Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya literasi teknologi informasi di era revolusi industri 4.0 untuk masyarakat informasi
2. Beberapa faktor penting untuk mewujudkan masyarakat informasi diantaranya adalah kemampuan membaca, keterampilan TIK, infrastruktur telekomunikasi, dan minat baca yang tinggi
3. Literasi TIK terdiri atas pengetahuan, keterampilan, dan sik
3. Pendahuluan
Saat ini kita diperhadapkan dengan era revolusi industri 4.0 yang telah memengaruhi
hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat. Suka atau tidak suka, mau tidak mau, kita harus
menyesuaikan diri terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) agar tidak tergilas atau tertindas dengan perkembangan jaman. Kita
telah memasuki era masyarat informasi (information society) yaitu era di mana masyarakat tidak ingin
merasa tertinggal akan informasi bahkan hendak menguasai informasi. nformasi menjadi sangat
penting karena dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas kehidupan individu. Bagi organisasi,
informasi bermanfaat untuk meningkatkan daya saing organisasi sehingga mampu bertahan di tengah
persaingan yang ketat ini.
Masyarakat informasi dapat terbentuk karena berkat kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) yang merupakan faktor pendorong utama di mana jarak tidak lagi menjadi
penghambat dalam pertukaran informasi. TIK memungkinkan pengiriman data bersifat real time
artinya dapat berlangsung sangat cepat dalam jarak yang jauh sekalipun, misalnya saja seperti yang
terjadi di dunia perbankan yakni ketika melakukan pengiriman uang dari lokasi seperti negara yang
berbeda ternyata langsung dapat diterima seketika oleh penerimanya. Sementara dalam dunia
pendidikan, kita mengenal pembelajaran jarak jauh secara sinkronous maupun asinkronous
(Simarmata, 2018; Sudarsana et al., 2018)
4. Masyarakat informasi memiliki ciri-ciri antara lain (Damanik, 2012):
• Kebutuhan yang tinggi terhadap informasi di semua lini kehidupan
masyarakat, organisasi atau institusi pemerintah maupun swasta,
• Masyarakat yang sadar akan pentingnya informasi dan mengelola
informasi dengan baik,
• Pemanfaatan TIK secara luas di berbagai bidang bisnis, pendidikan,
pertanian, pemerintahan, sosial, dan lain-lain,
• Membuat informasi menjadi komoditas yang bernilai ekonomi,
• Akses dan distribusi informasi dilakukan secara elektronik daripada versi
cetak.
• Transformasi layanan dari manual ke dalam bentuk elektronik (e-Services),
• Terjadi pergeseran sektor ekonomi dari produksi barang menjadi layanan
jasa yang membutuhkan keahlian tinggi.
5. Menurut Damanik (2012), terdapat beberapa faktor
penting untuk mewujudkan masyarakat informasi
yakni sebagai berikut:
• Masyarakat yang tidak buta huruf
• Keterampilan memanfaatkan komputer
• Infrastruktur telekomunikasi
• Minat baca yang tinggi
• Sistem perpustakaan yang mendukung
6. Elemen pertama yaitu kemampuan membaca merupakan persyaratan
utama untuk memasuki era masyarakat informasi. Masyarakat
informasi harus bisa membaca. Elemen kedua adalah syarat yang
terkait dengan literasi TIK di mana penguasaan TIK mutlak dibutuhkan
untuk mendukung pengelolaan informasi. Perkembangan Internet dan
media sosial yang saat ini marak digunakan seperti Facebook,
Instagram, Twitter, Whatsapp dan berbagai kanal komunikasi lainnya
sudah dirasakan manfaatnya dan kemudahannya dalam mengakses
serta mendistribusikan informasi. Elemen atau faktor yang tidak kalah
pentingnya harus dimiliki oleh masyarakat informasi adalah minat baca
yang tinggi. minat baca yang tinggi mutlak diperlukan dalam
masyarakat informasi bahkan menjadi sebuah budaya yang kuat
(Damanik, 2012; AchmadNew, 2018).
7. Terkait dengan minat baca, organisasi dunia OECD
(Organization for Economic Cooperation and
Development) telah melakukan penelitian (survei)
untuk mengetahui sejauh mana kualitas pendidikan
suatu negara dengan cara mengukur luaran
pembelajarannya (learning outcomes). Pada tahun
2018 lalu, OECD melaporkan pemeringkatan PISA
(Ranking Programme for International Student
Assessment) yang menunjukkan Indonesia masih
terpuruk berada pada peringkat 71 dari 77 negara
yang di survei seperti pada Gambar 7.1 di bawah
(OECD, 2018).
9. Jika dibandingkan dengan hasil survei yang dilakukan
sebelumnya, posisi Indonesia ternyata menurun dari peringkat
62 pada tahun 2015 keperingkat 71 tahun 2018 (Permana,2019).
Hasil pemeringkatan PISA tahun 2015 dapat disajkan pada
Gambar 7.2 di bawah (OECD, 2015). Yang menjadi catatan
merah adalah skor kemampuan baca merosot tajam
dibandingkan dengan skor kemampuan sains dan
matematika yang menjadi parameter pemeringkatannegara
(Iswadi, 2016). Sejalan dengan PISA, UNESCO melaporkan
bahwa tingkat literasi khususnya minat baca orang Indonesia
masih tergolong rendah yaitu hanya mencapai
0.001%. Artinya dari 1000 orang hanya terdapat 1 orang
yang memiliki minat bacaa yang tinggi (Saepudin, 2015)
11. Survei yang dilakukan PISA pada tahun 2018 mengumpulkan jawaban
responden dari sekitar 600.000 siswa sekolah yang berumur 15
tahun.Pertimbangannya umur 15 tahun dianggap sudah dapat beradaptasi
dengan perubahan. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung
sebenarnya termasuk dalam literasi dasar (basic literacy) yang harus
dikuasai (UNESCO, 2016). Disamping literasi dasar, masih terdapat
bermacam-macam literasi lainnya seperti literasi komputer, literasi informasi,
literasi media, literasi pendidikan jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi
(distance & e-learning) dan literasi budaya. Keseluruhan literasi tersebut
saling berkaitan satu sama lain dan sangat dibutuhkan sebagai bekal untuk
menghadapi atau menyongsong abad ke-21 yang disebut UNESCO (2016)
dengan istilah literasi untuk bertahan
13. Menurut UNESCO (2016), literasi TIK adalah kemampuan
untukmengetahui bagaimana menggunakan dan
mengoperasikan TIK (UNESCO, 2016). Sedangkan TIK
mengacu pada berbagai macam teknologi yang
berfungsi sebagai alat untukmemproses informasi mulai
dari proses mengumpulkan, merekam dan menyimpan
informasi serta untuk saling bertukar informasi dan
mendistribusikan informasi tersebut kepada orang lain
Dengan kata lain, literasi TIK secara sederhana
merupakan keterampilan untuk memanfaatkan TIK
secara optimal untuk mencari, mengolah, menyimpan
dan mendistribusikan informasi (Simarmata, 2006).
14. Literasi TIK dikategorikan menjadi tiga yaitu literasi perangkat keras
(hardware literacy), literasi perangkat lunak (software literacy) dan literasi
aplikasi (application literacy) yang dapat dijelaskan sebagai berikut
(UNESCO, 2011):
• Literasi perangkat keras.
Literasi perangkat keras mengacu pada serangkaian operasi dasar yang
perlu Anda ketahui untuk menggunakan komputer seperti Personal
92 Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0: Tuntutan, Kompetensi &
Tantangannya Computer (PC) atau Laptop, atau mungkin
kombinasi perangkat genggam secara efisien. Misalnya mengetahui cara
menggunakan keyboard, mouse, bisa membedakan antara fungsi printer,
pemindai, perangkat periperal lainnya, processor, mainframe dan monitor.
Literasi perangkat keras berkaitan dengan komponen yang terlihat dan
nyata secara fisik serta bagaiamana mengoperasikannya.
15. •Literasi perangkat lunak.
Literasi perangkat lunak mengacu pada serangkaian prosedur dan
instruksi untuk tujuan umum yang “tidak terlihat” yang dibutuhkan oleh
komputer atau perangkat keras telekomunikasi untuk menjalankan
fungsinya dengan baik. Jenis utama dari literasi perangkat lunak meliputi:
sistem operasi pereangkat lunak yang digunakan komputer seperti
Windows (salah satu dari banyak versi yang tersedia); perangkat lunak
pengolah kata (mis. MS Word, WordPerfect atau Open Office Writter);
perangkat lunak spreadsheet untuk menangani data numerik (mis. Excel
atau Open Office Calc atau Libre); perangkat lunak untuk membuat
presentasi (PowerPoint atau Impress) dan perangkat lunak penyedia
layanan informasi untuk menggunakan Internet, termasuk browser, mesin
pencari dan layanan email. Literasi perangkat lunak biasanya berkaitan
dengan hal-hal yang tidak berwujud dan “tidak terlihat”.
16. • Literasi aplikasi.
Literasi aplikasi mengacu pada pengetahuan dan keterampilan yang
diperlukan menggunakan berbagai paket perangkat lunak tujuan khusus
yang ada di pasaran secara efisien seperti perangkat lunak yang
membantu perusahaan mengelola keuangannya, personelnya, peralatan
dan inventaris atau gudang, kantor atau pabrik atau ruang laboratorium,
alur kerjanya, jadwal produksinya, sistem pemrosesan pesanannya
(purchasing), laporan penjualan dan sebagainya
17. Literasi TIK merupakan hal yang penting yang tidak bisa dielakkan lagi dalam domain
pendidikan, apalagi dalam memasuki era revolusi industri 4.0. Bahkan World Economic
Forum(2015) menyebutkan literasi TIK merupakan salah satu keterampilan dasar dari
16 keterampilan yang harus dimiliki masyarakat di abad ke-21 (21st century skills)
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.3 di bawah ini.
Gambar 7.3: Keterampilan Abad 21 (Soffel, 2015)
18. TIK harus diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran di mana ada
sejumlah tahapan yang harus dilalui (Fitriyadi, 2013).
-Tahapan pertama adalah kesadaran (emerging), yaitu tahap di mana TIK
mulai diperkenalkan dan disosialisasikan dalam lingkungan pendidikan.
-Tahapan kedua adalah penerapan (applying), yakni tahap di mana TIK mulai
diterapkan dalam proses pendidikan walaupun terbatas hanya untuk
mengerjakan pekerjaan administratif dan profesionalitas pendidik.
-Tahap ketiga adalah penanaman (infusing), yaitu tahap di mana TIK telah
mendorong perubahan dalam kurikulum pendidikan di mana institusi telah
memasukkan atau mengintegrasikan TIK ke dalam kurikulum sekolah atau
kampus.
-Tahap terakhir yang juga sangat penting untuk mensukseskan pemanfaatan
TIK dalam proses pendidikan adalah tahap transformasi (transforming) yaitu
tahap di mana TIK bukan lah sebagai suatu produk tapi merupakan layanan.
19. literasi TIK seseorang bergeser dari fase kesadaran (awareness state) ke fase
kritis (critical state) yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Fase kesadaran (awareness state), merupakan kondisi di mana orang
menjadi sadar akan pentingnya teknologi, menganalisis signifikansinya,
merefleksikan nilainya dan kemudian memutuskan untuk mendapatkan
teknologi tersebut.
• Fase interpretasi (interpretive state). merupakan kondisi di mana orang
telah memperoleh, menggunakan, menginterpretasikan dan
mengembangkan keterampilan dengan TIK sehingga mereka dapat
meningkatkan literasi TIK.
• Fase kritis (critical state), merupakan kondisi di mana orang telah memiliki
pandangan atau pemahaman menyeluruh tentang suatu teknologi termasuk
asal-usulnya, penggunaan dan efeknya pada pengguna dari
sudut pandang mereka.
20. No Dimensi Deskripsi
1. Pengetahuan Kesadaran dan penghargaan terhadap TIK
dan relevansinya.
2. Keterampilan Keterampilan teknis dalam menggunakan
TIK yang mencakup keterampilan atau
kemampuan untuk mengakses, mengambil,
menyimpan, mengelola, mengintegrasikan,
mengevaluasi, membuat dan
mengkomunikasikan informasi dan
pengetahuan, serta berpartisipasi dalam
jaringan melalui internet.
3. Sikap Memahami bahwa akuisisi dan penggunaan
TIK berdampak pada personal dan
kehidupan sosial, termasuk persepsi nilainilai dan
tanggung jawab, praktik
komunikasi, dan perilaku lainnya.
Tabel 7.1: Dimensi Literasi TIK (Pernia, 2008)
21. Berdasarkan pada Tabel 7.1, dimensi pengetahuan
(knowledge) ditandai dengan adanya kesadaran
pengguna terhadap pentingnya TIK. Oleh karena itu
dimensi pengetahuan ini berada pada fase awaress
(awareness state) di mana orang harus memiliki
pengetahuan akan sebuah teknologi kemudian
mereka baru bisa menyadari potensi keuntungan
jika mereka menggunakan teknologi tersebut.
Teknologi menjadi akrab dengan mereka karena
dianggap dapat memberikan manfaat yang
signifikan untuk dirinya. Sedangkan dimensi
keterampilan (skill) diperlukan pada fase interpretasi
(interpretive state) di mana orang telah memiliki
pengalaman dalam menggunakan TIK.
22. Dimensi Kompetensi TIK
Pengetahuan • Terbiasa dengan ponsel, komputer, Internet, dan TIK lainnya
• Mampu untuk mengidentifikasi TIK
• Menghargai fungsi aktual dan potensial dari suatu teknologi di
kehidupan sehari-hari
• Memahami fitur dasar atau penggunaan TIK (misalnya untuk
ponsel: suara, panggilan dan SMS; untuk komputer: pengolah
kata, spreadsheet, basis data, penyimpanan informasi;
untuk Internet: penelusuran web, e-mail, dan pesan singkat)
• Mampu untuk membedakan antara dunia nyata dan dunia
virtual/maya
• Sadar akan kebutuhan terhadap telepon dan
jaringan internet
Tabel 7.2: Kompetensi TIK sebagai Pengetahuan Dasar (Pernia, 2008)
23. Dimensi Kompetensi TIK
Keterampilan • Mampu untuk menggunakan berbagai fitur dan aplikasi TIK
(misalnya untuk ponsel: suarapanggilan, SMS, kamera foto,
perekam atau pemutar video, perekam suara dan pemutar radio,
pemutar musik, layanan multi-media, pengolah kata,spreadsheet,
presentasi, inframerah, bluetooth, dan konektivitas internet)
• Mampu untuk mengakses dan mencari situs web (misalnya
masuk ke Internet, gunakan mesin pencari, perbaiki pencarian
menggunakan kata kunci, dan lain-lain.)
• Mampu untuk menggunakan layanan berbasis
Internet (misalnya membuat akun, menulis email, lampirkan dan
unduh file, ikut serta dalam forum diskusi dan media social untuk
berjejaring, membuat blog, dan lain-lain.)
Tabel 7.3: Kompetensi TIK sebagai Pengetahuan Dasar (Pernia, 2008)
24. Dimensi Kompetensi TIK
Sikap • Mampu menggunakan TIK untuk bekerja
secara individu atau dalam tim, sesuai
kesepakatan dan saling membantu jika terjadi
masalah.
• Menggunakan teknologi secara bijaksana,
sensitivitas terhadap keamanan dan penggunaan
Internet yang bertanggung jawab
• Sikap kritis dan reflektif ketika mengakses
informasi: Kesadaran terhadap motif perusahaan
teknologi dan kemampuan untuk menilai
penawaran teknologi.
Tabel 7.4: Kompetensi TIK sebagai Keterampilan Menilai Kritis (Pernia, 2008)
27. Berikut merupakan konsep literasi
informasi dan literasi media bagi pengguna (Purwaningtyas, 2018)
Identifikasi
kebutuhan
informasi
Analisis
konten
Strategi
penelusuran
Evaluasi
konten
media
Lokasi dan
akses
Pengelompokkan
Penggunaan
informasi
Pola induktif
dan deduktif
Sintesis
Abstrak
Evaluasi
Sintesis
Gambar 8.2: Konsep literasi informasi dan literasi media(Purwaningtyas)2018
28. Kesimpulan
Kehadiran teknologi digital menawarkan peluang dan tantangan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang diselenggarakan
sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Harapannya proses
pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan pula hasil belajar dan
mutu individu peserta didiknya. Oleh karena itu untuk menghadapindustri
4.0, literasi TIK merupakan hal yang tidak bisa dihindari lagi, mau tidak
mau, baik individu maupun organisasi agar tidak terlindas dengan
perubahan jaman. Pendidik dan peserta didik tidak cukup hanya memiliki
literasi dasar seperti membaca, menulis dan berhitung untuk dapat
bertahan di era digital ini.