematikan hingga 100% siput Melania scabra, siput ini banyak
ditemukan di Asia Timur, merupakan vektor penyakit cacing hati (Gopalsamy,1990)
Kematian hama akibat dari penggunaan mimba terjadi pada proses
metamorfosis. Mimba tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh
terhadap hama pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit,
hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat perkawinan dan komunikasi
seksual, penurunan daya tetas telur, menghambat pembentukan kitin dan sebagai
pemandul (Kardinan, 2004).
b. Pestisida Kimia
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini
adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan (Herwanto, 1998).
4. Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran
disebut bahan aktif. Produk jadi yang merupakan campuran fisik antara bahan aktif
dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat
menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus
digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan
interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi
tersebut dapat digunakan secara efektif. Selain itu, formulasi pestisida juga
menentukan aspek keamanan penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam
banyak macam formulasi, sebagai berikut (Djojosumarto, 2008)
1. Formulasi Padat
a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan aktivitas bahan aktif relatif tinggi (50 – 80%), yang
jika dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP
dengan cara disemprotkan.
b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika
dicampur air akan membentuk larutan homogen. Digunakan dengan cara
disemprotkan. Universitas Sumatera Utara
c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan
aktif rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 – 1 mm.
Pestisida butiran umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan
(baik secara manual maupun dengan mesin penabur).
d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi
penggunaannya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan terlebih
dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus diencerkan dalam
air dan digunakan dengan cara disemprotkan bedanya, jika dicampur dengan
air, SG akan membentuk larutan sempurna.
f. Tepung hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicampur dengan
air) berbentuk tepung (ukuran partikel 10 – 30 mikron) dengan konsentrasi
bahan aktif rendah (2%) digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
5. 2. Formulasi Cair
a. Emulsifiable Concentrate atau Emulsible Concentrate (EC), merupakan
sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif
yang cukup tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak,
konsentrat ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
benda cair yang melayang dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP,
formulasi EC merupakan formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat
ini.
b. Water Soluble Concentrate (WCS), merupakan formulasi yang mirip dengan
EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat
Universitas Sumatera Utara ini jika dicampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan akan membentuk larutan homogen. Umumnya formulasi ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bisa dilarutkan dalam air.
Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang
memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk
ini digunakan dengan cara disemprotkan.
d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatan cair
ini akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara
disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah, yaitu volume semprot antara 1 – 5 liter/hektar.
Formulasi ULV umumnya berbasis minyak karena untuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
IV. METODE PRAKTIKUM
Praktikum ini Pengenalan Pestisida Nabati dan Pestisida Kimia dilaksanakan
pada tanggal 29 Mei 2017. Praktikum ini dilaksanakan di laboratorium Fakultas
Pertanian di P.02.03. Alat yang digunakan pada praktikum ini berupa blender,
saringan, toples kecil 4 buah, pinset, gelas ukur 100 ml, gelas ukur plastic 1000 ml
timbangan dan handsprayer. Sedangkan bahan yang gunakan diantaranya, ulat
hongkong, daun mimba, aquades, Decis 2 EC dan Matador 25 EC.
6. Cara pembuatan pestisida dengan mimba dilakukan dengan cara mengukur
daun mimba sebanyak 100 gram kemudian dimasukkan ke dalam blender.
Menambahkan air sebanyak 1 liter kemudian memblendernya. Setelah selesai maka
menyaring daun mimba dan larutannya dimasukkan ke dalam handsprayer.
Sedangkan untuk membuat pestisida kimia Matador dilakukan dengan mengukur 2
ml air dan dicampurkan ke dalam air 1 liter, begitupun juga dengan Decis. Setelah
pestisida terbentuk semua maka 10 ulat hongkong dipilih dan diletakkan kedalam
toples kecil. Masing-masing toples diberi 10 ulat hongkong untuk disemprotkan
control dari aquades, pestisida mimba, pestisida Matador dan Decis. Memberi label
pada masing-masing toples agar perlakuan tidak tertukar satu dnegan yang lainnya.
Setelah itu mengamati berapa ulat hongkong yang mati setiap harinya selama 7 hari
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Jenis pestisida kimia
Berikut ini merupakan jenis-jenis pestisida kimia yang digunakan sebagai
pengenalan pestisida kimia. Pestisida ini kemudian akan diaplikasikan dalam
pengendalian ulat hongkong.
a. Decis 25 EC
Nama dagang :Decis 25 EC
Nama bahan aktif :deltametrin 25 g/l
Formulasi :25 EC
Sifat racun :insectisida racun kontak dan langsung
Nomor izin :RI.387/11-2002/T
Hama sasaran :Spodoptera litura, Spodoptera exigua, Sitophilus
zeamays, Thrips sp. kutu daun, lalat buah dan lain
sebagainya.
b. Matador 25 EC
Nama dagang :Matador 25 EC
Nama bahan aktif :lamda sihalotrin 25g/l
Formulasi :25 EC
Sifat racun :insektisida racun kontak dan lambung
Nomor pendaftaran :RI.0101011984716
7. Hama sasaran :Spodoptera exigua, Oxya chinensis, kutu daun,
penggerek polong dan lain sebagainya.
Berikut adalah hasil pengamatan pada ulat hongkong dengan penyemprotan
menggunakan kontrol (aquades), pestisida nabati mimba, pestisida kimia decis 25
EC dan matador 25 EC
Perlakuan
Pengamataan hari ke-
1 2 3 4 5 6 7
Control 1
Control 2
Control 3
Control 4
2
3
0
0
4
7
1
0
-
0
0
9
5
- -
2
0
0
1
Mimba 1
Mimba 2
Mimba 3
Mimba 4
5
7
0
0
3
3
2
0
-
1
0
1
2
- -
0
0
0
2
Decis 25 EC 1
Decis 25 EC 2
Decis 25 EC 3
Decis 25 EC 4
7
10
0
0
2
0
0
0
-
0
6
0
9
- -
1
0
2
0
Matador 25 EC 1
Matador 25 EC 2
Matador 25 EC 3
Matador 25 EC 4
9
10
10
9
1
0
0
1
- 0 - - 0
Pestisida nabati meruapakan jenis pestisida yang dibuat dengan
memanfaatkan bahan alam seperti tanaman yang memilki bau yang khas yang tidak
disukai oleh hama. Pestisida nabati akan dirasa lebih aman digunakan sebagai
pengendalian hama karena tidak akan mencemari lingkungan. Dalam praktikum ini
digunakan daun mimba sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan populasi ulat
hongkong. Sedangkan penggunaan aquades digunakan sebagai control untuk
8. mengetahui keefektifan dari penggunaan pestisida nabati mimba. Selain itu
digunakan decis 25 EC dan matador 25 EC sebagai penggunaan dari pestisida kimia.
Pestisida daun mimba merupakan pestisida nabati yang memiliki bahan aktif
azadirachtin. Bahan aktif ini berfungsi sebagai racun sistemik, maupun racun
kontak. Ketika pestisida nabati dari daun mimba ini disemprotkan pada ulat
hongkonng maka racun akan menghambat pertumbuhan dari ulat hongkong
tersebut. Kerja dari pestisida mimba ini bekerja secara sistemik maupun racun
kontak yang nantinya bahan aktif yang ada pada daun mimba akan mengenai ulat
hongkong dan masuk ke dalam tubuh ulat hongkong. Akan tetapi para praktikum ini
kecepatan pestisida daun mimba mematikan secara perlahan-lahan. Efek yang
ditimbulkan pertama dari pestisida nabati ini ulat hongkong akan pingsan dapat akan
hidup kembai pada hari berikutnya. Namun dilihat pula bahwa pestisida ini juga
mampu langsung bekerja secara efektif membunuh ulat hongkong yang nantinya
tubuh ulat ini akan berwarna kehitaman dan pertumbuhannya akan terhambat akibat
kerja dari bahan aktif azadirachtin.
Pada perlakuan dengan menggunakan decis 25 EC dan matador banyak ulat
hongkong yang telah mati akibat penyemprotan dengan pestisida kimia tersebut.
Penggunaan pestisida kimia ini memiliki kecepatan mematikan ulat hongkong
dengan cepat. Dengan bahan aktif deltametrin oleh decis 25 EC dan lamda sihalotrin
oleh matador 25 EC sangat efektif menyerang ulat hongkong secara sitemik dan
merusak pambung pada hama ulat hongkong. Karena pada dasarnya kedua pestisida
kimia ini merupakan insectisida racun kontak dan lambung langsung bekerja secara
efektif mengenai ulat ini dan mengakibatkan ulat seperti terbakar dengan warn
kehitaman. Pada percobaan ini matador 25 EC memiliki kecepatan mematikan hama
lebih cepat, dapat dibuktikan pada tabel di atas bahwa pada hari pertama
penyemprotan sebagian besar ulat hongkong langsung mati, sedangkan pada decis
25 EC lebih efektif mematikan hama dibandingkan dengan pestisida mimba dan
perlakuan control.
Pada perlakuan digunakan dengan menggunakan aquadest untuk
membandingkan kecepatan kematian ulat hongkong dengan yang lainnya. Dapat
dilihat bahwa pada perlakuan control juga banyak ulat hongkong yang mengalami
kematian. Banyaknya ulat hongkong yang mati dimungkinkan karena banyaknya air
9. yang disemprotkan. Sehingga menyebabkan ulat hongkong akan terendam oleh air
dan menyebabkan air akan masuk ke tubuh ulat dan mengganggu pernafasan pada
ulat hongkong. Pada perlakuan control ini, aquadest tidak mengandung zat yang
dirasa berbahaya sehingga kematian ulat hongkong pada aquadest hanya dirasa
karena banyaknya air yang disemprotkan pada ualt hongkong.
Maka dapat diketahui bahwa kecepatan aplikasi penggunaan pestisida di atas
lebih efektif dimulai dari matador 25 EC, decis 25 EC daun mimba dan aquadest.
Pestisida kimia memiliki kemampuan mematikan dengan cepat dikarenakan
mengandung racun yang kerjanya sangat cepat masuk kedalam lambung ulat
hongkong. Namun, penggunaan pestisida kimia ini dirasa kurang aman digunakan
karena racun yang dikandungnya itu juga berbahaya bagi pekerjanya. Sedangkan
pestisida nabati daun mimba kurang cepat mematikan ulat hongkong karena kerja
dari pestisida nabati daun mimba ini hanya menghambat pada pertumbuhannya,
pembentukan menjadi serangga, daya makan maupun reproduksinya. Walaupun
pestisida nabati ini lambat bereaksi akan tetapi secara pengaplikasiannya dapat
dimanfaatkan sebagai pengendalian ulat hongkong.
VI. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam
mengaplikasian penggunaan pestisida urutan kecepatan dalam mematikan ulat
hongkong adalah sebagai berikut, matador 25 EC, decis 25 EC, pestisida nabati
daun mimba dan control (menggunakan aquadest). Pestisida kimia matador dirasa
sangat efektif dalam mengendalikan hama ulat hongkong dibandingkan dengan
pestisida nabati, karena racun yang dikandungnya yang memilki bahan aktif lamda
sihalotrin sangat bekerja secara cepat menyerang lambunghama ulat hongkong.
Begitupun juga dengan decis. Sedangkan pestisida nabati daun mimba memiliki
kecepatan agak lambat dalam mengendalikan ulat hongkong karena kerjanya hanya
menghambat dari pertumbuhan ulat hongkong, daya makan, daya reproduksi
maupun membentuk serangga. Akan tetapi pestisida nabati daun mimba lebih aman
diunakan dibandingkan pestisida kimia matador 25 EC dan decis 25 EC untuk
mengendalikan hama ulat hongkong.
10. DAFTAR PUSTAKA
Djojosumarto P., 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Gopalsamy, N., J. Gueho, H.R. Jullien, A.W. Owadally, and K. Hostettmann. 1990.
Moluscicidal Saponins of Polyscias dichroostachya. Phytochemistry. 29 (3).
Harjono, I. 1999. Sistem Pertanian Organic. Penerbit Aneka Solo.
Herwanto, Totok. 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit
Tanaman. Bandung:Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik Pertanian
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (De Nutingge Planten van Indonesie).
Jakarta: Balitbang Kehutanan Dephut RI.
Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Penebar
Swadaya.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1999. Potensi Tephrosia vogelii sebagai insektisida
nabati. Prosiding Seminar Nasional Entomologi, Perhimpunan Entomologi
Indonesia 1: 207-217
Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati. Penebar Swadaya, Jakarta
Kardinan, Agus, 2002, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Nurtiati, Hamidah, dan T. Widya. 2001. Pemanfaatan bioinsektisida ekstrak daun
Azadirachta indica A. Juss. sebagai pengendali hayati ulat daun kubis Plutella
xyclostella. Jurnal MIPA. 6 (1).
Soeseno, S. 1993. Mimba tanaman obat yang bersifat toksik. Trubus. 279 (XXIV)
Utami, K. P. 1999. Pestisida nabati perangi hama penyakit. Trubus. 358 (XXX).